PELAKSANAAN ASESMEN RISIKO PASIEN JATUH OLEH PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM PERMATA BUNDA
MEDAN TAHUN 2020
SKRIPSI
Oleh
ALYA KHANSA AZURA NIM. 151000108
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
PELAKSANAAN ASESMEN RISIKO PASIEN JATUH OLEH PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM PERMATA BUNDA
MEDAN TAHUN 2020
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
ALYA KHANSA AZURA NIM. 151000108
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
i
ii Telah diuji dan dipertahankan
Pada tanggal: 26 Januari 2021
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes.
Anggota : 1. dr. Harry Chrismanda, M.K.M.
2. Dr. Siti Khadijah Nasution, M.Kes.
iii
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul
“Pelaksanaan Asesmen Risiko Pasien Jatuh oleh Perawat di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan Tahun 2020” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, 26 Januari 2021
Alya Khansa Azura
iv Abstrak
Pasien jatuh adalah salah satu insiden yang paling sering terjadi dalam lingkup rumah sakit. RSU Permata Bunda Medan terdapat 13 kasus risiko pasien jatuh pada tahun 2019 berkisar antara umur 60-85 tahun. Adapun penyebab risiko pasien jatuh di kelas II dan kelas III yaitu dikarenakan faktor lingkungan yang mempengaruhi keseimbangan tubuh dan berisiko jatuh, kejadian jatuh lebih sering terjadi di ruangan kamar mandi, kondisi lantai kamar mandi yang licin dan peletakkan alat mandi yang tidak mudah dijangkau oleh lansia mengakibatkan banyaknya pasien yang jatuh karena terpeleset. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, wawancara mendalam dan observasi langsung. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di RSU Permata Bunda Medan pada ruang kelas II terdapat pengaman tempat tidur pasien yang patah, dan pada ruang kelas III memperlihatkan kondisi lantai kamar mandi yg licin dan jenis keramik yang digunakan berbeda pada ruang kelas II dan ruang anak sehingga dapat menimbulkan risiko pasien jatuh di kamar mandi.
Hasil penelitian ini disimpulkan, bahwa dalam pelaksanaan pencegahan risiko pasien jatuh yang dilakukan perawat masih kurangnya edukasi risiko pasien jatuh dan adanya pasien atau keluarga pasien yang tidak patuh dalam penerapan pencegahan risiko jatuh, pasien atau keluarga pasien tidak nyaman atau menolak pencegahan risiko jatuh yang dilakukan perawat. Diharapkan kepada perawat pelaksanan Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan lebih bekerja sama dengan keluarga pasien dan melakukan edukasi pasien untuk mengurangi timbulnya risiko pasien jatuh di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan.
Kata kunci : Asesmen, pencegahan risiko pasien jatuh
v Abstract
Falling patients are one of the most frequent incidents within the hospital setting.
Permata Bunda Hospital Medan, there are 13 cases of patient risk of falling in 2019, ranging in age from 60-85 years. The causes of the risk of falling patients in class II and class III are due to environmental factors that affect the balance of the body and the risk of falling, falls more often occur in the bathroom, the condition of the bathroom floor is slippery and the placement of toiletries that are not easily accessible by the elderly. the number of patients who fell due to slips.
The research method used in this study uses a qualitative approach, in-depth interviews and direct observation. Based on the results of observations made by researchers at Permata Bunda Hospital, Medan, in class II there is a safety for the patient's broken bed, and in class III it shows that the condition of the bathroom floor is slippery and the types of ceramics used are different in class II and children's rooms so that they can poses the risk of the patient falling in the bathroom. The results of this study concluded that in the implementation of falling patient risk prevention carried out by nurses there was still a lack of education on the risk of falling patients and the presence of patients or their families who were not compliant in the implementation of fall risk prevention, the patient or patient's family was uncomfortable or refused to prevent the risk of falling by the nurse. . It is hoped that the implementing nurses of the Permata Bunda General Hospital in Medan will work more closely with the patient's family and educate the patient to reduce the risk of falling patients at Permata Bunda General Hospital Medan.
Keywords: Assessment, prevention of the risk of falling patients
vi
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Asesmen Risiko Pasien Jatuh oleh Perawat di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan Tahun 2020”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. selaku Dosen pembimbing dan Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.
4. dr. Harry Chrismanda, M.K.M. selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. Dr. Siti Khadijah Nasution, M.Kes. selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Ernawati Nasution, S.K.M., M.Kes. selaku Dosen Penasehat Akademik yang
vii
telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
7. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah diajarkan selama ini kepada penulis.
8. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terkhusus Hendro Lukito selaku staf Departemen Administrasi Kebijakan dan Kesehatan yang telah membantu mempersiapkan segala administrasi di Departemen Administrasi Kebijakan dan Kesehatan.
9. Seluruh tenaga kerja RSU Permata Bunda Medan, terutama perawat yang telah membantu dan memberikan informasi dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Teristimewa untuk orang tua (Ardi Rapian dan Rini Yurika) yang telah memberikan kasih sayang yang begitu besar dan kesabaran dalam mendidik dan memberi dukungan kepada penulis.
11. Terkhusus untuk saudari dan saudara (Dafina Khansa Dira dan Ahmad Taris Arrofi) yang telah memberikan semangat kepada penulis.
12. Sahabat SMAN 8 Medan (Fauziah Yasmin Nur, S.K.M. dan Fakhrul M.
Sitompul) yang telah menyemangati penulis dalam penyelesaian skripsi.
13. Sahabat-sahabat (Clara, Rafika, Wahyu, Saskia, dan Devi) yang telah menyemangati dan mendukung penulis.
14. Hanifan Dwiputra Ilham, S.K.M. yang telah menyemangati penulis dalam penyelesaian skripsi.
15. Teman-teman seperjuangan peminatan Administrasi Kebijakan dan Kesehatan
viii dan teman-teman stambuk 2015.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 26 Januari 2021
Alya Khansa Azura
ix Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 7
Tujuan Penelitian 7
Tujuan umum 7
Tujuan khusus 7
Manfaat Penelitian 7
Tinjauan Pustaka 9
Definisi Risiko Jatuh 9
Faktor-Faktor Risiko Jatuh 9
Faktor intrinsik 10
Faktor ekstrinsik 10
Asesmen Risiko Jatuh 11
Asesmen awal 11
Asesmen ulang 13
Tata Laksana Asesmen Risiko Pasien Jatuh 14
Pencegahan risiko jatuh pasien dewasa 14
Asesmen resiko jatuh pada anak 17
Pencegahan Risiko Jatuh 20
Intervensi Risiko Jatuh 24
Intervensi risiko jatuh rendah 25
Intervensi risiko jatuh sedang 25
Intervensi risiko jatuh tinggi 26
Kerangka Berpikir 28
Metode Penelitian 29
Jenis Penelitian 29
x
Lokasi dan Waktu Penelitian 29
Informan Penelitian 29
Variabel dan Definisi Operasional 30
Metode Pengumpulan Data 31
Metode Pengambilan Data 31
Metode Analisis Data 31
Hasil Penelitian dan Pembahasan 33
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 33
Karakteristik Informan 36
Kebijakan Pelaksanaan Asesmen Risiko Pasien Jatuh 36
Pelaksanaan Asesmen Risiko Pasien Jatuh 38
Asesmen awal risiko jatuh 39
Asesmen ulang risiko jatuh 41
Pelaksanaan Pencegahan Risiko Pasien Jatuh 44
Hambatan dalam melaksanakan pencegahan risiko pasien jatuh 47 Hasil Observasi Tindakan Perawat dalam Mencegah Risiko Jatuh
di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan 49
Keterbatasan Penelitian 51
Kesimpulan dan Saran 52
Kesimpulan 52
Saran 53
Daftar Pustaka 55
Lampiran 57
xi Daftar Tabel
No Judul Halaman
1 Skala Risiko Jatuh Dewasa (Morse Fall Scale) 15
2 Skala Risiko Jatuh pada Anak (Humpty Dumpty) 18
3 Jumlah Perawat Berdasarkan Ruangan di Rumah Sakit Umum
Permata Bunda Medan 35
4 Karakteristik Informan 36
xii Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Alur masuk rawat inap 12
2 Alur masuk rawat jalan 13
3 Kerangka berpikir 28
xiii
Daftar Lampiran
Lampiran Judul Halaman
1 Lembar Observasi 57
2 Pedoman Wawancara 59
3 Surat Permohonan Izin Penelitian 64
4 Surat Keterangan Selesai Penelitian 65
5 Dokumentasi 66
xiv Daftar Istilah
HQIP Heathcare Quality Improvement Partnership ICSI Institute for Clinical System Improvement JCI Joint Commission Internasional
KARS Komisi Akreditasi Rumah Sakit LOS Length of Stay
MFS Morse Fall Score
NPSA Nasional Patient Safety Agency PERSI Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia SOP Standar Operasional Prosedur
xv Riwayat Hidup
Penulis bernama Alya Khansa Azura berumur 22 tahun. Penulis lahir di Medan pada tanggal 11 Februari 1998. Penulis beragama Islam, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ardi Rapian dan Rini Yurika
Pendidikan formal dimulai di TK Qurota Ayuni Tahun 2002. Pendidikan sekolah dasar di SD Taman Harapan Tahun 2003-2009, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 12 Medan Tahun 2009-2012, dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 8 Medan Tahun 2012-2015. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan, 26 Januari 2021
Alya Khansa Azura
1 Pendahuluan
Latar Belakang Pasien jatuh adalah salah satu insiden yang paling sering terjadi dalam
lingkup rumah sakit. Sejak tahun 2009 pusat data The Commission Sentinel Event telah menerima 465 laporan pasien jatuh dengan luka yang sebagian besar terjadi di rumah sakit, sedangkan pada tahun 2014 jumlah pasien jatuh pada golongan umur dewasa-tua mencapai 29 juta dengan 7 juta diantaranya jatuh mengakibatkan luka. Perkiraan insiden jatuh pada tahun 2030 akan mencapai angka 74 juta pasien dengan 12 juta diantaranya jatuh mengakibatkan luka (CDC, 2016). Sekitar 1.3 – 8.9 / 1000 pasien mengalami jatuh perhari dalam unit rehabilitasi dan neurologi sedangkan dari 100 / 1000 pasien yang jatuh di Rumah Sakit Amerika Serikat terdapat 30 – 50% jatuh dengan menghasilkan luka (Joint Committe International, 2013). Insiden pasien jatuh mempunyai dampak merugikan bagi pasien, salah satu dampak yang merugikan adalah dampak cidera fisik yang mencakup luka lecet, luka robek, luka memar, bahkan dalam beberapa kasus berat jatuh dapat berakibat fraktur, perdarahan, dan cidera kepala.
Risiko jatuh pasien adalah peningkatan kerentanan terhadap jatuh yang dapat menyebabkan bahaya fisik (Wilkinson, 2011). Pasien jatuh di rumah sakit merupakan masalah yang serius karena dapat menyebabkan cedera ringan sampai dengan kematian, serta juga dapat memperpanjang lama hari rawat (Length of Stay/ LOS) di rumah sakit dan akan menambah biaya perawatan di rumah sakit (Joint Commission Internasional, 2015).
Menurut TJCI dalam Sentinel Alert Event tahun 2015 di United States pasien jatuh dirumah sakit menyebabkan cedera 30-50%, peningkatan hari rawat rata-rata 6,3 hari. Dampak lainnya yang ditimbulkan dari insiden jatuh dapat menyebabkan kejadian yang tidak diharapkan seperti luka robek, fraktur, cedera kepala, perdarahan sampai kematian, menimbulkan trauma psikologis, meningkatkan biaya perawatan pasien akibat penambahan tindakan pemeriksaan diagnostik yang seharusnya tidak perlu dilakukan seperti CT Scan, rontgen atau pemeriksaan diagnostik lainnya. Dampak bagi rumah sakit sendiri adalah menimbulkan risiko tuntutan hukum karenadianggap lalai dalam perawatan pasien (Miake-Lye, 2013).
The Joint Commision Internasional (2011), menyatakan bahwa sebuah rumah sakit memerlukan elemen penilaian untuk mengurangi risiko jatuh. Elemen penilaian pengurangan risiko jatuh meliputi; (1) rumah sakit menerapkan proses penilaian awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan melakukan penilaian ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan; (2) langkah langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi pasien (2) langkah langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi pasien yang pada hasil penilaian dianggap berisiko jatuh; (3) langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan; (4) kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No129/menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) rumah sakit bahwa kejadian pasien
3
jatuh yang berakhir dengan kecacatan/kematian diharapkan 100% tidak terjadi di rumah sakit. Namun, berdasarkan laporan dari kongres XII PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia), tahun 2012 menunjukan bahwa kejadian pasien jatuh menduduki peringkat kedua setelah medicine error.
Pengkajian risiko jatuh pada pasien dilaksanakan saat pasien pertama kali masuk ke rumah sakit dan saat pasien mengalami perubahan status klinis (Nursalam, 2014). Pengkajian risiko pasien jatuh merupakan metode pengukuran risiko pasien untuk jatuh yang dilakukan oleh petugas kesehatan pada semua pasien yang menjalani rawat inap, bertujuan memberikan perhatian khusus pada pasien yang berisiko untuk jatuh dibandingkan dengan yang tidak memiliki risiko untuk jatuh dan meminimalkan atau mencegah jumlah kejadian pasien jatuh dan cedera (Nursalam, 2014).
Beberapa jenis kelalaian yang berhubungan dengan pengkajian pasien berisiko jatuh meliputi: tidak adanya standar prosedur untuk pengkajian, ketidakmampuan perawat untuk mengidentifikasi pasien terhadap peningkatan risiko cedera akibat jatuh, tidak mampu mengelola pengkajian, terlambat mengelola pengkajian, tidak adanya waktu yang konsisten untuk menilai kembali perubahan kondisi pasien, gagal mengenali keterbatasan dari alat skrining risiko jatuh dan gagal mengkaji kembali kondisi pasien selama dirawat di rumah sakit.
Berdasarkan penelitian Reno (2018) di Rumah Sakit Umum Daerah Padang Pariaman menyatakan bahwa telah terjadi 7 insiden pasien jatuh di rawat inap, diantaranya 5 orang pasien jatuh di kamar mandi dan 2 orang pasien jatuh
dari tempat tidur. Kondisi ini belum menggambarkan kejadian secara keseluruhan, karena pelaporan insiden di rumah sakit ini belum pernah terlaksana.
Perawat memiliki peran penting dalam pelaksanaan keselamatan pasien khususnya keselamatan pasien dari jatuh, hal tersebut karena perawat adalah tenaga kesehatan rumah sakit yang paling lama bertemu dengan pasien dalam sehari. Perawat memiliki banyak peran dalam pencegahan jatuh, salah satunya dengan melakukan pengkajian risiko jatuh seperti pengkajian Morse Fall Score (MFS) atau Humpy-Dumty Fall Scale. Perawat sebagai anggota inti tenaga kesehatan yang jumlahnya besar dirumah sakit (40-60%) dan pelayaanan keperawatan yang diberikan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dan memiliki peran yang besar untuk mewujudkan keselamatan pasien.
pengkajian pasien risiko jatuh yang benar adalah menggunakan tata laksana asesmen risiko pasien jatuh atau skala jatuh yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit, serta pengkajian tidak hanya dilakukan pada awal pasien masuk saja, pasien berisiko jatuh mempunyai hak untuk dikaji dan diobservasi secara berulang. Menurut Nursing Care Centre National Patient Safety Goals (The Joint Commission, 2015) pada NPSG 09.02.01 tindakan yang dilakukan perawat dalam pencegahan jatuh yaitu: kaji risiko jatuh pasien, lakukan intervensi risiko jatuh berdasarkan faktor risiko yang sudah dikaji, edukasi staf dalam program pengurangan risiko jatuh yang telah ditetapkan organisasi, edukasi pasien atau keluarga, evaluasi keefektifan dari semua aktifitas pencegahan risiko jatuh termasuk pengkajian, intervensi dan edukasi.
5
Organisasi nasional keselamatan pasien di Inggris (Nasional Patient Safety Agency/NPSA) melaporkan bahwa lebih dari 200.000 kejadian jatuh pasien yang dirawat inap selama 12 bulan (September 2005 hingga Agustus 2006) yang dilaporkan oleh 98% rumah sakit yang mempunyai pelayanan rawat inap. Dua puluh enam kejadian jatuh yang dilaporkan ke NPSA berakibat pada kematian dan sebagian besar kematian tersebut sebelumnya pasien mengalami cedera patah tulang panggul. Kejadian pasien jatuh di rumah sakit sebanyak 250.000/tahun dan lebih dari 1000 kasus menyebabkan patah tulang.
Rumah Sakit Umum Permata Bunda adalah Rumah Sakit Umum milik swasta yang merupakan salah satu Rumah Sakit tipe B. Rumah Sakit Permata Bunda Medan mulai beroperasi tahun 1988 dan Rumah Sakit Permata Bunda Medan terletak dijalan Sisingamaraja No.7 Medan. Standar Operasional Prosedur (SOP) pasien jatuh yang diterapkan di RSU Permata Bunda dimulai dengan melakukan tindakan asesmen awal dan asesmen ulang pasien jatuh. Asesmen awal dilakukan pertama kali saat pasien masuk rumah sakit, sedangkan asesmen ulang dilakukan bila pasien dipindah ke ruang bangsal untuk menjalani rawat inap.
Tindakan intervensi pasien risiko jatuh dilakukan saat pasien menjalani rawat inap di sebuah bangsal ruang rumah sakit. Hasil tingkat resiko jatuh dari pengkajian akan dilanjutkan dengan intervensi pencegahan risiko pasien jatuh sesuai aturan yang berlaku di rumah sakit. Intervensi pencegahan pasien jatuh Rumah Sakit Umum Permata Bunda terdiri dari standar opersional prosedur intervensi pasien risiko tinggi jatuh, sedang, dan yang terakhir mengunakan prosedur intervensi pasien risiko rendah, tergantung nilai tingginya risiko jatuh pasien.
Pelaksanaan asesmen risiko pasien jatuh pada pasien rawat inap di RSU Permata Bunda dilakukan asesmen awal sesaat masuk rawat inap dan maksimal 4 jam harus dilakukan asesmen awal dengan menggunakan skala Morse Fall Risk pada pasien dewasa dan Humpty Dumpty pada anak, dan asesmen ulang dilakukan sesaat transfer ke unit lain, adanya perubahan kondisi pasien, dan adanya kejadian jatuh pada pasien. Unit yang terkait dalam melakukan asesmen ulang risiko pasien jatuh pada pasien rawat inap di RSU Permata Bunda Medan yaitu Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat, High Care Unit, dan Poliklinik.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan data yang di dapat dari Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan terdapat 13 kasus risiko pasien jatuh pada tahun 2019 berkisar antara umur 60-85 tahun. Kasus risiko pasien jatuh sering terjadi di kelas II dan kelas III pada ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan. Adapun penyebab risiko pasien jatuh di kelas II dan kelas III yaitu dikarenakan faktor lingkungan yang mempengaruhi keseimbangan tubuh dan berisiko jatuh, kejadian jatuh di dalam ruangan lebih sering terjadi di ruangan kamar mandi, kondisi lantai kamar mandi yang licin dan peletakkan alat mandi yang tidak mudah dijangkau oleh lansia mengakibatkan banyaknya pasien yang jatuh karena terpeleset. Berdasarkan data pelaksanaan asesmen yang dilakukan oleh RSU Permata Bunda Medan terdapat 7 pasien yang mengalami faktor risiko dengan gaya berjalan terganggu, 5 pasien dengan gaya berjalan lemah dan 1 pasien dengan gaya berjalan normal, dengan data yang di dapat maka perlunya melakukan asesmen ulang dan pencegahan risiko pasien jatuh pada setiap pasien di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan.
7
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pelaksanaan asesmen risiko pasien jatuh di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan agar dapat meningkatkan pelayanan di rumah sakit.
Perumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan asesmen risiko pasien jatuh oleh perawat di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan asesmen risiko pasien jatuh oleh perawat di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan.
Tujuan khusus. Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan asesmen risiko pasien jatuh oleh perawat dengan menggunakan asesmen risiko jatuh.
2. Untuk mengetahui intervensi pencegahan jatuh yang dilakukan oleh perawat di Rumah Sakit Umum Permata Bunda.
Manfaat Penelitian
Bagi rumah sakit. Untuk menjadi bahan evaluasi dan mendorong peningkatan pelayanan pasien dengan menggunakan prosedur pelaksanaan asesmen risiko pasien jatuh.
Bagi pasien. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menurunkan risiko terjadinya pasien jatuh saat dirawat di ruang rawat inap rumah sakit.
Bagi mahasiswa. Untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan dan keterampilan dalam penulisan skripsi.
9
Tinjauan Pustaka
Definisi Risiko Jatuh
Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seseorang mengalami jatuh dengan atau tanpa disaksikan oleh orang lain, tidak disengaja/tidak direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai, dengan atau tanpa mencederai dirinya (Stanley, 2006).
Penyebab jatuh dapat meliputi faktor fisiologis (pingsan) atau lingkungan (lantai yang licin). Risiko jatuh adalah pasien yang berisiko untuk jatuh yang umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor fisiologis yang dapat berakibat cidera.
Menurut (Stanley, 2006) risiko jatuh adalah suatu kejadian yang dapat menyebabkan subjek yang sadar menjadi berada dilantai tanpa disengaja. Risiko jatuh adalah peningkatan kerentanan terhadap jatuh yang dapat menyebabkan bahaya fisik (Wilkinson, 2011). Berdasarkan dari pengertian tersebut maka risiko jatuh adalah kejadian yang kurang menyenangkan atau merugikan atau membahayakan yang mengakibatkan pasien menjadi turun atau meluncur ketempat yang lebih rendah yang disebabkan oleh faktor ekstrinsik (lingkungan) dan faktor intrinsik (fisiologi) sehingga dapat menyebabkan bahaya fisik ataucedera dan gangguan kesadaran.
Faktor-Faktor Risiko Jatuh
Faktor-faktor risiko jatuh dibagi menjadi dua yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik atau faktor fisiologis terdiri dari riwayat jatuh, fungsi kognitif, usia atau jenis kelamin, mobilitas atau pergerakan, eliminasi, dan obat-obatan. Faktor ekstrinsik atau faktor lingkungan terdiri dari staffing, lantai
yang licin, pencahayaan yang redup, penghalang tempat tidur, dan pengaturan ruangan.
Faktor intrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari diri individu itu sendri (host). Faktor intrinsik yang dapat mengakibatkan risiko jatuh seperti usia diatas 65 tahun dan usia dibawah 2 tahun, keadaan fisiologi (anemia, artritis, penurunan kekuatan ekstremitas bawah, diare, masalah pada kaki, gangguan pada sikap tubuh, gangguan pendengaran, gangguan keseimbangan, hambatan mobilitas fisik, neoplasma, neuropati, hipotensi ortostatik, kondisi pascabedah, perubahan gula darah postprandial, penyakit akut, defisit propriosepsi, gangguan tidur, urgensi atau inkontinensia, penyakit vaskular, dan gangguan penglihatan), kognitif (perubahan status mental misalnya: konfusi, delirium, demensia dan gangguan realitas), medikasi (agens antiansietas, antihipertensi, diuretik, hipnotik dan anti depresan) (Wilkinson, 2011).
Faktor ekstrinsik. Faktor ekstrinsik merupakan faktor lingkungan dan memiliki risiko terhadap kejadian jatuh sebesar 31%. Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi keseimbangan dan berkontraksi pada risiko jatuh, kejadian jatuh didalam ruangan lebih sering terjadi dikamar tidur dan toilet.
Lingkungan yang tidak aman dapat dilihat pada lingkungan luar rumah, ruang tamu, kamar tidur, toilet, dan tangga atau lorong.
Lingkungan yang tidak aman pada area luar seperti kondisi lantai yang retak, jalan depan rumah sempit, pencahayaan yang kurang, kondisi teras atau halaman, bahaya lingkungan pada area ruang tamu adalah kurangnya pencahayaan, area yang sempit untuk berjalan, kaki kursi yang miring dan tinggi
11
kursi yang tidak sesuai dengan tinggi kaki dan sandaran lengan pada kursi tidak kuat. Kamar tidur berbahaya dapat dilihat dari kondisi lantai, tinggi tempat tidur, seprai yang tergerai dilantai, penempatan barang dan perabotan yang mudah dijangkau, pencahayaan yang redup, dan luas area kamar untuk berjalan. Kamar mandi dapat menyebabkan gangguan keseimbangan atau risiko jatuh diantaranya pencahayaan kurang, kondisi lantai licin, posisi bak dan toilet tidak aman, dan peletakkan alat mandi yang tidak mudah dijangkau oleh lansia. Lingkungan area tangga dan lorong dapat dilihat dari kondisi lantai, pencahayaan, peganggan, lis tangga, dan lebar tangga.
Asesmen Risiko Jatuh
Asesmen pasien adalah tahapan dari proses dimana dokter, perawat, dietisiensi mengevaluasi data pasien baik subyektif maupun obyektif untuk membuat keputusan terkait:
1. Status kesehatan pasien 2. Kebutuhan Keperawatan 3. Intervensi
4. Evaluasi
Asesmen awal. Asesmen awal pasien rawat inap adalah tahap awal dari proses dimana dokter, perawat, dietisien mengevaluasi data pasien dalam 24 jam pertama sejak pasien masuk rawat inap atau bisa lebih cepat tergantung kondisi pasien dan dicatat dalam rekam medis.
Gambar 1. Alur masuk rawat inap
Asesmen Pasien Rawat Jalan adalah tahap awal dari proses dimana dokter, perawat, mengevaluasi data pasien baru rawat jalan.
13
Gambar 2. Alur masuk rawat jalan
Asesmen ulang. Asesmen ulang pasien adalah tahap lanjut dari proses dimana dokter, perawat, dietisien mengevaluasi ulang data pasien setiap terjadi perubahan yang signifikan atas kondisi klinisnya.
Asesmen ulang didokumentasikan pada lembar SOAP : S = Subyektif
Berisi tentang informasi pasien yang meliputi informasi yang diberikan oleh pasien, anggota keluarga orang lain yang penting atauyang merawat. Jenis informasi dalam bagian ini meliputi:
1. Keluhan/gejala–gejala atau alasan utama pasien kerumah sakit, menggunakan katanya sendiri
2. Riwayat penyakit saat ini yang berkenaan dengan gejala-gejala (riwayat penyakit saat ini)
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat pengobatan termasuk kepatuhan dan efek samping 5. Alergi
6. Riwayat social/keluarga 7. Tinjauan /ulasan sistemorgan
O = Obyektif, berisi tentang hasil pemeriksaan fisik,tes dianostik dan laboratorium serta terapi obat.
A = Asesmen, berisi tentang penilaian pasien untuk diterapi P = Planning
Berisi tentang rencana pemeriksaan tambahan yang dinutuhkan, rencana terapi yang akan diberikan dan rencana pemantauan khusus yang akan dilakukan untuk menilai perkembangan kondisi pasien. Dengan format dokumnetasi yang sistematik, konsisten, dan seragam tersebut maka lembar SOAP akan menjadikan rencana tempat/terapiutik serta asuhan pasien.
Tata Laksana Asesmen Risiko Pasien Jatuh
Pencegahan risiko jatuh pasien dewasa. Kategori pasien dengan resiko tinggi yaitu :
1. Memastikan tempat tidur /brancard dalam posisi rendah dan roda terkunci 2. Menutup pagar temnpat tidur
15
3. Orientasikan pasien /penunggu tentang lingkunga/ruangan 4. Letakkan tanda kewaspadaan jatuh padapanel informasi pasien
5. Pastikan pasien memiliki stiker warna kuning penanda resiko jatuh pada gelang identifikasi.
6. Lakukan pemasangan eksekusi fisik apabila diperlukan dengan persetujuan keluarga.
Asesmen risiko jatuh pada pasien dewasa menggunakan Morse Fall Scale (Skala jatuh morse) sebagai berikut:
Tabel 1
Skala Risiko Jatuh Dewasa (Morse Fall Scale)
Faktor Risiko Skala Skor Skor
Pasien
Riwayat jatuh Tidak 0
Ya 25
Diagnose sekunder Tidak 0
Ya 15
Menggunakan alat-alat bantu Tidak
ada/Bedlest/Dibantu perawat
0
Kruk/tongkat 15
Kursi/perabot 30
Menggunakan Infus/ Heparin/
pengencer darah
Tidak Ya
0 20 Gaya berjalan Normal/Bedresfl kursi
roda
0
Lemah 10
Terganggu 20
Status mental Menyadari kemampuan 0
Lupa akan keterbatasan/
pelupa
15
Skor total
Kategori:
Resiko rendah 0-24 Resiko sedang 25-44 Resiko tinggi <45 Cara melakukan scoring 1. Riwayat jatuh:
a. Skor 25 bila pasien pernah jatuh sebelum perawatan saat ini, atau jika ada riwayat jatuh fisiologis karena kejang atau gangguan gaya berjalan menjelang rawat.
b. Skor 0 bila tidak pernah jatuh
Catatan: bila pasien jatuh untuk pertama kali, skor langsung 1. Diagnosis sekunder
a. Skor 15 jika diagnosis medis lebih dari satu dalam status pasien b. Skor 0 jika tidak
2. Bantuan berjalan:
a. Skor 0 jika pasien berjalan tanpa alat batu/ dibantu, menggunakan kursi roda, atau tirah baring dan tidak dapat bangkit dari tempat tidur sama sekali
b. Skor 15 jika pasien menggunakan kruk, tongkat, atau walker
c. Skor 30 jika pasien berjalan mencengkram furniture untuk topangan 3. Menggunakan infuse:
a. Skor 20 jika pasien diinfus b. Skor 0 jika tidak
4. Gaya berjalan/ transfer:
17
a. Skor 0 jika gaya berjalan normal dengan cirri berjalan dengan kepala tegak, lengan terayun bebas di samping tubuh, dan melangkah tanpa ragu-ragu.
b. Skor 10 jika gaya berjalan lemah, membungkuk tapi dapat mengangkat kepala saat berjalan tanpa kehilangan keseimbangan. Langkah pendek-pendek dan mungkin diseret.
c. Skor 30 jika gaya berjalan terganggu, pasien mengalami kesulitan bangkit dari kursi, berupaya bangun dengan mendorong lengan kursi atau dengan melambung (menggunakan beberapa kali upaya bangkit). Kepala tertunduk, melihat ke bawah. Karena keseimbangan pasien buruk, beliau menggenggam furniture, orang, atau alat bantu jalan dan tidak dapat berjalan tanpa bantuan.
5. Status mental
Skor 0 jika penilaian diri terhadap kemampuan berjalannya normal. Tanyakan pada pasien,”Apakah Bapak dapat pergi ke kamar mandi sendiri atau perlu bantuan?” jika jawaban pasien menilai dirinya konsisten dengan kemampuan ambulasi, pasien dinilai normal.
Asesmen resiko jatuh pada anak. Asesmen risiko jatuh pada anak yaitu:
1. Pencegahan risiko jatuh pada anak : kategori pasien dengan resiko tinggi:
2. Memastikan tempat tidur/ brancard dalam posisi roda terkunci 3. Pagar sisi tempat tidur dalamposisi terpasang /berdiri
4. Lingkungan bebas dari peralatan yang tidak digunakan
5. Berikan penjelasan kepada orang tua tentang pencegahan jatuh
6. Pastikan pasien memiliki stiker penanda risikojatuh pada gelang identifikasi dan tanda kewaspadaan dan panel informasi pasien.
Asesmen resiko jatuh pada anak menggunakan humpty dumpty sebagai berikut:
Tabel 2
Skala Risiko Jatuh pada Anak (Humpty Dumpty)
Parameter Kriteria Nilai Skor
Usia Di bawah 3 tahun
3-7 tahun 7-13 tahun Di atas 13 tahun
4 3 2 1 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
2 1 Diagnosis Diagnosis neurologi
Perubahan oksigenasi (diagnosis
respiratorik, dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop, pusing, dsb.)
Gangguan perilaku / psikiatri Diagnosis lainnya
4 3
2 1 Gangguan kognitif Tidak menyadari keterbatasan dirinya
Lupa akan adanya keterbatasan Orientasi baik terhadap diri sendiri
3 2 1 Faktor lingkungan Riwayat jatuh / bayi diletakkan di tempat
tidur dewasa
Pasien menggunakan alat bantu / bayi diletakkan dalam tempat tidur bayi / perabot rumah
Pasien diletakkan di tempat tidur Area di luar rumah sakit
4
3 2 1
Respons terhadap:
Pembedahan/
sedasi / anestesi Penggunaan
Dalam 24 jam Dalam 48 jam
48 jam atau tidak menjalani pembedahan/sedasi/anestesi Penggunaan multipel:
3 2 1
Medikamentosa sedatif, obat hipnosis, barbiturat, fenotiazin, antidepresan, pencahar, diuretik, narkose
3
(bersambung)
19
Tabel 2
Skala Risiko Jatuh pada Anak (Humpty Dumpty)
Skor asesmen risiko jatuh: (skor minimum 7, skor maksimum 23) 1. Skor 7-11: risiko rendah
2. Skor ≥ 12: risiko tinggi
Protokol pencegahan pasien jatuh pasien anak. Protokol pencegahan
pasien jatuh pada anak yaitu:
1. Standar Risiko Rendah (Skor 7-11) a. Orientasi ruangan
b. Posisi tempat tidur rendah dan ada remnya
c. Ada pengaman samping tempat tidur dengan 2 atau 4 sisi pengaman mempunyai luas tempat tidur yang cukup untuk mencegah tangan dan kaki atau bagian lain terjepit
d. Menggunakan alas kaki yang tidak licin untuk pasien yang dapat berjalan e. Nilai kemampuan untuk ke kamar mandi & bantu bila dibutuhkan
f. Akses untuk menghubungi petugas kesehatan mudah dijangkau, jelaskan kepada pasien fungsi alat tersebut
g. lingkungan harus bebas dari peralatan yang mengandung resiko h. Penerangan lampu harus cukup
i. Penjelasan pada pasien dan keluarga harus tersedia
Parameter Kriteria Nilai Skor
sedatif, obat hipnosis, barbiturat, fenotiazin, antidepresan, pencahar, diuretik, narkose Penggunaan salah satu obat di atas
Penggunaan medikasi lainny Tidak ada medikasi
2 1
2. Standar Risiko Tinggi (Skor > 12)
a. Pakailah gelang resiko jatuh berwarna kuning b. Terdapat tanda peringatan pasien resiko jatuh
c. Penjelasan pada pasien atau orangtuanya tentang protokol pencegahan pasien jatuh
d. Cek pasien minimal setiap satu jam e. Temani pasien pada saat mobilisasi
f. Tempat tidur pasien harus disesuaikan dengan perkembangan tubuh pasien g. Pertimbangkan penempatan pasien, yang perlu diperhatikan diletakan di dekat
nurse station
h. Perbandingan pasien dengan perawat 1:3, libatkan keluarga pasien sementara perbandingan belum memadai
i. Evaluasi terapi sesuai. Pindahkan semua peralatan yang tidak dibutuhkan keluar ruangan
j. Pencegahan pengamanan yang cukup, batasi di tempat tidur
k. Biarkan pintu terbuka setiap saat kecuali pada pasien yang membutuhkan ruang isolasi
l. Tempatkan pasien pada posisi tempat tidur yang rendah kecuali pada pasien yang ditunggu keluarga
m. Semua kegiatan yang dilakukan pada pasien harus didokumentasikan.
Pencegahan Risiko Jatuh
Pelaksanaan pencegahan risiko jatuh adalah serangkaian tindakan yang merupakan acuan dalam penerapan langkah-langkah untuk mempertahankan
21
keselamatan pasien yang berisiko jatuh (Wilkinson, 2011). Manajemen risiko jatuh pasien jatuh dapat dilaksanakan sejak pasien mendaftar di rumah sakit hingga pasien pulang (Budiono, 2013).
Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi satu, ada pun sasaran risiko jatuh adalah sebagai berikut:
1. Standar rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk mengurangi risiko membahayakan pasien akibat dari cedera jatuh
2. Tujuan: menilai dan menilai kembali risiko secara berkala setiap pasien untuk jatuh, termasuk potensi risiko yang terkait dengan pengobatan pasien, dan mengambil tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko yang teridentifikasi
3. Elemen yang dapat diukur :
a. Rumah sakit menerapkan suatu proses untuk penilaian awal pasien untuk risiko jatuh dan penilaian ulang pasien ketika ditunjukkan oleh perubahan dalam kondisi atau pengobatan,atau yang lain;
b. Langkah-langkah diterapkan mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada pengkajian dianggap berisiko jatuh
c. Langkah tersebut dipantau untuk melihat hasil tindakan, baik kesuksesan pengurangan cedera jatuh dan apapun yang terkait konsekuensi yang tidak diinginkan
d. Kebijakan dan atau prosedur terus mendukung pengurangan risiko membahayakan pasien akibat jatuh di organisasi.
KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2013) contoh langkah pencegahan pasien jatuh adalah: anjurkan pasien untuk meminta bantuan yang diperlukan, anjurkan pasien untuk memakai alas kaki yang anti slip, pastikan bahwa jalur ke toilet bebas dari hambatan dan terang, pastikan lorong bebas hambatan, tempatkan alat bantu seperti tongkat/ walker dalam jangkauan pasien, pasang penghalang tempat tidur, evaluasi tinggi tempat tidur, amati lingkungan yang dianggap berpotensi tidak aman dan \segera laporkan, jangan biarkan pasien yang berisiko jatuh tanpa pengawasan, saat pasien dibawa menggunakan brandcard/tempat tidur posisi bedside dalam keadaan terpasang, informasikan dan didik pasien serta keluarga mengenai perawatan untuk mencegah terjadinya risiko jatuh. Intervensi yang tepat sangat dibutuhkan dalam pencegahan pasien jatuh dirumah sakit (Setiowati, 2008).
Joint Commision Internasional (JCI) dalam Sentinel Even Alert, Preventing falls and fall-related injuries in health care facilitiestahun 2015 menyarankan pencegahan risiko jatuh sebagai berikut : memimpin upaya untuk meningkatkan kesadaran akan perlunya pencegahan risiko jatuh yang mengakibatkan cedera, menetapkan cedera jatuh interdisiplin, gunakan standar alat yang sudah divaliditas untuk mengidentifikasi factor risiko jatuh mengembangkan rencana individual perawatan pada pasien risiko jatuh dan risiko cedera dan menetapkan intervensi khusus untuk pasien,standarisasi dan menerapkan praktik dan intervensi yang terbukti efektif, melakukan manajemen jatuh.
23
Menurut Institute for Clinical System Improvement (ICSI) tahun 2008 adapun intervensi pencegahan risikojatuh di rawat inap adalah sebagaiberikut:
mendapatkan dukungan organisasi untuk program pencegahan risiko jatuh, menetapkan proses untuk evaluasi pasien rawat di pendaftaran awal masuk untuk risiko jatuh, lakukan penilaian identifikasi factor risiko, komunikasikan faKtor risiko,lakukan intervensi factor risiko dan pemantauan terus menerus dan pengkajian ulang.
Pencegahan pasien jatuh yaitu dengan penilaian awal risiko jatuh, penilaian berkala setiap ada perubahan kondisi pasien, serta melaksanakan langkah–langkah pencegahan pada pasien berisiko jatuh. Implementasi di rawat inap berupa proses identifikasi dan penilaian pasien dengan risikojatuh serta memberikan tanda identitas khusus kepada pasien tersebut, misalnya gelang kuning, penanda risiko, serta informasi tertulis kepada pasien atau keluarga pasien (KARS, 2013).
Rumah sakit wajib melakukan penanganan pasien dengan risiko jatuh yang dimulai dari pengkajian awal saat pasien masuk dan pengkajian lanjutan lainnya saat pasien dirawat di rumah sakit. Faktor-faktor yang Sangat berkaitan dengan risiko jatuh di rumah sakit adalah pengkajian yang tidak adekuat, kegagalan komunikasi, kurangnya kepatuhan terhadap protocol dan praktek keselamatan pasien, orientasistaf yang tidak memadai, supervisi dan keterampilan serta kepemimpinan yang kurang efektif (The Joint Commision, 2015).
Intervensi Risiko Jatuh
Intervensi umum yang dilakukan oleh setiap staf tim kesehatan seperti biasakan pasien dengan lingkungan yang baru dirumah sakit, pastikan bel dapat dijangkau pasien, memiliki pegangan yang kokoh dikamar mandi, ruang dan lorong, tempat tidur dalam posisi rendah, pastikan tempat tidur dalam posisi terkunci, pastikan cahaya tidak redup, pastikan lantai tidak licin, komunikasikan risiko jatuh pasien pada anggota keluarga (Joint Commission Internasional, 2015). Berikut merupakan intervensi pencegahan risiko jatuh berdasarkan tingkatan risiko jatuh (SPO Rumah Sakit Umum Permata Bunda 2016)
Edukasi pencegahan risiko pasien jatuh.
1. Membantu pasien saat berjalan atau berpindah duduk 2. Mengawasi pasien saat beraktivitas
3. Mengingatkan pasien untuk menggunakan alat bantu berjalan/tongkat, kursi roda bila terlihat saat berjalan tidak seimbang
4. Memngingatkan pasien untuk menggunakan alat bantu penglihatan atau pendengaran bila memang sudah dianjurkan oleh dokter
5. Menghindari jalan licin/basah atau gelap 6. Tidak membiarkan pasien seorang diri 7. Menghidupkan lampu di malam hari
8. Menganjurkan pasien menggunakan alas kaki yang tidak licin
9. Menyingkirkan dan merapihkan barang-barang yang berserakan disekitar pasien
25
Intervensi risiko jatuh rendah. Menjaga lingkungan unit perawatan tetap aman:
1. Peralatan perlengkapan atau furniture pribadi dalam jangkauan 2. Edukasi pencegahan jatuh
3. Orientasi lingkungan. Ikuti intervensi keselamatan berikut:
a. Mengorientasikan pasien dengan lingkungan sekitar, termasuk lokasi kamar mandi, penggunaan alarm panggilan
b. Menjaga tempat tidur dalam posisi terendah selama penggunaan kecuali tidak praktis (ketika melakukan prosedur pada pasien)
c. Memasang dua sisi pengaman tempat tidur pasien d. Kunci roda tempat tidur, tandu, & kursi roda e. Menghindari hambatan akses menuju ke toilet
f. Tempatkan alarm panggilan dan benda yang sering dibutuhkan pasien ke tempat yg dapat di jangkau pasien
g. Respon segera jika terdengar alarm panggilan; ajarkan pasien atau keluarga untuk meminta bantuan yang diperlukan dan gunakan alas kaki non slip.
h. Pencahayaan adekuat
Intervensi risiko jatuh sedang. Intervensi yang dilakukan untuk menjaga lingkungan unit aman:
1. Peralatan perlengkapan atau furniture pribadi dalam jangkauan 2. Edukasi pencegahan jatuh
3. Orientasi lingkungan. Sistem penandaan Institute: pasang gelang atau stiker risiko jatuh pasien dan pasang stiker segitiga risiko jatuh berwarna kuning pada pintu atau tempat tidur pasien.
a. Menjaga tempat tidur dalam posisi terendah selama penggunaan kecuali tidak praktis (ketika melakukan prosedur pada pasien)
b. Mengorientasikan pasien dengan lingkungan sekitar, termasuk lokasi kamar mandi, penggunaan alarm panggilan
c. Memasang dua sisi pengaman tempat tidur pasien d. Kunci roda tempat tidur, tandu, & kursi roda e. Menghindari hambatan akses menuju ke toilet
f. Tempatkan alarm panggilan dan benda yang sering dibutuhkan pasien ke tempat yg dapat di jangkau pasien
g. Respon segera jika terdengar alarm panggilan; ajarkan pasien atau keluarga untuk meminta bantuan yang diperlukan dan gunakan alas kaki non slip.
h. Pencahayaan adekuat
Ikuti intervensi risiko jatuh rendah ditambah:
1. Beri tanda segitiga warna kuning pada bed 2. Menawarkan bantuan untuk ambulasi
3. Beri tanda identifikasi dengan pin kuning pada gelang identitas Intervensi risiko jatuh tinggi. Menjaga lingkungan unit aman:
1. Peralatan perlengkapan atau furniture pribadi dalam jangkauan 2. Edukasi pencegahan jatuh
27
3. Orientasi ruangan Institute: pasang gelang dan stiker risiko jatuh pasien dan pasang stiker segitiga risiko jatuh berwarna merah pada pintu atau tempat tidur pasien.
a. Menjaga tempat tidur dalam posisi terendah selama penggunaan kecuali tidak praktis (ketika melakukan prosedur pada pasien)
b. Mengorientasikan pasien dengan lingkungan sekitar, termasuk lokasi kamar mandi, penggunaan alarm panggilan
c. Memasang dua sisi pengaman tempat tidur pasien d. Kunci roda tempat tidur, tandu, & kursi roda e. Menghindari hambatan akses menuju ke toilet
f. Tempatkan alarm panggilan dan benda yang sering dibutuhkan pasien ke tempat yg dapat di jangkau pasien
g. Respon segera jika terdengar alarm panggilan; ajarkan pasien atau keluarga untuk meminta bantuan yang diperlukan dan gunakan alas kaki non slip.
h. Pencahayaan adekuat
Ikuti intervensi risiko jatuh rendah dan sedang ditambah:
1. Kunjungi dan monitor pasien setiap 60 menit 2. Menawarkan bantuan untuk ambulasi
3. Pastikan pasien menggunakan alat bantu jalan 4. Libatkan keluarga untuk mengawasi pasien
Kerangka Berpikir
Untuk melihat bagaimana pelaksanaan asesmen risiko pasien jatuh oleh perawat di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan Tahun 2019 maka dibutuhkan kerangka berpikir:
Gambar 3. Kerangka berpikir Risiko Pasien Jatuh
SOP Risiko Pasien Jatuh Rumah Sakit Umum Permata
Bunda Tindakan Intervensi
Pasien Jatuh Asesmen Pasien Jatuh
29
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi fenomenologi deskriptif dan wawancara mendalam terhadap informan untuk mendapatkan data dan informasi secara jelas dan tepat terkait Pelaksanaan Asesmen Risiko Jatuh Pasien di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan Tahun 2020.
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan.
Waktu penelitian. Penelitian dilakukan mulai dari Juli 2019 sampai dengan selseai.
Informan Penelitian
Informan atau narasumber pada penelitian ini adalah orang yang mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu penanggung jawab dari Pelaksanaan Asesmen Risiko Jatuh Pasien di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan Tahun 2020 yaitu:
1. Kepala Perawat 2. Perawat di ruang anak 3. Perawat di ruang kelas II 4. Perawat di ruang kelas III
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel. Penelitian ini adalah pelaksanaan asesmen pada pasien risiko jatuh oleh perawat.
Definisi operasional. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah : 1. Risiko jatuh adalah kejadian yang kurang menyenangkan atau merugikan atau
membahayakan yang mengakibatkan pasien menjadi turun atau meluncur ketempat yang lebih rendah yang disebabkan oleh faktor ekstrinsik (lingkungan) dan faktor intrinsik (fisiologi) sehingga dapat menyebabkan bahaya fisik atau cedera dan gangguan kesadaran.
2. Asesmen pasien adalah tahapan dari proses dimana dokter, perawat, dietisiensi mengevaluasi data pasien baik subyektif maupun obyektif untuk membuat keputusan terkait status kesehatan pasien, kebutuhan keperawatan, intervensi, dan evaluasi
3. Perawat pelaksanan adalah perawat yang melaksanakan asesemen risiko pasien jatuh mulai dari asesmen awal sesaat masuk rawat inap dan asesmen ulang dilakukan saat adanya perubahan kondisi fisik dan adanya kejadian jatuh pada pasien.
4. Intervensi risiko pasien jatuh adalah tindakan pencegahan yang dilakukan oleh perawat untuk menghindari terjadinya risiko jatuh pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan.
31
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan menggunakan metode wawancara mendalam, sehingga mendapatkan data :
Data primer. Data primer dalam penelitian ini dilakukan secara observasi langsung ke Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan dengan menggunakan lembar observasi pelaksanaan asesmen risiko pasien jatuh kepada perawat serta wawancara mendalam (Indepth Interview) dan terbuka dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada informan. Pertanyaan tersebut digunakan oleh pewawancara agar memudahkan dalam wawancara, penggalian data serta informasi
Data sekunder. Data sekunder adalah data yang cara pengumpulannya diperoleh dari orang lain atau instansi dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari data rekam medik Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan, buku panduan risiko jatuh Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan, buku SPO asesmen risiko jatuh pada pasien rawat inap Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan.
Metode Pengambilan Data
Penelitian ini menggunakan instrumen alat tulis dan alat perekam suara (voice recorder).
Metode Analisis Data
Data-data yang telah dikumpul kemudian dianalis secara manual dengan menuliskan hasil dari penelitian kedalam bentuk tabel hasil wawancara maupun uraian-uraian hasil wawancara mendalam. Kemudian merangkumnya dan di susun
sesuai dengan bahasa yang baku informan. Hasil dari ringasan ini kemudian diuraikan kembali menjadi bentuk narasi serta melakukan penyimpulan terhadap hasil analisis yang telah di dapatkan secara menyeluruh (Hamidi, 2010).
33
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Permata Bunda dibangun pada bulan juli 1987-1988.
Rumah Sakit Umum Permata Bunda diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara Bapak Raja Inal Siregar pada tanggal 9 Juli 1988. Sesuai dengan fungsi rumah sakit pada umumnya, RSPB mempunyai tujuan, visi dan misi serta mutu pelayanan kesehatan yang meliputi: pembinaan/ promotif, pencegahan/ preventif, pengobatan/ kuratif, dan pemulihan/ rehabilitatif. Rumah Sakit Permata Bunda Medan terletak dijalan Sisingamangaraja No. 7 Medan di inti kota, mudah dijangkau oleh masyarakat. Rumah sakit ini memiliki pelayanan paripurna, peralatan memadai, didukung oleh tenaga ahli dan berdedikasi tinggi serta ditunjang oleh tenaga para medis yang terampil, profesional, etis, dan berwawasan nasional diharapkan memberikan persepsi, penampilan rumah sakit yang bermutu, efisien dan efektif.
Rumah Sakit Umum Permata Bunda berlokasi dari JL. SM Raja No 7 Medan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia terdiri dari 4 lantai dengan luas area 2.955.80 m2 dan luas bangunan 4.230 m2 . Rumah Sakit Umum Permata Bunda diresmikan pada tanggal 9 Juli 1988, dengan status berada dibawah kepemilikan PT. Permata Ayah Bunda. Rumah Sakit Umum Permata Bunda pada saat ini dipimpin oleh dr. Alisyahbana Siregar, SpTHT-KL selaku direktur. Pada permulaan kepemimpinan beliau pada tahun 2019. Rumah Sakit Umum Permata Bunda melayani pasien yang berasal dari berbagai latar belakang. Rumah Sakit Umum Permata Bunda memberikan beragam jenis pelayanan medis antara lain
klinik umum, klinik gigi dan mulut, dan klinik spesialis, sup spesialis instalasi gawat darurat, serta rawat inap yang terdiri dari kelas VVIP, VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III, serta dilengkapi pelayanan laboratorium, radiologi, farmasi, fisioterapi, anestesi, UGD, Gizi, Ambulance, Ruang mayat, CT Scan, TUR &
URS, Endoscopy, Laparoscopy, Haemodialisa, USG, EKG, EEG, Tratmeall, X- Tray Mobile Unit, Ventilator, Bedside Monitoring, Chemoterapy. Kapasitas tempat tidur pasien yang disediakan di RSU Permata Bunda sebanyak 228 tempat tidur.
Visi dan misi. Visi RSU Permatan Bunda adalah “Menjadi rumah sakit dengan pelayanan kesehatan yang bermutu, aman, terjangkau, dan berazaskan kekeluargaan”. Adapun misi RSU Permata Bunda untuk mewujudkan visi tersebut, yaitu:
1. Menyelenggarakan pelayanan prima.
2. Meningkatkan kualitas seluruh aspek pelayanan.
3. Meningkatkan pendidikan pelatihan tenaga kesehatan.
4. Pengembangan sarana dan prasarana serta peralatan (Medis dan Penunjang Medis).
Selain visi misi diatas, RSU Permata Bunda juga memiliki motto
“Pelayanan Terbaik dan Ramah”. Ramah yang dimaksud adalah Rasional, Aman, Manusiawi, Aktif, dan Harmonis. Falsafahnya adalah Kenyamanan, Keselamatan, Kesembuhan dan Kepuasan Pasien merupakan prioritas kami”. Tujuan dari RSU Permata Bunda itu sendiri adalah terselenggaranya pelayaan kesehatan di RSU Permata Bunda Medan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka
35
mencapai derajat kesehataan masyarakat yang setinggi-tingginya. Guna mewujudkan visi, misi dan fungsi tersebut, maka RSU Permata Bunda akan melakukan oparasional usaha sebagai berikut:
1. Rawat Jalan 2. Rawat Inap
3. Spesialis dan Sup Spesialis 4. Layanan Penunjang Medik 5. Layanan Diagnosa dan Terapi
6. Layanan Administratif Struktur organisasi.
Sumber daya manusia. Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan memiliki jumlah perawat sebanyak 164 orang yang terdiri dari :
Tabel 3
Jumlah Perawat Berdasarkan Ruangan di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan Tahun 2019-2020
Nama ruangan Jumlah (Perawat)
Wakil KA.Bagian 5
Wakil KA. Sie 1
Kepala Ruangan 15
Poly-poly BPJS 9
Zambrud 1 8
Ruang Endoscopy 1
Ruang Operasi / Ruang OK 6
Ruang VK / bersalin 7
Ruang Bayi 7
Ruang ICU 14
Ruang UGD 10
Zambrud 2 9
Zambrud Baru 7
Baiduri 203 6
Baiduri 201 11
Baiduri 3 12
Intan 3 10
(bersambung)
Tabel 3
Jumlah Perawat Berdasarkan Ruangan di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan Tahun 2019-2020
Nama ruangan Jumlah (Perawat)
Kecubung lama 11
Ruang Anak 9
Intan IV 5
KA. Bagian 1
Total 164
Karakteristik Informan
Karakteristik dari masing-masing informan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :
Tabel 4
Karakteristik Informan Penelitian
Informan Jenis kelamin Umur (Tahun) Jabatan
Informan 1 Laki-laki 41 Kepala Perawat
Informan 2 Perempuan 38 Perawat
Informan 3 Perempuan 52 Perawat
Informan 4 Perempuan 43 Perawat
Informan 5 Perempuan 48 Perawat
Kebijakan Pelaksanaan Asesmen Risiko Pasien Jatuh
Manajemen resiko pasien jatuh dilakukan oleh petugas Rumah Sakit, ketika pasien berobat ke Rumah Sakit baik pasien akan berobat ke poli ataupun ke unit gawat darurat. Resiko pasien jatuh bisa dilihat dengan kondisi pasien saat itu , apakah pasien memakai alat bantu atau tidak. Selain alat bantu bisa dilihat dengan keadaan umum pasien, umur, dan gangguan lainnya. Manajemen resiko pasien jatuh bisa dinilai dengan morse fall untuk pasien dewasa, sedangkan untuk anak - anak dinilai dengan humpty dumpty. pasien resiko jatuh telah teridentifikasi, maka
37
pasien tersebut diberi gelang warna kuning. Apabila pasien dirawat, perlu diperhatikan tentang tempat tidur harus ada penghalang, lantai tidak licin, bel dekat dengan pasien. Manajemen resiko pasien jatuh untuk pasien di dalam ruang perawatan harus dikaji setiap harinya oleh petugas kesehatan rawat inap.
Berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti mengenai kebijakan pelaksanaan asesmen risiko pasien jatuh di RSU Permata Bunda ini maka diperoleh informasi sebagai berikut :
“ kalau untuk kebijakan ada dek sesuai dengan SPO risiko pasien jatuh dilakukan asesmen awal dan asesmen ulang dan disetiap asesmen awal yang melaksanakan itu perawat pelaksana rumah sakit ini dan management lebih waspada terhadap keselamatan pasien di semua ruangan, untuk pelaksanaannya setiap bad tempat tidur khususnya lansia dan anak-anak terutama juga di bagian kamar mandi membersihkan lantai kamar mandi karena dilihat dari risiko jatuh tertinggi di rumah sakit itukan jatuh dikamar mandi. Jadi nanti di setiap ruangan sudah ada perawat pelaksana yang berjaga ” (informan 1)
Berdasarkan hasil wawancara informan 1 selaku Kepala Perawat RSU Permata Bunda dapat diketahui bahwa kebijakan pelaksanaan asesmen risiko pasien jatuh di RSU Permata Bunda menunjukkan ada kebijakan sesuai dengan Standar Prosedur Operasional Rumah Sakit Umum Permata Bunda dan Perawat memiliki peran penting dalam pelaksanaan keselamatan pasien khususnya keselamatan pasien dari jatuh, hal tersebut karena perawat adalah tenaga kesehatan rumah sakit yang paling lama bertemu dengan pasien dalam sehari.
Perawat memiliki banyak peran dalam pencegahan jatuh, salah satunya dengan melakukan pengkajian risiko jatuh seperti pengkajian Morse Fall Score (MFS) atau Humpy-Dumty Fall Scale. Perawat sebagai anggota inti tenaga kesehatan yang jumlahnya besar dirumah sakit (40-60%) dan pelayaanan keperawatan yang diberikan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dan memiliki peran
yang besar untuk mewujudkan keselamatan pasien. Pernyataan informan tentang kebijakan pelaksanaan asesmen risiko pasien jatuh juga didukung oleh informan berikutnya yang mengatakan:
“ ada, sesuai dengan SPO nya yang kita buat dari rumah sakit awalnya ” (informan 2)
“ ada dek sesuai sama SPO rumah sakit kalau itu ” (informan 3)
“ ada kalau itu kan kita punya SPO rumah sakit mengenai risiko pasien jatuh itu sendiri ” (informan 4)
“ untuk kebijakannya ada ” (informan 5)
Berdasarkan hasil wawancara informan 2 selaku perawat di ruang anak, informa 3 dan 4 selaku perawat di ruang kelas II dan informan 5 selaku perawat di ruang kelas III dalam kebijakan pelaksanaan asesmen risiko pasien jatuh di RSU Permata Bunda menunjukkan ada kebijakan terkait pelaksanaan asesmen risiko pasien jatuh dan sesuai dengan surat keputusan direktur nomor 093/RSPB/SK/DIR/AP/IX/2016 tentang kebijakan pelayanan instalasi rawat inap RSU Permata Bunda dan perawat pelaksana melakukan asesmen sesuai dengan Standar Prosedur Operasional RSU Permata Bunda. Dari observasi yang peneliti temukan, rumah sakit sudah memiliki kebijakan dalam pelaksanaan asesmen risiko pasien jatuh di RSU Permata Bunda Medan.
Pelaksanaan Asesmen Risiko Jatuh
Pelaksanaan asesmen risiko jatuh di RSU Permata Bunda sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Nomor 093/RSPB/SK/DIR/AP/IX/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Instalasi Rawat Inap RSU Permata Bunda. Adapun prosedur pelaksanaan asesmen risiko pasien jatuh di Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan, yaitu:
39
1. Setiap pasien dilakukan asesmen ulang risiko jatuh sesaat transfer ke unit lain, adanya perubahan kondisi pasien, dan adanya kejadian jatuh pada pasien.
2. Siapkan lembar asesmen awal risiko jatuh yaitu dengan Humpty Dumpty pada anak dan Morse Fall Risk pada pasien dewasa.
3. Ucapkan salam
4. Sebutkan nama dan peran anda 5. Jelaskan maksud dan tujuan
6. Lakukan proes pengkajian ulang risiko jatuh, kemudian catat hasilnya di dalam form pengkajian risiko jatuh
7. Rencana intervensi segera disusun, di implementasikan dan di catat dalam catatan implementasi keperawatan akan di perbaharui atau dimodifikasi sesuai dengan hasil asesmen ulang
8. Untuk mengubah kategori dari risiko tinggi ke risiko rendah di perlukan dalam 2 kali pemeriksan berturut-turut
9. Ucapkan terimakasih dan sampaikan
10. Dokumentasikan hasil asesmen risiko jatuh pada cataan keperawatan.
Asesmen awal risiko jatuh. Asesmen awal risiko jatuh merupakan tindakan terencana yang dilakukan pada pasien yang masuk ke rumah sakit untuk mengetahui pasien yang berisiko jatuh berdasarkan skala morse untuk pasien dewasa dan Humpty Dumpty untuk pasien anak-anak. Adapun prosedur pelaksanaan asesmen awal risiko pasien jatuh yaitu:
1. Identifikasi pasien yang berisiko jatuh dirawat atau pasien baru masuk di Rumah Sakit Umum Permata Bunda
2. Tentukan tingkat risiko pasien dewasa berdasarkan skala morse : a. Risiko tinggi > 45
b. Risiko sedang 25-44 c. Risiko rendah 0-24
3. Tentukan tingkat risiko pasien jatuh untuk pasien anak berdasarkan skala humpty dumpty :
a. Risiko tertinggi > 12 b. Risiko rendah 7-12
4. Tentukan tingkat risiko pasien jatuh untuk pasien anak berdasarkan skala humpty dumpty : Setelah ditentukan tingkat risiko dan memnuhi angka risiko tinggi dan sedang maka beri tanda gelang risiko jatuh warna kuning, menaikkan pengaman tempat tidur, kunci tempat tidur, memasang tanda gambar risiko jatuh pada tempat tidur dan untuk risiko tinggi dilakukan semua prosedur risiko jatuh sedang dan ditambahkan memantau 1 jam sekali.
5. Untuk pasien yang sedang dirawat, dapat dilakukan evaluasi untuk diidentifikasi ulang dengan skala morse atau skala humpty dumpty
Berdasarkan dari hasil wawancara yg dilakukan peneliti mengenai asesmen awal yang dilakukan oleh perawat di rumah sakit umum permata bunda ini maka diperoleh informasi sebagai berikut :
“ pelaksanaan asesmen awal kita identifikasi dulu pasiennya risikonya sesuai dengan panduan kan di serah terima kekita baru kita asesmen awal ke pasienya ” (informan 2)
“ untuk pelaksanaannya sesuai dengan SPO nya misalnya kalau ada pasien baru kita asesmen 24 jam dari pasien masuk setelah itu kita kaji pengkajian asesmen risiko jatuh berdasarkan skala risiko jatuh pada pasiennya kalau disini kita pakai skala morse itu yg pasien dewasa lebih beresiko jatuh” (informan 3)
41
“ kalau untuk Standar Prosedur Operasional pengkajian asesmen awalnya kita lihat dulu pasiennya pasien masuk pasien datang pada saat pasien dari IGD setelah serah terima kita kaji pengkajian risiko jatuh” (informan 4)
“ kalau pelaksanaan asesmen awal pasien yang baru masuk kita serah terima dulu karena disini kan pasien dewasa jadi kita gunakan skala risiko jatuh pasien dewasa, pasien sampai di ruangan langsung kita oper ke perawat yang berinap termasuk asesmen risiko jatuh kita lakukan 24 jam pertama” (informan 5)
Berdasarkan pernyataan dari hasi wawancara informan dalam pelaksanaan asesmen risiko pasien jatuh di RSU Permata Bunda Medan menunjukkan bahwa asesmen awal risiko jatuh pada pasien yang dirawat inap dimulai ketika pasien baru datang ke ruangan dan dilakukan asesmen awal keperawatan dalam waktu 24 jam pertama sesuai dengan pengkajian risiko jatuh pasien dewasa ( morse fall score ) dan risiko jatuh pada anak (Humpty Dumpty) yang dilakukan perawat pelaksana hal ini sesuai dengan observasi yang peneliti lakukan di RSU Permata Bunda.
Asesmen ulang risiko jatuh. Asesmen ulang risiko jatuh merupakan proses menilai dan mengevaluasi Kembali serta merencanakan Tindakan pada pasien yang mempunyai risiko jatuh di bangsa rawat inap maupun rawat jalan di UGD atau poliklinik. Adapun prosedur pelaksanaan asesmen awal risiko pasien jatuh yaitu:
1. Dokter dan perawat melakukan skrinning ulang pada setiap pasien di RSU Permata Bunda dengan risiko jatuh dengan indikasi:
a. Saat pindah / transfer ke unit lain b. Adanya perubahan kondisi pasien c. Adanya kejadian jatuh pada pasien