30 3 (1) (2020) 30-38
Journal of Curriculum Indonesia
http://hipkinjateng.org/jurnal/index.php/jci
Media Pembelajaran Berbasis Google Edukasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Pelajaran Fisika di SMP
Felixtian Teknowijoyo
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia
Info Articles
____________________
History Articles:
Submitted 28 November 2019 Revised 11 January 2020 Accepted 1 February 2020
____________________
Keywords:
Media, Fisika, Google, Google Edukasi, Hasil belajar, SMP _________________________
Abstract
________________________________________________________________
Perkembangan teknologi yang begitu cepat memaksa pendidikan di banyak sekolah untuk berubah secara drastis. Metode-metode klasik berbentuk ceramah mulai ditinggalkan oleh para pendidik dan beralih kepada metode pembelajaran berbasis program komputer, yang salah satunya adalah Google Edukasi. Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui apakah Google Edukasi dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pelajaran Fisika. Metode penulisan artikel ini dengan kajian literatur jurnal penelitian yang relevan. Permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik adalah pemahaman konsep Fisika yang dangkal, yang disebabkan oleh metode mengajar yang konvensional. Dengan menggunakan pembelajaran berbasis Google Edukasi peserta didik akan dengan aktif memahami konsep-konsep Fisika, yang melibatkan komunikasi dan kolaborasi antar peserta didik, sehingga meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik.
Address correspondence: e-ISSN 2549-0338
Felixtian Teknowijoyo et al. / Journal of Curriculum Indonesia 3 (1) (2020)
31 PENDAHULUAN
Mempelajari ilmu fisika bertujuan agar kita dapat mengetahui bagian-bagian dasar dari benda dan kemudian memahami interaksi antara benda-benda, serta dapat menjelaskan tentang fenomena-fenomena alam yang terjadi baik itu di sekitar kita maupun di luar.
Mempelajari pelajaran Fisika di sekolah menjadi sebuah tantangan tersendiri disebabkan siswa harus menggabungkan konsep alam yang kebanyakan tidak dilihat dan dialami secara langsung dan keterampilan menyelesaikan persamaan matematis yang membutuhkan kompetensi menghitung [5,9,17].
Siswa SMP diharapkan menguasai kompetensi-kompetensi Fisika sewaktu mengenyam pembelajaran di sekolah. Hal ini seturut dengan kurikulum nasional yang membantu siswa untuk lebih berpikir logis dan kritis, mengikuti teknologi termutakhir, memahami tantangan-tantangan global yang membantu mereka menentukan arah pendidikan selanjutnya. Tetapi pada kenyataannya prestasi siswa SMP pada Ujian Nasional mata pelajaran IPA masih jauh dari yang diharapkan. Tercatat pada data Pusat Penilaian Pendidikan rata-rata pelajaran IPA pada jenjang SMP di Indonesia pada tahun ajaran 2018/2019 adalah 48,79. Angka tersebut mengalami kenaikan 0,74 dari tahun ajaran sebelumnya tetapi jika dibandingkan dengan 2 tahun sebelumnya yakni tahun ajaran 2016/2017, angka tersebut mengalami penurunan sebesar 3,57 poin [15].
Di sisi yang lain para guru masih sering menggunakan metode ceramah dan latihan soal dalam menjelaskan materi-materi Fisika di sekolah. Sesuatu yang lazim dalam mengajar guru langsung menyodorkan rumus-rumus terapan yang digunakan pada sebuah materi Fisika. Beberapa alternatif sudah diteliti dan membuahkan hasil yang positif, seperti variasi model pembelajaran (pembelajaran kooperatif, pembelajaran kontekstual, problem based learning, dsb.), dan memperbanyak praktik di laboratorium, tetapi dalam mempersiapkan sebuah materi para guru membutuhkan waktu
dan energi yang lebih banyak, dan seringkali mereka tidak mempunyai cukup waktu untuk hal tersebut [16,18].
Insani mendapatkan data bahwa 77%
siswa SMP yang menggunakan internet untuk menambah pengetahuan untuk menguasai kompetensi yang diharapkan mendapatkan prestasi belajar yang lebih tinggi dari sebelumnya pada pelajaran Fisika [11]. Dan pada saat ini kemajuan teknologi internet dan penggunaannya di Indonesia semakin meningkat. Hasil statistik dari Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia menyatakan pengguna internet pada tahun 2018 di Indonesia adalah sebanyak 171,17 juta dari total 264,16 juta jiwa (64,8%) dan angka ini mengalami kenaikan sekitar 10,12 persen dari tahun sebelumnya [3]. Hal ini menjadi sebuah peluang bagi pengembangan bahan ajar berbasis internet untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Fisika.
Google Edukasi telah dikembangkan oleh perusahan raksasa dari Amerika yang menekankan pada inovasi dan produktivitas dari pendidikan. Produk berbasis web internet ini bertujuan memperlengkapi dan mendorong para siswa agar mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan perkembangan jaman. Teknologi ini dianggap sebagai bagian dari solusi permasalahan yang terjadi pada pendidikan, yakni membantu siswa belajar menurut gaya mereka masing-masing, berkolaborasi dengan orang lain secara online, dan menjadi makhluk yang mempunyai pemikiran kritis dalam menyelesaikan masalah.
TAM atau Technology Acceptance Model produk tersebut menunjukkan bahwa mayoritas siswa berhasil menggunakannya dengan mudah dan cepat, sehingga menghasilkan tingkat kepuasan yang tinggi [19].
Dengan teknologi Google Edukasi, pendidik, siswa dan orang tua memiliki berbagai alat belajar. Berikut adalah beberapa cara di mana teknologi meningkatkan pendidikan dari waktu ke waktu: Siswa dan guru memiliki akses ke hamparan materi: Ada banyak situs web yang masuk akal dan kredibel yang tersedia di
Felixtian Teknowijoyo et al. / Journal of Curriculum Indonesia 3 (1) (2020)
32 Internet yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa.
Guru dapat berkolaborasi untuk berbagi ide dan sumber daya mereka secara online:
Mereka dapat berkomunikasi dengan orang lain di seluruh dunia dalam sekejap, memenuhi kekurangan pekerjaan mereka, memperbaikinya dan memberikan yang terbaik kepada siswa mereka. Pendekatan ini jelas meningkatkan praktik mengajar.
Siswa dapat mengembangkan keterampilan penelitian yang berharga di usia muda: Teknologi memberi siswa akses langsung ke banyak informasi berkualitas yang mengarah pada pembelajaran dengan kecepatan jauh lebih cepat daripada sebelumnya.
Pembelajaran online sekarang merupakan opsi yang sama kredibelnya : interaksi tatap muka sangat besar, terutama di tahun-tahun yang lebih muda, tetapi beberapa siswa bekerja lebih baik ketika mereka dapat berjalan dengan kecepatan mereka sendiri menggunakan filosofi pembelajaran campuran.
Oleh karena itu dengan dikembangkannya media pembelajaran menggunakan Google Edukasi yang berbasis web diharapkan peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang lebih nyaman dan efektif dalam meningkatkan hasil belajar mereka.
PEMBAHASAN
Pembelajaran Fisika di SMP
Dengan mengacu kepada standar kompetensi inti dan kompetensi dasar yang terdapat dalam standar nasional pendidikan, setiap satuan pendidikan (sekolah) diberi kebebasan (harus) mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan membuat silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sesuai dengan visi, misi dan kondisi masing-masing sekolah.
Berkaitan dengan pembelajaran fisika di sekolah, maka pengembangan KTSP fisika di sekolah tersebut menjadi kewajiban bagi setiap guru fisika di sekolah yang bersangkutan, Dengan demikian guru fisika bertanggung jawab untuk mengembangkan KTSP fisika dengan membuat silabus dan RPP fisika. Dalam silabus dan RPP tersebut selain kompetensi dasar dan standar kompetensi, harus termuat pula secara eksplisit indikator, materi ajar, tujuan, metoda, sumber alat dan bahan, serta evaluasinya.
Berikut ini beberapa kompetensi mata pelajaran fisika sesuai dengan kurikulum 2013 beserta capaian rata-rata Ujian Nasional pada tahun 2019.
Tabel 1. Rangkuman rata-rata nilai ujian nasional yang telah disesuaikan dengan kompetensi dasarnya masing-masing [15].
KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)
KOMPETENSI INTI 4 (KETRAMPILAN)
Capaian rata-rata Ujian Nasional*
Kompetensi dasar Kompetensi dasar
Menerapkan konsep pengukuran berbagai besaran dengan menggunakan satuan
standar (baku).
Menyajikan data hasil pengukuran dengan alat ukur yang sesuai pada diri
sendiri, makhluk hidup lain, dan benda-benda di sekitar dengan
menggunakan satuan tak baku dan satuan baku.
45
Menjelaskan konsep campuran dan zat tunggal (unsur dan senyawa), sifat fisika
Menyajikan hasil penyelidikan atau
karya tentang sifat larutan, perubahan 60
Felixtian Teknowijoyo et al. / Journal of Curriculum Indonesia 3 (1) (2020)
33 dan kimia, perubahan fisika dan kimia
dalam kehidupan sehari-hari.
fisika dan perubahan kimia, atau pemisahan campuran.
Menganalisis konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor, dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
termasuk mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan.
Melakukan percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap
suhu dan wujud benda serta perpindahan kalor.
45
Menganalisis sistem tata surya, rotasi dan revolusi bumi, rotasi dan revolusi bulan, serta dampaknya bagi kehidupan di bumi.
Menyajikan karya tentang dampak rotasi dan revolusi bumi dan bulan bagi kehidupan di bumi, berdasarkan
hasil pengamatan atau penelusuran berbagai sumber informasi.
60
Menganalisis gerak lurus, pengaruh gaya terhadap gerak berdasarkan Hukum Newton, dan penerapannya pada gerak
benda dan gerak makhluk hidup.
Menyajikan hasil penyelidikan pengaruh gaya terhadap gerak benda.
50
Menjelaskan konsep usaha, pesawat sederhana, dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk kerja otot
pada struktur rangka manusia.
Menyajikan hasil penyelidikan atau pemecahan masalah tentang manfaat penggunaan pesawat sederhana dalam
kehidupan sehari-hari.
50
Menjelaskan tekanan zat dan penerapannya dalam kehidupan sehari- hari, termasuk tekanan darah, osmosis, dan
kapilaritas jaringan angkut pada tumbuhan.
Menyajikan data hasil percobaan untuk menyelidiki tekanan zat cair pada kedalaman tertentu, gaya apung,
dan kapilaritas, misalnya dalam batang tumbuhan.
50
Menganalisis konsep getaran, gelombang, dan bunyi dalam kehidupan sehari-hari termasuk sistem pendengaran manusia dan
sistem sonar pada hewan.
Menyajikan hasil percobaan tentang getaran, gelombang, dan bunyi.
30
Menganalisis sifat-sifat cahaya, pembentukan bayangan pada bidang datar
dan lengkung serta penerapannya untuk menjelaskan proses penglihatan manusia, mata serangga, dan prinsip kerja alat optik.
Menyajikan hasil percobaan tentang pembentukan bayangan pada cermin
dan lensa. 30
Menjelaskan konsep listrik statis dan gejalanya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk kelistrikan pada sistem saraf dan
hewan yang mengandung listrik.
Menyajikan hasil pengamatan tentang gejala listrik statis dalam kehidupan
sehari-hari. 40
Menerapkan konsep rangkaian listrik, energi dan daya listrik, sumber energi
Menyajikan hasil rancangan dan
pengukuran berbagai rangkaian listrik. 35
Felixtian Teknowijoyo et al. / Journal of Curriculum Indonesia 3 (1) (2020)
34 listrik dalam kehidupan sehari-hari
termasuk sumber energi listrik alternatif, serta berbagai upaya menghemat energi
listrik.
Menerapkan konsep kemagnetan, induksi elektromagnetik, dan pemanfaatan medan
magnet dalam kehidupan sehari-hari termasuk pergerakan/navigasi hewan untuk mencari makanan dan migrasi.
Membuat karya sederhana yang memanfaatkan prinsip elektromagnet
dan/atau induksi elektromagnetik. 35
Google Edukasi
Google Edukasi melihat bahwa baik setiap peserta didik maupun pendidik memerlukan bahan ajar dan kompetensi tertentu untuk mendapatkan sebuah pembelajaran yang sukses, yang menuju kepada sebuah impian masa depan yang diinginkan oleh mereka.
Pendidikan yang terus berkembang dari jaman ke jaman membuat tantangan pendidikan saat ini lebih penting dari sebelumnya, yaitu bagaimana mendukung pembelajaran peserta didik mempersiapkan tantangan dan jenjang karir yang mereka akan hadapi, yang bisa jadi belum tersedia pada saat ini [2,8]. Dengan mengadakan berbagai macam penelitian Google Edukasi mempunyai 8 aspek penting menyambut tren pendidikan saat ini:
Tanggung jawab digital. Dunia digital atau dunia maya saat ini sudah semakin luas dan bebas, sedangkan orang tua cenderung memberikan kebebasan kepada anak mereka menggunakan dan menjelajahi dunia maya dengan bebas. Oleh sebab itu banyak survey mengatakan bahwa kurikulum sekolah harus diatur tidak hanya memberikan materi ilmu pengetahuan tetapi juga bagaimana mengajarkan peserta didik mengerti resiko dan bertanggung jawab dalam menjelajahi dunia maya. Dan Google Edukasi telah mempersiapkan kurikulum tersebut.
Life skills dalam mempersiapkan ke dunia pekerjaan. Kebutuhan pendidikan secara utuh atau holistic menjadi sebuah kebutuhan pada saat ini. Keterampilan-keterampilan yang berdasarkan kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi menjadi nilai yang penting dalam dunia
pekerjaan, yaitu ketika kelak siswa harus dapat menjadi pemimpin ataupun tegar menghadapi tekanan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan studi yang mengatakan bahwa 90% CEO atau direktur perusahaan membutuhkan keterampilan-keterampilan tersebut ditambah dengan keterampilan digital, kepercayaan diri, empati, teamwork selain tentu saja keterampilan dasar seperti matematika dasar dan bahasa Inggris, yang bisa didapatkan pada Google Edukasi.
Computational thinking atau berpikir secara komputer. Secara global diperkirakan 92% pekerjaan membutuhkan keterampilan digital di masa yang akan datang. Oleh karena itu pendidikan saat ini mengarah kepada STEM (Sains, Teknologi, Engineering (Teknik rekayasa), dan Matematika. Pembelajaran coding dan STEM dengan Google Edukasi dapat membantu peserta didik mengembangkan keterampilan-keterampilan khusus yang membantu mengembangkan pemikiran kritis dan problem solving yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangan di masa yang akan datang.
Student based learning. Dengan meningkatnya tantangan-tantangan di masa yang akan datang kemandirian peserta didik dalam belajar menjadi kunci dan fokus pendidikan. Peran pendidik adalah membantu peserta didik mencintai materi pelajaran yang ada dan membuat lingkungan belajar (aktivitas belajar dan bahan ajar) yang mengarah kepada keaktifan peserta didik. Google Edukasi menawarkan sebuah kemungkinan yang
Felixtian Teknowijoyo et al. / Journal of Curriculum Indonesia 3 (1) (2020)
35 nyaman dan mudah bagi peserta didik dalam hal tersebut.
Kolaborasi. Banyak studi mengatakan bahwa kondisi ruang pembelajaran seperti intensitas cahaya, warna, akustik, dan penempatan meja dan kursi mempengaruhi mood peserta didik. Barett mengatakan lingkungan pembelajaran bahwa 43%
keberhasilan pengalaman dan prestasi belajar ditunjang dengan lingkungan yang mendukung.
Dan Google Edukasi membuka peluang untuk memberikan pengalaman kolaborasi secara real time kepada peserta didik.
Peran orang tua atau wali. Tidak dipungkiri tanpa peran orang tua tingkat keberhasilan pembelajaran peserta didik akan sulit mencapai hasil yang diharapkan.
Sedangkan banyaknya jam kerja orang tua membuat mereka tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memantau proses dan kemajuan pendidikan anak mereka. Google Edukasi memudahkan jalur komunikasi antara pendidik dan orang tua murid dengan lebih efisien dan efektif dalam meningkatkan hasil belajar.
Peran Guru. Inovasi dalam pendidikan adalah hal yang mutlak bagi seorang pendidik dalam mencapai keberhasilan pendidikan. 87%
pendidik di Spanyol mengakui dengan adanya teknologi memudahkan dan menguntungkan mereka dalam mencari, ataupun membuat bahan ajar. Seorang pendidik berperan sebagai agen perubahan yang membantu memotivasi peserta didik dengan bahan ajar yang baik dan bermutu. Google Edukasi memberikan kemudahan untuk seorang pendidik mempersiapkan bahan ajar dan hasil evaluasinya dengan lebih cepat.
Memasukan teknologi baru. Teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), Virtual Reality, Augmented Reality begitu cepat
berkembang dan diadopsi oleh sekolah untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Google Edukasi memungkinkan untuk menghubungkan berbagai macam pendekatan pembelajaran menggunakan teknologi, meskipun demikian teknologi tersebut akan bermakna hanya jika direncanakan terlebih dahulu dan diimplementasikan pada materi pelajaran yang sesuai.
Pendidikan akan memberikan kepada peserta didik dasar keterampilan dan pengetahuan yang akan mereka andalkan selama sisa hidup mereka. Dan ketika dunia di sekitar mereka berubah - dalam hal kebudayaan, nilai kehidupan, pergeseran norma masyarakat ataupun teknologi juga inovasi akan mengubah respon mereka tentang pendidikan. Sehingga pendidikan dikembangkan agar peserta didik lebih terhubung dengannya dalam kehidupan mereka, yang sudah sangat jelas akan memperlengkapi masa depan mereka. Dengan membuka ruang kepada inovasi dalam pembelajaran dengan menggunakan teknologi, maka akan memfasilitasi dan meningkatkan kemampuan baik peserta didik maupun para pendidik, yang menciptakan sebuah ekosistem pembelajaran yang efisien dan efektif.
Bahan Ajar Fisika Berbasis Google Edukasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik
Bahan ajar yang menggunakan Google Edukasi disusun secara sistematis dalam format elektronik. Pengembangan bahan ajar tersebut dibuat secara online menggunakan web browser dengan menarik dan interaktif. Berikut ini beberapa tahapan yang diperlukan dalam pembuatan bahan ajar Fisika menggunakan Google Edukasi [1,2,12,20].
Tahapan Keterangan
Tahap 1: Menentukan kompetensi dasar
Guru menetapkan sebuah kompetensi dasar dan materi yang akan diajarkan. Dan memberikan tujuan pembelajaran pada bagian
yang terlihat dengan jelas.
Felixtian Teknowijoyo et al. / Journal of Curriculum Indonesia 3 (1) (2020)
36 Tahap 2: Menyusun
materi secara menarik
Materi tersebut disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah bentuk mind map yang menarik perhatian peserta didik.
(Google Docs) Tahap 3:
Mengumpulkan media penunjang
Guru mencari video atau gambar yang berisi informasi-informasi tambahan untuk memberikan pengayaan materi, sehingga peserta didik dapat melihat materi tersebut dari berbagai sudut pandang.
(Google Drawing, Youtube) Tahap 4: Membuat tugas
kelompok
Materi Fisika menjadi lebih menantang dan menarik dengan adanya tugas kelompok yang berisi dari pemecahan masalah yang
sesuai dengan materi. (Google Docs) Tahap 5: Evaluasi
mandiri
Pembuatan soal yang mengacu kepada materi dibuat dengan mempertimbangkan kesulitan soal. (Google Form) Tahap 6: Pemaparan
hasil
Setiap kelompok merangkum semua materi yang telah didapat dan dimengerti, lalu membuat sebuah makalah atau power point.
(Google Slide) Tahap 7: Menganalisis
hasil evaluasi
Guru memberikan penilaian dan komentar terhadap masing- masing peserta didik. (Google Classroom) [1]
Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar Google Edukasi melibatkan peran peserta didik secara aktif untuk memecahkan masalah-masalah yang diberikan melalui tugas dan latihan. Dengan demikian pembelajaran Fisika yang konvensional akan berubah menjadi pola pembelajaran yang menarik dan berpusat lebih kepada peserta didik. Dengan model pembelajaran ini akan melatih peserta didik menyelesaikan permasalahan yang nyata dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, melatih keterampilan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah.
Dan hal ini terlihat dari peningkatan hasil belajar peserta didik [12,20].
KESIMPULAN
Berdasarkan studi literatur di atas dapat disimpulkan bahwa perlunya menciptakan inovasi pendidikan melalui bahan ajar yang modern. Salah satu bahan pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan belajar dan
melibatkan peran peserta didik secara aktif pada pelajaran Fisika yaitu media yang menggunakan Google Edukasi. Beberapa prinsip utama bagaimana yang diperlukan agar pembelajaran tersebut efektif antara lain:
Siswa memainkan peran aktif dalam pembelajaran mereka dan sering menerima umpan balik pribadi; Siswa secara kritis menganalisis dan secara aktif membuat pesan media; Guru menghubungkan kegiatan kelas dengan dunia di luar kelas; Guru secara aktif memantau pekerjaan dan keterlibatan siswa;
Guru secara eksplisit mengekspos siswa untuk belajar pengalaman di bidang keamanan cyber dan penggunaan teknologi yang tepat [22].
Sehingga bahan ajar tersebut memudahkan peserta didik untuk belajar secara mandiri dan disajikan secara jelas, berisi soal- soal yang didesain bermakna dan menarik, serta dapat merangsang peserta didik dalam berpikir kritis, sehingga meningkatkan pemahaman materi dan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
Felixtian Teknowijoyo et al. / Journal of Curriculum Indonesia 3 (1) (2020)
37 DAFTAR PUSTAKA
ACT Governments: Education and Training. 2018.
Google Classroom: Guide for Teachers.
Asomba, A. O., (2015). Factors Affecting Students’
Use Of Google Apps For Education In Developing Countries. 1st University of Benin Annual Research Day Conference.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2019). Pengguna internet di Indonesia berdasarkan umur. Diakses dari https://apjii.or.id/survei2018s pada tanggal 6 Agustus 2019.
Astuti, D. P., Siswandari, Santoso, D., Media Pembelajaran E-book Berbasis Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik, 8.
Azizah, R., Yuliati, L., Latifan, E. (2015). Kesulitan Pemecahan Masalah Fisika Pada Siswa SMA.
Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA).
5(2).
Fernandez, F.B., (2017) Action research in the physics classroom: the impact of authentic, inquiry based learning or instruction on the learning of thermal physics. Fernandez Asia-Pacific Science Education. 3(3).
Fischer, Hans & Horstendahl, Michaela. (1997).
Motivation and Learning Physics. Research in Science Education. 27. 411-424.
10.1007/BF02461762.
Google for Education: Future of the Classroom.
(2019). Emerging Trends in K-12 Education Global Edition. Services.google.com. Diakses pada tanggal 17 September 2019, from http://services.google.com/fh/files/misc/future _of_the_classroom_emerging_trends_in_k12_ed ucation.pdf.
Giancoli, D.C., 1998. Physics: Principle with applications, edisi ke 5, Jilid 1. Penerbit Erlangga.
González, M. & González, Manuel & Martin, Esther
& Llamas, César & Martínez, Óscar & Vegas, Jesús & Herguedas, Mar & Hernández, Carmen.
(2015). Teaching and Learning Physics with Smartphones. Journal of Cases on Information
Technology. 17. 2015.
10.4018/JCIT.2015010103.
Insani, M.D. (2016). Studi Pendahuluan Identifikasi Kesulitan Dalam Pembelajaran Pada Guru Ipa SMP Se-kota Malang. Jurnal Pendidikan Biologi Volume 7, (2), 81-93.
Mohd Shaharanee, Izwan Nizal & Mohd Jamil, Jastini & Rodzi, Sarah. (2016). Google
classroom as a tool for active learning. 1761.
020069. 10.1063/1.4960909.
Office of Education Technology. (2019). Tech.ed.gov.
Retrieved 17 September 2019, from https://tech.ed.gov/files/2017/01/NETP17.pdf .
Organisation for Economic Co-operation and Development. (2018). The Future of Education
and Skills: Education 2030.
https://www.oecd.org/education/2030/E2030
%20Position%20Paper%20(05.04.2018).pdf.
Diakses pada tanggal 15 September 2019.
Pusat Penelitian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2019). Hasil laporan ujian nasional capaian wilayah & satuan pendidikan.
Diakses dari
https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasil-un/
pada tanggal 26 Agustus 2019.
Rahono, D., Sunarno. W., Cari. (2014).
Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Problem Solving Melalui Metode Demonstrasi dan Eksperimen Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inkuiri Universitas Sebelas Maret.
Santika, I.G.D., Widiarta, I.P., Putra, K.A.A., &
Putri, I.A.S.K. (2015). Apa Yang Membuat Fisika Sulit? Penyebab Kesulitan Belajar Fisika Siswa SMA Di Kabupaten Buleleng. Artikel PKM-P Universitas Pendidikan Ganesha Tahun 2015. 1-10.
Santosa, H.S., (2016). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Mengoptimalkan Penguasaan Problem Solving Skill Siswa Berbasis Nature Of Physics. Universitas Negeri Yogyakarta.
Shaharanee, I.N.H., Jamil, J.H., & Rodzi, S.S.M.
(2016). The Application of Google Classroom as a Tool for Teaching and Learning. Journal of Telecommunication, Electronic and Computer Engineering. 8 (10). 1-8.
Widodo, S. (2017). Implementing Google Apps for Education as Learning Management System in Math Education. International Conference on Mathematics and Science Education (ICMScE).
5.
Yashwantrao Ramma, Ajeevsing Bholoa, Mike Watts
& Pascal Sylvain Nadal. (2018). Teaching and learning physics using technology: Making a case for the affective domain, Education Inquiry,
9:2, 210-236, DOI:
10.1080/20004508.2017.1343606.
Felixtian Teknowijoyo et al. / Journal of Curriculum Indonesia 3 (1) (2020)
38
Host, B. (2019). Does Using Technology in the Classroom Improve Student Outcomes?.
Education Technology Solutions. Diakses pada tanggal 5 Oktober 2019, dari https://educationtechnologysolutions.com/2019 /05/technology-classroom-improve-student- outcomes/