• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PEMANFAATAN KLINIK SANITASI PADA MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PEMANFAATAN KLINIK SANITASI PADA MASYARAKAT"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 8 No. 3, Desember 2021

6

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PEMANFAATAN KLINIK SANITASI PADA

MASYARAKAT

Minati Widya Astuti, Lenie Marlinae, Ihya Hazairin Noor Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Email Korespondensi: minati.wa92@gmail.com

ABSTRAK

Klinik sanitasi adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial guna mencegah penyakit dan gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan. Puskesmas Banjarbaru Utara adalah puskesmas yang mengalami peningkatan jumlah kasus penyakit berbasis lingkungan tertinggi dengan jumlah 335 kasus pada tahun 2017 dan pada tahun 2018 menjadi 340 kasus, jumlah kunjungan pada klinik sanitasi tercatat pada tahun 2017 ada 102 kunjungan pasien dan 233 kunjungan klien, pada tahun 2018 ada 99 kunjungan pasien dan 241 kunjungan klien. Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan, sikap dan pendapatan keluarga dengan pemanfaatan klinik sanitasi di Puskesmas Puskesmas Banjarbaru Utara. Penelitian ini merupakan survei analitik dengan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah jumlah KK sebanyak 9.723 KK. Jumlah sampel sebanyak 99 responden yang dipilih menggunakan simple random sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil uji fisher exact didapatkan variabel bebas yang berhubungan dengan pemanfaatan klinik sanitasi adalah pengetahuan p=0,021, sikap p=0,047, pendapatan p=0,040. Kesimpulan dari penelitian ini, dari 3 variabel yang diteliti semua variabel berhubungan dengan pemanfaatan klinik sanitasi di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara.

Kata kunci: Klinik sanitasi, pengetahuan, sikap, dan pendapatan keluarga ABSTRACT

Klinik sanitation is an activity or series of activities aimed at establishing a healthy environment quality of both aspects of physical, chemical, biological, and social order to prevent diseases and health problems caused by environmental risk factor. North Banjarbaru Health Center is the health center that experienced the highest increase in the number of cases of environmental- based diseases with 335 cases in 2017 and in 2018 to 340 cases, the number of visits to sanitation clinics was recorded at in 2017 there were 102 patient visits and 233 client visits, in 2018 there were 99 patient visits and 241 client visits. With the percentage of patient visits and cases of environmental based diseases in the North Banjarbaru Health Center in 2017 it was 30.4% and in 2018 it was 29.1%.

The general objective in this study was to analyze the relationship of knowledge, attitudes and family income with the use of sanitation clinics in Health Center, North Banjarbaru Health Center of Banjarbaru City. Research is an survei analytic with design cross sectional. The population in this study is the population taken in this study is the number of 9,723 households. The number of samples were 99 respondents who were selected using simple random sampling . Instrument of research is using questionnaires. Based on the results of the test fisher exact obtained variable –free were associated with the use of sanitation clinic is knowledge p = 0.0 21, attitude p = 0.0 47 , family income p = 0.0 40 . The conclusion of the research is, of the three variables that all the variables associated with pe Utilization sanitation clinic in the region work Banjarbaru northern Health Center of Banjarbaru City.

Keywords: Sanitation clinic, knowledge, attitude, and family income

(2)

Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 8 No. 3, Desember 2021

7 PENDAHULUAN

Klinik sanitasi sebagai salah satu pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas yang mengintegrasikan antara upaya kuratif, promotif, dan preventif, yang mempunyai peran antara lain sebagai pusat informasi, pusat rujukan fasilitator di bidang kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan (1). Adapun ruang lingkup kegiatan klinik sanitasi yaitu penyediaan dan penyehatan air bersih dan jamban, penyehatan pemukiman dan perumahan, penyehatan lingkungan tempat kerja, penyehatan makanan dan minuman, penanganan pestisida, dan pengamanan penyakit lainnya yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan (2).

Tercatat pada tahun 2016 di Indonesia pemanfaatan pelayanan kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebanyak 177,8 juta (3). Cakupan pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2017 adalah 144,1% lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 92,0% (4). Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit seperti: diare, ISPA, malaria, DBD, TBC, yang masih mendominasi 10 penyakit terbesar puskesmas dan merupakan pola penyakit utama di Indonesia (1).

Tercatat pada tahun 2017 penyakit berbasis lingkungan di wilayah kota Banjarbaru sebanyak 1009 kasus dan menurun pada tahun 2018 menjadi 885 kasus. Hal yang berbeda terjadi pada Puskesmas Banjarbaru Utara yang mengalami peningkatan jumlah kasus penyakit berbasis lingkungan tertinggi dengan jumlah 335 kasus pada tahun 2017 dan pada tahun 2018 menjadi 340 kasus, sedangkan jumlah kunjungan pada klinik sanitasi tercatat dalam laporan seksi Kesehatan lingkungan tahun 2017 ada 102 kunjungan pasien dan 233 kunjungan klien, pada tahun 2018 ada 99 kunjungan pasien dan 241 kunjungan klien. Dengan persentasi kunjungan pasien dan kasus penyakit berbasis lingkungan pada Puskesmas Banjarbaru Utara pada tahun 2017 adalah 30,4% dan pada tahun 2018 adalah 29,1% (5).

Hal ini menggambarkan bahwa pemanfaatan klinik sanitasi di Puskesmas Banjarbaru Utara belum optimal. Menurut Permenkes No 13 tahun 2015 klinik sanitasi adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun social guna mencegah penyakit dan gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan (6).

Berdasarkan hal tersebut pemanfaatan klinik sanitasi perlu dioptimalkan. Menurut Andersen R pemanfaatan klinik sanitasi di pelayanan kesehatan di pengaruhi faktor predisposisi yang ada di masyarakat meliputi pengetahuan, sikap, usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. Selain faktor predisposisi pemanfaatan klinik sanitasi juga di pengaruhi oleh enabling factors (faktor pemungkin) yang meliputi ekonomi keluarga dan keterjangkauan akses, dan yangterakhir dipengaruhi oleh faktor kebutuhan (need factor) (7). Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap dan pendapatan keluarga dengan pemanfaatan klinik sanitasi di Puskesmas Banjarbaru Utara Kota Banjarbaru..

METODE

Penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan cross sectional. Cara pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dengan jumlah responden sebanyak 99 KK. Instrumen penelitian yang akan dipakai yaitu angket/kuesioner yang telah diuji validitas dan reabilitas sebelumnya. Analisis bivariatnya dengan menggunakan uji fisher exact.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Klinik Sanitasi, Pengetahuan, Sikap, dan Pendapatan

Variabel Responden

Jumlah (n) Persentase (%) Pemanfaatan Klinik Sanitasi

Tidak memanfaatkan 89 89,9

Memanfaatkan 10 10,1

(3)

Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 8 No. 3, Desember 2021

8

Variabel Responden

Jumlah (n) Persentase (%) Pengetahuan

Kurang 55 55,6

Baik 44 44,4

Sikap

Negatif 51 51,5

Positif 48 48,5

Pendapatan

Rendah 43 43,4

Tinggi 56 56,6

Sumber : Data Primer Hasil Penelitian 2020

Tabel 1 memperlihatkan pemanfaatan klinik sanitas bahwa responden tidak memanfaatkan klinik sanitas lebih besar daripada responden yang memanfaatkan klinik sanitas (89,9% berbanding 10,1%). Distribusi frekuensi pengetahuan, responden berpengetahuan kurang lebih besar daripada responden berpengetahuan baik (55,6% berbanding 44,4%). Distribusi frekuensi sikap, responden bersikap negatif lebih besar daripada responden bersikap positif (51,5% berbanding 48,5%). Distribusi frekuensi pendapatan, responden berpendapatan tinggi lebih besar daripada berpendapatan rendah (43,4% berbanding 56,6%).

B. Analisis Bivariat

Tabel 2. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Pendapatan dengan Pemanfaatan Klinik Sanitas

Variabel

Pemanfaatan Klinik Sanitas

Total

P-value Tidak

memanfaatkan Memanfaatkan

N % N % N %

Pengetahuan

0,021

Kurang 53 59,6 2 20 55 100

Baik 36 40,4 8 80 44 100

Sikap

0,047

Negatif 49 55,1 2 20 51 100

Positif 40 44,9 8 80 48 100

Pendapatan

0,040

Rendah 42 86,5 1 10 43 100

Tinggi 47 66,0 9 90 56 100

Sumber : Data Primer Hasil Penelitian 2020

Dari tabel tersebut dapat diketahui variabel pengetahuan, sikap, dan pendapatan berhubungan dengan pemanfaatan klinik sanitasi.

Ditemukan hasi uji fisher exact bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan klinik sanitasi (p = 0,021). Adanya hubungan antara variabel pengetahuan dengan pemanfaatan fasilitas klinik sanitasi di Puskesmas dapat dipahami karena sebagian besar responden dengan pengetahuan kurang. Selain itu dari hasil penelitian ini ada 2 responden (20%) dengan pengetahuan kurang namun memanfaatkan klinik sanitasi, hal ini karena menurut keterangan 2 responden tersebut pernah memanfaatkan berulang-ulang dalam waktu 3 bulan terakhir dengan diagnosa penyakit berbasis lingkungan yang berbeda namun tidak mengetahui bahwa yang mereka manfaatkan adalah pelayanan klinik sanitasi. Hasil penelitian ini juga terdapat 36 responden (40,4%) dengan tingkat pengetahuan baik namun tidak memanfaatkan pelayanan. Hal ini karena sebanyak 13 responden (36,1%) mengunjungi klinik sanitasi hanya untuk meminta bubuk abate atau datang sebagai klien saja dan tidak dalam keadaan sakit sehingga tidak memerlukan konseling yang mendalam, dan sebanyak 28 responden (77,8%) telah melalui kegiatan konseling, kunjungan rumah

(4)

Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 8 No. 3, Desember 2021

9 dan melaksanakan intervensi kesehatan lingkungan yang disarankan, namun dalam waktu 3 bulan terakhir hanya mendapatkan 1x rujukan saja ke pelayanan klinik sanitasi sehingga responden tidak memenuhi skor pemanfaatan dan tidak dapat dikatakan memanfaatkan klinik sanitasi. Responden yang dikatakan memanfaatkan pelayanan klinik sanitasi apabila dalam 3 bulan terakhir mendapatkan rujukan ke klinik sanitasi kemudian melakukan konseling, kunjungan rumah dan menerapkan saran intervensi dari petugas serta skor memenuhi kategori pemanfaatan klinik sanitasi.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Husnawati (2017) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan pemanfaatan klinik sanitasi (p-value = 0,001) (8). Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Komalaningsih (2016) yang menunjukan p-value 0,015 < 0,05 artinya terdapat hubungan yang antara pengetahuan dengan pelayann klinik sanitasi. Pada dasarnya sebagian responden yang memiliki pengetahuan baik akan berpengaruh besar tehadap terselenggaranya pelayanan klinik sanitasi di Puskesmas dan pelayanan klinik sanitas adalah tempat konseling/penyuluhan tentang masalah penyakit berbasis lingkungan di Puskesmas (9). Meskipun variabel pengetahuan dalam penelitian ini berhubungan dengan pemanfaaan fasilitas sanitasi di Puskesmas, namun data menunjukan bahwa hanya sebagian kecil saja orang yang memanfaatkan fasilitas sanitasi secara optimal, meskipun tingkat pengetahuannya baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang diperoleh Oktalisa (2017) pada masyarakat Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan. Baik dalam penelitian ini maupun pada penelitian yang dilakukan Oktalisa mendapatkan hasil bahwa meskipun masyarakat telah mengetahui bahwa di puskesmas menyediakan pelayanan untuk melakukan pencegahan penyakit berbasis lingkungan dan upaya Kesehatan lingkungan, namun masyarakat tidak mengetahui bahwa di Puskesmas mereka dapat melakukan konsultasi dalam rangka membantu upaya pencegahan mereka melalui fasilitas klinik sanitasi, masyarakat juga merasa tidak perlu mendatangi fasilitas kesehatan seperti Puskesmas apabila tidak memiliki masalah Kesehatan (10).

Ditemukan hasi uji fisher exact bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan pemanfaatan klinik sanitas (p = 0,047). Berdasarkan hasil di lapangan, masyarakat yang telah mengetahui klinik sanitasi beserta manfaatnya selanjutnya akan cenderung untuk bersikap positif. Selain itu hasil penilitian juga menunjukkan ada 2 (20%) responden bersikap negatif namun memanfaatkan hal ini disebabkan karena responden yang pada dasarnya tidak mengetahui bahwa pelayanan puskesmas yang menangani permasalahan penyakit berbasis lingkungan yang dideritanya dalam 3 bulan terakhir adalah klinik sanitasi sehingga memberikan respon yang negatif namun tetap memanfaatkan pelayanan klinik sanitasi. Hasil penelitian ini juga terdapat 40 responden (44,9%) dengan sikap positif namun tidak memanfaatkan pelayanan. Hal ini karena sebanyak 24 responden (60%) mengunjungi klinik sanitasi hanya untuk meminta bubuk abate atau datang sebagai klien saja dan tidak dalam keadaan sakit sehingga tidak memerlukan konseling yang mendalam, dan sebanyak 34 responden (85%) telah melakukan pemanfaatan klinik sanitasi yang optimal seperti telah melewati kegiatan konseling, kunjungan rumah dan melaksanakan intervensi kesehatan lingkungan yang disarankan, namun responden tersebut dalam waktu 3 bulan terakhir hanya mendapatkan 1x rujukan saja ke pelayanan klinik sanitasi sehingga responden tidak memenuhi skor pemanfaatan dan tidak dapat dikatakan memanfaatkan klinik sanitasi.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Komalaningsih (2016) yang menunjukan p-value 0,001 < 0,05 artinya terdapat hubungan yang antara sikap dengan pelayann klinik sanitasi. Sikap terhadap pelayanan dipengaruhi oleh prespsi responden (9). Meskipun variabel sikap dalam penelitian ini berhubungan dengan pemanfaaan fasilitas sanitasi di Puskesmas, namun data menunjukan bahwa hanya sebagian kecil saja orang yang memanfaatkan fasilitas tersebut, meskipun bersikap positif.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Oktalisa (2017) pada masyarakat Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan yang meyatakan bahwa meskipun sebagian besar masyarakat tahu dan memahami tentang bahaya dari penyakit berbasis lingkungan yang sering dialami akan tetapi penyesuaian dengan adanya tindakan langsung terhadap upaya menanggulangi kejadia penyakit tersebut masih belum efektif dalam pelaksanaannya seperti mereka tidak ingin berkunjung untuk berkonsultasi ke klinik sanitasi (10).

Ditemukan hasi uji fisher exact bahwa terdapat hubungan antara pendapatan dengan pemanfaatan klinik sanitas (p = 0,040). Selain itu didalam penelitian ini ada 1 responden (10%) berpendapatan rendah d memanfaatkan klinik sanitasi, hal ini disebabkan menurut responden pada saat mendapatkan beberapa kali rujukan dan melakukan konseling, kemudian dilakukan kunjungan rumah sampai dengan menerapkan saran intervensi yang diberikan sama sekali tidak mengeluarkan

(5)

Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 8 No. 3, Desember 2021

10 biaya sehingga walaupun memiliki pendapatan rendah 1 responden ini masih bisa memanfaatkan klinik sanitasi secara optimal. Selain itu juga terdapat 47 responden (52,8%) dengan berpendapatan tinggi namun tidak memanfaatkan pelayanan. Hal ini karena sebanyak 25 responden (53,2%) mengunjungi klinik sanitasi hanya untuk meminta bubuk abate atau datang sebagai klien saja dan tidak dalam keadaan sakit sehingga tidak memerlukan konseling yang mendalam dan tidak mengeluarkan biaya. Selain itu sebanyak 40 responden (85%) telah melalui kegiatan konseling, kunjungan rumah dan melaksanakan intervensi kesehatan lingkungan yang disarankan, namun responden hanya datang 1 kali untuk 1 pemasalahan penyakit lingkungan sehingga dalam penelitian ini hal yang dilakukan oleh responden tidak dapat dikatakan sebagai pemanfaatan klinik sanitasi yang optimal walaupun semua responden tersebut pernah memanfaatkan pelayanan klinik sanitasi.

Hasil penelitian yang diperoleh Oktalisa (2017) pada masyarakat Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan meyatakan bahwa keadaan ekonomi sangat berperan penting dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat. Penghasilan yang tinggi memungkinkan anggota keluarga untuk memperoleh suatu yang lebih baik juga dalam kebutuhannya seperti kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Sebaliknya, jika pendapatan rendah maka akan terdapat hambatan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian penghasilan sebagai salah satu faktor dalam masyarakat untuk memulai hidup sehat dengan melakukan perilaku kesehatan yang bersifat mencegah seperti dalam hal memanfaatkan klinik sanitasi yang ada. Pada penelitian ini, hanya sebagian kecil responden yang berpenghasilan tinggi (11,1%). Walaupun terdapat sebagian masyarakat yang berpenghasilan di atas Rp 2.000.000, akan tetapi kesadaran akan pentingnya berkonsultasi mengenai kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan di klinik sanitasi masih sangat rendah, sehingga kunjungan ke klinik sanitasi tetap saja rendah (10).

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan simpulan yaitu ada hubungan antara pengetahuan, sikap dan pendapatan dengan pemanfaatan klinik sanitasi pada masyarakat di Puskemas Banjarbaru Utara Kota. Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada pihak terkait mengoptimalkan sosialisasi dan promosi pihak puskesmas hendaknya membuat kartu atau buku saku pelayanan klinik sanitasi yang berisi tentang informasi tentang definisi, manfaat, dan tujuan klinik sanitasi, alur pelayanan klinik sanitasi, jenis pelayanan serta tabel konseling, saran terapi yang diberikan dan evaluasi penerapan saran beserta perkiraan biaya yang akan dikeluarkan ketika menerapkan saran.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman pelaksanaan klinik sanitasi untuk Puskesmas. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI, 2000.BPS RI , Statistik Kesehatan, Badan Pusat Statistik. 2014.

2. Departemen Kesehatan RI. Pedoman pelaksanaan klinik sanitasi untuk Puskesmas. Direktorat Jederal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2005.

3. BPJS Kesehatan.Ringkasan Eksekutif Laporan Pengelolaan Program dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan, 2016.

4. BPJS Kesehatan.Ringkasan Eksekutif Laporan Pengelolaan Program dan Laporan Keuangan Jaminan Sosial Kesehatan, 2016.

5. Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru. Data Laporan Klinik Sanitasi Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru.2018.

6. Peraturan menteri kesehatan RI no.13 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas. 2015.

7. Priyoto. Teori Sikap & Perilaku dalam Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta; 2014.

8. Husnawati Herwinda. Hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan klinik sanitasi pada ibu bayi dan balita penderita diare akut. Berkala kedokteran, 2017. 13(1): 53-60.

9. Komalaningsih S, Ejeb R, dan Tita N. Hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku pasien dengan pelayanan klinik sanitasi di puskesmas pameungpeuk kabupaten bandung tahun 2016. Jurnal Stikes Dharma Husada Bandung, 2016; 1(1): 1-17.

10. Oktalisa, W., Nurmaini dan Naria, E. Gambaran faktor predisposisi, pendukung dan pendorong pada masyarakat dalam pemanfaatan klinik sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2014. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan J2ME dimungkinkan untuk membuat aplikasi panduan P3K maupun panduan-panduan lain sebagai pengganti buku panduan yang bisa diimplementasikan pada

Sejarah pengumpulan Al quran versi Ustmant dimulai oleh Umar yang mengusulkan kepada Abu Bakar, yang menolak Mushaf Al quran yang telah disusun Ali dengan alasan banyaknya

• Class Connector mempunyai method open yang dipanggil secara static untuk mendapatkan object Connection yang kemudian dapat di-casting kepada connection class yang sesuai (Ex

Tahapan analisis data dilakukan dengan menggunakan metode padan, yakni metode dengan alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa

Menurut Kepala Desa Sonuo Bapak H.P dalam wawancara pada tanggal 29 maret 2016, menyatakan bahwa walaupun pemerintah kecamatan telah melakukan pembinaan dan pengawasan

DESA TEMATIK NAMA NIM FAKULTAS PROGRAM STUDI TEMPAT LAHIR TGL.LAHIR KELAMIN 72 Bondowoso Bondowoso Blindungan UMD-SDGS Wahyu Ramdhan Wardhana 141710301036 Teknologi Pertanian

Dari alasan di ataslah pada kali ini akan dilakukan penelitian untuk Dari alasan di ataslah pada kali ini akan dilakukan penelitian untuk membuat website system

PT Ganani Indonesia Petroleum Energi Aktif Pantai Indah Kapuk,