• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Ony Widilestariningtyas, Sony W.F, Sri Dewi Anggadini (2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Ony Widilestariningtyas, Sony W.F, Sri Dewi Anggadini (2012)"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

5 A. Kajian Pustaka

1. Akuntansi biaya

Menurut Ony Widilestariningtyas, Sony W.F, Sri Dewi Anggadini (2012) bahwa akuntansi biaya dapat diartikan menjadi : “proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk dan jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya”. Obyek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya.

Menurut Matz dan Usry (2010:10) memberikan penjelasan mengenai akuntansi biaya sebagai berikut : “Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan seperangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi, serta membuat baik keputusan rutin maupun keputusan stategik”.

a. Tujuan akuntansi biaya

Menurut Ony Widilestariningtyas, Sony W.F, Sri Dewi Anggadini (2012) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok ;

1) penentuan harga pokok produk, 2) pengendalian biaya, dan

3) pengambilan keputusan khusus.

(2)

Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk, akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa. Biaya yang dikumpulkan dan disajikan adalah biaya yang telah terjadi dimasa lalu atau biaya historis.

Pengumpulan, presentasi, dan analisis dari informasi mengenai biaya dan keuntungan membantu manajemen menyelesaikan tugas-tugas berikut : 1) Membuat dan melaksanakan rencana dan anggaran untuk operasi dalam

kondisi-kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksi sebelumnya.

2) Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengendalian aktivitas, mengurangi biaya dan memperbaiki kualitas.

3) Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan, dan menentukan biaya dari setiap produk dan jasa yang dihasilkan untuk tujuan penetpan harga dan evaluasi kinerja.

4) Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk satu tahun periode akuntansi atau untuk periode lain yang lebih pendek.

5) Memilih di antara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka panjang, yang dapat mengubah pendapatan atau biaya.

b. Sistem akuntansi biaya

Sistem akuntansi biaya (cost system) dapat dikelompokkan menjadi dua sistem yaitu :

1) Actual Cost System (Sistem Harga Pokok Sesungguhnya). Yaitu sistem pembebanan harga pokok kepada produk atau pesanan yang dihasilkan

(3)

sesuai dengan harga pokok yang sesungguhnya dinikmati. Pada sistem ini, harga pokok produksi baru dapat dihitung pada akhir periode setelah biaya sesungguhnya dikumpulkan.

2) Standard Cost System (Sistem Harga Pokok Standar). Yaitu sistem pembebanan harga pokok kepada produk atau pesanan yang dihasilkan sebesar harga pokok yang telah ditentukan/ditaksir sebelum suatu produk atau pesanan dikerjakan.

c. Biaya

1) Pengertian biaya

Menurut Ony Widilestariningtyas, Dony W.F, Sri Dewi Anggadini (2012:10) biaya adalah : “Biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat”

Pengertian biaya menurut Bastian dan Nurlela (2010:7) adalah sebagai berikut : “Biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya ini belum habis masa pakainya dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukan dalam neraca.”

Dari definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian biaya adalah ilmu dan seni mencatat, mengakumulasikan, mengukur serta menyajikan informasi berkenaan dengan pengorbanan sumber ekonomi (kas atau nilai setara kas yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi) yang diukur dalam satuan uang, untuk tujuan mendapatkan barang atau jasa

(4)

yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa depan bagi organisasi.

2) Karateristik biaya

Karakteristik yang melekat pada istilah biaya (Cost) sebagai berikut : a) Cost merupakan pengukur (a measurement) dalam unit moneter suatu sumber ekonomi yang digunakan atau dikorbankan untuk tujuan tertentu;

b) Cost dinyatakan dalam unit moneter khususnya dalam kerangka akuntansi sebagai penyedia informasi kuantitatif;

c) Pengukuran cost selalu dihubungkan dengan suatu fokus atau objek atau dengan tujuan atau pusat perhatian;

d) Secara fisik, kesatuan usaha menguasai dan mengelola sumber ekonomi yang disebut aktiva;

e) Sebagai dasar pengukuran, cost tidak mempunyai konotasi sebagai sesuatu hal yang negatif (mengurangi).

3) Klasifikasi biaya

Klasifikasi biaya sangat diperlukan untuk mengembangkan data biaya yang dapat membantu pihak manajemen dalam mencapai tujuannya.

Pengertian klasifikasi biaya atau penggolongan biaya menurut Bastian dan Nurlela (2010:12) adalah sebagai berikut : “Suatu proses pengelompokan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting.”

(5)

Terdapat lima cara penggolongan biaya yaitu diantaranya sebagai berikut:

a) Dasar penggolongan biaya menurut objek pengeluaran terdiri dari:

(1) Biaya bahan baku

(2) Biaya tenaga kerja langsung (3) Biaya overhead

b) Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan:

(1) Biaya produksi. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.

(2) Biaya pemasaran. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.

(3) Biaya administrasi dan umum. Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk.

c) Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayainya:

(1) Biaya langsung. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayainya. Jika sesuatu yang dibiayainya tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi.

(2) Biaya tidak langsung. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayainya.

Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut

(6)

dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs).

d) Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas:

(1) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan

(2) Biaya semivariabel. Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

(3) Biaya semifixed. Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

(4) Biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu.

e) Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya:

(1) Pengeluaran modal (capital expenditure). Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender).

(2) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.

4) Akumulasi biaya

Metode akumulasi biaya yang paling banyak digunakan dan memiliki aspek yang sama yaitu perhitungan biaya berdasarkan proses dan

(7)

perhitungan biaya berdasarkan pesanan. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis akan lebih banyak membahas metode harga pokok pesanan sesuai dengan unit yang diteliti.

1) Perhitungan biaya berdasarkan proses (Process cost)

Yaitu metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu. Pada metode ini, proses produksi diperusahaan dilaksanakan secara terus menerus, barang yang dihasilkan homogen, dan perhitungan harga pokok produksi didasarkan atas waktu. Pada metode ini, produksi dilakukan untuk memenuhi stok.

2) Perhitungan biaya berdasarkan pesanan (Job order cost)

Menurut Garrison dan Noreen (2013:95) bahwa metode job order costing biaya produksinya ditelusuri dan dialokasikan ke pesanan kemudian biaya dari pesanan tersebut dibagi dengan jumlah unit dalam pesanan untuk mendapatkan biaya rata-rata per unitnya. Jadi, metode perhitungan harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok, dimana biaya diakumulasikan dan dikumpulkan pada setiap pesanan tertentu.

2. Harga

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.

Dengan demikian pengertian biaya mencakup pula biaya yang akan datang, yang akan dikorbankan untuk tujuan tertentu. Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memproses produknya berdasarkan spesifikasi yang

(8)

ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian biaya produksi pesanan yang satu akan berbeda dengan biaya produksi pesanan yang lain, tergantung pada spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Oleh karena itu harga jual yang dibebankan kepada pemesan sangat ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu.

a. Pengertian harga

Harga mengandung pengertian, suatu nilai tukar dari produk barang ataupun jasa yang umumnya dinyatakan dalam satuan moneter (Rupiah, Dollar, Yen dll).

Dalam dunia bisnis harga mempunyai banyak nama, sebagai contoh dalam dunia perdagangan produk disebut harga, dalam dunia perbankan disebut bunga, atau dalam bisnis jasa akuntansi, konsultan disebut fee, biaya transportasi taxi, telepon disebut tarif sedangkan dalam dunia asuransi disebut premi.

Harga merupakan hasil akhir dari interaksi dua kekuatan, yakni permintaan dan penawaran. Menurut Swastha (2010:147) : “harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya“.

Kemudian menurut Kotler dan Armstrong (2010) : “harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa. Termasuk di dalamnya : harga pokok, diskon, syarat pembayaran, potongan harga dan kredit”.

(9)

Berdasarkan definisi harga diatas maka dapat disimpulkan harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan oleh konsumen untuk mendapatkan produk atau jasa yang dibelinya guna memenuhi kebutuhan maupun keinginannya dan umumnya dinyatakan dalam satuan moneter.

b. Pengertian harga jual

Penetapan harga tidak hanya sekedar perkiraan saja, tetapi harus dengan perhitungan yang cermat dan teliti yang harus diselesaikan dengan sasaran yang dituju oleh perusahaan. Harga merupakan nilai pengganti suatu barang, untuk itu harga harus disesuaikan dengan kegunaan barang tersebut untuk konsumen.

Menurut Mulyadi (2005) : “harga jual adalah besarnya harga yang dibebankan kepada konsumen yang diperoleh atau dihitung dari biaya produksi ditambah biaya nonproduksi dan laba yang diharapkan”.

b. Penetapan harga jual

Manajemen perusahaan konstruksi merupakan contoh pihak yang memanfaatkan informasi biaya yang dihasilkan dengan metode harga pokok pesanan. Dalam perusahaan tersebut, biaya dihitung menurut proyek, dan digunakan untuk mengajukan penawaran harga yang akan dibebankan kepada pemilik proyek dalam proses pelelangan proyek (tender). Jika pelanggan proyek dimenangkan oleh perusahaan konstruksi tersebut, maka metode harga pokok pesanan digunakan untuk mengumpulkan biaya proyek yang

(10)

sesungguhnya dikeluarkan untuk pengendalian biaya proyek dan menetapkan harga jual dengan laba yang diinginkan.

1) Pengertian penetapan harga

Menurut Fandy (2012:320) program penetapan harga merupakan pemilihan yang dilakukan perusahaan terhadap tingkat harga umum yang berlaku untuk produk tertentu, relative terhadap tingkat harga para pesaing.

Keputusan harga memilik peran stategik yang penting dalam implementasi strategi pemasaran.

Dalam teori ekonomi klasik, setiap perusahaan selalu berorientasi pada seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh dari suatu produk atau jasa yang dimilikinya, sehingga tujuan penetapan harganya hanya berdasarkan pada tingkat keuntungan dan perolehan yang akan diterimanya.

Namun di dalam perkembangannya, tujuan penetapan harga bukan hanya berdasarkan tingkat keuntungan dan perolehannya saja melainkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan non-ekonomis lainnya.

2) Tujuan penetapan harga

Tujuan penetapan harga menurut Fandy (2012:320) bisa mendukung strategi pemasaran berorientasi pada permintaan primer apabila perusahaan meyakini bahwa harga yang lebih murah dapat meningkatkan jumlah pemakai atau tingkat pemakaian atau pembelian ulang dalam bentuk atau kategori produk tertentu.

Berikut adalah tujuan penetapan harga dari strategi pemasaran :

(11)

a) Strategi permintaan primer

(1) Meningkatkan jumlah pemakai

(a) Mengurangi risiko ekonomi dari percobaan produk

(b) Menawarkan nilai yang lebih baik dibandingkan bentuk produk pesaing

(2) Menaikkan tingkat pembelian

(a) Meningkatkan frekuensi konsumsi

(b) Menambah aplikasi/pemakaian dalam situasi yang lebih banyak b) Strategi permintaan selektif

(1) Memperluas pasar yang dilayani

(a) Melayani segmen yang berorientasi pada harga (b) Menawarkan versi produk yang lebih mahal (2) Merebut pelanggan pesaing

(a) Mengalahkan pesaing dalam hal harga

(b) Menggunakan harga untuk mengindikasikan kualitas tinggi (3) Mempertahankan/meningkatkan permintaan pelanggan saat ini

(a) Mengeliminasi keunggulan harga pesaing (b) Menaikkan penjualan produk komplementer

3) Keputusan penetapan harga jual

Penentuan harga jual bagi perusahaan atau penjual jasa merupakan keputusan manajemen yang sangat penting. Keputusan penetapan harga juga muncul oleh karena adanya kenyataan bahwa hasil penetapan harga jual

(12)

yang telah didapat dari prosedur harga ternyata masih belum mampu memecahkan persoalan tentang harga.

Dalam menetapkan harga jual suatu produk ada berbagai metode yang dapat dipakai oleh manajemen dalam suatu perusahaan. Dalam hal ini Hidayat mengemukakan bahwa ada 3 metode dalam penetapan harga jual yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan, yaitu :

a) Cost Oriented Pricing b) Deman Oriented Pricing c) Competition Oriented Pricing

Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:

a) Cost Oriented Pricing

Suatu cara penetapan harga jual yang dinyatakan pada biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang dan menambahkan suatu prosentase tertentu sebagai labanya. Metode ini dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :

(1) Metode Penetapan Harga Biaya-Plus (Cost Plus Pricing method) Hubungan biaya dengan harga tidak selalu sama. Pengukuran biaya sangat penting apabila pembeli telah setuju untuk membayar harga berdasarkan biaya. Biaya produk sering dijadikan patokan terendah untuk harga jual, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Sudah barang tentu tanpa memperhatikan konsep biaya yang digunakan, perusahaan harus selalu menekan biaya sekecil mungkin

(13)

dengan menerapkan metode produksi dan pemasaran yang paling efisien. Berikut adalah beberapa metode penetapan harga berdasarkan biaya-plus yang dikemukakan oleh Gayle Rayburn dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Biaya” yaitu:

(a) Penetapan Harga berdasarkan biaya variabel (variabel cost pricing), menekankan marjin kontribusi dengan membedakan perilaku biaya variabel dan tetap. Salah satu bentuk dari penetapan harga berdasarkan biaya variabel adalah dengan menambahkan markup terhadap biaya variabel hingga mencapai biaya penuh. Para pendukung penetapan harga berdasarkan biaya variabel berpendapat bahwa metode ini memungkinkan manajer untuk menentukan harga baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang karena hal itu terkait dengan pengaruh perbedaan harga terhadap total biaya tetap. Akan tetapi ada bahayanya bila terlalu memusatkan perhatian kepada biaya variabel dan marjin kontribusi. Misalkan perusahaan mempunyai dua produk, yaitu lotion dan sabun dengan laporan operasi bulanan sebagai berikut:

(14)

TABEL 2.1

CONTOH PENETAPAN HARGA BERDASARKAN BIAYA VARIABEL

Lotion Sabun Penjualan (masing-masing 1.000 Unit) $ 23.000 $ 16.000 Dikurangi beban variabel $ 15.000 $ 8.000

Marjin Kontribusi $ 8.000 $ 8.000

Sumber: Akuntansi Biaya, Jilid II

Karena Lotion dan sabun mempunyai marjin kontribusi yang sama, mungkin ada kecenderungan untuk memperlakukan keduanya dengan cara yang sama dalam penetapan harga. Akan tetapi analisis yang hanya didasarkan atas marjin kontribusi dapat mengarah kepada kesimpulan yang salah. Jika produk ini memerlukan upaya dan biaya pemasaran, analisis eksekutif, dan penelitian serta rekayasa yang berbeda-beda, maka manajemen harus memperhitungkan hal-hal tersebut dalam menentukan biaya.

(b) Penetapan Harga berdasarkan biaya diferensial (differential cost pricing), juga disebut penetapan harga berdasarkan biaya marjinal (marginal cost pricing) memusatkan perhatian pada biaya tetap dan laba yang diperoleh dari pesanan tambahan.

Metode ini menambahkan markup kepada biaya diferensial.

Disamping itu biaya diferensial dari suatu pesanan sama dengan

(15)

kenaikan total biaya yang disebabkan oleh produksi unit-unit tambahan. Penetapan harga ini memperhitungkan baik biaya tetap maupun variabel sebagai biaya diferensial sebelum ditambahkan dengan markup dan cara ini cocok untuk situasi tertentu, khususnya yang bersifat jangka pendek. Untuk mengilustrasikan penetapan harga berdasarkan biaya diferensial, anggaplah terdapat biaya produk berikut dari catatan akuntansi:

TABEL 2.2

CONTOH PENETAPAN HARGA BERDASARKAN BIAYA DIFERENSIAL

Ikat pinggang Topi Bahan Langsung

Tenaga Kerja Langsung Overhead pabrik:

Variabel

Diferensial Tetap Alokasi Tetap

$ 5 6

4 3 3

$ 5 2

1 2 2

Total biaya produksi $ 21 $ 12

Sumber: Akuntansi Biaya, Jilid II

Biaya diferensial bahan, tenaga kerja, dan overhead pabrik adalah $ 18 untuk ikat pinggang dan $ 10 untuk topi.

Dengan markup 25% diatas biaya diferensial, harga jual menjadi:

(16)

TABEL 2.3

CONTOH MARK-UP PADA PENETAPAN HARGA BERDASARKAN BIAYA DIFERENSIAL

Ikat pinggang Topi Markup diatas biaya

diferensial Biaya penuh

(25%x$18)

$ 4,50 21,00

(25%x$10)

$ 2,50 12,00

Harga jual $25,50 $14,50

Sumber: Akuntansi Biaya, Jilid II

Perusahaan secara tepat dapat menggunakan teori penetapan harga berdasarkan biaya diferensial dan biaya variabel ketika menghadapi masa-masa sulit dan pasti menghasilkan laba bila penerimaannya melampaui biaya variabel atau diferensial.

(c) Penetapan Harga berdasarkan biaya penuh (Full-cost pricing), metode ini tidak hanya menentukan biaya langsung produk tetapi juga mengalokasikan biaya tidak langsung yang tidak terkait langsung dengan salah satu lini produk. Jika manajemen menetapkan harga jual sebesar $28 untuk ikat pinggang dan $16 untuk topi, marjin kotor adalah 25% dari harga jual. Marjin kotor sebesar $7 untuk ikat pinggang dan $4 untuk topi sama

(17)

dengan 331/3 % markup diatas biaya produksi ($7/$21 biaya penuh ikat pinggang dan $4/$12 biaya penuh topi).

(d) Penetapan harga berdasarkan biaya konversi (conversion cost pricing), metode ini tidak memperhitungkan bahan yang digunakan dalam produk, sebaliknya penekanannya adalah pada tenaga kerja dan overhead pabrik yang diperlukan, yang dikenakan sebagai biaya konversi. Perusahaan lazimnya menggunakan penetapan harga berdasarkan biaya konversi bila bahan disediakan oleh pembeli. Dengan cara ini perusahaan dapat merealisasikan laba yang lebih besar dengan mengarahkan perhatian pada produk yang tidak banyak memerlukan tenaga kerja dan overhead karena mereka dapat menghasilkan serta menjual unit yang lebih besar. Perusahaan dapat menggunakan teori penetapan harga ini secara efektif jika kapasitas pabriknya terbatas karena kendala kapasitas adalah biaya tenaga kerja dan overhead. Dalam penetapan harga berdasarkan biaya penuh diatas, topi memerlukan jumlah bahan yang sama dengan ikat pinggang, tetapi hanya memerlukan tenaga kerja langsung dan overhead pabrik sebesar $7 sedangkan ikat pinggang memerlukan $16. Bila kita menggunakan markup 25% atas biaya konversi, maka harga jual setiap produk akan menjadi:

(18)

TABEL 2.4

CONTOH PENETAPAN HARGA BERDASARKAN BIAYA KONVERSI

Ikat Pinggang Topi

Biaya penuh $ 21,00 $ 12,00

Markup atas biaya konversi (25%x$16)

$ 4,00

(25%x$7)

$ 1,75

Harga jual $ 25,00 $ 13,75

Sumber: Akuntansi Biaya, Jilid II

(e) Penetapan harga berdasarkan biaya langsung (direct cost pricing), perusahaan menentukan harga jual beberapa persen diatas biaya langsung produk bersangkutan. Penetapan harga dengan cara ini sangat tepat apabila biaya tidak langsung yang seharusnya ditanggung secara merata oleh setiap lini produk pada hakikatnya merupakan persentase yang sama dari biaya langsung dan apabila aktiva yang dugunakan setiap lini produk adalah sama. Hal berikut ini mengilustrasikan penetapan harga kemeja berdasarkan biaya langsung. Dengan biaya tidak langsung sekitar 18% dari biaya langsung dan manajemen ingin menghasilkan laba sebesar 25% dari total biaya, perhitungan berikut membandingkan metode penetapan harga berdasarkan biaya langsung dan berdasarkan biaya penuh:

(19)

TABEL 2.5

CONTOH PENETAPAN HARGA BERDASARKAN BIAYA LANGSUNG

Kemeja Berdasarkan

biaya langsung

Berdasar- kan biaya

penuh Biaya langsung

Biaya tidak langsung Total biaya

Kelebihan diatas biaya (mark-on)

= [ 18%+25%+ (25%x18%)]

=47%

$ 17

($17x47%) 8

$ 17 3

$ 20

($20x25%

) 5

Harga jual $ 25 $ 25

Sumber: Akuntansi Biaya, Jilid II

Total biaya sebesar $20 yang dihitung menurut metode biaya penuh kita kalikan dengan persentase laba yang diinginkan sehingga diperoleh markup sebesar $5 dan harga jual $25. Jika pendekatan biaya langsung yang digunakan, maka persentase mark-on harus menutup biaya tidak langsung ditambah persentase laba yang diinginkan sebesar 25%. Mark- on sebesar 47% dihitung sebagai berikut [ 18%+25%+

(20)

(25%x18%) ]= 47%. Dengan mark-on sebesar 47% terhadap biaya tidak langsung, kita mendapatkan harga jual sebesar $25, sama seperti yang dihitung dengan menggunakan metode penetapan harga berdasarkan biaya penuh”.

(2) Metode Penetapan harga mark-up (Mark-Up Pricing Method) adalah bentuk variasi lain dari metode cost plus. Perhitungannya hampir sama hanya perbedaannya adalah bahwa metode mark-up ini diterapkan terhadap produk yang dibeli untuk dijual kembali pada pihak lain (tanpa memerlukan pengolahan lebih lanjut). Sedangkan dalam metode cost plus produk tersebut adalah dibuat atau dibiayai sendiri kemudian dijual pada pihak lain. Penetapan metode ini misalnya banyak dipakai oleh pedagang atau perantara. Dalam bentuk formula metode ini dapat dirumuskan:

TABEL 2.6

RUMUS PENETAPAN HARGA DENGAN METODE MARK-UP

Harga Jual = Harga Beli + Markup Sumber: Akuntansi Biaya, Jilid II

Jadi Markup ini merupakan kelebihan harga jual diatas harga belinya. Keuntungan dapat diperoleh dari sebagian Markup tersebut.

Selain itu pedagang tersebut juga harus mengeluarkan sejumlah biaya eksploitasi yang juga diambilkan dari sebagian Markup.

(21)

(3) Target Pricing

Dalam penetapan harga berdasarkan sasaran pengembalian perusahaan menentukan harga yang akan menghasilkan tingkat pengembalian atas investasi (ROI) yang diinginkan . Dalam bentuk formula metode ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

TABEL 2.7

RUMUS PENETAPAN HARGA BERDASARKAN ROI

Biaya Per unit + Tingkat Pengembalian x Modal yang Yang Diinginkan diinvestasikan Harga = ---

Sasaran Unit Penjualan

Sumber: Akuntansi Biaya, Jilid II b) Demand Oriented Pricing

Adalah suatu cara penetapan harga jual yang didasarkan pada banyaknya permintaan. Jika permintaan naik harga pun cenderung naik, dan sebaliknya jika permintaan turun maka harga cenderung turun walaupun mungkin biaya yang di keluarkan sama saja.

c) Competition Oriented Pricing

Adalah suatu cara penetapan harga yang didasarkan pada harga pesaing. Metode ini ditetapkan agar harga jual tidak lebih tinggi dari harga pesaing. Tingkat harga jual dapat ditetapkan 3 (tiga) kebijakan yaitu : sama, lebih rendah, atau lebih tinggi dari harga pesaing.

Kebijaksanaan harga akan melihat faktor-faktor lain yang mempengaruhi prosedur penetapan harga, kemudian memutuskan ke arah

(22)

mana hasil prosedur harga dapat dimodifikasikan dengan tidak usah menyimpang dari tujuan perusahaan. Keputusan harga jual yang salah sering kali berakibat fatal pada masalah keuangan perusahaan dan akan mempengaruhi kontinuitas usaha perusahaan sebagaimana yang telah disebutkan diatas. Namun demikian dengan adanya sistem manajemen yang baik dan benar maka price taker tersebut tidak akan salah melangkah didalam pengambilan keputusan mengenai harga jual.

Menurut Kotler dan Armstrong (2010) terdapat tujuh metode penerapan harga yang termasuk dalam metode penerapan harga berbasis permintaan, antara lain :

a) Skimming pricing

Strategi inii diterapkan dengan jalan menetapkan harga tinggi bagi suatu produk baru selama tahap perkenalan, kemudian menurunkan harga pada saat persaingan mulai ketat.

b) Penetration Pricing

Perusahaan berusaha memperkenalkan suatu produk dengan harga rendah dengan harapan memperoleh volume penjualan yang besar dalam waktu yang relatif singkat.

c) Prestige Pricing

Harga dapat digunakan oleh pelanggan sebagai ukuran kualitas suatu barang atau jasa. Dengan demikian, bila harga diturunkan sampai tingkat tertentu, maka tingkat permintaan tersebut juga turun.

(23)

d) Price Lining

Digunakan apabila perusahaan menjual produk lebih dari satu jenis produk berbeda.

e) Odd-Even Pricing

Penetapan harga ganjil digunakan untuk mempengaruhi pemikiran konsumen.

f) Demand-Backward Pricing

Perusahaan memperkirakan suatu tingkat harga yang bersedia dibayar konsumen untuk produk-produk yang relatif mahal

g) Bundle Pricing

Strategi pemasaran yang menggunakan harga paket untuk dua atau lebih produk.

3. Job order costing (Harga pokok pesanan)

Menurut Garrison dan Noreen (2013:95) bahwa metode job order costing biaya produksinya ditelusuri dan dialokasikan ke pesanan kemudian biaya dari pesanan tersebut dibagi dengan jumlah unit dalam pesanan untuk mendapatkan biaya rata-rata per unitnya. Jadi, metode perhitungan harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok, dimana biaya diakumulasikan dan dikumpulkan pada setiap pesanan tertentu.

Dalam bisnis jasa, tenaga kerja langsung dan biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja biasanya lebih besar daripada biaya-biaya lain, sehingga jumlah yang dibebankan ke setiap pesanan per jam tenaga kerja langsung sudah termasuk biaya tenaga kerja dan overhead.

(24)

Satu-satunya item yang tertinggal untuk dibebankan ke pesanan adalah biaya-biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke pesanan selain tenaga kerja.

Di bengkel, kategori ini biasanya mencakup biaya-biaya suku cadang, yang setara dengan bahan baku langsung dalam proses manufaktur. Tetapi dalam bisnis jasa profesional, ada banyak biaya yang dapat ditelusuri secara langsung selain tenaga kerja. Contohnya adalah biaya perjalanan, makanan, representasi, telepon interlokal, fotokopi, dan jasa-jasa yang disubkontrakkan. Dalam menelusuri biaya- biaya ini ke pesanan, hubungan penting dalam sistem akuntansi adalah fakta bahwa banyak dari biaya ini dikeluarkan oleh karyawan yang kemudian meminta penggantian dalam bentuk uang tunai.

Misalnya saja, seorang karyawan yang mengeluarkan biaya yang dapat diganti seperti makanan, perjalanan, atau representasi biasanya diharuskan untuk melaporkan tanggal pengeluaran, nama klien atau nomor pesanan, jenis biaya, dan bukti asli untuk jumlah besar. Informasi tersebut memberikan legitimasi atas penggantian kembali dan memungkinkan biaya ditelusuri secara langsung ke setiap pesanan.

Tujuannya untuk menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan baik harga pokok pesanan secara keseluruhan dari tiap-tiap pesanan maupun untuk persatuan. Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi persatuan di hitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut.

(25)

a. Karakteristik job order costing method

Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan mengumpulkan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan (job order cost method). Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.

Pengumpulan biaya produksi dalam suatu perusahaan dipengaruhi oleh karakteristik kegiatan produksi perusahaan tersebut. Menurut Mulyadi (2012:38) karakteristik perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan adalah sebagai berikut :

1) Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus. Jika pesanan yang satu selesai dikerjakan, proses produksi dihentikan, dan dimulai dengan pesanan berikutnya.

2) Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian pesanan yang satu dapat berbeda dengan pesanan yang lain.

3) Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi persediaan di gudang.

Karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan berpengaruh terhadap pengumpulan biaya produksinya. Metode pengumpulan biaya produksi dengan metode harga pokok pesanan yang

(26)

digunakan dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual.

2) Biaya produksi harus golongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi dua kelompok berikut ini : biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.

3) Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik.

4) Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.

5) Harga pokok produksi per-unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produksi yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.

b. Manfaat penggunaan job order costing method

Manfaat dari penggunaan job order costing bagi pihak manajemen menurut Mulyadi (2012:39) adalah :

(27)

1) Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.

Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memproses produknya berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian biaya produksi pesanan yang satu akan berbeda dengan biaya produksi pesanan yang lain, tergantung pada spesifikasi yang dikehendaki oleh pemesan. Oleh karena itu harga jual yang dibebankan kepada pemesan sangat ditentukan oleh besarnya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu.

Untuk menaksir biaya produksi yang akan dikeluarkan dalam memproduksi pesanan tertentu perlu dihitung unsur-unsur biaya berikut ini :

TABEL 2.8

PENAKSIRAN HARGA PRODUKSI

Sumber : Akuntansi biaya

Formula untuk menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan adalah sebagai berikut :

Taksiran biaya bahan baku Rp xx

Taksran biaya tenaga kerja langsung Xx

Taksiran biaya overhead pabrik xx +

Taksiran biaya produksi Rp xx

(28)

TABEL 2.9

PENENTUAN HARGA JUAL

Sumber : Akuntansi biaya

Dari formula tersebut terlihat bahwa informasi taksiran biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan yang diinginkan oleh pemesan dipakai sebagai salah satu dasar untuk menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.

2) Mempertimbangkan dalam hal menerima atau menolak pesanan.

Ada kalanya harga jual produk yang dipesan oleh pemesan telah terbentuk di pasar, sehingga keputusan yang perlu dilakukan oleh manajemen adalah menerima atau menolak pesanan. Untuk memungkinkan pengambilan keputusan tersebut, manajemen memerlukan informasi total harga pokok pesanan yang akan diterima tersebut. Informasi total harga pokok pesanan memberikan perlindungan bagi manajemen agar dalam menerima pesanan perusahaan tidak mengalami kerugian.

Tanpa memiliki informasi total harga pokok pesanan, manajemen tidak memiliki jaminan apakah harga yang diminta oleh

Taksiran biaya produksi untuk pesanan Rp xx

Taksiran biaya nonproduksi yang dibebankan kepada pemesan xx +

Taksiran total biaya pesanan Rp xx

Laba yang diinginkan xx +

Taksiran harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp xx

(29)

pemesan dapat mendatangkan laba bagi perusahaan. Total harga pokok pesanan dihitung dengan unsur biaya berikut ini :

TABEL 2.10

TAKSIRAN HARGA POKOK PESANAN

Sumber : Akuntansi biaya

3) Memantau realisasi biaya produksi.

Informasi taksiran biaya produksi pesanan tertentu dapat dimanfaatkan sebagai salah satu dasar untuk menetapkan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan. Informasi taksiran biaya produksi juga bermanfaat sebagai salah satu dasar untuk mempertimbangkan diterima tidaknya suatu pesanan Jika pesanan telah diputuskan untuk diterima, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam memenuhi pesanan tertentu. Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi tiap pesanan yang diterima untuk memantau apakah proses

Biaya produksi pesanan :

Taksiran biaya bahan baku Rp xx

Taksiran biaya tenaga kerja xx

Taksiran biaya overhead pabrik xx +

Taksiran total biaya produksi Rp xx

Biaya nonproduksi :

Taksiran biaya administrasi & umum Rp xx

Taksiran biaya pemasaran xx +

Taksiran biaya nonproduksi xx +

Taksiran total harga pokok pesanan Rp xx

(30)

produksi untuk memenuhi pesanan tertentu menghasilkan total biaya produksi pesanan sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya.

Pengumpulan biaya produksi per pesanan tersebut dilakukan dengan menggunakan metode harga pokok pesanan. Perhitungan biaya produksi sesungguhnya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dilakukan dengan formula berikut ini :

TABEL 2.11

PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI

Sumber : Akuntansi biaya

*) pesanan dibebani dengan biaya overhead pabrik menurut tarif yang ditentukan di muka (taksiran) karena harga pokok pesanan harus dihitung pada saat pesanan selesai, padahal tidak semua biaya overhead pabrik dapat dihitung pada saat itu.

4) Menghitung laba atau rugi dari tiap pesanan.

Untuk mengetahui apakah pesanan tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi bruto, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu. Informasi laba atau rugi bruto tiap pesanan diperlukan untuk mengetahui kontribusi tiap pesanan dalam menutup biaya nonproduksi dan menghasilkan laba atau rugi. Oleh karena itu, metode harga pokok pesanan digunakan oleh manajemen untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang sesungguhnya

Biaya bahan baku sesungguhnya Rp xx

Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya xx

Taksiran biaya overhead pabrik xx* +

Total biaya produksi sesungguhnya Rp xx

(31)

dikeluarkan untuk tiap pesanan guna menghasilkan informasi laba atau rugi bruto tiap pesanan. Laba atau rugi bruto tiap pesanan dihitung sebagai berikut :

TABEL 2.12

PERHITUNGAN LABA RUGI

Sumber : Akuntansi biaya

5) Menentukan beban pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang akan disajikan dalam neraca.

Pada saat perusahaan dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Di dalam neraca manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan barang jadi dan harga pokok yang sampai dengan tanggal neraca masih dalam proses.

Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu menyelenggarakan pencatatan biaya produksi untuk setiap pesanan.

Berdasarkan catatan biaya produksi tiap pesanan tersebut manajemen dapat menentukan biaya produksi yang melekat pada

Harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp xx Biaya produksi pesanan tertentu :

Biaya bahan baku sesungguhnya Rp xx

Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya xx Taksiran biaya overhead pabrik xx +

Total biaya produksi pesanan xx -

Laba bruto Rp xx

(32)

pesanan yang telah selesai diproduksi, namun pada tanggal neraca belum diserahkan kepada pemesan. Di samping itu, berdasarkan catatan itu pula manajemen dapat menentukan harga pokok dari produk yang sampai dengan tanggal penyajian neraca masih dalam proses pengerjaan.

c. Persamaan dan perbedaan perhitungan harga pokok pesanan dan harga pokok proses

Menurut Garrison dan Noreen (2013) persamaan antara perhitungan harga pokok pesanan dan harga pokok proses adalah sebagai berikut :

1) Kedua sistem memiliki tujuan utama yang sama-untuk membebankan biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik ke suatu produk dan untuk menyediakan mekanisme perhitungan biaya per unit.

2) Kedua sistem menggunakan akun manufaktur dasar yang sama, termasuk overhead pabrik, bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi.

3) Aliran biaya melalui akun-akun manufaktur pada dasarnya sama untuk kedua sistem tersebut.

Seperti terlihat pada perbandingan tersebut, perhitungan harga pokok pesanan juga dapat diterapkan untuk perhitungan harga pokok proses. Dan berikut perbedaan harga pokok pesanan dan harga pokok proses :

(33)

TABEL 2.13

PERBEDAAN HARGA POKOK PESANAN DENGAN HARGA POKOK PROSES

No. Harga Pokok Pesanan Harga Pokok Proses 1. Pesanan yang berbeda dikerjakan

pada periode yang berbeda, dan memiliki persyaratan produksi yang berbeda pula.

Hanya satu jenis barang yang diproduksi secara terus-menerus atau jangka panjang. Semua unit produksi adalah identik.

2. Biaya diakumulasikan per pesanan.

Biaya diakumulasikan per departemen.

3. Biaya per unit dihitung berdasarkan pesanan pada kartu biaya.

Biaya per unit dihitung per departemen.

Sumber : Akuntansi Manajerial (Garrison, dkk – 2013)

d. Tahapan Job Order Costing Method

Menurut Sutikno (2012), langkah-langkah perhitungan job order costing yaitu :

(1) Mengidentifikasi pekerjaan sesuai dengan obyek biaya.

(2) Mengidentifikasi biaya langsung pekerjaan. Dalam mengidentifikasi biaya manufaktur, yang dikategorikan menjadi biaya manufaktur langsung yaitu bahan baku langsung dan tenaga kerja manufaktur langsung.

(3) Memilih dasar alokasi biaya yang digunakan untuk mengalokasikan biaya tidak langsung ke pekerjaan. Biaya manufaktur tidak langsung adalah

(34)

biaya-biaya yang diperlukan untuk menjalankan suatu pekerjaan namun tidak dapat dilacak langsung ke pekerjaan tertentu.

(4) Identifikasi biaya tidak langsung yang terkait dengan setiap dasar alokasi biaya. Alokasi tunggal berdasarkan jam kerja tenaga manufaktur langsung dapat digunakan untuk mengalokasikan biaya manufaktur tidak langsung bagi produk.

(5) Hitung tarif perunit dari setiap dasar alokasi biaya yang digunakan untuk mengalokasikan biaya tidak langsung ke pekerjaan. Untuk setiap costpool, tarif biaya tidak langsung (indirect cost rate) dihitung dengan cara membagi biaya overhead total dalam pool biaya (yang ditentukan pada langkah 4) dengan kuanitas total dari dasar alokasi biaya (yang ditentukan pada langkah 3), untuk perhitungannya dapat dilihat di bawah ini :

TABEL 2.14

TARIF BIAYA TIDAK LANGSUNG

Tarif biaya tidak langsung aktual =

Biaya total aktual dalam cost pool biaya tidak langsung

Total kuantitas aktual dari dasar alokasi biaya Sumber : Akuntansi biaya

(6) Hitung biaya tidak langsung yang dialokasikan ke pekerjaan. Biaya tidak langsung dari suatu pekerjaan dihitung dengan mengalihkan kuantitas aktual dari setiap dasar alokasi biaya (satu dasar alokasi untuk setiap pool)

(35)

yang terkait dengan pekerjaan itu dengan tarif biaya tidak langsung dari setiap dasar alokasi biaya (yang dihitung pada langkah 5).

(7) Hitung biaya total pekerjaan dengan menambah seluruh biaya langsung dan tidak langsung yang dibebankan kepekerjaan. Seluruh biaya yang terkait seperti manufaktur langsung yang meliputi bahan baku langsung dan tenaga kerja manufaktur langsung, serta biaya manufaktur tidak langsung.

e. Kartu harga pokok (Job order cost sheet)

Kartu harga pokok merupakan catatan penting dalam metode harga pokok pesanan, kartu harga pokok ini berfungsi sebagai rekening pembantu yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk.

Biaya produksi untuk pengerjaan suatu pesanan dicatat secara rinci di dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.

Biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung dalam hubungannya dengan pesanan tersebut. Biaya produksi langsung dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan secara langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung dicatat dalam kartu harga pokok berdasarkan suatu tarif tertentu.

(36)

Sumber : Akuntansi Biaya

GAMBAR 2.1 KARTU HARGA POKOK PESANAN

Lembar ini merupakan bagian dari akun barang dalam proses dan dokumen utama untuk menghitung semua biaya yang terkait dengan pesanan tersebut. Sebagai berikutnya :

1) Formulir permintaan bahan baku digunakan untuk membebankan biaya bahan baku langsung pada setiap pekerjaan.

2) Kartu jam kerja untuk tenaga kerja langsung digunakan untuk menelusuri jam kerja dari tenaga kerja langsung pada setiap pekerjaan. Biaya setiap pekerjaan diakumulasikan pada lembar biaya pesanan. Jumlah biaya pekerjaan terdiri atas biaya aktual bahan baku langsung, biaya aktual tenaga kerja langsung, dan overhead yang dibebankan dengan menggunakan sebuah tarif atau besaran yang telah ditentukan sebelumnya.

3) Saldo untuk barang dalam proses terdiri atas saldo semua pekerjaan yang belum terselesaikan. Ketika suatu pekerjaan selesai, biayanya akan

(37)

ditransfer dari barang dalam proses ke barang jadi. Kemudian ketika pesanan tersebut terjual, akan masuk dalam harga pokok penjualan. Variansi overhead umumnya tidak terlalu besar sehingga ditutup pada harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan sebelum penyesuaian dengan variansi overhead disebut sebagai harga pokok penjualan yang normal. Setelah penyesuaian dengan dengan variansi overhead dilakukan, hasilnya disebut dengan harga pokok penjualan yang disesuaikan. Angka inilah yang akan muncul sebagai beban pada laporan laba rugi.

f. Pencatatan akuntansi

1) Akuntansi biaya bahan baku

Pencatatan pemakaian bahan baku didasarkan pada bukti permintaan bahan (material reguisition). Disamping dicatat di kartu persediaan bahan baku, pemakaian tersebut juga harus dicatat di kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.

Pada saat pembelian:

Persediaan bahan baku xxx

Utang/kas xxx

Pada saat terjadi retur pembelian

Utang xxx

Persediaan bahan baku xxx Pada saat pembebanan

BDP - Biaya bahan baku xxx Persediaan bahan baku xxx

(38)

2) Akuntansi Biaya Tenaga Kerja

Pembebanan upah langsung ke barang dalam proses, harus dicatat di kartu harga pokok pesanan sesuai dengan pemakaian tenaga kerja yang bersangkutan.

Pada saat pembayaran kepada karyawan Utang gaji dan upah xxx

Kas xxx

Pada saat pembebanan BDP - Biaya tenaga kerja xxx

Gaji dan upah xxx

3) Akuntansi Biaya Overhead Pabrik

Dalam harga pokok pesanan biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tarif yang ditentukan sebelum proses produksi berjalan (predetermined rate).

Adapun proses penentuan tarif adalah sebagai berikut:

a) Menentukan taksiran besarnya BOP selama periode tertentu

b) Menentukan dasar pembebanan (jam kerja langsung, jam kerja mesin, dan lain-lain)

c) Menentukan tarif BOP berdasarkan:

Taksiran BOP

Tarip BOP = --- = Rp .../Dasar pembebanan Dasar pembebanan

Pada saat pembebanan

BDP - Biaya overhead pabrik xxx BOP yang dibebankan xxx

(39)

Mencatat BOP Sesungguhnya

BOP yang sesungguhnya xxx

Berbagai rekening dikredit xxx

4) Pencatatan Barang Jadi

Pencatatan barang jadi didasarkan kepada pesanan-pesanan yang telah selesai dengan demikian harga pokok barang jadi didasarkan kepada harga pokok tiap pesanan yang telah selesai dikerjakan, sehingga besarnya harga pokok tersebut dapat dilihat di kartu harga pokok.

Persediaan barang jadi xxx BDP - Biaya bahan baku xxx BDP - Biaya tenaga kerja xxx BDP - Biaya overhead pabrik xxx

5) Pencatatan Persediaan Barang Dalam Proses Persediaan barang dalam proses xxx

BDP - Biaya Bahan Baku xxx BDP - Biaya Tenaga Kerja xxx BDP - Biaya Overhead Pabrik xxx 6) Pencatatan Penyerahan Barang Kepada Pemesan

Piutang xxx

Penjualan xxx

7) Pencatatan Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan xxx

Persediaan barang jadi xxx

(40)

4. Laba

a. Pengertian laba

Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak di laporan keuangan, tepatnya laba rugi. Laba dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan).

Sementara itu, laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi. Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan merinci bagaimana laba didapat”.

b. Jenis-jenis laba 1) Laba kotor

Laba kotor (keuntungan penjualan) adalah perbedaan antara pendapatan dengan biaya untuk membuat suatu produk atau penyediaan jasa sebelum dikurangi biaya overhead, gaji, pajak dan pembayaran bunga. Perhatikan bahwa ini berbeda dari laba usaha (laba sebelum bunga dan pajak). Penjualan bersih dihitung sebagai berikut:

Penjualan bersih = penjualan kotor - retur penjualan dan diskon penjualan

(41)

2) Laba operasi

Laba operasi (operating income) merupakan suatu pengukuran laba perusahaan yang berasal dari aktivitas operasi yang masih berlangsung (Subramanyam, 2010:9). Beban lain-lain adalah beban yang tidak berkaitan dengan kegiatan operasi pokok perusahaan, seperti rugi penjualan aset tetap dan beban bunga. Laba operasi dihitung sebagai berikut:

Penghasilan operasi = Pendapatan operasi - Beban operasi 3) Laba sebelum pajak

Laba sebelum bunga dan pajak (LSBP) atau penghasilan operasi adalah ukuran dari profitabilitas suatu perusahaan yang tidak termasuk bunga dan beban pajak penghasilan. Laba sebelum pajak dihitung sebagai berikut:

Laba sebelum bunga dan pajak = Pendapatan operasi - Beban operasi +Pendapatan non-operasi

4) Laba bersih

Laba bersih adalah kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh biaya untuk suatu periode tertentu setelah dikuarangi pajak penghasilan yang disajikan dalam bentuk laporan laba rugi.

(42)

c. Operating Profit Margin (OPM)

Operating profit margin (OPM) dapat digunakan untuk mengetahui keuntungan operasional dari setiap barang yang dijual perusahaan. Operating profit margin adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan operasi perusahaan. Operating profit margin mengukur persentase dari profit yang diperoleh perusahaan dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan pajak. Operating profit margin (OPM) merupakan rasio yang menunjukan berapa persen keuntungan operasi perusahaan yang dapat diperoleh oleh perusahaan dari total penjualan yang dilakukan. Rumus untuk menghitung OPM adalah :

TABEL 2.15

RUMUS MENGHITUNG OPERATING PROFIT MARGIN

Operating profit margin = Earning Before Interest Tax (EBIT) Sales Revenue

Sumber : Akuntansi biaya

Pada umumnya semakin tinggi rasio ini maka perolehan laba akan semakin optimal, khususnya laba operasional dari kegiatan perusahaan bersangkutan. Hasil perhitungan rasio ini harus dibandingkan dengan tahun- tahun sebelumnya untuk melihat apakah terdapat peningkatan atau penurunan operating profit margin (OPM).

(43)

5. Penelitian terdahulu

TABEL 2.16

PENELITIAN TERDAHULU

Nama Peneliti Tahun Penelitian Lokasi Penelitian

Metode

Penelitian Variabel Hasil Penelitian

X : penetapan harga pokok pesanan

Y : efektifitas penetapan harga jual produk Erawati dan Lili Syafitri Jurnal – 2013 CV.

Harapan Inti Usaha – Palembang

Deskriptif X : penetapan harga pokok produksi

Y : penentuan harga jual produk

Adanya kesalahan dalam proses pengklasifikasian biaya oleh perusahaan sehingga pengambilan keputusan oleh perusahaan kurang tepat.

Arry Yudistia, Lewi Malisan, dan Bramantika Oktavianti

Jurnal – 2012 CV, Sumber Mitra Utama – Samarinda

Deskriptif X : Metode Margin Pricing Y : penentuan harga jual produk

Perusahaan melakukan kebijakan penetapan harga jual dengan marjin yang kecil karena penjualan sedang meningkat dan persaingan pun meningkat.

Ruchi Maylana Skripsi – 2008 PT.

PINPAD (Persero) – Bandung

Deskriptif dengan metode studi kasus

Harga jual yang diterapkan berdasarkan harga pokok pesanan perusahaan telah efektif.

(44)

D. Rerangka Teori

Dengan semakin ketatnya persaingan diantara peusahaan yang menghasilkan produk yang sama, menyebabkan masing-masing perusahaan berlomba untuk menarik konsumen dengan produk yang dihasilkannya. Pimpinan perusahaan harus berusahaan agar produk yang dihasilkan bisa lebih murah, lebih bagus, dan lebih menarik daripada produk yang dihasilkan pesaing. Dalam menjalankan kegiatan perusahaan, pimpinan perusahaan akan dihadapkan pada beberapa alternatif dalam mengambil suatu keputusan. Harga pokok pesanan adalah salah satu metode yang tepat dalam menilai kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dalam memproduksi pesanan tertentu.

Untuk mendapatkan harga pokok yang sistematis atau tersusun secara benar, perusahaan dapat menggunakan alat bantu berupa sistem akuntansi yangberkaitan dengan perhitungan biaya, yaitu akuntansi biaya. Adapun tujuan akuntansi biaya menurut Sony W.F, Sri Dewi Anggadini (2012) bahwa akuntansi biaya dapat diartikan menjadi : “proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk dan jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya”.

Untuk tujuan penentuan harga pokok ada dua metode, yaitu pengumpulan biaya produk yang dapat digunakan dengan metode harga pokok pesanan dan metode harga pokok proses. Penggunaan meode tersebut tergantung pada sifat dan karakteristik pengolahan bahan menjadi produk jadi, maksudnya tergantung apakah produk tersebut diproduksi apabila ada pesanan saja atau diproduksi untuk memenuhi persediaan di gudang. Tetapi, dalam penelitian ini hanya membahas

(45)

metode harga pokok pesanan saja, yaitu produk yang diproduksi apabila ada pesanan.

Menurut Garrison dan Noreen (2013:95) bahwa metode job order costing biaya produksinya ditelusuri dan dialokasikan ke pesanan kemudian biaya dari pesanan tersebut dibagi dengan jumlah unit dalam pesanan untuk mendapatkan biaya rata-rata per unitnya.

Pada metode harga pokok pesanan, tujuan produksinya adalah untuk melayani pesanan dan sifat produksinya akan terputus-putus yaitu apabila produk pesanan sudah selesai dikerjakan maka proses produksi dihentikan. Pesanan yang satu selesai diolah, kemudian dilanjutkan dengan mengolah pesanan selanjutnya.

Pada metode harga pokok pesanan, harga pokok sesungguhnya dikumpulkan untuk setiap pesanan, yaitu dihitung pada saat pesanan selesai.

Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, memproses produknya untuk memenuhi pesanan pelanggan. Dengan demikian, biaya produksi dihitung pada setiap pesanan untuk menghasilkan informasi biaya produksi per satuan produk. Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu data yang dipertimbangkan disamping data biaya lain serta data non biaya.

Harga pokok pesanan perlu dihitung terlebih dahulu untuk tujuan penetapan hargajual, untuk tujuan penyediaan sumber-sumber dana yang dibutuhkan guna melaksanakan proses produksi dan untuk tujuan pengendalian biaya. Dengan harga pokok pesanan yang telah ditentukan, memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan perkiraan mengenai besarnya harga pokok pesanan yang kemudian

(46)

dapat dijadikan pedoman untuk menetapkan penawaran harga jual, sehingga tercapai efektifitas harga jual produk.

Referensi

Dokumen terkait

1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif. 2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan. 3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas. 4)

Didalam pemberian kredit atau masalah gadai, apabila telah sampai pada waktu pelunasan hutang dan penebusan barang jaminan, tetapi penggadai tidak dapat membayar hutangnya,

spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual. b) Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya

variabel independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.Hal ini dapat dibuktikan dari nilai Sig F > 0,05 yaitu 0,541> 0,05, maka dapat

2.1.3 Hubungan Antara Kepuasan Kerja Dan Prestasi Kerja Karyawan Menurut Handoko (2000:195) Secara historis sering dianggap bahwa para karyawan yang mendapatkan kepuasan

Meskipun banyak studi tentang pemodelan prilaku fluidisasi hamparan namun masih sedikit studi yang menggunakan material hamparan yang diaplikasikan kedalam dunia aplikatif dan juga

Yeni Osmanlılar, bundan dolayı, Batılılaşmaya karşı Bihruz Bey tiplerinin eleştirisini üst bürokrasiye karşı ver­ dikleri mücadelede kullandılar, fakat