PADA PROSES PEMISAHAN SELULOSA
SKRIPSI
OLEH :
SAVITRY KURNIASTITI
0831010034
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN”
JAWA TIMUR
PENURUNAN KADAR LIGNIN DARI KULIT
BUAH COKLAT MENGGUNAKAN ETANOL
PADA PROSES PEMISAHAN SELULOSA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas akhir sebagai syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Teknik
OLEH :
SAVITRY KURNIASTITI
0831010034
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN”
JAWA TIMUR
2012
COKLAT MENGGUNAKAN ETANOL PADA PROSES
PEMISAHAN SELULOSA
Oleh :
SAVITRY KURNIASTITI
0831010034
Telah Dipertahankan Dan Diterima Dihadapan Tim Penguji
Pada Tanggal 15 Februari 2012
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Ir. Sutiyono, MT NIP. 196007131987031001 Tim Penguji :
1.
Ir. Sutiyono, MT
NIP.196007131987031001
2.
Ir. Susilowati, MT
NIP.196007131987031001
Pembimbing :
Ir. Tutuk Harsini, MT
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Proposal Riset Teknik Kimia
Bab I-III yang berjudul Penurunan Kadar Lignin Dari Kulit Buah Coklat
Menggunakan Etanol Pada Proses Pemisahan Selulosa.
Adapun Proposal Riset kami ini bertujuan untuk memenuhi syarat
memperoleh gelar Sarjana Teknik di Program Studi Teknik Kimia Fakultas
Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur.
Proposal Riset ini dapat diselesaikan karena tidak lepas dari bimbingan,
pengarahan, petunjuk dan bantuan dari berbagai pihak yang membantu dalam
penyelesaian. Oleh karena itu kami tidak lupa untuk mengucap syukur Alhamdulillah
kepada Allah SWT yang telah memberi kesehatan, kelancaran dan kemudahan.
Dengan segala kerendahan hati kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih
kepada :
1. Bpk. Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN
“Veteran” Jawa Timur dan selaku Dosen Penguji I Proposal Riset.
2. Ibu Ir. Retno Dewati, MT, selaku Kepala Jurusan Teknik Kimia FTI UPN
“Veteran” JawaTimur.
3. Ibu Ir. Tutuk Harsini, MT, selaku Dosen Pembimbing Riset Jurusan Teknik
Kimia FTI UPN “Veteran” JawaTimur.
4. Ibu Ir. Susilowati, MT, selaku Dosen Penguji II Proposal Riset Jurusan
Teknik Kimia UPN “Veteran” JawaTimur.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal Riset ini jauh dari
sempurna dan terdapat banyak kekurangan baik isi maupun penyajiannya. Hal ini
tidak lain karena keterbatasan ilmu dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena
pengetahuan. Amin.
Surabaya, 12 Februari 2012
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ...i
KATA PENGANTAR ...ii
DAFTAR ISI...iv
DAFTAR TABEL...vi
DAFTAR GAMBAR ...vii
INTISARI ...viii
BAB I : PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG...1
I.2 TUJUAN ...2
I.3 MANFAAT ...2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA II.1 KAKAO ...5
II.2 ORGANOSOLV ...7
II.3 LIGNIN...9
II.4 HILANGNYA LIGNIN...12
II.5 LANDASAN TEORI...13
BAB III : PELAKSANAAN PENELITIAN III.1 BAHAN-BAHAN YANG DIPERLUKAN ...16
III.2 ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN...16
III.3 GAMBAR DAN SUSUNAN ALAT ...16
III.4 VARIABEL ...17
III.5 PROSEDUR PENELITIAN ...17
III.6 SKEMA PENELITIAN...19
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 TABEL HASIL PENELITIAN ...20
IV.2 GRAFIK ...22
IV.3 PEMBAHASAN ...24
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
LAMPIRAN A...27
LAMPIRAN B ...28
vi
DAFTAR TABEL
TABEL II.1 Nilai Gizi Hasil Samping Perkebunan Coklat ... 4
TABEL II.2 Potensi Produksi Hasil Samping Dari Limbah Perkebunan ... 4
TABEL II.3 Komponen Utama Kulit Buah Kakao... 7
TABEL II.4 Kandungan Dari Kulit Buah Kakao ... 7
TABEL II.5 The number of papers use of organic solvents in pulping... 15
TABEL IV.1 Hasil Penelitian ... 20
TABEL IV.2 Analisa Hasil Penelitian ... 21
GAMBAR IV.1 Grafik Waktu Pemasakan vs Lignin ... 22
GAMBAR IV.2 Grafik % Etanol vs Lignin... 23
viii
INTISARI
Penelitian Penurunan Kadar Lignin Dari Kulit Buah Coklat Menggunakan
Etanol Pada Proses Pemisahan Selulosa bertujuan penggunaan etanol untuk proses
delignifikasi kulit buah coklat yang ramah lingkungan.
Kulit buah coklat merupakan limbah pertanian berbentuk padat, yang dapat
dipanen sepanjang tahun. Limbah kulit coklat termasuk serat non kayu, dan dapat
dimanfaatkan sebagai bahan alternatif pembuatan pulp dan kertas. Berdasarkan kajian
literatur, proses organosolv adalah proses pemisahan serat dengan menggunakan
bahan kimia organik seperti misalnya metanol, etanol, aseton, asam asetat, dan
lain-lain.
P
roses organosolv pada pulping dengan bahan kimia etanol mempunyai
banyak keuntungan antara lain: daur ulang lindi hitam mudah dilakukan, tidak
menggunakan unsur sulfur sehingga lebih ramah terhadap lingkungan. Proses
pembuatan Pulp dimulai dari proses ektraksi pectin dengan waktu pengadukan 75
menit, untuk memisahkan pektin. Kemudian diteruskan proses delignifikasi dengan
waktu pemasakan 90 ; 120 ; 150 ; 180 ; 210 menit, dan kadar etanol 30 %, 40 %, 50
%, 60%, dan 70 %.
Hasil terbaik untuk delignifikasi dengan menggunakan pelarut etanol yaitu,
pada waktu pemasakan selama 150 menit dan konsentrasi 40%, % yield sebesar 63.2
% dengan komposisi lignin sebelum proses delignifikasi sebanyak 196.5955 mg/l dan
setelah proses delignifikasi sebanyak 2.0995 mg/l, sehingga penurunan ligninnya
sebesar 98.9 %.
B A B I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu Negara pembudidaya tanaman coklat
(kakao) paling luas di dunia dan termasuk Negara penghasil kakao terbesar
ketiga setelah Ivory Coast dan Ghana. Berdasarkan data dari Direktorat
Jenderal Perkebunan (2006), pada tahun 2003 luas areal penanaman kakao
telah mencapai 917 ribu hektar dan tersebar diseluruh provinsi, kecuali DKI
Jakarta.
Kegiatan penelitian kakao pada waktu 5 tahun yang akan datang telah
dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) PPKI yang meliputi lima
program utama, yaitu peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas dan
diversifikasi produk, konservasi dan efisiensi sumber daya, pelestarian
lingkungan, serta pemberdayaan perkebunan rakyat.
Akhir-akhir ini, isu-isu lingkungan yang terkait dengan masalah
perkebunan kakao dirasakan semakin meningkat sehingga perlu disikapi
dengan sebaik-baiknya.Oleh karena itu, selain terhadap faktor-faktor biotik
dan abiotik, penelitian untuk pelestarian lingkungan di kawasan perkebunan
kakao juga di arahkan pada faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat disekitar perkebunan.
Limbah padat perkebunan digolongkan menjadi dua, yaitu golongan
limbah yang kaya akan selulosa misalnya jerami dan limbah dari tebu.
Sedangkan golongan yang lain ialah limbah yang kaya akan tepung dan gula,
misalnya limbah dari ketela pohon, bit gula, pisang, jeruk dan kopi. Selain
contoh limbah di atas masih ada limbah lainnya yang belum terpublikasi atau
bahkan terinventarisasikan, misalnya limbah dari karet, coklat, kelapa, kapas,
kelapa sawit dan masih banyak lagi.Menurut Plaskett (1976) limbah
PENURUNAN KADAR LIGNIN DARI KULIT BUAH COKLAT MENGGUNAKAN ETANOL PADA PROSES PEMISAHAN SELULOSA 2
TEKNIK KIMIA - FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
“renewable” sehingga tidak bakal habis. Namun demikian ia menduga bahwa
belum ada satu negara pun yang telah menaruh perhatian layak pada sumber
bahan organik ini.
Limbah padat buah kakao di perkebunan kakaosangatlah banyak dan
kurang dimanfaatkan secara maksimal.Seiring dengan hal tersebut perlu
diteliti lebih lanjutuntuk menangani limbah tersebutsehingga memberinilai
tambah.Kadar selulosa pada kulit buah kakao sangat banyak yaitu kulit luar
kakao 27.10 %, kulit dalam kakao 16 %, bungkil coklat 9.70% (Sumber :
Bedjo Suwardi) maka kulit buah kakao dapat digunakan untuk pengolahan
pulp.Ada dua tahapan pengolahan pulp, yaitu proses delignifikasi dan
bleaching. Proses delignifikasi sering menggunakan proses kraft yang
mengandung sulfide yang tinggi, sehingga dapat mencemari lingkungan, dan
proses ini tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu, perlu diteliti cara yang
tepat sehingga lignin yang diambil cukup banyak dan ramah lingkungan
dengan penggunaan solven organik.
I.2 TUJUAN
Penelitian ini bertujuan penggunaan etanol untuk proses delignifikasi
kulit buah coklat yang ramah lingkungan.
I.3 MANFAAT
Penelitian ini mempunyai manfaat, yaitu :
1. Dapat mengurangi limbah perkebunan,
2. Dapat menambah nilai ekonomi dari kulit coklat, dan
3. Dapat memberikan informasi tentang pemakaian solven organik (etanol)
dalam rangka proses delignifikasi.
B A B II
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan industri bubur kertas dan kertas (pulp & paper) di Indonesia
luar biasa pesat.Dalam sepuluh tahun saja kapasitas produksi industri kertas yang
sejak tahun 1987 hanya 980.000 ton, bertumbuh menjadi sekitar tujuh kali lipat.
Dan diperkirakan akan bertambah melejit dua kali lipat selama 1998-2005. Sama
halnya dengan industri pulp. Kapasitas pada tahun 1987 berada pada angka
515.000 ton, sepuluh tahun kemudian melonjak delapan kali lipat, dan
diperkirakan pada tahun 2005 angkanya melesat menjadi hampir 13 juta ton.
Karenanya sejak tahun 1995 Indonesia menjadi eksportir murni ( net-exporter )
untuk komoditi bubur kertas.
Bahan baku untuk pulp dan kertas 100% berasal dari kayu yang diambil
dari hutan alam, yang berujung pada parahnya kerusakan hutan ( forest
degradation ) Indonesia. Kayu hutan alam tropis di Kalimantan Timur ( Kaltim
)makin hari makin berkurang. Hal ini terjadi karena maraknya penebangan liar
yang terjadi di wilayah tersebut. Selama 2001 tercatat sekitar 60 juta hektar hutan
mengalami kerusakan. Selama tahun 2000 kebutuhan pulp Indonesia mencapai
2.660.259 ton, dengan asumsi satu ton pulp atau kertas membutuhkan 5 meter
kubik kayu (Prof. Sipon M ). Kebutuhan bahan baku serat untuk pulp dan kertas
sekitar 2,6 juta ton. Jumlah ini diperkirakan setara dengan 13 juta meter kubik
kayu. Hingga saat ini konsumsi kertas masyarakat Indonesia cenderung terus
meningkat dan diperkirakan mencapai sekitar 12 % per tahun.
Limbah buah kakao di perkebunan kakao sangatlah banyak dan kurang
dimanfaatkan secara maksimal. Seiring dengan hal tersebut perlu diteliti lebih
lanjut untuk menangani limbah tersebut sehingga memberi nilai tambah. Kadar
selulosa pada kulit buah kakao sangat banyak yaitu kulit luar kakao 27.10 %, kulit
dalam kakao 16 %, bungkil coklat 9.70% (Sumber : Bedjo Suwardi) maka kulit
buah kakao dapat digunakan untuk pengolahan pulp. Pemikiran ini
PENURUNAN KADAR LIGNIN DARI KULIT BUAH COKLAT MENGGUNAKAN ETANOL PADA PROSES PEMISAHAN SELULOSA 4
TEKNIK KIMIA - FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
menanggulangi masalah kekurangan pasokan bahan baku pulp dan kertas yang
terjadi selama ini.
Tabel II.1 : Nilai gizi hasil samping perkebunan coklat
Bahan Bahan kering
(%)
Abu (%) Sarat kasar (%)
Lemak (%) Protein kasar (%)
Kulit luar coklat 89.50 10.60 27.10 1.50 6.40
Kulit dalam coklat
90.10 7.70 16.00 6.20 19.00
Bungkil coklat 88.10 6.10 9.70 5.70 25.70
Sumber : Bedjo Suwardi, Pemanfaatan Hasil Samping Perkebunan sebagai makanan ternak
Tabel II.2 : Perkiraan potensi produksi hasil samping dari limbahperkebunan
no Komoditi Macam hasil samping Luas areal (ribu ha) Produksi (ton/ha) Perkiraan produksi (ribu ton)
1. Kelapa 2.217,9 10 -
Bungkil - - 3.326,9
2. Tebu 1.912,2 50 -
Ampas - - 2.868,0
Daun & pucuk - - 1.912,0
Tetes - - 392,4
3. Coklat 16,8 36 - Kulit luar - - 27,7 Kulit dalam - - 4,0
4. Kopi 398,9 - -
Kulit - - 372,4
*) dari Direktorat Jenderal Perkebunan 1976. Data Statistik Perkebunan
Sumber : Bedjo Suwardi, Pemanfaatan hasil samping perkebunan sebagai makanan ternak
Dalam proses pulp terdapat dua tahapan, yaitu proses delignifikasi dan
bleaching. Proses delignifikasi sering menggunakan proses kraft yang
mengandung sulfide yang tinggi, sehingga dapat mencemari lingkungan, dan
proses ini tidak ramah lingkungan.Tuntutan masyarakat akan teknologi bersih
semakin meningkat, baik di tingkat nasional maupun internasional, tentu saja
tidak bisa diakomodasikan dengan menggunakan proses kraft. Agar produksi pulp
yang dihasilkan dapat diterima di pasaran, maka harus dilakukan suatu usaha
pencarian teknologi alternatif yang lebih aman terhadap lingkungan, yaitu proses
organosolv.
KAKAO
Tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) dapat disebutkan sebagai
berikut :
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotylodeneae
Anak kelas : Dialypetalae
Bangsa : Malvales
Suku : Sterculiaceae
Marga : Theobroma
Jenis : Theobroma cacao L
Dari 22 jenis yang ada dalam marga Theobroma (suku Sterculiaceae),
Theobroma cacao di klaim sebagai satu-satunya jenis yang telah diusahakan
secara komersial dan tentunya paling populer untuk dipasarkan.
Cuatrecasas (1964) membagi Theobroma cacao ke dalam dua subjenis
yaitu T. cacao dan T. cacao sphaerocarpum (chev.) Cuatr.
T. cacao kemudian dikelompokkan lagi ke dalam empat forma berikut ini :
Forma cacao, termasuk di dalamnya adalah kelompok kakao Criollo yang berasal dari Amerika Tengah. Forma ini memiliki sifat biji bulat, kotiledon
berwarna putih, dan memiliki biji yang berkualitas tinggi.
PENURUNAN KADAR LIGNIN DARI KULIT BUAH COKLAT MENGGUNAKAN ETANOL PADA PROSES PEMISAHAN SELULOSA 6
TEKNIK KIMIA - FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Forma leiocarpum, dicirikan oleh bijinya yang membulat (plum), kotiledon berwarna putih atau ungu pucat, dan kualitasnya bagus.
Forma lacandonense, merupakan kakao liar yang berasal dari Meksiko.
Sementara subjenis T. cacao spherocarpum anggotanya merupakan kakao
lindak (bulk cacao). Subjenis ini jauh lebih banyak diusahakan pekebun daripada
subjenis T. cacao cacao. Bila dibandingkan dengan subjenis T. cacao cacao,
pertumbuhan tanamannya lebih gigas (vigorous), kuat, lebih tahan hama dan
penyakit, serta lazimnya menunjukkan produktivitas yang tinggi. Permukaan kulit
buah relatif halus karena alur-alurnya dangkal. Kulit buah ini tipis tetapi keras/liat.
Bentuk biji anggota subjenis T.cacao spherocarpum adalah lonjong (oval), pipih
dan kecil, serta kotiledon berwarna ungu gelap. Mutu biji beragam, tetapi lebih
rendah daripada subjenis T. cacao cacao. Kelompok kakao Forastero termasuk
dalm subjenis ini.
Terdapat kelompok kakao lain yang merupakan hasil persilangan alami
antara kelompok kakao Criollo (subjenis T. cacao cacao) dengan Forastero
(subjenis T. cacao sphaerocarpum). Sifat morfologi dan fisiologi keturunannya
amat beragam, demikian pula daya hasil dan mutu bijinya. Beberapa klon dari
kelompok ini disebut sebagai kakao mulia apabila keping biji segarnya berwarna
putih atau sebagai kakao lindak apabila keping biji segarnya berwarna ungu.
Bentuk buah dan warna kulit buah kakao sangat bervariasi, tergantung
pada kultivarnya. Namun pada dasarnya hanya ada dua macam warna, yaitu :
Buah yang ketika muda berwarna hijau/hijau agak putih, bila sudah
masak berwarna kuning, dan
Buah yang ketika masih muda berwarna merah, bila sudah
masak berwarna oranye.
Permukaan kulit buah ada yang halus
dan ada yang kasar, tetapi pada dasarnya kulit buah beralur 10 yang letaknya
berselang-seling.
Kulit Buah kakao(Shell fod Husk) merupakan hasil samping (limbah) dari
agrobisnis pemrosesan biji coklat yang sangat potensial untuk dijadikan salah satu
Pulp. Kulit buah coklat adalah kulit bagian terluar yang menyelubungi biji coklat
dengan tekstur kasar, tebal dan agak keras. Kulit buah memiliki 10 alur dengan
ketebalan 1 – 2 cm. Pada waktu muda, biji menempel pada bagian dalam kulit
buah, tetapi saat masak biji akan terlepas dari kulit buah. Buah yang
masakakanberbunyibiladigoncang.Kulitbuahkakaomengandungserat-serat yang
dapatdiolah. Buahcokelatterdiri atas 74 % kulitbuah, 2 % placenta dan 24 % biji.
Adapunkandungangizikulitbuahkakaodapatdilihat pada Tabel.
Tabel II.3 : Komponen Utama Kulit Buah Kakao.
KOMPONEN Smith &Adegbola (1982) Amirroenas (1990) Roesmanto (1991)
Bahankering 84,00 – 90,00 91,33 90,4
Proteinkasar 6,00 – 10,00 6,00 6,00
Lemak 0,5 – 1,5 0,9 0,9
Seratkasar 19,00 – 28,00 40,33 31,50
Abu 10,00 – 13,80 14,80 16,40
Kalsium - - 0,67
Pospor - - 0,1
Data Anonimus(2001) bahwa Kulit Buah kakao mengandung Bahan
Kering 88%, Protein Kasar 8 %, serat Kasar 40,1% dan TDN 50,8%.
Tabel II.4 : Kandungan Dari Kulit Buah Kakao
PARAMETER KOMPOSISI
α- Sellulosa 1861.7886 mg/l Lignin 196.5955 mg/l
Kadar Air 1.0463 %
Kadar Abu 8.3202 %
ORGANOSOLV
Pembuatan pulp menggunakan proses sulfat telah lama dikenal dan masih
dipergunakan sampai sekarang dan delignifikasi yang terjadi kurang sempurna,
PARAMETER KOMPOSISI (%)
α- Sellulosa 14,583
Lignin 4,315
Kadar Air 10,35
Kadar Abu 2,8
PENURUNAN KADAR LIGNIN DARI KULIT BUAH COKLAT MENGGUNAKAN ETANOL PADA PROSES PEMISAHAN SELULOSA 8
TEKNIK KIMIA - FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
karena masih adanya ikatan lignin yang tidak dapat diputuskan sehingga tidak
dapat larut dalam lindi hitam. Hasil pulp relatif baik daya tariknya, tetapi warna
kurang baik sehingga sulit untuk diputihkan (Austin G. 1988).
Pembuatan pulp dengan proses soda menghasilkan pulp dengan kualitas
rendah karena proses delignifikasinya tidak sempurna. Salah satu cara untuk
mengatasi masalah tersebut ialah penambahan pelarut organik berupa Alkohol,
yang disebut dengan proses organosolv. Proses ini didasarkan pada perbedaan
kelarutan komponen utama bahan baku pulp, dimana lignin larut dalam pelarut
organik dan karbohidrat larut dalam air, sedangkan sellulosa tidak larut dalam
keduanya. Sehingga dengan penambahan pelarut organik dan air, sellulosa dapat
dipisahkan dari komponen lainnya. Penggunaan pelarut organik dimaksudkan
untuk mengurangi tegangan permukaan dalam larutan pemasak dan pada suhu
tinggi mempercepat penetrasi ke dalam.
Proses organosolv adalah proses pemisahan serat dengan menggunakan
bahan kimia organik seperti misalnya metanol, etanol, aseton, asam asetat, dan
lain-lain. Proses ini telah terbukti memberikan dampak yang baik bagi lingkungan
dan sangat efisien dalam pemanfaatan sumber daya hutan.
Penelitian mengenai penggunaan bahan kimia organik sebagai bahan
pemasak dalam proses pulping sebenarnya telah lama dilakukan. Ada berbagai
macam jenis proses organosolv, namun yang telah berkembang pesat pada saat ini
adalah proses alcell (alcohol cellulose) yaitu proses pulping dengan menggunakan
bahan kimia pemasak alkohol, proses acetocell (menggunakan asam asetat), dan
proses organocell (menggunakan metanol).
Artati, Enny kriswiyanti ST., penelitian ini mempelajari tentang proses
organosolv pada delignifikasi enceng gondok menggunakan 2 pelarut etanol dan
asam asetat. Pada penelitian ini, Batang enceng gondok dilakukan pengadukan
dengan kecepatan 900 rpm. Perbandingan berat sampel dan volume larutan
pemasak 1gram : 10 ml. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kondisi optimum
proses delignifikasi dengan menggunakan larutan pemasak etanol 40 % pada pH
larutan 2 dan waktu pemasakan 2 jam dengan kadar selulosa 69 % , untuk larutan
pemasak asam asetat 50 % pada penambahan katalis 20 ml dan waktu pemasakan
juga 2 jam dan kadar selulosa 50%.
LIGNIN
Lignin merupakan komponen utama penyusun kimia kayu selain selulosa
dan hemiselulosa. Lignin adalah polimer alami yang terdiri dari molekul-molekul
polifenol yang berfungsi sebagai pengikat sel-sel kayu satu sama lain, sehingga
kayu menjadi keras dan kaku. Dengan adanya lignin maka kayu mampu meredam
kekuatan mekanis yang dikenakan terhadapnya, sehingga memungkinkan usaha
pemanfaatan lignin sebagai bahan perekat dan pengikat (binder) pada papan
partikel dan kayu lapis (Rudatin, 1989).
Kandungan lignindalam tumbuhan berlignoselulosa dapat dimanfaatkan
PENURUNAN KADAR LIGNIN DARI KULIT BUAH COKLAT MENGGUNAKAN ETANOL PADA PROSES PEMISAHAN SELULOSA 10
TEKNIK KIMIA - FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Menurut Sjostrom (1981) sementara lignin saat ini masih terbatas penggunaannya
sebagai bahan perekat dan bahan pengental. Pemanfaatan lignin di dunia sampai
saat ini sangat terbatas walaupun potensi lignin di dunia sangat besar. Amerika
Serikat setiap tahunnya memproduksi lignin melalui proses kraft dan metode soda
sebanyak 20 juta ton/tahun (David & Hon, 1996). Sedangkan dengan proses
sulfite, Amerika Serikat memproduksi lignosulfonat 1 juta mg/tahun.
Menurut Pizzi (1994), lignin adalah komponen kimia dan morfologi ciri
dari jaringan tumbuhan tingkat tinggi. Kandungan lignin dalam kayu mencapai
15-40 %dari berat kering kayu dengan variasi dalam kandungan lignin yang
disebabkan oleh jenis spesies, kondisi pertumbuhan, bagian dari tumbuhan yang
dianalisis dan banyak faktor lain. Dari segi morfologi, lignin merupakan senyawa
amorf yang terdapat dalam lamela tengah maupun dalam dinding sekunder. Lignin
merupakan polimer dengan banyak cabang, yang terbentuk oleh unit-unit fenil
propana ( coumaril alkohol, coniferil alkohol dan atau syringil alkohol ) yang
berikatan satu sama lain dengan ikatan karbon dengan karbon (C-C), ikatan
karbon dengan oksigen (C-O) dan juga adanya ikatan eter. Elektron-elektron yang
tidak berpasangan pada kedudukan R akan bereaksi dengan tiga jenis radikal yang
berbeda.
Dalam komponen kayu, sifat lignin adalah hidrofobik dan tidak larut
dalam air. Kegunaan lignin dapat digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu
sebagai komponen sisa dalam pembuatan pulp, bahan bakar, produk polimer dan
sumber bahan-bahan kimia dengan berat molekul rendah. Selama perkembangan
sel, lignin dimasukkan sebagai komponen terakhir di dalam dinding sel,
menembus diantara fibril dan berfungsi sebagai penguat dinding sel.
Secara garis besar, kegunaan lignin dapat digolongkan menjadi tiga
kelompok, yaitu sebagai bahan bakar, sebagai produk polimer dan sumber
bahan-bahan kimia dengan berat molekul rendah. Dalam proses pembuatan pulp, lignin
merupakan limbah yang tidak bernilai dan diusahakan dihilangkan. Penggunaan
lignin sebagai perekat dimulai sejak dimulainya pembuatan pulp sulfat ( spent
sulfite liquor / SSL ). Pada dasarnya pembuatan lignin sebagai perekat hampir
sama dengan phenol formaldehida, karena keduanya mempunyai komponen kimia
yang hampir sama yaitu gugus fenolik, sehingga menyebabkan lignin dapat
digunakan untuk mensubstitusi phenol formaldehida (Pizzi, 1994).
Pada saat pembuatan pulp, perlakuan kayu dengan ion HSO3 akan
menyebabkan degradasi parsial,pada ikatan eternya, menghasilkan grup asam
sulfonik )sulfonic acid-SO3H / lignosulfonat). Dengan proses tersebut lignin yang
semula bersifat hidrofobik dan tidak larut dalam air, menjadi larut dalam air
(Pizzi, 1994).
Lignin sebagai limbah yang dihasilkan dari pembuatan pulp telah
digunakan sebagai bahan perekat sejak dikenal pemasakan kayu dengan proses
sulfit. Berdasarkan strukturnya yang merupakan polifenol , lignin sebagai perekat
mirip dengan resin phenol formaldehida. Hal ini terutama secara nyata berlaku
bagi lignin alam dalam kayu, sementara lignin teknis ( lignosulfonat dan lindi
hitam ) harus diberi ikatan silang guna mengubahnya ke dalam bentuk resin yang
tidak larut.
Sulitnya upaya pembuatan lignin sebagai bahan perekat telah mendorong
pemakaian lignin ini sebatas sebagai campuran bahan perekat dengan maksud
untuk menghemat pemakaian bahan utama. Hal ini tercermin beberapa hasil
penelitian, yang antara lain telah diungkapkan oleh Pizzi (1983).
Secara kimia, proses pengerasan (curing) lignin merupakan proses ikatan
silang (cross linking) antara atom-atom karbon maupun antara atom karbon
dengan atom oksigen, yang terjadi antar molekul lignin yang berbeda maupun
antara molekul lignin dengan suatu makromolekul lain. Proses ikatan silang lignin
dapat terjadi dengan dua cara, yaitu melalui reaksi kondensasi dan melalui reaksi
radikal coupling (Pizzi, 1994).
Selanjutnya dikatakan bahwa lignin sebagai limbah dari pembuatan pulp
telah digunakan sebagai bahan perekat sejak dikenal pemasakan kayu dengan
proses sulfit. Pemanfaatan lignin dari lindi hitam (black liquor) sisa pembuatan
pulp telah digunakan untuk mengurangi ketergantungan terhadap kebutuhan
perekat sintesis sebagai hasil olahan asal minyak bumi yang merupakan sumber
daya tidak terbarukan, mengurangi pencemaran lingkungan dan menekan biaya
PENURUNAN KADAR LIGNIN DARI KULIT BUAH COKLAT MENGGUNAKAN ETANOL PADA PROSES PEMISAHAN SELULOSA 12
TEKNIK KIMIA - FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Sifat perekat lignin yang tidak disukai adalah warnanya yang kecoklatan
sehingga akan mempengaruhi penampilan produk yang dihasilkan. Kelebihan
lignin dibandingkan perekat sintetik adalah tidak menimbulkan emisi
formaldehida, selain itu lignin merupakan produk alam yangdapat diperbarui
(renewable). Walau mempunyai struktur yang sama dengan fenol, lignin resin
tidak seefektif fenol formaldehida, yang disebabkan antara lain karena rendahnya
jumlah posisi bebas gugus aromatik lignin dan reaktivitasnya yang rendah
dibandingkan fenol (Sudrajad et al, 2003).
Lignin yang terkandung dalam limbah cair dapat dimanfaatkan sebagai
bahan perekat, bahan pengisi karet, dan bahan baku vanillin. Di laboratorium,
lignin sering digunakan sebagai indikator di dalam eksperimen studi kecernaan
pada ternak ruminansia karena sifatnya yang tidak larut.
Lignin adalah zat yang bersama-sama dengan selulosa adalah salah satu sel
yang terdapat dalam kayu. Lignin berguna dalam kayu seperti lem atau semen
yang mengikat sel-sel lain dalam satu kesatuan sehingga bisa menambah support
dan kekuatan kayu (mechanical strength) agar bisa kelihatan kokoh dan berdiri
tegak.
HILANGNYA LIGNIN
Semua pulp akan mengalami perubahan brightness (kecerahan) seiring
dengan lama waktu penyimpanan. Pulp biasanya akan berubah menjadi kuning.
Laju penurunan brightness dengan waktu bervariasi dalam range yang cukup luas.
Sebagian pulp akan stabil dan biasanya bertahun-tahun kemudian baru akan
berubah menjadi kuning. Sebagian lagi hanya dalam hitungan bulan akan berubah
menjadi kuning dan bahkan yang dalam hitungan hari sudah berubah. Lignin
bukan penyebab utama pada perubahan warna ini jika pulpnya hanya mengandung
sedikit lignin.
Tapi walau bagaimanapun lignin yang terkandung dalam jumlah besar
sudah pasti menjadi penyebab utama dalam perubahan warna pulp. Oleh karena
itu efektivitas penghilangan lignin pada tahap klorinasi juga merupakan faktor
yang sangat menentukan dalam proses perubahan warna.
Memang pada awalnya ada dugaan perubahan warna pada pulp selama
penyimpanan disebabkan oleh lignin. Ternyata setelah dilakukan penelitian,
penyebab utamanya adalah kandungan selulosa pulp itu sendiri yang
menyebabkan perubahan warna. Adanya gugus karbonil dan karboksil pada
selulosa merupakan penyebab utama terjadinya perubahan warna. Penghilangan
gugus karbonil dan karboksil ini dengan proses oksidasi dan reduksi akan
meningkatkan kestabilan warna. Perubahan warna juga disebabkan oleh
temperatur, humidity, hemiselulosa, resin, logam-logam seperti rosin, alum, lem
dan starch.
LANDASAN TEORI
Pada proses pembuatan kertas, awal mula serat diubah menjadi pulp, lalu
pulp menjadi kertas. Sebelum serat diubah menjadi pulp, dilakukan 2 proses
terlebih dahulu yaitu proses delignifikasi dan bleaching (pemucatan). Ada
3macam bahan baku serat yaitu hardwood, softwood (pepohonan, batang kayu)
dan non kayu (rerumputan, daun, dll). Bahan baku kayu maupun non kayu
diperlukan proses delignifikasi, yang bertujuan untuk menghilangkan ataupun
mengurangi lignin yang terkandung dalam serat. Proses pemasakan organosolv
pada delignifikasi bahan baku hardwood dan non-wood lebih mudah daripada
bahan baku softwood. Proses ini sangat penting untuk proses selanjutnya dalam
pembuatan pulp, yaitu proses pemucatan.
Pada umumnya proses delignifikasi dilakukan dengan cara konvensional,
yaitu proses kraft. Proses ini mengakibatkan dampak buruk bagi lingkungan
dalam jangka panjang (tidak ramah lingkungan). Sehingga perlu pengganti zat
pelarut lainnya yang ramah lingkungan, dengan memakai organosolv (pelarut
organik). Variabel yang mempengaruhi proses delignifikasi yaitu : waktu pemasakan,
suhu, konsentrasi, jenis pelarut, dan juga pH(Shirkolaee, Y Ziaie. 2006). Beberapa
senyawa organik yang dapat digunakan antara lain adalah asam asetat, etanol dan
PENURUNAN KADAR LIGNIN DARI KULIT BUAH COKLAT MENGGUNAKAN ETANOL PADA PROSES PEMISAHAN SELULOSA 14
TEKNIK KIMIA - FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Pemakaian organosolv merupakan proses pulping yang menggunakan
bahan yang lebih mudah didegradasi. Dalam proses pemasakan konvensional dan
pemakaian organosolv, struktur lignin pecah menjadi bagian yang kecil sebelum
larut dalam proses pemasakan (Shirkolaee, Y Ziaie. 2006). Dalam kondisi asam
yang kuat dan konsentrasi alkohol yang berlebih, akan terjadi reaksi etherifikasi
selulosa, yaitu reaksi antara selulosa dengan alkohol membentuk ether (Artati,
Enny K. 2009).
(Ullmann’s. 1998)
Mekanisme reaksi yang terjadi dalam suasana asam adalah :
1. Mekanisme pemutusan antar lignin melalui pemutusan ikatan α-aril eter
2. Mekanisme reaksi kondensasi lignin
3. Mekanisme pemutusan ikatan antar polisakarida
Pelarut organik etanol (C2H5OH), dapat menghilangkan lignin dari kayu
dengan cara pencucian (Delong &Delong1991). Cairan etanol menembus dengan
mudah ke dalam struktur kayu mengakibatkan delignifikasi seragam. (Esa
Muurinen, 2000).
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau
alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak
berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada
minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat
rekreasi yang paling tua.
Titikdidih / titiklebur : 78o C / -114.3o C BM : 46.07 gr/mol
Densitas : 0.789 gr cm-3
Penampilan : cairantakberwarna
pH : 5
Tabel II.5 : The number of papers dealing with the use of organic solvents in pulping and pulping chemistry
Sumber : Esa Muurinen, 2000
Artati, Enny Kriswiyanti ST.2009, Penelitian ini mempelajari tentang
proses organosolv pada delignifikasi enceng gondok menggunakan 2 pelarut
etanol dan asam asetat. Pada penelitian ini, Batang enceng gondok dilakukan
pengadukan dengan kecepatan 900 rpm. Perbandingan berat sampel dan volume
larutan pemasak 1gram : 10 ml. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kondisi
optimum proses delignifikasi dengan menggunakan larutan pemasak etanol 40 %
pada pH larutan 2 dan waktu pemasakan 2 jam dengan kadar selulosa 69 % ,
untuk larutan pemasak asam asetat 50 % pada penambahan katalis 20 ml dan
waktu pemasakan juga 2 jam dan kadar selulosa 50%.
Peneliti terdahulu (Rully, 2006) telah menggunakan pelarut metanol sebagai
pelarut organik pada proses delignifikasi kulit buah kakao, hasil yield maksimal diperoleh
pada kadar α Sellulosa sebesar 52,78 %, kadar yield sebesar 69,82 % dan kadar air
sebesar 30,18 % pada kondisi operasi pemasakan pulp 2,5 jam, dan konsentrasi
PENURUNAN KADAR LIGNIN DARI KULIT BUAH COKLAT MENGGUNAKAN ETANOL PADA PROSES PEMISAHAN SELULOSA 16
TEKNIK KIMIA - FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
BABIII
PELAKSANAAN PENELITIAN
III.1. Bahan – bahan yang diperlukan
1. Kulit buah coklat
2. Etanol
III.2. Alat – alat yang digunakan
1. Labu Leher Tiga
2. Kondensor
3. Termometer
4. Kertas Saring
5. Pemanas Listrik
6. Motor Pengaduk
7. Oven
III.3. Gambar dan Susunan Alat
III.4. VARIABEL
Kondisi yang ditetapkan 1. Ekstraksi Pektin
Kulit Buah coklat = 20 gram
Ukuran Kulit Buah coklat = 10 mesh
Pelarut Bahan : Asam Sitrat = 1 : 12 (gram)
Putaran Pengaduk = 200 rpm
Suhu = 80oC
Waktu Ekstraksi pektin = 75 menit
2. Delignifikasi
Putaran Pengaduk = 200rpm
Suhu = 80oC
Volume etanol = 100 ml
Variabel yang dijalankan
1. Konsentrasi etanol = 30 % ; 40 % ; 50 % ; 60 % ; 70 %
2. Waktu pemasakan (menit) = 90 ; 120; 150; 180 ; 210
III.5. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Alat dan Bahan Baku
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian.
Bersihkan terlebih dahulu alat-alat, dengan cara pencucian.
Potong kulit buah coklat berukuran 10 mesh, lalu timbang kulit
buah Coklat kering sebesar 20 gr, masukkan dalam labu leher tiga.
2. Proses Ekstraksi Pektin
Masukkan asam sitrat dan bahan dengan perbandingan 12 : 1 gram
dalam labu leher tiga. Lakukan pengadukan dengan kecepatan 200 rpm
pada suhu operasi 80 oC dengan waktu pemasakan 75 menit 3. Persiapan Delignifikasi
Saring, pisahkan filtrat sebagai pektin. Masukkan endapan dalam
PENURUNAN KADAR LIGNIN DARI KULIT BUAH COKLAT MENGGUNAKAN ETANOL PADA PROSES PEMISAHAN SELULOSA 18
TEKNIK KIMIA - FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
4. Proses Delignifikasi
Masukkan 100 ml Larutan etanol (30 %, 40 %, 50 %, 60 %, 70 %)
dalam labu leher tiga. Lakukan pengadukan dengan kecepatan 200 rpm
pada suhu operasi 200oC dengan waktu pemasakan yang ditentukan. 5. Pencucian
Lakukan penyaringan untuk memisahkan pulp dari filtratnya,
kemudian cuci dengan aquadest secukupnya sampai pucat.
6. Pengeringan
Oven pada suhu 105 oC. Dinginkan pulp pada desikator. 7. Analisa.
III.6. Skema Penelitian
PENURUNAN KADAR LIGNIN DARI KULIT BUAH COKLAT MENGGUNAKAN ETANOL PADA PROSES PEMISAHAN SELULOSA 20
TEKNIK KIMIA - FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
BAB IV
HASIL PENELITIAN
IV.1. TABEL HASIL PENELITIAN
Dari penelitian yang dilakukan di Laboratorium Riset, didapatkan data
– data yang di tabelkan seperti di bawah ini.
Tabel IV.1. Hasil Penelitian
50,0 53,2 60,2 54,9 51,0 52,3 57,6 63,2 56,4 53,1 51,4 53,0 59,2 53,6 51,6 50,4 51,8 57,1 52,2 10,028 50,1 10,010 50,0 10,156 50,8 11,563 57,8 10,489 52,4 10,034 50,2 Konsentrasi Etanol (%) Waktu Pemasakan
(menit) Berat bahan
Berat
Endapan
30%
90 20 22,175
150 20 180
10,009 120 20 21,223 10,639
21,124
150 20 21,170
21,154 12,049
210 20 21,553 10,204 10,460 120 20 21,147 11,521 20 22,214 10,987
90 20
20 22,415 11,284 210 20 23,660 10,622 10,278 120 20
22,248 11,841
210
12,643
180 20 22,650 10,718 21,461 10,599 150 20
90
60%
90 20 23,224
150 40% 50% 20 20,674 180 20 20 23,053 20 23,775 10,316 180 10,356 11,423 180 20 23,886
120
20 23,326
210
70%
90 20 23,431 120
20 23,730 210 20 23,840
% yield
23,026 150 20 23,620
Berat Endapan
kering
10,437 10,084
20 23,446
Tabel IV.2. AnalisaHasilPenelitian
Pada saat analisa yang digunakan untuk analisa adalah endapan / pulp
setelah proses delignifikasi, hal ini dikarenakan untuk mengetahui apakah kulit
buah coklat memenuhi criteria dalam pembuatan pulp sebelum proses bleaching
dilakukan, serta keterbatasan alat yang ada di laboratorium riset.
WaktuPemasakan (menit)
Konsentrasi Parameter 90 120 150 180 210
30% Lignin 4.9769 mg/L 3.8743 mg/L 2.5717 mg/L 2.5325 mg/L 2.6933 mg/L
Selulosa 47.4576 mg/L 32.8328 mg/L 18.2079 mg/L 22.2821 mg/L 26.3563 mg/L
Kadar Air 0.2052 % 0.1464 % 0.0876 % 0.1293 % 0.171 %
Kadar Abu 9.3761 % 9.2734 % 9.1706 % 9.1459 % 9.1212 %
40% Lignin 5.2074 mg/L 3.8535 mg/L 2.0995 mg/L 3.572 mg/L 4.2445 mg/L
Selulosa 49.9083 mg/L 35.1870 mg/L 20.4658 mg/L 30.8181 mg/L 41.1703 mg/L
Kadar Air 0.2015 % 0.1809 % 0.2039 % 0.1557 % 0.1511 %
Kadar Abu 9.7835 % 9.3321 % 8.7067 % 9.0358 % 9.1910 %
50% Lignin 5.4379 mg/L 3.3068 mg/L 2.3356 mg/L 4.3657 mg/L 5.7957 mg/L
Selulosa 52.3589 mg/L 37.5413 mg/L 22.7237 mg/L 39.3540 mg/L 55.9844 mg/L
Kadar Air 0.1979 % 0.1718 % 0.1458 % 0.1384 % 0.1311 %
Kadar Abu 10.1909 % 9.5648 % 8.9387 % 9.0997 % 9.2608 % 60% Lignin 5.6864 mg/L 4.4412 mg/L 2.5716 mg/L 5.1592 mg/L 7.3469 mg/L
Selulosa 54.8096 mg/L 39.8956 mg/L 24.9816 mg/L 47.8900 mg/L 70.7984 mg/L
Kadar Air 0.1942 % 0.1409 % 0.0876 % 0.0994 % 0.1112 %
Kadar Abu 10.5982 % 9.8844 % 9.1706 % 6.9153 % 9.3306 % 70% Lignin 5.8989 mg/L 4.1533 mg/L 2.8076 mg/L 5.6529 mg/L 8.8981 mg/L
Selulosa 57.2602 mg/L 42.2499 mg/L 27.2395 mg/L 56.4260 mg/L 85.6124 mg/L
Kadar Air 0.1905 % 0.1100 % 0.0295 % 0.0603 % 0.0912 %
PENURUNAN KADAR LIGNIN DARI KULIT BUAH COKLAT MENGGUNAKAN ETANOL PADA PROSES PEMISAHAN SELULOSA 22
TEKNIK KIMIA - FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
IV.2. GRAFIK DAN PEMBAHASAN
Gambar IV.1. Grafik Waktu Pemasakan vs Lignin
Dari gambar di atas hubungan antara waktu pemasakan terhadap
banyaknya lignin yang terambil, dari rentan waktu 90-150 menit lignin yang
terdegradasi semakin banyak tetapi pada rentan waktu 150-210 menit lignin
yang terdegradasi semakin sedikit. Hal ini disebabkan pengolahan pulp
dengan suhu yang tinggi memerlukan waktu pemasakan yang singkat namun
pada suhu yang tinggi dan waktu pemasakan yang lama akan menyebabkan
terjadinya degradasi selulosa sehingga rendeman dan mutu pulp yang
dihasilkan rendah (Casey 1960).
Gambar IV.2. Grafik % Etanolvs Lignin
Grafik diatas menunjukkan, padalaruta netanol konsentrasi 30-40%
penurunan kadar lignin semakin banyak terdegradasi, sedangkan pada
konsentrasi diatas 40% lignin yang terdegradasi semakin sedikit. Hal ini
disebabkan konsentrasi atau komposisi larutan pemasak menentukan
kecepatan dan kesempurnaan degradas ilignin. Namun jika komposisi atau
konsentrasi terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya proses kondensasi
yang cepat sehingga akan banyak lignin mengendap pada permukaan pulp
(Achmadi 1980). Menurut (Casey 1960) bahwa konsentrasi larutan pemasak
yang terlalu tinggi akan lebih intensif menyerang selulosa daripada
PENURUNAN KADAR LIGNIN DARI KULIT BUAH COKLAT MENGGUNAKAN ETANOL PADA PROSES PEMISAHAN SELULOSA 24
TEKNIK KIMIA - FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Gambar IV.3. Grafik Waktu Pemasakan vs % Yield
Pada grafik diatas menunjukkan bahwa semakin besar waktu
pemasakan, maka kadar yield yang diperoleh semakin meningkat, namun
jika waktu terlalu lama akan menghasilkan penurunan % yield.% yield juga
sangat di pengaruhi oleh kadar etanol yang apabila semakin tinggi akan
menyebabkanrusaknya sellulosa dan larut dalam pemasakan yaitu dalam
kondisi asam yang kuat dan konsentrasi alkohol yang berlebih, akan terjadi
reaksi etherifikasi selulosa yaitu reaksiantara selulosa dengan alkohol
membentuk ether, sehingga % yield yang dihasilkan menurun. Kadar etanol
terbaik pada 40 %, dengan kondisi waktu pemasakan 150 menit, akan
diperoleh % yield tertinggi sebesar 63.2 %.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telahdiperoleh pada
Penurunankadarlignindarikulitbuahcoklatmenggunakan etanol pada
prosespemisahanselulosadapatdiambilkesimpulansebagaiberikut :
1. Salahsatuhasilsamping (limbah)
perkebunandariagrobisnispemrosesanbijicoklat yang
dapatdijadikanpulpadalahkulitnya.
2. Bahan kimia etanol (organosolv) sebagai pelarut dalam proses
delignifikasi telah terbukti dapat menurunkan kadar lignin dari kulit buah
coklat, dan lebih ramah lingkungan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses delignifikasi , yaitu :
a. Waktu pemasakan
b. Konsentrasi pelarut
4.Hasilterbaikuntukdelignifikasidenganmenggunakanpelarut etanol yaitu,
pada waktupemasakanselama 150 menit dan konsentrasi 40%, %
yieldsebesar 63.2 %
dengankomposisiligninsebelumprosesdelignifikasisebanyak196.5955
mg/ldansetelah proses delignifikasisebanyak 2,0995 mg/l,
sehinggapenurunanligninnyasebesar 98,9 %.
V.2. Saran
Berikan informasi dari sumber yang terpercaya dan didasari oleh
literatur dalam melakukan suatu penelitian. Dari hasil penelitian
diharapkanpenelitiselanjutnyadapatmencobamenggunakanprosesorganosolv,
PENURUNAN KADAR LIGNIN DARI KULIT BUAH COKLAT MENGGUNAKAN ETANOL PADA PROSES PEMISAHAN SELULOSA 26
TEKNIK KIMIA - FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
DAFTAR PUSTAKA
Artati, Enny K. 2009. Pengaruh Konsentrasi Larutan Pemasak pada Proses Delignifikasi Eceng Gondok dengan Proses Organosolv. UNS : Surakarta.
E K U I L I B R I U M Vol. 8. No. 1. Januari 26 2009 : 25 – 28
Marjuang S, Hotba. 2010. MempelajariPengaruhKomposisiLarutanPemasak Dan SuhuPemasakanPadaPengolahan Pulp AcetolyKayu Eucalyptus Deglupta.IPB : Bogor.
Muthahar & Rully. 2010.KajianAwal PULP dariKulitBuahKakaoDenganMetodeOrganosolv. UPN : Surabaya.
Muurinen E, Kivela E & Sohlo J. 2000. Organosolv Pulping A Review And Distillation Study Related To PeroxyacidPulping. Univ Oulu, Dept Process Eng.
Rudatin, S. 1989. Potensi dan Prospek Pemanfaatan Lignin dari Limbah Industri Pulp dan Kertas di Indonesia. Berita Selulosa (25) 1:14-17.
Shirkolaee, Y Ziaie & Rovshandeh, J Mohammadi, et al. 2006. Study on Cellulose Degradation Durnig Organosolv Delignification of Wheat Straw and evaluation of Pulp Properties. Univ. Tehran, Faculty or Eng.: Iran.
Sjostrom, E. 1981. Wood Chemistry. Fundamentals and Application. Laboratory of Wood Chemistry. Academic Press.: Helsinki, Finlandia.
Sucipto, Tito. 2009. Perekat Lignin.
Sudrajad, R, G Pari dan MI Iskandar. 2003. Pembuatan Perekat Fenolik dari Lindi Hitam yang diperekatkan dengan Tanin atau Fenol Kristal. Buletin Penelitian Vol. 21 No. 2 Tahun 2003. Bogor. P3THH.
Suwardi, Bedjo. Pemanfaatan hasil samping perkebunan sebagai makanan ternak.
Ullmann’s. 1998. Encyclopedia of Industrial Chemistry Sixth Edition. Willey Inter Science : Germany.
http://www.id.wikipedia.org/wiki/Etanol
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_material/pengujian-kadar-lignin-dalam-pulp/
LAMPIRAN A
1. Pembuatan Etanol 30 %
1 2 2 1
. .
N N V
V
% 96
% 30 500 .
1
x
V
ml V1.156.25
Dengan cara perhitungan yang sama untuk methanol 40 %, 50 %, 60 %, dan
70 %.
2. Pembuatan AsamSitrat (12:1)
PENURUNAN KADAR LIGNIN DARI KULIT BUAH COKLAT MENGGUNAKAN ETANOL PADA PROSES PEMISAHAN SELULOSA 28
TEKNIK KIMIA - FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
LAMPIRAN B
Di misalkan untuk menghitung hasil yang terbaik pada kondisi 40 %
Etanol dan waktu 150 menit.
1. Menghitung Kadar Yield
Kadar Yield :
% 2 . 63
% 100 20
643 . 12
x
Total PULP Kering x 100% Berat Bahan
LAMPIRAN C
Gambar: Rangkaianalat proses pemasakan.
PENURUNAN KADAR LIGNIN DARI KULIT BUAH COKLAT MENGGUNAKAN ETANOL PADA PROSES PEMISAHAN SELULOSA 30
TEKNIK KIMIA - FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Gambar :Hasilterbaikkulitbuahcoklatsetelah proses delignifikasipadakondisi 40% 150 menit.