• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANAMAN JAGUNG DI DESA PURWOBINANGUN, KECAMATAN SEI BINGAI, KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TANAMAN JAGUNG DI DESA PURWOBINANGUN, KECAMATAN SEI BINGAI, KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPLORASI PARASITOID TELUR Spodoptera frugiperda J.E. Smith (Lepidoptera: Noctuidae) PADA TANAMAN JAGUNG DI DESA

PURWOBINANGUN, KECAMATAN SEI BINGAI, KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

OLEH :

AUGUSMAN WARUWU 160301013

AGROTEKNOLOGI / HPT

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2022

(2)

EKSPLORASI PARASITOID TELUR Spodoptera frugiperda J.E. Smith (Lepidoptera: Noctuidae) PADA TANAMAN JAGUNG DI DESA

PURWOBINANGUN, KECAMATAN SEI BINGAI, KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

OLEH :

AUGUSMAN WARUWU 160301013

AGROTEKNOLOGI / HPT

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Meraih Gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2022

(3)
(4)

i ABSTRACT

Augusman Waruwu, 2022. Exploration of egg’s parasitoid Spodoptera frugiperda J.E. Smith (Lepidoptera: Noctuidae) on maize plant in Purwobinangun Village, Sei Bingai District, Langkat Regency, guided by Maryani Cyccu Tobing and Ameilia Zuliyanti Siregar. S. frugiperda is one of serious pest on maize plant.

Parasitoid as part of Integrated Pest Management (IPM) strategy was needed to reduce the population of S. frugiperda. This research was carried out in Purwobinangun Village, Sei Bingai District, Langkat Regency. The research used a Factorial Randomized Block Design with 2 factors are cropping patterns (Monoculture and Intercropping) and maize varieties (Bisi 18 and Pioneer 32) with six replications. The results showed that 2 genera egg parasitoids of S.

frugiperda are Telenomus sp. and Trichogramma sp. The highest parasitization (28,32%) was in intercropping treatment of variety Pioneer 32 and the lowest parasitization (12,47%) was in monoculture treatment of variety Bisi 18. The egg parasitoid of S. frugiperda was dominated by Telenomus sp.

Key word: egg parasitoid, maize, Spodoptera frugiperda

(5)

ii ABSTRAK

Augusman Waruwu, 2022. Eksplorasi Parasitoid Telur Spodoptera frugiperda J.E.

Smith (Lepidoptera: Noctuidae) pada Tanaman Jagung di Desa Purwobinangun, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, dibimbing oleh Maryani Cyccu Tobing dan Ameilia Zuliyanti Siregar. Eksplorasi jenis parasitoid merupakan langkah awal pengendalian hama S. frugiperda. Diperlukan strategi pengendalian hama terpadu (PHT) untuk mengurangi populasi S. frugiperda. Penelitian ini dilakukan di lahan milik petani di Desa Purwobinangun, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor. Faktor 1 yaitu pola tanam (monokultur dan tumpangsari) dan faktor 2 varietas (Bisi 18 dan Pioneer 32) dengan enam ulangan. Hasil penelitian diperoleh 2 genus parasitoid telur S. frugiperda yaitu Telenomus sp. dan Trichogramma sp. Parasitasi tertinggi (28,32%) pada perlakuan tumpangsari jagung varietas Pioneer 32 dan parasitasi terendah (12,47%) pada perlakuan monokultur jagung varietas Bisi 18. Parasitoid telur S. frugiperda didominansi oleh Telenomus sp.

Kata kunci : parasitoid telur, jagung, Spodoptera frugiperda

(6)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Augusman Waruwu dilahirkan pada tanggal 21 Agustus 1997 di Nias, Sumatera Utara. Penulis anak dari pasangan Obedi Waruwu dan Monika Rince Lim. Alamat penulis di Gunungsitoli Idanoi, Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di SD Negeri 0684 Idanogawo (2004-2010), SMP Swasta Idanoi (2010-2013), SMA Negeri 1 Gunungsitoli (2013-2016), dan S1 Agroteknologi Universitas Sumatera Utara (2016-2021). Penulis diterima di jurusan Agroteknologi melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi mahasiswa yaitu Himpunan Mahasiswa Agroteknologi, Paduan Suara Transseamus, asisten Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman, asisten Pengendalian Hama Terpadu, asisten Hama Tanaman Hortikultura, asisten Pestisida dan Teknik Aplikasi.

Penulis pernah menjadi delegasi pelatihan Trigona di Bogor tahun 2018, juara 2 Lomba Fotografi Jambore Perlindungan Tanaman Indonesia-IPB tahun 2018, menjadi delegasi Lomba Fotografi Escape Graphy Himpunan Mahasiswa Biologi Universitas Padjadjaran Tahun 2019, peserta internship pada posisi Digital Marketing Officer Scholars 2021. Penulis juga pernah melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di PT. Pulahan Seruwai tahun 2019 dan melaksanakan pengabdian masyarakat KKN-PPM (Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat) di Desa Namo Tating, Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat tahun 2020.

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Eksplorasi Parasitoid Telur Spodoptera frugiperda J.E. Smith (Lepidoptera: Noctuidae) pada Tanaman Jagung di Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat” merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Komisi Pembimbing Prof. Dr. Dra. Maryani Cyccu Tobing, MS. selaku Ketua dan Ameilia Zuliyanti Siregar, S.Si., M.Sc., Ph.D selaku Anggota yang telah memberikan saran dan arahan yang membangun dalam kesempurnaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2022

Penulis

(8)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penulisan ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Spodoptera frugiperda J.E. Smith (Lepidoptera: Noctuidae) ... 5

Biologi ... 5

Gejala Serangan ... 7

Tanaman Inang ... 9

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Populasi S. frugiperda ... 9

Faktor Abiotik ... 9

Faktor Biotik ... 10

Pengendalian S. frugiperda ... 11

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

Bahan dan Alat ... 15

Metode Penelitian ... 15

Pelaksanaan Penelitian ... 17

Persiapan Lahan ... 17

Penanaman ... 17

Pengambilan Kelompok Telur S. frugiperda ... 18

Pemeliharaan Kelompok Telur S. frugiperda ... 18

Pengamatan Kelompok Telur S. frugiperda ... 19

Peubah Amatan ... 19

Identifikasi Parasitoid... 19

Persentase Parasitasi... 19

(9)

vi

Dominansi Parasitoid ... 19 Data Pendukung ... 20 HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Parasitoid ... 21 Persentase Parasitasi Parasitoid Telur S. frugiperda... 26 Dominansi Parasitoid ... 32 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

vii

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Genus parasitoid telur S. frugiperda yang ditemukan pada perlakuan jagung monokultur dan tumpangsari dengan dua

varietas jagung ...

21

2. Persentase parasitasi parasitoid telur S. frugiperda terhadap perlakuan jagung monokultur dan tumpangsari dengan dua

varietas jagung ...

26

3. Rataan persentase parasitasi parasitoid telur S. frugiperda pada perlakuan jagung monokultur dan tumpangsari dengan dua

varietas jagung ...

28

4. Dominansi parasitoid telur S. frugiperda yang ditemukan pada perlakuan jagung monokultur dan tumpangsari dengan dua

varietas jagung ...

32 5. Rataan dominansi parasitoid Telenomus pada perlakuan jagung

monokultur dan tumpangsari dengan dua varietas jagung ... 33 6. Rataan dominansi parasitoid Trichogramma pada perlakuan

jagung monokultur dan tumpangsari dengan dua varietas

jagung ...

34

(11)

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Kelompok telur S. frugiperda ... 5

2. Larva instar 1-6 S. frugiperda ... 6

3. Pupa S. frugiperda ... 6

4. Ngengat jantan dan betina S. frugiperda ... 7

5. Gejala Serangan S. frugiperda ... 8

6. Persiapan lahan ... 17

7. Penanaman ... 18

8. Pengambilan Kelompok Telur S. frugiperda ... 18

9. Pemeliharaan Kelompok Telur S. frugiperda ... 18

10. Pengamatan Parasitoid S. frugiperda ... 19

11. Imago jantan dan betina parasitoid Telenomus ... 23

12. Antena jantan dan betina parasitoid Telenomus ... 24

13. Sayap depan dan sayap belakang parasitoid Telenomus ... 24

14. Tungkai parasitoid Telenomus ... 24

15. Imago jantan dan betina parasitoid Trichogramma ... 25

16. Antena jantan dan betina parasitoid Trichogramma ... 25

17. Sayap depan dan sayap belakang parasitoid Trichogramma ... 25

18. Tungkai parasitoid Trichogramma ... 25

(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Bagan Plot Penelitian ... 43

2. Bagan Lahan Penelitian ... 43

3. Deskripsi Varietas Jagung dan Kacang Tanah ... 44

4. Data Persentase Parasitasi Parasitoid Pengamatan 1.……...…… 47

5. Data Persentase Parasitasi Parasitoid Pengamatan 2 …………... 48

6. Data Persentase Parasitasi Parasitoid Pengamatan 3……… 49

7. Data Persentase Parasitasi Parasitoid Pengamatan 4. 50 8. Data Persentase Parasitasi Parasitoid Pengamatan 5……… 51

9 Data Persentase Parasitasi Parasitoid Pengamatan 6……… 52

10. Data Persentase Parasitasi Parasitoid Pengamatan 7……… 53

11. Data Persentase Parasitasi Parasitoid Pengamatan 8……… 54

12. Data Dominansi Parasitoid Telenomus Pengamatan 1………... 55

13. Data Dominansi Parasitoid Telenomus Pengamatan 2 ... 56

14. Data Dominansi Parasitoid Telenomus Pengamatan 3 ... 57

15. Data Dominansi Parasitoid Telenomus Pengamatan 4 ... 58

16. Data Dominansi Parasitoid Telenomus Pengamatan 5 ... 59

17. Data Dominansi Parasitoid Telenomus Pengamatan 6 ... 60

18. Data Dominansi Parasitoid Telenomus Pengamatan 7 ... 61

19. Data Dominansi Parasitoid Telenomus Pengamatan 8 ... 62

20. Data Dominansi Parasitoid Trichogramma Pengamatan 1 ... 63

21. Data Dominansi Parasitoid Trichogramma Pengamatan 2 ... 64

22. Data Dominansi Parasitoid Trichogramma Pengamatan 3 ... 65

23. Data Dominansi Parasitoid Trichogramma Pengamatan 4 ... 66

24. Data Dominansi Parasitoid Trichogramma Pengamatan 5 ... 67

25. Data Dominansi Parasitoid Trichogramma Pengamatan 6 ... 68

26. Data Dominansi Parasitoid Trichogramma Pengamatan 7 ... 69

27. Data Dominansi Parasitoid Trichogramma Pengamatan 8 ... 70

28. Data Suhu dan Kelembapan ... 71

29. Jumlah Kelompok Telur S. frugiperda selama pengamatan ... 72

30 Jumlah Kelompok Telur yang terparasit ... 72

31. Jumlah Butir Telur ... 72

33. Jumlah Parasitoid Telur S. frugiperda ... 72

34. Jumlah Parasitoid Telenomus ... 73

35 Jumlah Parasitoid Trichogramma ... 73

36. Rataan Persentase Parasitasi Parasitoid ... 73

37. Rataan Persentase Parasitasi Telenomus ... 73

38. Rataan Persentase Parasitasi Trichogramma ... 74

39. Rataan Dominansi Telenomus ... 74

40. Rataan Dominansi Trichogramma ... 74

(13)

x

41. Data Rata-rata Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan per bulan

di Kecamatan Sei Bingai 2021 ... 74

42. Lampiran Foto Persiapan Lahan ... 75

43. Lampiran Foto Penanaman ... 75

44. Lampiran Foto Pemupukan ………... 75

45. Lampiran Foto Pemeliharaan Tanaman ………... 76

46. Lampiran Foto Pengambilan Kelompok Telur …………... 76

47. Lampiran Foto Pemeliharaan Kelompok Telur……… 77

48. Lampiran Foto Pengamatan Kelompok Telur……….. 77

49. Lampiran Foto Pengamatan Parasitoid ……… 78

50. Lampiran Foto Supervisi ………. 78

51. Lampiran Foto Telenomus ………... 79

52. Lampiran Foto Trichogramma ……….... 80

53. Lampiran Foto Predator yang ditemukan di Lapangan ………... 81

54. Lampiran Foto Lahan Penelitian ………. 81

55. Lampiran Foto Data Hari Hujan ……….. 82

56. Lampiran Jadwal Kerja………. 83

(14)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman jagung merupakan komoditas pangan penting setelah padi yang banyak diusahakan di Indonesia. Selain sebagai makanan pokok jagung digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku industri. Penggunaan jagung untuk pakan ternak semakin meningkat jauh melebihi kebutuhan untuk rumah tangga, yaitu berkisar antara 1,46 – 1,81 juta ton dengan laju pertumbuhan 2,31 % per tahun.

Hal ini berbeda dengan total penggunaan jagung untuk diolah di industri, dimana pada kurun waktu 2014- 2018 meningkat lebih tinggi yakni 6,37 % per tahun atau 1,64 juta ton. Tingginya permintaan jagung karena kebutuhan jagung untuk pakan ternak semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya populasi ternak karena permintaan daging yang semakin tinggi (Kementan, 2018).

Kebutuhan jagung meningkat setiap tahun seiring dengan pertambahan penduduk sehingga dibutuhkan penambahan jumlah produksi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Faktor yang berperan terhadap naik turunnya produksi jagung antara lain luas panen, produksi dan produktivitas. Produksi jagung di Sumatera Utara pada tahun 2020 mencapai 1,96 juta ton naik sebesar 5.020 ton dibanding produksi jagung di tahun 2019. Kenaikan produksi jagung disebabkan oleh kenaikan luas panen sebesar 1.677 hektar (Atman, 2015; Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2021)

Luas lahan jagung di Sumatera Utara pada tahun 2015-2020 mengalami kenaikan yaitu 243.772, 252.729, 281.311, 295.849, 319.507, 321.184 Ha.

sedangkan produktivitas jagung pada tahun 2015-2019 mengalami fluktuatif yaitu 62,33, 61,63, 61,90, 57,83, 61,36 ku/ha dan pada tahun 2020 mengalami

(15)

2

penurunan produktivitas yaitu 61,19 ku/ha (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2021).

Berbagai kendala hama dalam meningkatkan produksi jagung, salah satunya adalah serangga. Beberapa hama tersebut adalah lalat bibit (Atherigona sp.), ulat tanah (Agrotis sp.), lundi/uret (Phyllophaga hellen), penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), ulat grayak (Spodoptera litura, Mythimna sp.), wereng jagung (Peregrinus maydis) dan penggerek tongkol (Helicoverpa armigera) (Atman, 2015).

Pada bulan Mei 2019 dilaporkan ribuan hektar jagung di Provinsi Sumatera Utara diserang oleh hama spesies baru. Dilaporkan bahwa ulat grayak jagung tersebut sebagai Spodoptera frugiperda karena serangan ini berbeda dari spesies Spodoptera yang biasa merusak jagung yaitu S. litura. S. frugiperda sudah tersebar diberbagai Kabupaten di Sumatera Utara, seperti Langkat, Karo, Deli Serdang, Dairi, Humbang Hasundutan, Serdang Bedagai, Nias Selatan, Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan (Nasrul, 2019; Trisyono, 2019).

Ulat grayak jagung S. frugiperda merupakan serangga invasif yang telah menjadi hama pada tanaman jagung di Indonesia. Serangga ini berasal dari Amerika dan telah menyebar di berbagai negara. Pada awal tahun 2019, hama ini ditemukan pada tanaman jagung di daerah Sumatera (Kementan, 2019). Hama ini menyerang titik tumbuh tanaman, apabila tidak dikendalikan maka dapat mengakibatkan kegagalan pembetukan pucuk dan daun muda tanaman. Larva S.

frugiperda memiliki kemampuan makan yang tinggi. Larva masuk ke dalam bagian tanaman dan aktif makan disana, sehingga bila populasinya masih rendah

(16)

3

akan sulit dideteksi. Imagonya merupakan penerbang yang kuat dan memiliki daya jelajah yang tinggi (FAO and CABI, 2019).

Hama ini bersifat polifag yang memakan berbagai jenis tanaman yaitu mulai dari rumput-rumputan, serealia, legum, kapas, kol, dan tembakau.

Umumnya hama ini ditemukan di bagian selatan USA, Amerika Tengah dan daerah Neotropikal (Baehaki, 1992).

Salah satu sentra tanaman jagung di Sumatera Utara adalah Kabupaten Langkat. Luas lahan jagung berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Pertanian Kabupaten Langkat mencapai 21.288 ha dan salah satu Kecamatan yang cukup luas ditanami jagung adalah Kecamatan Sei Bingai dengan luas lahan jagung sebesar 1.500 ha.

Hasil survey di lapangan, diperoleh bahwa tanaman jagung di Kecamatan Sei Bingai khususnya di desa Purwobinangun juga terserang hama S. frugiperda.

Untuk mengendalikan hama tersebut petani di Kecamatan ini masih mengandalkan insektisida. Penggunaan insektisida dapat menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap konsumen dan lingkungan, menimbulkan resistensi dan resurgensi hama, serta dapat membunuh musuh alami baik predator, parasitoid maupun serangga berguna (Souza et al., 2013).

Untuk menanggulangi masalah ini, diperlukan upaya pengendalian melalui konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) (Harrison, 2019). Penggabungan dua atau lebih teknik pengendalian akan lebih efektif dalam menurunkan populasi hama (Sembel, 2010). Salah satu upaya untuk mengendalikan hama ini adalah dengan memanfaatkan musuh alami. Pada hakekatnya musuh-musuh alami dapat mengendalikan hama secara alami, namun manipulasi habitat merupakan suatu

(17)

4

teknologi dalam pengendalian hayati yang mendorong keanekaragaman hayati, menurunkan populasi hama dan mengarah pada stabilitas agroekosistem keberlanjutan (Sudarsono, 2015).

Sistem pola tanam tumpangsari merupakan salah satu upaya untuk memanipulasi habitat yang berpotensi mempengaruhi keragaman musuh alami maupun menekan populasi serangan hama. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk meneliti parasitoid yang memarasit telur S. frugiperda dipola tanam tumpangsari dan pola tanam monokultur sebagai tindakan awal untuk melakukan pengendalian di Desa Purwobinangun, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat.

Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi jenis-jenis parasitoid dan persentase parasitasi pada telur Spodoptera frugiperda di pertanaman jagung monokultur dan tumpangsari di Desa Purwobinangun, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat.

Hipotesis Penelitian

1. Terdapat beberapa jenis parasitoid telur Spodoptera frugiperda

2. Ada perbedaan persentase parasitasi pada pertanaman jagung tipe monokultur dan tumpangsari dengan dua varietas jagung.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dan hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi tentang musuh alami (parasitoid telur) dari hama S. frugiperda sebagai pengendalian hayati yang diharapkan dapat mengurangi penggunaan pestisida sintetik.

(18)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Spodoptera frugiperda (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi

S. frugiperda mempunyai metamorfosis sempurna terdiri dari telur, larva, pupa dan imago (Sharanabasappa, 2018).

Telur

Ngengat betina S. frugiperda meletakkan telur di bagian bawah daun dan terkadang di atas permukaan daun jagung. Telur diletakkan secara berkelompok dan menyebar secara acak di dalam tanaman berkisar 50-200 butir (Gambar 1a).

Pada awalnya telur berwarna putih atau hijau muda, pada hari berikutnya berubah menjadi kekuningan dan pada saat akan menetas berubah menjadi hitam terkadang ditutupi dengan bulu-bulu halus (Gambar 1b). Telur berbentuk bulat berdiameter telur 0,3-0,4 mm. Masa inkubasi telur berkisar 2-3 hari selama kondisi hangat (Capinera, 2017; Sharanabasappa et al., 2018).

Gambar 1. (a) Kelompok telur (b) Kelompok telur yang ditutupi bulu-bulu halus Sumber: Capinera (2017); Nonci et al. (2019)

Larva

Larva S. frugiperda terdiri dari 6 instar. Larva instar satu (Gambar 2a) berwarna kehijauan dengan kepala hitam dan berubah menjadi coklat kehijauan pada instar kedua (Gambar 2b). Instar ketiga berwarna kecoklatan dengan tiga garis putih dorsal dan lateral (Gambar 2c). Instar keempat sampai keenam berwarna hitam kecoklatan dan memiliki tiga garis putih di bagian belakang,

a b

(19)

6

diikuti garis hitam dan garis kuning di samping. Pada segmen tubuh kedua hingga terakhir terdapat empat bintik hitam yang membentuk bujur sangkar. Kepala berwarna gelap dan terdapat bentukan Y terbalik berwarna terang di bagian depan kepala (Gambar 2d) (Sharanabasappa et al., 2018; Trisyono et al., 2019).

Lama perkembangan larva mulai instar 1 sampai 6 berkisar antara 14-19 hari, tergantung kondisi lingkungan sekitar (suhu dan kelembapan) (Sharanabasappa et al., 2018).

Gambar 2. (a)Larva instar 1 (b)Larva instar 2 (c)Larva instar 3 (d)Larva instar 4-6 Sumber: Sharanabasappa et al. (2018)

Pupa

Selama periode persiapan dewasa larva berhenti makan, warnanya berubah menjadi kehijauan dan warna coklat terang selanjutnya akan membentuk pupa.

Pupa memiliki ukuran panjang 15 mm dan berada 2-8 cm dalam tanah (Gambar 3). Masa periode pupa sekitar 9 hingga 12 hari (Nonci et al., 2019)

Gambar 3. Pupa S. frugiperda Sumber: Nonci et al. (2019)

b a

d c

(20)

7

Imago

Ngengat memiliki lebar bentangan sayap antara 3-4 cm. Sayap bagian depan berwarna coklat gelap sedangkan sayap belakang berwarna putih keabuan.

Ngengat hidup selama 2-3 minggu sebelum mati. Sayap depan ngengat jantan berwarna abu-abu dan cokelat, dengan bercak putih segitiga di daerah apikal dan tempat melingkar di tengah sayap (Gambar 4a). Sayap bagian depan ngengat betina berwarna coklat keabu-abuan yang seragam menyerupai bintik-bintik halus (Gambar 4b) (Nonci et al., 2019; Sharanabasappa et al., 2018).

Gambar 4. (a) Ngengat jantan (b) Ngengat betina Sumber: Capinera (2017)

Gejala Serangan

Fase pertumbuhan tanaman jagung yang diserang umumnya pada umur muda (vegetatif), pada populasi yang tinggi dapat menyerang fase pembungaan (generatif). Pucuk tanaman yang terserang bila daun belum membuka penuh (kuncup) tampak berlubang dan terdapat banyak kotoran (feses) larva (Maharani, 2019).

Gejala pertama adalah bercak semi transparan pada daun (Gambar 3a) sebagai gejala khas yang dibuat oleh instar awal spesies S. frugiperda menghasilkan lubang yang kasar pada daun (Gambar 3b). Sebagian besar larva ditemukan di titik tumbuh dan dilindungi oleh feses. Larva berada di titik tumbuh, yang menyebabkan tanaman jagung tidak menghasilkan daun baru (Gambar 3c).

a b

(21)

8

Pada tanaman yang lebih tua, larva memakan bunga jantan muda yang menyebabkan kerusakan pada ujung bunga (Gambar 3d) (Trisyono et al., 2019).

Kerusakan daun jagung karena S. frugiperda berbeda dengan Ostrinia furnacalis, penggerek jagung Asia. Gejala kerusakan daun khas untuk S. frugiperda (Gambar 3a) dan spesies Spodoptera lainnya. Larva dari kedua spesies dapat memakan daun yang menghasilkan lubang paralel (Gambar 3b dan 3e). Lubang karena O. furnacalis (Gambar 3e) lebih kecil daripada S. frugiperda (Gambar 3b) karena hanya tahap larva awal O. furnacalis memakan daun jagung yang masih menggulung sebelum larva masuk ke dalam batang. Di sisi lain, S.

frugiperda lebih suka makan pada tahap vegetatif terutama pada daun muda dan titik tumbuh (Gambar 3a-c). Daun yang dirusak oleh S. frugiperda seringkali mudah diidentifikasi dengan adanya feses yang tidak umum untuk O. furnacalis.

Memberi makan larva pada titik tumbuh tanaman menyebabkan kerusakan yang berbeda. S. frugiperda cenderung makan pada tahap awal jagung dan terus makan pada titik tumbuh yang menyebabkan kerusakan besar (Gambar 3c), sedangkan O.

furnacalis kadang-kadang ditemukan menyerang pada titik tumbuh pada tahap selanjutnya dari jagung yang dapat menyebabkan bunga jantan tidak terbentuk (Gambar 3f). Selanjutnya, bunga jantan juga dapat diserang oleh S. frugiperda (Gambar 3d) dan O. furnacalis (Gambar 3g) (Trisyono et al., 2019).

g f

\ f e

d b c

a

Gambar 3. (a)Bercak semi transparan pada daun (b)Lubang-lubang kasar pada daun (c)Kerusakan pada titik tumbuh tanaman (d)Kerusakan pada ujung bunga.

Kerusakan karena larva penggerek jagung Asia Ostrinia furnacalis (e)Lubang kecil yang tersusun parallel (f) Bunga jantan tidak terbentuk.

Sumber : Trisyono et al. (2019)

(22)

9

Tanaman Inang

S. frugiperda adalah hama utama jagung dan merupakan hama polifag yang menyerang lebih dari 80 famili tanaman, diantaranya berasal dari famili Amaranthaceae (bayam), Brassicaceae (kubis), Cucurbitaceae (labu, timun), Fabaceae (buncis, kacang tanah, dll.), Malvaceae (kapas), Poaceae (jagung, padi, tebu, sorgum, kelompok gulma, paspalum spp., Eulisine spp.) dan Solanaceae (tomat) (Jeger, 2017).

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Populasi S. frugiperda

Faktor biotik maupun abiotik sangat berpengaruh terhadap populasi serangga. Faktor biotik seperti keberadaan parasitoid, predator, kualitas makanan yang dikonsumsi dan tingkat keperidian serangga, sedangkan faktor abiotik adalah suhu, kelembapan, sinar matahari, curah hujan, dan angin (Sudarsono, 2015; Nboyine et al., 2020)

Faktor Abiotik

Perubahan sistem tanam pada pertanaman jagung dan peningkatan penggunaan varietas hibrida, pupuk, pestisida, dan suhu dapat membuat ekosistem jagung menjadi rentan, yang mengakibatkan populasi dan frekuensi serangan S. frugiperda menjadi tinggi. Suhu dapat juga mempengaruhi kelimpahan populasi S. frugiperda. Suhu tinggi pada musim panas sangat disukai oleh S. frugiperda dimana jumlah populasi akan meningkat apabila suhu tinggi.

Kelimpahan ngengat dipengaruhi oleh curah hujan dan kelembapan relatif (Clark et al., 2007; Harrison et al., 2019; Trisyono et al., 2019).

Suhu merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan distribusi S. frugiperda. Suhu yang sesuai untuk perkembangan populasi

(23)

10

S. frugiperda adalah 20-30 OC. Populasi S. frugiperda menurun dengan cepat pada suhu 36,7 OC. (Wang et al., 2020). Tingkat perkembangan larva dipengaruhi oleh makanan dan suhu (kisaran optimal antara 11° C dan 30 °C) (Abrahams, 2017).

Suhu dapat memepengaruhi kelembapan. Di daerah beriklim dingin, perkembangan populasi S. frugiperda melambat. Suhu optimal untuk pengembangan larva adalah 28°C. Curah hujan juga dapat menghambat beberapa tahap perkembangan serangga dan kecepatan angin dapat membantu penyebaran ngengat (FAO dan CABI, 2019). S. frugiperda memiliki kemampuan terbang sejauh 100 km per hari dengan bantuan angin (Nonci et al. (2019).

Faktor Biotik

Faktor jenis pakan akan mempengaruhi perkembangan awal sampai akhir siklus serangga (Silva, 2017). Kandungan nutrisi dan struktur tanaman yang sesuai mempengaruhi serangga untuk memilih inangnya. Preferensi serangga untuk memilih tanaman inang berhubungan dengan kebutuhan nutrisi, tempat berkembang biak dan tempat untuk meletakkan telur. Serangga akan melanjutkan proses makan, jika terdapat ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan oleh serangga.

Setiap varietas memiliki antibiosis yang berbeda. Antibiosis adalah kemampuan tanaman untuk memblok serangga dalam memanfaatkan bagian tanaman, sehingga serangga tidak berkembang dengan baik seperti keperidian rendah, ukuran kecil, siklus hidup panjang, dan mortalitas tinggi (Sousa, 2016; Subiono, 2020).

Populasi parasitoid juga mempengaruhi populasi S. frugiperda. Di Afrika ditemukan beberapa parasitoid di lapangan antara lain Telenomus remus, Trichogramma spp. dan Chelonus curvimaculatu Cameron (Sisay et al., 2018).

(24)

11

Ketika imago betina meletakkan massa telur, S. frugiperda menutupinya dengan sisik dari tubuhnya. Sisik ini membuat penghalang yang kuat untuk parasitoid sehingga hanya dapat memarasit beberapa butir telur saja (biasanya hanya lapisan atas). Parasitoid tertarik oleh senyawa kimia seperti (Z)-9- tetradeceno-1-ol asetat dan (Z)-9-dodeceno-1-ol asetat yang terdapat dalam telur S. frugiperda (Cave, 2000).

Pengendalian

Pengendalian S. frugiperda dapat dilakukan secara alami menggunakan predator dan parasitoid. Di Afrika ditemukan dua spesies parasitoid larva seperti Palexorista zonata (Curran), Coccyygidium luteum (Brulle) dan Cotesia icipe dengan tingkat parasitasi 33.9%, 6.0% dan 18.7%. Parasitoid telur Telenomus remus (Hymenoptera: Scelionidae) dengan tingkat parasitasi 69.3%, Trichogramma chilonis dengan tingkat parasitasi 20.9%, Chelonus curvimaculatus dengan tingkat parasitasi 4% (Sisay et al., 2019). Beberapa predator alami yang mampu mengendalikan S. frugiperda berasal dari ordo Dermaptera famili Forficulidae dan Carcinophoridae; ordo Coleoptera famili Coccinellidae dan Carabidae; ordo Hymenoptera famili Formicidae (Nonci et al., 20 19).

Pengendalian dapat dilakukan dengan pola tanam tumpangsari. Parasitoid telur dapat menyerang telur-telur hama Spodoptera spp. di lapangan sebesar 68,9% pada petak tumpangsari dan 51,9% pada petak monokultur (Figueiredo et al, 2002; Anggara, 2015).

Dilaporkan secara signifikan hasil gabah jagung lebih tinggi, 2,7 kali pada sistem penanaman tumpangsari jagung dengan Desmodium intortum

(25)

12

dibandingkan dengan sistem monokultur. Desmodium intortum memiliki senyawa volatil anti hama yang mampu mengurangi serangan hama Spodoptera frugiperda sebesar 86,7 % (Midega et al., 2018).

Hasil penelitian Querioz et al. (2018) pada uji preferensi inang Telenomus remus pada dua inang menunjukkan bahwa T. remus lebih suka telur S. frugiperda dibandingkan dengan telur Corcyra cephalonica. Kerapatan pelepasan T. remus yang optimal saat dipelihara pada Corcyra cephalonica adalah antara 0,133 dan 0,150 betina S. frugiperda. Perkawinan tidak mempengaruhi jumlah telur yang diparasit oleh T. remus atau pengembangan keturunannya.

Keberhasilan T. remus sebagai agens hayati tergantung pada kepadatan parasitoid yang sesuai per telur S. frugiperda yang dapat dievaluasi dengan melepaskan jumlah parasitoid yang berbeda sehubungan dengan jumlah telur hama tertentu (Querioz et al, 2018). Telenomus remus memiliki kesamaan dengan parasitoid telur lainnya, dengan hati-hati menganalisis fitur telur inang sebelum diparasitasi.

T. remus mampu berkembang sepanjang tahun dalam kondisi lapangan. Selain itu, jumlah generasi parasitoid ini merupakan indikasi besar potensi besar untuk mengendalikan wabah S. frugiperda. (Bueno et al, 2008).

Pembersihan gulma atau rerumputan di sekitar pertanaman jagung juga dapat menurunkan populasi S. frugiperda. Pengendalian lain dapat menggunakan jamur entomopatogen Metarhizium separate, Beauveria bassiana, Bacillus thuringiensis, Baculovirus dan termasuk penggunaan nucleopolyhedrovirus (NPV) (Goergen, 2016; Maharani et al., 2019).

Pengendalian hama S. frugiperda dapat juga dilakukan dengan cara menanam jagung secara serentak dan penggunaan varietas tahan

(26)

13

(Sudarsono, 2015). Untuk menghindari serangan S. frugiperda, tanaman jagung dapat ditanam pada akhir musim hujan. Penggunaan insektisida berbahan aktif karbofuran dan klorpirifos dapat dilakukan apabila serangan hama telah melebihi ambang ekonomi (Atman, 2011).

Namun pengendalian hama secara kimia tidak baik untuk ekosistem.

Souza et al. (2013) melaporkan bahwa insektisida berbahan aktif klorpirifos, klorfenapir dan spinosad dapat mengurangi umur imago betina Trichogramma pretiosum yang telah memarasit telur inang S. frugiperda. Hanya insektisida berbahan aktif triflumuron yang dianggap selektif terhadap Trichogramma pretiosum serta tidak mempengaruhi rasio jenis kelamin dari spesies parasitoid.

Pengendalian serangga dapat dilakukan secara fisik dan mekanik.

Pengendalian fisik diantaranya penggunaan lampu perangkap, penggunaan gelombang suara, pemanasan dan pembasahan. Pengendalian secara mekanik dapat dilakukan secara langsung menggunakan tangan untuk mengumpulkan kelompok telur dan mematikan larva secara langsung (Sudarsono, 2015)

Tavares et al. (2009) melakukan penelitian uji ekstraksi tanaman Asteraceae pada Spodoptera frugiperda dan pengaruhnya terhadap parasitoid T. remus (Hymenoptera: Scelionidae) dan T. pretiosum (Hymenoptera:

Trichogrammatidae). Dari beberapa jenis tanaman yang diuji Ekstrak Vernonia holosenicea, Lychnophora ramosissima dan Chromolaena chaseae tidak selektif terhadap T. pretiosum dan T. remus sedangkan jenis Eremanthus elaeagnus dan L.

ericoides lebih selektif terhadap T. pretiosum dan T. remus. Tumbuhan L.

ericoides dan Trichogonia villosa beracun untuk 97,7 ± 0,15%.

(27)

15

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Purwobinangun, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat dan di Laboratorium Hama dan Penyakit, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian ± 32 mdpl, mulai bulan Februari 2021 sampai dengan Juni 2021.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah kelompok telur Spodoptera frugiperda, daun jagung, kapas, kain kasa, kertas label, karet gelang alkohol 70% dan etil asetat.

Alat yang digunakan adalah loop, gunting, pinset, tabung ukuran 270 ml , botol awetan, mikroskop dan kamera.

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor, yaitu :

Faktor 1 : Pola Tanam (P) P0 : Monokultur P1 : Tumpangsari Faktor 2 : Varietas jagung (V)

V0 : Pioneer 32 V1 : Bisi 18

Sehingga diperoleh 4 kombinasi

P0V0 P1V0

P0V1 P1V1

(28)

16

(t-1) (r-1) ≥ 15 (4-1) (r-1) ≥ 15 3(r-1) ≥ 15 3r-3 ≥ 15 r ≥ 6

Jumlah kombinasi perlakuan : 4 kombinasi

Jumlah ulangan : 6 ulangan

Jumlah plot penelitian : 24 plot Jumlah tanaman per plot : 40 tanaman Jumlah tanaman keseluruhan : 960 tanaman

Jarak antar plot : 1 m

Jarak antar blok : 1 m

Jarak antar tanaman per plot : 70 x 30 cm

Ukuran plot : 3.5 m x 2.4 m

Luas lahan keseluruhan : 27 m x 13.6 m

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis sidik ragam dengan model linear sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + ԑijk

i: 1,2,3 j : 1,2,3,4 dan k : 1,2,3,4 Dimana:

Yijk : Data hasil pengamatan dari unit percobaan blok ke-i dengan perlakuan pola tanam taraf ke-j dan varietas taraf ke-k

µ : Nilai tengah pengamatan ρi : Pengaruh dari blok ke-i

(29)

17

αj : Pengaruh pola tanam pada taraf ke-j βk : Pengaruh varietas pada taraf ke-k

(αβ)jk : Interaksi antara pola tanam pada taraf ke-i dan varietas pada taraf ke-j ԑijk : Galat dari blok ke-i, perlakuan pola tanam pada tara ke-j dan varietas

pada taraf ke-k

Jika dari hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata, maka dilakukan pengujian lebih lanjut dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%.

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Lahan

Persiapan lahan dimulai dari melakukan survey langsung lokasi penanaman jagung yag terletak di Desa Purwobinangun, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat. Luas lahan 27 x 13.6 meter, terdiri dari 24 plot masing- masing berukuran 3.5 x 2.4 meter.

Penanaman

Penanaman jagung dilakukan dengan sistem budidaya monokultur dan tumpangsari. Tanaman tumpangsari yang digunakan adalah kacang tanah. Benih jagung ditanam setelah benih kacang tanah memasuki fase pembungaan pada umur 25 hari setelah tanam. Varietas jagung yang ditanam adalah Pioneer 32 dan Bisi 18 sedangkan kacang tanah adalah varietas Katana. Jarak tanam 70 x 30 cm.

(30)

18

Pengambilan Kelompok Telur S. frugiperda

Pengambilan sampel kelompok telur dilakukan pada jagung berumur 5-40 hari setelah tanam (hst), dengan interval 5 hari sehingga dilakukan 8 kali pengamatan. Kegiatan pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari (07:00-09:00 WIB). Daun yang terinfestasi telur digunting dan dimasukan ke dalam tabung ukuran 270 ml. dimana satu tabung berisi satu kelompok telur.

Pengambilan kelompok telur dilakukan pada semua populasi tanaman jagung.

Pemeliharaan Kelompok Telur S. frugiperda

Kelompok telur S. frugiperda yang telah diambil dimasukkan ke dalam tabung yang ditutup menggunakan kain kasa, kemudian dibawa ke laboratorium dan diinkubasi pada suhu kamar hingga telur menetas dan parasitoid yang muncul dikumpulkan untuk diamati dan diidentifikasi.

(31)

19

Pengamatan Kelompok Telur S. frugiperda

Parasitoid yang muncul dari telur S. frugiperda dipindahkan ke botol awetan serangga dan siap untuk diidentifikasi.

Peubah Amatan:

a. Identifikasi Parasitoid

Identifikasi dilakukan dengan mengamati spesimen parasitoid awetan yang berisi alkhol 70%. Identifikasi dilakukan berdasarkan ciri morfologi parasitoid, seperti bentuk venasi sayap, tungkai dan tipe antena diamati di bawah mikroskop binokuler dan digunakan buku identifikasi serangga antara lain Jumar (1997), Borror (1992), Goulet et al. (1993), Masner (1980) dan Nagaraja (1978).

b. Persentase Parasitasi

Persentase parasitasi dihitung dengan menggunakan rumus Baehaki (1992):

Persentase Parasitasi = Jumlah Parasitoid Keluar

Jumlah Telur Keseluruhan x 100%

c. Dominansi Parasitoid Telur

Untuk mengetahui spesies parasitoid telur S. frugiperda yang dominan, dihitung dengan rumus dominansi Simpson (Krebs, 1999):

D =

∑[

𝑁𝑖

𝑁

]

(32)

20

Keterangan :

D = Dominansi

Ni = Jumlah individu pada jenis ke-i N = Jumlah seluruh individu

Nilai indeks berkisar antara 0-1 dengan kategori sebagai berikut : a) 0 < D < 0,5 = Dominansi rendah

b) 0,5 < D ≤0,75 = Dominansi sedang c) 0,75 < D ≤ 1,0 = Dominansi tinggi Data Pendukung

Dicatat setiap hari suhu dan kelembapan dengan alat thermohygrometer dan jumlah hari hujan. Data curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sumatera Utara.

(33)

37

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Ditemukan dua genus parasitoid telur S. frugiperda yaitu Telenomus dan Trichogramma

2. Rataan persentase parasitasi telur S. frugiperda tertinggi (28,32%) pada perlakuan tumpangsari jagung varietas Pioneer 32 dan terendah (12,47%) pada perlakuan monokultur jagung varietas Bisi 18

3. Dominansi parasitoid tertinggi (0.54) terdapat pada genus Telenomus dan dominansi parasitoid terendah (0.05) pada genus Trichogramma

Saran

1. Penanaman tanaman tumpangsari jagung dengan tanaman berbunga sesuai dengan habitat parasitoid sebagai upaya pengurangan pemakaian pestisida sintetik dalam mengendalikan hama S. frugiperda

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang potensi parasitoid Telenomus dan Trichogramma dalam mengendalikan hama S. frugiperda

(34)

38

DAFTAR PUSTAKA

Abrahams, P., T. Beale, M. Cock, N. Corniani, R. Day, J. Godwin, S. Murphy, G. Richards and J. Vos. 2017. Fall Armyworm Status. Impacts and Control Options in Africa:Preliminary Evidence Note (April 2007). CABI UK.

Altieri, M.A., V.M. Toledo, 2011. The agroecological revolution in Latin America, ensuring food sovereignty and empowering peasants. J. Peasant Stud. 38, 587-612.

Anggara, A.W., D. Buchori dan Pudjianto. 2015. Kemapanan parasitoid Telenomus Remus (Hymenoptera:Scelionidae) pada agroekosistem sederhana dan kompleks. J. HPT 3(3):111-125.

Atman. 2015. Produksi Jagung. Plantaxia. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2021. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Provinsi Sumatera Utara https://sumut.bps.go.id/statictable/2021/04/21/2306/luas-panen-produksi- dan-rata-rata-produksi-jagung-2009-2020.html (Diakses tanggal 15 Juni 2021)

Baehaki. 1992. Berbagai Hama Serangga Tanaman. Angkasa. Bandung.

Borror, D.J., Charles A.T., Norman F.J. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga.

Diterjemahkan oleh Soetiyono Partosoedjono. UGM Press. Yogyakarta.

Bueno, R.C.O.F., T.R. Carneiro, D. Pratissoli, A.F. Bueno, O.A. Fernandes. 2008.

Biology thermal requirements of Telenomus remus reared on fall armyworm Spodoptera frugiperda eggs. Ciência Rural 1(38):1-6.

Capinera, J.L. 2017. Featured Creatures: Fall Armyworm. Entomology and Nematology Circular, University of Florida IFAS.

http://entnemdept.ufl.edu/creatures/field/fall_armyworm.htm,modified0/0/

2019

Chen, W. Y. Li, M. Wang. J. Mao and L. Zhang. 2021. Evaluating the Potential of Using Spodoptera litura Eggs for Mass-Rearing Telenomus remus, a Promising Egg Parasitoid of Spodoptera frugiperda. MDPI. Switzerland.

Carneiro, T.R and O.A. Fernandes. 2012. Interspecific interaction between Telenomus remus (Hymenoptera: Platygastridae) and Trichogramma pretiosum (Hymenoptera: Trichogrammatidae) on Spodoptera frugiperda (Lepidoptera: Noctuidae) eggs. An Acad Bras Cienc 84(4): 1127-1135 Cave, R.D. 2000. Biology, ecology and use in pest management of Telenomus

remus. Biocontrol News and Information 21(1):21-26.

(35)

39

Clark, P.L., Molina-Ochoa, J., S. Martinelli, S.R. Skoda, D.J. Isenhour, D.J. Lee, J.T. Krumm and J.E. Foster. 2007. Population variation of the fall armyworm, Spodoptera frugiperda, in the Western Hemisphere. J. Insect Sci. 7(5):1-10.

FAO and CABI. 2019. Community-Based Fall Armyworm (Spodoptera frugiperda) Monitoring, Early warning and Management, Training of Trainers Manual, First Edition.112 pp. Licence: CC BY-NC-SA 3.0 IGO.

Figueiredo, M. D., Lucia, T. M., & Cruz, I. 2002. Effect of Telenomus remus Nixon (Hymenoptera: Scelionidae) Density on Control of Spodoptera frugiperda (Smith) (Lepidoptera : Noctuidae) Egg Masses Upon Release In A Maize Field. Revista Brasileira de Milho e Sorgo, 1(2): 12-19.

Gazali, Akhmad. 2015. Pengendalian Hayati. Mujahid Press. Bandung.

Goergen, G., P.L. Kumar, S.B. Sankung, A. Togola, M. Tamò. 2016. First report of outbreaks of the fall armyworm Spodoptera frugiperda (J.E. Smith) (Lepidoptera:Noctuidae), a new alien invasive pest in West and central Africa. J. pone, 10:23-27.

Goulet, H., John T.H. 1993. Hymenoptera of the world: an identification guide to families. Agriculture Canada. Ottawa.

Hardke, J.T. Lorenz III G.M., Leonard, B.R. 2015. Fall Armyworm (Lepidoptera:

Noctuidae) ecology in Southeastern Cotton. J. of Integrated Pest Management 6: 10.

Harrison, R.D., C. Thierfelder, F. Baudron, P. Chinwada, C. Midegae, U. Schaffner, J. van den Berg. 2019. Agro-ecological options for fall armyworm (Spodoptera frugiperda (J.E. Smith) Management : Providing low-cost, smallholder friendly solutions to an invasive pest. J. Environ.

Manage. 243:318-330.

Horvat, D., Šimic G., Drezner G., Lalic A., Ledencan T., Tucak M., Plavšic H., Andric L., Zdunic Z., 2020. Phenolic acid profiles and antioxidant activity of major cereal crops. Antioxidants 9(527): 1-12.

Jeger, M., C. Bragard, D. Caffier, T. Candresse, E. Chatzivassiliou, K. Dehnen- Schmutz, G. Gilioli, J.C. Gregoire, J.A.J. Miret. 2017. Pest categorisation of Spodoptera frugiperda. EFSA Journal. Eropa.

Jumar. 1997. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta.

Kementerian Pertanian. 2018. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Jagung. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Jakarta

(36)

40

Kementerian Pertanian. 2019. Pengenalan Fall Armyworm (Spodoptera frugiperda J. E. Smith) Hama Baru pada Tanaman Jagung di Indonesia.

Balai Penelitian Tanaman Serealia. Jakarta.

Krebs, C.J. 1999. Ecological Metodology. 2nd ed. An imprint of Addison Wesley Longman, Inc. New York.

Maharani, Y., V.K. Dewi, L.T. Puspasari, L. Rizkie, Y. Hidayat, D. Dono. 2019.

Cases of fall armyworm Spodoptera frugiperda J. E. Smith (Lepidoptera:

Noctuidae) attack on maize in Bandung, Garut and Sumedang District, West Java. J.Cropsaver 2(1):38-46.

Masner, L. 1980. Key to genera of scelionidae of the holarctic region, with descriptions of new genera and species. The Entomological Society of Canada. Ottawa.

Midega, C.A.O., J.O. Pittchar, J.A. Pickett, G.W. Hailu and Z.R. Khan. 2018.

A climate-adapted push-pull system effectively controls fall armyworm, Spodoptera frugiperda (J.E. Smith), in maize in East Africa. Crop Protec.

105:10-15.

Murillo, H. 2014. Depredación de huevos de Spodoptera frugiperda (Lepidoptera:

Noctuidae) en algodón y maíz en El Espinal, Tolima, Colombia. Rev.

Colombiana de Ento. 40 (1): 63-66\

Nagaraja, H. 2012. Studies on Trichogrammatoidea (Hymenoptera:

Trichogrammatidae). Oriental Insect. 12(4): 489-530.

Nasrul, M. 2019. Petani Jagung di Karo Terancam Gagal Panen Akibat Serangan Ulat Grayak. Diakses dari Tribun News: https://

medan.tribunnews.com/2019/05/01/petani-jagung-di-karo terancam-gagal- panen-akibat-serangan-ulat-grayak (07 Februari 2020)

Nboyine, J.A., F. Kusi, M. Abudulai, B.K. Badii, M. Zakaria, G.B. Adu, A.

Haruna, A. Seidu, V. Osei, S. Alhassan, A. Yahaya. 2020. A new pest, Spodoptera frugiperda (J.E. Smith), in tropical Africa: Its seasonal dynamics and damage in maize fields in northern Ghana. Crop Protec.

127:1-7.

Nonci, N., S.H. Kalqutny, H. Mirsam, A. Muis, M. Azrai, dan M. Aqil. 2019.

Pengenalan Fall Armyworm (Spodoptera frugiperda J.E. Smith) Hama Baru pada Tanaman Jagung di Indonesia. Maros, Sulawesi Selatan: Balai Penelitian Tanaman Serealia

Price, P.W. 2000. Host plant resource quality, insect herbivores and biocontrol.

Proceedings of The X International Symposium on Biological Control of Weeds 583. 14 July 1999, Montana State University, Bozeman, Montana.

(US). 583-590.

(37)

41

Queiroz, A.P., A.F. Bueno, A.P. Fernandes, O.C. Bortolotto, A.Y. Mikami, L. Olive. 2017. Influence of host preference, mating, and release density on the parasitism of Telenomus remus (Nixon) (Hymenoptera:Platygastridae). Rev. Brasileira de Entomol. 61:86–90.

Raygoza, G.M. 2016. Early Development of Leaf Trichomes Is Associated With Decreased Damage in Teosinte, Compared With Maize, by Spodoptera frugiperda (Lepidoptera: Noctuidae). Ann. of the Entomol. Society of America 109(5):737-743

Santiago, R., A. Malvar, M.D. Baamonde, P. Revilla, X.C. Souto. 2005. Free phenols in maize pith and their relationship with resistance to Sesamia nonagrioides (Lepidoptera: Noctuidae) attack. J Econ Entomol 98:1349- 1356.

Sembel, D.T. 2010. Pengendalian Hayati. C.V Andi Offset. Manado.

Sharanabasappa, C.M. Kalleshwaraswamy, M.S. Maruthi, H.B. Pavithra. 2018.

Biology of invasive fall army worm Spodoptera frugiperda (J.E. Smith) (Lepidoptera: Noctuidae) on maize. Indian J. Entomol. 80(3) : 540-543.

Sitorus, P.T., S. Oemry, F. Zahara.. 2012. Pengujian Viabilitas Trichogramma Spp. (Hymenoptera: Trichogrammatidae pada Beberapa Tingkatan Suhu dan Lama Waktu Penyimpanan di Laboratorium. Jurnal Online Agroekoteknologi 1(1): 147-158.

Silva, D.M., A. de Freitas Bueno, K. Andrade, C. dos Santos Stecca, P.M.O.J.

Neves, M.C.N. de Oliveira. 2017. Biology and nutrition of Spodoptera frugiperda (Lepidoptera: Noctuidae) fed on different food sources.

Sci. Agricola 74(1):18-31.

Sisay, B., J. Simiyu, P. Malusi, P. Likhayo, E. Mendesil, N. Elibariki, M. Wakgari, G. Ayalew, T. Tefera. 2018. First report of the fall armyworm, Spodoptera frugiperda (Lepidoptera: Noctuidae), natural enemies from Africa. J. Appl. Entomol. 3:1-5.

Sisay, B., J. Simiyu, E. Mendesil, P. Likhayo, G. Ayalew, S. Mohamed, S. Subramanian and T. Tefera. 2019. Spodoptera frugiperda infestations in East Africa. J. MDPI.10: 1-10.

Sousa, F.F., S.M. Mendes, O.F. Santos-Amaya, O.G. Araújo, E.E. Oliveira and E.J. Pereira. 2016. Life history traits of Spodoptera frugiperda populations exposed to low-dose Bt maize. J. Plos one 11:5-8.

Souza, J.R., G.A. Carvalho, A.P. Moura, M.H.G. Couto and J.B. Maia. 2013.

Impact of insecticides used to control Spodoptera frugiperda (J.E. Smith)

(38)

42

in corn on survival, sex ratio, and reproduction of Trichogramma pretiosum riley offspring. Chilean J. Agric Res. 73(2):122-127.

Souza, C.S.F., L.C.P. Silveiraa, B.H.S. Souzaa, P.T. Nascimentoa, N.C.R.

Damascenob and S. M. Mendesc. 2021. Efficiency of biological control for fall armyworm resistant to the protein Cry1F. Braz. J. Biol. 1-10.

Subiono, T. 2020. Preferensi Spodoptera frugiperda (Lepidoptera: Noctuidae) pada beberapa sumber pakan. Jurnal Agroekoteknologi Tropika 2(2):130- 134.

Sudarsono, Hamim. 2015. Pengantar Pengendalian Hama Tanaman. Plantaxia.

Yogyakarta.

Supartha, I.W., W. Susila, Agung, A.A.S.S, F, Mahaputra2 , K.W. Yudha2 , P.A.

Wiradana. 2021. Damage characteristics and distribution patterns of invasive pest, Spodoptera frugiperda (J.E Smith) (Lepidoptera: Noctuidae) on maize crop in Bali, Indonesia. J. Biodiv. 22(6): 3378-3389.

Supeno, B., Tarmizi, Meidiwarman, H. Haryanto. 2021. Keragaman Parasitoid yang Berasosiasi dengan Telur Hama Baru Spodoptera frugiperda di Pulau Lombok. Prosiding Saintek: 1-6. LPPM Universitas Mataram

Tavares, W. de Souza, I. Cruz, F. Petacci, S.L. de Assis Júnior, S. de Sousa Freitas, J.C. Zanuncio, J.E. Serrão. 2009 . Potential use of Asteraceae extracts to control Spodoptera frugiperda (Lepidoptera: Noctuidae) and selectivity to their parasitoids Trichogramma pretiosum (Hymenoptera:

Trichogrammatidae) and Telenomus remus (Hymenoptera:Scelionidae) Industrial Crops and Products 30:384-388.

Trisyono, Y.A., Suputa, V.E.F. Aryuwandari, M. Hartaman and Jumari. 2019.

Occurrence of heavy infestation by the fall armyworm Spodoptera frugiperda, a new alien invasive pest, in corn in Lampung Indonesia. J.

Perlindungan Tanaman Indonesia 23(1):156-160.

Wang, R., C. Jiang, X. Guo, D. Chen, C. You, Y. Zhang, M. Wang and Q. Li.

2020. Potential distribution of Spodoptera frugiperda (J.E. Smith) in China and the major factors influencing distribution. Global Ecol. and Conserv.

21:1-10.

War, A.R. M.G. Paulraj, T. Ahmad, A.A. Buhroo, B. Hussain, S. Ignacimuthu and H.C. Sharma. 2012. Mechanisms of Plant Defense against Insect herbivores. Plant Signaling and Behavior 7(10):1306-1320

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Survei Entertainment Software Association (ESA) menemukan bahwa setiap orang mempunyai minimal satu smartphone yang dapat difungsikan untuk bermain game, sementara 32% dari

- Rumusan masalah membahas berapa besar jumlah ketersediaan airtanah di Kelurahan Pasir Impun, berapa jumlah kebutuhan penduduk yang kekurangan air, bagaimana pemenuhan

gliserol 2M dan sukrosa 0,4M. Setelah itu, eksplan direndam dalam larutan deloading, yaitu larutan DKW dengan penambahan sukrosa 1,2M selama 20 menit sebelum ditanam pada

Dengan pendekatan analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats) diperoleh alternatif strategi pengembangan sistem agribisnis lada melalui beberapa

komensalisme dan parasitisme) dengan benar berdasarkan gambar gambar atau benda asli yang diberikan.. berdasarkan gambar- gambar atau benda asli yang

Aktivitas fisik yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar diantaranya adalah menggunakan aktivitas oral, melalui kegiatan ini siswa akan terbiasa dalam

Menurut Marlina Kusuma Putri[3] dalam skripsinya yang berjudul “Implementasi E-Learning pada SMA Negeri 2 Surakarta Menggunakan PHP dan MYSQL” mengatakan bahwa e-learning