• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Informasi

Sistem merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur - prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu . Dengan kata lain, sistem informasi adalah kumpulan dari sub-sub sistem yang saling terintegrasi serta berkolaborasi untuk menyelesaikan suatu masalah dengan cara mengolah objek/data memakai komputer sehingga dapat menjadi nilai tambah bagi pengguna [8]. Suatu sistem informasi membutuhkan desainer/perancang dan pengguna (user) yang mampu dalam berpikir sistem untuk menjaga kedinamisan sistem dalam lingkungan yang variabelnya selalu berubah-ubah seiring waktu.

Sistem informasi memuat berbagai informasi penting mengenai orang, tempat,dan segala sesuatu yang ada di dalam atau di lingkungan sekitar organisasi.

Infromasi sendiri mengandung suatu arti yaitu data yang telah diolah ke dalam bentuk yang memiliki arti dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Data sendiri merupakan fakta-fakta yang mewakili suatu keadaan, kondisi, atau peristiwa yang terjadi di dalam atau di lingkungan fisik organisasi.

Sistem informasi mengandung tiga aktifitas dasar didalamnya [9] , yaitu aktifitas masukan (input), pemrosesan (processing), dan keluaran (output). Tiga aktifitas dasar ini menghasilkan infromasi yang dibutuhkan organisasi untuk pengambilan keputusan, pengendalian operasi, analisis permasalahan, dan menciptakan produk baru atau jasa baru.

Sistem informasi dapat dikelompokan menjadi 2 tipe, yaitu:

1. Operation Support System.

Merupakan sistem informasi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses dan menyimpan data yang dihasilkan sistem operasi perusahaan, menghasilkan data dan infromasi masukan bagi sistem informasi manajemen atau sebagai kontrol sistem operasional. Yang termasuk dalam Operation Support Systems adalah:

(2)

8

a. Transaction Processing System. Digunakan untuk memproses data transaksi bisnis harian secara rutin, melakukan perubahan pada database operasional dan menghasilkan dokumen transaksi bisnis.

b. Process Control System. Digunakan untuk mngawasi dan mengontrol proses industri.

c. Enterprise Collaboration System. Digunakan untuk mendukung dan meningkatkan komunikasi, koordinasi, kolaborasi dan berbagai sumber daya di antara tim kerja dalam perusahaan melalui pemanaatan berbagai aplikasi, internet, intranet, extranet dan jaringan komputer lainya.

2. Management Support System

Merupakan sistem informasi yang menyediakan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan manajerial. Yang termasuk dalam Management Support System adalah :

a. Management Information System. Adalah sistem informasi untuk mendukung perencanaan, pengendalian, pengambilan keputusan managemen dan merupakan ringkasan infromasi yang diperoleh dari Transaction Processing System.

b. Dicision Support System. Adalah sistem informasi yang mendukung pengambilan keputusan manajemen yang semi terstuktur, berorientasi pada model, berfokus pada keputusan dan mempunyai kemampuan analisis.

c. Execitive Infromation System. Adalah sistem informasi untuk mengeola data untuk digunakan dalam pemecahan masalah yang spesifik dan berfokus pada strategi.

2.2. Agile Software Development

Agile software Development adalah salah satu metodologi dalam pengembangan sistem perangkat lunak (software) . Kata Agile berarti bersifat cepat, ringan, bebas bergerak, waspada. Kata ini dicetuskan olek Kent Beck dan 16 rekanya dengan menyatakan bahwa Agile software Development adalah cara membangun software dengan melakukanya dan membantu orang lain membangunya sekaligus.

(3)

9

Dalam Agile software Development interaksi dan personel lebih penting dari pada proses dan alat, software yang berfungsi lebih penting daripada dokumentasi yang lengkap, kolaborasi denga klien lebih penting daripada negosiasi kontrak, dan sikap tanggap terhadap perubahan lebih penting daripada mengikuti rencana.

Namun demikian, sama seperti model proses yang lain, Agile software Development memiliki kelebihan yaitu memungkinkan model proses yang toleransi terhadap perubahan kebutuhansehingga perubahan dapat cepat ditanggapi.

Salah satu ciri dari Agile Software Development adalah tim yang tanggap terhadap perubahan karena perubahan adalah hal yang utama dalam membangun software, perubahan kebutuhan software, perubahan anggota tim, perubahan teknologi dan lain-lain. Selain itu Agile Software Development juga melihat pentingnya komunikasi antara anggota tim, antara orang-orang teknis dan businessmen, antara developer dan manajernya. Ciri lain adalah klien menjadi bagian dari tim pembangun software. Ciri – ciri didukung oleh 12 prinsip yang diterapkan oleh Agile Alliance. Menurut Agile Alliance, 12 prinsip ini adalah bagi mereka yang ingin berhasil dalam penerapan Agile Software Development :

1. Kepuasan klien adalah proiritas utama dengan menghasilkan produk lebih awal dan terus menerus.

2. Menerima perubahan kebutuhan, sekalipun diakhir pengembangan.

3. Penyerahan hasil/software dalam hitungan waktu dua minggu sampai 2 bulan.

4. Bagian bisnis dan pembangun kerja sama tiap hari selama proyek berlangsung.

5. Membangun proyek dilingkungan orang-orang yang bermotivasi tinggi yang bekerja dalam lingkungan yang mendukung dan yang dipercaya untuk dapat menyelesaikan proyek.

6. Komunikasi dengan berhadapan langsung adalah komunikasi yang efektif dan efisien.

7. Software yang berfungsi adalah ukuran utama dari kemajuan proyek.

8. Dukungan yang stabil dari sponsor, pembangubn, dan pengguna diperlukan untuk menjaga perkembangan yang bersinambungan.

(4)

10

9. Perhatian kepada kehebatan teknis dan desain yang bagus meningkatkan sifat agile.

10. Kesederhanaan sangat penting.

11. Kebutuhan dan desain yang bagus muntul dari tim yang mengatur dirinya sendiri.

12. Secara periodik tim evaluasi diri dan mencari cara untuk lebih efektif dan segera melakukanya.

Kedua belas prinsip tersebut menjadi suatu dasar bagi model-model proses yang mempunyai sifat agile. Dengan prinsip-prinsip tersebut Agile Process Model berusaha untuk menyiasati 3 asumsi penting proyek software pada umumnya:

1. Kebutuhan software sulit diprediksi dari awal dan selalu akan beruba.

Selain itu, prioritas klien juga sering berjalannya proyek.

2. Desain dan pembangunan sering tumpang tindih. Sulit diperkirakan seberapa jauh desain yang diperlukan sebelum pembangunan.

3. Analisi, desain, pembangunan dan testing tidak dapat diperkirakan seperti yang diinginkan.

Ada banyak gaya/model pada pengembangan software yang termasuk agile software development methods, diantaranya adalah 1) Extreme Programming, 2) Adaptive Software Development, 3) Dynamic Systems Development Method, 4) Model Scrum, dan 5) Agile Modeling [10]. Pada skripsi ini, model yang akan digunakan adalah Extreme Programming, yang tidak lain merupakan salah satu metode pengembangan sistem informasi agile software development dimana metode ini merupakan metode pengembangan sistem cepat. Metode ini mengembangkan komunikasi antara tim pengembang degan client sehingga sangat flexibel dengan client yang kebutuhanya dapat dengan mudah berubah – ubah.

2.3. Extreme Programming (XP)

Secara umum Extreme Programming (XP) dapat dijabarkan sebagai sebuah pendekatan pengembangan perangkat lunak yang mencoba meningkatkan efesiensi dan flesibilitas dari sebuah proyek pengembangan perangkat lunak dengan

(5)

11

mengkombnasikan berbagai idek simple atau sederhana tanpa mengurangi kualitas software yang akan dibangun.

Pembangunan sistem pada metode Extreme Programming (XP) dilakukan secara cepat. Extreme Programming (XP) tepat digunakan saat kondisi keperluan berubah cepat, resiko tinggi dan ada proyek dengan tantangan yang baru, mampu mengoptimasikan tes, dan ada peran serta pelanggan atau user secara langsung.

Extreme Programming (XP) dikembangkan oleh Beck, Cunningham dan Jeffries model dibagi menjadi 4 core value sebagai barikut :

1. Communication

Extreme Programming (XP) mengfokuskan pada hubungan komunikasi yang baik antara tim klien, anggota tim, dan manajer proyek komunikasi dalam Extreme Programming dibangun dengan melakukan pemrogaman berpasang. Klien harus dilibatkan dalam proses pengembangan perangkat lunaknya dengan tujuanya untuk memberikan pandangan pengembang seuai dengan pandangan pengguna sistem yang dibangun.

2. Simplicity

Extreme Programming (XP) melakukan semua dengan sederhana dan praktis tanpa mengurangi fungsi utamanya.

3. Feedback

Selalu mengevaluasi terhadap perangkat lunak yang sedang dikerjakan, segala informasi harus dikumpulkan setiap interval waktu yang konsisten dan diskusikan kesalahan – kesalahan yang muncul selama proses pengembangan. Umpan balik tersebut berfungsi sebagai indikator kemajuan proyek dan menginformasikan pemimpin proyek apabila perlu dibuat.

4. Courage

Programmer XP didorong untuk berani berekspreimen dan menulis ulang kode jika tidak puas dengan kode yang sudah ada atau desain. Hal ini membantu mempertahankan moral serta integritas para pengembang proyek dan dapat mendukung lebih lanjut omunikasi anggota proyek lainya.

(6)

12

Practices XP dapat diterapkan untuk menangani situasi proses pengembangan perangkat lunak dengan pemrogram tunggal, yang kemudian dinamakan dengan metodologi Personal Extreme Programming [11]. Practice XP meliputi The Planning Game, Test Driven Development, Small Release, Simple Design, Refactoring, Continues Integration, On-Site Customer, Coding Standars.

Personal Extreme Programming (PXP) dapat diterapkan sebagai solusi penengah sebagai pengembangan sistem informasi dengan pemrograman tunggal secara cepat, flexible, dan efisien.

2.4. Personal Extreame Programming (PXP)

Metode Personal Extreme Programming (PXP) merupakan metode pengembangan perangkat lunak yang dibuat untuk pengembang tunggal. Dimana metode ini adalah pengembangan dari metode Personal Software Process (PSP) yang dikombinasikan dengan Extreme Programming (XP) yang bertujuan untuk memudahkan pengembang tunggal. Personal Extreme Programming (PXP) tetap mempertahankan prinsip dasar dari Personal Software Process (PSP) dengan mengurangi jumlah dokumentasi dan pemeliharaan, selain itu Personal Extreme Programming (PXP) memperkenalkan subset dari pengembangan Extreme Programming (XP) yang telah disesuaikan untuk dilakukan oleh pengembang tunggal[12].

Personal Extreme Programming (PXP) memiliki beberapa tahapan yaitu, requirements, planning, iteration initialization, design, system testing, implementation, dan restropective[13]

Requirements [14]. Pada tahap ini pengembang mengumpulkan kebutuhan dari SMK AL-AMIEN PUTRI 1 PRENDUAN. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung bersama Kepala Sekolah. Pada wawancara tersebut, client menjabarkan mengenai segala aspek yang menjadi permasalahan Sekolah dari yang kecil hingga terbesar serta gambaran umum yang diharapkan pada sistem yang akan dibangun. Berdasarkan kebutuhan yang diinginkan user maka akan dibuat sebuah user story pada tiap masalah yang dialami client. Adapun format penulisan user story “Sebagai , saya ingin sistem sehingga ”.

(7)

13

Planning. Pada fase planning serangkaian task yang akan di kerjakan berdasarkan user story yang telah didapatkan. Susunan task tersebut dibuat menggunakan partice planning game. Fase ini juga akan melakukan pemberian value pada tiap story pemberian value ini akan sangat berguna sebagai penentu prioritas pada setiap user stories yang ada dan pada fase ini juga akan dilakukan pemberian CRC Card pada tiap class yang akan digunakan .

Iteration Initialization. Pada iterasi pengembang telah mengerjakan keseluruhan stories yang telah ada pada bab sebelumnya. Story dikerjakan dimulai dari risk dan value yang paling tinggi hingga yang paling rendah.

Design. Pada iterasi pertama desain dari sistem dibuat sesimpel mungkin, namun jika client ingin mengubah desain pada konten yang telah dibuat maka pengembang harus segera mengubah desain sesuai dengan keinginan client. Berdasarkan CRC Card yang ada pengembang membuat gambaran umum mengenai sistem yang akan dibangun sehingga pada tahap implementasi desain sementara dari program tidak akan berbeda jauh dibanding hasil dari program yang telah dibangun.

Implementation. Setelah desain dari mokup sederhana selesai, maka peng-kode an dari tiap user story akan dilakukan. Fase ini terbagi lagi menjadi tiga tahap yaitu System Testing, Code Generation, dan Code Refactoring.

System Testing. Tahap system testing dilakukan dalam bentuk kuisioner User Acceptance Test. Hal ini bertujuan agar menentukan apakah hasil pengembangan akan diterima atau ada sedikit perubahan.

Retrospective. Tahap ini menganalisis jalannya setiap fase pengembangan serta penyesuaiaan estimasi waktu yang telah dikerjakan pada tiap iterasi.

2.5. Website

Web dapat diartikan sekumpulan halaman yang terdiri dari beberapa laman yang berisi informasi dalam bentuk data digital baik berupa text, gambar, video, audio, dan animasi lainy ayang disediakan melalui jalur koneksi internet [15].

(8)

14

Web aplikasi sendiri digunakan untuk berbagai macam tujuan dan manfaat yang berbeda-beda. Banyak dari perusahaan dan lembaga yang menggunakan aplikasi berbasis web untuk mengolah data dan informasi dalam merencanakan sumber daya perusahaan atau lembaga mereka. Keunggulan web aplikasi adalah akselerasinya yang sangat ringan, sedikit sumber data, serta diakses secara cepat melalui broser pada koneksi internet ke server.

Referensi

Dokumen terkait

Alamat Nama NIK dengan kepala Hubungan Kelamin Jenis pendataan Umur saat

Hasil penelitian menunjukkan penambahan gluthatione 3 mM dalam media kultur embrio kerbau secara in vitro menghasilkan persentase perkembangan embrio sampai tahap

membersihkan alat adalah membilas unit pencukur dan tempat rambut dengan air panas setiap kali setelah Anda selesai menggunakan alat cukur.. Hati-hati dengan

73 Pekarangan yang kurang mampu mengundang banyak burung terletak pada sampel bagian ke-tiga yang merupakan bagian sampel yang sangat jauh dari sungai yaitu pekarangan

(2) Penataan Kawasan Pantura sebagaimana dimaksud dalam ayat (l) dituangkan dalam satu rencana tata ruang sebagai bagian dari Thta Ruang Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Dengan tidak adanya kebijakan dan prosedur penjualan secara tertulis hal ini memungkinkan kurangnya komunikasi antar suatu bagian dalam perusahaan mengenai aktivitas