• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PADA PEMBESARAN UDANG VANAME

(Litopenaeus vannamei, Boone)

DI TAMBAK INTENSIF PT. CENTRAL PROTEINA PRIMA PASURUAN JAWA TIMUR

TUGAS AKHIR

AINUN NURANNISA 1622010417

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN

2019

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, Juli 2019 Yang menyatakan,

Ainun Nurannisa

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga upaya yang dilakukan penulis tidak akan terwujud tanpa diiringi doa yang dikabulkan oleh-Nya. Kesempatan kali ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda dan ibunda tercinta atas doa, semangat dan dukungan yang selalu diberikan serta yang turut mendukung penyelesaian laporan tugas akhir ini antara lain:

1. Bapak Dr. Ir. Ridwan, M.P., selaku Pembimbing Pertama dan Ibu Dr.

Andriani, S.Pi., M.Si., selaku Pembimbing Kedua atas motivasi, arahan dan bimbingan mulai dari penyusunan proposal PKPM hingga penyelesaian laporan tugas akhir;

2. Kakak Ilman Maulana selaku teknisi tambak yang telah membimbing selama pelaksanaan PKPM;

3. Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.P., selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep;

4. Bapak Ardiansyah, S. Pi., M.Biotech. St., Ph. D selaku Ketua Jurusan Budidaya Perikanan

5. Teman-teman Jurusan Budidaya Perikanan angkatan 29 atas dukungan dan kerjasamanya.

Semoga tugas akhir ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi bagi semua pihak, khususnya dalam dunia perikanan.

Pangkep, Juli 2019

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN PENGESAHAN………... ii

HALAMAN PERSETUJUAN………. iii

HALAMAN PERNYATAAN………. iv

KATA PENGANTAR………. v

DAFTAR ISI……… vii

DAFTAR TABEL……… ix

DAFTAR GAMBAR………... x

DAFTAR LAMPIRAN……… xi

ABSTRAK………... xii I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………...

1.2 Tujuan dan Manfaat………

1 3 II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Udang Vaname……….

2.2 Klasifikasi……….

2.3 Morfologi………..

2.4 Penyebaran………

2.5 Makan dan Kebiasaan Makan………...

2.6 Pakan ...

2.6.1 Pakan Alami ...

2.6.2 Pakan Buatan ...

2.7 Sifat Fisik Pakan Buatan ...

2.7.1 Water Stability Pakan ...

2.7.2 Aroma dan Rasa Pakan ...

2.8 Kandungan Gizi Pakan ...

4 4 5 6 6 7 7 7 8 8 9 9

(7)

2.8.1 Protein ...

2.8.2 Lemak ...

2.8.3 Karbohidrat ...

2.8.4 Vitamin ...

2.8.5 Mineral ...

2.9 Kualitas Air ...

2.9.1 Suhu ...

2.9.2 Salinitas ...

2.9.3 Derajat Keasaman (pH) ...

2.9.4 Kecerahan ...

9 10 10 10 11 11 12 13 13 14 III METODELOGI

3.1 Waktu dan Tempat ... 15

3.2 Alat dan Bahan ... 15

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 16

3.4 Metode Pelaksanaan ... 17

3.4.1 Penebar Benur ... 17

3.4.2 Penentuan Dosis dan Penyiapan Pakan ... 17

3.4.3 Pemberian Pakan ... 18

3.4.4 Sampling Pertumbuhan dan Populasi... 18

3.4.5 Monitoring Anco ... 19

3.4.6 Pengukuran Kualitas Air ... 19

3.4.7 Panen ... 21

3.5 Parameter yang Diamati ... 22

3.5.1 Pertumbuhan ... 22

3.5.2 SR (Sulvival Rate) ... 22

3.5.3 Berat Rata-rata (Average Body Weight) ... 23

3.5.4 Biomassa Udang ... 23

3.5.5 Ukuran Udang (Size) ... 23

3.5.6 Ratio Konversi Pakan (Feed Convertion Ratio)... 23

3.6 Analisis Data ... 23 15 15 16 17 17 17 18 18 19 19 21 22 22 22 23 23 23 23 24

(8)

IV KEADAAN UMUM LOKASI

4.1 Letak ...

4.2 Struktur organisasi ...

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pakan Buatan yang Digunakan ...

5.1.1 Sifat Fisika...

5.1.2 Kandungan Gizi Pakan ...

5.2 Manajemen Pemberian Pakan...

5.2.1 Dosis Pemberian Pakan...

5.2.2 Frekuensi dan Waktu Pemberian Pakan...

5.2.3 Cara Pemberian Pakan...

5.2.4 Monitoring...

5.3 Pengukuran Kualitas Air...

5.3.1 Suhu...

5.3.2 Salinitas...

5.3.3 Derajat keasaman (pH)...

5.3.4 Kecerahan ...

5.4 Produksi...

25 25

27 27 28 30 30 31 32 33 37 37 38 38 39 39 VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan...

6.2 Saran ...

42 42 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(9)

DAFTAR TABEL

Hal

2.1 Parameter Kualitas Air yang Optimal untuk Udang Vaname... 12

3.1 Alat yang Digunakan pada Pengelolaan Pakan selama Pemeliharaan…. 15 3.2 Bahan yang Digunakan pada Pengelolaan Pakan selama Pemeliharaan.. 16

5.1 Bentuk dan Ukuran Pakan yang Digunakan... 27

5.2 Komposisi Nutrisi Pakan yang Digunakan... 28

5.3 Program Pemberian Pakan dengan Metode Blind Feeding... 31

5.4 Frekuensi dan Waktu Pemberian Pakan pada Pembesaran Udangg Vaname... 32

5.5 Hasil Sampling Pemeliharaan Udang Vaname... 34

5.6 Dosis dan Waktu Monitoring Pakan di Anco... 37

5.7 Parameter Kualitas Air yang Diukur di Lapangan... 38

5.8 Hasil Panen Pemeliharaan Udang Vaname... 41

(10)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Morfologi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)... 5

Gambar 4.1 Struktur Organisasi... 24

Gambar 5.1 Grafik Laju Pertumuhan Udang Vaname... 35

Gambar 5.1 Grafik Berat Rata-rata Udang Vaname... 36

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1 Jenis Vitamin yang Diberikan Pada Udang Vaname ... 46

Lampiran 2 Penimbangan dan Pemberian Pakan Pada Udang Vaname ... 47

Lampiran 3 Pengukuran Kualitas Air ... 48

Lampiran 4 Data Pakan ... 49

(12)

ABSTRAK

AINUN NURANNISA, 1622010417. Manajemen Pemberian Pakan pada Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak Intensif PT.

Central Proteina Prima Pasuruan Jawa Timur. Dibimbing oleh Ridwan dan Andriani.

Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan pembesaran udang vaname yaitu pemberian pakan buatan. Pakan buatan merupakan kompenen terbesar biaya produksi pembesran udang vaname. Karena itu, Pemberian pakan harus di kelolah dengan baik.

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini untuk menguraikan pengelolaan pakan di PT. Central Proteina Prima. Metode pengumpulan data yang digunakan melalui penelusuran literatur yang terkait, serta observasi, wawancara dan terlibat langsung pada setiap rangkaian kegian pembesran udang vaname.

Manajemen pemberian pakan di Tambak Intensif PT. Central Proteina Prima Pasuruan, Jawa Timur yang meliputi penentuan dosis dan penyiapan pakan, pemberian pakan, sapling pertumbuhan dan populasi, monitoring tingkat kelangsungan pakan sertapengukuran kualitas airyang menghasilkan tingkat kelangsungan hidup (SR) 75%, bobot rata-rata (ABW) 18,86 gram, biomassa 1.724 kg dan rati konverensi pakan (FCR) 1.19. penentuan kualitas air selama pemeliharaan masih berada pada kisaran yang layak untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang vaname.

Kata kunci: udang vaname, ma

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) berasal dari perairan Amerika dan masuk ke Indonesia pada tahun 2001 (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2009). Daerah penyebaran udang vaname meliputi Pantai Pasifik, Meksiko, Laut Tengah dan Selatan Amerika. Sebuah wilayah dimana suhu air secara umum berkisar diatas 20oC. Tahun yang merupakan tempat populasi udang vaname berada (Wibowo, 2009). Spesies ini relatif mudah untuk berkembang biak dan di budidayakan, maka udang vaname menjadi salah satu spesies andalan dalam budidaya udang di beberapa negara dunia.

Beberapa keunggulan yang dimiliki udang vaname antara lain responsif terhadap pakan yang diberikan, lebih tahan terhadap serangan penyakit dan lingkungan yang kurang baik. Udang vaname juga memiliki pasaran yang pesat di tingkat internasional (Ariawan, 2005). Briggs et al (2004) menerangkan bahwa, udang vaname membutuhkan pakan dengan kandungan protein 25-30%, pada budidaya udang vaname secara intensif.

Kedua alasan tersebut dengan pertumbuhan yang lebih cepat dan sintasan yang lebih tinggi, maka biaya produksi udang vaname lebih rendah hingga 25-30% dari pada biaya produksi udang windu. Salah satu perusahaan yang melakukan kegiatan budidaya udang vaname dalam usaha pembesaran adalah PT. CP Prima Pasuruan Jawa Timur. Proses pembesaran udang vaname yang dilakukan PT. CP Prima Pasuruan Jawa Timur mengacu pada Standar Operation Procedure (SOP) sebagai pedoman budidaya yang bersifat dinamis seiring dengan permasalahan yang ditemukan di lapangan dan perkembangan teknologi budidaya udang yang

(14)

ada. Budidaya udang vaname dengan pola intensif manajemen pemberian pakan merupakan langkah awal yang harus diperhatikan untuk menentukan baik jenis, ukuran frekuensi dan total kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan (Adiwidjaya, 2005).

Hal tersebut harus diperhatikan karena ketergantungan udang terhadap adanya suplai pakan dari luar lingkungannya akan semakin tinggi. Padat penebaran yang relatif tinggi menyebabkan ketersediaan pakan alami di dalam perairan tambak akan semakin cepat habis dan dalam kondisi seperti ini akan meningkatkan terjadinya proses kanibalisme udang di dalam tambak. Manajemen pakan merupakan salah satu dari beberapa aspek keberhasilan budidaya udang.

Hal ini karena biaya pakan menempati 60-70% dalam perhitungan biaya produksi.

Pengelolaan pakan harus dilakukan sebaik mungkin dengan memperhatikan apa, berapa banyak, kapan, berapa kali, dan dimana udang diberi pakan. Penerapan program pakan hendaknya disesuikan dengan tingkah laku makan kultivan, serta siklus alat pencernaan guna memaksimalkan penggunaan pakan. Para pembudidaya selalu berusaha menekan biaya produksi yang seefisien mungkin dari berbagai komponen produksi, salah satunya adalah dengan berbagai aplikasi dan teknik pemberian pakan buatan pada budidaya udang.

Berdasarakan hal tersebut di atas maka Laporan Tugas Akhir ini mengambil tema Manajemen Pemberian Pakan pada Budidaya Udang Vaname.

(15)

1.2 Tujuan dan manfaat

Tujuan dari penulisan laporan tugas akhir ini, yaitu untuk menguraikan Pengelolaan pakan pada pembesaran udang vaname di tambak intensif PT.

Central Proteina Prima Pasuruan, Jawa Timur.

Tugas akhir ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi bagi peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan pakan buatan secara khusus dan peningkatan produksi pembesaran udang vaname.

(16)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Udang Vaname

Udang Vanamei merupakan salah satu jenis udang yang memiliki pertumbuhan cepat dan nafsu makan tinggi, namun ukuran yang dicapai pada saat dewasa lebih kecil dibandingkan udang windu (Penaeus monodon), habitat aslinya adalah di perairan Amerika, tetapi spesies ini hidup dan tumbuh dengan baik di Indonesia. Dipilihnya udang vannamei ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (1) sangat diminati di pasar Amerika, (2) lebih tahan terhadap penyakit dibanding udang jenis lainnya, (3) pertumbuhan lebih cepat dalam budidaya, (4) mempunyai toleransi yang lebar terhadap kondisi lingkungan (Ditjenkan, 2006).

2.2 Klasifikasi

Secara spesifik, klasifikasi ilmiah udang vaname (L. vannamei) menurut Holthuis (1980) dalam Boone (1931) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Subkingdom : Metazoa

Filum : Arthropoda

Subfilum : Crustacea Kelas : Malacostraca Subkelas : Eumalacostraca Superordo : Eucarida

Ordo : Decapoda

Subordo : Dendrobrachiata Famili : Penaeidae

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vaname Boone

(17)

2.3 Morfologi

Menurut Wiban dan Sweeny (1991), udang vaname secara morfologis dapat dibedakan dalam dua bagian yaitu bagian kepala yang menyatu dengan dada disebut chepalotorax dan bagian belakang bagian perut disebut abdomen. Pada bagian kepala terdapat mata majemuk yang bertangkai, rostrum, dimana gerigi rostrum pada bagian atas biasanya terdiri dari sembilan buah dan bagian bawah terdiri dari tiga buah dan dilengkapi pula dengan sepasang antena yang panjang.

Pada bagian perut terdapat lima pasang kaki renang (pleopoda) yang terletak pada masing-masing ruas, sedangkan pada ruas keenam terdapat kaki renang yang telah berubah bentuk menjadi kipas (uropoda) yang ujungnya membentuk ujung ekor yang disebut dengan telson dan di bawahnya terdapat lubang dubur (anus). Alat kelamin jantan disebut petasma, yang terletak di antara kaki renang pertama, sedangkan alat kelamin udang betina disebut thelicum yang terletak antara kaki jalan dan kaki renang. Morfologi udang vaname serta bagian organ tubuhnya dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Morfologi Udang Vaname (L. vannamei)

(18)

Keterangan Gambar:

1. Telson 9. Carapace

2. Uropoda 10. Ruas perut 1

3. Kaki renang 11. Ruas perut 2

4. Kaki jalan 12. Ruas perut 3

5. Maxlipet 13. Ruas perut 4

6. Rostrum 14. Ruas perut 5

7. Mata 15. Ruas perut 6

8. Antena

2.4 Penyebaran

Penyebaran dan habitat udang berbeda-beda tergantung dari persyaratan hidup dari tingkatan-tingkatan dalam daur hidupnya. Pada umumnya udang bersifat bentis dan hidup pada permukaan dasar laut. Adapun habitat yang disukai oleh udang adalah dasar laut yang lumer (soft) yang biasanya campuran antara lumpur dan pasir (Haliman dan Adijaya, 2005). Penyebaran udang vaname meliputi wilayah Pasifik Barat, Teluk Meksiko, Panama, Peru, dan Ekuador.

Sampai saat ini udang vaname paling banyak dibudidayakan di negara-negara sekitar Teluk Meksiko, Amerika Serikat bagian Selatan seperti Florida, Texas, Georgia, dan Carolina Selatan. Jenis udang vaname banyak dibudidayakan Asia, khususnya di Taiwan, Thailand dan Indonesia (Tricahyo, 1995).

2.5 Makan dan Kebiasaan Makan

Udang termasuk golongan omnivora atau pemakan segala, beberapa sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), phytoplankton, copepoda, polycaeta, larva kerang dan lumut. Pada udang vanamei pakan dicari dan

diidentifikasi dengan menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran oleh bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu-bulu halus (setea). Organ sensor ini terpusat pada ujung anterior antenulla, bagian mulut, capit, antena dan maxilliped. Adanya

(19)

sinyal kimiawi yang ditangkap, udang akan merespon untuk mendekati atau menjauhi sumber pakan. Bila pakan mengandung senyawa organik (asam amino) dan lemak maka udang meresponnya dengan cara mendekati sumber pakan tersebut (Soleha, 2006).

2.6 Pakan

2.6.1 Pakan alami

Pakan alami adalah bahan pakan yang diambil dari organisme hidup dalam bentuk dan kondisinya seperti sifat-sifat keadaan dialam. Organisme pakan alami (life food organism) yaitu organisme hidup yang dipelihara dan dimanfaatkan/diperuntukkan sebagai pakan di dalam proses budidaya perikanan.

Dengan demikian budidaya pakan alami didefinisikan sebagai suatu kegiatan produksi, prosesing dan pemasaran organisme pakan hidup dari suatu sistem perairan yang dapat dimanfaatkan untuk pakan kultivan dalam kegiatan budidaya perikanan. Sedangkan sebagai batasan aspek pokok bahasan yang dipelajari didalam budidaya pakan alami ini adalah jenis-jenis dari golongan fitoplankton, zooplankton, anelida, ikan, dan beberapa larva yang bersifat planktonik seperti dari larva bivalve.

2.6.2 Pakan buatan

Pakan buatan (Artifical feed) adalah pakan yang sengaja dibuat dan disiapkan. Pakan ini terdiri dari ramuan beberapa bahan baku yang kemudian diproses lebih lanjut sehingga bentuknya berubah bentuk aslinya. Bahan baku pakan buatan sebaiknya harus memenuhi beberapa kriteria yaitu; (1) mempunyai nilai gizi yang tinggi terutama protein sesuai kebutuhan, (2) pakan mudah dicerna dan diameter pakan harus lebih kecil dari ukuran mulut ikan, (3) kandungan

(20)

nutrisi pakan mudah diserap tubuh serta memiliki rasa yang disukai udang yang dibudidayakan dan tingkat efektifitasnya tinggi (Mudjiman dan Suyanto, 2004).

Pada umumnya pakan yang diberikan untuk udang berupa pakan buatan dengan jenis crumble dan pellet dan dapat diberikan jenis pakan tambahan lainnya (pakan segar) (Kordi, 2006).

2.7 Sifat Fisik Pakan Buatan 2.7.1 Water Stability Pakan

Stabilitas pakan atau ketahanan pakan dalam air mutlak dimiliki oleh suatu pakan mengingat sifat biologis udang yang mengonsumsi makanan secara lambat dan terus menerus. Stabilitas pakan dalam air merupakan faktor penting dalam menentukan efisiensi pakan secara langsung dapat mempengaruhi tingkat rasio konversi pakan. Pakan yang tidak stabil dan cepat terurai dalam air merupakan pemborosan dan dapat menimbulkan pencemaran air yang akhirnya menurunkan kualitas air dalam tambak (Harris, 1985 dalam Naharuddin, 2008).

Sifat pakan udang yang berbeda dari udang menuntut adanya atraktan sebagai daya tarik dan kestabilan pakan yang baik agar pakan dapat dimanfaatkan secara baik dan efisien sebelum larut atau terurai dalam air. Larutnya pakan dalam air sebelum dimanfaatkan oleh udang akan berakibat terhadap kualitas air namun kehilangan sebagian kecil nutrien dalam waktu perendaman tertentu masih belum dapat mempengaruhi pertumbuhan udang (Mokoginta, 1988 dalam Naharuddin, 2008).

(21)

2.7.2 Aroma dan Rasa Pakan

Suatu pakan dengan kandungan nutrien yang cukup tinggi dan seimbang akan menjadi tidak berarti apabila tidak dimakan oleh udang. Oleh karena itu pakan yang diberikan harus miliki aroma dan rasa yang disukai oleh udang.

Selanjutnya dikatakan, bahwa attractan sebagai sumber aroma dapat keluar dari pellet yang kemudian ditangkap melalui chemoreceptor yang terdapat diseluruh bagian tubuh udang. Pakan yang memiliki aroma baik akan menarik udang untuk menghampirinya dan rasa yang disukai oleh udang sehingga akan terus memakannya tanpa rasa terganggu.

2.8 Kandungan Gizi Pakan Buatan

Peningkatan produksi pada usaha budidaya udang vaname dalam memenuhi syarat gizi diperlukan pakan buatan, yang dimaksud pakan buatan ialah pakan yang diramu dari bebagai macam bahan. Pakan yang baik, yaitu mengandung nutrisi yang lengkap dan seimbang bagi kebutuhan udang (Tacon, 1987).

2.8.1 Protein

Protein penting untuk memfungsikan jaringan secara normal, untuk memelihara dan memperbaiki protein tubuh serta untuk pertumbuhan udang.

Kebutuhan protein tersebut sekitar 2-3 kali lebih tinggi daripada kandungan nutrisi dari mamalia. Kebutuhan protein udang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu air, tingkat pemberian pakan, keberadaan dan kualitas pakan alami serta kandungan energi yang dapat dicerna pada pakan terutama protein yang

(22)

lebih rendah (25-30%) dari udang yang dibudidayakan di sub tropis (30-40%) (Mudjiman dan Suyanto, 2004).

Udang membutuhkan makanan yang mengandung protein dalam kisaran yang berbeda-beda, biasanya antara 20-60% sedangkan kebutuhan optimum berkisar antara 30-60%. Dimana protein tersebut didasarkan dari tumbuhan (protein nabati) dan protein hewani (Mudjiman dan Suyanto, 2004).

2.8.2 Lemak

Lemak adalah gugus ester pada gliserol dan merupakan energi yang disimpan oleh hewan. Lemak mempunyai fungsi utama, yakni sebagai sumber energi dan asam lemak selain itu juga sebagai pelarut beberapa vitamin.

Kandungan lemak pada pakan udang berkisar antara 4-18%. Kadar lemak berlebihan dalam pakan dapat berpengaruh buruk terhadap kualitas pakan hal ini disebabkan karena lemak lebih mudah teroksidasi dengan udara (Mudjiman dan Suyanto, 2004).

2.8.3 Karbohidrat

Karbohidrat merupakan energi yang paling murah dalam pakan dibandingkan dengan sumber nutrisi lainnya. Karbohidrat nutrisi yang tahan lama didalam air, kandungan karbohidrat yang diperlukan oleh udang berkisar 10-50%

(Mudjiman dan Suyanto, 2004).

2.8.4 Vitamin

Vitamin secara umum dikenal sebagai senyawa organik yang diperlukan dalam jumlah sedikit, tetapi sangat penting artinya untuk perbaikan, pertumbuhan, reproduksi dan kesehatan udang. Beberapa jenis vitamin yang dibutuhkan udang

(23)

antara lain; vitamin A, vitamin D3, vitamin E, vitamin K, vitamin B1, vitamin B12 dan vitamin C (Amri dan Kanna, 2008).

2.8.5 Mineral

Mineral merupakan bahan anorganik yang dibutuhkan udang dalam jumlah yang sedikit, tetapi mempunyai fungsi yang sangat penting. Berbagai proses didalam tubuh memerlukan zat-zat mineral. Fungsi utama mineral adalah sebagai komponen utama dalam struktur gigi dan tulang eksoskeleton, menjaga keseimbangan asam basa serta menjaga keseimbangan tekanan osmosis dengan lingkungan perairan. Kebutuhan mineral bagi udang dan ikan sangat tergantung pada konsentrasi air tempat budidaya. Udang memerlukan mineral tertentu untuk ganti kulit karena selama ganti kulit, ekseskeleton yang banyak mengandung mineral (Kordi, 2006).

Selanjutnya dikatakan, penambahan mineral dalam pakan yang berlebih justru akan berakibat negatif bagi pertumbuhan udang budidaya karena dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan. Gejala defisiensi mineral pada umumnya tidak disebabkan oleh kadarnya yang rendah tetapi lebih sering terjadi karena ketidakseimbangan antara mineral dan nutrisi lainnya.

2.9 Kualitas Air

Dalam usaha budidaya pengelolaan kualitas air sangat perlu diperhatikan, karena faktor lingkungan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pertumbuhan organisme yang di budidayakan, dalam kondisi kualitas air yang kurang baik pakan yang diberikan tidak akan berfungsi dengan efisien dalam peranannya sebagai pendorong pertumbuhan udang. Parameter kualitas air yang

(24)

paling berperan terhadap pemberian pakan yaitu: Suhu, Salinitas dan pH.

Parameter Kualitas Air Selama Proses Pemeliharaan Udang Vaname ditambak intensif di PT. CP Prima Pasuruan Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Parameter Kualitas Air yang Optimal untuk udang vaname Parameter kualitas air

yang diukur Satuan Nilai SNI CP Prima

Suhu oC 29-31oC

Salinitas Ppt 15-25 ppt

Ph - 7,5-8,5

Kecerahan Cm 20-50 cm

Sumber : Data Primer PKPM 2019

2.9.1 Suhu

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), suhu optimal pertumbuhan udang antara 26-32oC. Jika suhu lebih dari angka optimum maka metabolisme dalam tubuh udang akan berlangsung cepat. Imbas dari kebutuhan oksigen terlarut meningkat, maka berarti penambahan kincir air perlu dilakukan yang berarti menambah biaya produksi. Pada suhu air dibawah 25oC, umumnya terjadi saat masa-masa peralihan musim, udang sudah kurang aktif mencari makan. Langkah pertama yang harus segera dilakukan yaitu mengurangi jumlah pakan yang diberikan untuk mencegah terjadinya overfeeding. Pada suhu dibawah 25oC, nafsu makan udang berkurang sehingga perlu diambil solusi supaya nafsu makannya kembali membaik dan ketahanan tubuhnya meningkat. Pemberian pakan tidak boleh berlebihan karena pakan yang tidak terdekomposisi akan menimbulkan senyawa berbahaya bagi kehidupan udang, seperti nitrit dan amoniak.

(25)

2.9.2 Salinitas

Menurut Amri dan Kanna (2008), dalam bahasa sederhana salinitas disebut sebagai kadar garam atau tingkat keasinan air. Secara ilmiah salinitas didefenisikan sebagai total padatan dalam air setelah semua karbonat dan semua senyawa organik dioksidasi, bromida dan iodida dianggap sebagai klorida. Secara ilmiah salinitas didefenisikan sebagai total padatan dalam air setelah semua karbonat dan semua nyawa organik dioksidasi, bromida dan iodida dianggap sebagai klorida. Besarnya salinitas dinyatakan dalam permil dan ada juga yang menyebutkan dalam gram per kilogram (ppt) (Amri dan Kanna, 2008).

2.9.3 Derajat keasaman (pH)

Derajat keasamaan biasa disebut sebagai pH. Nilai pH yang normal untuk tambak udang berkisar antara 6-9. Nilai pH diatas 10 dapat mematikan udang.

Sedangkan pH dibawah 5 mengakibatkan pertumbuhan udang menjadi lambat.

Khusus untuk udang vaname, kisaran pH yang optimum adalah 7,5-8,5. Akan tetapi, dalam budidaya udang di tambak, guncangan pH air tidak begitu mengkhawatirkan karena air laut mempunyai daya penyangga atau buffer yang cukup kuat.

Terlepas dari itu semua, karena adanya proses pembusukan dan kadar karbon dioksida yang tinggi, maka untuk mengatasi terjadinya guncangan pH perlu diusahakan pergantian air sesering mungkin dan pengoperasian aerator terutama pada pagi hari. Adapun guncangan pH yang dapat ditoleransi adalah tidak lebih dari 0,5. Pengukuran pH umumnya dilakukan dengan kertas lakmus (kertas pH) dan pH Water Tester. Namun alat pH meter ini sulit diaplikasikan di lapangan, selain itu juga harganya relatif mahal. Meskipun demikian, jika tersedia

(26)

dana dan tenaga terlatih, penggunaan pH meter baik untuk dilakukan (Amri dan Kanna, 2008).

2.9.4 Kecerahan

Salah satu faktor lain yang sangat berperan dalam pengelolaan kecerahan air tambak adalah cuaca dan musim yang sedang terjadi di lokasi tambak. Pada cuaca cerah dimana intensitas sinar matahari tinggi, kecerahan air tambak relatif mudah terbentuk dan stabil. Hal yang perlu diperhatikan dalam kondisi seperti ini adalah usaha untuk mempertahankan tingkat kecerahan air yang sudah terbentuk, karena ada kecenderungan ke arah blooming plankton yang dapat mengarahkan air tambak pada tingkat kecerahan yang terlalu rendah/pekat.

Sedangkan pada cuaca dengan tingkat intensitas sinar matahari rendah atau pada musim hujan, kecerahan air tambak cenderung tidak stabil. Kondisi ini diakibatkan karena sering terjadinya mortalitas plankton yang disebabkan curah hujan yang terjadi dan terhambatnya kegiatan fotosintesa plankton pada tingkat intensitas penyinaran matahari yang rendah. Hal yang perlu menjadi perhatian dalam keadaan seperti ini adalah upaya mempertahankan tingkat kecerahan air yang sudah terbentuk, karena ada kecenderungan terjadinya plankton collaps yang dapat mengakibatkan ekosistem perairan tambak mengalami guncangan.

Pengurangan intensifitas sirkulasi air disertai kegiatan pemupukan secara rutin dengan dosis yang sesuai merupakan salah satu cara untuk mengatasi kondisi seperti ini.

(27)

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan selama bulan Januari sampai bulan April 2019 di Tambak Intensif di PT. Central Proteina Prima Pasuruan Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Alat yang digunakan untuk Pengelolaan Pakan selama pemeliharaan Udang Vaname dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2

Tabel 3.1 Alat yang Digunakan pada Pengelolaan Pakan selama Pemeliharaan

No Alat Spesifikasi Kegunaan

1 Tambak 500 m2 Sebagai wadah budidaya

2 Anco 60 × 60 cm Pengontrolan pakan dan kesehatan udang

3 Ember 15 liter Tempat pakan dan pengapuran

4 Genset Sumber listrik

5 Jala lempar 2 meter Pengambilan sampel udang

6 Jaring kondom 6 m Memanen udang

7 Keranjang/basket 25 kg Tempat udang

8 Kincir 1 HP Penyuplai oksigen

9 Patok,palu dan tali 1set Alat bantu dalam setting kincir 10 Pompa 8 inci Pengisian dan pengeluaran air

11 Timbangan 2 kg Alat menimbang pakan

12 Timbangan digital 1 unit Alat menimbang udang saat sampling 13 Gelas ukur 1000 ml Menakar zat dalam bentuk cair

14 Drum blong 80 kg Wadah udang di bawah kelokasi sortir

(28)

Tabel 3.2. Bahan yang Digunakan pada Pengelolaan Pakan selama Pemeliharaan No Bahan Spesifikasi Fungsi

1 Pakan buatan Irawan Sumber nutrisi

bentuk kebutuhan pakan

2 Probiotik

(super NB) 0,5-1 ppm Memperbaiki

kualitas air

3 Vitamin C 3-4 gram Meningkatkan daya

tahan tubuh (imunitas) udang 4 Omoge protein 5-10 mg Suplemen makanan

udang

5 Es batu - Untuk mengawetkan

udang agar tetap segar

6 Udang vaname PL 9 Organisme yang di

budidayakan

7 Air tawar - Mencuci udang yang

telah dipanen

8 Vitamin B 3-4 gram Mencegah

pertumbuhan uang yang lambat 9 Natural mikro 5-10 gram Membantu proses

udang dan meningkatkan pertumbuhan udang

3.3 Metode Pengumpulan Data 3.3.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara mengamati, mengukur, wawancara atau terlibat secara langsung pada setiap rangkaian kegiatan pembesaran udang vaname.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelusuran data-data atau literatur yang terkait dengan pembesaran udang vaname.

(29)

3.4 Metode Pelaksanaan 3.4.1 Penebar Benur

1. Alat dan bahan disiapkan,

2. Benur yang berada di dalam stofom dikeluarkan,

3. Kemudian baskom diisi dengan air petakan dengan menggunakan timba 1 liter,

4. Selanjutnya benur yang berada di dalam kantong plastik dipindahkan ke dalam baskom yang berisi air petakan,

5. Baskom yang telah berisi benur dimasukkan ke dalam tambak secara perlahan-lahan.

3.4.2 Penentuan Dosis dan Penyiapan Pakan 1. Alat dan bahan disiapakan,

2. Dosis pakan yang akan disiapakan ditentukan berdasarkan tabel program pemberian pakan pada umur 1-30 hari dengan dasar perkiraan (blind feeding) dan umur >30 hari dengan dasar biomassa hasil sampling (biomassa based),

3. Ukuran dan bentuk pakan ditentukan dan disiapkan berdasarkan umur dan ukuran udang,

4. Pakan ditimbang sesuai dengan dosis yang ditentukan, kemudian dimasukkan ke dalam ember 15 liter,

5. Air dimasukkan ke dalam wadah yang berbeda sebanyak 1-2 liter, kemudian di tambahakan vitamin C, vitamin B kompleks sebanyak 15- 20 gram/kg pakan dan omega protein sebanyak 10-15 ml/kg pakan, kemudian dihomogenkan menggunakan sendok pakan,

(30)

6. Larutan yang sudah dihomogenkan kemudian dimasukkan ke dalam ember yang sudah berisi pakan kemudian diaduk hingga merata,

7. Pakan yang telah di campur dengan vitamin dan omega protein didiamkan selama 5-10 menit,

8. Sebagian dari pakan tersebut dipisahkan kemudian ditimbang sesuai dengan dosis pakan yang akan ditempatkan di setiap anco untuk monitoring tingkat konsumsi pakan.

3.4.3 Pemberian Pakan

1. Alat dan bahan disiapkan,

2. Kincir dimatikan untuk sementara sebelum pakan ditebar agar partikel pakan tidak terbawa arus air,

3. Pakan ditebar secara merata dengan mengelilingi petakan pemeliharaan, 4. Pakan untuk monitoring tingkat komsumsi, pakan ditempatkan pada

setiap anco kemudian di turungkan perlahan-lahan ke dalam air,

5. Setelah selesai penebaran pakan ke seluruh bagian petakan dan di anco, kincir dihidupkan kembali.

3.4.4 Sampling Pertumbuhan dan Populasi 1. Alat dan bahan disiapkan,

2. Sebelum melakukan sampling jala dan keranjang sampling dibilas dengan menggunakan air petakan,

3. Jala dilempar pada titik sampling yang telah ditentukan,

4. Udang yang terambil dimasukkan ke dalam ember yang berisi air petakan,

(31)

5. Timbangan analitik dihidupkan dengan cara menekan tombol ‘ON’ dan keranjang sampling di timbang lalu tekan ‘zero’ sampai menunjukkan angka 0 (nol)

6. Udang yang berada dalam ember di masukkan ke dalam keranjang sampling kemudian ditimbang dan hasilnya dicatat

7. Ember kembali diisi dengan air petakan dan udang yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam ember yang berisi air petakan

8. Jumlah udang dihitung dan diturungkan kembali ke petakan pemeliharaan.

3.4.5 Monitoring Anco

1. Monitoring anco dilakukan sesuai waktu pengamatan yang telah di tentukan berdasarkan umur dan ukuran udang,

2. Anco di angkat secara perlahan-lahan dengan menarik tali dan bambu penahan anco,

3. Sisa pakan dan kotoran pada usus udang diamati,

4. Anco dibersihkan, kemudian digantung pada bambu tiang anco,

5. Hasil pengamatan anco ditulis di buku monitoring pakan sebagai acuan dalam penentuan jumlah pakan pada pemberian berikutnya.

3.4.6 Pengukuran Kualitas Air Pengukuran Suhu

1. Alat dan bahan disiapkan,

2. Thermometer diikat dengan tali dan disimpan di wadah pemeliharaan,

(32)

3. Thermometer yang terpasang di wadah pemeliharaan dan kemudian dilihat dengan skala pada thermometer sejajar dengan mata untuk melihat nilai suhu dan hasilnya dicatat.

Pengukuran Salinitas

1. Air sampel diambil dengan menggunakan gayung, kemudian sampel di masukkan kedalam wadah,

2. Sebelum handrefraktometer diguanakan terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan aquades,

3. Air tawar dipipet dan diteteskan pada kaca prisma sebanyak 3-5 tetes sehingga nilai menunjukkan angka 0 (nol),

4. Handrefraktometer diterawang dengan mengarahkan ke cahaya yang terang untuk melihat nilai salinitas dan hasilnya dicatat.

Pengukuran pH

1. Alat dan bahan disiapkan,

2. Air sampel diambil menggunakan timba kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang sudah disiapkan,

3. Tutup elektroda pH dibuka,

4. Menekan tombol on/off pada alat (pH tespen),

5. Elektroda pH tespen dimasukkan ke dalam air sampel, 6. Melihat nilai pH air pada layar monitoring pH tespen, 7. Tombol on/off ditekan untuk menghentikan operasional alat,

8. Probe pH dibilas dengan menggunakan air tawar kemudian dikeringkan dengan menggunakan tissu.

(33)

Pengukuran Kecerahan 1. Secchi disk disiapkan,

2. Secchi disk diturungkan kedalam media budidaya secara perlahan-lahan dengan membelakangi sinar matahari dan angka pada secchi disk agar mempermudah dalam melihat nilai,

3. Apabila piringan secchi disk tidak terlihat maka nilai kecerahan dapat dilihat dari skala T1,

4. Secchi disk diangkat secara perlahan-lahan sampai piringan secchi disk terlihat maka nilai kecerahan dapat dilihat dari skala sebagai T2,

5. Selanjutnya nilai kecerahan dapat diketahui dengan rumus T1+ T22 . 3.4.7 Panen

Panen Parsial

1. Alat dan bahan disiapkan,

2. Waring/crab protecting divice (CBD) dibuka, 3. Pakan pellet ditebar di petakan pemeliharaan,

4. Udang ditangkap menggunakan jala lempar dan disimpan di drum blong hingga penuh, kemudian ditutup dengan menggunkan karung pakan,

5. Drum blong yang sudah penuh berisi udang dibawa ke lokasi sortir untuk dilakukan seleksi udang.

Panen Total

1. Alat dan bahan disiapkan,

2. Pipa penyiponan yang berada di area central drain diganti dengan pipa yang berlubang-lubang,

(34)

3. Pipa pengeluaran dibuka hingga air keluar 85%, setelah air keluar pipa pengeluaran kembali di pasang,

4. Udang dijala kemudian dimasukkan ke dalam jaring kondom,

5. Udang di pindahkan ke drum blong dengan menggunakan keranjang plastik,

6. Kemudian udang dibawa ke lokasi sortir/seleksi udang.

3.5 Parameter yang Diamati 3.5.1 Pertumbuhan

Pertumbuhan udang vaname dapat diketahui dengan cara melakukan sampling seminggu sekali mulai umur 30 hari sampai panen. Sampling bertujuan untuk mengetahui Survival Rate (SR) dan populasi yang ada di tambak. Selain itu, sampling juga berfungsi untuk memperkirakan jumlah pakan yang akan digunakan dalam waktu satu priode kedepan atau 7 hari dihitung berdasarkan biomassa udang yang ada sehingga pakan yang digunakan tidak Under ataupun Over. Laju pertumbuhan menurut Effendi (1997) dapat dilihat dengan rumus yang

digunakan yaitu :

Pertumbuhan = Abw II – Abw I

lama periode sampling ...(3.1)

3.5.2 SR (Sulvival Rate)

Prosentase pemberian pakan yang tepat akan meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang yang dipelihara. Pengamatan kelangsungan hidup dilakukan dengan cara mengamati udang pada saat sampling. Rumus yang digunakan menurut Effendi (1997) yaitu:

SR = ∑ udang yang hidup (ekor)

∑ tebar (ekor) × 100 %... (3.2)

(35)

3.5.3 Berat Rata-rata (Average Body Weight)

Berat rata-rata yaitu berat rata-rata udang dalam suatu populasi udang pada saat periode tertentu. Rumus yang digunakan menurut Effendi (1997) yaitu:

ABW (gr) = berat udang sampling (gr)

∑ udang yang disampling (ekor)... (3.3)

3.5.4 Biomassa Udang

Biomassa udang yaitu jumlah berat total dari suatu populasi pada periode waktu tertentu dan biasanya dinyatakan dalam satuan berat. Rumus yang digunakan menurut Effendi (1997) yaitu:

Biomassa (kg) = f/d (kg)FR (%)... (3.4)

3.5.5 Ukuran Udang (Size)

Size udang dapat diartikan sebagai ukuran udang berdasarkan jumlah udang yang terdapat dalam 1 kg berat udang. Rumus yang digunakan menurut Effendi (1997) yaitu:

𝑠𝑖𝑧𝑒 =𝑀𝐵𝑊1000... (3.5)

3.5.6 Rasio konversi pakan (Feed Convertion Ratio)

Rasio konversi pakan (FCR) atau jumlah pakan yang dihabiskan (g/kg pakan) untuk meningkatkan bobot tubuh (g/kg) yaitu diketahui dengan cara menghitung jumlah pakan yang dihabiskan selama pemeliharaan (kg) dibaagi dengan biomassa udang hasil panen. Adapun rumus yang digunakan menurut Effendi (1997) yaitu:

FCR = Pakan yang digunakan (kg)

Biomassa udang yang dihasilkan (kg)... (3.6)

(36)

3.6 Analisis Data

Analis data disusun dalam bentuk tabel atau grafik kemudian dianalisis secara diskriktif.

Referensi

Dokumen terkait

1. Didapat 5 spesies tumbuhan yang belum diketahui namanya. Jumlah suatu spesies pada tiap plot berbeda-beda. Kondisi lingkungan tempat pembuatan petak minimal area adalah

Dengan adanya program “FUSLON (Fun Study to Love Nature)” : Penyuluhan Pemanfaatan Biji Kelor Dalam Rangka Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Tahu di

Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam pasal 4 ayat (6) Penetapan Presiden Nomor 6 tahun 1959 (disempurnakan) dan pasal 5 sub b Peraturan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perhitungan dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada PT.Hirose Electric Indonesia dalam 2 tahun pajak terakhir telah

Nata dalam penelitian ini dapat disebut Nata de Soya karena bahan utamanya berasal dari whey tahu yaitu 90 % dan penambahan air kelapa hanya sebesar 10 % yang

Adiatma Yudistira Manogar Siregar, SE.,MEconSt Riki Relaksana, SE., M,S.i.. I

Pada saat yang bersamaan, buku kecil ini adalah juga ajakan bagi para warga Negara pengguna ganja untuk berani memperjuangkan haknya sebagai warga Negara yang sah

Pikiran, yang didefinisikan Mead sebagai proses percakapan seseorang dengan dirinya sendiri, tidak ditemukan di dalam diri individu, pikiran adalah fenomena sosial.. Pikiran