• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2 912014905 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T2 912014905 Full text"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

i

MEDIASI QUALITY OF WORK LIFE DALAM HUBUNGAN

SPIRITUALITAS ORGANISASI DAN ORGANIZATIONAL

CITIZENSHIP BEHAVIOR

TESIS

Diajaukan Kepada

Magister manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Untuk Memperoleh Gelar Magister Manajemen

Oleh:

Vital Nascimento Barreto 912014905

PROGRAM PASCA SARJANA - MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA,

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

1

1. PENDAHULUAN

Quality of work life (QWL) adalah sebuah konstruk sentral dalam

kajian perilaku karyawan dan kinerja organisasi. QWL merupakan

bagian dari upaya organisasi meningkatkan kepuasan karyawan di

satu sisi dan kinerja organisasi sebagai implikasinya. Untuk maksud

itu, organisasi berupaya menjamin kesejahteraan karyawan secara

simultan dan berkesinambungan (Nawawi, 2001; Sinha, 2012).

Dalam hal itu lingkungan kerja merupakan faktor yang kuat

mempengaruhi tingkat kesejahteraan karyawan (Martel dan Dupuis,

2006), termasuk di dalamnya lingkungan kerja yang aman dan sehat,

hubungan yang baik dengan supervisor, dukungan dan persahabatan

rekan sekerja, kerja yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

individu, derajat kepuasan dengan situasi kerja, dan kesempatan

untuk bertumbuh dan pengembangan pribadi (Jewell dan Siegall,

1998; Yadav dan Mishra, 2015). Unsur-unsur tersebut merupakan

bagian dari QWL (Heskett, Sasser and Schlesinger, 1997) .

QWL adalah sebuah konsep yang kompleks dan tidak mudah

dipahami. Ia menyangkut unsur-unsur karyawan, pekerjaannya, dan

organisasi, bahkan masyarakat di luar organisasi (lihat Martel dan

Dupius, 2006). Secara metodologis, konsep QWL selama ini telah

dinilai baik secara subjektif (berkaitan dengan persepsi atas rasa puas

dari karyawan) maupun objektif (berkaitan dengan kondisi organisasi

itu sendiri). Terlepas dari perbedaan pandangan, para ahli cenderung

menerima QWL sebagai konstruk subjektif yang dinamis. Dalam

(7)

2

thinking (Nadler dan Lawler, 1983), sebuah cara pandang yang

berbasis pada pengalaman pribadi tiap karyawan (Martel dan dupuis,

2006). Selanjutnya Dupuis et al (2000) menjelaskan bahwa persepsi

karyawan terhadap QWL berbeda dari karyawan yang satu ke

karyawan yang lain, bahkan bisa berbeda pada karyawan yang sama

pada waktu atau kondisi yang berbeda. Dalam konteks, itu tulisan ini

hendak mengaitkan QWL dengan struktur nilai yang dirujuk oleh

karyawan dalam memberikan penilaian atau persepsinya terhadap

kondisi pekerjaan dan organisasi.

Sebagai konstruk yang berkaitan dengan nilai-nilai, QWL masih

jarang dikaitkan dengan spiritualitas. Dalam hal ini menyangkut

nilai-nilai luhur universal yang di bawah ke dalam organisasi seperti

moral, kepercayaan, kejujuran, menghargai, pemaknaan nilai-nilai

kerja, solidaritas terhadap teman kerja (Sarafi et al, 2014) nilai-nilai

ini yang akan membentuk budaya baru dalam berperilaku pada setiap

karyawan baik pada tingkat individu maupun pada organisasi secara

keseluruhan (Pina et al 2006, Kumpikaitė dan Valiūnienė 2013). Berdasarkan nilai-nilai ini juga seluruh komponen dalam organisasi

berinteraksi maka QWL juga dilihat sebagai meningkatnya kualitas

hubungan sosial di tempat kerja antara karyawan dalam kerja tim

(Reddy dan Reddy, 2010).

Dalam kaitan dengan ini spiritualitas organisasi memiliki

hubungan langsung dengan OCB Snoubar et al (2014) menjelaskan

bahwa spiritualitas organisasi merupakan faktor yang efektif dalam

(8)

3

memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung pada OCB

dalam meningkatkan kinerja dan efektivitas.

Dalam riset-riset sebelumnya QWL juga telah dihubungkan

dengan berbagai faktor OCB seperti (Kashani, 2012) yang

menjelaskan bahwa dimensi-dimensi dari quality of work life bermakna dan berkorelasi positif terhadap organizational citizenship behavior pada perusahaan Iran. Selanjutnya (Nair, 2013) juga menjelaskan dalam penelitiannya bahwa QWL juga memiliki

keterhubungan yang signifikan terhadap dua dimensi pada OCB yaitu

altruisme dan sikap hati-hati atau Conscientiousness. Sementara itu Yadav dan Mishra (2015) juga menjelaskan bahwa QWL sebagai

prediktor dari OCB dengan pengukuran persepsi QWL berdasarkan

profil demografis yaitu gender di antara guru perguruan tinggi.

Meskipun berbagai faktor menganai Quality of work life telah diuji, penelitian yang mengujiQuality of work life sebagai mediator yang menghubungkan antara faktor nilai-nilai luhur universal dengan

perilaku ekstra peran masih relatif terbatas. Oleh karena itu penelitian

ini mengembangkan penelitian sebelumnya dengan mengintegrasikan

antara pengaruh faktor-faktor lingkungan fisik maupun non fisik dari

Quality of work life.

Penelitian ini akan menguji model proses mediasi yang

menghubungkan Spiritualitas Organisasi dan Organizational

citizenship behavior sehingga dapat membuktikan mekanisme apakah

Spiritualitas organisasi (Nilai-nilai luhur universal dalam organisasi)

(9)

4

organizational citizenship behavior.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazana

penelitian mengenai pengaruh Spiritualitas organisasi terhadap QWL

dan OCB. Hasil penelitian ini juga di harapkan dapat memberikan

sumbangan pada organisasi atau perusahaan untuk mengelola sumber

daya yang handal dalam menghadapi tantangan global yang terus

berubah.

2. KERANGKA TEORITIS 2.1 Spiritualitas Organisasi

Spiritualitas merupakan dasar dari seluruh perilaku manusia.

Menurut (Reed, 1992) spiritual mencakup hubungan intra, inter, dan

transpersonal. Hubungan yang dimaksud disini adalah hubungan tiap

individu dengan dirinya sendiri, hubungan individu dengan wujud

tertinggi yang diyakininya dan hubungan individu dengan sesama.

Dalam setiap hubungan itu terdapat kesepakatan universal yang

diyakini benar dan dijadikan pedoman untuk mencapai tujuan dari

tiap relasi yang ada atau yang dikenal dengan aktualisasi diri

Waaijman, (2000) menyebutnya sebagai proses transformasi ke watak

manusia yang asli. Dyson, Cobb, Forman, (1997) juga menjelaskan

bahwa seseorang menemukan aspek spiritual tersebut dalam

hubungan dengan seseorang dengan dirinya sendiri, orang lain dan

dengan Tuhan. Seorang karyawan dapat menemukan spiritualitasnya

dalam organisasi ketika melakukan aktivitas organisasi di mana dia

berinteraksi dan berelasi dengan teman kerja dalam melakukan tugas

(10)

5

Neal, (1997) mengatakan bahwa wilayah manajemen organisasi

baik secara teori dan prakteknya tidak pernah terlepas dari pengaruh

besar kekuatan spiritualitas yang mana kekuatan ini yang

memampukan karyawan untuk bekerja sama secara profesional

dalam meningkatkan kemanusiaan kearah yang lebih baik. Hal ini

juga dijelaskan oleh Giacalone dan Jurkiewicz dalam Cunha, (2006)

bahwa organisasi harus memfasilitasi pengalaman transenden tiap

karyawan dengan memasukan nilai-nilai spiritual kedalam kerangka

kerja organisasi dengan demikian setiap karyawan merasa puas dan

bahagia dan ini akan terlihat dalam kinerja mereka yang terus

meningkat. Spiritualitas dalam pekerjaan pada level ini berkaitan

dengan visi dan nilai-nilai budaya organisasi. Maka Koentjoro, (2013)

mendefinisikan Spiritualitas organisasi adalah perusahaan yang

membawa nilai-nilai spiritualitas ke dalam perusahaan dan

menjadikan nilai-nilai spiritual sebagai pengerak utama dalam

menjalankan perusahaan, seperti kejujuran, ketulusan, rendah hati,

menghargai harkat kemanusiaan, rela berkorban demi kesejahteraan

orang lain. Sedangkan Rastegar dan Jafari, (2007) mendefinisikan

spiritualitas organisasi sebagai usaha mendapatkan arti dan tujuan

hidup dalam bekerja; pada tingkat kelompok karena berhubungan

dengan teman kerja dan para klien; pada level organisasi,

didefinisikan sebagai koordinasi dari nilai-nilai dan kepercayaan

organisasi.

Amin, (2004) menjelaskan bahwa ada enam manfaat dalam

(11)

6

berbagai kecurangan (fraud) yang mungkin terjadi akibat

menghalalkan segala cara. Kedua, meningkatkan produktivitas dan

kinerja perusahaan. Ketiga, terbangunnya suasana kerja yang

harmonis atau hadirnya sinergi diantara karyawan dan pimpinan

perusahaan. Keempat, meningkatnya citra (image) positif perusahaan.

Kelima, perusahaan menjadi tumbuh dan berkembang secara

berkesinambungan (sustainable company). Keenam, menurunkan

perpindahan (turnover) karyawan. Maka dengan demikian

spiritualitas organisasi sebagai penyeimbang antara pengaruh internal

dan eksternal untuk menjaga performa seorang karyawan dalam

organisasi agar tetap bekerja secara efektif (Geravandy, 2006).

Organisasi yang menganut nilai-nilai luhur universal memiliki

lingkungan kerja yang semua karyawannya memilki kesadaran yang

kuat akan tujuan dari organisasi, mendorong setiap orang dalam

organiasi untuk terus belajar, memiliki sikap saling percaya yang

tinggi jujur dan terbuka, memiliki sistem imbalan baik secara

individu maupun kelompok, dan menghargai kebebasan ekspresi tiap

individu dalam organisasi (Robins dan Judge, 2008).

2.2 Quality of work life

May dan Johnson, (1999) mengemukakan bahwa QWL is

defined as the favorable conditions and environments of a workplace

that support and promote employee satisfaction by providing them

with rewards, job security, and growth opportunities. Definisi ini

(12)

7

syarat mutlak untuk memungkinkan karyawan berkarya secara utuh

dalam organisasi.

Menurut Lau & May (1998), Quality of Work Life didefinisikan sebagai strategi tempat kerja yang mendukung dan

memelihara kepuasan karyawan dengan tujuan untuk meningkatkan

kondisi kerja karyawan dan organisasi serta keuntungan untuk

pemberi kerja. Menurut Kondalkar (2009) Quality of Work Life

berhubungan dengan tingkat kepuasan yang tinggi dari individu yang

menikmati bentuk pekerjaannya dalam organisasi. Selanjutnya

Quality of Work Life menurut Nawawi, (2001) adalah "program yang mencakup cara untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan

menciptakan karyawanan yang lebih baik". Berbagai faktor perlu

dipenuhi dalam menciptakan program QWL, antara lain

restrukturisasi kerja, sistem imbalan, partisipasi kerja, dan lain

sebagainya. Program kualitas kehidupan kerja dimaksudkan agar

dilakukan perbaikan terus menerus untuk membangkitkan kinerja

karyawan, misalnya dengan memberi kesempatan yang lebih baik

dalam berpartisipasi, tantangan, harapan, dan kesejahteraan

yang lebih menjanjikan.

QWL merupakan sebuah konsep subjektif karena individu

menganggap aspek fisik sebagai faktor yang mampu mempengaruhi

tingkat kepuasan (Dupuis et al, 2000). Maka menurut Nawawi, (2005)

Keberhasilan QWL dari sudut pekerja dapat dilihat dari

(13)

8

memberikan dan meningkatkan rasa puas; 2) Rasa puas mendorong

untuk semakin aktif mewujudkan keikutsertaan dalam bekerja; 3)

Tingkat kehadiran tinggi; 4) Kesediaan bekerja secara sukarela

meningkat dan meluas; 5) Merasa merugi jika tidak masuk/tidak

hadir; 6) Selalu terdorong menyampaikan saran untuk peningkatan

produktivitas dan kualitas. Usaha organisasi dalam menciptakan

kondisi kerja yang layak ini merupakan proses “menghumanisasi

pekerjaan” agar setiap orang yang bekerja di dalam organisasi merasa

puas atas kebutuhan mereka dalam menjalankan tugas dan tanggung

jawab yang telah dipercayakan (Monkevicius, 2014). Sebelumnya

Chelte, (1983) menjelaskan bahwa Quality of worklife merupakan

sebuah hubungan yang total antara karyawan dan lingkungan kerja

lengkap dengan segala aspek kemanusian, teknikal dan juga faktor

ekonomi. Prinsip utama QWL adalah memperlakukan karyawan

dengan harkat dan martabat agar menghasilkan karyawan yang

handal, dapat dipercaya, bertangung jawab dan mampu memberikan

kontribusi yang signifikan bagi perusahaan (Robins, 1989)

QWL dikenal sebagai multi-dimensional kontruk dan juga

dinamik. Banyak literatur memaparkan bahwa ada beberapa konsep

yang termasuk didalamnya seperti keamanan kerja, Sistem

kompensasi yang baik, pembayaran gaji yang tinggi, kesempatan

untuk berkembang berpartisipasi dalam kelompok, dan meningkatkan

kinerja organisasi. Namun organisasi juga perlu memperhatikan

kebutuhan tak berwujud dalam organisasi karena pemenuhan

(14)

9

pemenuhan kebutuhan berwujud saja maka akan berpengaruh pula

pada perilaku karyawan, karena konsep QWL dibangun dari teori

Hirarki kebutuhan dari Maslow untuk yang memiliki 7 kebutuhan

yaitu: 1. Kebutuhan akan keamanan dan kesehatan, 2. Kebutuhan

ekonomi dan keluarga, 3. Kebuthan sosial, 4. Kebutuhan untuk

dihargai dan menghargai, 5. Kebutuhan aktualisasi, 6. Kebuthan

pengetahuan, 7. Kebutuhan akan rasa keindahan (Beauregard, 2007,

Marta et al, 2013). Maka QWL merupakan usaha perusahaan atau

organisasi untuk memanajemen perilaku karyawan dalam

menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan menyediakan

lingkungan kerja yang layak untuk memenuhi kebutuhan karyawan

agar memberdayakan seluruh kemampuan dan skillnya demi

kemajuan perusahaan tempat dimana bekerja.

QWL diterima juga sebagai sebuah konsep yang objektif karena

diartikan sebagai cara berpikir mengenai karyawan, pekerjaan dan

organisasi Nadler dan Lawler (1983) dalam Martel dan Dupuis,

(2006). Cara berpikir seseorang mengenai lingkungan kerjanya akan

memberikan efek pada perilaku positif di mana akan meningkatkan

kinerja yang tinggi bagi organisasi.

2.2 Organizational Citizenship Behaviour

Organizational Citizenship behaviour atau yang dikenal dengan

OCB yang dikemukakan pertama kali oleh Organ, (1988) merupakan

perilaku individu yang ekstra tidak secara langsung dapat dikenal

dalam suatu sistem kerja yang formal, namun secara agregat mampu

(15)

10

mejelaskan lima dimensi OCB yaitu Altruism, kesediaan untuk

menolong rekan kerja dalam menyelesaikan pekerjaannya dalam

situasi yang tidak biasa, Civic virtue, menyangkut dukungan pekerja

atas fungsi-fungsi administratif dalam organisasi, Conscientiousness,

menggambarkan pekerja yang melaksanakan tugas dan tanggung

jawab lebih dari apa yang diharapkan, Courtesy, perilaku

meringankan problem-problem yang berkaitan dengan pekerjaan

yang dihadapi orang lain, Sportsmanship, menggambarkan pekerja

yang lebih menekankan untuk memandang aspek-aspek positif

dibanding aspek-aspek negative dari organisasi, sportsmanship

menggambarkan sportivitas seorang pekerja terhadap organisasi.

Sedangkan menurut Aldag dan Resckhe, (1997), Organizational

Citizenship Behavior merupakan kontribusi individu yang melebihi

tuntutan peran di tempat kerja. Sehingga lebih lanjut Podsakkoff dan

Mackenzie, (2009) mendefinisikan OCB sebagai kontribusi karyawan

dalam meningkatkan produktivitas karyawan dan menhemat sumber

daya secara keseluruhan, membantu memelihara fungsi kelompok

kerja, meningkatkan stabilitas kerja organisasi serta meiningkatkan

kemampuan adaptasi dalam menghadapi perubahan eksternal.

Hannah dan Garay, (2006) juga mengemukakan ada beberapa

dimensi OCB berdasarkan pemikiran beberapa ahli seperti

Podsakoff dan organ meliputi: Perilaku menolong (helping behavior),

merupakan bentuk perilaku sukarela individu untuk menolong

individu lain atau mencegah terjadinya permasalahan yang terkait

(16)

11

dimensi ini dalam dua kategori yaitu altruism dan courtesy.

Sportsmanship, didefinisikan kemauan atau keinginan untuk

menerima (toleransi) terhadap ketidaknyamanan yang muncul dan

imposition of work without complaining,

Organizational loyalty, merupakan bentuk perilaku loyalitas individu terhadap organisasi seperti menampilkan image positif

tentang organisasi, membela organisasi dari ancaman eksternal,

mendukung dan membela tujuan organisasi,

Organizational compliance, merupakan bentuk perilaku individu yang mematuhi segala peraturan, prosedur, dan regulasi organisasi

meskipun tidak ada pihak yang mengawasi,

Individual initiative, merupakan bentuk self-motivation individu

dalam melaksanakan tugas secara lebih baik atau melampaui

standar/level yang ditetapkan. Organ, (1983) menamakan dimensi ini

sebagai conscientiousness dan mengatakan bahwa dimensi ini sulit

dibedakan dengan kinerja in-role,

Civic virtue, merupakan bentuk komitmen kepada organisasi secara makro atau keseluruhan seperti menghadiri pertemuan,

menyampaikan pendapat atau berpartisipasi aktif dalam kegiatan

organisasi,

Self-development. George dan Brief mendefinisikan dimensi ini

sebagai bentuk perilaku individu yang sukarela meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sendiri seperti mengikuti

kursus, pelatihan, seminar atau mengikuti perkembangan terbaru dari

(17)

12

2.4 Perumusan Hipostesis

2.4.1 Hubungan Spiritual organisasi terhadap Quality work of life

Spiritualitas organisasi merupakan suatu nilai yang disepakati

bersama dalam organisasi sebagai landasan untuk melakukan

kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan dari organisasi

(Kumpikaitė & Valiūnienė, 2013). Spiritualitas organisasi yang sesuai

dengan visi dan misi pribadi setiap karyawan akan membentuk

harapan dan cara pandang yang positif terhadap lingkungan kerjanya

karena QWL berefleksi pada pengalaman pribadi tiap individu dalam

organisasi dan pada akhirnya QWL dimengerti sebagai sebuak

kunstruk yang objektif (Elizur dan Shye, 1990, dalam Martel dan

dupuis 2006). Kontribusi spiritualitas organisasi dapat

meningkatkan keeratan hubungan antara karyawan dan organisasi

dengan demikian tercipta QWL karena Dupuis, (2006) menjelaskan

bahwa QWL dianggap sebagai filosofi organisasi yang menyatukan

seluruh anggotanya dalam persekutuan yang bermartabat.

Berdasarkan dasar pemikiran diatas maka dirumuskan hipotesis 1

sebagai berikut: H1: “ Spiritual Organisasi berpengaruh positif terhadap QWL ”

2.4.2 Hubungan Quality of Work Life terhadap OCB

Quality of worklife merupakan kelayakan kondisi kerja yang

diberikan oleh perusahaan agar dapat bekerja dengan baik

yang akhirnya dapat meningkatkan kinerja organisasi secara

(18)

13

behavior merupakan perilaku pro-sosial yang muncul akibat

dari kondisi kerja yang layak di mana menarik minat karyawan untuk

dapat mengaktualisasi secara penuh (Sandrick, 2003).

Berdasarkan pemikiran ini maka dirumuskan hipotesis 2

sebagai berikut: H2: QWL berpengaruh positif terhadap OCB

2.4.3 Hubungan Spiritualitas organisasi terhadap OCB

Spiritualitas organisasi mengacu pada nilai-nilai luhur universal

yang ada dalam organisasi sejak organisasi didirikan dan yang

menjadi dasar dari perkembangan organisasi yang akan menjadi ciri

khas dari organisasi tersebut. Sedangkan OCB mengacu pada

perilaku ekstra peran dalam organisasi dimana perilaku ini tidak

dipengaruhi oleh sistem pengakuan yang ada dalam organisasi jadi

perilaku ini tidak termasuk dalam tuntutan organisasi karena bersifat

sukarela. Maka organisasi harus menciptakan satu kondisi kerja yang

baik yang berdasar pada nilai-nilai luhur universal yang menjadi

landasan lahirnya organisasi sehingga setiap orang dalam organisasi

merasa sevisi dan semisi dengan organisasi sehingga bersedia secara

sukarela bekerja secara ekstra tanpa mengharapkan imbalan dari

organisasi. Berdasarkan pemahaman ini maka dirumuskan hipotesis

bahwa: H3: Spiritualitas organisasi berpengaruh positif terhadap

OCB.

(19)

14

2.5 Model Penelitian

2.1 Gambar Model Penelitian

3. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

karyawan Dili Institute of Tehnology (DIT) yang saat ini bekerja aktif

di institute, yaitu berjumlah 145 orang karyawan, berhubung semua

populasi dapat diteliti maka peneliti menggunakan seluruh populasi

sebagai sampel dalam penelitian ini. Alasan pemilihan populasi

adalah bahwa karyawan DIT memiliki kinerja yang tinggi hal ini

dibuktikan dengan akreditasi institusi yang terus meningkat.

3.2 Pengukuran atau Definisi Operasional

Dalam penelitian ini digunakan beberapa konsep yaitu

Spiritualitas Organisasi, Organizational Citizenship Behaviour,

dan Quality of work life. Konsep-konsep dan pengukurannya ada

dalam tabel di bawah ini: H1 Spiritualitas

Organisasi

OCB QWL

H3

(20)

15

Tabel 3.1 Definisi Operasioanl

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu dengan cara menemui secara langsung dan membagi

Definisi Konsep Indikator empirik Sub-Indikator

Spiritualitas Organisasi: adalah perusahaan yang membawa nilai-nilai spiritualitas ke dalam perusahaan dan menjadikan nilai-nilai spiritual sebagai pengerak utama dalam menjalankan perusahaan, seperti kejujuran, ketulusan, rendah hati, menghargai harkat kemanusiaan, rela berkorban demi kesejahteraan orang lain (Koentjoro, 2013)

2.Meminimalkan politik tempat kerja

3.Menghormati keberagaman 4.Mengoptimalkan kemampuan karyawan 1.Mengakui dan menghargai

Quality of work Life: sebuah hubungan yang total antara karyawan dengan lingkungan kerja secara keseluruhan. Keseluruhan dari ini yang mempengaruhi pola pikir dan pengaruhnya terhadap organisasi (Nair, 2013) 5.Kesempatan untuk pengembangan diri

Organizational Citizenship Behavior

(Ocb)

Adalah: Sebuah Perilaku Positif–Dalam Hal Ini Adalah Perilaku Membantu Pekerjaan Individu Lain–Yang Ditunjukkan Oleh Seseorang Dalam Sebuah Organisasi Atau Perusahaan

1. Altruism 2.Conscientiousness 3. Courtesy 4. Sportsmanship 5. Civic Virtue

(21)

16

kuesioner kepada seluruh karyawan DIT.

3.3.1 Kuesioner

Kuesioner yang diggunakan dalam penelitian ini yaitu untuk

variabel OCB di adopsi dari (Organ, 1988). Untuk Variabel

Spiritualitas organisasi didopsi dari (Miliman et al, 2003) dengan

nilai Cronbachnya 0.87. Untuk variabel Quality of Work Life di

adopsi (Swamy, 2015), dimana masing-masing instrumen ini

diterima sebagai standar untuk tiap-tiap varibelnya.

3.3.2 Wawancara

Dalam penelitian ini juga dilakukan wawancara untuk

menggali lebih dalam jawaban responden terhadap pernyataan

atau pertanyaan yang telah ditanyakan dalam kuesioner.

Wawancara ini sendiri dilakukan dengan memilih beberapa staf

yang dianggap dapat dijadikan informan dan dipilih berdasarkan

fungsi dan tugasnya masing-masing.

3.4 Teknik Analisis

Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software

SPSS dengan menggunakan beberapa tahapan sebagai berikut:

3.4.1 Statistik Deskriptif

Analisa deskriptif dilakukan terhadap variabel-variabel yang

diteliti dalam penelitian ini dengan menggunkan data yang

diperoleh dari penyebaran angket. Jawaban responden

dikategorikan ke dalam 5 pilihan (Skala likert) dan diberi skor

1-5. Penentuan rata-rata X = Skor  Frekuensi  Jumlah

(22)

17

Skor setiap atribut dapat diperoleh melalui rumus pembagian

kelas interval sebagai berikut: Interval = skor jawaban tertinggi

 skor jawaban terendah  Jumlah kategori

Setelah diketahui besarnya interval maka menurut Suliyanto

(2011) dibuat rentang skala sehingga dapat diketahui dimana

letak rata-rata penilaian responden terhadap setiap unsur ranking

skala tersebut.

Tabel 3.2

Interval Kategori Jawaban

Kategori Skala Interval Kategori Jawaban

1 1-1.80 Sangat Rendah

2 1.81-2.60 Rendah

3 2.61-3.40 Sedang

4 3.41-4.20 Tinggi

5 4.21-5.00 Sangat Tinggi

3.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas digunakan untuk mengukur kevalitan instrumen

penelitian. Instrumen penelitian dikatakan valid jika mampu

mengukur variabel yang diteliti. Ghozali (2005) mengatakan

bahwa suatu variabel dikatakan valid jika nilai Corrected item total correlation > 0.361

Uji reliabilitas untuk mengetahui konsistensi suatu alat ukur

yang digunakan dalam penelitian. Ghozali (2002) menyatakan

(23)

18

3.4.3 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji data agar dapat

memenuhi Kriteria yang diharapkan. Uji asumsi klasik ini terdiri

dari Uji multikolinearitas, uji auto korelasi, uji normalitas dan uji

heterokesdastisitas.

3.4.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan regresi sederhana

dengan persamaan sebagai berikut:

Y= ß+b1X1...(i)

Dimana Y= Quality of work life X1 =Spiritualitas organisasi ß = Konstanta

b = Koefisien regresi

Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis regresi

sederhana untuk melihat pengaruh kedua variabel secara

bersama-sama terhadap Y2 persamaanya sebagai berikut:

Y2= ß+b2. Y1...(ii)

Dimana:

Y= Organizational citizenship behavior ß = Konstante

b2= koefisien regresi

Dalam pengujian hipotesis ini dilalui beberapa tahap yaitu:

Pengujian ketepatan perkiraan dimana ini ditunjukan oleh nilai

koefisien determinasi (R2). Tahap selanjutnya yaitu Pengujian Uji F

(24)

19

H0 = tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel

independen terhadap variabele dependen.

H1 = terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen

terhadap variabel dependen.

Jika nilai F hitung lebih besar dari F tabel (F hitung ≥ F tabel)

nilai signifikasi lebih kecil dari alpha 0.05 (P≤ 0.05) maka H0 di

tolak dan H1 diterima artinya terdapat pengaruh variabel independen

terhadap dependen.

Selanjutnya akan dilakukan juga uji t dimana dalam uji t ini

untuk menguji signifikansi konstanta dari variabel independen, dalam

uji t juga untuk melihat variabel independen berpengaruh terhadap

variabel dependen dimana:

H0 = Koefisien regresi tidak sifnifikan

H1 = Koefisien regresi signifikan

Tahap selanjutnya adalah melakukan uji mediasi untuk menguji

apakah quality of work life memediasi spiritualitas organisasi dan organizational citizenship behavior, uji mediasi ini menggunakan

(25)

20

TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini di lakukan dengan

penyebaran kuesioner sebanyak 145 set pada Dili Institute of technology (DIT) yang berstatus sebagai karyawan. Kuesioner yang kembali berjumlah 106 set. Data sebanyak responden tersebut

selanjutnya akan diperhitungkan dalam nilai proporsi 100% sebagai

dasar perhitungan deskripsi responden.

4.2 Deskripsi Responden

Karakteristik responden berdasarkan umur dijabarkan sebagai

berikut:

Tabel 4.1

Karateristik Responden Berdasarkan Umur

Sumber Data Primer (2016)

Karakteristik reponden yang di jabarkan bahwa 56.6%

karyawan dengan umur 31 tahun keatas lebih tinggi dibandingkan

dengan umur yang lain.

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

20-25 9 8,5 8,5 8,5

26-30 37 34,9 34,9 43,4

31 Keatas 60 56,6 56,6 100,0

(26)

21

Tabel 4.2

Karateristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Reponden * Jenis Kelamin Crosstabulation

Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan

Pendidikan Reponden

SMA 29 16 45

Sarjana (S1) 18 19 37

Master (S2) 16 5 21

Doktor(S3) 2 1 3

Total 65 41 106

Sumber Data Primer (2016)

Dilihat dari tabel di atas responden yang bejenis kelamin

laki-laki lebih tinggi baik dalam jumlah maupun dalam tingkat

pendidikan yang dimiliki yaitu:

4.3 Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan angket yang sudah dibuat

oleh peneliti lain maka tidak diperlukan lagi untuk melakukan pretest

namun uji reliabilitas dan validitas tetap dilakukan pada tiap itemnya.

(27)

22

4..3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Tabel 4.3

Hasil Uji Validitas Instrumen

Variabel Item Koefisien

Korelasi

Sumber: Data Primer 2016

Dari tabel di atas instrumen penelitian dari ketiga variabel valid

(28)

23

Tabel 4.4 Reliabilitas Item

Variabel Jumlah

Item

Nilai Cronbach’s Alpha Keterangan

Spiritualitas Organisasi 8 0.710 Reliabel

Quality of work life 10 0.880 Reliabe

Organizational Citizenship

Behavior

8 0.772 Reliabe

Sumber: Data Primer 2016

Hasil pengujian di atas menunjukan bahwa bahwa angket yang

digunakan dalam penelitian ini handal karena nilai Nilai Cronbach’s

Alpha dari setiap instrumen variabel diatas 0.60. 4.3.2 Uji Multi Kolinearitas

Sebuah model regresi yang baik tidak boleh adanya korelasi antar

varibel yang satu dengan yang lain. Multikolonearitas dapat dilihat

pada nilai tolerance VIF (Variance inflation factor). Standar nilai Cut off yang dipakai untuk melihat multikolonearitas antar variabel

independen yaitu 0.10dan 10VIF10.

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinearitas dengan VIF (Variance Inflation Factor)

Coefficientsa

Model Correlations Collinearity Statistics

Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant)

SO (X) ,282 ,277 ,238 ,992 1,008

QWL(Y1) ,515 ,512 ,492 ,992 1,008

a. Dependent Variable: Organizational Citizenship Behavior (Y2)

(29)

24

Dari tabel di atas terlihat bahwa syarat-syarat uji

multikolonearitas terpenuhi karena nilai tolerance 0.992>0.10 dan

nilai VIF 1.008<10. Jadi dalam model-model regresi tidak ditemukan

adanya multikolonearitas antar variabel independen.

4.3.3 Uji Autokorelasi

Tabel 4.5

Hasil Uji Autokorelasi

No Variabel Bebas Nilai DW test DL DU Keputusan

1 Spiritualitas organisasi

2.105 1.645 1.722 Tidak ada Autokorelasi

Quality of work life 2.105 1.645 1.722 Tidak ada Autokorelasi

Sumber Data Primer (2016)

Dari perbandingan hasil uji autokorelasi tiap variabel bebas

dengan menggunakan nilai tabel signifikansi 5% diatas bahwa tidak

ada autokorelasi positif antara variabel independent dengan variabel

dependen karena nilai DW lebih besar dari nilai DL dan nilai DU.

4.3.4 Uji Heterokedastisitas

Regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas

dimana tidak terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Biasanya hasil ujinya

(30)

25

Gambar 4.1 Hasil uji Heterokedastisitas

Tampilan diagram hasil uji di atas menunjukan bahwa

titik-titiknya menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah

angka 0 pada sumbu Y. Maka model regresi ini dapat dipakai karena

tidak terjadi heteroskedastisitas pada setiap model regresi yang ada.

4.3.5 Uji Normalitas

Uji Normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah suatu data

memiliki distribusi yang normal atau tidak. Data yang normal

(31)

26

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas

Dari grafik normal plot di atas menunjukan bahwa data

menyebar sesuai garis diagona, sehingga model regresi tersebut

memenuhi asumsi normalitas

4.4 Uji Hipotesis

Pengujian ini bertujuan untuk melihat ketergantungan antara

variabel terikat dengan variabel bebas untuk memprediksi nilai

rata-rata variabel dependent berdasarkan nilai varibel indenpendent

(32)

27

4.4.1 Pengaruh Spiritualitas Organisasi terhadap OCB Tabel 4.6

Analisa Koefisien Determinasi Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 ,317a ,101 ,092 3,90788

a. Predictors: (Constant), OS

Sumber Data Primer (2016)

Hasil uji tabel di atas menunjukan bahwa besarnya koefisien R2 =

0.101 hal ini menunjukan bahwa 10.1% QWL dipengaruhi oleh

Spiritualitas organisasi dan 89.9% dipengaruhi oleh variabel lain.

Tabel 4.7 Analisa F-test

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 177,613 1 177,613 11,630 ,001b

Residual 1588,236 104 15,271

Total 1765,849 105

a. Dependent Variable: QWL b. Predictors: (Constant), OS

Tabel di atas menunjukan nilai F hitung sebesar 11.630 > F tabel

3.08 dengan tingkat signifikansi 0.001 < 0.050 yang berarti kontribusi

variabel Spiritualitas organisasi signifikan dalam memprediksi nilai

(33)

28

Tabel 4.8 Analisa T-test

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 26,360 4,591 5,742 ,000

OS ,455 ,134 ,317 3,410 ,001

a. Dependent Variable: QWL

Hasil perhitungan koefisien signifikansi pada variabel

Spiritualitas organisasi terhadap quality of work life sebesar 0.01

dimana nilai ini lebih kecil dari nilai P <0.05 artinya hipotesis H0

ditolak dan H1 diterima maka spiritualitas organisasi berpengaruh

secara signifikan terhadap Quality of work life dengan persamaannya

Y1= 26.360+0.455X. Artinya bahwa variabel Spiritualitas organisasi

memiliki kontribusi peningkatan terhadap QWL sebesar 0.455.

Adapun nilai t hitung sebesar 3.410 > t tabel (df=106) sebesar 1.986

dan signifikansi 0.001<0.050 menunjukan bahwa Spritualitas

organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap QWL maka H0

(34)

29

4.4.1 Pengaruh QWL terhadap OCB Tabel 4.9

Analisa Koefisien Determinasi Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 ,515a ,265 ,258 7,64083

a. Predictors: (Constant), Quality of Work Life (Y1)

Hasil uji tabel di atas menunjukan bahwa besarnya koefisien R2 =

0.265 hal ini menunjukan bahwa 26.5% OCB dipengaruhi oleh QWL

dan 73.5% dipengaruhi oleh variabel lain.

Tabel 4.10 Analisa F-test

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

1

Regression 2186,012 1 2186,012 37,443 ,000b

Residual 6071,762 104 58,382

Total 8257,774 105

a. Dependent Variable: Organizational Citizenship Behavior (Y2) b. Predictors: (Constant), Quality of Work Life (Y1)

Tabel di atas menunjukan nilai F hitung sebesar 37.433 > F tabel

3.08 dengan tingkat signifikansi 0.000 < 0.050 yang berarti kontribusi

variabel QWL signifikan dalam memprediksi nilai variabel

(35)

30

Tabel 4.11 Analisa T-test

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 31,074 6,999 4,440 ,000

Quality of Work Life

(Y1) ,354 ,058 ,515 6,119 ,000

a. Dependent Variable: Organizational Citizenship Behavior (Y2)

Hasil perhitungan koefisien signifikansi pada variabel QWL

terhadap OCB sebesar 0.00 dimana nilai ini lebih kecil dari nilai P

<0.05 artinya hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima maka QWL

berpengaruh secara signifikan terhadap OCB dengan persamaannya

Y2= 31.047+0.354Y1. Artinya bahwa variabel QWL memiliki

kontribusi peningkatan terhadap OCB sebesar 0.345. Adapun nilai t

hitung sebesar 6.119 > t tabel (df=106) sebesar 1.986 dan signifikansi

0.000<0.050 menunjukan bahwa QWL berpengaruh secara signifikan

(36)

31

4..4.3 Pengaruh Spiritualitas Organisasi terhadap OCB Tabel 4.12

Analisa Koefisien Determinasi Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 ,336a ,113 ,104 1,67785

a. Predictors: (Constant), OS

Hasil uji tabel di atas menunjukan bahwa besarnya koefisien R2 =

0.113 hal ini menunjukan bahwa 11.3% OCB dipengaruhi oleh

Spiritualitas organisasi dan 88.7% dipengaruhi oleh variabel lain.

Tabel 4.12 Analisa F-test

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 37,260 1 37,260 13,235 ,000b

Residual 292,778 104 2,815

Total 330,038 105

a. Dependent Variable: OCB b. Predictors: (Constant), OS

Tabel di atas menunjukan nilai F hitung sebesar 13.235 > F tabel

3.08 dengan tingkat signifikansi 0.000 < 0.050 yang berarti kontribusi

variabel Spiritualitas organisasi signifikan dalam memprediksi nilai

(37)

32

Tabel 4.13 Analisa T-test

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 25,473 2,505 10,170 ,000

OS ,263 ,072 ,336 3,638 ,000

a. Dependent Variable: OCB

Hasil perhitungan koefisien signifikansi pada variabel

Spiritualitas organisasi terhadap OCB sebesar 0.00 dimana nilai ini

lebih kecil dari nilai P <0.05 artinya hipotesis H0 ditolak dan H1

diterima maka spiritualitas organisasi berpengaruh secara signifikan

terhadap OCB dengan persamaannya Y2= 25.473+0.263X. Artinya

bahwa variabel Spiritualitas organisasi memiliki kontribusi

peningkatan terhadap OCB sebesar 0.263. Adapun nilai t hitung

sebesar 3.638 > t tabel (df=106) sebesar 1.986 dan signifikansi

0.000<0.050 menunjukan bahwa Spritualitas organisasi berpengaruh

(38)

33

4.4.4. Pengaruh Spiritualitas Organisasi terhadap OCB dengan QWL sebagai variabel Mediasi.

Tabel 4.14 Hasil Uji Mediasi

Direct and total efeck

Coeff Se t Sig (two)

a(YX) 0.455 0.134 11.630 0.001

b(MX) 0.345 0.058 6.119 0.000

b(YMX) 0.256 0.072 3,559 0,001

b(YXM) 0.084 0.054 1.548 0.125

Sumber Data Primer (2016)

Berdasarkan hasil uji mediasi, dapat dilihat bahwa variabel

Spiritualitas organisasi tidak lagi memiliki pengaruh langsung

terhadap variabel OCB setelah mengontrol variabel QWL sebagai

varibel Mediator, yaitu dengan koefisien 0.084 dengan tingkat

signifikansinya 0.125. Maka dinyatakan terjadi perfect atau complete

mediation antara Spiritualitas Organisasi (X) dan Organizational

Citizenship Behavior (Y2) Melalui mediator Quality of work life (Y1)

(Baron and Kenny, 1986., Preacher and Hayes, 2001)

4.5 Pembahasan

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa spiritualitas organisasi

berpengaruh positif signifikan terhadap Quality of work life. Hal ini

juga didukung oleh hasil wawancara dengan beberapa staff bahwa

menganggap institusi seperti keluarga sendiri dan merasa memiliki

(39)

34

akademik maupun dalam hal pengabdian masyarakat seperti

membantu membangun rumah layak huni kepada masyarakat tidak

mampu. Namun di sisi lain para staff juga mengakui bahwa usaha

organisasi dalam memuaskan kebutuhan para staffnya masih sangat

jauh dari standar yang ada karena oranisasi hanya memberikan gaji

dan kondisi fisik lingkungan kerja yang kurang nyaman hal ini juga

diakibatkan oleh cara berpikir dan harapan tiap karyawan yang

berbeda terhadap lingkungan kerjanya. Ketidakpuasan yang

diekspresikan oleh karyawanpun bervariasi berdasarkan jenjang karir

dan posisi yang ditempati saat ini seperti tenaga pengajar dan tenaga

teknisi lebih mengeluhkan kondisi instrinsik seperti ketrampilan

khusus dalam bidang tertentu untuk mendukung menjalankan tugas

dan tangung jawabnya setiap hari. Sedangkan ketidakpuasan lain

terjadi pada karyawan adminstrasi, security, dan cleaner menyangkut kesejahteraan yang didapat dari pembayaran yang diterima dari

institusi yang sangat minim. Maka dalam Martel dan Dupuis, (2006)

Kiernan dan Knutson 1990) menjelaskan bahwa interpretasi tiap

orang berbeda mengenai lingkungan kerjanya karena QWL

dimengerti secara berbeda dan bervariasi oleh tiap individu

berdasarkan umur, jenjang karir, dan posisi dalam organisasi.

Selanjutnya Quality of work life berpengaruh positif terhadap

Organizational Citizenship Beahvior. Hal ini juga sejalan dengan

penelitian Kashani, (2012) dan vazifeh et al, (2013) bahwa QWL

dan OCB memiliki keterhubungan yang positif baik secara demografi

(40)

35

kerja, pengembangan karir, integrasi sosial, dan konstitusionalisme

dalam organisasi. Dalam wawancara juga diungkapkan bahwa

kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi

menyebabkan karyawan mau melakukan kerja ekstra di luar tanggung

jawab yang telah diberikan meskipun hal ini tidak semuanya terjadi

pada tiap karyawan dalam organisasi karena memiliki cara pikir dan

orientasi yang berbeda. Yadav dan Mishra, (2015) menejalaskan

bahwa QWL dan OCB memiliki pengaruh yang positif secara alami

pada karyawan memiliki pengalaman dan dengan jabatan tertentu.

Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa Spiritualitas

organisasi berpengaruh positif terhadap Organizational Citizenship

Beahvior. Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Sanoubar

et al, (2014) bahwa adanya efek positif antara Spiritualitas organisasi

dan OCB pada para pengajar. Hasil wawancara yang didapat juga

menunjukan bahwa staf merasa tempat kerjanya seperti sebuah

keluarga di mana memiliki kesamaan visi dan misi sehingga

karyawan mau melakukan kerja ekstra seperti bekerja sama dalam

tim, aktif berpartisi aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial dalam

organisasi.

Berdasarkan hasil pengujian signifikansi indirect effect

dibuktikan bahwa pengaruh Spiritualitas organisasi dimediasi oleh

Quality of work life. Hal ini membuktikan bahwa dukungan

organisasi terhadap karyawan dengan memberikan lingkungan kerja

(41)

36

terjadi peningkatan kinerja karyawan yang menguntungkan

organisasi

5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam

penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa:

1.Spiritualitas organisasi berpengaruh positif terhadap Quality of

work life karena nilai-nilai luhur yang telah disepakati bersama

dalam organisasi sebagai dasar dari semua aktivitas dalam organisasi

dapat memberikan kenyamanan kepada karyawan dalam bekerja

2.Quality of work life berpengaruh positif terhadap

Organizational citizenship behavior ini disebabkan oleh kondisi kerja

yang ada memungkinkan karyawan untuk berpeilaku ekstra dalam

organisasi karena organisasi melihat dan menilai setiap karyawan

sama saja dan tidak ada perbedaan penghargaan yang diberikan

kepada karyawan meskipun kontribusi dan beban kerja yang

diberikan berbeda.

3.Spiritualitas organisasi berpengaruh positif terhadap

Organizational citizenship beahavior karena nilai-nilai luhur

universal yang disepakati bersama sebagai landasan dari organisasi

untuk terus berkembang menjadi pendorong utama bagi karyawan

untuk terus bekerja dengan ekstra dalam organisasi sehingga

organisasi terus berjalan meskipun kondisi kerja belum memenuhi

(42)

37

4.Hasil analisis uji mediasi terbukti bahwa Qualiry of work life

sebagai ariabel mediator yang signifikan bagi pengaruh Spiritualitas

organisasi terhadap Organizatioanl Citizenship Behavior. Hal ini menunjukan bahwa ketika nilai-nilai luhur universal yang disepakati

bersama dalam organisasi secara bersamaan didukung oleh kondisi

kerja yang membuat setiap karyawan nyaman untuk dapat

mengaktualisasi diri secara maksimal maka akan muncul sikap esktra

peran dari tiap karyawan dalam organisasi.

5.2 Implikasi

5.2.1 Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel Spiritualitas

organisasi berpengaruh positif terhadap Organizatioan citizenship

behavior di mana hal ini juga telah dibuktikan dalam penelitian

sebelumnya oleh Sanoubar et al (2014) bahwa spiritualitas organisasi

berpengaruh positif terhadap OCB hal ini dikarenakan bahwa

nilai-nilai universal yang disepakati bersama dalam organisasi juga

merupakan nilai yang dianut secara pribadi karyawan dalam

organisasi sehingga dengan sendirinya memunculkan sikap-sikap

prososial dari karyawan baik pada level individu maupun tim kerja.

Selanjunya dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa Spiritualitas

organisasi berpengaruh secara positif terhadap Quality of work life.

Dalam penelitian sebelumnya oleh Yadav dan Misra (2015)

membuktikan bahwa Quality work of life dan Organizational

citizesnhip behavior saling berpengaruh secara positif dan dalam

(43)

38

terhadap OCB. Hasil penelitian ini juga memberikan sumbangan

dalam mengukur pengaruh Spiritualitas organisasi terhadap

Organizational Citizenship behavior melalui mediator Quality of work life.

5.2.2 Implikasi Terapan

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa quality work of yang

menjadi tanggung jawab organisasi dalam hal ini DIT khususnya

sudah memuaskan karyawannya yang menyebabkan karyawan

ingin melakukan kerja ekstra di luar tanggung jawabnya. Hasil

penelitian juga menunjukan bahwa visi dan misi DIT sudah sejalan

dengan nilai-nilai luhur yang dianut oleh tiap karyawan dalam

organisasi. Hasil penelitian ini juga menguatkan bahwa pengtingnya

organisasi menciptakan kondisi kerja yang layak baik secara fisik

maupun non fisik guna mendukung perilaku ekstra peran dalam

organisasi dalam diri tiap karyawan sehingga meningkatkan kinerja

individu maupun organisasi secara keseluruhan.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini masih ada beberapa kelemahan disebabkan

oleh keterbatasan dalam penelitian ini sendiri yaitu: kesungguhan

responden dalam mengisi kuesioner hal ini terlihat dalam beberapa

kuesioner yang dikumpulkan bahwa terdapat jawaban yang sama dari

semua pertanyaan dalam kuesioner.

5.4 Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dikembangkan lebih jauh lagi dengan

(44)

39

Spiritualitas Organisasi terhadap QWL dan OCB yang belum

digunakan baik dalam penelitian ini maupun penelitian-penelitian

sebelumnya.

Untuk lebih mendalami variabel spiritualitas organisasi bisa

dilakukan penelitian yang bersifat kwalitatif murni saja dengan

demikian varibel ini bisa tereksplorasi dengan baik sehingga bisa

(45)

40

Daftar Pustaka

Aldag, Ray., Reschke, Wayne., 1997, Employee value Added, New York Center, Center for Organizational Effectiveness Inc.

Amin A. R. 2004, The Celestial Management. Senayan Abadi, Jakarta Baron, R. M., & Kenny, D. A. (1986). The moderator-mediator variable distinction in social psychological research: Conceptual, strategic, and statistical considerations. Journal of Personality and Social Psychology, 51, 1173-1182.

Bolouch S., Bolide M., Bolouchi Z., Raisi H., 2015, What is the impact of organizational spirituality on productivity of human resources? International scientific Journal Theoritical and Applied science ISSN: 2409-0085.

Borman W.C. 2004, The concept of Organizational Citizenship, Personnel Decision research Institutes, inc., Tampa, Florida, and University of south florida, Current directions in Physiological science Volume 13-Number 6.

Beauregard, T. A. 2007, Family influences in the career life cycle. Career choice in the Entrepreneurship: A research Companion, 101-126.

Cascio, Wayne F 2003. Managing Human Resource : Produktivitas, Quality of Work Lifeand Profits. 6th Edition Burr Ridge : Irwin McGraw-Hill.

Chelte, A. F. 1983. Organizational commitment, job satisfaction,and Quality of work life. U.M.I. Dissertation Information Service. Collins D., 2010, Designing ethical organizations for spiritual growth

and superior performance: and organization system approach, Jurnal of Management, spirituality and religion Vol. 7, No. 2, June 2010, 95-117 ISSN 14766086.

(46)

41

D. Chitra and V. Mahalakshmi 2012; A Study on Employees’

Perception on Quality of Work Life and Job Satisfaction in manufacturing organization – an Empirical study. International Journal of Trade and Commerce-IIARTCJuly-December 2012, Volume 1, No. 2, pp. 175-184 ISSN-2277-5811 (Print), ISSN 2278-9065 (Online)

Dupuis, G., M.-C. Taillefer, A.-M. E´tienne, O. Fontaine, O. S. Boivin and A. Von Turk: 2000, ‘Measurement of quality of life in cardiac rehabilitation’,in J. Jobin F. Maltais and P. Leblanc (eds.), Advances in cardiopulmonary rehabilitation (Human Kinetics Publishers, Champaign), pp. 247–273.

Dyson, J., Cobb, M. and Forman, D. (1997), The meaning of spirituality: a literature review. Journal of Advanced Nursing, 26: 1183–1188. doi: 10.1046/j.1365-2648.1997.00446.

Geravandy K. 2006, Relationship between job stress and personality dimension with mental health nurses. Master’s thesis. Tehran University.

Giacalone, R. A. & Jurkiewicz, C. L. (2005). Handbook of Workplace Spirituality and Organizational Performance. Armonk:

Ghojali I. 2006. Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang: penerbit Universitas Diponegoro

Huzzard, J. 2003. The Convergence of the Quality of work life and competitiveness. A current Swedish Literature review, National institute for working life, Stockholm.

Hannah D. dan Garay V. 2006, Kinerja Extra-Role Dan Kebijakan Kompensasi, Sinergi, Kajian Bisnis dan manajemen Vol. 8 No. 1, Januari 2006 Hal. 33 - 42 ISSN : 1410 - 9018

Hamidi, F. & Mohamadi, B. 2012, Teachers, quality of work life in secondary school. International of vocational and technical education, 4(1), 1-5.

Heskett, J.L., Sasser, W.E., J.R and L.A., Schlesinger, (1997). The service profit chain. New York: The Free Press.

(47)

42

and mrocesses. Newbury Park, CA: Sage

Jayakumar, A. and Kalaiselvi, K. 2012, Quality of work life - An Overview, International Jurnal of Marketing, Financial services & management research Vol. 1 issue 10, Oktober 2012, ISSN 22773622

Jewel, L.N, dan Siegel Marc, 1998, Psikologi Industri/Organisasi Modern, Penerjemah, A Hadyana Pudjaatmaka dan Maetasari, Penerbit Archan, Jakarta.

Kumpikaite V., and Valiuniene 2014, Spirituality at work: comparison Analysis, Procedia-Social and behavioral Scieces 150 (2014) 1205-2012.

Kashani F.H. 2012, A review on relationship between quality of work life and organizational citizenship behavior (case study: An Iranian Company) Journal of basic and Applied Scientific research ISSN 2090-4304

Preacher, K. J. & Leonardelli, G. J. (2001) Calculation for the Sobel test: An interactive calculation tool for mediation tests. http://people.ku.edu/~preacher/sobel/sobel.htm

Koentjoro I. 2013, Spiritual Company

http://ikakoentjoro.com/spiritual-company-1/

Lau, R. S. M., & May, B. E. (1998). A win-win paradigm for quality of work life and business performance. Human Resource Development Quarterly. 9 (3), 211-226.

Lau, R. S. M. (2000). Quality of work life and performance – An ad hoc investigation of two key elements in the service profit chain model. International Journal of Service Industy Management. 11 (5), 422- 437.

Magdalena S. M. 2013. The effects of organizational citizenship behavior in the academic environment. Procedia-social and behavioral sciences 127 (2014) 738-742. University of Pitesti.Small And Medium Scale Firms.

(48)

43

quality of work life: Thai versus Americanmarketing managers. Journal of Business Research 66: 381–389.

Marzabadi A.E., Hosmandja M. Poorkhalil M. 2013, The relationship

between personel’s Job strees and their spiritual inteligence and organizational spirituality in a military University, Iranian Journal of military Medicine Vol. 15, No. 1. Spring 2013;45-52 May, B. E., Lau R. S. M., Johnson, S.K. 1999, A Longitudinal study

of Quality of work life and business Performance, South Dakota business review 58 (2), 3-7

Martel J. P., Dupuis G. 2006; Quality of work life: Theoritical and methodoligical problems, and presntation of a new model and measuring instrument. Social indicators research, springer (2006).

Nadler, D. A., & Lawler, E. E. (1983). Quality of work life: perspectives and directions. Organizational dynamics, 11(3), 20-30.

Nair G.S. Sandhya 2013; Study On The Effect Of Quality Of Work Life (Qwl) On Organisational Citizenship Behaviour (Ocb) - With Special Reference To College Teachers Is Thrissur District, Kerala. Integral review jurnal of Management Vol. 6. No. 1, June 2013.

Nanjundeswaraswamy T. S., Swamy D. R., 2013 Quality of work life of employees in private technical institutions. International Journal for quality research 7(3)3-14 ISSN 1800-6450

Nawawi, H. 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif. Cetakan Keempat. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.

(49)

44

resources. Journal of management Education, Vol. 12 No. 1, pp. 121-39.

Nurkolis, "Manajeman Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasi", Grasindo, 2003,

Podsakoff, P.M., MacKenzie, S.B., Paine, J.B. and Bachrach, D.G. (2000), “Organizational citizenship behaviors: a critical review of the theoretical and empirical literature and suggestions for future research”, Journal of Management, Vol. 26 No. 3, pp. 513-63.

Pina. M. C., Rego A., Teresa D.O. 2006, Organizational spiritualities An Idealogy Typology. Business and society Volume 45 Number 2.

Preacher, K. J. & Leonardelli, G. J. (2001) Calculation for the Sobel test: An interactive calculation tool for mediation tests. http://people.ku.edu/~preacher/sobel/sobel.htm

Organ, D.W., Podsakoff, P.M. and MacKenzie, S.B. (2006), Organizational Citizenship Behavior: Its Nature, Antecedents,

and Consequences, Sage, Thousand Oaks, CA.

Organ, D.W. and. Bateman, T.S. (1983), Job Satisfaction and the Good Soldier: The relationship between affect and employee

“citizenship”. Academy of Management Journal, volume 26: 587-595

Jafari, A., and Rastegar,H., AA. (2007) , The emergence of spirituality in organizations, concepts , definitions, assumptions, the conceptual model , Journal of Management Sciences in Iran , second year , No. 5.

Reddy M. And Reddy P. M.. 2010. Quality of work life employees: emerging dimensions. Asian journal of management research ISSN 2229-3795

Robbins., Stephan P. 2007. Perilaku Organisasi (Cetakan pertama). Jakarta: Salemba empat

(50)

45

Reed PG. 1992, An emerging paradigm for the investigation of spirituality in nursing. Research in Nursing and Health. 1992;15:349–357. doi: 10.1002/nur.4770150505.

Sanoubar N., Sadegi S. K., Aghdam S. R. 2014 The study of impact of organizational spirituality on organizational Citizenship behavior (University of Tabriz Islamic Art University, Sahand University of Technology). Applied mathematics in engineering, management and technology 2 (22014:414-425. Sharafi M. R., Hoshmandja M., Poorkhalil M., 2014, The role of

Organizational spirituality in job stress and job satisfaction in staff of Baqiyatallah Hospital Personel. Jurnal of educational and management studies, ISSN: 2322-4770

Sinha C. 2012. Factors Affecting Quality of Work Life: Empirical Evidence From Indian Organizations. Australian Journal of Business and Management Research vol. 1 no.11 (31-40) February 2012

Salarzehi Dr. H., Aramesh H., Mohammadi M., 2011, Organizational Spirituality and Its Impact on comsumption Model of Employees in Govermental organizations in Iran(case study) International Journal of business and managemnt vol. 6, Vol. 1; January 2011.

Sumarsono, HM. Sony, 2004. Metode riset sumber daya manusia. Graha Ilmu.

Swamy D. R., Nanjundeswaraswamy T. S., Rashmi S. 2015, Quality of worklife: Scale development and validation, International Journal of caring sciences Volume 5, Issue 2 Tjahyanti, S. (2013) Pengaruh Quality of work life terhadap

produktivitas karyawan, Media bisnis Maret 2013. STIE Trisakti (Akses Online 14 Juni 2016)

(51)

46

Waaijman K., 2000, Chalenges spirituality in contemporary times. Lecture Series 3 on Spirituality, University of Sto. Tomas Manila, Philippines.

Warr, P, Cook, J and Wall, T (1979) Scales for the measurement of some work attitudes and aspects of psychological well being. Journal of Occupational Psychology. 52, 129-148

Milliam J.Work place spirituality and employee work. J organizational change managemnt, 16. (4) :426-47.

(52)

47

LAMPIRAN

1. KUESIONER

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

(boleh diisi boleh tidak)

Usia :

Jenis Kelamin :

Fakultas/ Unit :

Jabatan : Dosen/

Karyawan (coret yang tidak perlu) Pendidikan Terakhir :

Mohon kesediaan Bapak/ Ibu/ Saudara untuk memberi tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Bapak/ Ibu/ Saudara rasa paling sesuai dengan pilihan Bapak/ Ibu/ Saudara, dengan kriteria sebagai berikut :

Setuju (S) Sangat Setuju (SS)

A. Quality of Work Life

No. Pertanyaan/Pernyataan ST S

TS R/ N

S SS

1 Saya merasa lingkungan pekerjaan yang nyaman 2 Saya merasa imbalan yang saya terima sesuai

dengan apa yang saya kerjakan

3 Saya merasa lingkungan kerja memberikan dampak yang positif dalam mengembangkan kemampuan dan keahlian

4 Saya memiliki kehidupan yang layak dari imbalan yang saya terima

(53)

48

6 Saya mendapat kesempatan untuk lebih berkembang pada pekerjaan yang saya jalankan 7 Pekerjaan saya memberikan jaminan yang pasti

pada kehidupan saya

8 Saya tidak merasa terancam secara psikologis di lingkungan saya bekerja

9 Saya berpartisi aktif dalam perencanaan tugas yang akan saya lakukan

10 Saya melihat adanya jenjang karir yang pasti dalam pekerjaan yang saya lakukan

B.Organizational Citizenship Behavior

No. Pertanyaan/Pernyataan ST S

3 Saya akan berusaha memberikan ide yang menurut saya baik demi perkembangan organisasi

4 Saya akan berkontribusi pada penyelesaian masalah yang dihadapi organisasi

5 Saya merasa senang atas prestasi teman kerja 6 Saya kemabali bekerja padahal jam istrahat belum

selesai

7 Saya tidak ikhlas ketika kebijakan perusahaan tidak sesuai dengan harapan saya

(54)

49

C. Spiritualitas Organisasi

No. Pertanyaan/Pernyataan ST S

TS R/ N

S SS

1 organisasi menghargai karyawan yang bekerja sama dengan orang lain

2 Organisasi memberikan keleluasaan kepada karyawan untuk mengekspresikan pendapat 3 pengurus organisasi ini benar-benar saling peduli 4 Organisasi saya memiliki hati nurani

5 Organisasi saya perhatian pada orang yang lemah 6 Nilai-nilai organisasi memberikan dampak positif

pada anggotanya

7 Saya merasa terhubung dengan misi organisasi 8 Saya merasa terhubung dengan tujuan organisasi

(55)

50

2. HASIL PENGOLAHAN DATA REGRESSION

a. Dependent Variable: QWL b. All requested variables entered.

Coefficient Correlationsa

Model OS

1 Correlations OS 1,000

Covariances OS ,018

a. Dependent Variable: QWL

Variables Entered/Removeda

(56)

51

Coefficient Correlationsa

Model OS

1

Correlations OS 1,000

Covariances OS ,005

a. Dependent Variable: OCB

Variables Entered/Removeda

a. Dependent Variable: OCB b. All requested variables entered.

Coefficient Correlationsa

a. Dependent Variable: OCB

Coefficientsa

(57)

52

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions

(Constant) SO

1

1 1,984 1,000 ,01 ,01

2 ,016 11,260 ,99 ,99

a. Dependent Variable: Y1

(58)
(59)
(60)

55

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items

N of Items

,710 ,718 8

Inter-Item Correlation Matrix

SO (X) SO (X) SO (X) SO (X) SO (X) SO (X) SO (X) SO (X) SO

(X) 1,000 ,808 ,086 ,624 ,153 ,124 ,167 ,024

SO

(X) ,808 1,000 ,015 ,697 ,386 ,312 ,201 ,265

SO

(X) ,086 ,015 1,000 -,198 -,298 ,710 -,281 ,239

SO

(X) ,624 ,697 -,198 1,000 ,510 -,039 ,453 ,088

SO

(X) ,153 ,386 -,298 ,510 1,000 ,123 ,710 ,246

SO

(X) ,124 ,312 ,710 -,039 ,123 1,000 -,089 ,596

SO

(X) ,167 ,201 -,281 ,453 ,710 -,089 1,000 ,126

SO

(61)
(62)

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasioanl
Tabel 3.2 Interval Kategori Jawaban
 Tabel 4.1 Karateristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Variabel suku bunga (SBI) memiliki hubungan yang negatif terhadap indeks ASEAN 5, hal ini dikarenakan SBI merespon positif guncangan yang diberikan dirinya sendiri,

[r]

Perkembangan interaksi sosial anak mulai terlihat secara signifikan pada saat anak bersekolah di sekolah inklusi dan belajar bersama dengan anak-anak lain yang tidak

Private _username AsString = &#34;&#34; Private _idrole AsString = &#34;&#34; Private _role AsNew List ( OfString ) Private _ds As DataSet = Nothing #EndRegion..

Disamping itu teknologi smartphone mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam penggunaan media komunikasi saat ini.Perancangan aplikasi kamus aneka bahasa daerah

memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka, atau bapa mereka atau bapa mertua mereka atau anak- anak mereka, atau anak-anak tiri mereka, atau saudara-saudara

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bukan hanya untuk peneliti saja, namun juga bermanfaat bagi pihak – pihak yang memerlukan data maupun pengetahuan yang