1 Edisi Februari 2019 | |
2 | | Edisi Februari 2019
1 Edisi Februari 2019 | | Diterbitkan oleh:
LEGALITAS
SK Menteri Hukum dan HAM:
AHU-1279.AH.01.04 Tahun 2009 SK Menteri Agama Republik Indonesia:
No. 184 Tahun 2016 KANTOR PUSAT
Jl. Barata Jaya XXII No. 20 Surabaya Telepon : (031) 505 3883 Hotline : 0822 3000 0909 SMS Center : 081 5520 4848 MANAJEMEN LMI
Direktur Utama: Agung Heru Setiawan Direktur Pelaksana: Citra Widuri
Senior Manajer Pendayagunaan: Mohamad Jamil Senior Manajer Keuangan: Muhammad Jusuf Senior Manajer Penghimpunan & Komunikasi:
Guritno
Senior Manajer SDM & Umum: Dimas Pamungkas Manajer IT: Rosa Triashadi Wibowo
TIM REDAKSI
Pemimpin Umum: Agung Heru Setiawan Pemimpin Redaksi: Guritno
Redaktur Pelaksana: Ika Putri Layout: Jeffry, Endra Editor: Novida D Airinda
Reporter: Doris (Jawa Timur), Ardy (Jakarta) Andres (Kep. Riau), Cony (Sumatera Selatan), Khoirul (Kalimantan Selatan)
Email: [email protected]
• Jawa timur: Jl. Salak Barat VII Kelurahan Taman Kecamatan Taman Kota Madiun. (0351) 467283
• DKI Jakarta: Jl. Komjen Pol M. Jasin ( Akses UI ) No.12 Kelapa Dua, Depok 16451. 0856 5579 9946
• Sumatera Selatan: Jl. Musi 6 Blok M No. 40 Komplek Way Hitam, Kelurahan Siring Agung, Kecamatan Ilir Barat 1, Palembang.
0711 571 6892
• Kepulauan Riau: Perum Cendana Tahap I Blok E No. 15 Kelurahan Belian, Batam Centre, Kota Batam. 0821 4409 1088
• Kalimantan Selatan: Jl. Sultan Adam Ruko KJP CPS Kota Banjarmasin. 0822 5700 5752 KANTOR PERWAKILAN
Manfaatkan
MEDIA SOSIAL dengan Sehat
SALAM REDAKSI
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Berapa banyak akun media sosial yang Anda miliki? Apa saja yang mengisi timeline Anda? Berapa kali Anda posting dalam sehari? Berapa menit atau berapa jam Anda menghabiskan waktu untuk online setiap hari?
Dan, bagaimana manfaat online Anda?
Sobat zakat, boleh jadi itulah bagian dari pertanyaan-pertanyaan ketika kita dihisab di akhirat kelak. Inginnya kita lolos dari hisab dengan mulus dan predikat memuaskan, menjadi bagian dari golongan orang-orang yang beruntung. Pada konteks kekinian, keberuntungan itu adalah sikap bijaksana kita dalam merespon ataupun memberikan informasi online secara islami. Sikap ini adalah bagian dari karakter yang juga lahir dari kebiasaan baik ataupun kebiasaan buruk.
Pihak manakah yang paling bertanggung jawab dalam melahirkan kebiasaan baik?
Tidak lain adalah keluarga. Mari jaga diri dan keluarga kita dari api neraka dengan membangun kebiasaan baik, satu kebiasaan yang islami sehingga generasi ini semakin bijak di dunia yang semakin tanpa batas.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
1 Edisi Februari 2019 | |
2 | | Edisi Februari 2019
DAFTAR ISI
KONSULTASI SYARIAH:
Mengetahui Kualitas Agama... 13
MOTIVASI:
Rasional Jangan Nakal... 14
MA’RIFATUL QUR’AN:
Hakikat Takwa 10
PARENTING:
Ajak Anak Mencintai... 18
GIZI:
Asupan Untuk si Kurus 24
KESEHATAN:
Merawat Kulit Agar Tetap... 26
SMP IBNU BATUTAH:
Mempersiapkan Anak Masuk... 28
MUSTAHIK BERDAYA:
Sofian dan Tanaman... 30
MUZAKKI:
Sodiq Ali Percayakan... 31
PAHLAWAN ISLAM:
Abdurrahman Ad-Dakhil... 34
HIBURAN ANAK:
Menggambar & Mewarnai 37
PERNIKAHAN:
Persiapkan Diri Menuju Pernikahan 16
TEMA UTAMA:
Dewasa Bermedia 5
SIRAH NABAWIYAH:
Amul Huzni, Tahun Duka Cita Bagi Rasulullah saw. 8
RESEP:
Soto Betawi 25
MUALAF:
Terpikat Islam Karena... 32
KONSULTASI ZAKAT:
Zakat Untuk Orangtua... 12
KREASI:
Membuat Patchwork 38
LAPORAN:
Pendayagunaan 39
DOA PENDEK:
Doa Hendak Bepergian 36
KABAR LMI:
Laznas LMI Bangun Kampung Peradaban di Palu 20
3 Edisi Februari 2019 | |
Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang
berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).
(QS: Ar-Rum [30] : 39)
3 Edisi Februari 2019 | |
4 | | Edisi Februari 2019
TEMA UTAMA
4 | | Edisi Februari 2019
5 Edisi Februari 2019 | |
TEMA UTAMA
D
ulu, awal tahun 2.000-an pernah beredar surat wasiat yang ditulis oleh penjaga makam Rasulullah.Pada selembar kertas fotokopian itu kita membaca kalimat di baris terakhir yang begitu menggetarkan. Bahwa, jika tidak memperbanyak lembar-lembar tersebut dan membagikannya ke orang lain maka azab Allah akan mengincar si penerima surat selama 40 hari.
Memfotokopi ‘surat wasiat dari Madinah’
itu tidak mudah dilakukan bagi anak yang tinggal di desa. Tapi, mereka yang kadung mempercayai berita tersebut tidak putus asa.
Anak-anak di desa itu saling bantu membantu untuk menuliskan kembali secara manual dengan pensil di kertas baru yang masih putih. Mereka mencabut bagian tengah buku tulis yang biasanya digunakan untuk mengumpulkan ujian harian di sekolah. Anak desa ini benar-benar takut azab Allah akan datang jika tidak memenuhi perintah dari selembar kertas tersebut.
Ketika dewasa, mereka ini akhirnya menertawakan sendiri pengalaman masa kecilnya. Betapa mudah dulu mempercayai berita yang tidak jelas asal-usulnya. Bahkan, secara tidak sadar ikut menjadi bagian yang memproduksi ulang berita tersebut.
Sepuluh sampai lima tahun belakangan saat teknologi informasi berkembang begitu cepat, fenomena “fotokopi surat wasiat”
kembali terulang dengan cara yang lebih sederhana. Berita yang tidak diketahui kebenarannya semacam itu begitu mudah tersebar, cukup dengan menekankan ujung jari saja. Boom!
Tanpa diduga, dampak berita bohong (hoax) pun bisa sangat serius. Seorang pemuda di India tewas dikeroyok massa pada Juli 2018 setelah tersebar broadcast message tentang ‘penculik anak’ di WhatsApp. Pada bulan Agustus 2018 masyarakat Indonesia yang sedang berduka atas terjadinya gempa di Lombok, digegerkan dengan pesan berantai tentang prediksi gempa yang akan terjadi di Bali lengkap dengan waktu kejadian. Padahal gempa bumi tidak dapat diprediksi sedetail itu.
Bahkan, saat terjadi tsunami Selat Sunda akhir Desember 2018 lalu beredar informasi akan ada tsunami susulan. Akibatnya, aktivitas para relawan yang sedang mengevakuasi korban menjadi terganggu.
Situs dailysocial.id bekerja sama dengan Jakpot Mobile Survey Platform telah mencatat hasil temuan persebaran hoax 2018 yang melibatkan 2032 pengguna smartphone di berbagai daerah di Indonesia. Hasilnya, hoax terbanyak ditemukan di Facebook (77%), kemudian WhatsApp (56,55%), dan Instagram (29,48%).
DEWASA BERMEDIA
Kendalikan Pikiran dan Jemari yang
Gemar Menekan
6 | | Edisi Februari 2019
TEMA UTAMA
Intensitas bermedia sosial
Berselancar di dunia maya bagi banyak orang menjadi hiburan paling mengasyikkan.
Januari 2018 We are Social bersama Hootsuite merilis data 5 negara pengguna media sosial teraktif di dunia. Indonesia disebut menduduki posisi ketiga (132.7 juta) setelah Amerika Serikat dan India. Sementara platform media sosial yang paling digandrungi oleh orang Indonesia di adalah YouTube 43%, Facebook 41%, WhatsApp 40%, Instagram 38%, dan Line 33%. Bahkan yang cukup mengejutkan, dalam sehari orang Indonesia betah online selama 8 jam 51 menit.
Banyak informasi baik yang kita dapat dari bermedia sosial. Bukan sekadar kabar kawan, tetapi juga peristiwa real time skala nasional maupun internasional. Tapi, jika Anda bukan pekerja media atau bidang lain yang dituntut agar mendapat kabar paling awal, maka perlu direnungkan kembali, haruskah mengkonsumsi semua informasi seaktual mungkin? Kebiasaan ini dapat menjadikan seseorang mengalami Fear of Missing Out (FoMO), yaitu rasa takut ketinggalan informasi. Akibatnya, penderita FoMO tidak bisa berjarak sedikit pun dari ponselnya.
Ironisnya, kita mengalami banjir informasi tapi belum siap menghadapinya. Sehingga, begitu mudah mengkonsumsi dan percaya pada berbagai informasi yang diterima. Hal semacam ini yang membuat hoax begitu cepat tersebar di Indonesia.
Febristo Robby Dullah, Chief Operating Officer Suara Muslim Radio Network mewanti- wanti agar melakukan pengecekan kembali dulu saat menerima suatu berita. “Setiap menerima forward di WhatsApp atau tautan berita di media sosial, cek dulu apakah media mainstream juga merilis berita yang sama.
Lebih jauh lagi, saat menjadikan satu portal media online sebagai referensi, perlu teliti juga dengan melihat apa visi dan misi media tersebut?” paparnya.
Kebutuhan eksistensi
Pada dasarnya setiap manusia butuh eksistensi, dianggap ada dan berguna bagi orang-orang di sekitarnya. Kebutuhan ini, diungkapkan oleh Ustaz Irwitono Suwito pendiri Yayasan Griya Al-Qur’an Surabaya, sayangnya tidak diimbangi dengan literasi media digital.
Rasulullah pernah mengingatkan dalam sebuah hadis:
َعِ َس اَم ِّ ُكِب َثِّدَ ُي ْنأ� ًبِذَك ِءْرَمْل ِب ىَفَك
“Cukup seseorang dikatakan dusta, jika ia menceritakan segala apa yang ia dengar.”
(HR. Muslim)
Fenomena ‘mendengar’ dari berbagai sumber informasi membuat seseorang merasa jadi yang paling tahu, padahal apa yang dia terima bisa saja sebuah kabar dusta.
Kemudian, berita tersebut disebarluaskan dan dipercaya sebagai kebenaran oleh banyak orang. “Tidakkah kita takut dengan dosa jariyah?” tanya Ustaz Irwit mengajak kita untuk introspeksi.
Saring sebelum sharing berlaku juga ketika memutuskan ‘up date status apa, ya?’
Sedikit atau banyak, pengguna media sosial ingin status yang di-posting di Facebook, WhatsApp, dan Instagram mendapat feedback. Setiap saat mengecek notifikasi, sudah berapa orang yang memberi like dan comment. Bila unggahan mendapat respon, ada reaksi bahagia yang direspon oleh otak. Jika ‘sepi’, maka yang terjadi justru sebaliknya.
Pada level tertentu, seseorang yang kecanduan media sosial akan mengalami beberapa gejala seperti kurang tidur
(sleepless), kecemasan (anxiety), dan kesepian (loneliness). Apakah perasaan semacam ini layak kita alami?
6 | | Edisi Februari 2019
7 Edisi Februari 2019 | |
TEMA UTAMA
Mengutip hadis Rasulullah:
تُم ْصَيِل ْوأ� اً ْيَخ ْلُقَيلَف ِرِخآلْا ِمْوَيْلاَو ِ َّلل ِب ُنِمْؤُي َن َك ْنَم
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih:
Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47) Ustaz Irwit menyarankan kepada pengguna media sosial aktif yang gemar membagi informasi, baik forward ataupun membuat materi sendiri untuk konten pribadi, agar memperhitungkan nilai manfaat, baik manfaat untuk diri sendiri, apalagi untuk orang lain. Benar saja tidak cukup, tapi apakah baik dan berguna.
“Seperti materi video tutorial unboxing nasi padang di YouTube. Sekalipun informasi yang Anda bagikan adalah kebenaran, tapi, apakah memberi manfaat bagi penontonnya?”
paparnya.
Tips bermedia sosial yang sehat dari Boy Hamidi, pegiat literasi media digital:
1. Setiap platform media sosial punya batasan usia, umumnya minimal usia 13 tahun.
Patuhi aturan ini, khususnya para orang tua untuk memberi pengertian anaknya yang masih di bawah umur.
2. Sadari manfaat dan mudharat bermedia sosial. Sebab, medsos berpotensi membuat Anda terlena dan keranjingan hingga melupakan kewajiban lainnya.
3. Jangan pernah mengunggah data pribadi seperti KTP, paspor, nomor telepon, berapa jumlah anggota dalam rumah Anda, dan di mana alamat lengkap Anda. Informasi penting lainnya yang tidak perlu dibagikan adalah jenis fobia yang Anda derita dan masalah pribadi yang sedang Anda hadapi.
4. Gunakan media sosial untuk terhubung dengan orang-orang yang Anda kenal. Jika profesi Anda mengharuskan
terhubung dengan orang-orang yang tidak dikenal secara personal, maka lebih hati-hati lagi sebelum memberi informasi pribadi.
5. Jeli menyaring informasi. Sebelum mempercayai lalu menyebarkannya, cari dulu sumber informasi yang Anda dapatkan, apakah ditemukan juga dari situs berita online media mainstream? Jika tidak, maka tidak perlu dipercaya apalagi dibagikan. Ciri hoax biasanya dikemas dengan kalimat yang bombastis.
6. Fokus pada konten yang memberi manfaat. Media sosial kian memudahkan orang menyerap manfaat sebanyak-banyaknya, baik secara keilmuan, pengembangan diri, dan jejaring. Apakah konten yang Anda konsumsi dan Anda bagi punya nilai manfaat? Jika tidak, sebaiknya diurungkan saja.
Mengamati arus berita yang begitu deras, beragam jenis informasi yang tersaji, dan lamanya waktu yang didedikasikan untuk bermedia sosial per hari, maka melek literasi media digital tidak dapat ditunda lagi. Mulai dari mana kita dapat melakukannya?
Setidaknya dapat
dimulai dari dalam
lingkup kecil yaitu
keluarga.
8 | | Edisi Februari 2019
SIRAH NABAWIYAH
S
aat itu Abu Thalib, paman yang paling disayangi Rasulullah sedang dalam kondisi sakit yang parah, seakan tinggal menunggu saat kematiannya. Hingga akhirnya dia meninggal pada bulan Rajab tahun kesepuluh setelah kenabian Rasulullah Muhammad. Namun, ada yang berpendapat Abu Thalib meninggal dunia pada bulan Ramadhan.Di dalam Ash-Shahih disebutkan dari Al-Mursayyab, bahwa tatkala ajal hampir menghampiri Abu Thalib, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menemuinya, yang saat itu di sisinya Abu Jahal. “Wahai paman, ucapkanlah la ilaha illallah, satu kalimat yang dapat engkau jadikan hujjah di sisi Allah,” pinta Rasul.
Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah menyela, “Wahai Abu Thalib, apakah engkau tidak menyukai agama Abdul Muththalib, ayahmu?”
Keduanya tak pernah berhenti
mengucapkan kata-kata ini, hingga pernyataan terakhir yang diucapkan Abu Thalib adalah,
“aku tetap berada pada agama Abdul Muthalib.”
Beliau bersabda, “Aku benar-benar akan memohon ampunan bagimu wahai paman, selagi aku tidak dilarang melakukannya.”
Lalu turun ayat,
ٰىَرا َصَّنلا ِتَلاَقَو ٍء ْ َش ٰ َلَع ٰىَرا َصَّنلا ِت َسْيَل ُدوُ َيْلا ِتَلاَقَو
َلاَق َ ِلَٰذَك َباَتِكْلا َنوُلْتَي ْ ُهَو ٍء ْ َش ٰ َلَع ُدوُ َيْلا ِت َسْيَل اَيمِف ِةَماَيِقْلا َمْوَي ْمُ َنْيَب ُ ُكْ َي ُ َّللاَف ْمِهِلْوَق َلْثِم َنوُمَلْعَي َل َنيِ َّلا نوُفِلَتْ َي ِهيِف اوُن َك
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang Musyrik, walaupun orang-orang Musyrik itu adalah kaum kerabat(-nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang Musyrik itu adalah penghuni neraka jahannam,” (QS: At- Taubah [9]: 113).
Allah juga menurunkan ayat,
ۚ ُءآا َشَي نَم ىِدْ َي َ َّللٱ� َّنِكٰ�َلَو َتْبَبْحأ� ْنَم ىِدْ َت َل َكَّنإا َنيِدَتْهُمْلٱ�ِب َُلْعأ� َوُهَو
“Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.” (QS: Al- Qashash [28]: 56).
Padahal, tidak bisa dibayangkan apa saja perlindungan yang diberikan Abu Thalib terhadap Rasulullah. Dia benar-benar menjadi benteng yang ikut menjaga dakwah Islam dari serangan orang-orang yang sombong dan dungu. Namun, hanya Allah yang dapat memberi rahmat kepada manusia.
Dari Abu Sa’id Al-Khudry, bahwa dia pernah mendengar Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Semoga syafaatku bermanfaat baginya pada hari kiamat nanti, sehingga dia diletakkan di neraka yang dangkal, hanya sebatas tumitnya saja.”
Khadijah Menyusul ke Rahmatullah.
Kira-kira dua atau tiga bulan setelah Abu Thalib meninggal dunia, Ummul-Mukminin Khadijah Al-Kubra meninggal dunia pada usia enam puluh lima tahun. Selama 25 tahun
AMUL HUZNI,
Tahun Duka Cita Bagi Rasulullah
9 Edisi Februari 2019 | |
terakhir, Khadijah adalah seorang istri yang menemani Rasullah dalam setiap keadaan.
Melindungi dikritis, menyayangi di saat resah, membantu menyebarkan tugas kerasulan, dan menyerahkan diri serta hartanya demi Islam.
Di dalam Shahihul-Bukhary, dari Abu Hurairah r.a, dia berkata, “Jibril mendatangi Nabi Shallallahu alaihi wasallam, seraya berkata, “wahai Rasulullah, inilah Khadijah yang datang sambil membawa bejana yang di dalamnya ada lauk atau makanan atau minuman. Jika dia datang, sampaikan salam kepadanya dari Rabb-nya dan sampaikan kabar kepadanya tentang sebuah rumah di surga, yang di dalamnya tidak ada suara hiruk pikuk dan keletihan.”
“Dia beriman kepadaku saat semua orang mengingkariku, membenarkan aku selagi semua orang mendustakanku, menyerahkan hartanya kepadaku selagi semua orang tidak mau memberikannya, Allah pun menganugerahiku anak darinya selagi wanita selainnya tidak memberikannya kepadaku.”
Dua peristiwa ini terjadi dalam jangka waktu yang tidak terpaut lama, sehingga menorehkan perasaan duka dan lara di hati Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, belum lagi cobaan yang dilancarkan kaumnya, karena dengan kematian keduanya mereka semakin berani menyakiti dan mengganggu beliau.
Kesedihan Rasulullah membawa beliau pergi ke Tha’if dengan setitik harapan penduduk setempat berkenan menerima dakwah, atau minimal sudi melindungi dan mengulurkan pertolongan dalam menghadapi kaumnya. Sebab beliau tidak lagi melihat seseorang yang bisa memberi perlindungn dan pertolongan. Pada saat-saat seperti itu Rasulullah masih kerap menerima gangguan yang paling dibencinya dari Quraisy.
Karena penderitaan yang bertumpuk- tumpuk pada tahun itu, maka beliau menyebutnya sebagai “Amul-huzni” (tahun duka cita), sehingga julukan ini pun terkenal dalam sejarah.
Disarikan dari buku SIRAH NABAWIYAH yang ditulis oleh : Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury
SIRAH NABAWIYAH
9 Edisi Februari 2019 | |
10 | | Edisi Februari 2019
MA’RIFATUL QUR’AN
R
ingkasan dari seluruh isi al-Qur’an dan hadis hanya satu, yaitu takwa.Takwa yang bagaimana? Yaitu sikap sebagaimana muslim yang islamnya tidak hanya di masjid-masjid, tetapi juga di seluruh sisi kehidupan. Sayangnya, tidak sedikit orang mengaku beriman tetapi memahami takwa adalah kesalihan pada dimensi ritual saja yang cukup dengan salat, puasa, dan berhaji.
Perhatikan ayat berikut:
َلَو ًةَّفاَك ِمْلِّسلا ِف اوُلُخْدا اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّـيَأ اَي
ٌينِبُم ٌّوُدَع ْمُكَل ُهَّنِإ ۚ ِناَطْيَّشلا ِتاَوُطُخ اوُعِبَّتَـت
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS: Al-Baqarah [2]: 208)
Islam yang kafah adalah apabila dia seorang pedagang, maka dia jujur dengan barang dagangannya. Jika dia seorang politikus, maka dia tidak akan korupsi. Nilai- nilai keislaman ini yang harusnya dibawa juga jika berada di pasar, di kantor, di mana pun kita berada. Sebab, Allah tidak memerintahkan makhluknya untuk bertakwa hanya dengan di masjid saja.
Pada zaman Rasulullah, tidak ada sahabat yang berpendidikan formal dan bergelar tinggi.
Mereka tidak menyandang predikat doktor maupun profesor, tapi mampu memimpin seperempat dunia dan mengentaskan manusia dari kemiskinan dan kelaparan. Bahkan, saat itu petugas maal yang sedang mengecek dari rumah ke rumah tidak menemukan satu pun orang yang membutuhkan zakat.
“Seandainya kamu datang kemarin, niscaya kami terima,” kata mereka. Padahal, sekalipun petugas maal tersebut datang kemarin, mereka akan menjawab dengan jawaban
Hakikat TAKWA
Oleh:
Dr. Amir Faishol Fath, MA.
Ahli Tafsir Al Qur’an
10 | | Edisi Februari 2019
11 Edisi Februari 2019 | |
yang sama. Pada masa itu, orang miskin saja harus dicari. Sungguh, betapa makmurnya jika pemimpin dan rakyatnya adalah hamba yang bertakwa.
Ketika Allah menurunkan risalah Islam, bukan semata ingin menyempitkan hambanya untuk berada di masjid. Allah ingin hambanya juga menyebar ke semua tempat untuk memberi manfaat. Kesalehan yang tidak sekadar dalam ibadah sehari-hari, tetapi juga kesalehan sosial, politik, dan ekonomi.
يِذ ءاَتيِإَو ِناَسْحِلإاَو ِلْدَعْلاِب ُرُمْأَي َهّللا َّنِإ
ِيْغَـبْلاَو ِرَكنُمْلاَو ءاَشْحَفْلا ِنَع ىَهْـنَـيَو َبْرُقْلا
َنوُرَّكَذَت ْمُكَّلَعَل ْمُكُظِعَي
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS: An-Nahl [16]: 90)
Pada ayat tersebut yang Allah sebutkan pertama adalah sikap. Sebagaimana seorang hamba yang mengaku iman kepada Allah, maka dia harus punya sikap sosial. Sikap ini yang kemudian menjadi ukuran iman, sehingga kesalehan ritual tidak cukup untuk mengukur tingkat keimanan seseorang. Di zaman nabi pun banyak yang saleh dhohir-nya, tetap mereka memihak kepada orang kafir dan bertentangan dengan nabi. Mereka lah yang disebut munafikun.
Awal hijrah Allah menurunkan surat Al- Baqarah secara bertahap selama 9 tahun di kota Madinah. Digambarkan pula keadaan mereka di awal surat Al-Baqarah bahwa kelak akan dihadapi umat sepanjang sejarah:
pertama yang jujur islamnya; kedua yang jelas kafir musyriknya; dan ketiga tidak jelas karena dia muslim tapi samar. Tipe ketiga ini yang menjelaskan makna takwa.
Al-Baqarah ayat 1 - 3
(1)
ملا
“Alif laam miim”
(2) “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan
ْينِقَّتُمْلِّل ىًدُه ِهْيِف َبْيَر َل ُبٰتِكْلا َكِلٰذ
padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,”
(3)
َةوٰلَّصلا َنْوُمْيِقُيَو ِبْيَغْلاِب َنْوُـنِمْؤُـي َنْيِذَّلا
َنْوُقِفْنُـي ْمُهٰـنْـقَزَر اَِّمَو
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan salat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”
Ayat ini merupakan petunjuk bagi orang yang bertakwa. Mengapa bukan mukminin?
Banyak yang mengaku beriman tapi tidak bertakwa. Menjadi bertakwa memang tidak mudah, sebab menyangkut semua urusan seluruh kehidupan.
MA’RIFATUL QUR’AN
Semoga kita semua adalah orang yang tidak hanya berislam di masjid-masjid saja, tetapi juga berislam di
lingkungan tempat
kita tinggal, tempat
kita bekerja, dan
di manapun kita
berada.
12 | | Edisi Februari 2019
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum Ustaz,
Mohon meluruskan mengenai penyaluran zakat secara individu. Setahu saya, kita boleh memberikan zakat kita untuk orang tua. Akan tetapi ada pula yang menyebutkan bahwa memberi uang ke orang tua adalah kewajiban kita sebagai anak. Jadi tidak selayaknya zakat diberikan pada orang tua. Mohon bantuannya untuk dijelaskan, Ustadz.
Jawaban:
Alhamdulillah wasshalatu wassalamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du.
Sejauh pengetahuan kami tidak ada dalil yang secara khusus dan eksplisit melarang seorang muslim atau muslimah untuk membayarkan zakatnya kepada orang tua, baik ibu maupun bapak. Namun, jumhur ulama sepakat bahwa orang tua bukan termasuk sasaran mustahik dari zakat anak kandungnya.
Seperti halnya zakat suami yang tidak boleh diberikan kepada istrinya dan zakat orang tua yang juga tidak boleh untuk anak-anaknya, jika masih bertanggung jawab menafkahi.
Sebabnya adalah sebagaimana kebutuhan nafkah istri merupakan tanggung jawab suaminya, dan nafkah anak yang belum mandiri adalah tanggung jawab orang tuanya.
Maka begitu pula menafkahi orang tua yang tidak mampu adalah menjadi tanggung jawab anaknya yang mampu. Lebih dari itu, Islam
bahkan menetapkan adanya hak dan jatah bagi orang tua pada harta milik anaknya.
Rasulullah Saw. bersabda, “Engkau dan hartamu adalah untuk (milik) bapakmu” (HR.
Ibnu Majah, At-Thabrani dan Al-Baihaqi.
Pada riwayat lain disebutkan, “Engkau dan hartamu adalah untuk (milik) orang tuamu.
Sesungguhnya anak-anak kalian merupakan bagian dari hasil usaha terbaik kalian. Maka makanlah (ambillah) sebagian dari hasil kerja anak-anak kalian itu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Nah, berdasarkan hadis tersebut, sebenarnya status orang tua terkait harta anaknya justru bisa termasuk kategori
“pemilik”. Atau minimal, hak dan jatah untuk orang tua tentu jauh lebih besar dari sekadar bagian zakat, dimana itu harus dari harta milik sah sang anak. Sementara harta zakat, saat sudah tiba waktu wajibnya, sudah bukan milik pembayarnya lagi. Seperti halnya membayarkan zakat kepada istri atau anak, sama saja dengan membayarkan zakat kepada diri sendiri. Berarti dengan demikian, jika seseorang membayarkan zakat kepada orang tuanya yang tidak mampu, maka seakan-akan ia membayarkan zakatnya kepada dirinya sendiri pula. Hal itu sama saja berarti ia belum atau tidak membayar zakat.
Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq, wal hadi ila sawais sabil.
ZAKAT
KONSULTASI ZAKAT
Oleh:
Ustaz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA Anggota Dewan Pengawas Syariah LMI
Cara Mengetahui Kualitas Agama Untuk Orangtua,
Bolehkah?
13 Edisi Februari 2019 | |
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum Ustaz,
Saya seorang ayah yang saat ini sedang menimbang-nimbang kualitas agama calon menantu untuk anak saya. Mohon nasihatnya, bagaimana cara kita melihat tingkat keimanan seseorang dalam memilih pendamping hidup.
Matur nuwun, Ustaz.
Salam, Lukman Jawaban:
Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,
Rasulullah Saw. bersabda:
ِقَلاْخَلأْا َحِلاَص َمَِّتُلأِ ُتْثِعُب اََّنِإ
“Sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Pak Lukman, inti dari ajaran Islam yang sebenarnya adalah akhlak, yaitu buah dari syari’ah dan aqidah. Jika aqidahnya mantap, syariah pasti dijalankan dan akhlaknya pasti mulia. Silakan dilihat dulu, apakah akhlaknya
sesuai dengan syariah dan aqidah.
Tiga hal ini diibaratkan seperti pohon dengan aqidah sebagai akar yang menghujam ke tanah. Sebagaimana akar, wujudnya tidak tampak karena sudah mendarah daging dalam diri seorang mukmin. Syariah sendiri merupakan batang yang dapat dilihat, ini seperti hal nya ibadah shalat, puasa, dan haji.
Berikutnya adalah akhlak yang merupakan dedaunan rindang dan buah-buah yang tumbuh, yang bermakna keberadaannya memberi manfaat kepada makhluk di sekitar.
Menilai keimanan seseorang pun demikian, yaitu melihat secara utuh tiga hal tersebut dengan mengutamakan akhlak sebagai buah dari syariah dan aqidah. Sayangnya, yang banyak terjadi di masyarakat kita terbiasanya mendahulukan penilaian dari ibadah harian seseorang. Padahal, Rasulullah dulu menunggu 13 tahun untuk memantapkan aqidah dan akhlak, baru turun perintah terkait syariat yaitu shalat.
Semoga putri Bapak mendapat jodoh terbaik yang mulia akhlaknya. Aamiin.
Cara Mengetahui Kualitas Agama
Oleh:
Ustaz Prof. Dr. H. M. Roem Rowi, MA Ketua Dewan Pengawas Syariah LMI
KONSULTASI SYARIAH
CALON MANTU
Jika Anda memiliki pertanyaan seputar zakat dan syariah, silakan kirimkan langsung via SMS atau WhatsApp ke Hotline LMI 0822 3000 0909. Jika memungkinkan,
pertanyaan Anda akan kami tampilkan untuk edisi berikutnya.
13 Edisi Februari 2019 | |
14 | | Edisi Februari 2019
MOTIVASI
M
enarik saat memperbincangkan tentang nilai plus manusia, yaitu akal.Tersebab akal inilah manusia memiliki kesempatan untuk melebihi posisi prestise malaikat. Tertera pada angka cantik di al- Qur’an, 234 surat ke-2 Al-Baqarah ayat 34.
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’
maka sujudlah mereka...”.
Namun, uniknya, tersebab kepemilikan akal ini juga, manusia memiliki potensi status dirinya bisa lebih rendah daripada hewan ternak.
“Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi...”, tegas Allah Ta’ala pada (QS: Al-A’raf [7]: 179).
Sobat...
Jadi, kepemilikan akal belum tentu selalu dinikmati oleh tiap diri manusia. Lalu, bagaimana mampu menikmati kepemilikan akal? Tentunya dengan mengikuti prosedur dari pencipta akal itu sendiri, siapa lagi kalau bukan Allah Jalla Jalaluh. Namun, jika melawan arus dari aturan Allah Ta’ala terhadap penggunakan akal. Ketahuliah sahabat, akan terjadi kesalahan dalam memahami unsur
kehidupan, wa bilkhusus wilayah agama, lebih inti lagi wilayah syariat. Sehingga dikhawatirkan saat akal menjadi nakal, maka syariat akan dilakukan dengan maksiat.
Mmm... Akal menjadi nakal, atau nalar menjadi liar, kok bisa melanggar syariat? So pasti, karena nalar akan selalu selaras dengan hal yang bersifat nyata, logis, kasat mata, dan dapat diterima oleh panca indra. Sedangkan syariat sebagian besarnya tersumber dari wilayah gaib, yang tentunya kontradiktif dengan penilaian nalar. Sehingga jika nalar menjadi prioritas utama, bahkan satu-satunya alat untuk menilai syariat, maka tidak akan ada kata minat untuk taat. Iman pun akan tersekat, dan pikiran pun menjadi sesat.
Ambil contoh, saat ayat al-Qur’an
membincangkan tentang kebijaksanaan Allah yang tidak pernah menzalimi hamba-Nya, meskipun se-dzarrah pun. Sebagaimana ditegaskan pada (QS: An-Nisa’ [4]: 40). Lalu, terdengarlah statement dari fulan yang berujar
“kok yang selalu aku dapatkan hanya musibah, musibah, dan terus musibah. Padahal ibadahku tak pernah lelah. Kok janji Allah tidak terasa
Jangan Nakal
Oleh:
Ustaz Heru Kusumahadi Pembina Surabaya Hijrah (KAHF)
RASIONAL
14 | | Edisi Februari 2019
15 Edisi Februari 2019 | |
MOTIVASI
indah, ya? Katanya dapat berkah? Malah hidupku semakin payah. Takdir Allah begitu membuat diriku gundah.”
Alasan fulan secara logika bisa diterima, karena memang itulah realitanya. Namun, perlu dipahami, bahwa realitas tak selalu ternilai logis. Misal, jika diajukan sebuah kalimat tanya, salat apa yang disukai menurut logika? (a) Salat Subuh dan (b) Salat Isya? Maka –seharusnya- kita menjawab, “salat subuh!”
Mengapa? Karena salat subuh hanya dua rakaat, durasi waktunya pun lebih singkat dari salat isya, dan status diri saat itu sudah pada kondisi fresh, karena sudah cukup istirahat.
Sedangkan salat isya, empat rakaat. Lebih banyak jumlah rakaatnya, durasinya juga. Dan waktu salat isya setelah fisik diri terkuras oleh rutinitas seharian. Sehingga sudah lelah.
Nah, kita secara logika lebih suka memilih yang simpel dan cepat. Hayo, saat kita jadi makmum, pilih mana? Imam membaca surat Al- Ikhlas atau Al-Baqarah? Kita semua sudah tau jawabannya. Hehe...
Sobat, yuk, kembali ke ucapan fulan di atas. Jika dinilai dengan nalar, ada kemungkinan memang benar, namun saat logika digunakan tanpa batas, muara keburukannya adalah kita akan menyalahkan aturan Allah, bahkan lebih parah lagi, kita menyalahkan takdir Allah Ta’ala. Oleh karenanya, jangan selalu menilai didasarkan pada logika, apalagi logika dikultuskan melebihi iman. Wal iyadzubillah!
Lalu, bagaimana akal harus dipakai? Allah Ta’ala sudah menginformasikan rumusannya yaitu dengan menjadi ulul albab. Seperti apa itu? Pada (QS: Ar-Ra’d [13]: 19-20) “...
hanyalah orang-orang berakal saja yang dapat mengambil pelajarannya, (yaitu) orang- orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian.” Perjanjian apa ini? Ayat ini dikorelasikan dengan (QS: Al-A’raf [7]: 172)
“Allah mengambil persaksian (perjanjian) terhadap jiwa mereka (manusia). “Bukankah
Aku ini Tuhanmu?”. Mereka menjawab, “betul (Engkau Tuhan kami). Kami menjadi saksi”.”
Maksudnya, gunakan akal sesuai pada kadar kemampuan dan wilayahnya, sebagaimana yang diperintahkan pada kalimat
“Iqra’!”. Bacalah! (QS: Al-Alaq [96]: 1) ataupun
“Qul undzuru”, perhatikanlah (QS: Yunus [10]:
101).
Maka, Sobat, sebuah analogi menjadi penutup tulisan ini. Semisal seseorang menuju kota Malang, kemudian saat hendak masuk jalan tol, tertuliskan informasi: arah Malang macet total. Pertanyaannya, “Kalian tetap masuk tol setelah mendapatkan penjelasan macet total, atau kalian putar balik mencari jalan alternatif?” Tentunya orang yang berakal akan mencari jalan alternatif. Karena ia cukup berinteraksi dengan informasi yang berfungsi menjadi penjelasan. Namun, jika dia tetap masuk tol, maka kalian akan bertemu dengan realitas kemacetan.
Orang yang berakal akan selalu berinteraksi dengan PENJELASAN. Sedangkan orang yang tidak berakal, akan berinteraksi dengan REALITAS.
Mari, jadi orang yang berakal dengan terus mengikuti penjelasan: Allah Ta’ala baik dalam al-Qur’an ataupun Sabda Insan Mulia Rasulullah. Gunakan akal dengan menjauhkan dari kata liberal, batasi penggunaan akal untuk menyoal perihal spiritual, gunakan akal dengan al-Qur’an dan hadis penjadi pengawal, dan gunakan akal jangan sampai nakal. Allahu a’lam
15 Edisi Februari 2019 | |
16 | | Edisi Februari 2019
M
enyegerakan menikah merupakan solusi konkret untuk menjaga diri dan kehormatan serta dapat menundukkan pandangan bagi Anda yang telah masuk kategori mampu untuk menikah.Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:
َةَءاَبْلا ُمُكْنِم َعاَطَتْسا ِنَم ، ِباَبَّشلا َرَشْعَم اَي
ْنَمَو ،ِجْرَفْلِل ُنَصْحَأَو ِرَصَبْلِل ُّضَغَأ ُهَّنِإَف ،ْجَّوَزَـتَيْلَـف
ٌءاَجِو ُهَل ُهَّنِإَف ،ِمْوَّصلاِب ِهْيَلَعَـف ْعِطَتْسَي َْل
“Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian berkemampuan untuk menikah, menikahlah. Karena menikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga
kemaluan. Barang siapa yang belum mampu hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat membentengi dirinya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Mampu bukan sekadar ingin, tetapi telah siap bertanggung jawab atas segala sesuatu yang ada dalam pernikahan. Lalu, apakah masuk kategori belum mampu jika masih takut menaruh percaya pada orang lain karena pernah dikecewakan?
Ketakutan, kecemasan, kegelisahan, dan sejenisnya karena bayangan masa lalu adalah masalah psikologis yang harus Anda selesaikan sebelum memutuskan untuk menikah. Jangan biarkan Anda larut dalam luka. Datangi psikiater, ustaz, atau ustazah lalu sembuhkan luka itu.
Oleh:
Ustaz Achmad Syukron Konsultan Pernikahan
PERNIKAHAN
Persiapkan
Diri Menuju
PERNIKAHAN
17 Edisi Februari 2019 | |
PERNIKAHAN
Anda dapat melakukan konseling jika dirasa perlu, sebab saat Anda memutuskan untuk menikah artinya Anda juga harus siap dengan segala risiko yang ada, termasuk mengakrabi kekecewaan dengan penerimaan.
Nah, persiapan individu menuju pernikahan adalah hal yang tidak dapat ditawar. Persiapan individu ini terkait persiapan ilmu dalam pernikahan, di antaranya adalah fikih nikah dan fikih rumah tangga. Setiap ilmu yang berkenaan dengan apa yang akan kita lakukan serta bagaimana cara melakukan idealnya disampaikan oleh guru.
Ada baiknya belajar tentang ilmu fikih nikah dan fikih rumah tangga dengan mencari guru, tidak hanya sekadar belajar dari membaca buku. Selain itu yang tidak kalah penting adalah persiapan mental dan spiritual.
Siap mental artinya siap bertanggung jawab atas apa yang diucapkan dan dilakukan, siap menghargai perbedaan, siap menerima kekurangan, dan hal ini menuntut kedewasaan seseorang dalam menyikapi berbagai
keadaan.
Seringkali seseorang yang belum menikah hanya membayangkan indahnya pernikahan, tanpa belajar untuk siap menerima
kekurangan dari orang yang kelak akan menikah dengannya. Hanya membayangkan tentang istri atau suami yang ideal. Tapi lupa memahami bahwa Aisyah radhiallahu ‘anha yang cerdas, ceria, cantik jelita adalah seorang pencemburu luar biasa.
Betapa banyak laki-laki yang
mendambakan istri seperti Khadijah, tetapi tidak mau menikah dengan orang yang usianya sedikit bahkan jauh di atasnya.
Jangan sampai Anda memutuskan menikah hanya agar ada yang menemani karena telah bosan sendirian, agar ada yang memijati saat kelelahan, agar ada yang mencucikan dan memasakkan. Atau agar ada yang menopang hidup Anda, karena hidup di zaman ini semakin banyak kebutuhan.
Cara berpikir kekanak-kanakan semacam itu akan berpengaruh pada cara menyikapi masalah yang ada dalam rumah tangga nantinya. Anda perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan yang mengeruhkan suasana rumah tangga.
Sehingga begitu memasukinya, Anda tidak banyak berkeluh kesah atau melontarkan kekesalan pada pasangan karena kehidupan rumah tangga yang jauh sekali dalam bayangan.
Semoga Anda tidak berputus asa dalam menyiapkan diri menuju pernikahan.
17 Edisi Februari 2019 | |
18 | | Edisi Februari 2019
PARENTING
S
emua bahan pengajaran harus dikemas dengan menarik agar anak-anak di berbagai tahapan usia menjadi bergairah saat mempelajarinya. Matematika, sains, ilmu sosial dan tentu saja, ilmu agama harus disampaikan dengan cara yang memukau agar anak merasakan kejutan- kejutan yang menyenangkan ketika dipancing dengan sebuah pengetahuan. Termasuk al-Qur’an.Ada beberapa metode pengajaran ala Rasulullah saw. yang dapat kita terapkan. Misal, memancing dengan pertanyaan, “Tahukah kamu? Bagaimana cara terjadinya? Maukah kuberi tahu?”
Al-Qur’an sarat akan kisah-kisah yang menakjubkan. Orangtua dan pendidik perlu
menyajikan dengan cara-cara kreatif agar anak tertarik mendengarkan hal ihwal tentang Qur’an, suka mendengar bacaan Qur’an, menangis mendengar bacaan Qur’an, cinta membaca Qur’an, dan gemar menghafalnya.
Tentu, tak mudah mengajak anak untuk melakukan itu semua. Maka, sebagai orangtua dan pendidik kita harus berupaya segiat mungkin mencari berbagai macam cara pengajaran. Salah satu hal yang disukai anak- anak adalah dengan bercerita.
Suatu saat, saya memanggil anak-anak dan menanyakan, “Berapa sih jumlah pemuda Ashabul Kahfi?”
Ada yang menjawab 10, ada yang kurang, ada yang lebih. Saya paparkan nama-nama Ashabul Kahfi versi tafsir Qur’an.
Oleh:
Sinta Yudisia Penulis, Psikolog
Ajak Anak Mencintai
AL-QUR’AN
19 Edisi Februari 2019 | |
PARENTING
“Nama mereka Maksalmina, Tamlikha, Marthunus, Birunus, Dominus, Yathbunus, Falyastathyunus dan nama anjing mereka Hamran atau Qithmir.”
Mata anak-anak bercahaya, seruan mereka terdengar takjub. Membaca Al-Kahfi di hari Jumat adalah kebiasaan yang kami coba tanamkan di tengah keluarga. Tentu kebiasaan ini tidak serta merta mengalir begitu saja tetapi ada contoh, motivasi, evaluasi dan penyegaran dengan kisah-kisah hikmah. Motivasi dengan mengingatkan, ”Ayo, jangan lupa baca Al- Kahfi. Supaya dapat cahaya dari Jumat ke Jumat.” Evaluasi dilakukan sejak zuhur dengan mengingatkan, “Sudah baca Al-Kahfi?” Diulang lagi sore hari, “Sudah baca?” dan bila sangat sibuk maka ketika jam lima senja hari harus duduk sejenak untuk mencoba membaca Al- Kahfi sebisa mungkin. Itu baru tentang Al-Kahfi.
Bagaimana dengan 113 surat yang tersisa?
Orangtua harus terus memberikan contoh, dorongan, evaluasi, dan penyegaran.
Jangan sampai anak-anak dibiarkan begitu saja menghabiskan waktu sehari-hari tanpa sentuhan al-Qur’an sama sekali. Dunia anak- anak yang penuh keceriaan dan aktivitas, bisa jadi dipenuhi dengan canda tawa tanpa makna.
Tapi bisa juga kita selipkan dengan sarana mengingat Allah, termasuk pengajaran Qur’an.
Video-video YouTube pun banyak yang memberikan tadzkirah tentang Qur’an.
Suatu ketika, saya dan si sulung melihat video tentang Alien in Quran. Penjelasan sang narator tentang QS: Al-Isra [17]: 70:
َنِم ْ ُهاَنْقَز َرَو ِرْحَبْلاَو ِّ َبْلا ِف ْ ُهاَنْلَ َحَو َمَدآ� ِنَب اَنْمَّرَك ْدَقَلَو
ًلي ِضْفَت اَنْقَلَخ ْنَّمِم ٍيِثَك ٰ َلَع ُْهاَنْلَّضَفَو ِتاَبِّيَّطلا
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
Benar-benar mengejutkan dan yang pasti video itu langsung kami share di grup keluarga serta di akhir pekan ditonton lagi bersama.
Betapa sedikitnya yang masih kita pahami dari rahasia Qur’an. Betapa menakjubkan cuplikan- cuplikan pengetahuan yang disematkan Allah dalam Qur’an. Bila anak kita suka sains, galilah ilmu pengetahuan alam dari Qur’an.
Bila anak suka sejarah dan ilmu sosial, Qur’an banyak sekali menceritakan tentang kisah orang terdahulu. Lengkapi dengan tafsir dan Qishasul Anbiya agar kita sarat bahan cerita.
Jika masih memiliki anak-anak usia TK dan SD, kisah fabel dalam Qur’an pasti mengesankan.
Bila anak-anak beranjak remaja dengan segala problematikanya, jadikan surat-surat dalam Qur’an sebagai bahan diskusi seru, korelasikan dengan situasi terkini.
19 Edisi Februari 2019 | |
Al-Qur’an tak pernah usang.
Qur’an selalu menakjubkan.
Quran membuat ribuan bahkan jutaan orang di luar sana menjadi mualaf.
Kalau kita sebagai keluarga
muslim tidak tertarik untuk
mempelajari dan mencintai
Qur’an, mungkin anak-anak
kurang mendapatkan stimulus
yang tepat dari orangtua dan
lingkungan.
20 | | Edisi Februari 2019
KABAR LMI
G
empa bumi, tsunami, dan likuifaksi telah meluluhlantakkan Sulawesi Tengah. Recovery yang paling krusial dibutuhkan adalah pendidikan, layaknya sebuah investasi di masa depan. Maka, LMI bersama dengan JSIT Sulawesi Tengah berupaya membangun kembali kehidupan warga terdampak bencana, khususnya di Palu, yang diwujudkan dalam sebuah Kampung Peradaban.Kampung Peradaban ini berdiri di atas tanah seluas 3.000 m2. Di tanah tersebut akan dibangun 20 rumah tinggal bagi para guru, masjid, pendopo, dan 5 unit ruko. Sebuah komplek yang nantinya akan menjadi ruang untuk belajar, berkreasi, dan menyiapkan para generasi islami. Dana yang dibutuhkan untuk mewujudkan Kampung Peradaban sebesar 1,99 Milyar dengan waktu pengerjaan selama 4 bulan.
Peletakan batu pertama berlangsung pada hari Selasa (25/12), bertempat di lokasi tanah
yang akan dibangun Kampung Peradaban di desa Petobo, kecamatan Palu Selatan. Direktur Utama LMI hadir bersama Wali Kota Palu Drs.
Hidayat, Anggota DPRD Kota Palu Sucipto, Ketua JSIT Indonesia M. Zahri, dan Ketua JSIT Sulawesi Tengah Mahmud Yunus.
Agung Heru Setiawan selaku Direktur Utama Laznas LMI berharap semoga Kampung Peradaban ini mampu membangkitkan semangat warga korban gempa dan tsunami.
“Kami berkomitmen untuk terus berjabat erat dan saling bahu-membahu membantu warga korban bencana di Palu, tidak hanya secara fisik saja, tetapi juga memulihkan kondisi psikologis dan spiritual.
Kami berterima kasih kepada para donatur atas terwujudnya upaya recovery untuk Sulawesi Tengah, khususnya Palu. Kesempatan berdonasi masih terus kami buka untuk tahap pembangunan selanjutnya. Kami mohon doa agar proses ke depan berjalan lancar tanpa kendala yang berarti. (nov)
Laznas LMI Bangun
di Palu
KAMPUNG
PERADABAN
21 Edisi Februari 2019 | |
PANAHAN, Program Recovery Untuk Lombok
W
arga Sembalun, Lombok Timur, saat ini tengah disibukkan dengan aktivitas panahan. Kegiatan ini merupakan salah satu program recovery untuk warga terdampak gempa bumi yang kini berupaya memperbaiki kondisi ekonomi. Apalagi, kayu dan bambu sebagai bahan baku mudah sekali ditemukan di kawasan ini.Selain pertimbangan sumber daya alam yang sudah tersedia, pemberdayaan di bidang keterampilan dan kerajinan panahan ini dipilih karena sejalan dengan sunah Rasulullah. Warga Lombok yang mayoritas muslim merasa cocok dengan panahan karena dapat ditekuni oleh segala usia, mulai dari anak-anak, remaja, maupun para orang tua. Hal ini tidak menutup
kemungkinan panahan sebagai salah satu potensi wisata yang menarik bagi pengunjung Taman Nasional Gunung Rinjani.
Wawan, Relawan RNPB Laznas LMI yang membina dan mendampingi warga untuk program ini berharap nantinya peralatan panahan dari Sembalun dapat menjadi komoditas andalan yang dapat bersaing di pasaran. (nov)
KONSER AMAL “Wong Kito Peduli Banten dan Lampung”
A
had, 23 Desember 2018 Indonesia berduka. Pesisir Selat Sunda dihantam Tsunami dan data BNPB (25/12) mencatat korban di Banten dan Lampung selatan sebanyak 429 orang meninggal, 1.485 luka-luka, 154 hilang, dan 16.082 mengungsi.Sebagai bentuk kepedulian, Laznas LMI bersinergi dengan Palembang Square Mall di malam Tahun baru dengan menggelar konser Amal. Acara ini berlangsung pada hari Senin, 31 Desember 2018 bertempat di Food Court Palembang Square. Konser amal tersebut merupakan kolaborasi bersama FLP Palembang,
Nasyid Nahwan, M-MKR, dan komunitas biola sebagai talent utama. Hasil penggalangan dana disalurkan oleh Relawan RNPB Laznas LMI yang sudah berada di lokasi bencana sejak hari kedua.
Kami ucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah mendukung kelancaran konser amal ini. Semoga donasi yang terkumpul dapat membantu meringankan beban saudara kita di Banten dan Lampung Selatan. Aamiin. (Bara)
KABAR LMI
21 Edisi Februari 2019 | |
22 | | Edisi Februari 2019
KABAR LMI
Blitar — Unit Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI) dan Himpunan Mahasiswa (HIMA) Teknik Sipil Universitas Islam Balitar menyalurkan hasil galang dana untuk korban tsunami Selat Sunda kepada LMI.
Alhamdulillah, donasi yang terkumpul
Rp3.750.000. Semoga amal kebaikan ini dinilai sebagai pahala oleh Allah Swt.
Bojonegoro — SMART QUR’AN HOLIDAY.
LMI bersama Rumah Qur’an An-Nur menggelar pesantren kilat selama 3 hari. Di sini adik- adik mengisi libur sekolah dengan belajar membaca dan menghafal al-Qur’an bersama da’i LMI Ustaz Solihin. Semoga ilmunya membawa berkah ya adik-adik.
Kalimantan Selatan — Program Mualaf Muda Loksado Berkhitan, akhirnya Syahriel dapat menyempurnakan syariat sebagaimana seorang muslim. Siswa SMAN 2 Kadangan Banjarmasin ini pun semakin semangat belajar keislaman. Semoga istiqomah, ya.
Madiun — Santunan diberikan LMI kepada Heru Prayogo (26) dan Aji Wahyu Saputro (16), kakak beradik penyintas kanker darah yang tidak pernah berputus asa dengan kondisi kesehatannya. Heru memelihara ayam kampung yang jumlahnya kini tujuh ekor sedangkan Aji bekerja serabutan di sela- sela waktu sekolahnya. Mari doakan mereka semoga segera sembuh.
Ngawi — Fauzan Al Ghiffary, penerima beasiswa LMI menjadi peserta 2nd Phase of Southeast Asia Creative Camp yang digelar Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) di Bangkok, Thailand.
Siswa kelas XII di SMAN Kendal ini membuat game edukasi dari materi pelajaran biologi dan didapuk sebagai juara pertama. Selamat untuk Fauzan. Semoga terus berprestasi, ya!
Kediri — Rizal Amrullah salah satu peserta khitan bersama LMI. Anak usia 8 tahun ini senang sekali akhirnya bisa berkhitan seperti teman-temannya yang lain. Semoga jadi anak yang saleh ya, Dek Rizal.
23 Edisi Februari 2019 | |
Pamekasan — Sepuluh tahun lalu Ibu Siyah (72) bekerja sebagai pembantu rumah tangga harian dan buruh cuci, namun aktivitasnya terhenti seketika setelah terkena serangan stroke. Penerima santunan lansia dhuafa ini sampai sekarang hanya mampu berbaring di tempat tidur. Semoga Allah segera meringankan dan mengangkat penyakitnya.
Probolinggo — Mbah Sumo sedang menjalani perawatan tumor di hidungnya.
Semasa masih sehat, dia bekerja sebagai buruh tani. Namun kini tubuhnya yang kian lemah tidak sanggup lagi bekerja lebih keras.
Semoga santunan yang diberikan kepada Mbah Sumo dapat meringankan bebannya.
Sidoarjo — Santunan perbaikan motor roda 3 penyandang disabilitas diberikan LMI kepada Pak Yudianto. Motor yang digunakannya sejak 2008 belum pernah mendapat perbaikan.
Semoga kondisi motornya yang sekarang dapat menunjang pekerjaannya sebagai penjual buku keliling.
Situbondo — Dua puluh anak asuh LMI mengikuti outbound dan up grading di pantai Pasir Putih. Acara ini diisi materi dengan tema “teguhkan iman bersama kawan” yang disampaikan oleh Ustaz Sugiyantono. Semoga kelak mereka tumbuh sebagai muslim dan muslimah yang bermanfaat untuk orang-orang di sekitarnya.
Sumenep — Kakek Esnin yang dulunya punya keterampilan mereparasi barang elektronik, kini harus mencari pekerjaan baru setelah penglihatannya terganggu. Setelah berbagai macam usaha dicoba, akhirnya saat ini menekuni beternak lovebird. Tim pendayagunaan LMI selalu siap mendukung para mustahik yang punya semangat kemandirian seperti Kakek Esnin.
Tulungagung — Laznas LMI mendukung kegiatan tahunan komunitas Klub Sahabat Remaja (KSR), yaitu Super Camp. KSR ini merupakan salah satu mitra LMI dalam melaksanakan pembinaan para penerima beasiswa LMI. Semoga kegiatan ini membawa berkah kepada para peserta.
KABAR LMI
24 | | Edisi Februari 2019
TIPS GIZI
B
ila selama ini kita banyak membaca tips diet untuk si gemuk agar kurus, sekarang mari kita bicarakan diet untuk si kurus agar lebih berisi. Dietnya adalah mengatur pola makan agar mendapat asupan gizi yang dibutuhkan untuk menambah berat badan dan masa otot tubuhnya. Mengapa si kurus harus diet? Sebab, badan yang terlalu kurus bisa menyebabkan gampang patah tulang, arthritis (peradangan sendiri), dan gangguan jantung. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa badan kurus bisa menyebabkan resiko keguguran, depresi, sakit paru-paru, dan bagi pria dapat menurunkan kualitas sperma.Berikut ini pola yang dianjurkan oleh:
1. Cari makanan kesukaan. Biasanya si kurus itu punya kebiasaan makan sedikit atau sulit makan, oleh karena itu gali dulu kebiasaan makannya. Makanan apa yang dia suka. Buat agar dietnya menjadi menyenangkan.
2. Makanlah beraneka ragam
makanan. Jangan membatasi pilihan makanan dengan yang itu-itu saja. Tapi, salah besar juga bila menganggap makanan atau camilan berbahaya bagi orang gemuk, seperti gorengan, jeroan, atau junk food, ‘aman’ bagi orang kurus.
3. Mengikuti pola pengosongan lambung. Makanlah tiap 2,5 - 3 jam sekali.
Usahakan untuk makan 30 menit setelah bangun tidur dan kunyah makanan terakhir 2 jam sebelum tidur. Jangan terpaku pada pola makan di antara makan besar sebagai snack atau camilan. Sebagai si kurus, boleh
mengonsumsi makanan berat di luar waktu makan besar.
4. Menambah porsi dan frekuensi makan. Jangan berharap massa otot bertambah bila hanya makan tiga kali dalam sehari dengan porsi sedang. Tapi, porsi yang terlalu banyak juga kurang dianjurkan pada saat makan besar tiga kali sehari karena malah membuat mual, sebah, dan kurang dianjurkan untuk kesehatan pencernaan.
5. Olahraga untuk memicu masa otot berusaha mengisi dirinya sendiri. Selain biasanya setelah olahraga akan meningkatkan nafsu makan.
Konsumsi karbohidrat sebaiknya sekitar 60 g - 80 g sekali makan. Ini sekitar sepiring nasi.
Variasikan juga jenis karbo yang dikonsumsi.
Akan lebih baik jika asupan protein sekitar 35%
dari seluruh asupan harian. Pilih protein baik yang rendah lemak, seperti ikan, dada ayam tanpa kulit, atau daging tanpa lemak. Dapatkan juga protein dari produk olahan susu, seperti keju dan yoghurt. Sekitar 30% asupan harian sebaiknya juga menyertakan lemak baik.
Misalnya minyak biji matahari, minyak kelapa dan minyak jagung, serta asam lemak tak jenuh tunggal yang bisa didapat dari minyak zaitun. Jenis lemak ini akan membantu sistem pembuluh darah tetap sehat.
Selalu sertakan sayuran dan buah-buahan segar dalam jumlah cukup tiap saat. Konsumsi sayur dan buah aneka warna agar kebutuhan vitamin terpenuhi. Seperti tema bulan lalu.
Allahu a’lam
ASUPAN
Untuk si Kurus
Oleh:
Agus Sri Wardoyo
Ketua DPD PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) Jawa Timur Peraih Dietitian Award 2011
24 | | Edisi Februari 2019
25 Edisi Februari 2019 | |
Soto
Betawi
RESEP
Soto khas Betawi ini salah satu contoh resep yang pas untuk menambah berat badan.
Kandungannya lengkap, ada susu, daging, juga kentang. Jika berkenan, dapat disajikan dengan lontong.
Bahan-bahan:
• Daging ½ kg
• Emping goreng
• Kentang ½ kg
• Daun bawang secukupnya
• Tomat 3-4 biji
• Susu UHT 350 ml
• Gula secukupnya
• Garam secukupnya
• Lengkuas, sereh, daun salam, daun jeruk Bumbu halus:
• Bawang merah
• Bawang putih
• Ketumbar
• Kemiri
Bumbu Sambel Soto:
• Cabe
• Bawang merah
• Bawang putih
• Gula garam
Langkah Pembuatan:
1. Daging cuci bersih, kemudian direbus sampai empuk
2. Blender semua bumbu dan selanjutnya disangrai hingga harum
3. Masukan bumbu halus ke rebusan daging yang sudah mulai empuk.
4. Tambahkan geprek sereh, lengkuas, daun salam, daun jeruk, kemudian tambahkan ke dalam rebusan daging
5. Masukkan gula dan garam untuk penyedap 6. Sesudah mendidih, tuang susu uht lalu tambahkan air sedikit
7. Cicipi, sekitar 10-15 menit setelah mendidih matikan kompor
8. Kentang direbus/kukus dan diiris sesuai selera
9. Tomat iris besar dan daun bawang iris halus
10. Sajikan di mangkok, tambahkan bawang goreng, emping goreng
11. Sambal soto: rebus cabe, bawang merah dan putit, gula dan garam, kemudian ulek kasar.
Untuk 6-7 mangkok.
Selamat mencoba
25 Edisi Februari 2019 | |
26 | | Edisi Februari 2019
KESEHATAN
B
anyak orang terobsesi memiliki kulit yang putih, padahal warna kulit asli orang Indonesia umumnya adalah sawo matang. Nah, apakah Anda termasuk yang ingin memiliki kulit putih? Mari kita ngobrol dengan dokter Diah Ira yang saat ini membuka praktik di salah satu klinik kecantikan di Surabaya.Dokter Ira, teman saya ada yang kulitnya putih, tapi ada juga yang gelap. Mengapa warna kulit orang Indonesia bisa berbeda- beda?
Penyebab warna kulit setiap orang berbeda adalah faktor genetik (ras) dan faktor lingkungan. Meskipun berasal dari ras yang sama, tetapi jumlah pigmen yang menentukan
seberapa gelap atau terang pada setiap orang tidak sama. Pigmen ini berfungsi untuk melindungi kulit dari paparan sinar ultraviolet.
Sehingga, kita yang tinggal di iklim tropis dengan warna kulit coklat lebih bisa bertahan dari sengatan matahari dibanding orang berkulit putih.
Lantas, mengapa perempuan Indonesia lebih menyukai kulit putih?
Sebenarnya tidak hanya di Indonesia, banyak perempuan maupun laki-laki di dunia terobsesi memiliki kulit putih, sekalipun mereka berasal dari ras negroid (kulit hitam). Ini terjadi karena media menggambarkan kriteria cantik adalah perempuan dengan kulit putih. Padahal, kulit yang diputihkan belum tentu sehat.
Merawat Kulit Agar Tetap
SEHAT
Oleh:
dr. Diah Ira Heriwati, Sp.KK Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
27 Edisi Februari 2019 | |
Kalau begitu, bagaimana ciri-ciri fisik kulit yang sehat?
Kulit yang sehat ditandai dengan rasa yang kenyal. Selain itu, penampakannya juga sesuai dengan umur orang tersebut. Kalau dilihat, tidak ada flek merah yang menandakan iritasi.
Warna kulitnya cenderung merata dan tidak kusam. Jika dirasakan, tidak kering dan tidak mengelupas. Berjerawat juga tanda kulit yang tidak sehat.
Bagaimana cara merawat kulit agar sehat?
Karena negara kita iklimnya tropis, maka wajib memakai sunblock. Jika malas, bisa secara menggunakan topi atau payung untuk menghalau sinar matahari. Bisa juga memakai krim pelembab. Jangan dibiarkan terpapar sinar ultraviolet secara langsung.
Apakah aman jika kita memakai produk perawatan kulit (skin care) untuk memutihkan kulit?
Skin care sebagian besar punya efek mencerahkan, ia akan bekerja untuk mengatur pergantian sel kulit mati. Selama tidak ada efek yang mencurigakan, seperti perubahan cerah yang secara instan, biasanya masih aman- aman saja.
Ciri-ciri produk perawatan kulit yang aman gimana ya, dok?
Cirinya, produk tersebut sesuai dengan jenis kulitnya yang tidak menimbulkan efek secara instan, tidak menyebabkan pengelupasan yang hebat di wajah, dan tidak menimbulkan iritasi di wajah. Cari produk yang memiliki izin BPOM atau benar-benar di bawah pengawasan dokter.
Bagi tips untuk mencerahkan kulit secara alami, dong, dok.
Jadi, biasakan mengonsumsi makanan sehat, termasuk yang banyak mengandung vitamin c. Lalu, barengi dengan perawatan
dari luar. Sebenarnya banyak bahan-bahan disekitar kita yang dapat digunakan sebagai masker wajah. Manfaatkan stroberi, alpukat, pepaya, dan tomat. Kandungan yang terdapat dalam buah-buahan ini dapat membantu mengangkat sel kulit. Bisa juga menggunakan putih telur sebagai masker, dengan dikocok dan dicampur air lemon.
Bukan hanya itu, sayur pun dapat diaplikasikan di wajah, seperti kentang dan timun. Tapi, sebelum mencoba, pelajari dulu jenis kulitnya. Misalnya, jika kulit Anda kering maka jangan gunakan masker putih telur karena akan menyebabkan kondisi kulit semakin kering. Penggunaan masker buah- buahan perlu hati-hati, meskipun mengandung bahan-bahan alami namun bila dalam proses pemakaian ada rasa perih dan gatal sebaiknya segera dihentikan dan jangan diulang lagi.
Wah, terima kasih ilmunya, dokter. Semoga kami konsisten mengupayakan kulit sehat dan cerah dengan cara aman.
Sama-sama. Semoga bermanfaat informasinya.
KESEHATAN
27 Edisi Februari 2019 | |
28 | | Edisi Februari 2019
MEMPERSIAPKAN ANAK MASUK
SMP IBNU BATUTAH
PESANTREN
P
esantren merupakan kawahcandradimuka, tempat penggemblengan bagi calon ulama dan pemimpin masa depan. The next generation, generasi yang akan menghadapi masa teknologi dan komunikasi lebih kompleks dibanding sekarang. Beruntunglah jika pesantren menjadi tujuan belajar anak, lebih beruntung
lagi dan merupakan sebuah kemuliaan bila anak kita berniat kuat untuk menghafal Al Qur’an, mempelajari kandungannya, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Boarding School, baik berbentuk
pesantren maupun sekolah berasrama sangat berbeda dengan umumnya sekolah. Karena Oleh: Juli Susanti
Ketua Pengurus Yayasan Peradaban Mulia Indonesia (YPMI)
28 | | Edisi Februari 2019
29 Edisi Februari 2019 | |
tidak dilakukan persiapan matang, alih-alih bermanfaat untuk anak, yang terjadi malah bisa berdampak negatif untuk anak. Kejadian anak kabur dari pesantren karena nggak betah mungkin pernah Anda dengar. Sebenarnya, normal saja jika ada anak mengalami semacam cultur shock ketika masuk pesantren. Betapa tidak, di pesantren anak merasakan ritme kehidupan yang bisa jadi sangat jauh berbeda dibandingkan di rumahnya sendiri. Misalnya, di rumah serba dilayani, di pesantren harus melakukan sendiri. Hanya saja, jika tidak ditangani dengan baik makan dapat membuat repot semuanya.
Karena itu sebelum memutuskan
mengirimkan anak ke pesantren ada beberapa hal yang harus dipersiapkan orangtua agar tujuan awal mengirimkan anak ke pesantren tidak malah menambah masalah.
Pertama, niat awal harus dibetulkan.
Jangan pernah sekali-kali mengirimkan anak ke pesantren karena ingin niat “cuci tangan.”
Karena jika niatnya seperti ini, umumnya tidak akan pernah mencapai tujuan. Jikapun ada yang mencapai tujuan, justru menjadi sebuah kerugian ketika perilaku anak berubah lebih baik, tapi kemudian malah tidak memiliki kedekatan hati dengan orang tuanya akibat anak sendiri merasa ‘dibuang.’ Jika anak bermasalah dengan perilakunya, orang tuanya yang harus merubah perilakunya terlebih dahulu pada anak.
Kedua, meneruskan yang di rumah, bukan ‘melemparkan.’ Gara-gara anak tidak
mandiri, lalu anak dikirim jauh dari orangtua supaya mandiri. Ini tidak tepat. Agar anak tidak kaget, beberapa pembiasaan sederhana di rumah harus dilakukan anak sejak anak usia 7 tahun dan harus sudah konsisten ketika usia 10 tahun. Jika pengasuhan orang tua tepat di rumah, sebenarnya tidak sulit melaksanakan pola ini.
Ketiga, Survei. Jauh sebelum anak-anak dimasukkan ke pesantren, ajak mereka merasakan suasana pesantren. Biarkan anak merasakannya sendiri. Setelah itu barulah kita berdiskusi dengan mereka. Jika anak sudah mulai tertarik, barulah survei pilihan pesantren.
Keempat, pilih pesantren yang peduli pengasuhan. Pesantren yang ramah pengasuhan adalah pesantren yang tidak hanya memperhatikan sisi-sisi keagamaan saja tetapi juga memperhatikan perkembangan dan kenyamanan emosi dan spiritual anak.
Pesantren yang memiliki pengasuh dengan skill pengasuhan, memberikan kesempatan santri bertemu orangtua secara periodik, membuat kegiatan terstruktur antara orantua- anak untuk mengakrabkan keduanya.
Kelima, bersiap dengan kondisi tak terduga. Jika misalnya di tengah jalan anak tidak betah di pesantren. Ketika hal ini terjadi, fokuslah pada “apa yang harus dilakukan.”
Bukan terus-terusan mencari jawaban
“mengapa bisa terjadi.” Mengetahui apa yang salah tentu saja penting, tapi berjalan ke belakang harus jauh lebih sedikit dibandingkan berjalan kedepannya. Wallahu’alam.
SMP IBNU BATUTAH
29 Edisi Februari 2019 | |
30 | | Edisi Februari 2019
B
ila Anda mengira bahwa tanaman hidroponik hanya dapat dilakukan dengan pembiayaan mahal dan trennya hanya terjadi di kota besar, maka persangkaan itu tidak tepat. Sofian Fakhrudin, salah satu penerima beasiswa LMI asal Pare, Kediri, membuktikannya. Pemuda yang saat ini sedang kuliah jurusan Ilmu Alquran dan Hadist di IAIN Kediri ini sedang disibukkan dengan mengurus kebun hidroponik di pekarangan rumahnya. Sekarang Sofian memiliki tananam kangkung, pakcoy, dan bayam.Keterampilan menanam dengan teknik hidroponik ini didapat setelah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh LMI unit layanan Kabupaten Kediri pada pertengahan tahun 2018. Berbekal ilmu tersebut dan perlengkapan seadanya, Sofian mencoba untuk mempraktikkannya di rumah. Di tahap awal, dia berlatih untuk disiplin mengaliri air setiap pagi mulai pukul 05:30 sampai 7:30 dan sore 15:00 sampai 17:00. Pun yang tidak kalah penting adalah memberi pupuk cair agar tanamannya tetap ternutrisi dengan baik.
“Alhamdulillah, untuk perawatan dan pengairan tidak sesulit yang saya bayangkan.
Soal listrik, tidak terlalu mahal karena sejak
ada ini (tanaman hidroponik) di rumah naiknya tagihan cuma lima ribu rupiah saja,” tuturnya.
Rupanya, berbekal pengalaman merawat tanaman hidroponik tersebut, anak pasangan Supono dan Tatiah ini berhasil mendapat bantuan perlengkapan untuk tanaman hidroponik lengkap dengan pupuk cair dari Pemerintah Kabupaten Kediri. Pemuda yang masih aktif sebagai ketua remaja masjid di lingkungannya tersebut akhirnya menerima hibah 18 paralon baru dengan 400-an netpot dan pupuk cair.
Rata-rata sayuran yang ditanam Sofian memiliki masa tanam 30 – 40 hari sampai akhirnya bisa dipanen. Harga jualnya pun cukup menarik, Rp5.000/300 gram.
Selain tanaman hidroponik punya nilai jual lebih karena bebas pestisida, karena sayur-sayurannya ini pula Sofian jadi kerap membagi hasil panennya kepada tetangga.
“Insyaallah, beberapa waktu ke depan akan mempersiapkan pelatihan untuk anak muda di sekitar sini. Semoga dengan tanaman hidroponik mereka dapat membiayai sekolah sendiri, atau setidaknya meringankan beban orang tua dalam belanja,” ujarnya penuh percaya diri.
SOFIAN &
MUSTAHIK BERDAYA
Tanaman Hidroponiknya
31 Edisi Februari 2019 | |
MUZAKKI
31 Edisi Februari 2019 | |
T
umbuh di keluarga yang membiasakan seluruh anggotanya agar berbagi kepada sesama, Sodiq Ali tergerak untuk mengubah kondisi sebagian pemuda Banjarmasin yang masih kerap meminta-minta tanpa mau bekerja. Menyadari keinginannya ini bukan hal sederhana, maka dia percayakan dukungannya agar banyak anak muda di ibu kota Kalimantan Selatan mendapat binaan lewat LMI.Sebab, acap kali dia menemui remaja maupun kanak-kanak yang bahkan rela menyakiti diri sendiri untuk mengundang iba orang-orang yang melihatnya. Mereka mangkal di perempatan untuk menengadahkan tangan dan berharap belas kasihan. “Jujur saja, saya sedih. Saya tidak ingin mereka seperti itu, tapi saya tahu tidak bisa melakukan ini sendiri. Dari situ, saya percayakan niat saya mengubah mereka lewat LMI,” tutur pemuda yang sempat merantau untuk kuliah di Surabaya ini.
Sodiq dikenal sebagai saudagar. Tapi,
‘gelar’ tersebut tidak didapatnya begitu saja.
Dulu, setelah lulus dari teknik industri awal
2010-an, Sodiq kembali dari Jawa untuk pulang ke kampung halaman demi membantu sekaligus belajar dari orang tuanya tentang seluk-beluk berbisnis. Setelah sekian lama, baru lah pada 2015 dia memberanikan diri mengawali membuka usaha sendiri. Sebuah toko pusat oleh-oleh khas Banjarmasin yang dinamainya “Galuh Banjar”. Di sana tidak hanya menjual aneka makanan saja, tetapi juga berbagai macam hasil kerajinan tangan khas Banjarmasin yang dibuat oleh warga binaan LMI Perwakilan Kalimantan Selatan.
Dibesarkan dari keluarga pengusaha tidak lantas membuatnya memikirkan keuntungan besar untuk dinikmati sendiri. Justru, sebisa mungkin Sodiq berusaha agar dapat memotivasi banyak orang di lingkungannya untuk menjadi mandiri secepat mungkin. “Saya senang bisa bermitra dengan LMI, khususnya untuk program-program yang menyasar anak muda agar lebih kreatif, mandiri, tapi tidak lupa pada agama. Karena saya pun merasa bahwa adik-adik ini menjadi tanggung jawab saya juga,” pungkas Sodiq yang kini sedang mengembangkan usahanya di bidang kuliner.