• Tidak ada hasil yang ditemukan

GENTLE BIRTH VOLUME 4 NO.1 JAN-JUN 2021 ISSN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GENTLE BIRTH VOLUME 4 NO.1 JAN-JUN 2021 ISSN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBERIAN JUS JAMBU BIJI TERHADAP KENAIKAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU NIFAS DI KLINIK BIDAN ERNI MEDAN

The Effectiveness of Giving Guava to The Increased Hemoglobin Levels in Childbirth Mom in The Midwifery Clinic of Erni Medan

Indah Dewi Sari1, Utary Dwi Listiarini2

1,2 Staf Pengajar D4 Kebidanan Institut Kesehatan Helvetia, Medan, Indonesia Email : 1[email protected]

Abstrak

Latar Belakang : Kekurangan kadar hemoglobin merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi pada ibu nifas, kadar hemoglobin yang kurang menjadi penyebab terjadinya anemia, pada Ibu nifas di Indonesia yaitu mencapai 45,1% kejadian, Masa nifas sangat rentan mengalami anemia, hal ini disebabkan karena kurangnya asupan zat besi selama kehamilan, mengeluarkan darah yang banyak sehingga ibu mengalami lemah, pucat dan kurang bertenaga dan 50% kematian ibu dalam 24 jam postpartum pasca persalinan dan kurangnya asupan zat besi dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Jus Jambu Biji Terhadap Kenaikan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Nifas di klinik Bidan Erni Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2020. Metode Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimen melalui pendekatan One Group Pretest-Posttest Design. Waktu penelitian dilakukan dari bulan april s/d Desember. Populasi adalah seluruh ibu nifas di Rumah Praktek Bidan Erni . Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling , maka sampel sebanyak 10 orang ibu nifas. Analisa bivariat dan menggunakan uji Wilcoxon. Hasil : Penelitian didapatkan mayoritas ibu nifas mengalami kenaikan kadar hemoglobin. Berdasarkan pengaruh pemberian jus jambu biji yang diberikan kepada ibu nifas menunjukkan nilai sig (2-tailed) 0,007 <

α:0.05. Kesimpulan Ada Efektivitas pemberian jus jambu biji terhadap kenaikan kadar hemoglobin pada ibu nifas. Diharapkan ibu nifas dapat mengonsumsi jus jambu biji untuk meningkatkan kadar hemoglobin serta menjadi alternative bagi ibu nifas yang tidak mengonsumsi tablet FE untuk memenuhi kebutuhan zat besi dalam masa nifas.

Kata Kunci: Hemoglobin, Ibu Nifas , Jus, Jambu Biji Merah

Abstract

Background: Deficiency of hemoglobin levels is one of the problems often faced by postpartum mothers, less hemoglobin levels are the cause of anemia, in parturition mothers in Indonesia it reaches 45.1% of incidents, the postpartum period is very susceptible to anemia, this is because lack of iron intake during pregnancy, bleeding a lot so that the mother experiences weakness, pale and underpowered and 50% of maternal deaths within 24 hours postpartum postpartum and lack of iron intake in the body. This study aims to determine the effect of giving guava juice on the increase in hemoglobin levels in post-partum mothers in the midwife clinic of Erni, Dwikora Village, Medan Helvetia District in 2020. Method: This research method uses a Quasi-Experimental research design through the One Group Pretest-Posttest Design approach. The time of research was conducted from April to December. The population was all postpartum mothers at the Erni Midwife Practice House.

The sampling technique used accidental sampling, the sample was 10 postpartum mothers. Bivariate analysis and using the Wilcoxon test. Results: The study found that the majority of postpartum mothers experienced an increase in hemoglobin levels. Based on the effect of giving guava juice to postpartum mothers, it shows a sig (2-tailed) value of 0.007 <α: 0.05. Conclusion: There is effectiveness of guava juice to increase hemoglobin levels in postpartum mothers. It is hoped that postpartum mothers can consume guava juice to increase hemoglobin levels as well as an alternative for postpartum mothers who do not take FE tablets to meet their iron needs during the puerperium..

(2)

Keywords: Hemoglobin, Postpartum, Juice, Guava

PENDAHULUAN

Dalam penyelengaraan upaya kesehatan, ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas. Oleh karena itu, upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak mendapatkan perhatian khusus. Penilaianan terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting untuk dilakukan pemantauan. Hal tersebut dikarenakan angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang peka dalam menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu Negara.

Menurut laporan dari WHO (World Health Organization), kematian ibu umumnya terjadi akibat komplikasi saat, dan pasca kehamilan. Adapun jenis-jenis komplikasi yang menyebabkan mayoritas kematian ibu 75%

adalah pendarahan, infeksi, tekanan darah tinggi saat kehamilan, komplikasi persalinan, dan aborsi yang tidak aman.(1)

Sebagian penyebab utama kematian ibu di Indonesia dari tahun 2010-2013 adalah perdarahan 30.3% dan hipertensi 27.1% dari 305 ibu yang meninggal. Hal ini sangat ironis, mengingat berbagai penyebab kematian ibu di atas sebenarnya dapat dicegah, jika sang ibu mendapatkan perawatan medis yang tepat.

Berdasarkan survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, angka ini sedikit menurun jika di bandingkan SDKI tahun 1991, yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun meskipun tidak terlalu signitif. Target global MDGs (Millenium

Development Goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 tidak tercapai(2). Kemudian dilanjutkan dengan pembangunan Sustainable Development Goals (SDGs) sampait ahun 2017. Tujuan dan target global SDGs pada indicator kehidupan sehat dan sejahtera, pada tahun 2030 mendatang mengurangi rasio angka kematian ibu hingga kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup. (3) Perdarahan post partum merupakan penyebab kematian maternal terbanyak. Semua wanita yang sedang hamil memiliki resiko perdarahan post partum. Walaupun angka kematian maternal telah turun secara drastis di negara-negara berkembang, perdarahan post partum tetap merupakan penyebab kematian maternal terbanyak dimana-mana.

Kehamilan yang berhubungan dengan kematian maternal secara langsung di Amerika Serikat diperkirakan 7-10 wanita tiap 100.000 kelahiran hidup. Data statistiknasional Amerika Serikat menyebutkan sekitar 8% dari kematian ini disebabkan oleh perdarahan post partum. Di Negara industri, perdarahan post partum biasanya terdapat pada 3 peringkat teratas penyebab kematian maternal, bersaing dengan embolisme dan hipertensi. Di beberapa Negara berkembang angka kematian maternal melebihi 1000 wanita tiap 100.000 kelahiran hidup, dan data WHO menunjukkan bahwa 25% dari kematian maternal disebabkan oleh perdarahan post partum dan diperkirakan 100.000 kematian maternal tiap tahunnya.(4)

(3)

Masalah perdarahan post partum di Indonesia secara umum, sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit atau di tempat bersalin yang di tangani oleh tenaga kesehatan, sehingga sering pasien yang bersalin diluar kemudian terjadi perdarahan post partum dan terlambat dating kerumah sakit dan terlambat mendapakatkan penanganan, sehingga menyebabkan kematian.(5)

Defenisi perdarahan post partum saat ini belum dapat di tentukan secara pasti. Perdarahan post partum didefinisikan sebagai kehilangan darah lebih dari 500 ml setelah persalinan vaginal dan kehilangan darah lebih dari 1000 ml setelah persalinan abdominal, perdarahan dalam jumlah ini dalam waktu kurang 24 jam di sebut sebagai perdarahan pots partum primer, dan apabila perdarahan ini terjadi lebih dari 24 jam disebut sebagai perdarahan post partum sekunder.(6)

Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum yaitu, perdarahan dari tempat impantasi plasenta, atonia uterus, janin besar (kembar, hidramnion), paritas tinggi, atonia uterus, jaringan plasenta yang tertinggal, laserasi dan riwayat perdarahan post partum(6) dan faktor- faktor resiko lainnya dalam menyebabkan perdarahan postpartum ibu selain factor penolong dan factor fasilitas bersalin adalah factor resiko karakteristik ibu, diantaranya adalah usia, paritas, jarak kehamilan yang terlalu dekat, kadar Hb, dan partus lama.

Usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna sehingga belum siap untuk hamil dan melahirkan, sedangkan usiadiatas 35 tahun terjadi kemunduran yang progsesif dari endometrium yang mempengaruhi kekuatan

kontraksi pada saat persalinan dan setelah persalinan.

Paritas dengan bertambahnya paritas, akan semakin banyak jaringan ikat pada uterus sehingga kemampuan untuk berkontraksi semakin menurun akibatnya sulit melakukan penekanan pada pembuluh-pembuluh darah yang terbuka setelah terlepasnya plasenta.

Jarak kehamilan, proses pemulihan rahim atau uterus setelah melahirkan sebenarnya sudah pulih kembali 6 bulan setelah melahirkan akan tetapi secara fungsi belum maksimal.

Kondisi uterus setelah kehamilan sebelumnya belum mampu secara maksimal untuk memberikan cadangan nutrisi bagi ibu dan janin, resiko yang mungkin terjadi adalah kehamilan ektopik, plasenta previa, atonia uteri, BBLR, bahkan ibu dapat mengalami gangguan gizi dan anemia.(7)

Hasil studi terdahulu yang dilakukan oleh Kusuma Wardani, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Perdarahan Pasca Persalinan di RSUD Muntilan pada tahun 2017”.

Hasil penelitian menunjukkan, memiliki hubungan dengan perdarahan post partum yaitu usia dengan nilai OR (3,226), dan Jarak Kehamilan OR (3,972) (8). Dan hasil penelitian Lestari “ Analisa Hubungan Determinan Ibu dengan Perdarahan Postpartum di RSUD Jendral Ahmad Yani Tahun 2013” Hasil Penelitian menunjukkan, memiliki hubungan dengan perdarahan posr partum yaitu Paritas dengan OR (3,226).(9)

Dalam menanggulangi masalah perdarahan post partum maka upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan antenatal care secara teratur bagi

(4)

ibu hamil. Diharapkan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur komplikasi yang mungkin terjadi bias dideteksi secara dini.

Dari data dapat di tarik kesimpulan bahwa partus lama, paritas, riwayat perdarahan post partum dan berat bayi lahir besar beresiko terjadinya perdarahan post partum.(10)

Penelitian ini akan di teliti di Klinik Madani Subulussalam, berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di KlinikMadani Kota Subulussalam di tahun 2016 terdapat 40 ibu dengan kejadian perdarahan post partum, di tahun 2017 juga 40 ibu mengalami perdarahan post partum dan pada tahun 2018 ada 42 ibu terjadi perdarahan post partum,dan pada tahun 2019 dari Januari-Maret terdapat 11 ibu perdarahan post partum disebabkan laserasi jalan lahir 4 orang, Retensio plasenta 4 orang, dan Atonia uteri 3 orang. Ibu yang mengalami perdarahan post partum usia 35 > tahun sebanyak 4 orang, usia 20-35 tahun sebanyak 4 orang dan usia < 20 tahun sebanyak 3 orang.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor Determinan Ibu Dengan Perdarahan Post Partum di Klinik Madani Subulussalam Desa Penanggalan Kota Subulussalam Periode Tahun 2018- 2019.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara usia, paritas dan jarak kehamilan dengan perdarahan porpartum di Klinik Madani Subulussalam periode tahun 2018-2019.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan tahun 2019 dengan sampel ibu post partum menggunakan teknik pengambilan sampel penelitian pekerjaan responden yaitu ibu rumah tangga. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah case control untuk mencari hubungan seberapa jauh factor resiko mempengaruh iterjadinya suatu penyakit.

Sumber data diambil dari data sekunder. Data sekunder menggunakan data yang diperoleh dari Rekam Medik di Klinik Madani Subulussalam periode tahun 2018-2019. Analisis bivariat dilakukan uji chi square dan analisis mulvariat di lakukan uji logistic binary.

HASIL

Karakteristik responden :

Berdasarkan Tabe l dibawah diketahui bahwa berdasarkan Usia Responden dengan jumlah responden sebanyak 38 orang diketahui usia terbanyak pada kelompok kasus adalah tidak berisiko sebanyak 21 orang (55,3%) demikian juga pada kelompok control usia tertinggi tidak berisiko sebanyak 35 orang (92,1%).

Berdasarkan paritas dengan jumlah responden sebanyak 38 orang diketahui paritas terbanyak pada kelompok kasus adalah berisiko sebanyak 34 orang (89,5%) demikian juga pada kelompok control paritas terbanyak adalah berisiko sebanyak 25 orang (65,8%).

Berdasarkan Jarak Kehamilan dengan jumlah responden sebanyak 38 orang diketahui Jarak kehamilan terbanyak pada kelompok kasus adalah tidak berisiko sebanyak 23 orang (60,5%) demikian juga pada kelompok control jarak kehamilan terbanyak adalah tidak berisiko sebanyak 27 orang (71,1%).

(5)

Tabel 1.

Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia Responden, Paritas, Jarak Kehamilan di Klinik Madani Subulussalam Tahun 2019

Usia

Status Responden

Kasus Kontrol

F % F %

Tidak Berisiko (20-35 tahun ) 21 55,3 35 92,1

Berisiko (<20 dan >35 tahun) 17 44,7 3 7,9

Paritas

Tidak Berisiko (paritas ≤ 2) 4 10,5 13 3,42

Berisiko (paritas>2) 34 89,5 25 65,8

Jarak Kehamilan

Tidak Berisiko (> 2 tahun) 23 60,5 27 71,1

Berisiko (≤ 2 tahun) 15 39,5 11 28,9

Berdasarkan Tabel 2. Dibawah hasil penelitian tentang hubungan usia dengan pardarahan post partum didapatkan hasil sebanyak 56 orang (73,7%) yang termasuk kategori tidak berisiko dimana 21 orang (27,6%) merupakan kelompok kasus dan 35 orang (46,1%) merupakan kelompok kontrol.

Sebanyak 20 orang (26,3%) termasuk kategori berisiko dimana 17 orang (22,4%) merupakan kelompok kasus dan 3 orang (3,9%) merupakan kelompok kontrol. Hasil uji statistic chi square pada variable usia dengan nilai p = 0,001 < 0,05 yang artinya ada hubungan usia dengan perdarahan OR sebesar 9.444 (95% CI = 2,47 – 36,12).

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan paritas dengan pardarahan post partum didapatkan hasil sebanyak 50 orang (65,5%) yang termasuk kategori tidak berisiko dimana 23 orang (30,3%) merupakan kelompok kasus dan 27 orang (35,5%) merupakan kelompok kontrol. Sebanyak 26 orang (34,2%) termasuk kategori berisiko dimana 15 orang (19,7%) merupakan kelompok kasus dan 11

orang (14,5%) merupakan kelompok kontrol.

Hasil uji statistic chi square pada variable paritas dengan nilai p = 0,468 > 0,05 yang artinya tidak ada hubungan paritas dengan perdarahan OR sebesar 1,601 (95% CI = 0,615 – 4.166).

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan jarak kehamilan dengan pardarahan postpartum didapatkan hasil sebanyak 17 orang (22,4%) yang termasuk kategori tidak berisiko dimana 4 orang (5,3%) merupakan kelompok kasus dan 13 orang (17,1%) merupakan kelompok kontrol. Sebanyak 59 orang (77,6%) termasuk kategori berisiko dimana 34 orang (44,7%) merupakan kelompok kasus dan 25 orang (32,9%) merupakan kelompok kontrol.

Hasil uji statistic chi square pada variable jarak kehamilan dengan nilai p = 0,028 < 0,05 yang artinya ada hubungan jarak kehamilan dengan perdarahan OR sebesar 4,420 (95% CI = 1,287 – 15,18).

(6)

Tabel 2.

Tabulasi Silang antara Usia, Paritas, Jarak Kehamilan dengan Perdarahan Postpartum di Klinik Madani Subulussalam Tahun 2019

Usia

Perdarahan Postpartum Total

%

p value

OR (95% CI) Kasus Kontrol

F % f % F %

Tidak berisiko (20-35 tahun) 21 27,6 35 46,1 56 73,7 0,001 9,444 Berisiko (<20 dan >35) 17 22,4 3 3,9 20 26,3 2,47 – 36,12

Paritas

Tidak berisiko ( paritas ≤2 ) 23 30,3 27 35,5 50 65,8 0,468 1,601 Berisiko (paritas> 2) 15 19,7 11 14,5 26 34,2 0,615 – 4.166 Jarak Kehamilan

Tidak berisiko (>2 tahun) 4 5,3 13 17,1 17 22,4 0.028 4.420

Berisiko (≤ 2 tahun) 34 44,7 25 32,9 59 77,6 1,287 – 15,18

Berdasarkan tabel 3. Dibawah Dapat dilihat berdasarkan Usia dan Jarak Kehamilan, factor determinan ibu dengan perdarahan postpartum dengan menggunakan uji statistic

logistic regression didapatkan bahwa variable independen yang memiliki nilai sig. < 0,25 adalah usia dengan nilai Sig.0,001, dan jarak kehamilan dengan nilai sig. 0,016.

Tabel 3.

Faktor Determinan Ibu dengan Perdarahan Postpartum Berdasarkan Usia, jarak kehamilan di Klinik Madani Subulussalam Tahun 2019

Variabel Sig. Exp(B) 95% C.I for EXP.(B)

Lower Upper

Usia 0,001 11,995 2,715 53,006

Jarak Kehamilan 0,016 6,178 1,406 27,135

PEMBAHASAN

Pengaruh Usia dengan Perdarahan Postpartum di Klinik Madani Subulussalam

Hasil ujistatistik chi square pada variable usia menunjukkan bahwa ada hubungan usia dengan perdarahan postpartum yaitu dengan nilai p = 0,001 < 0,05 dengan OR sebesar 9,444 (95% CI = 2,470 – 36,12). Hal ini menunjukkan bahwa usia ibu yang beresiko dengan perdarahan postpartum akan memiliki kecenderungan 11,995 kali terjadi pendarahan di Klinik Madani Subulussalam.

Berdasarkan hasil uji statistic Logistic Binary, diperoleh bahwa variable usia merupakan factor risiko yang paling dominan berpengaruh dengan perdarahan postpartum di Klinik Madani Subulussalam. Hal ini diperoleh dari nilai sig 0,0001 dengan Exp.(B) yakni 11,995 yang artinya dengan adanya factor usia resiko pada ibu, menyebabkan 11,995 kali lebih berisiko menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum dengan factor risiko yang lain.

(7)

Usia ibu yang terlalu muda atau tua pada saat hamil dapat berpengaruh terhadap keberadaan kehamilannya. Seorang ibu hamil dikategorikan terlalu muda hamil jika pada saat hamil usianya kurang dari 20 tahun dan di kategorikan terlalu tua hamil jika usianya pada saat hamil lebih dari 35 tahun.(20)

Fungsi organ reproduksi terutama uterus dimana otot uterus harus berkontraksi maksimal sesaat setelah plasenta lahir agar tidak terjadi perdarahan. Namun seiring dengan bertambahnya umur wanita maka fungsi organ reproduksi juga menurun dan dimana otot uterus melemah dan tidak dapat berkontraksi dengan baik dan maksimal. Selain itu adanya peningkatan jumlah penyakit degenerative pada kehamilan dengan usia tua seperti pre eklampsi, hipertensi, diabetes mellitus akan menambah risiko komplikasi pada saat persalinan. Selain itu adanya fibroid uterine yang memicu timbulnya tumor dan perdarahan pada saat persalinan.(7)

Berdasarkan hasil tabulasi terdapat usia tidak berisiko dimana usia 20-35 tahun sebanyak 21 orang (27,6) lebih banyak dari yang berisiko 17 (22,4) dan termasuk kedalam kelompok kasus, hal ini disebabkan karena factor lain, misalnya paritas yang terlalu berisiko dan jarak kehamilan yang terlalu dekat. Dimana jika disesuaikan dengan teori yang ada usia tidak berisiko seharusnya tidak mengalami perdarahan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusuma Wardani, “Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Perdarahan Pasca Persalinan di RSUD Muntilan pada tahun 2017”. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa jarak kehamilan dengan perdarahan postpartum ada hubungan.

Menurut asumsi peneliti, dari hasil penelitian yang dilakukan, usia ibu yang terlalu muda atau tua pada saat hamil dapat berpengaruh terhadap keberadaan kehamilan dan persalinannya. Seorang ibu hamil di kategorikan terlalu muda jika pada saat hamil usianya kurang dari 20 tahun dan di kategorikan terlalu tua jika usianya lebih dari 35 tahun. Dimana fungsi organ reproduksi terutama uterus harus berkontraksi maksimal sesaat setelah plasenta lahir agar tidak terjadi perdarahan. Namun terdapat ibu yang tidak berisiko lebih banyak disbanding ibu yang berisiko mengalami perdarahan postpartum, akan tetapi usia yang tidak berisiko memiliki paritas tinggi dan jarak kehamilan yang terlalu dekat, sehingga ibu yang tidak berisiko lebih banyak terjadi perdarahan postpartum di Klinik Madani Subulussalam.

Pengaruh Paritas dengan Perdarahan Postpartum di Klinik Madani Subulussalam

Hasil ujistatistik chi square pada variable paritas menunjukkan bahwa tidak ada hubungan paritas dengan perdarahan postpartum yaitu dengan nilai p = 0,468 < 0,05 dengan OR sebesar 1,601 (95% CI = 0,615 – 4,166).

Paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan. Paritas anak kedua merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Pada paritas tinggi lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Maka oleh sebab itu ibu-ibu yang sedang hamil anak pertama dan lebih dari anak ketiga harus memeriksakan kehamilan sesering mungkin agar tidak berisiko terhadap kematian maternal. Paritas rendah, ibu –ibu hamil belum

(8)

bagitu mengerti tentang kehamilan dan pentingnya pemeriksaan kehamilan.(23)

Paritas ibu dengan paritas yang tinggi akan mempengaruhi keadaan uterus ibu, karena semakin sering ibu melahirkan maka fungsi reproduksi mengalami penurunan, otot uterus terlalu regang dan kurang dapat berkontraksi dengan normal sehingga kemungkinan terjadi perdarahan postpartum (29)

Berdasarkan hasil tabulasi terdapat paritas tidak berisiko < 3 sebanyak 23 orang (30,3) dan lebih banyak dari yang berisiko sebanyak 15 orang (19,7) termasuk kedalam kelompok kasus, hal ini bias saja terjadi disebabkan oleh factor lainnya seperti usia yang terlalu atau jarak kehamilan yang terlalu dekat, dan menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum.

Penelitian ini tidaksejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari “ Analisa Hubungan Determinan Ibu dengan Perdarahan Postpartum di RSUD Jendral Ahmad Yani Tahun 2013” Hasil Penelitian menunjukkan, paritas memiliki hubungan dengan perdarahan posrpartum.

Menurut asumsi peneliti, hasil yang ditemukan di lokasi penelitian di Klinik Madani Subulussalam paritas ibu pada kelompok kasus mayoritas termasuk dalam kategori tidak berisiko, hal inilah yang menyebabkan paritas dalam penelitian ini tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kejadian perdarahan postpartum dimana sesuai dengan teori yang ada, paritas tinggi menjadi salah satu factor risiko yang terdapat pada wanita untuk pemicu terjadinya perdarahan postpartum. Sehingga

paritas yang tidak berisko sangat kecil kemungkinan terjadi perdarahan postpartum.

Pengaruh jarak kehamilan dengan Perdarahan Postpartum di Klinik Madani Subulussalam

Hasil ujistatistik chi square pada variable jarak kehamilan menunjukkan bahwa ada hubungan jarak kehamilan dengan perdarahan postpartum yaitu dengan nilai p = 0,028 < 0,05 dengan OR sebesar 4,420 (95% CI = 1,782 – 15,181). Hal ini menunjukkan bahwa jarak kehamilan yang beresiko dengan perdarahan postpartum akan memiliki kecenderungan 6,178 kali terjadi pendarahan di Klinik Madani Subulussalam.

Berdasarkan hasil uji statistic Logistic Binary, diperoleh bahwa variable paritas merupakan factor risiko berpengaruh dengan perdarahan postpartum di Klinik Madani Subulussalam. Hal inidiper oleh dari nilai sig.

0,016 dengan nilai Exp.(B) yakni 6,178 yang artinya dengan adanya factor paritas berisiko pada ibu, menyebabkan 6,178 kali menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum.

Jarak kehamilan adalah jarak interval waktu antara dua kehamilan yang berurutan dari seorang wanita. Jarak kehamilan yang pendek secara langsung akan memberikan efek pada kesehatan wanita maupun janin yang di kandung.

Wanita setelah melahirkan membutuhkan waktu 2-3 tahun untuk memulihkan tubuhnya dan mempersipkan diri untuk kehamilan dan persalinan selanjutnya.(23)

Berdasarkan hasil tabulasi terdapat jarak kehamilan tidak berisiko dimana > 2 tahun sebanyak 4 orang (5,3) lebih sedikit dari yang

(9)

berisiko 34 (44,7) dan termasuk kedalam kelompok kasus, hal ini disebabkan karena masih terjadinya pemulihan pada otot-otot uterus namun ibu hamil kembali sehingga otot uterus yang masih belum sempurna pulihnya akan menyebabkan kontraksi uterus berkurang sehingga terjadinya perdarahan postpartum.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusuma Wardani, “Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Perdarahan Pasca Persalinan di RSUD Muntilan pada tahun 2017”. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa jarak kehamilan dengan perdarahan postpartum ada hubungan.

Menurut asumsi peneliti, dari hasil penelitian yang dilakukan, jarak kehamilan ibu yang berisiko lebih banyak disbanding ibu yang tidak berisiko hal ini jarak kehamilan ibu yang terlalu dekat dapat berpengaruh terhadap keberadaan kehamilannya. Dimana resiko jarak kehamilan terlalu dekat yaitu akan menimpa baik ibu maupun janinnya. Rahim yang masih belum pulih benar akibat persalinan sebelumnya belum bias memaksimalkan pembentukan cadangan makanan bagi janin dan untuk ibu sendiri.

Akibatnya bayi akan terlahir dengan berat badan rendah, kekurangan zat gizi sehingga bayi menjadi tidak sehat.

KESIMPULAN

Dari penelitian yang dilakukan di Klinik Madani Subulussalam dengan judul faktor determinan ibu dengan perdarahan postpartum dapat ditarik kesimpulan Ada hubungan antara usia dengan perdarahan postpartum dengan hasil uji chi-square menunjukkan bahwa p=0,001 <

0,05. Tidak ada hubungan antara paritas dengan

perdarahan postpartum dengan hasil uji chi- square menunjukkan bahwa p=0,468 > 0,05. Ada hubungan antara jarak kehamilan dengan perdarahan postpartum dengan hasil uji chi- square menunjukkan bahwa p=0,028 < 0,05.

Berdasarkan hasil uji statistic dengan menggunakan logistic binary diperoleh bahwa factor usia merupakan faktor yang paling dominan memengaruhi terjadinya perdarahan terbukti dengan nilaiExp.B 11,995 menyatakan bahwa usia yang berisiko 11,995 kali menyebabkan perdarahan.

SARAN

Diharapkan hasil penelitian ini bagi ibu hamil agar para ibu sebaiknya konsultasi dengan tenaga kesehatan pada saat ingin merencanakan kehamilan, dengan melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan dan kepada petugas kesehatan dapat meningkatkan promosi kesehatan tentang perencanaan kehamilan yang baik dengan memperhatikan usia ibu saat ini, jumlah paritas dan jarak kehamilan terakhir sebelum ingin hamil kembali. Sehingga ibu akan menjalani proses kehamilan, persalinan dan masa nifas serta kesehatan bayi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih kepada pimpinan Klinik yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian klinik Madani Subulussalam. Terimakasih kepada masyarakat yang telah berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

1. Word Health Organization. Trend Maternal Mortality Rate. 2015.

2. Indonesia PK. Profil kesehatan Indonesia 2015. Diunduh dari http//www depkes go id/resources/download/profil pdf. 2013;

3. Kementrian Kesehatan RI. Target SDGs Menurunkan Anka Kematian Ibu Di Indonesia.

http://www.sdgs2030indonesia.org>page.

2017;

4. dr.Taufan Nugroho. Obsgyn Obstetri Dan Ginekologi. Yogyakarta: Nuha Medika; 2014.

5. Maryunani A. Manajemen Kebidanan.

Jakarta Timur: Cv. Trans Info Media; 2016.

6. Maryunani A. Buku Praktis Kehamilan Dan Persalinan Patologis. Jakarta Timur: Cv.

Trans Info Media; 2016.

7. Purwanti S, Trisnawati Y. Pengaruh Umur Dan Jarak Kehamilan Terhadap Kejadian Perdarahan Karena Atonia Uteri. Bidan Prada J Publ Kebidanan Akbid YLPP Purwokerto. 2016;

8. Kusuma Wardani. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Perdarahan Pasca Persalinan. J Kesehat. 2017;

9. Lestari GI. Analisi Hubungan Determinan Ibu Dengan Perdarahan Postpartum Di RSUD Jendral Ahmad Yani Tahun 2013.

2013;

10. Fitria A. Jurnal FKM UN AIR. 2013;

11. Simanjuntak G. Hubungan Karekteristik Ibu Dengan Perdarahan Post Partum.

2017;(Institut Kesehatan Helvetia).

12. Yusriana L, Nurhidayati E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Perdarahan Postpartum Di RSU PKU Muhammadyah Bantul. Universitas’ Aisyiyah Yogyakarta;

2017.

13. Asih Y. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta Timur: Cv. Trans Info Media; 2016.

14. Sukarmi I S. Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas Dan Neonatus Resiko Tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika; 2013.

15. Ida Bagus Gede Manuaba. Buku Ajar Panthoom Obstetri. Jakarta Timur: Cv. Trans Info Media; 2015.

16. Eniyati. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Patologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2013.

17. Evi Pratami. Evidence-Based Dalam Kebidaanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016.

18. MK K. Prawirohardjho S Ilmu Kebidanan.

Jakarta: PT.Bina Pustaka; 2014.

19. Fitria I. Analisis determinan perdarahan post partum. 2017;

20. Indah Risnawati. Dampak Anemia Kehamilan Terhadap Perdarahan Post Partume. Yogyakarta: medical book; 2017.

21. Zenita O. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Perdarahan Pasca Persalinan. 2017;

22. Tinjauan Teori Usia. Tinjauan Teori Usia.

From:jtptunimus-gdl-situtuslih-6010-2- babii.jurnal. 2013;

23. Walyani ES. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press;

2015.

24. Rifdiani I. Pengaruh Paritas BBL, Jarak Kehamilan dan Riwayat Perdarahan Terhadap Kejadian Perdarahan Postpartum.

J Berk Epidemiol. 2016;4(3):396–407.

25. Mandriwati DGA. Asuhan Kebidanan Kehamilan Baerbasis Kompetensi. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2017.

26. Iman M. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan Menggunakan Metode Ilmiah. Bandung: Citapustaka Media Perintis; 2016.

27. Iman M. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan. Bandung: Media Perintis; 2011.

28. Iman M. Pemanfaatan SPSS Dalam Penelitian Bidang Kesehatan & Umum.

Bandung: Citapustaka Media Perintis; 2014.

29. Leveno KJ. Komplikasi Kehamilan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Echogram Gambar 10 merupakan tampilan echogram dari tipe substrat lumpur berpasir yang berada pada posisi 6º LS dan 135 º BT dengan SV sebesar - 21, 767 dB.. Contoh tampilan

 Perilaku Manajemen yang semakin profesional Pemilihan tools HIRARC (Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control) digunakan untuk mengidentifikasi risiko

(progeny) dapat digunakan sebagai kriteria seleksi calon pejantan sapi Aceh di BPTU-HPT Sapi Aceh Indrapuri karena memiliki nilai kecermatan relatif yang

SMA Negeri 01 Kudus sebagai upaya untuk mendukung proses manajemen pembelajaran yang telah dijalankan pada Program Sistem Kredit Semester (SKS) mata pelajaran Pendidikan

Terkait dengan upaya peningkatan pengetahuan kader mengenai kesehatan gigi dan mulut balita, perlu dikaji lebih lanjut pengaruh pelatihan dengan metode collaborative

Buku Statistik Dinas Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2015 ini merupakan Data dan Informasi yang dituangkan dalam Tabel Permenhut

(1) Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1) tidak mengambil keputusan bersama dengan Bupati terhadap rancangan peraturan

Supriharti (2007) menjelaskan bahwa ada dua gambaran kromosom set dari suatu spesies yaitu: (a) Karyogram, merupakan fotomikrograf kromosom dari gambaran tunggal