• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HARGA POKOK PESANAN PADA UD. MANDIRI MEUBEL DI DESA

DUTOHE KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO

OLEH :

USMAN, S.Pd., SE.,M.Si NIP. 197706242008121002

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TAHUN 2019

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

1 Judul Pengabdian : Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan Metode Harga Pokok Pesanan

2 Nama : Usman, S.Pd.,SE., M.Si.

Pangkat/Golongan/NIP : Lektor/III d/197706242008121002 Fakultas/ Program studi : FEB/Akuntansi

Alamat : Perumahan Tomulabutao Blok A/176 Kota Gorontalo 4 Lokasi Pengabdian Meubel kayu Dutohe, kabupaten bone bolango provinsi

Gorontalo 5 Jangka waktu Pelaksanaan : 1 hari

6 Jumlah biaya : -

7 Sumber biaya : Biaya mandiri

Mengetahui: Gorontalo, 10 Oktober 2019 Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ketua Pelaksana,

Dr. Ir. Syarwani Canon, M.Si Usman, S.Pd.,SE., M.Si.

NIP: 196507242000031001 NIP. 197706242008121002

Menyetujui,

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyrakat UNG

Prof.Dr.Fenty U. Puluhulawa,SH.,M.Hum NIP. 19680409 199303 2 001

(3)

ABSTRAK

Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk mengetahui penggolongan biaya yang sesuai dengan konsep akuntansi biaya dan perhitungan harga pokok produk dengan menggunakan metode harga pokok pesanan. berkaitan dengan hal itu UD. Mandiri Meubel Dutohe dalam mengelolah usahanya belum dapat berjalan secara efektif dan efisien disebabkan masih terdapat perhitungan biaya produksi yang tidak memsukan kedalam beban biaya seperti tidak menperhitungka biaya non produksi, dimana biaya-biaya tersebut juga termasuk biaya yang dikeluarkan perusahan walaupun tidak termasuk dalam biaya produksi satu set kursi dan meja. Hal tersebut terdapat perbedaan harga jual antara perusahan dan hasil setelah dievaluasi dengan metode full costing, karena biaya non produksi diperhitungkan sesuai dengan rumus yang hasilnya lebih tinggi dari perusahaan. Diharapkan UD. Mandiri Meubel Dutohe kabupaten Bone bolango dapat meninjau kembali perhitungan harga pokok penjualan.

(4)

DAFTAR ISI

Lembar Halaman ... i

Lembar pengesahan. ... ii

Daftar Isi. ... iii

I. Pendahuluan. ... 1

1.1 Analisis situasi. ... 1

1.2 Identitas Perumusan Masalah. ... 5

1.3 Tujuan Kegiatan. ... 5

1.4 Manfaat Kegiatan. ... 6

II. Tinjauan Pustaka. ... 7

2.1 Harga pokok produksi. ... 7

2.2 Biaya Produksi. ... 7

2.3 metode pengumpulan biaya produksi. ... 7

2.4 Metode penentuan harga pokoko produksi. ... 8

2.5 Metode harga pokok pesanan. ... 9

2.6 Manfaat informasi HPP perpesanan. ... 10

2.7 Penentuan harga jual yang dibebanka kepemesan. ... 10

2.8 Menpertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan. ... 11

2.9 Menghitung laba rugi bruto tiap pesanan. ... 11

III. Materi dan Metode Pelaksanaan. ... 15

3.1 Kerangka Pemecahan Masalah. ... 15

3.2 Khalayak Sasaran. ... 16

3.3 Metode kegiatan. ... 16

3.4 Keterkaitan LPM UNG dengan dunia usaha meubel. ... 16

3.5 Rencana Evaluasi. ... 17

IV. Hasil dan Pembahasan. ... 18

4.1 Gambaran Umum Lokasi Pelaksanaan. ... 18

4.2 Peserta Pelatihan. ... 18

4.3 Capaian Hasil Pelaksanaan. ... 18

V. Kesimpulan dan Saran. ... 20

5.1 Kesimpulan. ... 20

5.2 Saran. ... 20 Daftar Pustaka...

Lampiran...

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Analisisis Situasi

Dalam menghadapi persaingan, perusahaan harus dapat mempertahankan keunggulannya.

Tersedianya berbagai macam pilihan produk menjadikan keinginan konsumen akan produk yang bermutu tinggi, sangat fungsional, tepat waktu dalam penyerahan serta berharga murah menjadi tinggi.Untuk itu, perusahaan dituntut mampu menghitung harga pokok produksi serta memproyeksi laba, sehingga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan dengan didukung oleh informasi yang akurat. Hal tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam proses kegiatan perusahaan.

Pengembangan Ekonomi Lokal dan Daerah yang pendekatannya berfokus kepada pemanfaatan dan optimalisasi sumberdaya dan kompetensi daerah dalam menggerakkan perekonomian daerah untuk mengatasi persoalan kemiskinan, pengangguran dan menciptakan pembangunan berkelanjutan menemukan momentumnya di tengah arus ekonomi global. Strategi pengembangan ekonomi daerah yang tepat diharapkan mampu menemukan dan menggali potensi ekonomi produktif yang berdaya saing sekaligus berbasis sumber daya daerah (local resources based economy).

Pengembangan ekonomi daerah yang ada saat ini masih berbasis ideologi ekonomi tradisional. Pengembangan ekonomi daerah yang baik, seyogyanya mengadopsi pengembangan ekonomi lokal, yaitu: pendekatannya kewilayahan, pendekatan dari bawah, membangun kemitraan dan memanfaatkan potensi lokal

(6)

Desa Dutohe yang ada di kabupaten bone bolango provinsi Gorontalo merupakan salah satu daerah memiliki perbatasan langsung dengan kota gorontalo sehingga memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan kota Gorontalo dan salah satu daeran yang memiliki banyak pengrajin yang bergerak dalam usaha meubel kayu, produk yang dihasilkan tersebut paling banyak diminati oleh konsumen seperti lemari, kursi, meja, kusen, pintu, jendela dan produk-produk lainnya. Dutohe meubel didirikan oleh bapak Ismail sejak tahun 1999. Saat ini perusahaan memperkerjakan 3 orang karyawan dengan omset rata-rata tiap bulannya Rp 8,000,000. Pesanan yang paling umum dipesan adalah lemari dan kursi. “Usaha Mandiri Meubel” berada di Desa Dutohe merupakan salah satu usaha meubel yang memproduksi barang sesuai dengan pesanan konsumen.

Selama ini perusahaan hanya menetapkan harga jual sesuai dengan harga pasar tanpa menghitung biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama proses produksi sesuai dengan prosedur akuntansi. Tentunya hal ini mengakibatkan kurang akuratnya perhitungan biaya produksi karena tidak semua elemen biaya dimasukkan oleh perusahaan. Akibatnya bisa saja laba yang didapat sesungguhnya tidak sesuai dengan target yang diinginkan.

Olehnya itu perusahaan seharusnya menghitung harga pokok produksi sesuai dengan perhitungan akuntansi agar semua biaya-biaya yang dikeluarkan dalam mengolah suatu produk akan lebih jelas terlihat sehingga informasi biaya yang lengkap dapat disajikan. Karena informasi total harga pokok produksi memberikan perlindungan bagi manajemen agar dalam menerima pesanan perusahaan tidak mengalami kerugian dan dapat mempermudah dalam pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan serta sebagai komponen dasar dalam penentuan harga jual sesuai dengan target laba yang diinginkan.

(7)

Demikian pula kurangnya tingkat pendidikan oleh karyawan yang dipekerjakan oleh Usaha Mandiri Meubel menjadi hambatan atau kendala dalam pengembangan usaha karena rata-rata masih berpendidikan SMP, sementara tingkat pendidikan sangat berpengaruh pada keterampilan pengusaha dalam mengelola dan memproduksi produk yang inovatif untuk menarik konsumen.

Tenaga kerja yang dipekerjakan oleh “Usaha Mandiri Meubel” sebanyak 5 orang yang bekerja secara harian pada usaha tersebut dan upah yang diterima pun sesuai dengan berapa hari mereka bekerja serta system upah yang berbeda-beda sesuai dengan pekerjaan yang mereka jalankan. Selanjutnya besarnya omset penjualan atau nilai produksi “Usaha Mandiri Meubel” di Desa Dutohe tergantung oleh besarnya modal yang digunakan, banyak pesanan atau banyaknya barang yang diorder kepada konsumen. Perbedaan harga dapat terjadi dalam proses penjualan barang meubel hasil produksinya, hal ini tergantung pada besarnya modal modal yang dikeluarkan, lama waktu pengerjaan, besar kecil ukuran, serta inovasi barang meubel yang diproduksi. Masih belum adanya pasar khusus dalam menjual hasil produksi membuat pengusaha hanya melakukan produksi barang apabila ada pesanan dari konsumen dan jumlah yang diproduksi juga bergantung pada permintaan konsumen saja.

Pengolahan “Usaha Mandiri Meubel” milik Tn Ismail di Desa Dutohe masih sederhana.

Namun demikian, Usaha Mandiri Meubel telah memberikan keuntungan bagi pemiliknya dan dapat memberikan peluang usaha yang cukup baik. Berdasarkan pengalaman dan lamanya beroperasi usaha meubel ini sangat menentukan kualitas barang produksi maupun kualitas pelayanan kepada konsumen akan menjadi lebih baik dan demikian pula kendala-kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha mandiri meubel ini mampu diatasi dengan baik.

(8)

Olehnya itu “Usaha Mandiri Meubel” Duthe milik Tn. Ismail perlu mendalami adanya metode penjualan dengan menpertimbangkan penentuan harga pokok produksi berdasakan harga pokok pesanan. Metode harga pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi untuk menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar pesanan. Tujuan metode ini adalah menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan baik harga pokok secara keseluruhan dari tiap-tiap pesanan maupun untuk per satuan.

Dalam metode ini, biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Pada pengumpulan harga pokok pesanan, di mana biaya yang dikumpulkan untuk setiap pesanan/kontrak/jasa secara terpisah dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya.

Karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan tersebut diatas berpengaruh terhadap pengumpulan biaya produksinya. Metode pengumpulan biaya produksi dengan metode harga pokok pesanan yang digunakan dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk yang sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual.

2. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi dua kelompok yaitu biaya produksi langsung dan produksi tidak langsung.

3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung sedangkan biaya produksi tidak langsung yaitu biaya overhead pabrik.

(9)

4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi secara pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.

5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas, maka pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan adalah “Pelatihan Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Harga Pokok Pesanan”.

1.2 Identifikasi Perumusan Masalah

Berdasarkan pengamatan dilapangan dapat di identifikasi beberapa masalah antara lain

• Masih kurangnya pemahaman para pengusaha dalam menentukan harga pokok produksi berdasarkan harga pokok pesanan

• Pihak perusahaan tidak mempunyai metode khusus yang digunakan dalam menghitung harga pokok yang dihasilkan.

• Perusahaan tidak melakukan perhitungan harga pokok produk yang tepat untuk setiap jenis produk yang dibuat.

1.3 Tujuan Kegiatan

Adapun tujuan kegiatan yang ingin dicapai adalah:

• Untuk meningkatkan pemahaman para pengusaha meubel dalam menentukan harga pokok produksi berdasarkan harga pokok pesanan

• Untuk meningkatkan kemanpuan pihak perusahaan dalam menggunakan metode khusus yang dalam menghitung harga pokok yang dihasilkan.

(10)

• Untuk meningkatkan pengetahuan tentang perhitungan harga pokok produk yang tepat dalam setiap jenis produk yang dibuat

1.4 Manfaat Kegiatan

Adapun manfaat kegiatan dalam pelatihan ini sebagai berikut:

• Secara teoritis, dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang akuntansi yang berkaitan dengan penetuan harga pokok produksi dilingkungan usaha meubel yan ada di desa dutohe

• Secara praktis, dapat dijadikan sebagai pedoman pengelolaan usaha meubel dalam menentukan harga pokok produksi dengan menggunakan metode harga pokok pesanan.

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Harga Pokok Produksi

Harga Pokok Produksi. Menurut Bustami dan Nurlela (2013 : 49) harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead yang ditambah dengan persediaan barang dalam proses awal dan dikurangi persediaan barang dalam proses akhir. Menurut Hansen dan Mowen (2009 : 60) mengemukakan harga pokok produksi adalah total seluruh biaya-biaya yang digunakan dalam membuat atau memproduksi suatu barang. Biaya yang dipakai untuk produksi barang dihitung perusahaan secara teliti agar dapat menentukan harga pokok produksi yang akurat.

2.2 Biaya produksi

Supriyono (2012:19) biaya produksi adalah semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Sedangkan menurut Mulyadi (2012:14) Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.

Berdasarkan definisi biaya produksi diatas maka, biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi dapat digolongkan kedalam tiga kelompok, yaitu:

a. Biaya bahan baku b. Biaya tenaga kerja c. Biaya overhead pabrik

(12)

2.3 Metode Pengumpulan Biaya Produksi

Mulyadi (2012:16) mengemukakan bahwa pengumpulan biaya produksi sangat ditentukan oleh cara produksi. Secara garis besar, cara memproduksi produk dibagi menjadi dua macam yaitu:

1) Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan, mengumpulkan biaya produksinya dengan menggunakan metode biaya pesanan (job order cost method).

2) Perusahaan yang berproduksi massa, pengumpulan biaya produksinya dengan menggunakan metode biaya proses (process cost method).

2.4 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Mulyadi (2012:17) yang mengungkapkan bahwa metode penentuan kos produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam kos produksi. Dalam memperhitungkan unsur- unsur biaya ke dalam produksi, terdapat dua pendekatan:

a. Pendekatan Full costing

Pengertian Full Costing menurut Mulyadi (2012:18) Full Costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik variabel maupun tetap ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).

b. Pendekatan Variabel costing

Untuk Variable Costing, pengertian Variable Costing menurut Mulyadi (2012:20) Variable Costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel kedalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.

(13)

2.5 Metode Harga Pokok Pesanan

Metode harga pokok pesanan merupakan metode pengumpulan biaya produksi untuk menetapkan harga pokok produksi yang dibuat perusahaan berdasarkan pesanan. Dalam perhitungan biaya setiap pesanan merupakan satuan akuntansi yang didalamnya dibebankan biaya bahan, upah dan biaya overhead dengan menggunakan nomor order dan biaya untuk setiap pesanan pelanggan dicatat dalam kartu biaya pesanan.

Menurut Mulyadi (2012:17) pengertian Metode harga pokok pesanan adalah biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok per satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.

Karakteristik dari metode harga pokok pesanan menurut Mulyadi (2012:38) adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual.

b. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungan dengan produk menjadi dua kelompok berikut ini: biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.

c. Biaya prodkusi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah overhead pabrik.

d. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan kedalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.

(14)

e. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.

2.5 Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi Per Pesanan

Menurut (Mulyadi, 2014), manfaat informasi harga pokok produksi per pesanan antara lain :

1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan ke pemesan.

2. Mempertimbangkan penerimaan dan penolakan pesanan.

3. Memantau realisasi biaya produksi.

4. Menghitung laba atau rugi tiap pesanan.

5. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.

2.6 Menentukan Harga Jual Yang akan Dibebankan kepada Pemesan

Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memproses produknya berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian biaya produksi pesanan yang satu akan berbeda dengan biaya produksi pesanan yang lain, tergantung pada spesifikasi yang dikehendaki pemesan. Oleh karena itu harga jual yang dibebankan kepada pemesan sangat ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu. Formula untuk menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan sebagai berikut :

Taksiran biaya produksi untuk pesanan

Taksiran biaya nonproduksi dibebankan ke pesanan Taksiran total biaya pesanan

Laba yang diinginkan xx + Taksiran harga jual dibebankan ke pemesan

Rp. xx Rp.xx+

Rp. xx Rp. xx

(15)

2.7 Mempertimbangkan Penerimaaan atau Penolakan Pesanan

Informasi total harga pokok pesanan memberikan dasar perlindungan bagi manajemen agar di dalam menerima pesanan perusahaan tidak mengalami kerugian. Tanpa memiliki informasi total harga pokok pesanan, manajemen tidak memiliki jaminan apakah harga yang diminta oleh pemesan dapat mendatangkan laba bagi perusahaan. Total harga pokok pesanan dihutung dengan rumus sebagai berikut :

Biaya Produksi Pesanan :

Taksiran biaya bahan baku Rp. xx

Taksiran biaya tenaga kerja Rp. xx

Taksiran biaya overhead pabrik Rp. xx +

Taksiran total biaya produksi Rp. xx

Biaya non produksi:

Taksiran biaya administrasi & umum Rp. xx

Taksiran biaya pemasaran Rp. xx +

Taksiran biaya non produksi Rp. xx

Taksiran total harga pokok pesanan Rp. xx

2.8 Menghitung Laba atau Rugi Bruto Tiap Pesanan

Informasi laba atau rugi bruto tiap pesanan diperlukan untuk mengetahui kontribusi tiap pesanan dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi. Oleh karena itu, metode harga pokok pesanan digunakan oleh manajemen untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan untuk tiap pesanan guna menghasilkan informasi laba atau rugi bruto tiap pesanan. Laba atau rugi bruto tiap peanan sebagai berikut :

Harga jual yang dibebankan ke pemesan Rp. xx Biaya produksi pesanan tertentu:

Biaya bahan baku sesungguhnya Rp. xx

Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya Rp. xx

(16)

Taksiran biaya overhead pabrik Rp. xx +

Total biaya produksi pesanan Rp. xx

Laba Bruto Rp. xx

Pengumpulan Biaya Produksi dalam Penentuan Harga Pokok Produksi berdasarkan Pesanan menurut (Mulyadi, 2014) sebagai berikut :

1. Pembelian Bahan Baku dan Bahan Penolong Jurnal untuk mencatat Pembelian Bahan Baku dan Bahan Penolong sebagai berikut :

Persediaan Bahan Baku Utang Dagang

Rp. Xx

Rp. Xx Persediaan Bahan Penolong

Utang Dagang

Rp. Xx

Rp. Xx

2. Pemakaian Bahan Baku Dan Bahan Penolong Jurnal Untuk Mencatat Pemakaian Bahan Baku Dan Bahan Penolong Sebagai Berikut :

Bdp-Biaya Bahan Baku Persediaan Bahan Baku

Rp. Xx

Rp. Xx Bop Sesungguhnya

Persediaan Bahan Penolong

Rp. Xx

Rp. Xx

3. Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Jurnal Untuk Mencatat Biaya Tenaga Kerja Sebagai Berikut Gaji Dan Upah

Utang Gaji Dan Upah

Rp. Xx

Rp. Xx

Bdp-Btkl

Bop Sesungguhnya Biaya Adm & Umum

Rp. Xx Rp. Xx Rp. Xx

(17)

Biaya Pemsaran Gaji Dan Upah

Rp. Xx

Rp. Xx Utang Gaji dan Upah

Kas

Rp. Xx

Rp. Xx

4. Pencatatan Biaya Overhead Pabrik Jurnal untuk mencatat Biaya Overhead Pabrik sebagai berikut :

BDP-BOP

BOP yang Dibebankan

Rp. Xx

Rp. Xx

BOP Sesungguhnya Akum Depr Mesin Akum Depr Gedung Persekot Asuransi Persediaan Suku Cadang Persediaan Bahan Bangunan

Rp. Xx

Rp. Xx Rp. Xx Rp. Xx Rp. Xx Rp. Xx BOP yang Dibebankan

BOP Sesungguhnya

Rp. Xx

Rp. Xx Selisih BOP

BOP Sesungguhnya

Rp. Xx

Rp. Xx

5. Pencatatan Biaya Produk Jadi Jurnal untuk mencatat Biaya Produk Jadi sebagai berikut:

Persediaan Produk Jadi BDP-BBB

BDP-BTKL BDP-BOP

Rp. Xx

Rp. Xx Rp. Xx Rp. Xx

6. Pencatatan Harga pokok produk dalam proses Jurnal untuk mencatat Harga pokok produk dalam proses sebagai berikut :

(18)

Persediaan Produk Dalam Proses BDP-BBB

BDP-BTKL BDP-BOP

Rp. Xx

Rp. Xx Rp. Xx Rp. Xx

7. Pencatatan harga pokok produk yang dijual Jurnal untuk mencatat harga pokok produk yang dijual sebagai berikut :

Harga Pokok Penjualan Persediaan Produk Jadi

Rp. Xx

Xx

8. Pencatatan pendapatan penjualan produk Jurnal untuk mencatat pendapatan penjualan produk sebagai berikut :

Piutang Dagang Penjualan

Rp. Xx

Xx

(19)

BAB III

MATERI DAN METODE PELAKSANAAN 3.1 Kerangka Pemecahan masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah di identifikasi dapat dikemukakan kerangka pemecahan masalah sebagai berikut:

1. Masalah utama yang telah di identifikasi melalui pra-survey adalah kurangnya pemahaman pemilik usaha meubel dalam menentukan harga pokok produksi dalam menggunakan harga pokok pesanan

2. Langka-langka kegiatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:

3. Langka persiapan : yakni diadakan sosialisasi dengan pemilik usaha meubel yang sangat membutuhkan pelatihan pengelolaan dalam menentukan harga pokok produksi dalam menggunakan harga pokok pesanan

a. Peserta pelatihan dalam kegitan ini menerima informasi tentang bentuk pelatihan serta bahan-bahan yang digunakan dengan metode ceramah dan Tanya jawab.

b. Praktek pengelolaan dalam menentukan harga pokok produksi dengan menggunakan harga pokok pesanan

c. Evaluasi dilakukan selama kegiatan berlangsung dan setelah kegiatan pelatihan berakhir, evaluasi ini dilakukan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan pelatihan.

Langkah-langka pemecahan masalah dapat di gambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah PERSIAPAN

Peraktek Penentuan Harga Pokok Produksi Sajian Materi

(20)

3.2 Khalayak Sasaran

Pemilik usaha meubel di kabupaten Bone bolango desa Dutohe Provinsi Gorontalo dianggap sebagai khalayak yang mampu serta dapat mengkomunikasikan tentang penetuan harga pokok produksi dengan menggunakan harga pokok pesanan kepada rekan sejawat maupun kepada masyarakat lainnya. sehingga sasaran pelatihan tersebut dapat dirasakan atau bermanfaat di tengah-tengah masyarakat.

3.3 Metode kegiatan

Untuk dapat mencapai tujuan dan hasil yang optimal maka kegiatan ini dil aksanakan dalam bentuk penyuluhan, penjelasan atau metode ceramah dan diperkuat dengan praktek secara langsung.

3.4 Keterkaitan LPM dan kantor Desa Dutohe Kabupaten Bone Bolango

Lembaga pengabdian pada masyarakat adalah salah satu lembaga yang terdapat di Universitas Negeri Gorontalo, sedangkan yang menjadi khalayak sasaran dalam pengabdian ini adalah pengusaha meubel desa dutohe provinsi gorontalo, dengan adanya program ini, maka Universitas Negeri Gorontalo mendapatkan suatu keuntungan berupa perluasan kesempatan dan wahana untuk melaksanakan salah satu Tri Darma Perguruan Tinggi melalui pelatihan penentuan harga pokok produksi melalui harga pesanan.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui penentuan harga pokok produksi melalui harga pesanan melibatkan pemerintah, masyarakat pedesaan dan LPM UNG. Pemerintah dan pihak pemerintah desa dalam mengakomodasi dan mengkoordinasi para pemilik usaha meubel kayu yang ada di desa Dutohe , sedangkan LPM UNG akan membantu dalam sumber daya manusia khususnya kepakaran dan keahlian dalam teori. Kemitraan ini dilakukan atas dasar

(21)

saling menguntungkan kedua belah pihak yakni pemilik usaha meubel yang ada di desa dutohe kabupaten Bone bolango..

Kegiatan dapat terlaksana untuk menjaga kemitraan antara UNG dengan masyarakat sesuai dengan Tri Darma Perguruan Tinggi. Khususnya darma pengabdian kepada masyarakat bagi khalayak sasaran, yakni pemilik usaha meubel desa dutohe kabupaten bone bolango provinsi Gorontalo yang pelaksanaannya akan mendatangkan banyak manfaat dan keutungan berupa peningkatan wawasan dan ilmu pengetahuan dibidang akuntansi.

3.5 Rencana Evaluasi

Evaluasi pada awal kegiatan dilakukan dalam tiga tahap,yaitu:

• Mulai dari perencanaan

• Proses pelaksanaan

• Evaluasi .

Evaluasi pada awal kegiatan dilakukan untuk menetapkan rencana kegiatan yang akan dilakukan evaluasi proses pelaksanaan dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan program. Sementara evaluasi pada akhir kegiatan dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan dari keseluruhan program kegiatan.

(22)

BAB IV

Hasil dan Pembahasan

Bagian ini merupakan bagian umum lokasi dan data yang diperoleh selama pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan metode ceramah dan pelatihan yakni pelatihan dan sosialisasi penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan harga pokok pesanan terhadap pengelolaan usaha meubel di Desa Dutohe Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Kegitan ini merupakan kegiatan yang sifatnya normatif dalam rangka menumbuhkan minat dan dorongan untuk berusaha kreatif dan produktif bagi pengusaha meubel di di Desa Dutohe Kabupaten Bone Bolango.

4.1 Gambaran Umum lokasi Pelaksanaan

Lokasi kegiatan atau pelaksanaan pelatihan ini dilaksanakan di rumah produksi meubel

“Usaha Mandiri Meubel” yang berada di Desa Dutohe Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Dan rata-rata jenis usaha yang dilakukan oleh masyarakat pelaku usaha kecil dan menegah yang ada di Desa Dutohe Kabupaten Bone Bolango selain sebagai petani/peternak juga kegiatan wiraswasta lainnya seperti, usaha meubel, usaha nasi kuning, kios dan lain-lain.

4.2 Peserta Pelatihan

Pelatihan ini diikuti 10 orang peserta masing-masing lima dari pihak pengusaha meubel dan 5 dari kalangan masyarakat khususnya pelaku usaha kecil, sosialisasi tersebut dilakukan agar pelaku usaha kecil dan usaha produktif lainnya yang ada pada masyarakat di Desa Dutohe Kabupaten Bone Bolango dapat dikelola dengan baik.

4.3. Capaian Hasil Pelaksanaan

Berdasarkan hasil survey dan pelatiahan langsung dilapangan di Desa Dutohe Kabupaten Bone Bolango tanggal 10 oktober 2019 telah dilaksanakan kegiatan sosialisasi penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan harga pokok pesanan untuk

(23)

meningkatkan pemahaman atau pengetahuan bagi para pelaku usaha kecil dan menengah yang ada di Desa Dutohe Kabupaten Bone Bolango, adapun yang telah didapatkan sosialisai ini yakni dapat mengetahui lebih luas tentang penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan harga pokok pesanan pada “Usaha Mandiri Meubel” di Desa Dutohe Kabupaten Bone Bolango kepada pelaku usaha kecil dan menegah sehingga dapat terbantu untuk mengembangkan usahanya dan dapat meningkatkan produktivitas dan mengembangkan inovasi, kretifitas dan kualitas usaha yang dimilikinya yang dapat memberikan nilai jual dan nilai saing untuk meningkatkan usahanya.

(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Seluruh peserta yang ikut dalam pelatiahan dan sosialisasi penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan harga pokok pesanan pada usaha meubel di Desa Dutohe Kabupaten Bone Bolango memiliki kemanpuan mengelolah, menciptakan, dan mendesain usahanya secara kreatif atau sekitar 85% dapat menpraktekan langsung dalam mengelola usaha yang dimilikinya seperti pelatihan dan sosialisasi penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan harga pokok pesanan untuk meningkatkan penjualan hasil produksi meubel tersebut.

Hasil kegiatan atau pelatihan ini sangat bermanfaat bagi pelaku usaha kecil untuk menentukan harga pokok produksi dengan menggunakan harga pokok pesanan dalam meningkatkan penjualan hasil barang produksi sehingga dapat menciptakan peluang usaha yang lebih efektif, efisien, produktif, berkualitas serta dapat lebih menguntungkan bagi pelaku usaha kecil dan menegah yang ada di desa Dutohe kabupaten Bone Bolango provinsi Gorontalo.

5.2 Saran

Mengingat pelatihan dan sosialisasi untuk menentukan harga pokok produksi dengan menggunakan harga pokok pesanan untuk pengusaha meubel yang ada Desa Dutohe Kabupaten Bone Bolango maka disarankan kepada seluruh pelaku usaha kecil dan menegah khususnya pelaku usaha meubel yang ada Desa Dutohe Kabupaten Bone Bolango dapat mengikuti pelatihan-palatihan yang dilaksanakan oleh beberapa instansi-intasi pemerintahan maupaun dari lembaga-lembaga perguruan tinggi yang dilaksanak setiap tahun agar dapat lebih berproduktif sehingga usaha yang degeluti dapat lebih menguntungkan dan dapat memberikan kesejahteraan dan juga dapat mengurangi pengagguran pada masyarakat pedesaan di desa Dutohe kabupaten Bone Bolango provinsi Gorontalo.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Bustami, B. dan N. (2013). Akuntansi Biaya (Keempat). Jakarta: Mitra Wacana Media.

Handoko, T Hani, 2003. Manajemen edsi II. Yokyakarta: BPFE

Mulyadi. (2014). Akuntansi Biaya (Kelima). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Siregar, Baldric, Suripto, Bambang. 2013. Akuntansi Biaya. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Supriono. 1999. Akuntansi biaya. Yokyakarta: PT. BPFE Sunarto. 2003. Akuntansi biaya edisi revisi . yokyakarta: amus

Wibowo, S. danYani M. (2009). Akuntansi Biaya. Bandung: Politeknik Telkom.

(26)

Lampiran.

Dokumentasi lapangan

(27)
(28)

Referensi

Dokumen terkait

Bank Kustodian akan menerbitkan dan menyampaikan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki

Kendala dalam Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi dalam pengawasan Kinerja Tenaga Kependidikan di SMPN 1 Baitussalam Berdasarkan wawancara mengenai kendala dalam

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan stuktur narasi dalam novel Ca Bau Kan (CBK) dengan menggunakan teori semiotika. Penelitian ini menggunakan sumber data novel

Klaster 2 mempunyai ciri tingkat Angka Harapan Hidup (AHH), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), Harapan Lama Sekolah (HLS) yang “rendah” dan tingkat Pengeluaran Per Kapita

1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif. 2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan. 3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas. 4)

Motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu (Muhibbin Syah 2006, h. Kompetensi guru terdiri dari kompetensi

Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat 11 Kode Etik Notaris, setiap anggota INI diwajibkan membayar uang iuran secara tertib, sedangkan tidak ada peraturan baik

Tujuan dari tahap penerimaan adalah untuk memberikan penyambutan kepada pelanggan, memastikan bahwa kendaraan pelanggan diperbaiki dengan benar pada waktu pertama kali, dengan