• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN PROBLEMATIKANYA MASA PANDEMI COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN PROBLEMATIKANYA MASA PANDEMI COVID-19"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Copyright ©2020, Bildung All rights reserved

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN PROBLEMATIKANYA MASA PANDEMI COVID-19

Aldofa Bagus Tivani, Diella Apriliani Luthfi a Amany, Ikh ar Nur Insyafrudin, Isrotun Solikah, Januar Prawitasari, Lailaturrodziyah Alfi Syah, Lalang Janastra, Mareeya Adam, Moh Mahfud Eff endi, Nor Misyulina, Nurazizah Nurmalasari, Pangestu Titan Prayudho, Si Khoiruli Ummah, St. Rubiatul Adhawiyah Yusuf, Tutmai Handayani, Vina Oktavia Candra Dewi

Editor: Ahsanul In'am Desain Sampul: Ruhtata

Layout/tata letak Isi: Tim Redaksi Bildung

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Pembelajaran Matema ka dan Problema kanya Masa Pandemi Covid-19/

Aldofa Bagus Tivani, et. al./Yogyakarta: CV. Bildung Nusantara, 2020 viii + 226 halaman; 15 x 23 cm

ISBN: 978-623-6658-63-5 Cetakan Pertama: 2020 Penerbit:

BILDUNG

Jl. Raya Pleret KM 2

Banguntapan Bantul Yogyakarta 55791 Telpn: +6281227475754 (HP/WA) Email: [email protected] Website: www.penerbitbildung.com Anggota IKAPI

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengu p atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa seizin tertulis dari Penerbit.

(4)

Pendidikan dan pembelajaran untuk generasi tidak boleh dan tidak akan pernah berhenti walaupun masa pandemi. Disadari atau tidak, pandemi covid-19 telah mampu menggeser, merubah beberapa konsep tentang pembelajaran, bahkan muncul konsep baru beserta problematikanya. Sebagai pendidik atau lembaga pendidikan harus selalu berkreasi dan berinovasi untuk mencari solusi, agar problematika pembelajaran masa pandemi bisa teratasi. Atas dasar itulah maka Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang membuat kebijakan tentang luaran perkuliahan berupa Book Chapter. Buku ini merupakan hasil kajian tentang topik tertentu oleh mahasiswa dan dosen dalam perkuliahan. Alhamdulillah, Book Chapter yang berjudul ”Pembelajaran dan Problematikanya Masa Pandemi Covid-19” ini merupakan book chapter yang pertama terbit.

Paparan artikel dalam buku ini merupakan hasil kajian literatur dan juga kajian lapang dari dosen dan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika. Terbitnya buku ini diharapkan menambah referensi dan memperkaya khasanah keilmuan khususnya tentang pembelajaran dan problematikanya di masa covid.

Sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang, saya merekomendasi buku ini sebagai salah satu referensi dan bahan kajian. Semoga apa yang menjadi sasaran dan tujuan penulis buku ini bisa terwujud.

Malang, 31 Desember 2020 Ketua Prodi,

(5)

Gaya Belajar Matematika Siswa Berdasarkan Teori Honey Mumford Berbasis Pembelajaran E-Learning

Aldofa Bagus Tivani 1

Kepercayaan Diri Siswa dalam Menyelesaikan Permasalahan Realistik Matematika

Diella Apriliani Luthfi a Amany 12

Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbantuan Google Classroom

Ikhtiar Nur Insyafrudin 21

Kendala Siswa dalam Proses Pembelajaran Matematika Menggunakan E-learning di Masa Pandemi

Isrotun Solikah 33

Kendala atau Hambatan siswa dan orangtua dalam menghadapi pembelajaran online di masa Covid-19

Januar Prawitasari 44

Kamampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Model Pembelajaran Online Berbasis Penyelesaian Masalah HotsLailaturrodziyah Alfi Syah 53 Kemampuan Koneksi Matematis: Problematika dalam Pembelajaran pada Masa Pandemi Covid 19

Lalang Janastra 64

Tingkat Kecemasan Siswa dalam Pembelajaran Online Pada Masa Pendemi COVID 19

Mareeya Adam 79

DAFTAR ISI

Kata Pengantar v

Daftar Isi vi

(6)

Pembelajaran Humanis Masa Pandemi

Moh. Mahduf Effendi 89

Problematika Pembelajaran Matematika Secara Daring Menggunakan Google Classroom Pada Masa Pandemi Covid-19

Nor Misyulina 116

Kemampuan Penyelesaian Masalah Siswa di Tengah Covid-19 Melalui Pembelajaran Online Group Investigation (GI)

Nurazizah 129

Pembelajaran Lembar Kerja Siswa Berbantuan Geogebra Untuk Memotivasi Siswa dalam Belajar Matematika

Nurmalasari 142

Pembelajaran Pemecahan Masalah dalam Masa Pandemi

Pangestu Titan Prayudho 151

Ketermuatan TPACK dan Permasalahan HOTS melalui Polysynchronous Learning Berbantuan LMS Canvas

Siti Khoiruli Ummah 162

Pengaruh Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Melalui Pendekatan Saintifi k Siswa SMP

St. Rubiatul Adhawiyah Yusuf 182

Kemampuan Komunikasi Matematis pada Pembelajaran Daring

Tutmai Handayani 197

Problematika Siswa Pada Pembelajaran Daring Matematika Melalui Google Classroom Pada Masa Pandemi Covid-19

Vina Oktavia Candra Dewi 209

Biodata Penulis 220

(7)

Ketermuatan TPACK dan Permasalahan HOTS melalui Polysynchronous Learning Berbantuan LMS Canvas

Siti Khoiruli Ummah1

Pengantar

Wabah Virus COVID-19 mulai melanda Negara Indonesia pada Bulan Februari Tahun 2020. Kondisi pandemi akibat wabah virus tersebut mengakibatkan kondisi kesehatan, perekonomian, pendidikan, dan sector lainnya menjadi terganggu [1]–[3]. Negara Indonesia membentuk Satgas COVID-19 untuk menganalisis secara statistik pengembangan pasien terpapar virus. Data sebaran COVID-19 Bulan Desember Tahun 2020 dari www.covid19.go.id menyatakan bahwa masyarakat yang terinfeksi positif virus COVID-19 sebanyak 611631 dan korban meninggal akibat virus ini sebanyak 18553 jiwa. Kota Malang mengalami peningkatan dalam kurun waktu lima hari di Bulan Desember [4]. Data yang diperoleh dari www.malangkota.go.id menunjukkan bahwa Tanggal 5 Desember 2020 masyarakat yang positif terpapar virus COVID-19 sebanyak 5 orang namun pada Tanggal 12 Desember 2020 mengalami kenaikan sebanyak 108 jiwa [5]. Hal ini mengakibatkan Pemerintah Kota Malang yang awalnya mengagendakan kegiatan luring di sektor pendidikan menjadi tertunda. Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Bulan November 2020 mengeluarkan edaran tentang perkuliahan onsite bertahap dan terbatas di mana setelah UTS, dosen wajib melaksanakan perkuliahan daring di ruang kelas masing-masing sesuai jadwal. Namun, kondisi meningkatnya wabah COVID-19 di Kota Malang

1 Siti Khoiruli Ummah, Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

(8)

mengakibatkan UMM menerapkan kembali work from home (WFH) bagi dosen yang mengalami gangguan kesehatan.

UMM telah menerapkan blended learning di mana perkuliahan dilaksanakan secara daring dan luring berdasarkan Surat Keputusan Rektor Nomor 1 Tahun 2019 tentang Blended Learning. Penerapan blended learning menggunakan platform Canvas Instructure yang telah dikembangkan sehingga berdomain di umm.ac.id. Tahun 2020, dengan adanya kondisi pandemi, UMM membentuk Tim Instruktur Polysynchronous Learning untuk menerapkan pembelajaran daring menggunakan Learning Management System (LMS) berbasis Canvas Instructure yaitu www.elmu.

umm.ac.id. Polysynchronous Learning yang dikembangkan dari blended learning merupakan inovasi pembelajaran online yang merupakan perpaduan antara synchronous dan asynchronous learning [6]–[8]. Pembelajaran online sebelumnya menggunakan platform Rain Classroom, www.ketangpai.

com, classroom.google.com, kahoot.com, www.icourse163.org, Youtube, Zoom Meeting, Google Meet, RemedialTutor [9], [10]. Desain LMS berbasis Canvas Instructure yang di UMM berbeda dengan platform pembelajaran online pada penelitian sebelumnya di mana www.elmu.umm.ac.id mengintegrasikan aplikasi online yang disematkan melalui URL pada module, discussion, maupun assignment. Elmu juga mempunyai fasilitas web of conference menggunakan aplikasi BigBlueButton untuk mengimplementasikan asynchronous learning.

Implementasi polysynchronous learning harus memenuhi karakteristik pembelajaran Abad-21 yang diterapkan oleh Pemerintah Indonesia. Melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2018, pemerintah menetapkan adanya integrasi penguatan pendidikan karakter dan pembelajaran berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi atau High Order Thinking Skill (HOTS) [11]. Pembelajaran Abad-21 juga menekankan karakteristik technological pedagogical content

(9)

Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

knowledge (TPACK) di mana teknologi mempunyai peranan penting selama pembelajaran berlangsung [12]–[14]. Integrasi teknologi selama implementasi polysynchronous learning sangat bergantung pada layanan internet yang cepat dan dapat diakses oleh mahasiswa maupun dosen selama perkuliahan online berlangsung. Namun, kondisi wilayah Negara Indonesia yang sangat luas dan berkepulauan mengakibatkan minimnya jaringan internet di beberapa wilayah. Hal ini penting untuk dianalisis perspektif mahasiswa UMM yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia selama penerapan polysynchronous learning dan kelengkapan unsur TPACK dan HOTS sehingga sesuai dengan pembelajaran Abad-21.

Pembahasan selanjutnya difokuskan pada ketermuatan TPACK dan HOTS melalui implementasi polysysnchronous learning berbantuan LMS Canvas dan perspektif mahasiswa dan dosen selama perkuliahan. Manfaat yang diharapkan dari keseluruhan pembahasan ini yaitu memberikan wawasan bagi pembaca untuk dapat memahami karakteristik TPACK dan HOTS melalui polysynchronous learning. Selain itu, pembahasan ini diharapkan dapat memberikan rencana tindak lanjut dosen maupun civitas akademika untuk mengembangkan platform yang memuat TPACK dan HOTS serta sesuai dengan kondisi mahasiswa dan didasarkan dari perspektif mahasiswa dan dosen.

Pembahasan

Polysynchronous Learning

Pengembangan model blended learning didasarkan pada metode pembelajarannya dibedakan menjadi synchronous learning dan asynchronous learning. Pembelajaran yang menggunakan synchronous learning berarti menekankan adanya pembelajaran tatap muka secara online menggunakan aplikasi berbasis webmeeting [6]–[8]. Aplikasi yang biasa digunakan pada saat webmeeting antara lain Adobe® Connect, Google Meet, Zoom, Apple Classroom, Skype, Speech-

(10)

to-Text Recognition (STR), and BigBlueButton [15]–[18].

Synchronous learning dapat didesain dengan cara memberikan siswa penugasan secara online kemudian mendiskusikan penyelesaian melalui web meeting. Guru memberikan review secara langsung melalui web meeting

E-Learning secara verbal terhadap penugasan siswa [17].

Desain lainnya dilakukan dengan cara diskusi kelompok di mana salah satu anggota kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok untuk kemudian ditanggapi oleh anggota kelompok lainnya. Bower juga menyarankan presentasi dilakukan dengan cara menayangkan rekaman video presentasi dan jalannya diskusi kelompok sehingga guru dapat memantai dan memberikan umpan balik kepada kelompok [19]. Selain pembahasan soal, guru dapat menjelaskan materi melalui tayangan power point melalui aplikasi Zoom yang dapat disimak dan ditanggapi secara langsung oleh siswa [20].

Kelebihan pelaksanaan synchronous learning yaitu siswa dapat berpartisipasi aktif untuk menanggapi hasil diskusi kelas maupun penjelasan guru [20]. Selain itu, pembelajaran dapat dilaksanakan secara fl eksibel dari segi tempat dan waktu [21]. Desain pembelajaran mandiri yang ditawarkan synchronous learning membuat siswa tertarik, termotivasi, senang, dan meningkatkan kreativitas penyelesaian masalah [22]. Dengan demikian, desain synchronous learning pada dasarnya menekankan adanya interaksi siswa dengan guru secara virtual di mana guru dapat memberikan penjelasan secara verbal atau memfasilitasi diskusi kelas tentang materi yang dipelajari. Pembelajaran synchronous learning yang mudah untuk diakses siswa meski terhalang jarak dengan guru sesuai dengan kondisi pandemi yang melarang pembelajaran secara luring.

(11)

Pembelajaran Matematika dan Problematikanya Tabel 1 Desain Polysynchronous Learning Berbantuan LMS Canvas

Kegiatan Pembela- jaran

Aktivitas Siswa

Menu pada LMS Canvas Kelas Kalkulus

untuk Teknik Informatika (2 sks)

Kelas Analisis Variabel Kompleks (3 sks)

Pendahu- luan(10 menit)

Menyimak Instruksi Dosen melalui Announcement pada LMS Canvas atau Whatsapp Group

Menyimak Instruksi Dosen melalui Announcement pada LMS Canvas atau Whatsapp Group

Whatsapp Group

Pembentukan Kelompok melalui Whatsapp Group dipimpin oleh ketua kelas

Pembentukan Kelompok melalui Whatsapp Group dipimpin oleh ketua kelas

Whatsapp Group

Inti

Belajar Mandiri melalui e-modul berupa PPT dengan rekaman penjelasan dosen (30 menit)

Belajar Mandiri melalui e-modul berupa PPT dengan rekaman penjelasan dosen

(45 menit) LMS-Home

(12)

Mengakses Zoom Meeting untuk menyimak paparan dosen dan melakukan tanya-jawab tentang materi pada e-modul (15 menit) - Synchronous Learning

Mengakses Zoom Meeting untuk menyimak paparan dosen dan melakukan tanya-jawab tentang materi pada e-modul (15 menit) - Synchronous Learning

Zoom Meeting

Diskusi kelompok melalui Zoom Meeting dengan fasilitas Breakout Room (30 menit) - Synchronous Learning

Diskusi kelompok melalui Zoom Meeting dengan fasilitas Breakout Room (50 menit) - Synchronous Learning

Zoom Meeting

Persiapan perekaman presentasi oleh masing-masing kelompok menggunakan akun Zoom/Google Meet masing-masing kelompok dan dikonversi menjadi bentuk mp4 dan diupload pada Youtube/Google Drive - Synchronous Learning

Persiapan perekaman presentasi oleh masing-masing kelompok menggunakan akun Zoom/Google Meet masing-masing kelompok dan dikonversi menjadi bentuk mp4 dan diupload pada Youtube/Google Drive - Synchronous Learning

Zoom Meeting

Upload video presentasi URL Youtube/Google Drive pada LMS Canvas sedangkan kelompok lain menyimak serta memberikan komentar terhadap paparan materi setiap kelompok (15 menit) - Asynchronous Learning

Upload video presentasi URL Youtube/

Google Drive pada LMS Canvas sedangkan kelompok lain menyimak serta memberikan komentar terhadap paparan materi setiap kelompok (30 menit) - Asynchronous Learning

LMS- Discussion

Penutup

Mengakses LMS Canvas untuk mendownload penugasan terstruktur yang disubmit dalam jangka waktu tertentu - Asynchronous Learning

Mengakses LMS Canvas untuk mendownload penugasan terstruktur yang disubmit dalam jangka waktu tertentu - Asynchronous Learning

LMS-Assignment

(13)

Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Desain asynchronous learning lebih banyak diimplemen- tasikan dalam bentuk diskusi online menggunakan [23]aplikasi atau LMS. Diskusi online lebih menekankan pengiriman pesan seperti chatting di mana guru telah memberikan materi sebelumnya kemudian mendiskusikan melalui chatting dengan siswa untuk menyimpulkan materi [24], [25]. Desain asynchronous learning dapat dilakukan dengan cara guru menyiapkan materi dalam bentuk power point yang disisipkan video atau audio penjelasan materi kepada siswa kemudian dikonversi dalam bentuk mp4 untuk diupload ke Youtube [26], [27]. Kelebihan dari pelaksanaan asynchronous learning yaitu siswa dapat terlibat aktif dalam diskusi, mengelola aplikasi komputer, mengulang materi, dan menggunakan fi tur-fi tur untuk merepresentasikan konsep matematika, guru dapat secara kreatif mengembangkan media pembelajaran yang mudah diakses oleh siswa, pembelajaran juga menjadi adaptif, berbasis kasus, lebih terstruktur dalam meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah siswa [24], [27], [28].

Dengan demikian, asynchronous learning pada dasarnya membuat siswa secara fl eksibel menyimak penjelasan materi oleh guru secara berulang untuk kemudian digunakan menjawab pertanyaan berbasis kasus melalui diskusi online.

Implementasi polysynchronous learning yang memadukan synchronous learning dan asynchronous learning di UMM menggunakan bantuan LMS Canvas. Karakteristik yang dimiliki polysynchronous learning antara lain 1) pemaparan materi oleh instruktur, 2) diskusi kelompok, 3) diskusi dan presentasi kelompok, dan 4) penugasan terstruktur [7], [8].

Desain polysynchronous learning di UMM khususnya kelas Analisis Variabel Kompleks dan Kalkulus untuk Teknik Informatika dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat kegiatan synchronous learning dan asynchronous learning dalam satu kali pertemuan.

Kegiatan synchronous learning dilakukan melalui aplikasi

(14)

Zoom Meeting di mana dosen memberikan kesempatan tanya-jawab kepada mahasiswa tentang materi yang dipelajari melalui e-modul. Selanjutnya, dosen melakukan breakout room untuk mengirim mahasiswa sesuai kelompoknya. Melalui breakout room, mahasiswa berdiskusi dan dosen mengunjungi kelompok secara bergantian untuk memonitoring jalannya diskusi serta memfasilitasi tanya-jawab.

Kegiatan asynchronous dilakukan melalui diskusi online menggunakan LMS Canvas-Discussion untuk memfasilitasi setiap mahasiswa menyimak paparan presentasi oleh kelompok lain. Selanjutnya, mahasiswa diminta mengomentari atau bertanya-jawab melalui forum diskusi dengan cara me- reply postingan kelompok lainnya.

Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)

TPACK merupakan karakteristik utama pada pem- belajaran Abad-21. Penelitian terdahulu mengintegrasikan bentuk pengetahuan atau pedagogical, content, knowledge (PCK) technological, content, knowledge (TCK), technological, pedagogical, knowledge (TPK), dan technological pedagogical content knowledge (TPACK) [14]. Hal ini dapat dilihat bahwa teknologi merupakan fokus utama pada TPACK yang nantinya akan diintegrasikan dengan strategi pedagogik guru dan pengetahuan siswa. Tuntutan siswa yaitu mampu mengelola aplikasi berbasis komputer, terlibat aktif dalam kegiatan yang berbasis teknologi, melakukan presentasi dan asesmen dengan memanfaatkan teknologi, serta melakukan proses inkuiri dalam pembelajaran dengan melibatkan teknologi.

Hal mendasar yang dapat diidentifi kasi dair ketermuatan TPACK dalam pembelajaran antara lain adanya pembelajaran kolaboratif, partisipasi aktif siswa, dan desain perangkat pembelajaran yang mendukung keterlibatan teknologi selama pembelajaran berlangsung [29]. Kelebihan pembelajaran yang memuat TPACK di antaranyanya, 1) siswa dapat memahami lebih dalam tentang materi secara inkuiri [14], siswa lebih

(15)

Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

percaya diri dan merasa tertantang untuk mengoperasikan aplikasi berbasis komputer, semakin terampil dalam mengoperasikan aplikasi komputer [30], dan peningkatan prestasi siswa dengan cara aktivitas yang melibatkan teknologi secara koolaboratif [31]. Dengan demikian, ketermuatan TPACK dapat diidentifi kasi dari adanya partispasi aktif siswa melalui aktivitas inkuiri secara kolaboratif dengan melibatkan teknologi. Tujuan dimuatnya TPACK dalam pembelajaran yaitu dapat menambah keterampilan siswa dan guru dalam memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran melalui media aktivitas pembelajaran inkuiri, aplikasi untuk memfasilitasi diskusi online, dan asesmen.

Implementasi polysynchronous learning berbantuan LMS Canvas sudah dapat diidentifi kasi adanya integrasi teknologi dalam pembelajaran. Teknologi yang digunakan berbentuk LMS yang penggunaannya melibatkan gadget. LMS Canvas mendukung TPACK dengan adanya menu Discussion di mana dapat mewadahi mahasiswa dalam memberikan komentar, tanya-jawab dengan kelompok lain atau dosen, dan aktivitas diskusi online melalui aplikasi Zoom Meeting di mana URL dari Zoom disematkan pada kolom diskusi yang dibuat oleh dosen. Media pembelajaran yang dikembangkan dosen juga melibatkan teknologi dalam pembuatannya. Dosen membuat materi pada Power Point melalui aplikasi Offi ce 2019 yang dapat disematkan rekaman audio atau video ketika mahasiswa melakukan slideshow. Selain itu, dosen meminta mahasiswa mengakses aplikasi pembuatan grafi k yaitu Graphmatica dan Desmos untuk menemukan konsep turunan melalui aplikasi turunan pada gradien dari garis singgung kurva. Mahasiswa juga diminta untuk memanfaatkan teknologi dalma bentuk aplikasi editing video untuk membuat presentasinya menjadi menarik dan mudah dipahami. Asesmen yang dilakukan dosen juga memanfaatkan teknologi di mana melalui LMS Canvas, dosen dapat memberikan grade pada aktivitas diskusi mahasiswa maupun pengumpulan tugas pada fi tur

(16)

Assignment. Grade dapat diekspor dalam bentuk Excel untuk memudahkan dosen dalam mengelola skor atau hasil capaian pembelajaran mahasiswa. Dengan demikian, ketermuatan TPACK pada polysynchronous learning dapat dengan jelas diidentifi kasi melalui forum diskusi online dan webmeeting serta perangkat pembelajaran yang digunakan.

High Order Thinking Skill (HOTS)

Esensi dari HOTS pada pembelajaran yaitu adanya aktivitas penyelesaian masalah, keterampilan menanya, keterampilan bernalar, dan keterampilan berkomunikasi[32].

Perkembangan teknologi dalam bentuk aplikasi komputer mengubah paradigma pembelajaran matematika tidak hanya pada kontennya melainkan juga pada proses pembelajaran matematika yang memuat HOTS [32]. HOTS mempunyai karakteristik yang memuat kata kerja operasional menurut Taksonomi Bloom pada dimensi kognitif Analisis (C4), Evaluasi (C5), dan Mencipta (C6). Hal ini dapat diidentifi kasi dari adanya permasalahan matematis yang diselesaikan oleh mahasiswa tidak hanya menuntut siswa untuk mengingat kembali namun siswa diminta untuk berpikir secara kritis dan kreatif [33]. Ketermuatan HOTS dalam permasalahan matematis juga menuntut siswa tidak hanya memberikan jawaban sederhana tetapi jawaban yang dipaparkan harus melibatkan konsep yang kuat dari materi yang dipelajari [34]. Kelebihan ketermuatan HOTS dalam pembelajaran yaitu dapat memberikan pengalaman kepada siswa tentang penyelesaian masalah yang menuntut berpikir tingkat tinggi [34], meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa melalui aktivitas penalaran [32] dan meningkatkan prestasi akademik siswa [35]. Dengan demikian, ketermuatan HOTS dapat diidentifi kasi dari permasalahan yang disajikan secara individu maupun kelompok di mana permasalahan tersebut menuntut mahasiswa untuk menyelesaikan permasalahan dengan melibatkan konsep materi secara

(17)

Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

mendalam. Permasalahan matematis yang diselesaikan mahasiswa memuat kata kerja operasional yang berada pada dimensi Taksonomi Bloom yaitu Analisis (C4), Evaluasi (C5), dan Mencipta (C6).

Permasalahan matematis yang dikategorikan sebagai HOTS dan termuat pada polysynchronous learning berbantuan LMS Canvas dapat diidentifi kasi pada forum diskusi maupun Assignment. Bahan diskusi yang telah disiapkan oleh dosen memuat aktivitas inkuiri yang melibatkan aplikasi komputer yaitu Graphmatica untuk menyelesaikannya. Materi turunan mempunyai aktivitas diskusi di mana mahasiswa diminta untuk menganalisis turunan pada interval tertentu dari kurva yang diketahui. Setelah diminta merepresentasikan dalam bentuk grafi k, mahasiswa diminta mengidentifi kasi dan menjelaskan kapan turunan dari suatu fungsi itu tidka ada melalui grafi k yang disajikan. Kegiatan ini menggunakan kata kerja operasional yaitu representasikan, sketsalah, identifi kasi, analisis, dan buatlah grafi k. Hal ini berarti bahwa kata kerja operasional yang digunakan sudah termasuk pada dimensi kognitif Taksonomi Bloom dan mencirikan kategori HOTS. Selanjutnya, pada materi analisis variable kompleks, mahasiswa diminta untuk membuktikan operasi dasar bilangan kompleks dan Teorema Cauchy-Riemann. Selain itu, secara berkelompok, mahasiswa diminta untuk menganalisis topologi daerah dalam bilangan kompleks melalui grafi k fungsi dengan variable kompleks. Kata kerja operasional yang termasuk pada dimensi kognitif kategori HOTS antara lain buktikan, analisis, jelaskan, sketsalah, dan buatlah grafi k fungsi dengan variable kompleks. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa melalui polysynchronous learning, HOTS dapat termuat dalam bentuk permasalahan matematika baik secara individu maupun kelompok.

(18)

Perspektif Mahasiswa terhadap Ketermuatan TPACK dan HOTS melalui Polysynchronous Learning Berbantuan LMS Canvas

Implementasi polysynchronous learning yang diterapkan di UMM mempunyai beragam perspektif mahasiswa dari aspek efektivitas LMS, respon mahasiswa terhadap TPACK dan HOTS selama perkuliahan. Berikut disajikan responden untuk mengidentifi kasi perpektif mahasiswa pada perkuliahan yang menerapkan polysynchronous learning

Tabel 2 Data Responden

Aspek Jumlah Mahasiswa

Jumlah Responden Laki-laki

Perempuan

16869 99 Kelas

Analisis Variabel Kompleks

Kalkulus untuk Teknik Informatika 88 80 Angkatan

2016 20172020

3 8481 Alumni

SMA IPA SMA IPS SMK

130 6 32

Tabel 2 menunjukkan bahwa 168 responden diambil dari kelas Analisis Variabel Kompleks yang diampu oleh mahasiswa tahun keempat Prodi Pendidikan Matematika UMM dan Kalkulus untuk Teknik Informatika yang diampu oleh mahasiswa tahun pertama Prodi Teknik Informatika.

Perbandingan mahasiswa dengan gender laki-laki dan perempuan yaitu 4:5. Responden merupakan lulusan dari SMA IPA sebanyak 66,1%, sebanyak 3.6% dari SMA IPS dan sisanya adalah SMK Teknik maupun nonteknik. Hal ini berarti, responden yang berasal dari mahasiswa sangat beragam dari aspek gender, tahun masuk kuliah, dan lulusan.

Efektivitas keterlaksanaan polysynchronous learning diukur dari penyebaran kuisioner melalui Google Form dan ditinjau dari aspek kualitas internet, fl eksibilitas dalam mengakses

(19)

Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

internet, kecemasan mahasiswa, kesiapan mahasiswa sebelum perkuliahan dimulai, dan respon mahasiswa terhadap media pembelajaran yang digunakan oleh dosen. Berikut disajikan persentase domisili mahasiswa untuk melihat kualitas jaringan internet.

Gambar 1 Diagram dari Persentase Domisili Mahasiswa

Persentase jumlah mahasiswa berdasar domisili yang ditunjukkan oleh Gambar 1 menggambarkan mayoritas mahasiswa berasal dari Pulau Jawa yaitu sebanyak 76%.

Gambar 1 juga menunjukkan bahwa mahasiswa berdomisili dari berbagai pulau di seluruh Indonesia. Selanjutnya, akan diidentifi kasi kualitas jaringan internet yang dimiliki mahasiswa berdasar domisilinya seperti pada Gambar 2 berikut.

Jawa 76%

Sumatera 2%

Kalimantan 12%

Nusa Tenggara Barat 3%

Sulawesi 2%

Papua 2%

Nusa Tenggara Timur

2%

Kepulauan Riau 1%

DOMISILI MAHASISWA

(20)

Gambar 2 Grafik Kualitas Jaringan Internet Mahasiswa

Gambar 2 menunjukkan bahwa sebanyak 40.2% mahasiswa mempunyai kualitas jaringan internet yang baik. Namun, terdapat 17 mahasiswa yang berdomisili di luar Pulau Jawa yang merespon kualitas jaringan internet yang kurang baik.

Hal ini berarti, mahasiswa tidak sepenuhnya terkendala jaringan internet ketika perkuliahan online berlangsung.

Mahasiswa menyatakan bahwa selama perkuliahan online berlangsung, mahasiswa mengakses LMS Canvas dari rumah dengan fasilitas Wi-Fi. Orang tua mahasiswa mengaku tidak keberatan apabila harus memasang Wi-Fi untuk perkuliahan anaknya. Secara grafi s, dapat dilihat bahwa polysynchronous learning tidak sepenuhnya membebani mahasiswa dalam hal kualitas jaringan internet maupun sumber internet yang digunakan.

Persiapan pelaksanaan polysynchronous learning juga direspon mahasiswa dengan positif. Hal ini dapat dilihat dari kuisioner yang dibagikan, sebanyak 64.5% mahasiswa mengaku semnagat dan antusias sebelum perkuliahan berlangsung. Sebanyak 35.5% mahasiswa mengaku cemas dan gelisah sebelum perkuliahan dimulai diakibatkan dari tingkat kesulitan materi yang semakin bertambah dan banyaknya penugasan yang akan diberikan. Namun, kecemasan ini diatasi oleh mahasiswa dengan cara mempelajari materi sesuai kontrak perkuliahan yang diberikan di awal perkuliahan melalui Youtube. Kesiapan mahasiswa menunjukkan kurang

(21)

Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

responsifnya mahasiswa pada saat perkuliahan daring berlangsung. Hal ini ditunjukkan dari hasil kuisioner yaitu sebanyak 50.9% mahasiswa menunggu dosen memberikan pengarahan perkuliahan yang akan berlangsung. Hanya 39.6%

mahasiswa yang membuka elmu.umm.ac.id-home untuk membaca kontrak perkuliahan dan hanya 9.5% mahasiswa yang membaca kontrak perkuliahan yang telah didownload sebelumnya. Hal ini berarti, mahasiswa belum terlalu siap dalam perkuliahan karena tidak mempunyai inisiatif dalam menyiapkan bahan perkuliahan secara mandiri melainkan masih menunggu instruksi dari dosen.

Respon mahasiswa selama penerapan polysynchronous learning berbantuan Canvas sangat baik karena mahasiswa mengaku spontan dalam mengakses LMS yaitu elmu.umm.

ac.id setelah mendapat instruksi dosen. Mahasiswa mengaku senang dengan kegiatan perkuliahan yang terstruktur dan menunjukkan durasi dari setiap aktivitas perkuliahan.

Selain itu, mahasiswa menyatakan bahwa perkuliahan mampu meningkatkan keterampilan dalam mengelola aplikasi komputer, menggunakan, serta mempresentasikan hasil diskusi. Hal ini sesuai dengan konsistensi hasil penelitian sebelumnya di mana polysynchronous learning mengintegrasikan TPACK melalui aplikasi komputer dan menambah keterampilan komputasi mahasiswa [6], [7], [17], [31]. Selain itu, mahasiswa merasa percaya diri dalam melakukan presentasi, tanya-jawab dengan dosen maupun teman, dan lebih aktif berpartisipasi dalam perkuliahan.

Hal ini juga selaras dengan penelitian sebelumnya di mana melalui polysynchronous learning, siswa dapat meningkatkan kepercayaan diri dan keterlibatan dalam diskusi kelompok [6], [7], [17]. Ketermuatan soal HOTS dirasakan mahasiswa di mana permasalahan pada diskusi kelompok menuntut aktivitas inkuiri untuk menemukan konsep materi yang dipelajari dan penugasan yang membuat mahasiswa memahami aplikasi materi dalam kehidupan sehari-hari. Berdasar hasil kuisioner,

(22)

sebanyak 72.1% mahasiswa terampil dalam memahami defi nisi, membuat grafi k, menginterpretasikan grafi k, dan menyimpulkan aktivitas inkuiri melalui konsep utama yang diperoleh. Ditinjau dari kata kerja operasional yang termuat pada LMS Canvas-Assignment tersebut, permasalahan matematika yang diselesaikan mahasiswa sudah sesuai dengan karakteristik HOTS dan skor UTS mahasiswa lebih baik daripada skor Kuis yang belum mengimplementasikan permasalahan bertipe HOTS [34]–[36].

Penutup

Implementasi polysynchronous learning di masa pandemi sangat layak untuk diterapkan. Hal ini dikarenakan, polysynchronous learning melalui LMS Canvas dapat dengan mudah diakses mahasiswa dan dapat secara efektif mengembangkan keterampilan HOTS pada mahasiswa.

LMS Canvas yang merupakan aplikasi berbasis website merupakan wujud nyata adanya muatan TPACK selama perkuliahan berlangsung. Pelaksanaan polysynchronous leanrning di UMM tidak mengalami kendala yang berat karena kualitas jaringan internet sudah baik baik dari mahasiswa maupun dosen. Selain itu, polysynchronous learning juga tidak meninggalkan karakteristik Abad-21 yaitu adanya TPACK melalui aplikasi komputer yang digunakan dan permasalahan yang mendukung keterampilan HOTS. Dengan demikian, pelaksanaan polysynchronous learning dapat dikatakan efektif ditinjau dari kemudahan penggunaan LMS Canvas dan termuatnya karakteristik pembelajaran Abad-21 yaitu TPACK dan HOTS.

Rujukan

[1] A. R. Rusmiati et al., “The perceptions of primary school teachers of online learning during the COVID-19 pandemic period : A Case study in Indonesia,” J. Ethn. Cult. Stud., vol. 7, no. 2, pp. 90–109, 2020.

(23)

Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

[2] N. S. P. Suni, “Kesiapsiagaan Indonesia Menghadapi Potensi Penyebaran Corona,” Pus. PenelitianBadan Keahlian DPR RI, vol. XII, no. 3, pp. 13–18, 2020.

[3] T. Jowsey, G. Foster, P. Cooper-Ioelu, and S. Jacobs,

“Blended learning via distance in pre-registration nursing education: A scoping review,” Nurse Education in Practice.

2020, doi: 10.1016/j.nepr.2020.102775.

[4] K. P. C.-19 dan P. E. Nasional, “Data COVID-19,” www.

covid19.go.id, 2020. www.covid19.go.id.

[5] Pemerintah Kota Malang, “Peta Persebaran COVID-19 di Kota Malang,” www.malangkota.go.id, 2020. www.

malangkota.go.id.

[6] B. Dalgarno, “Polysynchronous learning: A model for student interaction and engagement,” 2014.

[7] F. Ouyang, “Applying the Polysynchronous Learning to Foster the Student-centered Learning in the Higher Education Context,” Int. J. Online Pedagog. Course Des., vol.

6, no. 3, 2016, doi: 10.4018/ijopcd.2016070105.

[8] G. Mayer and D. Sekayi, “Pedagogical Practices of Teaching Assistants in Polysynchronous Classrooms: The Role of Professional Autonomy,” InSight A J. Sch. Teach., vol. 13, 2018, doi: 10.46504/14201807ma.

[9] B. W. Gao, J. Jiang, and Y. Tang, “The effect of blended learning platform and engagement on students’

satisfaction—— the case from the tourism management teaching,” J. Hosp. Leis. Sport Tour. Educ., vol. 27, 2020, doi:

10.1016/j.jhlste.2020.100272.

[10] D. R. Ch and S. K. Saha, “RemedialTutor: A blended learning platform for weak students and study its effi ciency in social science learning of middle school students in India,” Educ. Inf. Technol., vol. 24, no. 3, 2019, doi: 10.1007/

s10639-018-9813-4.

[11] W. Setiawati, O. Asmira, Y. Ariyana, and R. Bestary, Buku Penilaian Berorientasi Higher Order Thinking Skills: Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi. Jakarta:

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018.

(24)

[12] I. F. Rahmadi, “Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK): Kerangka Pengetahuan Guru Abad 21,” J. Pendidik. Kewarganegaraan, vol. 6, no. 1, p. 65, 2019, doi: 10.32493/jpkn.v6i1.y2019.p65-74.

[13] E. Baran, S. Canbazoglu Bilici, A. Albayrak Sari, and J.

Tondeur, “Investigating the impact of teacher education strategies on preservice teachers’ TPACK,” Br. J. Educ.

Technol., vol. 50, no. 1, 2019, doi: 10.1111/bjet.12565.

[14] A. Tanak, “Designing tpack-based course for preparing student teachers to teach science with technological pedagogical content knowledge,” Kasetsart J. Soc. Sci., vol.

41, no. 1, 2020, doi: 10.1016/j.kjss.2018.07.012.

[15] C. C. Bates, “Virtual literacy coaching,” Lit. Res. Pract. Eval., vol. 5, 2015, doi: 10.1108/S2048-045820150000005022.

[16] S. S. Fernández and M. I. Pozzo, “Intercultural competence in synchronous communication between native & non- native speakers of Spanish,” Lang. Learn. High. Educ., vol.

7, no. 1, 2017, doi: 10.1515/cercles-2017-0003.

[17] G. Drennan and I. Moll, “A conceptual understanding of how educational technology coaches help teachers integrate iPad affordances into their teaching,” Electron. J.

e-Learning, vol. 16, no. 2, 2018.

[18] W. Y. Hwang, R. Shadiev, T. C. T. Kuo, and N. S. Chen,

“Effects of speech-to-text recognition application on learning performance in synchronous cyber classrooms,”

Educ. Technol. Soc., vol. 15, no. 1, 2012.

[19] M. Bower, B. Dalgarno, G. E. Kennedy, M. J. W. Lee, and J. Kenney, “Design and implementation factors in blended synchronous learning environments: Outcomes from a cross-case analysis,” Comput. Educ., vol. 86, 2015, doi:

10.1016/j.compedu.2015.03.006.

[20] Q. Wang, C. L. Quek, and X. Hu, “Designing and improving a blended synchronous learning environment: An educational design research,” Int. Rev. Res. Open Distance Learn., vol. 18, no. 3, 2017, doi: 10.19173/irrodl.v18i3.3034.

[21] J. M. Zydney, Z. Warner, and L. Angelone, “Learning through experience: Using design based research to

(25)

Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

redesign protocols for blended synchronous learning environments,” Comput. Educ., vol. 143, 2020, doi: 10.1016/j.

compedu.2019.103678.

[22] A. Shukri, L. Nordin, F. I. M. Salleh, S. N. M. Raidzwan, and R. Ahmad, “UniKL students’ perception on synchronous learning using ICT as learning tools to learn english,” J.

Crit. Rev., vol. 7, no. 8, 2020, doi: 10.31838/jcr.07.08.170.

[23] M. Batsila, C. Tsihouridis, and D. Vavougios, “Entering the web-2 edmodo world to support learning: Tracing teachers’ opinion after using it in their classes,” Int. J.

Emerg. Technol. Learn., vol. 9, no. 1, pp. 53–60, 2014, doi:

10.3991/ijet.v9i1.3018.

[24] R. Wegerif, “The Social Dimension of Asynchronous Learning Networks,” Online Learn., vol. 2, no. 1, 2019, doi:

10.24059/olj.v2i1.1928.

[25] Á. Hernández-García, I. González-González, A. I. Jiménez- Zarco, and J. Chaparro-Peláez, “Applying social learning analytics to message boards in online distance learning:

A case study,” Comput. Human Behav., vol. 47, pp. 68–80, 2015, doi: 10.1016/j.chb.2014.10.038.

[26] S. J. Daniel, “Education and the COVID-19 pandemic,”

Prospects, 2020, doi: 10.1007/s11125-020-09464-3.

[27] K. C. Spadaro and D. F. Hunker, “Exploring The effects Of An online asynchronous mindfulness meditation intervention with nursing students On Stress, mood, And Cognition: A descriptive study,” Nurse Educ. Today, vol. 39, pp. 163–169, Apr. 2016, doi: 10.1016/j.nedt.2016.02.006.

[28] C. Dziuban, P. Moskal, J. Brophy, and P. Shea, “STUDENT SATISFACTION WITH ASYNCHRONOUS LEARNING,”

Online Learn., vol. 11, no. 1, 2019, doi: 10.24059/olj.

v11i1.1739.

[29] J. R. Moreno, M. A. Montoro, and A. M. O. Colón, “Changes in teacher training within the TPACK model framework: A systematic review,” Sustainability (Switzerland), vol. 11, no.

7. 2019, doi: 10.3390/su11071870.

[30] T. Valtonen, U. Leppänen, M. Hyypiä, E. Sointu, A. Smits, and J. Tondeur, “Fresh perspectives on TPACK: pre-service

Gambar

Gambar 1 Diagram dari Persentase Domisili Mahasiswa
Gambar 2 Grafik Kualitas Jaringan Internet Mahasiswa

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan baik dari observasi, angket maupun wawancara adalah minat dan respon siswa terhadap pembelajaran matematika itu kurang

ABSTRACK. This study aims to describe online and offline learning strategies during the Covid- 19 pandemic at SD Negeri 106161 Laut Dendang. This research was conducted

Hasil wawancara bersama guru kelas IV SD Inpres Bakung 2, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan menekankan juga pentingnya

a. Waktu pembelajaran online yang disediakan mulai pagi sampai malam hari. Hal ini untuk memberi kesempatan kepada orangtua yang bekerja di pagi, siang, atau sore

- Guru memposting video pembelajaran bentuk power point buatan guru dan Link Web ruang belajar online yang berkaitan dengan Materi Bab 1 Perpangkatan dan Bentuk Akar

Berdasarkan permasalahan tersebut maka tim Pengabdian Kepada Masyarakat dari Universitas Teknokrat Indonesia memberikan solusi terkait penerapan Learning Managemen System LMS dengan

Dalam implementasi pembelajaran berbasis blended learning, rancangan kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran RPP disusun sedemikian rupa menggunakan kombinasi sistem pembelajaran online

Berbagai komunikator yang terdiri dari pemimpin, pejabat dan para pakar yang memberikan informasi selama krisis, mendapat sorotan publik karena pesan yang dibangun lebih mengandung