1
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Media tradisional dikenal juga sebagai media rakyat, atau dalam arti sempitnya disebut sebagai kesenian rakyat. Coseteng dan Nemenzo (Jahi 2003: 29) mendefinisikan media tradisional sebagai bentuk verbal, gerakan, lisan dan visual yang dikenal atau diakrabi rakyat, diterima oleh mereka, dan diperdengarkan atau dipertunjukan oleh dan atau untuk mereka dengan maksud menghibur, memaklumkan, menjelaskan, mengajar, dan mendidik. Media rakyat tampil dalam bentuk nyayian rakyat, tarian rakyat, musik instrumental rakyat, drama rakyat, pidato rakyat- yaitu semua kesenian rakyat apakah berupa produk sastra, visual ataupun pertunjukkan yang diteruskan dari generasi ke generasi (Clavel dalam Jahi, 1988).
Dalam suatu pertunjukan erat kaitannya dengan tanda-tanda kehidupan, simbol-simbol kejahatan, dan lain sebagainya terselip secara implisit dalam suatu kesenian baik kesenian tradisional maupun modern. Kehidupan manusia yang merupakan amunisi penciptaan bagi pagelaran suatu kesenian akan membangun karya seni pertunjukan penuh dengan tanda dan simbol-simbol kehidupan. Tanda dan simbol yang sifatnya universal tersebut menjadi dasar dari sebuah komunikasi.
2 dipegang bersama-sama dengan orang-orang lain. Makna merupakan kesan yang diakui secara umum.
Dalam Proses komunikasi tercipta sebuah interaksi sosial yang ditandai dengan kebudayaan yang ditandai dengan kebudayaan. Melville J. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang
lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Salah satu komponen kebudayaan yang di wariskan secara turun menurun adalah tarian tradisional. Tarian tradisional merupakan salah satu komponen budaya nonmaterial yang diwariskan dari generasi ke generasi. Tari merupakan salah satu wujud kesenian yang berkembang dan hidup di setiap daerah di Indonesia. Saat ini, tarian daerah yang identik dengan tarian tradisional telah berjumlah lebih dari 3000
tarian1. Tarian daerah mengalami berbagai perbedaan yang disesuaikan dengan
keadaan geografis dan lingkup sosial antar daerah sehingga tercipta seni tari dengan ciri yang berbeda-beda.
Gambar 1
[image:2.612.100.522.245.661.2]
3
Ilustrasi Tarian Dolalak Pada Tahun 1915
Gambar diatas merupakan tari Dolalak yang berkembang di Purworejo dari tahun 1915-2015. Kesenian tarian Dolalak merupakan sebuah tarian rakyat yang menjadi primadona tari tradisional di Purworejo, yang sudah ada sejak zaman Hindia Belanda. Awal mula tarian Dolalak ditarikan oleh penari putra pada tahun 1915. Syair lagu berupa pantun yang berisikan syaria’at agama, dan nasihat menggunakan bahasa jawa dan bahasa Indonesia sederhana, dengan diiring musik: rebana atau kemprang, dan bedhug2.
Dalam fungsinya, tarian Dolalak sebagai tarian rakyat dipertunjukan pada
acara-acara tertentu seperti ceremonial, untuk ucapan selamat datang, hajatan
(syukuran), dan untuk pertunjukan pada festival daerah dengan durasi 4 – 6 jam, dengan menampilkan beberapa jenis tarian yang tiap jenis dibedakan dengan jumlah syair 20-60 lagu. Kostum yang dikenakan penari: pakaian lengan panjang hitam dengan pangkat di pundaknya, topi pet, kacamata hitam, dan kaos kaki panjang, dan celana dibawah lutut. Tarian Dolalak sendiri juga termasuk dalam muatan lokal
sebagai bahan pembelajaran disekolah3.
Namun dengan seiring perkembangan zaman, Bapak Supanto selaku bupati Purworejo pada tahun 1975 , mengusulkan tari Dolalak juga ditarikan oleh penari perempuan. Hingga saat ini, penari Dolalak yang masih terus eksis adalah penari Dolalak perempuan, sedangkan tari Dolalak pria sudah jarang ditemui. Dapat dilihat juga dari durasi tarian Dolalak yang awalnya bisa 4-6 jam sekarang hanya berkisar sekitar 10 menit dengan diiringi musik elektronik seperti organ. Dengan musik pengiring organ, syair Dolalak pun berisikan tema romantic dan jenaka dengan ditambah unsur dangdut, campursari, dan jenis musik pop.
2 http://www.purworejokab.go.id/pariwisata/wisata-budaya
4 Fungsi dari tarian Dolalak sebagai kesenian rakyat dan identitas berubah menjadi hiburan semata yang dapat dinikmati disetiap waktu, melalui jenis musik
popular yang juga menggeser makna tarian Dolalak sebagai icon kota Purworejo.
Karena tidak seperti saat awal mula, ketika tarian Dolalak hanya dapat dilihat
[image:4.612.101.523.242.576.2]pada moment-moment tertentu. Dilihat dari segi kostum sekarang Dolalak memakai celana diatas lutut, dan kaos kakinya tidak panjang melainkan semata kaki.
Gambar 2
Ilustrasi Dolalak Versi Perempuan (Mlaranan)
Keberadaan penari putri dalam tarian Dolalak ditujukan untuk menarik perhatian penonton. Tarian Dolalak yang ditarikan oleh penari putri lebih dikenal
dengan Versi Mlaranan4. Para penari putri dengan goyangan pantat/kemolekan. tubuh
dan dengan pakaian pentas yang mini. Pakaian pentas dan musik Dolalak yang ada
pada versi Mlaranan membuat nilai-nilai estetika dalam tarian Dolalak bukan lagi estetika yang indah dalam sebuah gerakan, melainkan estetika dari pemaknaan yang
diberikan penari perempuan itu sendiri kepada audience 5. Hal tersebut diperkuat
dengan komentar dari para penonton Dolalak yang berkpmentar dalam situs
4 Hasil Wawancara dengan Bapak Wardoyo Pelaku Seni Dolalak Mlaranan Seren-Gebang
5
Facebook, yang menyayangkan dengan fenomena yang terjadi pada tarian Dolalak masa kini.
Gambar 3
Komentar Masyarakat Lewat Media SosialFacebook
Makna tarian Dolalak Mlaranan sebagai pertunjukan khas dari daerah Purworejo mengalami pergeseran terhadap budaya asli dari makna pesan sesungguhnya yang ingin disampaikan dalam pementasan tarian Dolalak. Namun pergeseran tersebut juga dipengaruhi oleh pola pikir masyarakat setempat yang menganggap bahwa pementasan tari Dolalak hanya dilakukan dalam upaya melestarikan kesenian daerah. Penambahan simbol-simbol yang terdapat dalam pementasan tarian Dolalak versi Mlaranan bukan semata hasil dari budaya, namun merupakan pelengkap guna menarik penonton alih-alih melestarikan kesenian daerah.
6 makna dan fungsi apa yang terdapat pada Tari Dolalak versi Mlaranan dari tahun 1980 – 2015?
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
“ Bagaimana pergeseran makna bentuk sajian tarian Dolalak Mlaranan periode 1980-2015 dalam analisis semiotika Roland Barthes ?”
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan pergeseran makna dari Pementasan Tari Dolalak Versi Mlaranan periode 1980-2015 dalam analisis semiotika Roland Barthes.
1.4Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis :
Secara teoritis penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat,
diantaranya:
Mengembangkan ilmu komunikasi khususnya pengembangan metode
semiotika
Dapat dijadikan sebagai bahan acuan di bidang penelitian sejenis atau
sebagai bahan pengembangan apabila akan dilakukan penelitian lanjutan.
b. Manfaat Praktis
Berbagi pengetahuan bagi mahasiswa lain dalam menambah pengetahuan
7
Bagi masyarakat kota Purworejo, agar mengetahui seperti apa makna asli
dari tarian Dolalak, perubahan yang terjadi pada tarian Dolalak versi Mlaranan, dan upaya melestarikan kesenian Dolalak.
Bagi Pemerintahan kota Purworejo, dengan penelitian ini diharapkan
dapat membantu pemerintah daerah Purworejo dalam upaya melestarikan kesenian Dolalak.