• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN EVALUASI PROGRAM BERORIENTASI TUJUAN (OBJECTIVE-ORIENTED EVALUATION APPROACH)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDEKATAN EVALUASI PROGRAM BERORIENTASI TUJUAN (OBJECTIVE-ORIENTED EVALUATION APPROACH)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN EVALUASI PROGRAM BERORIENTASI TUJUAN (OBJECTIVE-ORIENTED EVALUATION APPROACH)

Oleh: Sudi Hamlni

Program Pascasarjana, Bimhingan Konseling Unnes

J1. Bendan Ngisor Semarang Telp. (024) 8449017 Fax. (024) 8449969.

Abstrak

Keberhasilan pendidikan dapat dilakukan dengan beberapa model pendekatan, salah satu diantaranya menggunakan pendekatan evaluasi program yang berorientas; tujuan. Pada pendekatan in; hasil suatu proses pendidikan. ditekankan pada tercapai tidalcnya hasil tujuan pendidilean dilalcsanalean setelah melalu; serangkaiann proses yang memenuhi Icriteria-Icriteria, pertimbangan, kemudian penetapan baik buruk. Dalam tulisan ini diangkat tema tersebut untuk mendeslcripsikan pendekatan dalam melakukan evaluasi program menitik beratlean pada penilaian ketercapaian tujuan. Karena itu, pandangan in; mensyaratlean, bahwa suatu program pendidikan horus menetaplean atau merumuslean tujuan­

tujuan spesijilcnya secara jelas.

Kata kunci: pendeleatan, evaluasi program, tujuan

1. Pendahuluan pengambil keputusan yang akan memo.

Woolfolk dan Nicolich mengemukakan pertimbangkan dan menginterpretasikan­

bahwa penilaian atau evaluasi merupa­ nya berkaitan dengan altematif keputusan kan suatu proses membandingkan infor­ yang akan diambil; 3) evaluasi men­

masi dengan kriteria, kemudian membu­ dukung proses pembuatan keputusan at pertimbangan; yakni membuat kepu­ dengan menyediakan altematif-alternatif tusan berdasarkan nilai-nilai. Sejalan yang terseleksi serta menindaklanjuti kon­

dengan pengertian tersebut, Raka Joni sekuensi-konsekuensinya.

mengemukakan bahwa penilaian adalah

"penetapan baik-buruk terhadap sesuatu Dati awal pesatnya perkembangan evalua­

berdasarkan kriteria tertentu". Gronlund si pendidikan sekitar tabun 60-70 an sam­

dan Linn mengemukakan bahwa penilai­ pai sekarang, para ahli telah mengembang­

an merupakan proses pengumpulan in­ kan sekitar 50 model! pendekatan evaluasi formasi, analisis dan interpretasi infor­ Banyaknya model ini juga didasarkan oleh masi yang sistema tis untuk menentukan beberapa pendekatan pada evaluasi, sejauhmana siswa mencapai tujuan pem­ jenis/bentuk evaluasi juga tujuan evaluasi.

belajaran. Secara lebih rinci, Phi Delta Evaluasi program merupakan proses des­

Kappa National Study Committee of kripsi, pengumpulan data dan penyampa­

Evaluation menguraikan pengertian eva­ ian informasi kepada pengambil keputusan luasi sebagai proses pencatian, per­ yang akan dipakai untuk pertimbangan oleban dan penyediaan informasi yang apakah program perlu diperbaiki, dihenti­

berguna bagi pertimbangan altematif­ kan atau diteruskan. Berdasarkan objek­

altematif keputusan. Pengertian lD1 tivisme dan subjektivisme, 50 model yang berkaitan dengan tiga hal mendasar, ada sebenamya bisa dikelompokkan men­

yaitu: 1) edukasi merupakan suatu jadi 6 pendekatan, yaitu:

proses sistematis yang berkelanjutan; 2) a. Pendekatan berorientasi tujuan proses tersebut meliputi tiga langkah, (objectives-oriented approaches/goal yakni: (a) menyusun pertanyaan yang oriented approach)

memerlukan jawaban dan informasi spe­ b. Pendekatan berorientasi manajemen sifik yang ingin diperoleh, (b) mengum­ (management - oriented approaches) pulkan data yang relevan, (c) menyajikan c. Pendekatan berorientasi pemakai informasi yang dihasilkan kepada (consumer - oriented approaches)

(2)

Pendekatan Evaluasi Program Berorientasi ... ... .... Sudi Harzuni d. Pendekatan berorentasi kepakaran

(expertise - oriented approaches) e. Pendekatan berorientasi ketidaksamaan

(adversary-eriented approaches) f. Pendekatan berorientasi naturalistik­

partisipan (naturalistic and participant­

oriented approaches)

Dati ke-enam pendekatan evaluasi berori­

entasi tersebut, dalam tulisan ini hanya dibabas pendekatan berorientasi tujuan.

2. Konsep Dasar dan Sejarah Perkem­

bangan

Pendekatan penilaian berorientasi tujuan (objective-oriented approach) berkem­

bang sejak diperkenalkan tabun 1930­

an, dimana penerapannya dalam dunia pendidikan dimulai dan sangat kental dipengaruhi pemikiran Tyler. Dalam perkembangan selanjutoya tradisi Tyler ini juga dikembangkan oleh beberapa ahli, seperti: Metfessel dan Michael (1967), Hammond (1973), dan Provus (1973).

Pada bagian berikut secara riogkas akan diuraikan pokok-pokok pikiran dati masing-masing ahli tersebut.

Tyler mendefinisikan penilaian pendi­

dikan sebagai suatu proses untuk menen­

tukan sejauhmana tujuan-tujuan pendidik­

an dati program sekolab atau kurikulum tercapai. Pendekatan penilaian yang di­

kemukakan Tyler ini meliputi langkah­

langkab sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan secara jelas

b. Mengklasifikasikan tujuan-tujuan terse­

but

c. Mendefinisikan tujuan-tujuan dalam istilab perilaku terukur

d. Temukan situasi dimana prestasi atau tujuan dapat diperlihatkan

e. Mengembangkan atau memilih teknik­

teknik pengukuran f. Mengumpulkan data

g. Membandingkan data kinerja dengan tujuan-tujuan yang dinyatakan

h. dalam perilaku terukur.

Langkah-Iangkab sebagaimana diuraikan di atas merupakan suatu siklus, artinya jika dati basil membandingkan data kiner­

ja dengan tujuan sudah diperoleh berupa kesenjangan-kesenjangan, maka perlu di­

lakukan perumusan/penentuan ulang tu­

juan program yang telab dievaluasi ter­

sebut.

Paradigma penilaian lain yang banyak dipengaruhi pemikiran Tyler adalab yang dikembangkan Metfessel dan Michael (1967). Kontribusi yang paling banyak dati pemikiran ini dalam eva­

luasi berorientasi tujuan adalab berkembangnya visi instrument alterna­

tive untuk pegumpulan data. Adapun proses penilaian yang dikembangkan pe­

mikiran ini meliputi langkah-Iangkah sebagai berikut:

a. melibatkan seluruh komunitas seko­

lab sebagai fasilitator dalam penilaian program,

b. memformulasikan tujuan yang spesifik dan kohesif,

c. menterjemahan tujuan yang spesifik tersebut kedalam format-format yang komunikatif dan dapat diaplikasikan untuk memfasilitasi pembelajaran di ling-kungan sekolab yang bersang­

kutan,

d. memilih atau mengkonstruksi instru­

. ment-instrumen yang akan digunakan dalam pengukuran untuk dapat me­

nyimpulkan efektifitas suatu program, e. melakukan observasi secara periodic

dengan menggunakan instrumen-ins­

trumen pengukuran perilaku yang valid (tes, skala, dU.),

f. menganalisis data menggunakan statistika yang tepat,

g. menginterpretasikan data dengan menggunakan standar tingkat kinerja yang diharapkan,

h. meyusun rekomendasi untuk imple­

mentasi, modifikasi, atau reVlSl tujuan-tujuan program selanjutoya Pemikiran lain yang termasuk pendekat­

an penilaian berorientasi tujuan adalab 301

(3)

paradigma penilaian Hammond's (1973).

Penilaian dalam pemikiran lD1 tidak hanya memusatkan perhatian pada tercapai tidaknya tujuan, tetapi juga melakukan kajian terhadap persoalan:

mengapa suatu inovasi gagal dan ino­

vasi lainnya sukses? Untuk mengi­

dentifikasi faktor-faIdor yang mem­

pengaruhi keberhasilan suatu program pendidikan, Hammond mengembangkan kubus tiga dimensi, yang terdiri dari : 1) dimensi pembelajaran, menggambarkan karakteristik aktifitas pendidikan yang akan dievaluasi, 2) dimensi kelembagaan, menggambarkan karakteristik individu atau kelompok yang terlibat dalam aktifitas pendidikan yang akan dievalu­

asi dan 3) dimensi tujuan, menggam­

barkan ranah tujuan aktifitas pendidikan yang akan dievaluasi. Kubus ini diguna­

kan untuk menggambarkan program pendidikan dan mengorganisasikan vari­

abel-variabel yang dievaluasi. Kubus ini dinamakan Hammond sebagai "Structure ofEvaluationD.

Pendekatan lain yang banyak dipe­

ngaruhi pemikiran Tyler dikembangkan Provus berdasarkan pada tugas-tugas evaluasi di sebuah sekolah umum di Pittsburgh, Pensylvania. Provus (1973) yang memandang penilaian sebagai proses pengelolaan informasi berke­

lanjutan yang dirancang memberi pela­

yanan sebagai the watchdog of program management dan the handmaiden of administration in the management of program development trough sound decision making. Menurut Provus, evaluasi adalah proses: 1) menyetujui berdasarkan standar (istilah lain yang digunakan secara bergantian dengan istilah tujuan), 2) menentukan apakah ada kesenjangan antara kinerja aspek­

aspek program dengan standar lcinerja yang ditetapkan; 3) menggunakan informasi tentang kesenjangan­

kesenjangan yang ditemukan sebagai bahan untuk meningkatkan mengelola,

atau mengakhiri program atau salah satu aspek dari program tersebut.

3. Pendekatan Evalaasi Berorientasi Taja­

an

Model Objective-Oriented Approach (pendekatan penilaian berorientasi tuju­

an) adalah pendekatan dalam melaku­

kan evaluasi program yang menitik beratkan pada penilaian ketercapaian tujuan. Karena itu, pandangan lD1

mensyaratkan, bahwa suatu program pendidikan hams menetapkan atau merumuskan tujuan-tujuan spesifiknya secara jelas. Terhadap tujuan-tujuan program yang sudah ditetapkan tersebutlah evaluasi program difokuskan. Tujuan program yang dimaksud bisa saja hanya tujuan dari sebuah program pembelajaran di kelas dalam satu mata pelajaran, atau juga tujuan program dalam pengertian yang lebih luas, misalnya tujuan program sekolah dalam satu tabun.

Pendekatan berorientasi tujuan ini pertama kali dikenalkan oleh Ralph Tyler tabun 40-50 an sebagai standar baru bagi evaluasi pendidikan. Sebelumnya untuk mengevaluasi bidang pendidikan dilakukan dengn tes yang menggunakan acuan kriteria. Tyler menggunakan metodologi yang lebih kompleks untuk menggabungkan hasil pencapaian siswa dengan basil belajar yang diinginkan.

Tyler merumuskan evaluasi basil belajar dari tujuan pembelajaran berdasarkan taksonomi tujuan pembelajaran yang dikembangkan oleh Bloom dan Krathwohl. Pendekatan ini kemudian diberi nama pendekatan/model Tyler, sesuai nama pengembangnya. Model Tyler ini kemudian banyak dipakai untuk mengevaluasi hasil atau program pendidikan. Cara pendekatan evaluasi berorientasi tujuan lD1 dapat juga digunakan untuk mengevaluasi program lain seperti program kesehatan.

(4)

Pendekatan Evaluasi Program Berorientasi... ... ....Sudi Harzuni

Dalam perkembangan lebih lanjut, modeVpendekatan berorientasi tujuan ini kemudian dikembangkan atau disempurnakan lagi oleh Metffessel dan Michael tahun 1967, oleh Provus 1973 dan juga oleh Hammond. Darl beberapa model pendekatan baru ini ciri utamanya tetap sarna yaitu, jika suatu kegiatan atau program sudah mempunyai tujuan yang hendak dicapai, maka evaluasinya berf"okus pada apakah tujuan itu telah dicapai.

4. Model Tyler

Evaluasi berorientasi program dari Tyler didesain untuk menggambarkan sejauh mana tujuan program telah dicapai. Tyler menggunakan kesenjangan antara apa yang diharapkan dan apa yang berhasil diamati untuk memberikan masukan terhadap kekurangan dari suatu program.

Pendekatan ini memfokuskan pada tujuan spesifik dari program dan sejauh mana prorgam ini telah berhasil mencapai tujuan tersebut.

Dalam bidang pendidikan, kegiatan yang bisa dievaluasi dengan pendekatan ini dapat saja se-simpel kegiatan harlan di kelas atau bahkan kegiatan kompleks yang melibatkan seluruh sekolah. Hasil yang diperoleh dari evaluasi ini nantinya dapat dipakai untuk merumuskan kembali tujuan dari kegiatan, mendefinisikan kembali kegiatanlprogram, prosedur penilaian dan perangkat yang digunakan untuk menilai

pencapaian tujuan.

Berikut ini langkah-Iangkah dari Tyler untuk menentukan sejauh mana tujuan programlkegiatan pendidikan telah dicapai:

a. Menetapkan tujuan umum,

b. Menggolongkan sasaran atau tujuan, c. Mendefinisikan tujuan dalam konteks

istilah perilaku,

d. Menentukan situasi dimana pencapaian tujuan dapat ditunjukkan,

e. Mengembangkan atau memilih tenik pengukuran,

f. Mengumpulkan data kinerja,

g. Membandingkan data kinerja dengan perilaku yang menggambarkan tujtian.

Setelah langkah terakhir selesai, kesenjangan antara kinerja dan tujuan yang diinginkan dapat diketahui.

Kemudian hasil ini digunakan untuk mengoreksi kekurangan program. Saat program koreksi berjalan, berikutnya siklus evaluasi ini bisa diulang kembali.

Pemikiran Tyler ini secara logis bisa diterima dan juga mudah dipakai oleh para praktisi evaluasi pendidikan. Dalam kegiatan belajar mengajar seorang gurulpraktisi pendidikan pasti akrab dengan tujuan umum dan tujuan khusus setiap kegiatan pendidikan. Tyler juga menggunakan pre-test dan post-test untuk digunakan sebagai salah satu teknik pengukuran.

a. Tyler juga mendeskripsikan 6 tujuan dari sekolah (khususnya sekolah di amerika),

b. Menguasai informasi,

c. Mengembangkan kebiasan kerja dan keteramilan belajar,

d. Mengembangkan cara berpikir yang efektif,

e. Menginternalisasikan sikap, minat, apresiasi dan kepekaan sosial, f. Menjaga kesehatan fisik,

g. Mengembangkan filsafat hidup.

Tyler menekankan perlu penyaringan tujuan umum sebelum menerimanya sebagai basis untuk mengevaluasi kegiatan. Dalam bidang pendidikan, cara menyaringnya dengan mengajukan pertanyaan yang bermakna mengenai filsafat, sosial dan pedagogis.

Sanders dan Cunningham 1975 juga menyarankan pentingnya metode logika dan empiris dalam mengevaluasai sasaran.

Metode logika mencakup: a) Memerlksa kekuataan dari argumen atau rasional dibalik masing-masing tujuan, b)

Memeriksa konsekuensi dari pencapaian sasaran atau tujuan, c) Mempertimbangkan 303

(5)

nilai-nilai hukum, kebijakan, moral dan kondisi ideal.

Sedangkan metode empiris mencakup: a) Mengumpulkan data untuk menggam­

barkan keputuan tentang nilai dari suatu tujuan atau sasaran, b) Mengatur diskusi dengan para ahli untuk mengavaluasi sasaran atau tujuan, c) Mempelajari catatan arisip, d) Melaksanakan pilot study untuk melihat pencapaian tujuan.

Model Tyler yang banyak digunakan sebagai evaluasi berorientasi tujuan ini telah mengilhami para ahli untuk mengembangkan model turunannya antara sbb:

a. Paradigma Evaluasi Metfessel dan Michael

Model ini lahir tabun 1967 di mana model ini banyak diilhami oleh tradisi pendekatan Tyler. Paradigma evaluasi ini menawarkan 8 langkah proses evaluasi, meliputi:

1) Melibatkan stakeholders sebagai fasilitator evaluasi program,

2) Memrumuskan model kohesi dai tujuan khusus dan sasaran,

3) Menerjemahkan tujuan khusus ke dalam bentuk yang komunikatif, 4) Memilih dan membuat instrumen, 5) Melaksanakan observasi pereiodik

menggunakan instrumen tes yang dipilih,

6) Menganalisa data menggunakan moetode yang sesuai,

7) Menginterpretasi data menggunakan standar level yang diinginkan,

8) Membuat rekomendasi untuk implementasi yang akan datang, modifikasi dan revisi tujuan umum dan tujuan khusus

b. Model Evaluasi Kesenjangan Provus Model ini dikembangkan oleh Malcolm Provus. Provus melihat evaluasi sebagai proses informasi manajemen yang berkesinambungan. Meskipun tampak seperti pendekatan berorientasi

manajemen tapi model ini lebih diilhami oleh tradisi evaluasi Tyler.

Provus melihat evaluasi sebagai proses berikut langkahnya:

1) Memilih standard (istilah lain dari tujuan),

2) Menentukan adanya kesenjangan antara jinerja dari program dan standar kinerja,

3) Menggunakan informasi kesen­

jangan untuk memutuskan program agar di tingkatkan, dipelihara atau dibatalkan.

Provus menamakan pendekatannya ini sebagai Model Evaluasi Kesenjangan (DEM- Discrepancy Evaluation Mo­

del). Provus juga menunjukkan bahwa selama program masih dikembang-kan ada 4-5 tabap perkerm-bangan

1) Definisi 2) Instalasi 3) Proses 4) Produk

5) Cost-benefit (optional) c. Kubus Evaluasi Hammond

Hammond mengembangkan konsep ini pada tabun 1973, yang menggambarkan bahwa tujuan program bisa dianalisa dengan menggunakan kerangka kerja 3 dimensi.

d. Model Logika

e. Teori Program dikembangkan oleh Chen

Model lain yang agak berbeda adalah goal-free evaluation, yaitu model evaluasi yang mencoba membebaskan diri dari tujuan yang "mengkung­

kungnya". Pendekatan ini didasari pemikiran bahwa kadang ada tujuan atau nilai penting yang temyata tidak ditetapkan pada awal dikembang­

kannya suatu program. Akan lebih baik jika model evaluasi bebas tujuan dan evaluasi berorientasi tujuan tn1

digunakan bersamaan untuk saling melengkapi, bukan untuk berdiri sendiri- sendiri.

(6)

Pendekatan Evaluasi Program Berorientasi ... ... .... Sudi Harzuni

s.

Kekuatan dan Kelemahan Pendekatan Evaluasi berorientasi Tujuan

Kekuatan utama dari pendekatan evaluasi berorientasi tujuan adalah kelugasannya.

Pendekatan ini mudah dimengerti, mudah diikuti, mudah diterapkan, dan juga mudah disetujui untuk diteliti oleh direktur program. Pendekatan ini telah menstimu­

lasi pengembangan teknik, prosedur pengukuran dan instrumen untuk berkem­

bang. Literatur mengenai pendekatan ini pun berlimpah, ide kreatif dan model­

model bam yang lahir dari pendekatan inipun banyak bermunculan. Dengan pendekatan ini pemilik program bisa melihat lebih jelas hasil pencapaian dati suatu program sehingga bisa menilai dan menimbang suatu program.

Namun walau pendekatan ini banyak berguna , ada beberapa kritik yang muncul mengenai pendekaan berorientasi tujuan ini, seperti yang diungkapkan oleh Fitzpatrick, Sanders dan Worthen sebagai berikut:

1) kurangnya komponen evaluasi yang riil, lebih menekankan mengukur tujuan pencapaian daripada keberhargaan tujuan itu sendiri

2) kekurangan standar untuk mempertimbangkan kesenjangan yang penting antara hasil observasi

denganlevelkine~a

3) mengabaikan nilai dati tujuan itu sendiri

4) mengabaikan alternatif penting dalam mempertimbangkan perencanaan program

5) melupakan konteks mengenai objek evaluasi dilaksanakan

6) mengabaikan hasil penting yang diperoleh yang tidak diungkapakan dalam tujuan

7) meninggalkan bukti informasi program yang tidak menggambarkan tujuan program

8) menghasilkan pendekatan yang linier dan kurang fleksibel

6. Kesimpulan

Dari bahasan pendekatan berorientasi tujuan dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. pengertian evaluasi sebagai proses pencarian, perolehan dan penyediaan informasi yang berguna bagi pertimbangan altematif-altematif ke­

putusan, yang meliputi tiga hal mendasar: yaitu: (1) evaluasi meru­

pakan suatu proses sistema tis yang berkelanjutan; (2) proses tersebut meliputi tiga langkah, yakni: (a) menyusun pertanyaan yang memerlukan jawaban dan informasi spesifik yang ingin diperoleh, (b) mengumpulkan data yang relevan, (c) menyajikan informasi yang dihasilkan kepada pengambil keputusan yang akan mempertim­

bangkan dan menginterpre-tasikannya berkaitan dengan altematif keputusan yang akan diambil; (3) evaluasi mendu­

klu1,g proses pembuatwn keputusan dengan menyediakan alternatif-altema­

tif yang terseleksi serta menindaklanjuti konsekuensi-konse-kuensinya.

b. Kekuatwn utama dari pendekatan evaluasi berorientasi tujuan adalah kelugasannya, sedangkan kelemah­

annya, serta mudah dimengerti, mudah diikuti, mudah diterapkan, dan juga mudah disetujui untuk diteliti oleh direktur program.

DAFI'AR PUSTAKA

Fitzpatrick, Jody L, Sanders, James R, Worthen, Blaine R, ,2004. Program Evaluation Alternative Approaches and Practical Guidelines, Pearson Education Sutikno, Muzayanah" 2010. Modul kuliah Evaluasi Program, Jakarta

Tayibnapis, Farida Y, 2008 . .Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, Rineka Cipta, Jakarta

305

Referensi

Dokumen terkait

Model ini dikembangkan oleh Tyler, merupakan model yang muncul paling awal. Yang menjadi obyek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah

Arikunto (2010:4) menjelaskan lagi bahwa evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat terealisasi Menurut Rahayu (2014:14)

berdasarkan kriteria, yaitu a) tujuan, sasaran, dan prinsip penggunaan telah ditetapkan secara jelas, b) latar belakang pendidikan dan tingkat sosial ekonomi

Proses Penggunaan SITB Dari hasil penginputan data kesehatan TB di Puskesmas Umbulharjo diketahui sudah sesuai dengan alur yang terdapat dalam buku panduan petunjuk tenis penggunaan