• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN STATUS GIZI IBU HAMIL

BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH DI RUMAH SAKIT UMUM SUNDARI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

MUHAMMAD RIZKI BUSTAMI LUBIS 150100068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

GAMBARAN STATUS GIZI IBU HAMIL

BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH DI RUMAH SAKIT UMUM SUNDARI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

MUHAMMAD RIZKI BUSTAMI LUBIS 150100068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)

i

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Status Gizi Ibu Hamil Berdasarkan Indeks Massa Tubuh di Rumah Sakit Umum Sundari” ini sebagai salah satu syarat kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari orangtua dan berbagai pihak, mulai dari pemilihan topik dan judul hingga terbentuk hasil skripsi yang sudah mumpuni ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. DR. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. DR. Dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K), selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. DR. Dr. Makmur Sitepu, M.Ked (OG), Sp.OG (K), selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan banyak waktu dan tanpa mengenal lelah dalam memberikan dorongan, bimbingan dan petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

4. DR. Dr. Bintang Yinke Magdalena Sinaga, M.Ked (Paru), Sp.P (K) selaku ketua dosen penguji dan Dr. Adi Muradi Muhar, Sp.B-KBD selaku anggota dosen penguji yang telah memberikan nasihat dan saran yang sangat membangun sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan sebaik – baiknya.

5. Dr. Zulkarnain Hutasuhut selaku direktur Rumah Sakit Umum Sundari.

6. Seluruh pegawai administrasi dan rekam medis Rumah Sakit Umum Sundari, terutama ibu Anum, yang dengan ikhlas telah memudahkan serta meluangkan banyak waktu dan tenaga untuk membantu terlaksananya penelitian ini dengan baik.

ii

(5)

7. Ayahanda M. Taupik Lubis, S.H., M.M. dan Ibunda Ummi Kalsum S.H.

selaku orangtua penulis, yang telah mengasuh, membesarkan dan membimbing serta senantiasa memberikan semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Adinda Muhammad Raihan Azhari Lubis dan Muhammad Rafly Luthfi Lubis yang senantiasa memberikan dorongan semangat kepada penulis.

9. Sahabat yang sudah penulis anggap seperti saudara kandung, Andre Fellino Muhammad Harahap, Dekka Andra, Aqib Asyraf Ablisar, Annisa Marchia Marshal, Audhy Alivia Rambe, Nabila, Vio Thalia Stanza, Via Karina Nabila, Balqis Sofyana Dewi, dan Pitta Uli Hasiana Gultom.

10. Teman – teman sejawat dan seperjuangan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan motivasi, semangat, dan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang merupakan hasil penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan dari berbagai sisi, baik dari segi struktur dan isi. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang berguna untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia kedokteran.

Medan, 5 Desember 2018 Penulis,

MUHAMMAD RIZKI BUSTAMI LUBIS 150100068

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI...

DAFTAR TABEL...

DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR SINGKATAN...

ABSTRAK...

I II IV VII VIII IX X BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian...

1.3.1 Tujuan Umum...

1.3.2 Tujuan Khusus...

3 3 3 1.4 Manfaat Penelitian...

1.4.1 Manfaat Ilmiah...

1.4.2 Manfaat Metodologi...

1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat...

3 3 3 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1 Perubahan Anatomi Sistem Reproduksi Pada Kehamilan 2.1.1 Anatomi Genitalia Eksterna...

2.1.1.1 Vulva...

2.1.1.2 Mons Pubis...

2.1.1.3 Labia Mayora...

2.1.1.4 Labia Minora...

2.1.1.5 Klitoris...

2.1.1.6 Vestibulum Vaginae...

2.1.1.7 Kelenjar Vestibular...

2.1.1.8 Ostium Uretra...

2.1.1.9 Bulbus Vestibuli...

2.1.1.10 Ostium Vaginae dan Himen...

2.1.1.11 Vagina...

2.1.1.12 Perineum...

2.1.2 Anatomi Genitalia Interna...

2.1.2.1 Uterus...

2.1.2.2 Tuba Fallopi...

2.1.2.3 Ovarium...

4 4 4 4 4 4 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9 10 11 2.2 Fisiologi Ibu Hamil...

2.2.1 Saluran Reproduksi...

2.2.1.1 Uterus...

2.2.1.2 Serviks...

2.2.1.3 Ovarium...

11 12 12 13 13

(7)

2.2.1.4 Tuba Fallopi...

2.2.1.5 Vagina dan Perineum...

2.2.2 Kulit...

2.2.2.1 Aliran Darah ke Kulit...

2.2.2.2 Dinding Abdomen...

2.2.2.3 Hiperpigmentasi...

2.2.2.4 Perubahan Vaskular...

2.2.3 Payudara...

2.2.4 Perubahan Metabolik...

2.2.4.1 Penambahan Berat...

2.2.4.2 Metabolisme Air...

2.2.4.3 Metabolisme Protein...

2.2.4.4 Metabolisme Karbohidrat...

2.2.4.5 Metabolisme Lemak...

2.2.4.6 Metabolisme Elektrolit dan Mineral...

2.2.5 Perubahan Hematologis...

2.2.5.1 Volume darah...

2.2.5.2 Metabolisme Besi...

2.2.5.3 Fungsi Imunologis...

2.2.5.4 Koagulasi dan Fibrinolisis...

2.2.5.5 Limpa...

2.2.6 Sistem Kardiovaskular...

2.2.6.1 Jantung...

2.2.6.2 Sirkulasi dan Tekanan Darah...

2.2.7 Saluran Pernapasan...

2.2.7.1 Fungsi Paru...

2.2.7.2 Keseimbangan Asam-Basa...

2.2.8 Sistem Kemih...

2.2.8.1 Ginjal...

2.2.8.2 Ureter...

2.2.8.3 Kandung Kemih...

2.2.9 Saluran Pencernaan...

2.2.9.1 Hati...

2.2.9.2 Kandung Empedu...

2.2.10 Sistem Endokrin...

2.2.10.1 Kelenjar Hipofisis...

2.2.10.2 Kelenjar Tiroid...

2.2.10.3 Kelenjar Paratiroid...

2.2.10.4 Kelenjar Adrenal...

14 14 14 14 15 15 15 16 16 16 17 17 18 18 18 19 19 19 20 20 21 21 21 22 23 23 23 24 24 24 24 25 25 26 26 26 27 27 27 2.3 Indeks Massa Tubuh (IMT)...

2.3.1 Pengertian...

2.3.2 Klasifikasi...

28 28 29 2.4 Pertambahan Berat Badan pada Kehamilan... 30 2.5 Kerangka Teori... 33 2.6 Kerangka Konsep... 34

(8)

BAB III METODE PENELITIAN... 35 3.1 Jenis dan Desain Penelitian... 35 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian... 35 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian...

3.3.1 Populasi Penelitian...

3.3.2 Sampel Penelitian...

3.3.2.1 Kriteria Inklusi...

3.3.2.2 Kriteria Eksklusi...

35 35 35 35 36 3.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data...

3.4.1 Jenis Data...

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data...

36 36 36 3.5 Definisi Operasional... 36 3.6 Metode Analisis Data... 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 38

4.1 Hasil Penelitian...

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian...

4.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden Penelitian....

38 38 38 4.2 Pembahasan... 40 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 43

5.1 Kesimpulan...

5.2 Saran...

43 43 DAFTAR PUSTAKA... 44

(9)

DAFTAR TABEL Tabel 2.1

Tabel 2.2 Tabel 2.3

Klasifikasi IMT Menurut WHO...

Klasifikasi IMT untuk Indonesia...

Pertambahan Berat Badan pada Kehamilan...

29 30 31 Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel yang Diteliti... 38 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Usia. 39 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi... 40

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alat kelamin eksternal wanita... 5 Gambar 2.2 Perineum, menunjukkan struktur superfisial di sisi kiri dan

struktur yang lebih dalam di sisi kanan... 7 Gambar 2.3 Potongan koronal pelvis di level uterus... 9 Gambar 2.4

Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7

Struktur vaskular uteroplasenta...

Peningkatan cardiac output, stroke volume, dan denyut jantung dari pra kehamilan sampai akhir kehamilan...

Kerangka teori...

Kerangka konsep...

12 22 34 35

(11)

DAFTAR SINGKATAN

ALT : Alanin Transaminase AST : Aspartat Transaminase BB : Berat Badan

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah BMI : Body Mass Index

DXA : Dual-Energy X-Ray Absorptiometry

FIGO : International Federation of Gynecology and Obstetrics GGT : Gamma-Glutamil Transferase

IMT : Indeks Massa Tubuh IOM : Institute of Medicine IVC : Inferior Vena Cava LFG : Laju Filtrasi Glomerulus RBC : Red Blood Cell

RSU : Rumah Sakit Umum

SPSS : Statistical Product and Service Solution TB : Tinggi Badan

USG : Ultrasonografi

WHO : World Health Organization

(12)

ABSTRAK

Latar Belakang. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Gizi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fetus, dan akan membentuk fondasi kesehatan fetus tersebut. Kesehatan ibu, baik dalam jangka pendek maupun panjang, juga bergantung pada seberapa baik gizinya tercukupi sebelum, saat, maupun sesudah kehamilan. Ibu hamil dengan status gizi yang kurang akan meningkatkan resiko persalinan prematur dan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

Di sisi lain, ibu hamil dengan status gizi yang berlebih dan obesitas akan meningkatkan resiko dari aborsi spontan, kelainan jantung kongenital, kelainan saluran pencernaan kongenital, diabetes mellitus gestasional, kematian janin intrauterine, hipertensi kehamilan, kelahiran secara cesar, penyakit thromboemboli, komplikasi pasca operasi, dan kematian ibu. Tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran status gizi ibu hamil berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) di RSU Sundari. Metode. Penelitian dilaksanakan di RSU Sundari dengan pendekatan cross- sectional menggunakan data sekunder, meliputi tinggi badan, berat badan, dan usia kehamilan.

Sampel penelitian merupakan seluruh ibu hamil yang melakukan antenatal care pada bulan April- Juni 2018 serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan. Hasil. Ibu hamil dengan usia kehamilan 12-20 minggu yang melakukan antenatal care di RSU Sundari pada bulan April-Juni 2018 paling banyak dengan status gizi normal; sebanyak 39 orang (35,78%); dan yang paling sedikit dengan status gizi kurang; sebanyak 6 orang (5,5%).

Kata kunci : status gizi, IMT, ibu hamil

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Nutrisi menurut World Health Organization (WHO) adalah asupan bahan makanan, dalam kaitannya dengan kebutuhan diet tubuh. Nutrisi yang baik – diet cukup dan seimbang yang dikombinasikan dengan aktivitas fisik yang teratur – merupakan fondasi bagi kesehatan yang baik. Nutrisi yang buruk dapat memicu kurangnya imunitas, meningkatnya kerentanan terhadap penyakit, terganggunya perkembangan fisik dan mental, serta mengurangi produktivitas.

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya) (Suyanto, 2009). Status gizi dapat pula diartikan sebagai gambaran kondisi fisik seseorang sebagai refleksi dari keseimbangan energi yang masuk dan yang dikeluarkan oleh tubuh. (Marmi, 2013) Menurut Federacion Internacional Ginecologia Obstetricia (FIGO), kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum, yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Dihitung dari saat fertilisasi sampai kelahiran bayi, kehamilan normal biasanya berlangsung dalam waktu 40 minggu.

Usia kehamilan tersebut dibagi menjadi 3 trimester yang masing-masing berlangsung dalam beberapa minggu. Trimester 1 selama 12 minggu, trimester 2 selama 15 minggu (minggu ke-13 sampai minggu ke-27), dan trimester 3 selama 13 minggu (minggu ke-28 sampai minggu ke-40).

Pentingnya untuk memastikan bahwa gizi ibu hamil tercukupi dengan baik telah diketahui secara luas. Gizi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fetus, dan akan membentuk fondasi kesehatan fetus tersebut.

Kesehatan ibu, baik dalam jangka pendek maupun panjang, juga bergantung pada seberapa baik gizinya tercukupi sebelum, saat, maupun sesudah kehamilan. Sekitar

(14)

50% kehamilan tidak direncanakan, sehingga setiap wanita yang sedang dalam masa reproduktif harus mengetahui pentingnya makan makanan yang sehat.

Kebanyakan intervensi nutrisi memiliki dampak yang paling baik bila dilakukan sebelum konsepsi dan saat 12 minggu pertama kehamilan. (NICE, 2016)

Selama kehamilan, ibu akan mengalami penambahan berat badan yang idealnya tergantung dari indeks massa tubuh ibu sebelum kehamilan. Ketidaktepatan penambahan berat badan saat kehamilan merupakan ancaman bagi kehamilan yang optimal. Ibu dengan berat badan pra hamil kurang (IMT<18,5 kg/m2) idealnya mengalami penambahan berat badan 12,5-18 kg. Ibu dengan berat badan pra hamil normal (IMT 18,5-24,9 kg/m2) idealnya mengalami penambahan berat badan 11,5- 16 kg. Sedangkan ibu dengan berat badan pra hamil berlebih (overweight) (IMT 25,0-29,9 kg/m2) idealnya mengalami penambahan berat badan 7-11,5 kg. Dan yang terakhir ibu dengan berat badan pra hamil obese (IMT>30,0 kg/m2) idealnya mengalami penambahan berat badan 5-9 kg. (IOM, 2009)

Ibu hamil dengan status gizi yang kurang akan meningkatkan resiko persalinan prematur dan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Di sisi lain, ibu hamil dengan status gizi yang berlebih dan obesitas akan meningkatkan resiko dari aborsi spontan, kelainan jantung kongenital, kelainan saluran pencernaan kongenital, diabetes mellitus gestasional, kematian janin intrauterine, hipertensi kehamilan, kelahiran secara cesar, penyakit thromboemboli, komplikasi pasca operasi, dan kematian ibu. (Stotland et al., 2014)

Besarnya pengaruh status gizi pada masa kehamilan baik kepada ibu maupun kepada fetus dan masih minimnya data mengenai status gizi ibu hamil di RSU Sundari mendasari penelitian ini untuk melihat status gizi ibu hamil berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT).

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana gambaran status gizi ibu hamil berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) di RSU Sundari?

2

(15)

1.3 TUJUAN

1.3.1 TUJUAN UMUM

Diketahui gambaran status gizi ibu hamil berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) di RSU Sundari.

1.3.2 TUJUAN KHUSUS

1. Diketahui persentase ibu hamil dengan status gizi rendah di RSU Sundari.

2. Diketahui persentase ibu hamil dengan status gizi normal di RSU Sundari.

3. Diketahui persentase ibu hamil dengan status gizi berlebih di RSU Sundari.

4. Diketahui persentase ibu hamil dengan status gizi obesitas di RSU Sundari.

1.4 MANFAAT

1.4.1 MANFAAT ILMIAH

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi mengenai status gizi ibu hamil berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) di RSU Sundari.

1.4.2 MANFAAT METODOLOGI

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumber atau referensi penelitian berikutnya dengan sampel yang lebih besar dan tempat yang lebih banyak.

1.4.3 MANFAAT BAGI MASYARAKAT

Hasil penelitian diharapkan mampu memberi informasi dan pengetahuan kepada masyarakat, terkhusus ibu hamil dan wanita yang sedang dalam masa reproduktif, mengenai status gizi yang baik pada masa kehamilan.

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERUBAHAN ANATOMI SISTEM REPRODUKSI PADA KEHAMILAN

2.1.1 ANATOMI GENITALIA EKSTERNA 2.1.1.1 VULVA

Seluruh bagian dari genitalia eksterna wanita disebut dengan vulva. Vulva terdiri atas mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris, himen, vestibulum, muara urethra, kelenjar vestibular mayor (Bartholin), kelenjar vestibular minor, kelenjar parauretra, fourchette, dan perineum. (Gambone et al., 2016)

2.1.1.2 MONS PUBIS

Juga disebut mons veneris, merupakan bantalan berisi lemak yang terletak di simfisis pubis. Setelah pubertas, kulit mons pubis ditutupi oleh rambut keriting yang membentuk perisai (escutcheon). (Cunningham et al., 2009)

2.1.1.3 LABIA MAYORA

Bagian yang paling menonjol dari vulva, labia mayora, adalah lipatan kulit yang besar dan ditutupi oleh rambut. Labia mayora mengandung kelenjar sebasea dan lemak subkutan, dan terbentang di kedua sisi introitus. (Gambone et al., 2016) Labia mayora memiliki panjang 7-8 cm, kedalaman 2-3 cm, dan tebal 1-1,5 cm.

Di superior, labia mayora menyatu secara langsung pada mons pubis, dan ligamen bulat berakhir di atasnya. Di posterior, labia mayora meruncing dan menyatu di daerah perineum membentuk komisura posterior. (Cunningham et al., 2009) 2.1.1.4 LABIA MINORA

Labia minora membentang lebih ke arah medial dan tidak ditutupi oleh rambut, tetapi kaya akan pembuluh darah, kelenjar sebasea, dan persarafan. Ukuran dan

4

(17)

bentuk labia minora bervariasi mulai dari stuktur yang hampir tidak terlihat hingga seperti kelopak daun dengan Panjang 3 cm. (Gambone et al., 2016)

Gambar 2.1 Alat kelamin eksternal wanita (Gambone et al., 2016)

2.1.1.5 KLITORIS

Klitoris membentang tepat di depan uretra, yang terdiri atas glans, korpus atau badan, dan krura. Hanya glans klitoris yang dapat terlihat dari luar. Diameter glans biasanya kurang dari 0,5 cm, terdiri dari sel-sel berbentuk gelondong, dan dilapisi oleh epitel gepeng berlapis yang kaya akan persarafan. Badan klitoris, yang terdiri atas sepasang korpora kavernosa, memanjang ke arah superior sejauh beberapa sentimeter dan membelah menjadi dua crura, yang menempel pada permukaan bawah ramus pubis. Setiap crura dilapisi oleh otot iskiokavernosus. (Gambone et al., 2016)

(18)

2.1.1.6 VESTIBULUM VAGINAE

Vestibulum vaginae adalah bagian introitus yang memanjang secara inferior dari cincin himen diantara labia minora. Pada wanita dewasa, merupakan daerah berbentuk almond yang dibatasi oleh garis Hart di sebelah lateral, permukaan luar himen di sebelah medial, frenulum klitoridis di anterior, dan fourchette di posterior.

Sebagian besar vulva dipersarafi oleh cabang-cabang nervus pudenda. Anterior dari urethra, vulva dipersarafi oleh nervus ilioinguinalis dan nervus genitofemoralis.

(Gambone et al., 2016)

2.1.1.7 KELENJAR VESTIBULAR

Sepasang kelenjar Bartholin, juga disebut glandula vestibularis mayor, merupakan kelenjar yang besar, dengan diameter 0,5-1 cm. Terletak inferior dari bulbus vestibuli dan di dalam ujung inferior muskulus bulbokavernosus di kedua sisi ostium vaginae. Panjang duktusnya 1,5-2 cm dan membuka di distal cincin himen pada arah jam 5 dan 7. (Cunningham et al., 2009)

Kelenjar parauretral secara kolektif merupakan percabangan kelenjar yang duktusnya membuka terutama di sepanjang keseluruhan aspek inferior uretra. Dua yang paling besar disebut kelenjar Skene, dan duktusnya biasanya terletak distal di dekat meatus uretra. Glandula vestibularis minor merupakan kelenjar dangkal dilapisi oleh epitel sederhana penyekresi musin dan membuka di sepanjang garis Hart. (Cunningham et al., 2009)

2.1.1.8 OSTIUM URETRA

Dua pertiga bawah uretra terletak tepat di atas dinding anterior vagina. Ostium atau meatus uretra terletak di garis tengah vestibulum, 1-1,5 cm di bawah arkus pubikus, dan terletak sedikit di atas ostium vaginae. (Cunningham et al., 2009)

6

(19)

Gambar 2.2 Perineum, menunjukkan struktur superfisial di sisi kiri dan struktur yang lebih dalam di sisi kanan (Gambone et al., 2016)

2.1.1.9 BULBUS VESTIBULI

Bulbus vestibuli merupakan agregasi vena berbentuk almond, dengan panjang 3-4 cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 0,5-1 cm, yang terletak di bawah muskulus bulbokavernosus dan di kedua sisi vestibulum. Bulbus berakhir di inferior kira-kira di pertengahan ostium vaginae dan berjalan ke atas menuju klitoris. Perpanjangan ke anterior tersebut bergabung di garis tengah, di bawah badan klitoris.

(Cunningham et al., 2009)

2.1.1.10 OSTIUM VAGINAE DAN HIMEN

Ostium vaginae dikelilingi di distal oleh himen atau sisanya. Pada wanita dewasa, himen adalah membrane dengan berbagai ketebalan yang mengelilingi

(20)

ostium vaginae secara lengkap atau sebagian. Himen terutama terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastik, serta baik permukaan luar maupun dalamnya dilapisi oleh epitel gepeng berlapis. Lubang-lubang himen berdiameter antara pinpoint sampai seukuran satu atau dua ujung jari. (Cunningham et al., 2009)

2.1.1.11 VAGINA

Vagina adalah saluran pipih yang yang memanjang secara posterosuperior dari cincin hymen pada introitus sampai ke fornices yang mengelilingi serviks.

Epitelnya, yang berjenis gepeng berlapis, normalnya tidak memiliki kelenjar mucus dan folikel rambut, dan tanpa keratin. Di bawah epitel vagina terdapat jaringan ikat yang kaya akan pembuluh darah. Di bawah jaringan ikat terdapat lapisan otot, yang terdiri atas lapisan otot polos inner circular dan outer longitudinal. Vagina wanita dewasa memiliki panjang rata-rata 8 cm, meskipun ukurannya bervariasi menurut umur, paritas, dan status fungsi ovarium. (Gambone et al., 2016)

Mukosa vagina berlipat-lipat horizontal; lipatan itu dinamakan ruga; di tengah- tengah bagian depan dan di belakang ada bagian yang lebih mengeras, disebut kolumna rugarum. Ruga jelas terlihat pada sepertiga bagian distal vagina pada seorang virgo atau nullipara, sedang pada seorang multipara sebagian besar menghilang. (Anwar et al., 2011)

2.1.1.12 PERINEUM

Perineum merupakan batas inferior pelvis. Perineum ditopang dari sisi superior oleh musculus levator ani dan dari sisi inferior oleh kulit selangkangan. Pada bagian anterior, perineum memanjang hingga ke simfisis pubis dan batas inferior dari tulang pubis. Sedangkan pada bagian posterior, perineum dibatasi oleh tuberositas iskiadikum, ligamentum sakrotuberale, dan tulang coccygeus. (Gambone et al., 2016)

8

(21)

2.1.2 ANATOMI GENITALIA INTERNA 2.1.2.1 UTERUS

Uterus pada seorang wanita dewasa berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar di tempat yang paling lebar 5,25 cm, dan tebal 2,5 cm. (Anwar et al., 2011)

Uterus terdiri atas serviks dan korpus, yang dihubungkan oleh isthmus. Isthmus merupakan area transisi dimana epitel endocervical secara bertahap berubah menjadi lapisan endometrium. Pada kehamilan, area ini akan memanjang.

(Gambone et al., 2016)

Gambar 2.3 Potongan koronal pelvis di level uterus (Gambone et al., 2016)

Serviks biasanya memiliki panjang 2 sampai 3 cm. Pada bayi dan anak, serviks akan lebih panjang daripada korpus. Bagian yang mengarah pada vagina dan dikelilingi oleh fornices dilapisi oleh epitel gepeng tanpa keratin. Pada tulang serviks, epitel gepeng yang melapisi ektoserviks berubah menjadi epitel kolom

(22)

selapis. Tempat terjadinya perubahan tersebut disebut dengan squamocolumnar junction. (Gambone et al., 2016)

Korpus uterus adalah organ yang tebal, pipih, yang sebagian besar terdiri atas serat otot polos berlapis tiga; lapisan otot sebelah luar berjalan longitudinal dan lapisan sebelah dalam berjalan sirkuler, di antara kedua lapisan ini otot polos berjalan saling beranyaman. Ketebalan lapisan endometrium dari korpus uteri dapat bervariasi dari 2 hingga 10 mm, tergantung pada tahap siklus menstruasi. (Anwar et al., 2011)

Umumnya uterus pada wanita dewasa terletak di sumbu tulang panggul dalam anteversiofleksio (serviks ke depan atas) dan membentuk sudut dengan vagina.

Sedangkan korpus uterus mengarah ke depan dan membentuk sudut 120°-130°

dengan serviks. (Anwar et al., 2011)

Di bagian luar, uterus dilapisi oleh lapisan serosa (peritoneum viseral). Dengan demikian, dari luar ke dalam dinding korpus uterus akan dilapisi oleh serosa atau perimetrium, miometrium, dan endometrium. Uterus mendapat pendarahan dari arteri uterina (cabang dari arteri iliaka interna) dan arteri ovarika. (Anwar et al., 2011)

2.1.2.2 TUBA FALLOPI

Tuba fallopi adalah tabung otot bilateral (panjang sekitar 10 cm) dengan lumen yang menghubungkan rongga uterus dengan rongga peritoneum. Tuba fallopi dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia. Bagian tuba fallopi yang berada di dinding rahim disebut dengan bagian interstisial. Bagian medial memiliki lumen yang cukup sempit (2-3 mm) dan disebut sebagai isthmus. Lebih ke arah distal lagi terdapat bagian ampularis yang lebih lebar dengan diameter 4-10 mm. Bagian ini merupakan tempat tersering terjadinya kehamilan ektopik. Tuba mempunyai ujung terbuka menyerupai anemon yang disebut infundibulum dan fimbria yang merupakan tangan-tangannya. Mobilitas fimbria ini memainkan peranan yang penting dalam kesuburan wanita. (Gambone et al., 2016)

10

(23)

Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viseral, yang merupakan bagian dari ligamentum latum. Otot polos dinding tuba terdiri atas 2 lapis (dari luar ke dalam) yaitu lapisan otot longitudinal dan otot sirkuler. Lebih ke dalam lagi terdapat mukosa yang berlipat-lipat ke arah longitudinal dan terutama dapat ditemukan di bagian ampula. (Anwar et al., 2011)

2.1.2.3 OVARIUM

Ovarium adalah organ yang oval, pipih, dengan ukuran sekitar 3 × 2 × 2 cm.

Masing-masing ovarium menempati posisi di fossa ovarium (Waldeyer), yang merupakan depresi dangkal pada dinding pelvic lateral, tepat di posterior pembuluh darah iliaka eksternal dan di anterior ureter dan pembuluh darah hipogastrik.

Umumnya, penutup serosa dan tunika albuginea ovarium cukup tipis, sehingga folikel yang sedang berkembang dan corpora lutea dapat dengan mudah terlihat.

Ovarium dihubungkan dengan uterus melalui ligamentum ovarii proprium.

(Gambone et al., 2016)

Darah ke ovarium disuplai oleh arteri ovarika, yang berasal dari aorta abdominalis tepat di bawah arteri renalis. Arteri ovarika berjalan menuju ovarium melalui ligamentum suspensorium ovarii. Ovarium juga menerima suplai darah yang cukup besar dari arteri uterina melalui anastomosis arteri uterus-ovarium.

Drainase vena dari ovarium kanan langsung ke vena cava inferior, sedangkan dari ovarium kiri ke vena renalis kiri. (Gambone et al., 2016)

2.2 FISIOLOGI IBU HAMIL

Selama kehamilan terjadi adaptasi anatomis, fisiologis, dan biokimiawi yang mencolok. Banyak perubahan ini dimulai segera setelah pembuahan dan berlanjut selama kehamilan, dan sebagian besar terjadi sebagai respons terhadap rangsangan fisiologis yang ditimbulkan oleh janin dan plasenta. Yang juga mencolok adalah bahwa wanita hamil akan kembali, hampir secara sempurna, ke keadaan prahamil setelah melahirkan dan menyusui. (Cunningham et al., 2009)

(24)

2.2.1 SALURAN REPRODUKSI 2.2.1.1. UTERUS

Pada wanita tak hamil, uterus memiliki berat 40-100 g. Pada saat kehamilan, berat uterus bertambah menjadi 400 g pada usia kehamilan 20 minggu dan 800- 1000 g pada aterm. Involusi akan terjadi dengan cepat pada 2 minggu pertama pasca kelahiran, namun akan melambat sesudahnya dan belum sepenuh selesai 2 bulan pasca kelahiran. (Pipkin, 2013)

Selama kehamilan, pembesaran uterus terjadi akibat hipertrofi dan pemanjangan sel-sel miometrium, dari 50µm pada keadaan tak hamil menjadi 200- 600µm, meskipun hiperplasia mungkin muncul pada awal kehamilan (Fiona).

Peningkatan ukuran sel otot ini diiringi oleh akumulasi jaringan fibrosa, terutama di lapisan otot eksternal, dan peningkatan bermakna jaringan elastik. Anyaman yang terbentuk ikut memperkuat dinding uterus. (Cunningham et al., 2009)

Gambar 2.4 Struktur vaskular uteroplasenta (Pipkin, 2013)

Penyaluran sebagian besar bahan yang esensial bagi pertumbuhan dan metabolisme janin dan plasenta serta pengeluaran sebagian besar bahan sisa metabolik, bergantung pada perfusi yang memadai di ruang antarvilus plasenta.

Perfusi plasenta bergantung pada aliran darah uterus total, yang terutama berasal dari arteri uterina dan ovarium. Aliran darah uteroplasenta meningkat secara progresif selama kehamilan, dengan perkiraan berkisar dari 450 sampai 650 mL/menit menjelang aterm. (Cunningham et al., 2009)

12

(25)

2.2.1.2 SERVIKS

Perubahan karakteristik serviks selama kehamilan adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan vaskularitas.

2. Peningkatan jaringan sekretori yang memproduksi mukus.

3. Menurunnya kolagen pada trimester ketiga dan akumulasi air dan glikosaminoglikan. (Pipkin, 2013)

Pada 1 bulan setelah konsepsi, serviks sudah mulai mengalami perlunakan dan sianosis mencolok. Perubahan-perubahan ini terjadi karena peningkatan vaskularitas dan edema serviks keseluruhan, disertai oleh hipertrofi dan hiperplasia kelenjar serviks. Meskipun serviks mengandung sejumlah kecil otot polos, namun komponen utamanya adalah jaringan ikat. Penataan ulang jaringan ikat kaya- kolagen ini diperlukan agar serviks mampu melaksanakan beragam tugas dari mempertahankan kehamilan hingga aterm, berdilatasi untuk mempermudah pelahiran, dan memperbaiki diri setelah persalinan sehingga dapat terjadi kehamilan berikutnya. (Timmons et al., 2007)

Sel mukosa endoserviks menghasilkan suatu mukus lengket dalam jumlah besar yang menyumbat kanalis servisis uteri segera setelah konsepsi. Mukus ini kaya akan immunoglobulin dan sitokin serta berfungsi sebagai sawar imunologis untuk melindungi isi uterus terhadap infeksi dari vagina. (Cunningham et al., 2009) 2.2.1.3 OVARIUM

Selama kehamilan, ovulasi berhenti dan pematangan folikel-folikel baru ditunda. Biasanya hanya 1 korpus luteum yang ditemukan pada wanita hamil.

Struktur ini berfungsi maksimal selama 6 sampai 7 minggu pertama kehamilan dan setelah itu tidak banyak berkontribusi dalam produksi progesteron. (Cunningham et al., 2009)

(26)

2.2.1.4 TUBA FALLOPI

Otot-otot tuba fallopi hanya sedikit mengalami hipertrofi selama kehamilan.

Namun, epitel mukosa tuba menjadi agak mendatar. Di stroma endosalping mungkin terbentuk sel-sel desidua, tetapi tidak terbentuk membran desidua yang kontinu. (Batukan et al., 2007)

2.2.1.5 VAGINA DAN PERINEUM

Selama kehamilan, terjadi peningkatan vaskularitas dan hiperemia di kulit dan otot perineum dan vulva, disertai perlunakan jaringan ikat di bawahnya.

Meningkatnya vaskularitas sangat memengaruhi vagina dan menyebabkan warnanya menjadi keunguan (tanda Chadwick). Dinding vagina mengalami perubahan mencolok sebagai persiapan untuk meregang saat persalinan.

Perubahan-perubahan ini mencakup peningkatan bermakna ketebalan mukosa, melonggarnya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos. (Cunningham et al., 2009) Sel epitel umumnya bertambah dan membesar, dan menjadi penuh dengan vakuola yang kaya akan glikogen. Kadar estrogen yang tinggi menstimulasi sintesis glikogen, dan ketika sel-sel epitel ini dilepaskan ke dalam vagina, lactobacilli yang dikenal sebagai basil Döderlein memecah glikogen untuk menghasilkan asam laktat. PH vagina pada kehamilan turun hingga 3,5-4,0 dan lingkungan yang asam ini berfungsi untuk menjaga vagina bersih dari infeksi bakteri. (Pipkin, 2013) Sekresi serviks ke dalam vagina selama kehamilan sangat meningkat dan berupa cairan putih agak kental. PH cairan ini asam, berkisar 3,5 sampai 6. Hal ini disebabkan oleh peningkatan produksi asam laktat dari glikogen di epitel vagina oleh kerja Lactobacillus acidophilus. (Cunningham et al., 2009)

2.2.2 KULIT

2.2.2.1 ALIRAN DARAH KE KULIT

Meningkatnya alirah darah ke kulit selama kehamilan berfungsi untuk mengeluarkan kelebihan panas yang terbentuk karena meningkatnya metabolisme.

(Cunningham et al., 2009)

14

(27)

2.2.2.2 DINDING ABDOMEN

Sejak setelah pertengahan kehamilan sering terbentuk alur-alur kemerahan yang sedikit cekung di kulit abdomen dan kadang di kulit payudara dan paha. Ini disebut stria gravidarum atau strech marks. Pada wanita multipara, selain stria gravidarum sering tampak garis-garis putih keperakan berkilap yang mencerminkan sikatriks dari stria lama. (Cunningham et al., 2009)

Kadang otot dinding abdomen tidak dapat menahan tegangan yang mengenainya. Akibatnya, otot rektus terpisah di garis tengah, menciptakan suatu diastasis rekti dengan derajat bervariasi. Pada keadaan yang parah, sebagian dari dinding uterus anterior hanya akan ditutupi oleh suatu lapisan kulit, fasia yang tipis, dan peritoneum. (Cunningham et al., 2009)

2.2.2.3 HIPERPIGMENTASI

Linea alba mengalami pigmentasi sehingga warnanya berubah menjadi hitam kecoklatan (linea nigra). Kadang muncul bercak-bercak kecoklatan ireguler dengan berbagai ukuran di wajah dan leher, menimbulkan kloasma atau melasma gravidarum – apa yang disebut sebagai mask of pregnancy. Pigmentasi areola dan kulit genital juga dapat bertambah. Perubahan-perubahan pigmentasi ini biasanya hilang, atau paling sedikit berkurang nyata, setelah persalinan. (Cunningham et al., 2009)

2.2.2.4 PERUBAHAN VASKULAR

Angioma, yang disebut vascular spider, terbentuk pada sekitar dua pertiga wanita kulit putih dan sekitar 10% wanita kulit hitam. Angioma ini bermanifestasi sebagai tonjolan-tonjolan kecil merah di kulit, terutama di wajah, leher, dada atas, dan lengan, disertai jari-jari menjulur keluar dari bagian tengah lesi. Keadaan ini sering disebut sebagai nevus, angioma, atau telangiektasia. Eritema palmaris ditemukan selama kehamilan pada sekitar dua pertiga wanita kulit putih dan sepertiga wanita kulit hitam. Kedua keadaan ini tidak memiliki makna klinis dan lenyap pada sebagian besar wanita segera setelah persalinan. Perubahan vaskular ini kemungkinan besar merupakan konsekuensi hiperestrogenemia. (Cunningham et al., 2009)

(28)

2.2.3 PAYUDARA

Pada minggu-minggu awal kehamilan, wanita sering merasakan parestesia dan nyeri payudara. Setelah bulan kedua, payudara membesar dan memperlihatkan vena-vena halus di bawah kulit. Puting menjadi jauh lebih besar, berwarna lebih gelap, dan lebih tegak. Setelah beberapa bulan pertama, pemijatan lembut pada puting sering menyebabkan keluarnya cairan kental kekuningan-kolostrum. Selama bulan-bulan tersebut, areola menjadi lebih lebar dan lebih gelap. Di areola tersebar sejumlah tonjolan kecil, kelenjar Montgomery, yaitu kelenjar sebasea hipertrofik.

Jika peningkatan ukuran payudara berlebihan, dapat terbentuk stria seperti yang terjadi di abdomen. (Cunningham et al., 2009)

2.2.4 PERUBAHAN METABOLIK

Sebagai respons terhadap peningkatan kebutuhan janin dan plasenta yang tumbuh pesat, wanita hamil mengalami perubahan-perubahan metabolik yang besar dan intens. Pada trimester ketiga, laju metabolik basal ibu meningkat 10% sampai 20% dibandingkan keadaan tak hamil. Hal ini meningkat lagi sebanyak 10% pada wanita dengan gestasi kembar. Dari sudut pandang lain, tambahan kebutuhan total energi selama kehamilan diperkirakan mencapai 80.000 kkal atau sekitar 300 kkal/hari. (Shinagawa et al., 2006)

2.2.4.1 PENAMBAHAN BERAT

Sebagian besar dari penambahan berat selama kehamilan disebabkan oleh uterus dan isinya, payudara, dan peningkatan volume darah serta cairan ekstrasel ekstravaskular. Sebagian kecil dari peningkatan ini dihasilkan oleh perubahan metabolik yang menyebabkan peningkatan air sel dan pengendapan lemak dan protein baru – apa yang disebut sebagai cadangan ibu (maternal reserves).

(Cunningham et al., 2009)

16

(29)

2.2.4.2 METABOLISME AIR

Meningkatnya retensi air adalah perubahan normal fisiologis pada kehamilan.

Retensi ini diperantarai, paling tidak sebagian, oleh penurunan osmolalitas plasma sekitar 10 mOsm/kg yang dipicu oleh perubahan ambang osmotik untuk haus dan sekresi vasopresin. (Cunningham et al., 2009)

Peningkatan total air tubuh dari 6,5 hingga 8,5 L pada akhir kehamilan merupakan salah satu adaptasi kehamilan yang paling signifikan. Kandungan air janin, plasenta, dan cairan amnion pada aterm adalah sekitar 3.5 L. Tambahan air meliputi volume darah ibu dengan 1500 hingga 1600mL, volume plasma sebesar 1200 hingga 1300mL, dan sel darah merah oleh 300 hingga 400 mL. Sisanya dikaitkan dengan cairan ekstravaskular, cairan intraseluler di rahim dan payudara, dan jaringan adiposa yang diperluas. Akibatnya, kehamilan adalah kondisi volume yang berlebihan kronis dengan retensi natrium dan air aktif sekunder untuk perubahan osmoregulasi dan sistem renin-angiotensin. Peningkatan kandungan air tubuh berkontribusi terhadap berat badan ibu, hemodilusi, anemia fisiologis kehamilan, dan peningkatan output jantung ibu. Ekspansi volume plasma yang tidak memadai telah dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk preeklampsia dan hambatan pertumbuhan janin. (Antony et al., 2017)

2.2.4.3 METABOLISME PROTEIN

Produk-produk konsepsi, uterus, dan darah ibu relatif lebih kaya akan protein daripada lemak atau karbohidrat. Pada aterm, janin dan plasenta memiliki berat 4 kg dan mengandung sekitar 500 g protein, atau sekitar separuh dari peningkatan total selama kehamilan. Sebanyak 500 g sisanya ditambahkan ke uterus sebagai protein kontraktil, ke payudara terutama di kelenjarnya, dan ke dalam darah ibu sebagai hemoglobin dan protein plasma. (Cunningham et al., 2009)

Konsentrasi asam amino lebih tinggi di kompartemen janin daripada kompartemen ibu. Peningkatan konsentrasi ini kemungkinan di atur oleh plasenta, yang tidak saja memekatkan asam amino ke dalam sirkulasi janin tetapi juga berperan dalam sintesis protein, oksidasi, dan transaminasi sebagian dari asam amino non-esensial. (Galan et al., 2009)

(30)

2.2.4.4 METABOLISME KARBOHIDRAT

Kehamilan normal ditandai oleh hipoglikemia puasa, hiperglikemia pascamakan, dan hiperinsulinemia ringan. Peningkatan kadar basal insulin plasma pada kehamilan normal ini berkaitan dengan beberapa respons khas terhadap ingesti glukosa. Sebagai contoh, setelah asupan glukosa melalui makan, wanita hamil memperlihatkan hiperglikemia dan hiperinsulinemia yang berkepanjangan serta penekanan glukagon yang lebih besar. Hal ini tidak dapat dijelaskan oleh penurunan metabolisme insulin karena waktu-paruhnya selama kehamilan tidak berubah.

Respons ini konsisten dengan keadaan resistensi insulin perifer yang dipicu oleh kehamilan, yang tujuannya adalah memastikan ketersediaan glukosa bagi janin pascamakan. Memang, sensitivitas insulin pada kehamilan normal tahap lanjut adalah 45 sampai 70% lebih rendah daripada wanita tak hamil. (Freemark et al., 2006)

2.2.4.5 METABOLISME LEMAK

Selama kehamilan, konsentrasi lemak, lipoprotein, dan apolipoprotein dalam plasma meningkat bermakna. Penyimpanan lemak terutama berlangsung pada pertengahan kehamilan. Lemak ini terutama diendapkan di bagian tengah dan bukan perifer tubuh. Lemak ini mulai tersedia untuk disalurkan melalui plasenta selama trimester terakhir ketika laju pertumbuhan janin maksimal bersama dengan kebutuhan asam lemak esensial. (Herera et al., 2006)

2.2.4.6 METABOLISME ELEKTROLIT DAN MINERAL

Selama kehamilan normal, terjadi retensi natrium hampir sebesar 1000 mEq dan kalium 300 mEq. Meskipun filtrasi glomerulus terhadap natrium dan kalium meningkat, namun ekskresi elektrolit-elektrolit ini tidak berubah selama kehamilan akibat meningkatnya resorpsi tubulus. (Cunningham et al., 2009)

Kadar kalsium serum total menurun selama kehamilan, dan hal ini mercerminkan berkurangnya konsentrasi albumin plasma yang pada gillirannya menyebabkan penurunan jumlah kalsium yang berikatan dengan protein. Namun, kadar kalsium bentuk ion tidak berubah. (Cunningham et al., 2009)

18

(31)

Kadar magnesium serum juga menurun selama kehamilan. Bardicef, dkk.

(1995) menyimpulkan bahwa kehamilan sebenarnya adalah suatu keadaan deplesi magnesium ekstrasel. Dibandingkan dengan wanita tak hamil, mereka mendapatkan bahwa magnesium total dan magnesium bentuk ion secara bermakna lebih rendah selama kehamilan normal. (Cunningham et al., 2009)

2.2.5 PERUBAHAN HEMATOLOGIS 2.2.5.1 VOLUME DARAH

Setelah 32 sampai 34 minggu kehamilan, hipervolemia yang telah lama diketahui besarnya rerata adalah 40 sampai 45% di atas volume darah tak hamil.

Hipervolemia imbas-kehamilan ini memiliki fungsi penting:

1. Memenuhi kebutuhan metabolik uterus yang membesar dengan sistem vaskular yang mengalami hipertrofi hebat.

2. Menyediakan nutrien dan elemen secara berlimpah untuk menunjang pertumbuhan pesat plasenta dan janin.

3. Melindungi ibu dan, pada gilirannya, janin, terhadap efek buruk gangguan aliran balik vena pada posisi terlentang dan berdiri.

4. Melindungi ibu terhadap efek buruk kehilangan darah selama proses persalinan. (Cunningham et al., 2009)

2.2.5.2 METABOLISME BESI

Kebutuhan zat besi kehamilan sekitar 1000mg. Ini termasuk 500mg digunakan untuk meningkatkan massa RBC maternal (1 mL eritrosit mengandung 1.1mg besi), 300mg diangkut ke janin, dan 200mg untuk mengkompensasi kehilangan besi harian normal oleh ibu. Dengan demikian wanita hamil yang normal perlu menyerap rata-rata besi 3,5mg / hari. Pada kenyataannya, kebutuhan zat besi tidak konstan tetapi meningkat luar biasa selama kehamilan dari 0,8 mg / hari pada trimester pertama menjadi 6 hingga 7 mg / hari pada trimester ketiga. Janin menerima zat besinya melalui transpor aktif melalui reseptor transferin yang terletak di permukaan apikal syncytiotrophoblast plasenta. Holotransferrin kemudian diendositosis, dan besi dilepaskan dan mengikuti pola yang sama untuk

(32)

mencapai sirkulasi janin. Dalam pengaturan defisiensi besi ibu, jumlah reseptor transferrin plasenta meningkat sehingga lebih banyak zat besi diambil oleh plasenta; namun, kapasitas mekanisme kompensasi ini tidak memadai dan dapat menyebabkan defisiensi besi janin. Anemia defisiensi besi ibu juga telah dikaitkan dengan hasil kehamilan yang merugikan, seperti bayi berat lahir rendah dan kelahiran prematur. (Antony et al., 2017)

2.2.5.3 FUNGSI IMUNOLOGIS

Kehamilan menentang hukum imunologi transplantasi. Janin adalah allograft yang, menurut hukum yang melindungi 'self' dari 'non-self', 'harus' ditolak oleh ibu.

Selanjutnya, ibu terus merespon dan menghancurkan antigen asing lainnya dan memberikan kekebalan pasif kepada janin sembari tidak menolak janin. Rahim bukan situs imunologi istimewa, karena jaringan lain yang ditanam di rahim ditolak.

(Pipkin, 2013)

2.2.5.4 KOAGULASI DAN FIBRINOLISIS

Kehamilan menempatkan wanita pada risiko lima kali lipat hingga enam kali lipat untuk mengidap penyakit tromboembolik. Risiko yang lebih besar ini disebabkan oleh peningkatan stasis vena, cedera dinding pembuluh, dan perubahan kaskade koagulasi yang menyebabkan hiperkoagulabilitas. Peningkatan stasis vena di ekstremitas bawah adalah karena kompresi IVC dan vena pelvis oleh uterus yang membesar. Hiperkoagulabilitas disebabkan oleh peningkatan beberapa prokoagulan, penurunan inhibitor alami koagulasi, dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Perubahan fisiologis ini memberikan pertahanan terhadap perdarahan peripartum. (Antony et al., 2017)

2.2.5.5 LIMPA

Menjelang akhir kehamilan normal, daerah limpa membesar hingga 50%

dibandingkan dengan selama trimester pertama. Gambaran ekogenik limpa tetap homogen sepanjang gestasi. (Maymon et al., 2007)

20

(33)

2.2.6 SISTEM KARDIOVASKULAR

Selama kehamilan dan masa nifas, jantung dan sirkulasi mengalami adaptasi fisiologis yang besar. Perubahan pada fungsi jantung mulai tampak selama 8 minggu pertama kehamilan. (Cunningham et al., 2009)

2.2.6.1 JANTUNG

Beberapa perubahan fisiologis yang paling mencook dari kehamilan terjadi pada sistem kardiovaskular untuk memaksimalkan pengiriman oksigen ke ibu dan janin. Kombinasi perpindahan diafragma dan efek kehamilan pada bentuk tulang rusuk menggeser jantung ke atas dan ke kiri. Jantung juga berotasi sepanjang aksis panjangnya, sehingga menghasilkan peningkatan siluet jantung pada pencitraan.

Tidak ada perubahan yang terbukti dalam rasio kardiotoraks. Temuan radiografi lainnya termasuk pelurusan batas jantung sisi kiri. (Antony et al., 2017)

Banyak bunyi jantung normal yang mengalami perubahan selama kehamilan.

Cutforth dan MacDonald (1966) menggunakan fonokardiografi dan mendapatkan:

(1) peningkatan pemisahan bunyi jantung pertama disertai peningkatan kekuatan kedua komponen; (2) tidak terjadi perubahan definitif pada unsur aorta dan pulmonal pada bunyi kedua; dan (3) bunyi jantung ketiga menjadi keras dan mudah terdengar. Mereka mendengar murmur sistolik pada 90% wanita hamil yang menguat selama inspirasi pada sebagian atau ekspirasi pada yang lain, dan lenyap segera setelah pelahiran. Murmur diastolik halus terdengar secara transien pada 20%, dan murmur kontinu yang muncul dari pembuluh darah payudara pada 10%.

(Cunningham et al., 2009)

(34)

Gambar 2.5 Peningkatan cardiac output, stroke volume, dan denyut jantung dari pra kehamilan sampai akhir kehamilan (Antony et al., 2017)

2.2.6.2 SIRKULASI DAN TEKANAN DARAH

Tekanan arteri biasanya menurun hingga nadir pada 24 sampai 26 minggu dan kemudian meningkat. Tekanan diastol menurun lebih daripada tekanan sistol.

22

(35)

Tekanan vena antekubiti tetap tidak berubah selama kehamilan. Namun, dalam posisi terlentang, tekanan vena femoralis terus meningkat, dari sekitar 8 mmHg pada awal kehamilan menjadi 24 mmHg menjelang aterm. (Cunningham et al., 2009)

2.2.7 SALURAN PERNAPASAN

Tingkat diafragma meningkat dan sudut interkostal meningkat dari 68 ° pada awal kehamilan menjadi 103 ° pada kehamilan lanjut. Meskipun ada tekanan ke atas pada diafragma pada kehamilan lanjut, perubahan biasanya terjadi sebelum dapat dikaitkan dengan tekanan dari uterus yang membesar. Namun demikian, bernapas dalam kehamilan lebih diafragma daripada costal. (Pipkin, 2013)

2.2.7.1 FUNGSI PARU

Kecepatan nafas pada hakikatnya tidak berubah, tetapi volume tidal dan resting minute ventilation meningkat secara bermakna seiring dengan perkembangan kehamilan. Kapasitas residual fungsional dan volume residual berkurang akibat terangkatnya diafragma. Laju aliran/arus ekspirasi puncak menurun secara progresif seiring dengan perkembangan gestasi. Compliance paru tidak dipengaruhi oleh kehamilan; tetapi airway conductance meningkat dan resistensi paru total berkurang. Kapasitas bernafas maksimal (maximum breathing capacity) dan kapasitas vital paksa atau berwaktu (timed) tidak banyak berubah. (Cunningham et al., 2009)

2.2.7.2 KESEIMBANGAN ASAM-BASA

Meningkatnya perasaan keinginan bernafas merupakan hal yang umum dijumpai bahkan pada awal kehamilan. Hal ini dapat dianggap adanya dispnea yang seolah menunjukkan adanya kelainan paru atau jantung meskipun sebenarnya tidak.

Dispnea fisiologis ini diperkirakan disebabkan oleh meningkatnya volume tidal yang sedikit menurunkan pCO2 darah, yang secara paradoks menyebabkan dispnea.

Hal ini membantu pemindahan karbon dioksida (zat sisa) dari janin ke ibu sembari juga mempermudah pelepasan oksigen ke janin. (Cunningham et al., 2009)

(36)

2.2.8 SISTEM KEMIH 2.2.8.1 GINJAL

Pada sistem kemih ditemukan sejumlah perubahan nyata akibat kehamilan.

Ukuran ginjal sedikit meningkat. Dengan menggunakan radiografi, Bailey dan Rolleston (1971) melaporkan bahwa ginjal 1,5 cm lebih panjang pada awal masa nifas dibandingkan dengan 6 bulan kemudian. Laju filtrasi glomerulus (LFG, glomerular filtration rate) dan aliran plasma ginjal meningkat pada awal kehamilan. LFG meningkat hingga 25% pada minggu kedua setelah konsepsi dan 50% pada awal trimester kedua. Aliran plasma ginjal bahkan meningkat lebih besar.

Peningkatan filtrasi glomerulus menetap sampai aterm, meskipun aliran plasma ginjal berkurang selama kehamilan tahap akhir. Sekitar 60% wanita melaporkan peningkatan frekuensi berkemih selama kehamilan, terutama akibat meningkatnya LFG ini. (Sandhu et al., 2009)

2.2.8.2 URETER

Setelah keluar dari panggul, uterus bertumpu pada ureter, menggesernya ke lateral, dan menekannya di tepi panggul. Hal ini menyebabkan tonus intraureter meningkat. Ureter dapat sangat melebar, dan Schulman dan Herlinger (1975) mendapatkan bahwa pembesaran ini lebih nyata di sisi kanan pada 86% wanita.

Dilatasi tak-setara ini dapat disebabkan oleh efek bantalan yang dihasilkan oleh kolon sigmoid bagi ureter kiri dan mungkin karena penekanan ureter kanan yang lebih besar akibat dekstrorotasi uterus. Kompleks vena ovarium kanan, yang sangat melebar selama kehamilan, terletak oblik di atas ureter kanan dan mungkin berperan besar menyebabkan dilatasi ureter kanan. Pelebaran ureter disertai oleh pemanjangannya, dan ureter sering membentuk lengkungan-lengkungan dengan ukuran beragam, dengan lengkungan kecil mungkin membentuk sudut tajam.

Lengkungan ini sering disebut dengan kinks. (Cunningham et al., 2009) 2.2.8.3 KANDUNG KEMIH

Terjadi sedikit perubahan anatomis di kandung kemih sebelum 12 minggu.

Namun, sejak waktu itu, dengan bertambahnya ukuran uterus, terjadinya hiperemia 24

(37)

yang mengenai semua organ panggul, dan timbulnya hiperplasia otot dan jaringan ikat kandung kemih, maka trigonum vesika terangkat dan tepi posterior, atau intraureternya, menebal. Berlanjutnya proses ini hingga akhir kehamilan menyebabkan trigonum menjadi lebih dalam dan lebar. Tidak terjadi perubahan mukosa selain peningkatan ukuran dan lika-liku pembuluh darahnya. (Cunningham et al., 2009)

2.2.9 SALURAN PENCERNAAN

Seiring dengan kemajuan kehamilan, lambung dan usus tergeser oleh uterus yang terus membesar. Pirosis (heartburn) sering dijumpai pada kehamilan dan kemungkinan besar disebabkan oleh refluks sekresi asam ke esofagus bawah.

Meskipun perubahan posisi lambung mungkin ikut berperan menyebabkan tingginya frekuensi pirosis, namun tonus sfingter esofagus bawah juga berkurang.

Selain itu, pada wanita hamil tekanan intraesofagus berkurang dan tekanan intralambung meningkat. Pada saat yang sama, persitalsis esofagus memperlihatkan penurunan kecepatan gelombang dan amplitudo. (Cunningham et al., 2009) Gusi mungkin mengalami hiperemia dan melunak selama kehamilan dan dapat berdarah setelah trauma ringan, misalnya akibat sikat gigi. Kadang terbentuk pembengkakan fokal yang sangat vaskular di gusi (epulis kehamilan) yang biasanya mengecil spontan setelah melahirkan. (Cunningham et al., 2009)

Hemoroid cukup sering terjadi selama kehamilan. Kelainan ini terutama disebabkan oleh konstipasi dan peningkatan tekanan di vena-vena di bawah uterus yang membesar. (Cunningham et al., 2009)

2.2.9.1 HATI

Beberapa pemeriksaan laboratorium fungsi hati mengalami perubahan selama kehamilan normal. Aktivitas fosfatase alkali total hampir berlipat dua, tetapi sebagian besar dari peningkatan ini disebabkan oleh isozim fosfatase alkali stabil- panas yang berasal dari plasenta. Kadar aspartat transaminase (AST), alanin transaminase (ALT), gamma-glutamil transferase (GGT), dan bilirubin serum sedikit rendah daripada nilai wanita tak hamil. (Cunningham et al., 2009)

(38)

Konsentrasi albumin serum menurun selama kehamilan. Pada akhir kehamilan, konsentrasi albumin mungkin mendekati 3,0 g/dL dibandingkan dengan sekitar 4,3g/dL pada wanita tak hamil. Namun, albumin total meningkat, karena meningkatnya volume distribusi akibat penambahan volume plasma. Juga terjadi peningkatan ringan kadar globulin serum. (Cunningham et al., 2009)

Leusin aminopeptidase adalah suatu enzim hati protektif yang kadarnya dalam serum meningkat pada penyakit hati. Aktivitas enzim ini sangat meningkat pada wanita hamil. Namun, peningkatan ini terjadi akibat terbentuknya enzim-enzim spesifik kehamilan dengan spesifisitas substrat berbeda. (Cunningham et al., 2009) 2.2.9.2 KANDUNG EMPEDU

Selama kehamilan normal, kontraktilitas kandung empedu berkurang sehingga terjadi peningkatan volume residual. Hal ini mungkin karena progesteron menghambat kontraksi kandung empedu dengan menghambat stimulasi otot polos oleh kolesistokinin, yaitu regulator utama kontraksi kandung empedu.

(Cunningham et al., 2009) 2.2.10 SISTEM ENDOKRIN 2.2.10.1 KELENJAR HIPOFISIS

Selama kehamilan normal, kelenjar hipofisis membesar sekitar 135%.

Meskipun diperkirakan bahwa pembesaran ini mungkin cukup untuk menekan kiasma optik dan mempersempit lapang-pandang, namun gangguan penglihatan akibat pembesaran fisiologis hipofisis selama kehamilan normal jarang terjadi.

Kelenjar hipofisis ibu tidak esensial untuk mempertahankan kehamilan. Banyak wanita telah menjalani hipofisektomi dan berhasil menyelesaikan kehamilan mereka melalui persalinan spontan sementara mendapat glukokortikoid serta hormon tiroid dan vasopresin. (Inoue et al., 2007; Cunningham et al., 2009) Kadar hormon pertumbuhan dalam serum ibu meningkat perlahan dari sekitar 3,5 ng/mL pada 10 minggu menjadi mendatar setelah 28 minggu sebesar sekitar 14 ng/mL. Kadar hormon pertumbuhan dalam cairan amnion memuncak pada 14 26

(39)

sampai 15 minggu lalu perlahan turun untuk mencapai nilai basal setelah 36 minggu. (Cunningham et al., 2009)

Kadar hormon prolaktin pada plasma ibu meningkat pesat selama kehamilan normal dan konsentrasinya biasanya 10 kali lipat atau lebih pada aterm – sekitar 150 ng/mL – dibandingkan dengan wanita tak hamil. Secara paradoks, konsentrasi plasma menurun setelah pelahiran meskipun pada wanita yang menyusui. Selama awal masa menyusui, terjadi letupan-letupan sekresi prolaktin sebagai respons terhadap hisapan oleh bayi. (Cunningham et al., 2009)

2.2.10.2 KELENJAR TIROID

Perubahan fisiologis pada kehamilan menyebabkan kelenjar tiroid meningkatkan produksi hormon tiroid hingga 40 sampai 100% untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin. Secara anatomis, kelenjar tiroid mengalami pembesaran moderat selama kehamilan akibat hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularitas. (Cunningham et al., 2009)

2.2.10.3 KELENJAR PARATIROID

Penurunan akut atau kronik kalsium plasma atau penurunan akut magnesium merangsang pembebasan hormon paratiroid, sementara peningkatan kalsium dan magnesium menekan kadar hormon ini. Efek hormon ini pada resorpsi tulang, penyerapan di usus, dan reabsorpsi di ginjal adalah meningkatkan kalsium cairan ekstrasel dan menurunkan fosfat. (Cunningham et al., 2009)

2.2.10.4 KELENJAR ADRENAL

Konsentrasi kortisol dalam serum meningkat tetapi sebagian besar terikat ke transkortin, globulin pengikat kortisol. Laju sekresi dari kelenjar adrenal tidak bertambah, dan mungkin berkurang dibandingkan dengan keadaan tak hamil.

Namun, laju bersihan metabolik kortisol lebih rendah selama kehamilan karena waktu paruhnya hampir dua kali lipat daripada selama tak. (Cunningham et al., 2009)

(40)

Sejak minggu ke-15, kelenjar adrenal ibu mengeluarkan aldosteron dalam jumlah yang lebih banyak. Pada trimester ketiga, sekitar 1 mg/hari disekresikan.

Jika asupan natrium dibatasi maka sekresi aldosteron akan semakin meningkat.

(Cunningham et al., 2009)

2.3 INDEKS MASSA TUBUH (IMT) 2.3.1 PENGERTIAN

Antropometri adalah salah satu alat paling dasar untuk menilai status gizi, baik kelebihan gizi atau kekurangan gizi. Teknik yang umum digunakan untuk estimasi akurat kegemukan tubuh termasuk penimbangan bawah air, dual-energy X-ray absorptiometry (DXA), total air tubuh, konduktivitas listrik total tubuh, total kalium tubuh, dan computed tomography. Namun, penggunaan sebagian besar metode ini terbatas pada pengaturan penelitian karena kompleksitas dan biayanya. Alat yang paling sering digunakan dalam evaluasi kesehatan masyarakat dan skrining klinis adalah pengukuran berbasis antropometrik seperti pengukuran ketebalan kulit atau pengukuran lingkar atau berbagai indeks berbasis berat badan dan berat seperti berat badan untuk tinggi badan, indeks massa tubuh, dan indeks Rohrer. (Grummer- Strawn et al., 2002)

Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan dual energy x-ray absorbtiometry. IMT merupakan altenatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh karena murah serta metode skrining kategori berat badan yang mudah dilakukan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat badan (Kg)

IMT = --- [Tinggi badan (m)]2

(Bin Mohd Nor, 2010)

28

(41)

2.3.2 KLASIFIKASI

Tabel 2.1 Klasifikasi IMT menurut WHO (WHO, 2004)

Classification BMI (kg/m2)

Principal cut-off points Additional cut-off points

Underweight < 18,50 < 18,50

Severe thinness < 16,00 < 16,00 Moderate thinness 16,00 – 16,99 16,00 – 16,99 Mild thinness 17,00 – 18,49 17,00 – 18,49

Normal range 18,50 – 24,99 18,50 – 22,99

23,00 – 24,99

Overweight ≥ 25,00 ≥ 25,00

Pre-obese 25,00 – 29,99 25,00 – 27,49 27,50 – 29,99

Obese ≥ 30,00 ≥ 30,00

Obese class I 30,00 – 34,99 30,00 – 32,49 32,50 – 34,99 Obese class II 35,00 – 39,99 35,00 – 37,49 37,50 – 39,99

Obese class III ≥ 40,00 ≥ 40,00

Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:

(42)

Tabel 2.2 Klasifikasi IMT untuk Indonesia (Bin Mohd Nor, 2010)

IMT KATEGORI

< 18,5 Berat badan kurang

18,5 – 22,9 Berat badan normal

≥ 23,0 Kelebihan berat badan 23,0 – 24,9 Beresiko menjadi

obesitas 25,0 – 29.9 Obesitas kelas I

≥ 30,0 Obesitas kelas II

2.4 PERTAMBAHAN BERAT BADAN PADA KEHAMILAN

Berat badan ibu yang tidak normal semakin umum di negara maju dan berkembang, dan mempengaruhi semakin banyak wanita usia reproduksi. Obesitas ibu telah menjadi isu global yang terkait dengan risiko obstetri, bedah, dan anestesi, dan peningkatan risiko untuk penyakit akut dan kronis, baik pada ibu maupun pada anak. Anoreksia dan bulimia nervosa, yang dulunya dianggap sebagai kelainan makan yang langka, juga telah meningkat karena tekanan budaya. (Gabbe et al., 2017)

Pada tahun 1990, Institute of Medicine (IOM) pertama kali menerbitkan rekomendasi tentang kenaikan berat badan selama kehamilan. Pedoman ini diusulkan untuk mengatasi banyak masalah mengenai peran nutrisi dalam kehamilan, termasuk pencegahan bayi kecil untuk usia kehamilan kecil dan neonatus pertumbuhan terbatas. Tingkat obesitas telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Dengan demikian, pada tahun 2009, IOM memperbarui pedoman tahun 1990 tentang kenaikan berat badan pada kehamilan. Berbeda dengan rekomendasi tahun 1990, pedoman ini mempertimbangkan baik hasil jangka pendek maupun panjang untuk wanita hamil dan anaknya. Selain itu, karena sangat penting untuk mencapai berat pregravid yang tepat, pedoman tahun 2009 menekankan bahwa wanita memulai kehamilan dengan berat badan yang sehat.

Pedoman ini juga menyerukan untuk perawatan prakonsepsi, pranatal, dan 30

(43)

pascapersalinan individual untuk membantu wanita mencapai berat badan yang sehat dan kembali ke berat pra kehamilan yang sehat setelah melahirkan. (West et al., 2017)

Tabel 2.3 Pertambahan berat badan pada kehamilan (IOM, 2009)

Klasifikasi IMT (kg/ m2) Rekomendasi, lbs (kg)

Berat badan kurang < 18,5 28 – 40 (12,5 – 18)

Berat badan normal 18,5 – 24,9 25 – 35 (11,5 – 16) Kelebihan berat badan 25,0 – 29.9 15 – 25 (7 – 11,5)

Obesitas ≥ 30,0 11 – 20 (5 – 9)

Pedoman IOM 2009 didasarkan pada klasifikasi WHO untuk menentukan pasien dengan berat badan kurang, berat badan normal, kelebihan berat badan, dan obesitas. Berat badan kurang diklasifikasikan sebagai IMT di bawah 18,5 kg / m2, dan direkomendasikan mendapatkan tambahan berat badan 28 – 40 pon (12,5 – 18kg). Berdasarkan data yang tersedia, ada bukti kuat bahwa wanita dengan IMT pra kehamilan rendah dan berat badan kehamilan yang rendah memiliki peningkatan risiko 10% memiliki bayi kecil untuk usia kehamilan kecil, kelahiran prematur, dan kematian perinatal. Kekurangan gizi ibu berkontribusi terhadap 800.000 kematian neonatus setiap tahunnya dan diperkirakan mendasari hampir 3 juta kematian anak setiap tahun. (West et al., 2017; Bhutta et al., 2013)

Pedoman IOM 2009 merekomendasikan bahwa wanita yang kelebihan berat badan dengan kehamilan tunggal mendapatkan total 15 hingga 25 pon (7 – 11,5 kg) selama kehamilan, dibandingkan dengan 25 sampai 35 pon (11,5 – 16 kg) untuk wanita dengan berat badan normal. Wanita obesitas disarankan untuk mendapatkan hanya 11 hingga 20 pon (5 – 9 kg) selama kehamilan mereka. Rekomendasi ini didasarkan terutama pada obesitas kelas I karena data terbatas mengenai rekomendasi berat badan untuk setiap kelas obesitas. Dengan demikian, pedoman IOM tidak membedakan antara obesitas kelas I (IMT 30 hingga 34.9kg / m2), obesitas kelas II (IMT 35 hingga 39.9kg / m2), dan obesitas kelas III (IMT ≥40kg / m2). Kenaikan berat badan kehamilan 11 hingga 20 pon (5 – 9 kg) untuk pasien

(44)

dengan obesitas terutama merupakan pertambahan berat badan wajib kehamilan.

Ini termasuk sekitar 12 hingga 14 pon air, 2 pon protein, dan sejumlah variabel jaringan adiposa. (West et al., 2017)

Obesitas ibu hamil dikaitkan dengan mortalitas dan morbiditas maternal yang signifikan. Ibu obesitas ditemukan memiliki risiko dua kali lipat untuk mengidap pre-eklampsia dibandingkan dengan wanita dengan berat badan normal. Obesitas ibu hamil tidak hanya terkait dengan risiko pre-eklampsia yang lebih tinggi tetapi juga hipertensi gestasional. Meskipun ada hubungan statistik antara IMT ibu dan pre-eklampsia, nilai IMT dalam memprediksi pre-eklampsia masih buruk. Ibu obesitas dan kelebihan berat badan memiliki peningkatan risiko mengidap diabetes melitus gestasional dibandingkan dengan ibu dengan berat badan normal.

Komplikasi yang terkait dengan obesitas ibu diperburuk oleh kehadiran diabetes melitus gestasional. (Shaikh et al., 2009)

Tinjauan sistematis telah menyimpulkan bahwa obesitas pada ibu hamil terkait dengan peningkatan risiko kelainan kongenital. USG yang digunakan untuk menggambarkan anatomi janin pada wanita obesitas telah dilaporkan kurang optimal karena visualisasi yang buruk. Oleh karena itu kelainan kongenital dapat terlewatkan melalui pemindaian USG. Studi telah menunjukkan bahwa ibu yang obesitas cenderung untuk melahirkan bayi makrosomia. Obesitas pada ibu hamil juga ditemukan menjadi faktor resiko dari diabetes melitus gestasional.Peningkatan glukosa ibu bahkan dalam rentang non-diabetes dan peningkatan konsentrasi asam amino ibu dapat mendorong hiperinsulinemia janin. Konsentrasi trigliserida ibu adalah prediktor yang lebih baik dari makrosomia janin dengan dan tanpa diabetes ibu. Dalam studi sistematis pada 49 studi, dilaporkan ada peningkatan kemungkinan kelahiran prematur (<37 minggu) dengan meningkatnya kategori IMT. (Shaikh et al., 2009)

32

(45)

2.5 KERANGKA TEORI

Gambar 2.6 Kerangka teori Kehamilan

Perubahan Anatomi

Anatomi Genitalia Eksterna Anatomi Genitalia

Interna

Perubahan Fisiologi

Kulit

Perubahan Metabolik

Perubahan Hematologis

Sistem Kardiovaskular

Saluran Pernapasan

Sistem Kemih

Saluran Pencernaan

Sistem Endokrin

Saluran Reproduksi

Penambahan Berat Badan

Berdasarkan IMT

Gambar

Gambar 2.1 Alat kelamin eksternal wanita (Gambone et al., 2016)
Gambar 2.2 Perineum, menunjukkan struktur superfisial di sisi kiri dan struktur yang lebih dalam  di sisi kanan (Gambone et al., 2016)
Gambar 2.3 Potongan koronal pelvis di level uterus (Gambone et al., 2016)
Gambar 2.4 Struktur vaskular uteroplasenta (Pipkin, 2013)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan kondisi ekonomi yang kurang memungkinkan para panitia masih dapat memperoleh dana dari beberapa donatur dan sponsor walaupun tidak dalam jumlah yang

Sesuai dengan kesimpulan pertama yaitu kecerdasan emosional dan karakteristik individu secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha

pelajaran tentang teknologi dan pemahaman agama yang kuat, sehingga dalam perkembangannya anak menjadi manusia yang berkepribadian yang baik, tidak mudah tergoda untuk

Gambar 4.1 Plot Distribusi Normal TTF As Intermediate Kempa 1 82 Gambar 4.2 Plot Distribusi Normal TTF Pondasi Gear Box Kempa 2 83 Gambar 4.3 Plot Distribusi Weibull TTF Screw Kempa

Beberapa faktor yang berpengaruh dalam membentuk fasilitas yang baik, yaitu:. Atribut layanan konsumen (Kasir, Pramuniaga, Costumer service ,

Rancangan sistem baru yang terkomputerisasi yang menggabungkan semua jenis layanan pos diantaranya jasa layanan pengiriman wesel, paket pos, kilat khusus, dan EMS

SAPROTAN BENIH UTAMA 027.1/21/E-Cat.PdInbrd- SPR/III/Pml/2020 07-Apr-20 06-Jun-20 15 APBN Pengadaan Benih Padi untuk Pengembangan Budidaya Padi Kaya Gizi.. (Biofortifikasi)

Perspektif hukum Islam atas Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen atas penambahan beban listrik memandang tidak sah dalam konteks jual beli antara