• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN HIDUP DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI KEMATIAN PADA LANSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN HIDUP DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI KEMATIAN PADA LANSIA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

0

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN HIDUP DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI KEMATIAN PADA LANSIA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Oleh :

ROCHMAD CATUR SAPUTRO F100140215

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

brought to you by CORE View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

provided by UMS Digital Library - Selamat datang di UMS Digital Library

(2)

i

(3)

ii

(4)

iii

(5)

1

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN HUDUP DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI KEMATIAN PADA LANSIA

Abstrak

Lansia merupakan tahap akhir dari sebuah kehidupan yang mana tahap ini merupakan tahap terakhir menuju kematian. Kematian adalah kenyataan yang tidak bisa ditolak dan kedatangannya tidak dapat di hindari dikarenakan kematian adalah takdir yang telah ditentukan oleh Allah. Namun ketidakpastian kapan kematian itu datang membuat lansia merasakan cemas untuk menhadapi peristiwa yang disebut dengan kematian karena sewaktu-waktu kematian dapat menghampirinya. Faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi kematian salah satunya yaitu kepuasan hidup karena lansia yang memiliki kepuasan terhadap hidupnya akan menganggap kematian itu adalah hal yang wajar dan harus dihadapi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara kepuasan hidup dengan kecemasan menghadapi kematian pada lansia. Sampel yang diambil 50 lansia dengan teknik pengambilan snow-ball sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian yaitu skala kepuasan hidup dan skala kecemasan menghadapi kematian. Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson. Berdasarkan hasil perhitungan teknik analisis product moment dari Pearson diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,500 dengan nilai signifikansi (p) = 0,000 (p < 0,01) artinya ada hubungan negatif pada kedua variabel yang cukup signifikan.

Kata kunci : kepuasan hidup, kecemasan menghadapi kematian, lansia Abstract

The elderly is the final stage of a life which is the last stage leading to death.

Death is a reality that can not be rejected and its arrival can not be avoided because death is a destiny that has been determined by Allah. But the uncertainty of when death comes to make the elderly feel anxious to face the event called death instantly at any time death can come to him. Factors that affect anxiety facing one of life death is the satisfaction of life because the elderly who have satisfaction with his life will consider the death is a natural thing and must be faced. The purpose of the study was to determine the relationship between life satisfaction with anxiety to face death in the elderly. Samples taken by 50 elderly with snow-ball sampling technique. Measuring tool used in the research is life satisfaction scale and anxiety scale facing death. Data analysis technique using product moment correlation technique from Pearson. Based on the result of calculation of product moment analysis technique from Pearson obtained correlation coefficient value (r) equal to -0,500 with significance value (p) = 0,000 (p <0,01) meaning there is negative relation on both variable which is significant.

Keywords : life satisfaction, anxiety of facing death, elderly

(6)

2 1. PENDAHULUAN

Kematian adalah kenyataan yang tidak bisa ditolak dan kedatangannya tidak dapat di hindari, takut terhadap kematian samahalnya dengan menyalahi fitrah dan akan mendatangka kesengsaraan. Datangnya ajal atau kematian tidak dapat dimajukan dan tidak bisa dimundurkan waktunya sesuai keinginan manusia, hanya seizing Allah kematian itu dapat terjadi.

Selama 50 tahun terakhir beberapa penelitian telah banyak dilakukan mengenai kecemasan akan kematian, namun tidak ada definisi yang tepat mengenai konsep ini. Salah satu definisi yang paling mendasar tentang kecemasan akan kematian adalah reaksi emosional yang terdiri dari perasaan subjektif yang tidak menyenangkan dan kekhawatiran timbul dari pemikiran tentang kematian.

(Ziapour, Dusti, & Asfajir, 2014).

Menurut Satiadarma dan Stiadji (2008) menyatakan perasaan cemas terhadap kematian lebih tinggi terdapat pada orang yang sakit dari pada orang yang sehat.

Orang yang divonis akan mati atau didiagnosis menderita penyakit kronis dalam kondisi parah akan mengalami ketidakseimbangan fisik, sosial, dan psikologis.

Lebih lanjut dijelaskan mengenai ketidakseimbangan kondisi fisik, seperti kondisi badan melemah, kekebalan tubuh menurun, ketergantungan pada obat dan peralatan medis.

Penurunan kondisi tubuh identik dengan orang-orang yang telah masuk pada usai lanjut yang mana lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan kearah penurunan, seperti menurunnya berbagai fungsi organ tubuh. Probematika yang harus dihadapi orang-orang yang lanjut usia sangat khas. Selain mengalami penurunan fisik, para lansia juga harus menghadapi masalah psikologis yaitu munculnya kecemasan dalam menghadapi kematian pada lanjut usia (Ermawati dan Sudarji, 2013).

Berdasarkan data dari Detik News (2010) Indonesia termasuk kedalam negara yang memiliki jumlah lanjut usia tertinggi nomor empat di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat, sedangkan Provinsi Jawa Tengah menempati urutan ke dua dengan jumlah lanjut usia tertinggi di Indonesia. Tingginya jumlah lanjut usia tersebut merupakan keberhasilan pemerintah pusat maupun masyrakat untuk

(7)

3

meningkatkan angka harapan hidup. Akan tetapi jumlah lanjut usia yang tinggi juga menyebabkan bebarapa permasalahan seperti kesehatan, ekonomi dan kepuasan hidup lanjut usia menjadi rendah sehingga beberapa lanjut usia tidak menikmati hari tua dan merasa menyesali hari tua yang dimiliki (Fitriyadewi dan Suarya, 2016).

Penyesalanan yang mucul di hari tua sering terjadi apabila kehidupan yang dijalaninya kurang bermakna. Makna dari suatu kehidupan merupakan hal-hal yang di anggap peting, berharga, diyakini kebenarannya serta memiliki nilai yang istimewa serta dapat dijadikan sebagai tujuan seseorang dalam menjalani hidup.

Individu yang meresapai dan menghayati perjalanan hidupnya benar-benar mengetahui untuk apa individu tersebut hidup dan bagaimana caranya menjalani hidup. Penghayatan dalam menjalani hidup memiliki makna yaitu suatu perjalanan yang mengantarkan individu pada kebahagiaan dan kepuasan hidup, artinya hanya dengan memenuhi makna-makna yang ditawarkan dari sebuah kehidupan maka penghayatan hidup bermakna tercapainya kebahagiaan dan kepuasan hidup (Bastaman, 2007).

Menurut Nisfiannor, Rostiana dan Puspasari (2004) Kepuasan hidup merupakan suatu kondisi yang meliputi kepuasan yang dirasakan oleh individu terhadap kehidupannya saat ini, dimana individu telah mencapai pada titik puas dari perjalanan hidup yang sudah dilaluinya, dititik individu merasakan kepuasan dalam hidup maka perasaan takut dan cemas terhadap kematian mulai memudar karena tujuan dalam hidup individu sudah tercapai atau sudah didapatkannya sehingga tidak memiliki penyesalan yang ingin diperbaiki dalam kehidupannya.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada dua lansia yang berinisia A dan B keduanya menyatakan bahwa mereka masih belum siap untuk menghadapi kematian kelak atau belum siap mati. Menurut subjek A mengatakan bahwa sebenarnya diri subjek merasa takut ketika mendengar berita tentang teman-temannya dulu mulai meninggal dunia sedangkan subjek ketika mendengar berita tersebut lalu mengingat beberapa dosa yang telah di perbuatnya dulu serta selalu berdoa meminta dipanjangkan umurnya untuk bertaubat. Sedangkan pada subjek B juga menyatakan bahwa subjek merasa khawatir ketika mati akan

(8)

4

membuat sedih seluruh keluarganya serta merasa takut pada siksa-siksa di alam kubur dan di neraka, karena merasa masih memiliki banyak dosa.

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan kecemasan menghadapi kematian adalah suatu gangguan perasaan yang ditandai perasaan ketakutan atau kekhawatiran terhadap datangnya kematian yang akan menghampiri setiap individu serta kepuasan hidup merupakan salah satu penyebab kecemasan kematian itu dapat muncul pada individu. Berdasarkan uraian diatas, maka muncul pertanyaan “Apakah ada hubungan antara kepuasan hidup dengan kecemasan menghadapi kematian pada lansia ?”.

2. METODE

Identifikasi variabel yaitu variabel bebas dalam penelitian adalah kepuasan hidup dan variabel tergantung adalah kecemasan menghadapi kematian. Metode yang digunakan yaitu survei dengan alat ukur yang digunakan berupa skala kepuasan hidup dan skala kecemasan menghadapi kematian.

Populasi dalam penelitian ini yaitu lansia yang berdomisili di Desa Butuh, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Jawa tengah dan mengambil sampel sebanyak 30 lansia untuk try out dan 50 lansia untuk dijadikan subjek penelitian.

Teknik pengambilan sampel menggunakan Snow-ball Sampling, yaitu teknik penentuan sampel dimana sampel diperoleh melalui proses bergulir dari satu responden ke responden yang lain dengan kriteria: berusia 60 tahun keatas, berpendidikan smp keatas dengan alasan supaya mampu membaca dan memahami skala yang diberikan, beragama Islam, berdomisili di Desa Butuh, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali. Alat ukur skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala kecemasan menghadapi kematian menggunakan Arabic Scale of Death Anxiety (ASDA) yang di buat oleh Abdel Khalek dan skala kepuasan hidup menggunakan Satisfaction with Life Scale (SWLS) yang dibuat oleh Diener. Alat ukur Arabic Scale of Death Anxiety (ASDA) berupa skala Likert yang mencangkup aspek ketakutan yang diprovokasi oleh rangsangan visual yang berkaitan dengan kematian, takut sakit fisik dan psikologis terkait kematian, takut pada situasi yang mengingatkan akan kematian, takut kejadian postmortem, takut dari tindakan sekarat dan Alat ukur Satisfaction with Life Scale (SWLS) berupa

(9)

5

skala Likert yang mencangkup aspek keinginan untuk mengubah kehidupan, kepuasan terhadap kehidupan saat ini, kepuasan hidup di masa lalu, kepuasan terhadap kehidupan di masa mendatang, penilaian orang lain terhadap kehidupan seseorang. Hasil perhitungan reliabilitas skala kecemasan menghadapi kematian dengan teknik koefisien Alpha Cronbanch’s diperoleh koefisien Alpha (α) sebesar 0,924 dengan 20 aitem, untuk hasil perhitungan reliabilitas kepuasan hidup dengan teknik koefisien Alpha Cronbanch’s diperoleh koefisien Alpha (α) sebesar 0,849 dengan 5 aitem. Teknik analisis data dalam penelitian menggunakan teknik analisis product moment.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil

Hubungan antara kepuasan hidup dengan kecemasan menghadapi kematian pada lansia. Berdasarkan hasil perhitungan teknik analisis product moment dari Pearson diketahui bahwa ada hubungan negatif yang cukup signifikan antara kepuasan hidup dengan kecemasan menghadapi kematian yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,500 dengan nilai Sig.

0,000 (p < 0,01) maka dapat dikatakan ada hubungan negatif yang cukup signifikan yang artinya Semakin tinggi kepuasan hidup maka semakin rendah kecemasan menghadapi kematian dan sebaliknya semakin rendah tingkat kepuasan hidup pada lansia maka semakin tinggi kecemasan menghadapi kematian pada lansia

Tingkat kecemasan menghadapi kematia pada lansia. Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel kecemasan menghadapi kematian mempunyai rerata empirik sebesar 68,48 dan rerata hipotetik sebesar 60 yang berarti kecemasan menghadapi kematian pada subjek penelitian yakni pada lansia tergolong sedang. Kondisi sedang ini dapat diinterpretasikan bahwa ada beberapa lansia yang masih khawatir terhadap kematiannya sendiri dan masih merasa takut untuk menghadapinya

Tingkat kepuasan hidup pada lansia. Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel kepuasan hidup mempunyai rerata empirik sebesar 22,86 dan rerata hipotetik sebesar 20 yang berati kepuasan hidup pada subjek penelitian yakni

(10)

6

pada lansia tergolong sedang. Kondisi sedang ini dapat diinterpretasikan bahwa sebagian lansia masih belum mencapai kepuasan dalam kehidupannya saait ini dan masih memiliki keinginan yang belum tercapai atau masih merasa memiliki kesalahan yang harus diperbaiki dimasa depan

Sumbangan efektif kepuasan hidup terhadap kecemasan menghadapi kematian dapat dilihat pada R² = 0,25 atau dapat dikatakan bahwa sumbangan efektif kepuasan hidup terhadap kecemasan menghadapi kematian lansia di Desa Butuh ialah sebesar 25%

3.2 Pembahasan

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan pendapat Papalia (2009) yang mengatakan kepuasan hidup dapat mempengaruhi kesiapan seseorang dalam menghadapi kematian. Perasaan puas itu akan menghilangkan kecemasan-kecemasan yang mungkin timbul dalam menjalani hidup (termasuk kecemasan terhadap kematian) karena individu tersebut merasa telah melakukan hal-hal terbaik yang bisa dilakukan dalam menjalani kehidupan.

Pendapat diatas juga didukung oleh Roshani (2012) yang menyatakan bahwa kepuasan hidup merupakan salah satu dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan menghadapi kematian individu dimana individu tersebut akan merasakan kecemasan menghadapi kematian yang rendah ketika memiliki kepuasan terhadap hidupnya, namun sebaliknya apabila individu memiliki kepuasan terhadap hidupnya yang rendah atau tidak puas terhadap kehidupannya yang telah dijalani maka kecemasan akan kematian akan meningkat, serta didukung oleh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Saeed dan Bokhrey (2016) yang menunjukkan bahwa kecemasan terhadap kematian yang tinggi dikaitkan dengan kepuasan hidup yang kurang.

Sumbangan efektif kepuasan hidup terhadap kecemasan menghadapi kematian dapat diketahui dengan melihat koefisien determinan, yaitu R² (R Squared). Nilai R² yang dicari dengan menggunakan perhitungan SPSS, menghasilkan angka R² = 0,25 atau dapat dikatakan bahwa sumbangan efektif kepuasan hidup terhadap kecemasan menghadapi kematian lansia di Desa

(11)

7

Butuh ialah sebesar 25% yang mana masih terdapat faktor lain selain kepuasan hidup yang mempengaruhi kecemasan menghadapi kematian yakni sebesar 75%. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan negatif yang cukup signifikan antara kepuasan hidup dengan kecemasan menghadapi kematian pada lansia di Desa Butuh. Sehingga kepuasan hidup dapat digunakan sebagai prediktor kecemasan menghadapi kematian.

4. PENUTUP

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan negatif yang cukup signifikan antara kepuasan hidup dengan kecemasan menghadapi kematian pada lansia. Artinya semkin semakin tinggi kepuasan hidup lansia maka semakin rendah kecemasan menghadapi kematian pada lansia. Kepuasan hidup subjek penelitian tergolong sedang. Kecemasan menghadapi kematian subjek penelitian tergolong sedang. Sumbangan efektif dari variabel minat kepuasan hidup dengan kecemasan menghadapi kematian sebesar 25%.

Saran yang diberikan peneliti bagi lansia hendaknya lebih menikmati kehidupan yang dijalanni saat ini. Adapun cara untuk menikmati kehidupan seperti jalan-jalan di sore hari, menonton televisi, melakukan hobi yang digemari supaya suasana hati lebih gembira dan bahagia serta rajin beribadah sebisa mungkin datang kemasjid/mushola serta berlatih bersyukur atas semua karunia Allah yang dibeikan kepada kita dengan bersyukur diharapkan dapat menumbuhkan pikiran positf terhadap kehidupan yang dijalani dan juga menambah ketaqwaan dengan cara beramal baik selain melakukan ibadah sholat sehingga lebih dekat kepada Allah dan supaya selalu dalam perlindungannya.

Saran peneliti bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga yang sudah memasuki usia lanjut, hendaknya anggota keluarga memberikan perhatian dan bantuan yang lebih kepada para lansia untuk mewujudkan kepuasan hidup lansia dengan memberikan motivasi dan pendampingan pada lansia misalanya meluangkan waktu untuk berbincang-bincang mengenai permasalahan yang

(12)

8

dialami oleh lansia baik mengenai perwujudan kepuasan hidupnya maupun tentang meminimalisir kecemasannya pada kematian.

Kepada jemaah pengajian lebih ditekankan pada bagaimana cara mendapatkan surga Allah, menjauhkan diri dari siksa kubur dan siksa api neraka sehinga kecemasan menghadapi kematian pada jema’ah dapat berkurang, maupun dengan memberikan cara bersyukur kepada Allah supaya jema’ah pengajian dapat merasakan nikmat yang diberikan sehingga dapat memicu meningkatnya kepuasan hidup pada jema’ah pengajian.

Serta bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan tema yang sama diharapkan dapat memperluas hasil ruang lingkup penelitian misalnya dengan memperluas populasi, atau menambahkan variabel-variabel lain dikarenakan masih terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecemasan menghadapi kematian selain kepuasan hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Bastaman, H. D. (2007). Logoterapi :Psikologi Untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Diener, E., Emmons, R. A., Larsen, R. J., & Griffin, S. (2013). The Satisfaction With Life Scale. Journal of Personality Assessment, 49(1).

Ermawati, & Sudarji, S. (2013). Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia.

6(1), 28-38.

Fitriyadewi, L. P., & Suarya , L. K. (2016). Peran Interaksi Sosial Terhadap Kepuasan Hidup Lansia. Jurnal Psikologi Udayana, 3(2).

Heidari, F., Amiri, A., & Amiri, Z. (2016). The Effect of Person-Centered Narrative Therapy on Happiness and Death Anxiety of Elderly People.

Abnorm Behav Psychol, 2(3), 2-5.

Here, S. V., & Priyanto, P. H. (2014). Subjective Well-Being Pada Remaja Ditinjau Dari Kesadaran Lingkungan. Psikodimensia, 13(1), 10-21.

Hidayat, K. (2013). Psikologi Kematian 2. Jakarta Selatan: Noura Books.

Hidayat, K. (2015). Psikologi Kematian. Jakarta Selatan: Noura Book.

Hurlock, E. B. (2009). Psikologi Perkembangan. jakarta: Erlangga.

Karim, A. (2015). Makna Kematian Dalam Perspektif Tasawuf. Esoterik, 1(1), 21-46.

(13)

9

Khalek, A. (2004). The Arabic Scale of Death Anxiety (ASDA): Its Development, Validation, and Result In Three Arab Countries. Death Studies, 28(1), 435-457.

Latha, K., Sahana, M., Mariella, D., Subbannayya, K., & Asha, K. (2013). Factors Related to Life satisfaction, Meaning of life, Religiosity and Death Anxiety in Health Care Staff and Students: A Cross Sectional Study from India. Online Journal of Health and Allied Sciences, 12(2), 1-7.

Nisfiannor, M., Rostiana, & Puspasari, T. (2004). Hubungan Antara Komitmen Beragama dan Subjective Well-Being Pada Remaja Akhir di Universitas Tarumanegara. jurnal psikologi, 2(1).

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development, edisi 10. Jakarta: Salemba Humanika.

Roshani, K. (2012). Relationship between Religious Beliefs and Liife Satisfaction with Death Anxiety in the Ederly. Annals of Biological Research, 3(9), 4400-4405.

Saeed, F., & Bokharey, I. Z. (2016). Gender Differences, Life Satisfaction, its Correlate and Death Anxiety in Retirement. Journal of Psychology and Clinical Psychiatry, 5(2), 2-7.

Satiadarma, M. P., & Stiadji, S. V. (2008). Dipetik Januari 12, 2018, dari http://www.psikologi-untar.com/psikologi/skripsi/tampil.php

Ziapour, S. S., Dusti, Y., & Asfajir, A. A. (2014). Correlation between Religious Orientation and Death Anxiety. Journal of Psychology & Behavioral Studies, 2(1), 20-29.

Referensi

Dokumen terkait

Idealnya, PAR dirancang oleh pimpinan perguruan tinggi sebagai bagian dari program pengembangan sumber daya manusia yang telah memperhatikan berbagai hal, termasuk

Kandungan COD yang tinggi dalam limbah cair industri Batik, disebabkan pada proses produksi Batik X menggunakan berbagai zat warna organik yang terbawa pada aliran

Dalam mengimplementasikan penerapan e-Government di kota Pekanbaru, Dinas Komunikasi Informatika Statistika dan Persandian Kota Pekanbaru mengalami beberapa

(2010), “Corporate social responsibility disclosure and its relation on institutional ownership: Evidence from public listed companies in Malaysia”, Managerial Auditing Journal

Kekurangan sistem lama : waktu penyetrikaan tidak efisien karena menyetrika satu pakaian dibutuhkan waktu yang lama yaitu 1 menit 30 detik bahkan bisa lebih lama dari itu. Hal

Dari hasil simulasi dan eksperimen ditunjukkan bahwa dengan fungsi keanggotaan, kaidah fuzzy dan skala yang sama, pengendali fuzzy adaptif bertipe-.. 2 interval memiliki

Behan yang bekerja pada struktur adalah beban gelombang dan payload.. Perhitungan be ban gel om bang menggunakan persamaan

Anggota: Aspar Nur Aini Cahyo Sumirat Rizki Wulandari Komang Ayu Kumara Fajar Islakh Hayadi Moh Masykur Mubarok. Abdillah Khamdana