• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KESUKSESAN AGILE SYSTEM DEVELOPMENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KESUKSESAN AGILE SYSTEM DEVELOPMENT"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

How to cite: Nurdi. F. A. & Tricahyono. D. (2022) Pengaruh Faktor-Faktor Kesuksesan Agile System Development terhadap Efektifitas Pengembangan Produk Perangkat Lunak di PT XYZ dengan Menggunakan Metode Scrum,

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, Special Issue No. 1, Januari 2022

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KESUKSESAN AGILE SYSTEM DEVELOPMENT TERHADAP EFEKTIFITAS PENGEMBANGAN PRODUK PERANGKAT LUNAK DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCRUM

Firdausyi Aulia Nurdi, Dodie Tricahyono Telkom University, Bandung, Indonesia

Email: firdausyiaulia@student.telkomuniversity.ac.id, mailto:dodietricahyono@telkomuniversity.ac.id Abstrak

Menentukan metodologi dalam merancang dan membangun perangkat lunak bukanlah hal yang mudah karena akan menentukan kualitas dari produk yang akan dikembangkan dan juga kebutuhan lainnya. Fenomena dimulai sejak manajemen pengembangan perangkat lunak berubah dari metode waterfall menjadi metode scrum. Hasil wawancara kepada seluruh project manager dan beberapa tim technology menunjukan bahwa terdapat beberapa iterasi yang tidak berjalan sesuai rencana karena beberapa alasan, yaitu perubahan kebutuhan mendadak dan tidak ada skala prioritas yang menyebabkan penurunan produktivitas tim dan menurunnya ketertarikan pengguna terhadap perangkat lunak karena proses rilis yang lambat. Berkaitan dengan fenomena tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pengembangan perangkat lunak di PT XYZ menggunakan metode scrum. Penelitian ini menggunakan lima Critical Success Factors, yang dianggap sebagai ukuran efektivitas metode scrum, dan empat faktor yang dianggap sebagai keberhasilan manajemen proyek pengembangan perangkat lunak. Metode yang dipakai yaitu Structural Equation Modelling (SEM) menggunakan aplikasi SmartPLS. Dari lima Critical Success Factors, terdapat dua faktor yang memiliki pengaruh signifikan, yaitu people factors dan project factors. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi untuk memperhatikan tiga faktor yang belum memberikan pengaruh yang signifikan dan mempertahankan juga meningkatkan dua faktor yang sudah memberikan pengaruh yang signifikan.

Kata Kunci: scrum; critical success factors; manajemen proyek Abstract

Determining the methodology in designing and building software is not easy because it will determine the quality of the product to be developed as well as other needs. The phenomenon began when software development management changed from waterfall method to scrum method. The results of interviews with all project managers and several technology teams showed that there were several iterations that did not go according to plan because sudden changes in needs and no priority scale which caused a decrease in team productivity and decreased user interest in the software due to the slow release process. Because of that, this study aims to

(2)

determine the effectiveness of software development at PT XYZ using the scrum method. This study uses five Critical Success Factors, which are considered as a measure of the effectiveness of the scrum method, and four factors that are considered as the success of software development project management. The method used is Structural Equation Modeling using SmartPLS. From five Critical Success Factors, there are two factors have a significant influence, namely people factors and project factors. The results of the study are expected to be used as evaluation material to pay attention to the three factors that have not had a significant effect and maintain and improve the two factors that have had a significant influence.

Keywords: scrum; critical success factors; manajemen proyek

Pendahuluan

PT. XYZ adalah salah satu perusahaan terbesar dan terintegrasi di Indonesia yang bergerak di bidang media. PT. XYZ kini memiliki fokus kepada tiga jenis investasi yang strategis, yaitu media, jasa keuangan, properti dan satu bisnis pendukung yang memiliki kaitan dengan sektor jasa keuangan, yaitu investasi keuangan. Bisnis inti PT.

XYZ kini terdiri dari penyiaran nasional dan bisnis konten. Bisnis pendukung PT. XYZ meliputi media cetak, online dan radio. Divisi ABC yang didirikan oleh PT XYZ pada tahun 2019 ini bertujuan untuk mengembangkan layanan AVOD, yaitu layanan Video On Demand berbasis iklan dan pengguna dapat secara gratis menikmati layanan tersebut. Selain layanan Video On Demand, divisi ini juga mengembangkan layanan live streaming dari empat stasiun televisi yang popular. Divisi ini terdiri dari 200 karyawan yang tersebar di beberapa tim. Penulis memiliki tim technology sebagai responden untuk penelitian ini, yaitu sebanyak 54 orang.

Saat ini perkembangan teknologi sudah sangat pesat, sehingga pemanfaatan teknologi sudah mencakup hampir ke seluruh bidang kehidupan, termasuk organisasi maupun industri digital. Memilih dan menentukan suatu metodologi dalam merancang dan membangun perangkat lunak bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Pemilihan model pengembangan perangkat lunak yang akan menentukan kualitas dari produk yang akan dikembangkan juga menentukan biaya dan kebutuhan lainnya. Pada awalnya, tim technology pada PT XYZ memilih model Software Development Life Cycle dengan metode waterfall karena dianggap mudah diimplementasi, menghasilkan kualitas sistem yang baik dan dokumen pengembangan sistem sangat terorganisir karena setiap fase harus terselesaikan dengan lengkap sebelum melangkah ke fase berikutnya. Namun, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada project manager, beberapa anggota tim, saat tim technology menggunakan metode waterfall, total durasi tim untuk menyelesaikan proyek pengembangan perangkat lunak tidak sesuai dengan estimasi yang sudah direncanakan karena proyek sering tidak mengikuti alur sekuensial, perubahan yang terjadi dapat menyebabkan perangkat lunak yang sudah selesai harus diubah. Klien harus menunggu produk hingga selesai dikembangkan dan tidak dapat mengubah requirements ditengah fase yang sedang berjalan. Pembagian scope tidak

(3)

fleksibel dan terdapat waktu kosong bagi tim lain jika fasenya belum dimulai, misalnya fase yang sedang berjalan dilakukan oleh tim bisnis, maka tim lain menunggu dan ada waktu yang kosong. Tim menghasilkan dokumentasi terstruktur pada setiap fase yang dibutuhkan tim untuk pengembangan perangkat lunak selanjutnya atau melakukan maintenance lebih lanjut jika diperlukan.

Tim technology mengubah model pengembangan perangkat lunak menjadi metode scrum. Alasan tim technology mengubah model pengembangan perangkat lunak tersebut disampaikan oleh project manager bahwa metode waterfall berfokus pada kebutuhan yang sudah dibuat pada fase awal. Namun, metode scrum lebih fleksibel, yaitu melakukan pengembangan perangkat lunak dengan iterasi dengan waktu singkat dan berulang, melakukan penyesuaian kebutuhan dan perbaikan masalah pengguna tergantung dengan tingkat priority dan severity. fase metode scrum dimulai dengan merancang kerangka perangkat lunak dan dilanjutkan dengan mengembangkan tampilan perangkat lunak. Metode ini memiliki kemampuan adaptasi yang cepat terhadap bentuk perubahaan kebutuhan. Berjalan dengan iterasi, maka tidak ada waktu menunggu untuk para anggota tim seperti pada metode sebelumnya. Agenda yang akan dilaksanakan jika mengimplementasikan metode scrum yaitu sprint planning, daily sprint, sprint review, dan retrospective.

Hasil wawancara kepada seluruh project manager dan beberapa anggota tim technology setelah satu tahun menggunakan metode scrum adalah terdapat beberapa kali iterasi yang tidak selesai sesuai dengan estimasi durasi yang sudah ditentukan pada sprint planning. Seperti yang ditampilkan pada tabel di bawah ini, terdapat 12 dari 20 iterasi yang berjalan tidak sesuai rencana.

Tabel 1

Iterasi Scrum Tidak Sesuai Rencana No Iterasi Keterangan

1 Iterasi 5 Terlambat 3 hari 2 Iterasi 6 Terlambat 4 hari 3 Iterasi 7 Terlambat 5 hari 4 Iterasi 9 Terlambat 5 hari 5 Iterasi 12 Terlambat 3 hari 6 Iterasi 13 Terlambat 12 hari 7 Iterasi 14 Terlambat 5 hari 8 Iterasi 15 Terlambat 8 hari 9 Iterasi 16 Terlambat 4 hari 10 Iterasi 17 Terlambat 7 hari 11 Iterasi 18 Terlambat 3 hari 12 Iterasi 20 Terlambat 6 hari Sumber: Data Sekunder (2021)

Dari tabel di atas, dapat dikatakan bahwa 60% dari iterasi yang sudah dilalui tidak berjalan sesuai dengan rencana yang sudah dibuat pada saat sprint planning.

Berdasarkan data tersebut, teridentifikasi adanya permasalahan signifikan yang dialami oleh tim technology. Penelaah lebih lanjut dengan wawancara kepada anggota tim

(4)

menunjukkan bahwa masalah tersebut terjadi karena adanya pengubahan kebutuhan atau terjadinya kendala pada perangkat lunak yang dirasakan pengguna yang harus diselesaikan langsung di tengah iterasi tersebut, sehingga apa yang sudah dibangun oleh tim pengembang harus diubah kembali mengikuti kebutuhan baru atau masalah pada perangkat lunak yang mendadak. Ketika permintaan pengubahan kebutuhan yang terlalu banyak di tengah iterasi, terdapat penurunan produktivitas anggota tim karena terus melakukan perubahan pada sisi kode perangkat lunak. Masalah tersebut juga berdampak pada proses rilis ke market yang terlampau lama, sehingga tidak sedikit pengguna yang akhirnya memutuskan untuk melakukan uninstall perangkat lunak tersebut dikarenakan kendala pada perangkat lunak tidak kunjung diselesaikan dan dipublikasikan ke market.

Untuk menganalisis hasil survei, penulis menggunakan metode yang sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Chow & Cao, 2008), yaitu Critical Success Factor (CSF). (Chow & Cao, 2008) memberikan contoh penggunaan metode CSF dalam konteks manajemen proyek dan area proyek pengembangan perangkat lunak menggunakan model Agile Software Development. Dalam penelitian ini kami menggunakan metode identifikasi CSF yang sama untuk menganalisa pengaruh implementasi metode scrum terhadap efektivitas pengembangan perangkat lunak yang dilakukan oleh tim technology PT XYZ. Dengan penerapan metode scrum pada tim technology PT XYZ ini, penulis tertarik untuk meneliti apakah metode scrum sudah berjalan efektif di tim technology PT XYZ. Penulis ingin mengukur pengaruh efektivitas scrum terhadap keberhasilan manajemen proyek TI yang diukur melalui dimensi time, cost, quality dan scope. Keempat dimensi inilah diasumsikan dapat mewakili persepsi keberhasilan proyek. Selain itu, penelitian ini juga ingin mencari tahu faktor-faktor mana saja yang memiliki pengaruh signifikan terhadap efektivitas metode scrum di tim technology PT XYZ.

Metode Penelitian a) Populasi

Populasi adalah suatu kelompok individu yang memiliki karakteristik yang sama atau relatif serupa (Creswell & Poth, 2016). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Penelitian ini menggunakan populasi yaitu seluruh karyawan di tim technology pada PT XYZ yang berjumlah 54 karyawan.

b) Sampel

Sampel adalah subkelompok dari populasi target yang direncanakan akan diteliti oleh peneliti untuk menggeneralisasikan tentang populasi target (Creswell & Poth, 2016). Penelitian ini menggunakan probability sampling dengan jumlah sampel yang akan digunakan sebanyak 54 orang, yaitu karyawan yang menjadi bagian dari tim technology dan pernah menggunakan metode scrum dalam proyek pengembangan perangkat lunak yang sama.

Tabel 2

(5)

Responden Penelitian Anggota Tim

Technology Jumlah Project Manager 5 Business Analyst 5

UI/UX Designer 4

Backend Engineer 13 Frontend Engineer 18

Software Quality

Assurance Engineer 5 Document Engineer 4

Total 54

Sumber: Data Olahan Peneliti (2021) c) Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini didapatkan melalui data empiris, kuesioner, wawancara key of person, dan studi pustaka.

d) Metode

Peneliti menggunakan metode penelitian asosiatif dengan pendekatan kuantitatif.

Penelitian kuantitatif adalah penelitian empiris yang datanya berbentuk angka-angka (Syahrum & Salim, 2014). Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2015). Penggunaan metode ini digunakan sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variable independent terhadap variable dependent yang akan diteliti. Dengan melakukan penelitian asosiatif, dapat diketahui hubungan antar variabel dan bagaimana tingkat ketergantungan antara variable independent dengan variable dependen (Sekaran, 2014).

e) Analisis Data

Pengujian hipotesis menggunakan analisis full model Structural Equation Modeling (SEM) dengan smartPLS setelah seluruh data diperoleh dan memenuhi syarat minimal sampel penelitian. Structural Equation Modeling adalah teknik statistik multivariat yang merupakan kombinasi antara analisis faktor dengan analisis regresi (korelasi) yang bertujuan untuk menguji hubungan-hubungan antar variabel yang ada pada sebuah model, baik antara indikator dan konstruknya atau hubungan antar konstrak (Ginting, 2009). Dalam full model Structural Equation Modeling selain mengkonfirmasi teori, juga menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antara variabel laten (Ghozali, 2012).

Hasil dan Pembahasan A. Hasil

a. Karakteristik Responden

Tabel 3

Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase

Pria 38 70%

Wanita 16 30%

(6)

Sumber: Data Olahan Peneliti (2021) Tabel 4

Usia Responden

Usia Frekuensi Presentase

20-29 tahun 48 70%

30-40 tahun 10 30%

Sumber: Data Olahan Peneliti (2021) Tabel 5

Pendidikan Terakhir Responden Pendidikan Frekuensi Presentase

D3 9 7%

S1 41 17%

S2 4 76%

Sumber: Data Olahan Peneliti (2021) Tabel 6

Masa Kerja Responden

Masa Kerja Frekuensi Presentase

< 1 tahun 16 26%

1 - 3 tahun 24 44%

3 - 6 tahun 14 30%

Sumber: Data Olahan Peneliti (2021) b. Uji Validitas

Pada penlitian ini, uji validitas dilakukan menggunakan content validity (validitas isi). Untuk melakukan Uji Validitas Isi pada penelitian ini, penulis memilih lima expert di bidang model Agile Software Development. Uji validitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur angket (kuesioner). Kriteria pengukuran yang digunakan adalah Aiken value.

Jika nilai Aiken hitung (untuk tiap-tiap butir pertanyaan dapat dilihat pada kolom Aiken) lebih besar dari 0.8, maka butir pernyataan tersebut dikatakan valid (Azwar, 2014). Hasilnya menunjukan seluruh nilai Aiken lebih besar dari pada 0,8, maka dari 84 item semua intrumen pertanyaan dinyatakan valid dan dapat dipakai untuk analisis selanjutnya.

c. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Untuk mengukur reliabilitas dengan menggunakan uji statistik adalah ICC. Suatu variabel dikatakan reliabel apabila memiliki ICC lebih dari 0.60 (Arikunto & Yuliana, 2008).

Tabel 7

(7)

Hasil Uji Reliabilitas

Variable ICC Kesimpulan Organizational

Factor 0,600 Reliable

People Factors 0,735 Reliable Process Factor 0,642 Reliable

Technical

Factors 0,855 Reliable Project Factors 0,714 Reliable Efectivitas 0,936 Reliable Sumber: Data Olahan Peneliti (2021)

Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat diketahui masing variabel memiliki ICC lebih dari 0,60. Hasil uji reliabilitas instrumen dalam tabel menunjukkan seluruh variabel memiliki nilai ICC >0,60, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel reliabel atau memenuhi persyaratan dan diikutsertakan dalam analisis selanjutnya.

d. Pengujian Outer & Inner Model

Model penelitian ini akan dianalisis menggunakan metode Partial Least Square (PLS) dan dibantu dengan software SmartPLS 3.0. PLS. Convergent validity dilakukan dengan melihat item reliability (indikator validitas) yang ditunjukkan oleh nilai loading factor. Dalam penelitian ini batas loading factor yang digunakan sebesar 0,7.

Tabel 8

Nilai Loading Factor Iterasi Pertama Variabel Indikator Outer

Loading Organizational

Factors

MC 0,958

OE 0,996

TE 0,892

People Factors TC 0,997

CI 0,997

Process Factors

PMP 0,998

PDP 0,998

Technical Factors

AST 0,962

DS 0,950

Project Factors

PN 0,756

PT 0,782

PS 0,745

Efektivitas

Q 0,983

S 0,763

T 0,889

C 0,187

Sumber: Data Olahan Peneliti (2021)

Mayoritas indikator pada masing-masing variabel dalam penelitian ini memiliki nilai loading factor yang lebih besar dari 0,70 dan dikatakan valid. Selain

(8)

itu ada satu indikator yang memiliki nilai loading factor kurang dari 0,70, yaitu variabel Efektivitas dari indikator Cost (C) menunjukkan 0,187. Hal ini menunjukkan bahwa indikator variabel yang memiliki nilai loading factor lebih besar dari 0,70 memiliki tingkat validitas yang tinggi, sehingga memenuhi convergent validity. Sedangkan indikator variabel yang memiliki nilai loading factor lebih kecil dari 0,70 memiliki tingkat validitas yang rendah sehingga indikator variabel tersebut perlu dieliminasi atau dihapus dari model.

Tabel 9

Nilai Loading Factor Itersi Kedua Variabel Indikator Outer

Loading Organizational

Factors

MC 0,958

OE 0,996

TE 0,892

People Factors

TC 0,997

CI 0,997

Process Factors

PMP 0,998

PDP 0,998

Technical Factors

AST 0,962

DS 0,950

Project Factors

PN 0,756

PT 0,782

PS 0,745

Efektivitas

Q 0,983

S 0,763

T 0,889

Sumber: Data Olahan Peneliti (2021)

Hasil dari loading factor kedua menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai loading factor untuk indikator MC, CI dan AST setelah indikator C dieliminasi dan dilakukan perhitungan kembali.

Discriminant validity dilakukan dengan cara melihat nilai cross loading pengukuran konstrak. Nilai cross loading menunjukkan besarnya korelasi antara setiap konstrak dengan indikatornya dan indikator dari konstrak blok lainnya.

Suatu model pengukuran memiliki discriminant validity yang baik apabila korelasi antara konstrak dengan indikatornya lebih tinggi daripada korelasi dengan indikator dari konstrak blok lainnya.

Tabel 10 Hasil Cross Loading E Organizational

F

People F

Process F

Project F

Technical F

AST 0,884 0,913 0,411 0,113 0,826 0,962

CI 0,761 0,348 0,997 -0,066 0,792 0,357

DS 0,777 0,974 0,266 0,363 0,771 0,950

MC 0,889 0,958 0,396 0,170 0,840 0,981

(9)

OE 0,854 0,996 0,345 0,290 0,831 0,986

PDP 0,103 0,286 -0,079 0,998 0,137 0,241

PMP 0,121 0,294 -0,045 0,998 0,161 0,239

PN 0,791 0,865 0,308 0,196 0,756 0,909

PS 0,714 0,338 0,936 -0,082 0,745 0,338

PSE 0,763 0,346 0,995 -0,051 0,798 0,356

PT 0,748 0,669 0,617 0,214 0,782 0,634

Q 0,983 0,918 0,679 0,197 0,980 0,921

T 0,889 0,935 0,405 0,123 0,832 0,972

TC 0,762 0,346 0,997 -0,055 0,805 0,357

TE 0,660 0,892 0,231 0,407 0,680 0,820

Sumber: Data Olahan Peneliti (2021)

Model memiliki discriminant validity yang lebih baik apabila akar kuadrat AVE untuk masing-masing konstrak lebih besar dari korelasi antara dua konstrak di dalam model. Nilai AVE yang baik disyaratkan memiliki nilai lebih besar dari 0,50.

Tabel 11

Nilai AVE dan Kuadrat AVE Variabel AVE Akar Kuadrat

AVE Efektivitas 0,780 0.883 Org. Factors 0,902 0.949 People Factors 0,993 0.996 Process Factors 0,996 0.997 Project Factors 0,579 0.760 Technical Factors 0,914 0.956 Sumber: Data Olahan Peneliti (2021)

Semua konstrak menunjukkan nilai AVE yang lebih besar dari 0,50 yaitu dengan nilai terkecil 0,760 untuk variabel project factors dan terbesar 0,997 untuk variabel process factors. Nilai tersebut sudah memenuhi persyaratan sesuai dengan batas nilai minimum AVE yang ditentukan yaitu 0,50. Dari hasil cross loading dan kuadrat AVE ini menunjukkan bahwa nilai akar kuadrat AVE untuk masing- masing konstrak dapat dikatakan memiliki discriminant validity yang baik.

Outer model selain diukur dengan menilai convergent validity dan discriminant validity juga dapat dilakukan dengan melihat reliabilitas konstrak atau variabel laten yang diukur dengan nilai composite reliability. Konstrak dinyatakan reliabel jika composite reliability mempunyai nilai > 0.7, maka konstrak dinyatakan reliabel.

Tabel 12

Nilai Composite Reliability Construct Composite

(10)

Reliability

Efektivitas 0,913

Organizational Factors 0,965 People Factors 0,996 Process Factors 0,998 Project Factors 0,805 Technical Factors 0,955 Sumber: Data Olahan Peneliti (2021)

Nilai composite reliability untuk semua konstrak berada diatas nilai 0,70.

Dengan nilai yang dihasilkan tersebut, semua konstrak memiliki reliabilitas yang baik sesuai dengan batas nilai minumun yang telah disyaratkan.

Analisis Variant (R2) atau Uji Determinasi yaitu untuk mengetahui besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tersebut. Nilai R- Square pada penelitian ini adalah sebesar 0,995, artinya variabel Organizational Factors, People Factors, Process Factors, Project Factors dan Technical Factors berpengaruh terhadap Efektivitas sebesar 99,5% sedangkan sisanya sebesar 0,5%

dipengaruhi variabel yang tidak diteliti pada peneitian ini.

Pengujian hipotesis dilakukan berdasarkan hasil pengujian Inner Model (model struktural) yang meliputi output r-square, koefisien parameter dan t- statistik. Untuk melihat apakah suatu hipotesis itu dapat diterima atau ditolak diantaranya dengan memperhatikan nilai signifikansi antar konstrak, t-statistik, dan p-values. Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SmartPLS (Partial Least Square) 3.0. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat dari hasil bootstrapping. Rules of thumb yang digunakan pada penelitian ini adalah t-statistik >1,711 dengan tingkat signifikansi p-value 0,05 (5%) dan koefisien beta bernilai positif.

Gambar 1 Hasil Model Penelitian

Sumber: Data Olahan Peneliti (2021) Tabel 13

Hasil Path Coefficients

Hipotesis Original Sample Standard T Statistics P

(11)

Sample (O)

Mean (M)

Deviation (STDEV)

(O/STDEV|) Values

Organizational Factors → Efektivitas

-0,066 -0,062 0,149 0,442 0,659

People Factors

→ Efektivitas 0,503 0,512 0,136 3,694 0,000

Process Factors

→ Efektivitas -0,019 -0,018 0,019 1,036 0,301

Project Factors

→ Efektivitas 0,021 -0,002 0,228 0,090 0,928

Technical Factors → Efektivitas

0,744 0,762 0,138 5,387 0,000

Sumber: Data Olahan Peneliti (2021)

Tabel 14

Inner Model T-Statistics Efektivitas Efektivitas

Organizational

Factors 0,442

People Factors 3,695 Process Factors 1,036 Project Factors 0,0090 Technical Factors 5,387 Sumber: Data Olahan Peneliti (2021)

Tabel 15

Ringkasan Hasil Penelitian

Hipotesis Hasil Keterangan

H1

Koef. beta = -0,066 T-Statistics = 0,442

P-Value = 0,659

Ditolak

H2

Koef. beta = 0,503 T-Statistics = 3,694

P-Value = 0,000

Diterima

H3

Koef. beta = -0,019 T-Statistics = 1,036

P-Value = 0,301

Ditolak

H4

Koef. beta = 0,021 T-Statistics = 0,090

P-Value = 0,928

Ditolak

H5

Koef. beta = 0,744 T-Statistics = 5,387

Diterima

(12)

P-Value = 0,000 B. Pembahasan

Karakteristik demografi responden diringkas menggunakan statistik deskriptif.

Mayoritas responden dalam penelitian ini adalah pria dalam usia muda 21 sampai usia 29 tahun dengan pendidikan terakhir sarjana. Menurut pengamatan penulis diduga kaum pria dengan usia muda tersebut yang bekerja langsung menggunakan metode scrum dalam pengembangan perangkat lunak.

Hasil hipotesis pertama dalam penelitian ini membuktikan bahwa Organizational Factors tidak memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap efektivitas pengembangan perangkat lunak. Berdasarkan hasil yang diperoleh Organizational Factors tidak membuktikan adanya pengaruh positif terhadap efektivitas sehingga hipotesis ini ditolak. Menurut analisis peneliti berdasarkan wawancara terhadap tim technology, tidak berpengaruh signifikan dikarenakan kurang adanya dukungan manajemen yang kuat terhadap pelaksanaan scrum di PT XYZ. Bila dilihat dari profil responden berdasarkan jabatan, hanya ada beberapa anggota yang memiliki jabatan supervisor di tim technology yang turut serta menjadi pengguna scrum. Keikutsertaan manajemen dalam berpartisipasi dengan kegiatan scrum sangat dibutuhkan oleh tim technology guna meningkatkan efektivitas pengembangan perangkat lunak. Selain itu, diperlukan juga posisi Scrum Master yang sudah bersertifikasi scrum guna membantu tim technology dalam mengimplementasikan scrum untuk manajemen proyek mengembangkan perangkat lunak. Melalui dukungan dari pihak manajemen dan eksekutif terhadap scrum, hasil dari proyek perangkat lunak dapat sesuai dengan lingkup proyek dan memenuhi harapan serta kebutuhan pengguna sesuai yang telah didefinisikan pada awal proyek.

Hipotesis kedua dalam penelitian ini membuktikan bahwa People Factors memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap efektivitas pengembangan perangkat lunak. Semakin besar team capability dan customer involvement akan meningkatkan efektivitas pengembangan perangkat lunak. Berdasarkan hasil yang diperoleh People Factors membuktikan adanya pengaruh positif yang signifikan terhadap efektivitas, sehingga hipotesis ini diterima. Team capability memiliki pengaruh yang positif terhadap indikator timeliness dan cost, sedangkan customer involvement memiliki pengaruh yang positif terhadap scope pekerjaan tim karena perangkat lunak dikembangkan berdasarkan apa yang dibutuhkan oleh pelanggan.

Menurut analisis peneliti, hal ini terjadi karena para pengguna scrum merupakan karyawan yang baru berkerja di PT XYZ dan langsung menangani manajemen proyek pengembangan perangkat lunak menggunakan metode scrum. Berdasarkan profil responden menurut lama kerja di PT XYZ, sebanyak 44% responden merupakan karyawan yang baru berkerja di PT XYZ dalam kurun waktu kurang dari lima tahun. Menurut tim technology, mereka bersama-sama melakukan riset dan perbaikan dalam metode scrum yang mereka jalani. Namun, mereka juga

(13)

berpendapat bahwa mereka membutuhkan seseorang yang lebih expert di bidang scrum, seperti Scrum Master.

Hasil hipotesis ketiga dalam penelitian ini membuktikan bahwa Process Factors tidak memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap efektivitas pengembangan perangkat lunak. Berdasarkan hasil yang diperoleh Process Factors tidak membuktikan adanya pengaruh positif terhadap efektivitas sehingga hipotesis ini ditolak. Hasil tersebut disebabkan sebagian besar responden tidak merasa cukup puas dengan proses manajemen proyek pengembangan perangkat lunak yang dilakukan oleh tim technology PT XYZ karena masih belum mengikuti kaidah-kaidah yang ditetapkan oleh scrum. Project management process memiliki pengaruh yang signifikan terhadap quality dari perangkat lunak yang akan dihasilkan oleh tim (Chow & Cao, 2008). Dengan mengikuti kaidah-kaidah scrum ini, proses manajemen proyek dapat berjalan dengan baik sehingga kualitas produk yang dihasilkan juga baik dan hasilnya juga sesuai dengan lingkup proyek.

Hasil hipotesis keempat dalam penelitian ini membuktikan bahwa technical factors tidak memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap efektivitas pengembangan perangkat lunak. Berdasarkan hasil yang diperoleh technical factors tidak membuktikan adanya pengaruh positif terhadap efektivitas sehingga hipotesis ini ditolak. Artinya kunci kesuksesan Scrum melalui agile software engineering techniques dan delivery process belum memberikan dampak terhadap efektivitas manajemen proyek pengembangan perangkat lunak di PT XYZ. Organisasi atau tim technology perlu mempertimbangkan setiap resiko atas perubahan yang terjadi pada aplikasi. Oleh karena itu, delivery process juga tidak dapat berjalan secara cepat karena pada setiap perubahan yang terjadi pada aplikasi, dibutuhkan proses review dari berbagai pihak. Selain itu, dokumentasi yang banyak juga dibutuhkan untuk kebutuhan audit.

Hasil hipotesis kelima dalam penelitian ini membuktikan bahwa project factors memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap efektivitas pengembangan perangkat lunak. Berdasarkan hasil yang diperoleh people factors membuktikan adanya pengaruh positif yang signifikan terhadap efektivitas, sehingga hipotesis ini diterima. project type memiliki pengaruh signifikan terhadap time dan scope serta project schedule memiliki pengaruh signifikan terhadap time, quality dan scope (Chow & Cao, 2008). Scrum memberikan hasil positif dan efektif dalam hal ketepatan waktu penyelesaian proyek TI dan hasilnya sesuai dengan kebutuhan bisnis (Shandy, 2018).

Kesimpulan

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dua dari lima Critical Success Factor metode scrum memiliki pengaruh terhadap efektivitas pengembangan perangkat lunak di PT XYZ. Kedua faktor tersebut adalah People Factors dan Technical Factors.

Sedangkan Organizational Factors, Process Factors dan Project Factors tidak menemukan adanya pengaruh signifikan terhadap efektivitas manajemen proyek

(14)

pengembangan perangkat lunak. Dari hasil penelitian ini dapat dsimpulan bahwa scrum merupakan cara kerja yang belum cukup efektif untuk menajamen proyek TI di BCA karena dari kelima Critical Success Factors, hanya dua diantaranya memiliki pengaruh signifikan terhadap efektivitas pengembangan proyek perangkat lunak. Apabila dilihat dari hasil nilai R-Square pada penelitian, yaitu sebesar 0,995, artinya variable Organizational Factors, People Factors, Process Factors, Project Factors dan Technical Factors berpengaruh terhadap Effectivity sebesar 99,5% sedangkan sisanya dipengaruhi variabel yang tidak ada dalam model. PT XYZ masih perlu memaksimalkan lagi penggunaan Scrum pada manajemen proyek TI untuk menunjang keberhasilan proyek terutama pada Organizational Factors, Process Factors dan Project Factors sehingga kedepannya diharapkan kedua faktor tersebut dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap keberhasilan manajemen proyek TI.

(15)

BIBLIOGRAFI

Arikunto, Suharsimi, & Yuliana, Lia. (2008). Manajemen pendidikan. Yogyakarta:

Aditya Media, 11. Google Scholar

Azwar, Saifuddin. (2014). Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Reliabilitas Dan Validitas Edisi, 4. Google Scholar

Chow, Tsun, & Cao, Dac Buu. (2008). A survey study of critical success factors in agile software projects. Journal of Systems and Software, 81(6), 961–971. Google Scholar

Creswell, John W., & Poth, Cheryl N. (2016). Qualitative inquiry and research design:

Choosing among five approaches. Sage publications. Google Scholar

Ghozali, Imam. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 20, Edisi Keenam. Semarang: Universitas Diponegoro. Google Scholar

Ginting, Dahlia Br. (2009). Structural Equation Model (SEM). Media Informatika, 8(3), 121–134. Google Scholar

Sekaran, Uma. (2014). Metodologi Penelitian untuk Bisnis (Research Methods for Business). Buku. Google Scholar

Shandy, Shandy. (2018). Efektivitas Scrum Pada Manajemen Proyek Teknologi Informasi Di Pt Bank Central Asia Tbk. Jurnal Manajemen Bisnis Dan Kewirausahaan, 3(4). Google Scholar

Sugiyono, Prof. (2015). Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung:

Alfabeta, 28, 1–12. Google Scholar

Syahrum, Syahrum, & Salim, Salim. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Google Scholar

Copyright holder:

Firdausyi Aulia Nurdi, Dodie Tricahyono (2022) First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia This article is licensed under:

Gambar

Gambar 1  Hasil Model Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dalam bangunan mmah sakit ketenangan dari pasien adalah merupakan hal yang pentmg, oleh karena itu tingkat kebisingan yang terjadi didalam ruang rawat map harus dikurangi hingga

Tekanan terhadap sebelah bawah penampung sepanjang pipa itu tetap P 1 dan tekanan dari atas tetap P 2. dengan demikian, gaya terhadap pelampung setimbang dengan berat

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan hidayah-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang

Bab III adalah Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan yang membahas isi putusan, dasar pertimbangan Hakim dan penjatuhan pidana oleh Hakim di Pengadilan Tingkat

Dengan demikian pihak sekolahan melalui guru BK diharapkan dapat mengevaluasi kekurangan yang ada di sekolah demi meningkatkan kesejahteraan siswanya, karena siswa

Rumus yang digunakan dalam menentukan besarnya ukuran sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus iterasi, yaitu ukuran sampel yang

Pelaksanaan kegiatan ini merupakan kegiatan yang penting dalam pelaksanaan PPL. Saat praktik mengajar mahasiswa akan dituntut untuk mengajar langsung di dalam

Produk yang dipasarkan adalah sama di antara lembaga pemasaran pada tingkat pedagang I (makelar) dengan pedagang besar yaitu berupa jagung kering pipil, sedangkan petani