• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Analisis Input Output), objek penelitian ini sektor pertanian di Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "(Analisis Input Output), objek penelitian ini sektor pertanian di Indonesia."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Empiris

Kajian empiris merupakan sebuah kajian yang berasal dari penelitian terdahulu, kemudian digunakan sebagai acuan dan juga sebagai referensi untuk memahami penelitian dengan hasil dari penelitian yang berkaitan tentang keterkaitan antar sektor ekonomi dengan model pendekatan input output.

Pada penelitian Desiyanti L. (2020), mengenai Analisis Keterkaitan Sektor Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian di Indonesia (Analisis Input Output), objek penelitian ini sektor pertanian di Indonesia.

Metode penelitian menggunakan analisis input output. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah adanya nilai keterkaitan ke depan secara langsung yang tinggi pada sektor pertanian terhadap sektor ekonomi yang lainnya. Kemudian hasil dari analisis keterkaitan ke belakang yang tinggi pada sektor pertanian terhadap beberapa sektor ekonomi. Sedangkan hasil dari dampak pengganda output pada sektor pertanian memiliki nilai yang rendah, dampak pengganda pendapatan rumah tangga dan tenaga kerja memiliki nilai yang tinggi dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya.

Rahmah & Widodo (2019), mengenai Peranan Sektor Industri Pengolahan dalam Perekonomian Indonesia dengan Pendekatan Input Output. Objek penelitian ini sektor industri pengolahan Indonesia. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif. Hasil dari penelitian ini yakni,

(2)

sektor industri pengolahan menjadi sektor unggulan karena memiliki angka keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang yang diatas nilai rata-rata.

Kemudian untuk nilai koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran sektor industri pengolahan mempunyai peranan sebagai sektor pemimpin karena memiliki nilai lebih dari (>1).

Azwar (2017), mengenai Peranan Sektor Industri Pengolahan Dalam Perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Objek penelitian ini sektor industri pengolahan Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Hasil dari analisis input output Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 memiliki nilai keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang yang tinggi pada sektor industri pengolahan terhadap sektor ekonomi yang lainnya dan menjadi sektor unggulan. Hasil analisis koefisien penyebaran dan derajat kepekaan pada sektor industri pengolahan memiliki nilai lebih dari (>1), artinya sektor industri pengolahan mempunyai kemampuan untuk mendorong pertumbuhan output sektor ekonomi ke hilirnya dan menarik pertumbuhan sektor ekonomi ke hulunya di Provinsi Jawa Tengah.

Firmansyah et al., (2015), mengenai Analisis Keterkaitan Industri Pengolahan dalam Perekonomian Provinsi Jambi (Pendekatan Input Output). Objek penelitian ini industri pengolahan di Provinsi Jambi. Metode yang digunakan berupa analisis input output dengan menggunakan data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai keterkaitan langsung ke depan yang tinggi terdapat di industri pupuk, nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan terdapat di sektor industri CPO.

(3)

Kemudian keterkaitan langsung ke belakang terdapat di sektor pupuk dan pada keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang terdapat di sektor industri CPO.

Perwitasari & Sari (2013), mengenai Analisis Input Output Komoditas Kelapa Sawit di Indonesia. Objek penelitian ini komoditas kelapa sawit di Indonesia. Metode yang digunakan yaitu analisis input output dengan menggunakan data sekunder. Hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa pada keterkaitan sektoral, daya penyebaran dan derajat kepekaan pada komoditas kelapa sawit nilainya di bawah rata-rata seluruh sektor ekonomi. Nilai efek pengganda output komoditas kelapa sawit masih diatas rata-rata sektor ekonomi, sedangkan untuk nilai pengganda pendapatan, kesempatan kerja dan nilai tambah bruto masih di bawah rata- rata sektor ekonomi di Indonesia.

Keperbaruan pada penelitian ini yang berjudul “Analisis Forward Linkages And Backward Linkages Sektor Ekonomi Dalam Penguatan

Industri Manufaktur di Jawa Timur” menganalisis tabel input output klasifikasi 17 sektor ekonomi pada Produk Domestik Harga Produsen.

Perbedaan dari penelitian sebelumnya, berupa objek dan klasifikasi sektornya. Pada penelitian terdahulu kebanyakan menggunakan 9 sektor ekonomi atau menggunakan subsektor.

(4)

B. Kajian Teoritis

1. Pertumbuhan Ekonomi

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Proses pertumbuhan ekonomi dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor ekonomi ini merupakan faktor produksi yang menjadi kekuatan utama dan akan mempengaruhi pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh adanya lima faktor produski (Sukirno, 2011), yaitu:

1) Sumber Daya Alam (SDA), yang menjadi faktor produksi pertama adalah tanah. Sumber daya yang sangat penting disini adalah tanah yang nantinya dapat ditanami, minyak dan gas, air dan bahan mineral lainnya.

2) Akumulasi Modal, akumulasi modal persediaan produksi yang secara fisik dapat dikembangkan untuk kedepannya. Dalam hal ini, akumulasi modal atau pembentukan modal merupakan suatu investasi dalam bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan akumulasi modal.

3) Organisasi, berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam kegiatan ekonomi. Organisasi bersifat untuk melengkapi modal, buruh dan juga untuk meningkatkan kegiatan ekonomi.

(5)

4) Kemajuan Teknologi, faktor yang sangat penting dalam proses pertumbuhan ekonomi. Karena dengan adanya teknologi, akan dapat menaikkan produktifitas tenaga kerja, modal dan sektor produksi.

5) Pembagian Kerja dan Skala Produksi, kedua hal ini dapat meningkatkan produktifitas. Karena keduanya membawa perekonomian kearah dengan skala yang lebih besar sehingga dapat membantu perkembangan industri.

Selanjutnya, untuk faktor non ekonomi secara bersama-sama dengan faktor ekonomi saling berpengaruh untuk kemajuan perekonomian di negara. Maka dari itu, faktor non ekonomi seperti sosial budaya, politik memiliki arti penting dalam pertumbuhan perekonomian.

2. Konsep Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu tolak ukur yang dijadikan untuk menilai perekonomian yang ada dalam suatu negara (Sukirno, 2008). Agar mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi, harus diperbandingkan dengan pendapatan nasional berbagai tahun yang dihitung berdasarkan harga konstan. Jadi, perubahan nilai pendapatan nasional semata-mata disebabkan oleh perubahan dalam tingkat kegiatan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi baru akan tercapai apabila jumlah barang dan jasa yang dihasilkan menjadi bertambah besar di tahun berikutnya. Pertumbuhan ekonomi sangat diharapkan karena

(6)

dapat membuat masyarakat untuk mengkonsumsi barang dan jasa dalam jumlah yang besar dalam penyediaan barang dan jasa sosial, sehingga masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Sedangkan untuk pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagaimana sifat dari pembangunan ekonomi, yaitu multidimensi yang mencakup seluruh aspek ekonomi yang terdapat dalam kehidupan masyarakat, dan bukan sekedar dari aspek ekonominya saja. Selain itu, pembangunan dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara dalam rangka untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan untuk meningkatkan taraf hidup pada masyarakatnya. Maka pembangunan ekonomi umumnya didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan pendapatan riil perkapita pada penduduk suatu negara dalam jangka panjang (Arsyad, 2010).

3. Indikator Pertumbuhan Ekonomi

Beberapa indikator yang digunakan sebagai tolak ukur dalam melihat pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh Prof. Rahardjo Adisasmita, sebagai berikut:

a. Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menjadi salah satu indikator yang digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah. PDRB merupakan jumlah seluruh nilai dari barang atau jasa akhir yang diperoleh dari hasil seluruh unit ekonomi

(7)

di suatu wilayah tertentu dan dalam kurun waktu tertentu.

Pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah didapatkan dari kenaikan PDRB atas harga konstan yang mencerminkan kenaikan produksi barang dan jasa dari tahun ke tahun.

b. Ketidakseimbangan Pendapatan

Pada saat pendapatan dengan mutlak didistribusikan secara merata dan menyeluruh, maka 80 persen populasi terbawah akan mendapatkan 80 persen dari total pendapatan. Sedangkan 20 persen populasi teratas akan mendapatkan 20 persen total pendapatan.

Menurut organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), susunan pengelompokan penduduk menjadi tiga, yang pertama 40 persen populasi terendah, kedua 40 persen populasi sedang dan ketiga 20 persen populasi teratas. Indikator ketidakseimbangan pendapatan dapat diterapkan untuk menilai suatu keberhasilan dari pembangunan ekonomi di suatu wilayah.

c. Perubahan Struktur Perekonomian

Pembangunan ekonomi yang dilakukan akan dapat mengakibatkan perubahan struktur dalam perekonomian pada masyarakat yang maju, hal tersebut terjadi di saat suatu kecenderungan bahwa kontribusi pada sektor pertanian terhadap nilai PDRB akan menurun. Sedangkan kontribusi pada sektor industri akan meningkat. Sektor industri memiliki peranan sangat penting dalam pembangunan nasional dan regional, karena sektor

(8)

industri memberikan peningkatan pendapatan kepada masyarakat, menghasilkan devisa yang diperoleh dari hasil ekspor dan dapat juga meningkatkan pendapatan pada masyarakat. Oleh karena itu, perekonomian pada suatu wilayah harus lebih diorientasikan di sektor industri.

d. Perubahan Kesempatan Kerja

Di Indonesia ketenagakerjaan dan kesempatan kerja merupakan salah datu masalah yang sangat mendesak dalam pembangunan Indonesia. Tingkat pengangguran di Indonesia cukup tinggi dan menjadi bertambah luas akibat adanya krisis financial pada negara-negara di dunia. Sehingga pemerintah perlu mengatasi krisis ekonomi yang sangat luas. Salah satu langkah strategis yang dapat ditempuh adalah membangun prasarana. Pembangunan prasarana akan dapat menunjang berkembangnya berbagai kegiatan di sektor ekonomi. Sehingga nanti dapat mempermudah penduduk Indonesia untuk melakukan kegiatan dan dapat juga untuk memperoleh lapangan pekerjaan atau membuka lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran.

e. Tingkat Penyebaran dan Kemudahan

Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan “kemudahan” dapat diartikan sebagai kemudahan untuk masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, baik untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari

(9)

ataupun pemenuhan kebutuhan untuk dapat melakukan kegiatan usaha.

4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Badan Pusat Statistik adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh unit usaha dalam suatu wilayah domestik. Dengan kata lain, dapat dikatakan sebagai hasil dari jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah. PDRB merupakan indikator yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah tertentu dan dalam periode waktu tertentu. PDRB dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dalam suatu negara atau suatu daerah.

Ada dua cara dalam penyajian PDRB, yakni atas harga berlaku dan atas harga konstan.

1) PDRB Atas Harga Berlaku menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan dan digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi dan struktur ekonomi daerah.

2) PDRB Atas Harga Konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut dapat dihitung menggunakan harga barang yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar dan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun.

(10)

5. Industri Pengolahan

a. Industri Sektoral

Industri merupakan sektor ekonomi yang terdapat kegiatan produksi, berupa mengolah barang mentah menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi (Arsyad, 2004). Industri sering disebut sebagai sektor industri pengolahan, yaitu salah satu faktor produksi atau lapangan usaha dan dalam perhitungan pendapatan nasional menurut pendekatan produksi.

Dalam istilah lain memiliki pengertian sebuah proses modernisasi ekonomi yang mencakup sektor ekonomi secara keseluruhan yang memiliki kaitannya satu sama lain dengan industri pengolahan. Artinya, industrialisasi memiliki sebuah tujuan untuk meningkatkan nilai tambah sektor ekonomi secara keseluruhan dengan sektor industri pengolahan sebagai leading sector, maksudnya dengan adanya suau perkembangan industri maka akan dapat memacu dan mengangkat pembangunan di sektor yang lain (Arsyad, 2004).

b. Pengertian Industri Pengolahan

Industri merupakan suatu kegiatan yang memproses atau mengolah barang atau bahan dengan menggunakan peralatan atau sarana dan prasarana. Kegiatan mengolah barang atau bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi untuk menjadi barang yang memiliki nilai dengan mutu tinggi (Moeliono, 2008).

(11)

Sedangkan untuk industri pengolahan suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia yang pada akhirnya dapat menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan barang yang memiliki nilai kurang menjadi barang yang memiliki mutu yang tinggi nilainya (BPS).

c. Peran Industri Pengolahan Dalam Perekonomian

Pembangunan ekonomi pada suatu negara merupakan sebuah pilar yang sangat penting bagi berjalannya proses pembangunan dalam segala bidang. Industrialisasi merupakan interaksi antara pengembangan dalam teknologi, inovasi dan spesialisasi dalam produksi dan perdagangan antar negara maupun antar wilayah, yang pada akhirnya sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita untuk mendorong perubahan terhadap struktur ekonominya. Industrialisasi sering diartikan sebagai suatu proses modernisasi ekonomi yang mencakup seluruh sektor ekonomi.

Dengan adanya pembangunan pada industri, maka akan dapat memacu dan mengangkat pembangunan terhadap sektor ekonomi lain.

Pertumbuhan yang cepat dari satu maupun beberapa industri mendorong perluasan pada industri-industri lainnya yang terkait dengan sektor industri yang tumbuh lebih dulu. Dalam sektor produksi mekanisme pendorong pembangunan yang tercipta sebagai akibat dari adanya hubungan antara berbagai industri dalam

(12)

menyediakan barang-barang yang akan digunakan sebagai bahan mentah bagi industri lainnya (Hirschman, n.d.).

6. Input Output

Analisis input output dipergunakan untuk mengetahui keterkaitan antar sektor dalam upaya memahami kompleksitas perekonomian serta kondisi yang dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan antara permintaan dan penawaran.

Analisis input output dapat juga diartikan sebagai uraian statistik dalam bentuk matrik yang menyajikan sebuah informasi tentang transaksi barang dan jasa. Saling memiliki keterkaitan antar satuan kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah pada periode tertentu.

a. Konsep Model Input Output

Analisis input output merupakan bentuk dari analisis antar sektor. Sistem ini disusun berdasarkan asumsi perilaku ekonomi yang merupakan penyederhanaan kerangka untuk mengukur aliran masukan (input) dan keluaran (output) dari berbagai faktor kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah. Sistem perhitungan analisis input output mengikuti arus barang dan jasa dari satu sektor produksi ke sektor produksi yang lainnya (Suahasil, 1997).

Analisis input output sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Wassily Leontief pada tahun 1930-an. Sedangkan untuk gagasan dasar teknik analisis input output pertama kali diperkenalkan oleh Leon Walras tahun 1877. Output suatu sektor merupakan input bagi

(13)

sektor lain dan begitu juga sebaliknya. Sehingga pada akhirnya saling ada keterkaitan tersebut dan membawa ke arah keseimbangan antara permintaan dan penawaran dalam perekonomian secara keseluruhan.

Menurut Firmansyah (2006), analisis dengan model input output berbasis pada tabel matrik yang didalamnya menyajikan sebuah informasi tentang transaksi barang dan jasa (dalam ukuran unit rupiah) dan saling memiliki keterkaitan antar kegiatan di sektor ekonomi dalam suatu wilayah dan dalam periode waktu tertentu.

b. Pengertian Dasar Model Input Output

Tabel input output merupakan uraian dalam bentuk matrik baris dan kolom yang menggambarkan transaksi barang dan jasa serta keterkaitan antar sektor. Dalam konsep dasar model input output ditunjukan pada proses industri untuk memproduksi suatu keluaran (output) dari setiap industri memerlukan masukan (input) tertentu dari sektor ekonomi yang lainnya.

Kemudian masing-masing dari industri tersebut menjualkan keluarannya kepada industri lainnya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan bahan (intermediate input output). Seberapa besar ketergantungan sektor terhadap sektor yang lainnya ditentukan oleh besarnya input yang digunakan dalam proses produksi tersebut.

Dapat diartikan bahwa tabel input output dapat menggambarkan

(14)

struktur perekonomian suatu wilayah dalam kerangka keterkaitan dari antar sektor industri.

Menurut Tarigan (2007), analisis input output memiliki manfaat atau kegunaan sebagai berikut:

a. Menggambarkan keterkaitan antar sektor, sehingga dapat memperluas wawasan tentang perekonomian wilayah.

b. Untuk mengetahui daya mendorong (forward linkages) dan daya menarik (backward linkages) dari setiap sektor. Sehingga dapat menetapkan sektor mana yang akan dijadikan sebagai sektor strategis dalam perencanaan pembangunan perekonomian wilayah.

c. Dapat melihat pertumbuhan dan kenaikan tingkat kemakmuran suatu wilayah.

d. Sebagai salah satu alat analisis yang penting dalam perencanaan wilayah.

c. Analisis Keterkaitan

Menurut (Hirschman, n.d.), melakukan pengelompokkan sektor-sektor perekonomian berdasarkan pengaruh keterkaitan ke depan (forward linkages) dan keterkaitan ke belakang (backward linkages). Analisis keterkaitan ke depan (forward linkages) ini

digunakan untuk mengetahui keterkaitan suatu sektor ekonomi yang menghasilkan output untuk digunakan sebagai input bagi sektor ekonomi yang lain.

(15)

Analisis keterkaitan ke belakang (backward linkages) digunakan untuk mengetahui adanya keterkaitan antar suatu sektor ekonomi terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya yang telah memberikan input kedalamnya.

d. Asumsi Model Input Output

Dalam model input output, suatu sektor yang produktif dilakukan identifikasi dengan suatu proses atau aktivitas produksi.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis input output adalah sebagai berikut (Kuncoro, 2001):

1. Output total yang berasal dari tiap sektor pada umumnya dapat digunakan sepenuhnya oleh sektor lain, oleh sektor itu sendiri maupun oleh sektor permintaan akhir.

2. Setiap sektor hanya memproduksi satu produk homogenity.

3. Harga, persediaan dan permintaan faktor produksi adalah tertentu.

4. Perbandingan antara hasil dan return of scale bersifat tetap.

5. Kombinasi input ditetapkan dalam proporsi yang ditetapkan secara ketat.

6. Dalam produksi tidak terdapat eksternalitas ekonomis dan disekonomis.

Tabel input output yang digunakan untuk analisis ekonomi yang bersifat statis karena berkaitan dengan asumsi dasar yang dipergunakan antara lain:

(16)

1) Asumsi Keseragaman (Homogenity Assumption) yang mensyaratkan bahwa dari setiap sektor memproduksi suatu output tunggal dengan sektor input tunggal juga dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang berbeda-beda.

2) Asumsi Kesebandingan (Proportionality Assumption) yang menyatakan hubungan input dan output didalam setiap sektor mempunyai fungsi linier yang jumlah tiap jenis input diserap oleh sektor tertentu dan naik turunnya sebanding dengan kenaikan atau penurunan output dari sektor tersebut.

3) Asumsi Penjumlahan (Addivity) yang menyebutkan bahwa efek total pelaksanaan dari produksi di berbagai sektor dihasilkan dari masing- masing sektor secara terpisah dan merupakan penjumlahan dari efek masing-masing kegiatan.

C. Kerangka Pemikiran

Aktivitas pada suatu sektor perekonomian, tidak terlepas dari sektor- sektor perekonomian yang lain dan dapat dikatakan saling berkaitan satu sama lain. Peranan sektor ekonomi pada hakekatnya merupakan suatu penggambaran dari adanya keterkaitan antara sektor-sektor perekonomian tersebut yang keterkaitannya perlu dilakukan analisis lebih lanjut terhadap keseimbangan atau ketidakseimbangan di sektor ekonomi lainnya. Peranan sektor industri manufaktur di Provinsi Jawa Timur ini di analisa menggunakan analisis input output.

(17)

Analisis keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang digunakan untuk mengetahui struktur pada sektor industri manufaktur, sehinga nantinya dapat ditentukan menjadi sektor kunci (key sector). Dalam penelitian ini juga mengagregasi sektor ekonomi lain didalam perekonomian selain sektor industri manufaktur. Sehingga nanti tetap bisa dilihat pengaruh sektor industri manufaktur terhadap perekonomian di Provinsi Jawa Timur secara keseluruhan.

(18)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Kajian Empiris

Desiyanti (2020)

Rahmah & Widodo (2019)

M. Azwar (2017)

Firmansyah et.al (2015)

Perwitasari & Sari (2013)

Kajian Teoritis

Sukirno (2011)

Sukirno (2008)

Arsyad (2010)

Prof. Rahardjo Adisasmita

Arsyad (2004)

Moeliono (2008)

Hirschman

Suahasil (1997)

Firmansyah (2006)

Robinson Tarigan (2007)

Kuncoro (2001)

17 Sektor Ekonomi

Input Output

Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkages) Keterkaitan ke Depan

(Forward Linkages)

Sektor Kunci Industri Manufaktur yang Mendukung Perekonomian

Merupakan Sektor Unggulan Industri Manufaktur

Referensi

Dokumen terkait

Bahan Galian Golongan C adalah Bahan Galian yang bukan strategis dan bukan vital sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 11 Tahun

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh kompaksi terhadap munculnya retakan pada green body dan hasil sinter magnet Ba-Sr Heksaferrit, yang bertujuan untuk memperbaiki

Pada Gambar 2 merupakan hasil pengukuran bulk density sampel setelah dikompaksi dalam bentuk pellet dan kemudian disinter pada suhu 1000 ºC... Pada Gambar 2 menunjukkan nilai

Indikator terakhir adalah tentang lama tidur bayi setelah menyusu di dapatkan hasil p value: 0.012 dimana dapat simpulkan ada perbedaan lama tidur pada hari pertama lahir

Bawang putih mentah yang dikonsumsi 2 kali sehari akan membantu menurunkan tekanan darah tinggi dan memperbaiki sirkulasi darah. *Ambil 1 siung besar bawang putih,

Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) huruf d Peraturan Daerah ini ditetapkan oleh Kepala SKPD Perizinan kepada penanggungjawab kegiatan dan

Manfaat langsung yang dapat diambil oleh masyarakat misalnya dengan mengambil hasil kayu, daun, ranting, akar- akaran, dan hasil hutan lain yang dapat di- manfaatkan untuk

2 hadir ke hadapan sidang pembaca dengan mengetengahkan 7 (tujuh) artikel sebagai berikut : Penelitian Karakteristik Aerodinamika Trailing Edge Sirip Roket