• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi guru Pendidikan Agama Kristen Dalam Mempersiapkan Peserta Didik Menghadapi Ujian Semester

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Strategi guru Pendidikan Agama Kristen Dalam Mempersiapkan Peserta Didik Menghadapi Ujian Semester"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Copyright© 2022; Harati: Jurnal Pendidikan Kristen Received: 04 April 2022/ Accepted: 29 April 2022/ Published: 30 April 2022

Strategi guru Pendidikan Agama Kristen Dalam Mempersiapkan Peserta Didik Menghadapi Ujian Semester

Ventje Andri Politon

Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya adriventjepoliton@gmail.com

Abstract:

This paper aims to outline the strategies of Christian Religious Education teachers in the preparation of student semester exams. The approach used in this paper is with a literature study. The results of the discussion of this paper reveal that the strategy of Christian Education teachers in the preparation of semester exams in students, namely Christian Education teachers have a good work ethic, understand the nature of semester exam preparation well, and provide the right stages of exam preparation for students. The work ethic of Christian Education teachers and a good understanding of the nature of semester exam preparation are very important to note. The lack of work ethic and the lack of understanding of Christian Education teachers about the preparation of student examinations will affect the readiness of students in facing semester exams. Likewise with the stages of the preparation of the semester exam. Teachers of Christian Religious Education need to understand each stage of preparation for the exam. Work ethic, understanding, and implementation of good semester exam preparation is a strategy of Christian Education teachers in improving student learning outcomes.

Keywords: teacher; Christian religious education; semester exam preparation; student Abstrak:

Tulisan ini bertujuan untuk menguraikan strategi guru Pendidikan Agama Kristen dalam persiapan ujian semester siswa. Pendekatan yang digunakan dalam tulisan ini ialah dengan kajian pustaka. Hasil pembahasan dari tulisan ini mengungkapkan bahwa strategi guru Pendidikan Agama Kristen dalam persiapan ujian semester pada siswa yaitu guru Pendidikan Agama Kristen memiliki etos kerja yang baik, memahami hakikat persiapan ujian semester dengan baik, serta memberikan tahapan-tahapan persiapan ujian yang tepat pada siswa. Etos kerja guru Pendidikan Agama Kristen dan pemahaman yang baik akan hakikat persiapan ujian semester sangat penting untuk diperhatikan. Kurangnya etos kerja dan kekurangpahaman guru Pendidikan Agama Kristen tentang persiapan ujian siswa akan mempengaruhi kesiapan siswa dalam menghadapi ujian semester. Demikian halnya dengan tahapan pelaksanaan persiapan ujian semester. Guru Pendidikan Agama Kristen perlu memahami setiap tahapan persiapan ujian tersebut. Etos kerja, pemahaman, dan pelaksanaan persiapan ujian semester yang baik merupakan strategi guru Pendidikan Agama Kristen dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: guru; pendidikan agama Kristen; persiapan ujian semester; siswa

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kristen Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

(2)

Copyright© 2022; Harati: Jurnal Pendidikan Kristen

Pendahuluan

Kegiatan ujian semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah untuk mengealuasi hasil belajar siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran.

Menurut Saiful Bahri Djamarah, ujian semester merupakan suatu kegiatan yang mutlak dilaksanakan dalam rangka mengukur penguasaan materi yang telah diberikan dalam jangka waktu tertentu.1 Oleh karena itu, siswa perlu mempersiapkan diri secara baik untuk menghadapi kegiatan ujian tersebut. Persiapan untuk menghadapi ujian ini sering kali menjadi suatu kesulitan bagi para siswa.

Berdasarkan hal tersebut, maka sebagai seorang guru yag bertanggung jawab dalam mengelola kegiatan pembelajaran di kelas perlu melakukan berbagai strategi sebagai upaya untuk mempersiapkan para siswa dalam mengikuti kegiatan semester tersebut. Siswa sebagai subjek yang belajar sudah seharusnya merasa bahwa mempesiapkan diri dalam menghadapi ujian semester. Alasannya adalah jika siswa mempersiapkan diri secara baik untuk mengikuti ujian atau semester. Banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh siswa atau pelajar menjelang ujian atau semester.

Mereka tidak bisa bersantai-santai dengan mengharapkan memperoleh nilai sangat memuasakan. Harus ada usaha giat untuk mencapainya. Jangan mengharapkan memperoleh nilai yang sangat memuaskan bila hanya dapat berucap semuanya gampang dan akan ada hasil yang baik. Oleh karena itu, mempersiapkan diri merupakan taktik dalam menghadapi ujian atau semester.

Kalau begitu, persiapan-persiapan apa saja yang harus dilakukan untuk menghadapi ujian atau semester. Setiap siswa berbeda dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian. Ada yang secara serius mempersiapkan diri dengan belajar tekun dari berbagai materi yang diperolehnya melalui kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru di kelas. Namun ada juga yang masih santai dengan kegiatan ujian atau semester, sehingga ini berdampak pada pencapaian hasil belajar yang tidak mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal.

Dalam menghadapi ujian semester sebagai seorang siswa perlu mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan ujian. Persiapan tersebut meliputi:2 pertama, membaca ulang baik catatan pelajaran maupun rangkuman- rangkuman. Kedua, memperbaiki catatan, menyempurnakan dan memberi garis bawahi atau tanda-tanda lainnya. Ketiga, membuat ikhtisar atau yang lebih praktis yang mudah untuk diingat. Keempat, organisasikanlah bahan-bahan pelajaran tersebut yaitu susunlah dalam pikiran atau catatan yang telah dibaca tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa sebenarnya kegiatan yang perlu dilakukan oleh seorang siswa dalam menghadapi ujian atau semester harus dilakukan dengan penuh bertanggung jawab. Kegiatan ujian merupakan

1 Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 10.

2 Ibid., 11.

(3)

Copyright© 2022; Harati: Jurnal Pendidikan Kristen

kegiatan yang dilakukan oleh sekolah untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa selama beberapa kali tatap muka atau selama satu semester sehingga dapat mengetahui perkembangan belajar siswanya. Oleh karena itu, persiapan-persiapan untuk mengikuti ujian atau semester sudah tentu harus dilakukan oleh guru dan siswa.

Terkait persiapan siswa dalam menghadapi ujian semester, terdapat beberapa penelitian terdahulu. Misalnya penelitian Rumbay Sella Pravita dan Djumali yang menyoroti ketidaksiapan siswa dalam menghadapi ujian semester. Penelitian mereka mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa belum siap untuk aspek pengetahuan dalam melaksanakan ujian tengah semester karena siswa hanya siap jika ujian diberitahukan terlebih dahulu dan tidak siap jika materi tidak komprehensif dan ketika ujian tidak sesuai dengan apa yang dipelajari siswa.3 Kemudian penelitian Engla Febrina yang menyoroti faktor persiapan siswa dalam menghadapi ujian semester. Penelitian ini menyatakan bahwa ketika siswa menghadapi Ujian Akhir Semester banyak yang harus dipersiapkan oleh siswa mulai dari menjaga kesehatan badan seperti menjaga kondisi badan untuk mampu berkonsentrasi dalam belajar secara efisien, persiapan kesehatan mental yang baik seperti belajar penuh disiplin dan bertanggung jawab, belajar dan mengulang pelajaran.4 Berdasarkan kedua hasil penelitian tersebut, penelitian ini lebih menyoroti strategi guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) dalam mempersiapkan siswa dalam menghadapi ujian semester.

Permasalahan penelitian ini yaitu guru PAK belum sepenuhnya menaruh perhatian pada siswa, terutama dalam membina siswa dalam menghadapi ujian semester. Masalah berikutnya ialah kekurangsiapan siswa dalam menghadapi ujian semester. Masih ada siswa yang menghadapi ujian semester dengan santai. Kemudian ada juga siswa yang mempersiapkan diri tetapi tidak maksimal. Tidak semua siswa melakukan persiapan-persiapan sebagaimana yang telah diuraikan di atas.

Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana strategi guru PAK dalam mempersiapkan siswa untuk mengikuti ujian semester? Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis strategi guru PAK dalam mempersiapkan siswa untuk mengikuti ujian semester.

Metode

Metode penelitian ini menggunkaan pendekatan studi pustaka. Melalui sumber-sumber referensi seperti buku-buku, artikel jurnal, dan sumber ilmiah lainnya yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini. Tahap pertama peneliti akan

3 Rumbay Sella Pravita and Djumali, “Kesiapan Siswa Kelas XI Dalam Menghadapi Ujian Tengah Semester Mata Pelajaran Ekonomi Akuntansi Di SMA Negeri 3 Sukoharjo Tahun Ajaran 2018/2019” (Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2019).

4 Engla Febrina, “Persiapan Siswa Dalam Menghadapi Ujian Akhir Semester Dan Implikasinya Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling” (Universitas Negeri Padang, 2020).

(4)

Copyright© 2022; Harati: Jurnal Pendidikan Kristen

mengulas konsep strategi guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) dalam mengajar.

Tahap kedua, peneliti menjelaskan hakikat dari persiapan ujian semester. Kemudian peneliti melakukan pembahasan dan analisis terhadap strategi guru mengajar dan strategi mempersiapkan siswa dalam menghadapi ujian. Hasil analisis tersebut menjadi kesimpulan dalam penelitian ini.

Hasil dan Pembahasan Strategi Guru Mengajar

Strategi belajar mengajar guru dengan siswa agar guru dapat mencapai tujuan yang pasti yang diwujudkan sesuai dengan harapan setiap guru. Hal ini, bahwa strategi yang dipakai oleh guru Pendidikan Agama Kristen adalah untuk menghindari kesulitan-kesulitan yang dialami dalam proses pembelajaran. Djamarah menyatakan bahwa ada tiga hal yang perlu diketahui oleh guru terhadap siswa didalam memahami setiap mata pelajaran, yaitu: aspek intelektual, psikologi, dan biologis.5 Dari tiga aspek ini sulit bagi seorang guru untuk mengolah kelas karena permasalahan yang berfariasi. Secara intelek siswa memahami pelajaran secara tuntas yaitu siswa benar-benar mengetahui apa yang disampaikan oleh guru. Akan tetapi, secara kejiwaan atau psikologis terkadang siswa terganggu pikiran atau konsentrasi karena siswa mengalami faktor lainnya misalnya keluarga, lingkungan, dan lain-lain sehingga akan berdampak pada pembelajaran yang berlangsung. Secara khusus juga bahwa guru mengalami suatu tantangan dalam mengajar.

Pendekatan Pemberdayaan Guru PAK

Upaya-upaya pemberdayaan guru PAK secara umum dapat dilakukan dengan mempertimbangkan tiga tahapan berikut. Tahapan tersebut adalah:6 pertama, menyadarkan, yaitu memberikan pemahaman atau pengertian bahwa yang bersangkutan mempunyai hak yang sama dalam melakukan perubahan organisasi.

Kedua, memampukan (capacity building), yaitu yang bersangkutan diberi daya atau kemampuan agar dapat diberikan “kekuasaan.” Pemberian kemampuan umumnya dilakukan dengan pelatihan atau workshop. Ketiga, memberikan daya (empowerment), yaitu yang bersangkutan diberikan daya kekuasaan, otoritas, atau peluang sesuai dengan kecakapan yang dimiliki dengan merujuk pada assessment atau kebutuhan.

Ketiga tahapan pemberdayaan ini penting untuk diperhatikan oleh guru PAK dalam mempersiapkan siswa dalam menghadapi ujian semester.

5 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) 1.

6 Nurul Ulfatin and Teguh Triwiyanto, Manajemen Sumber Daya Manusia Bidang Pendidikan (Jakarta: Rajawali Press, 2016), 91.

(5)

Copyright© 2022; Harati: Jurnal Pendidikan Kristen

Kegiatan Ujian Semester dan Persiapan Siswa

Peraturan Pemerintahan No. 19 Tahun 2005 Pasal 63 ayat 1 menyatakan penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Pasal 64 ayat 1 menyatakan penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Selanjutnya, Pasal 64 ayat 2 menyatakan penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk menilai pencapaian kimpetensi peserta didik, bahan penusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Pasal 65 ayat 1 menyatakan bahwa penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran. Pasal 66 ayat 1 menyatakan penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional.

Definisi Ujian Semester

Menurut Bernadette Tynan, ujian merupakan cara terbatas untuk mengukur kemampuan seseorang.7 Lebih lanjut pelaksanaan ujian dimaksudkan untuk mengukur pengetahuan seseorang atau peserta didik. Ujian juga dijadikan sebagai alat evaluasi untuk menilai berapa jauh pengetahuan sudah dikuasai dan ketrampilan yang sudah diperoleh. Ujian dapat mendorong seseorang dalam kegiatan pembelajaran untuk menambah pengetahuannya demi pengembangan wawasan keilmuan. Ujian yang diberikan guru kepada siswa pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran maupun pada ujian semester. Ujian ini bertujuan untuk menilai pencapaian kemampuan dengan standar lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu contoh ujian yang diberlakukan untuk mengukur kemampuan diri siswa adalah melaksanakan ujian harian dan ujian semester di sekolah. Salah satu bentuk ujian yang dapat menguji kemampuan diri seseorang yang diberlakukan di Indonesia selain ujian nasional terdapat pula ujian psikologi yang bertujuan salah satunya untuk mengetahui potensi secara mendasar diri seseorang.

Lebih lanjut menurut Sugiyono, ujian adalah kegiatan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan siswa. Dalam konteks akademis atau profesional, (ujian pendek) adalah tes yang bertujuan untuk menentukan kemampuan seorang

7 Bernadette Tynan, Melatih Anak Berpikir Seperti Jenius (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), 29-30.

(6)

Copyright© 2022; Harati: Jurnal Pendidikan Kristen

peserta didik.8 Biasanya ujian tes tertulis, walaupun beberapa mungkin praktis atau komponen praktis dan sangat bervaariasi dalam struktur, isi dan kesulitan tergantung pada subjek, kelompok usia orang yang diuji dan profesi. Seseorang yang melewati ujian menerima ijazah, sebuah surat izin mengemudi atau profesional, tergantung pada tujuan pemeriksaan. Pemeriksaan kompetitif adalah ujian dimana pelamar bersaing untuk sejumlah posisi, sebagai lawan hanya harus mencapai tingkat tertentu untuk lulus.

Persiapan Siswa Dalam Menghadapi Ujian Semester

Sebagai seoeraang siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah, sudah barang tentu tidak dapat melepaskan diri dari kegiatan ujian mata pelajaran.

Menghadapi ujian mata pelajaran sebagai siswa perlu melakukan aktivitas belajar untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti ujian. Ujian yang merupakan salah satu kegiatan evaluasi hasil belajar siswa tidak dapat dilakukan dengan baik jika tidak dilakukan persiapan-persiapan dari pihak siswa mauun guru mata pelajaran.

Persiapan belajar siswa dengan tujuan untuk menerima,memahami dan menguasai bahan pelajaran yang disajikan sesuai sengan kurikulum yang telah ditetapkan, dan menilai perubahan sikap dan ketrmpilannya.

Djamarah menjelaskan ada tiga tahapan persiapan yang perlu dilakukan oleh siswa atau pelajar sebelum ujian. Ketiga tahapan tersebut, yaitu:9 pertama, sehari terakhir: a) Jangan bepergian jauh atau darmawisata karena akan melelahkan otot. b) Jangan belajar keras seharian menjelang ujian karena akan membosankan. c) Pada pagi hari belajar sedikit saja. d) Jangan berbincang-bincang tetang ujian dengan kawan satu tingkat karena dapat menimbulkan hal-hal yaang kurang menyenangkan. Kedua, tahap malam terakhir, ada dua hal pokok yang harus dilakukan yaitu: a) Tidur seperti hari-hari biasa (jangan terlambat tidur atau terlalu cepat tidur). b) Sebelum tidur malam sebaiknya mempersiapkan alat-alat yang diperlukaan untuk ujian, termasuk alat tulis dan lain-lain. Ketiha, tahapan hari terakhir, ada empat hal yang harus dilakukan yaitu: a) Sebelum berangkat, makan dengan makanan dan minuman secukupnya. b) Periksa kembali alat keperluan ujian yang telah dipersiapkan pada malam hari supaya tidak ada yang tertinggal. c) Usahakan tiba di tempat tujuan ¼ jam sebelum ujian. d) Jangan gugup menghadap ujian. Supaya dapat melengkapi semua persiapan tersebut, sebagai seorang siswa membaca kembali, memperbaiki catatan, membuat ikhtisar, dan menyusun pengtahuan yang lengkap.

8 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi (Bandung: Alfabeta, 2010), 71.

9 Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, 111.

(7)

Copyright© 2022; Harati: Jurnal Pendidikan Kristen

Belajar dan Unsur-Unsurnya Pengertian Belajar Secara Umum

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.10 Sedangkan menurut Djamarah, belajar adalah suatu kegiatan yang memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan.11 Didukung oleh Asra dan Sumiati, belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan.12 Dengan kata lain, perubahan perilaku adalah hasil belajar. Dengan demikian, belajar merupakan tindakan atau aktivitas yang kompleks yang dilakukan oleh seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya baik fisik maupun non fisik guna memperoleh pengetahuan baru demi pengembangan potensi yang dimilikinya. Aktivitas tersebut bermanfaat dan menjadi penopang bagi pengembangan diri.

Belajar juga mengandung makna bahwa seseorang mengalami perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan sebagainya yang dimiliki seseorang dari interaksinya dengan lingkungan. Semua perubahan perilaku sebagaimana digabarkan di atas merupakan hasil belajar. Berbagai ahli mengemukakan pendapatnya mengenai belajar sehingga menimbulkan berbagai perbedaan pemahaman. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi. Belajar juga dapat diartikan sebagai aktivitas mental atau (psikis) yang terjadi karena adanya interaksi aktif antara individu dengan lingkungannyayang menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat relatif tetap dalam aspek-aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Perubahan tersebut dapat berubah sesuatu yang sama sekali baru atau penyempurnaan bagi peningkatan dari hasil belajar yang telah diperoleh sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pengertian atau definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subjek itu mengalami atau melakukannya. Jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikina, terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang individu dapat dijelaskan dengan rumus anatara individu dan lingkungan.

10 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 2.

11 Ibid., 10.

12 Asra and Sumiati, Metode Pembelajaran Pendekatan Individual (Bandung: Kencana, 2007), 238.

(8)

Copyright© 2022; Harati: Jurnal Pendidikan Kristen

Tujuan Belajar

Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukan bahwa siswa elah melakukan tugas belajar, yang umunya meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapakan tercapai oleh siswa. Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang dihrapakan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar. Tujuan belajar terdiri dari tiga komponen yaitu:

tingkah laku terminal, kondisi-kondisi tes, standar periaku. Tingkah laku terminal adalah komponen tujuan belajar yang menentukan tingkah laku siswa setelah belajar.

Tingkah laku itu merupakan bagian tujuan yang menunjukan pada hasil yang diharapkan dalam belajar. Kondisi-kondisi tes, komponen ini menentukan situasi dimana siswa dituntut untuk mempertunjukan tingkah laku terminal. Kondisi- kondisi tersebut perlu disiapkan oleh guru, karena sering terjadi ulangan/ujian yang diberikan oleh guru tidak sesuai dengan materi pelajaan yang telah diberikan sebelumnya.

Ada tiga kondisi yang dapat mempengaruhi perilaku saat tes. Kondisi tersebut yaitu: pertama, alat dan sumber yang harus digunakan oleh siswa dalam upaya mempersiapkan diri untuk menempuh suatu tes misalnya buku sumber. Kedua, tantangan yang disediakan terhadap siswa, misalnya pembatasan waktu untuk mengerjakan tes. Ketiga, cara menyajikan informasi, misalnya dengan tulisan atau dengan rekaman dll. Tujuan-tujuan belajar yang lengkap seharusnya memuat kondisi- kondisi dimana perilaku akan diuji. Ukuran-ukuran perilaku, komponen ini merupakan suatu pernyataan tentang ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa. Suatu ukuran menentuka tingkat minimal perilaku yang dapat diterima sebagai bukti bahwa siswa telah mencapai tujuan, misalnya: siswa telah dapat memecah suatu masalah dalam waktu 10 menit. Ukuran- ukuran perilaku tersebut dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang harus dikerjakan sebagai lambang tertentu, atau ketepatan tingkah laku, atau jumlah kesalahan, kedapatan melakukan tindakan, atau kesesuainya dengan teori tertentu.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Rusman ada beberapa bagian. Bagian tersebut antara lain meliputi dua faktor yaitu:13 faktor internal dan faktor eksernal. Pertama, faktor internal, seperti: (a) Faktor fisiologis, seperti ksehatan yang baik, tidak lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya.

Hal ini dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima pelajaran. (b) Faktor psikologis, setiap individu dalam hal ini peserta didik pada dasarna memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentnya hal ini turut mempengaruhi hasil belajar

13 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 124.

(9)

Copyright© 2022; Harati: Jurnal Pendidikan Kristen

belajarnya yang meliputi perhatian, minat, bakat, motivasi, kognitif, dan daya nalar peserta didik.

Kedua, faktor eksternal, meliputi: (a) Faktor sosial antara lain: lingkungan keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarg yang berupa cara orang tua mendidik, relasi anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar beakang kebudayaan. Kemudian, lingkungan sekolah, yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi antara sesama siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, wajktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

Selanjutnya, lingkungan masyarakat, merupakan faktor ekstern yang juga berengaruh terhadap sikap dan reaksi individu dalam aktivitas belajarnya, sebab individu yang belajar akan berinteraksi dengan lingkungan. (b) Faktor budaya, seperti: adat-istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. (c) Faktor lingkungan fisik, seperti:

fasilitas rumah dan fasilitas belajar. (d) Faktor lingkungan spiritual (keamanan), faktor ini saling mendukung dan mempengaruhi aktivitas oleh siswa pada saat proses belajar mengajar untuk mencapai hasil belajar. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal dalam kegiatan belajar mengajar perlu ditekankan adanya aktivitas siswa yang baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosiona.

Seorang dapat dikatakan telah berhasil, jika ia mampu menunjukan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan hasil belajardapat ditingkatkan melalui usaha belajar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu: domain kognitif atau kemampuan berpikir, domain afektif atas sikap, dan domain psikomotorik atau ketrampilan.

Berdasarkan konsepsi di atas, pengertian hasil belajar dapat disimpulkan sebagai perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.

Pendidikan Agama Kristen

Pendidikan Agama Kristen diartikan sebagai usaha sadar, terstruktur (sistematis) yang bertujuan memberi perubahan kepada anak dalam kemampuan berpikir (pengetahuan), kemampuan sikap dan ketrampilannya yang didasarkan pada nilai-nilai Kristiani.14 Keseluruhan nilai tersebut bersumber dari Alkitab.

14 Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen (Bandung: Jurnal Info Media, 2009).

(10)

Copyright© 2022; Harati: Jurnal Pendidikan Kristen

Pendidikan Agama Kristen menolong anak-anak sehingga setelah tamat sekolah, mampu hidup baik dalam masyarakat. Jadi, pendidikan Kristen atau Pendidikan Agama Kristen di Keluarga, Gereja dan Sekolah Formal (Swasta dan Negeri) adalah pendidikan yang didasarkan pada upaya ilahi (Tindakan Allah Tritunggal) yang mengajar melalui atau mengajar langsung kepada anak didik (dari berbagai tingkat usia) agar mengalami perubahan hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya. Allah adalah pendidik utama dan pertama yang dapat mengajar umat-Nya melalui firman- Nya yang tertulis, tetapi Allah Tritunggal juga dapat mengajar melalui para orang tua Kristen, dan para guru di sekolah. Oleh sebab itu, maka siapa pun yang terlibat dalam mengajar dan mendidik secara Iman Kristen berarti bersedia memberi dirinya agar Allah Tritunggal mengajar anak didik melalui guru agama di sekolah.

Pendidikan adalah perantara antara tindakan ilahi kepada peserta didik dari berbagai tingkat usia (anak, remaja, pemuda, dewasa, dan lanjut usia). Bila kita terlibat dalam pendidikan dan pengajaran di sekolah maka kitta harus memahami bahwa Allah Tritunggal mengajar melalui kita kepada peserta didik agar peserta didik mengalami perubahan kognitif, afektif dan psikomotorik yang sesuai dengan firman- Nya dalam Alkitab. Pendidikan sebagaimana yang dimaksud diatas berlangsung di keluarga, gereja dan sekolah.

Enklaar dan Homrighausen mengungkapkan bahwa Pendidikan Agama Kristen berpangkal pada persekutuan umat Tuhan.15 Dalam Perjanjian Lama, pada hakekatnya dasar-dasar terdapat pada sejarah suci purbakala, bahwa Pendidikan Agama Kristen itu mulai sejak terpanggilnya Abraham menjadi nenek moyang umat pilihan Tuhan, bahkan bertumpu pada Allah sendiri karena Allah menjadi peserta didik baagi umat-Nya. Menurut Werner C. Graedorf, Pendidikan Agama Kristen adalah proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan bergantung kepada Roh Kudus, yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan melalui pengjaran masa kini ke arah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah.16 Kemudian melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan, dan melengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus Sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan para murid.

Pengertian Pendidikan Agama Kristen adalah kegiatan politis bersama pada peziarah dalam waktu yang secara sengaja bersama mereka memberi perhatian pada kegiatan Allah di masa kini. Pada cerita komunitas Iman Kristen, dan visi kerajaan Allah benih-benih yang hadir di antara kita.

15 E. G. dan I. H. Enklaar Homrighausen, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014).

16 Werner C. Graendorf, Introduction to Biblical Christian Education (Chicago: Moody Press, 1981).

(11)

Copyright© 2022; Harati: Jurnal Pendidikan Kristen

Tujuan dan Fungsi PAK

Mata pelajaran PAK di Sekolah memiliki tujuan sebagai berikut: pertama, memperkenalkan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus dan karya-karya-Nya agar peserta didik bertumbuh Iman percayanya dan meneladani Allah Tritunggal dalam hidupnya. Kedua, menanamkan pemahaman tentang Allah dan krya-Nya kepada peserta didik, sehingga mampu memahami dan menghayatinya. Ketiga, menghasilkan manusia Indonesia yang mampu menghayati imannya secara bertanggung jawab serta berakhlak mulia di tengah masyarakat yang pluralistik.

Sementara fungsi dari PAK adalah: pertama, memampukan peserta didik memahami Kasih dan Karya Allah dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, membantu peserta didik mentransformasikan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan sehari-hari.

Ruang Lingkup PAK

Ruang lingkup PAK meliputi aspek-aspek sebagai berikut: Allah Tritunggal (Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus) dan karya-Nya nilai kristiani. Pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas peserta didik diperkenalkan pada hakikat Allah dan perspektif hubungan-Nya dengan manusia. Allah tidak berkarya didalam ruang kosong, tetapi berkomunikasi dengan manusia. Allah membina relasi dengan manusia melalui karya-Nya.

Karakteristik Siswa

Siswa memiliki keragaman kecakapan maupun kepribadian yang berbeda- beda.17 Kecakapan yang dimiliki masing-masing siswa meliputi kecakapan potensial yang memungkinkan untuk dikembangkan, seperti bakat dan kecerdasan, maupun kecakapan yang diperoleh dari hasil belajar. Pendapat tersebut diatas dipertegas oleh Djamarah bahwa peserta didik atau siswa memiliki tiga karakteristik umum, yakni:18 pertama, belum memiliki pribadi dewasa dan susila sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik (guru). Kedua, masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedwasaannya, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik. Ketiga, memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan bicara, anggota tubuh untuk bekerja (kaki, tangan, jari), latar belakang sosial, latar belakang biologis (warna kulit, bentuuk tubuh dan lainnya) serta perbedaan individual.

Berdasarkan tiga karakteristik yang dimiliki oleh siswa yang telah dikemukakan diatas, maka menurut penulis hal-hal ini yang menjadi salah satu faktor penyebab adanya kesulitan belajar membaca siswa. Supaya mencapai tingkat kematangan dari aspek-aspek yang dimiliki siswa, maka seorang siswa perlu

17 Asra and Sumiati, Metode Pembelajaran Pendekatan Individual.

18 Djamarah, Strategi Belajar Mengajar.

(12)

Copyright© 2022; Harati: Jurnal Pendidikan Kristen

melakukan aktivitas belajar. Lebih lanjut Ahmadi dan Supriyon mengemukakan bahwa setiap individu dalam proses belajar mengajar mempunyai hasil yang berbeda.19 Pencapaian hasil yang berbeda ini dipengaruhi oleh adanya perbedaan individual. Atas dasar ini perlu adanya pelayanan yang bersifat individual dalam proses belajar mengajar. Selanjutnya dalam pembelajaran juga guru perlu menggunakan berbagai pendekatan dengan dasar pikir bahwa ila siswa mendapat kesempatan, belajar sesuai dengan pribadinya, dapat diharapkan mencapai prestasi belajar yang optimal sesuai dengan kemampuannya.

Baharuddin dan Wahyuni menguraikan tentang teori belajar humanisme dan humanistik memandang proses belajar bukanlah sebagai sarana transformasi pengetahuan saja, tetapi lebih dari itu proses belajar merupakan bagian dari mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan.20 Karena itu siswa tidak dipandang sebagai bejana kosong yang perlu diisi saja dengan pengetahuan. Namun, siswa juga dipandang sebagai pribadi yang memiliki potensi. potensi tersebut akan dimatangkan melalui proses pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas, maka siswa yang memiliki potensi juga dikaruniai karakter yang beraneka ragam. Tiap-tiap individ memiliki kemampuan yang berbeda. Perbedaan ini tidak boleh dipandang enteng oleh guru.

Guru perlu melihat keberagaman kemampuan ini sebagai kekayaan yang nantinya dikembangkan menjadi pribadi-pribadi yang cerdas dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kompleksitas karakter siswa menuntut seorang guru harus memiliki kemampuan yakni memiliki empat kompetensi dasar yang diamanatkan dalam undang-undang guru dan dosen. Kompetensi-kompetensi tersebut menjadi dasar untuk menghadapi siswa atau peserta didik dengan berbagai karakter yang kompleks.

Kompleksitas atau keberagaman siswa diakibatkan oleh kompleksitas masyarakat yang beragam pula. Siswa yang berasal dari masyarakat yang sangat luas akan berpotensi juga bagi kemampuan intelektual yang berbeda-beda pula. Daya serap terhadap pelajaran pun akan berbeda-beda. Dengan demikian, maka kesulitan dalam belajar pun tidak dapat dihindari.

Pembahasan

Guru PAK dalam melaksanakan pendampingan dalam persiapan ujian semester siswa, guru perlu memperhatikan beberapa prinsip. Prinsip pertama terkait dengan hakikat ujian semester. Pada hakikatnya ujian semester pelajaran agama Kristen ialah dimaksudkan untuk mengukur pengetahuan seseorang atau peserta didik terkait tujuan-tujuan atau capaian pembelajaran yang telah disusun dalam

19 Ahmadi and Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008).

20 Baharuddin and Wahyuni, Teori Belajar Dan Pembelajaran (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010).

(13)

Copyright© 2022; Harati: Jurnal Pendidikan Kristen

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Ujian juga dijadikan sebagai alat evaluasi untuk menilai berapa jauh pengetahuan sudah dikuasai dan ketrampilan yang sudah diperoleh oleh siswa. Ujian dapat mendorong seseorang dalam kegiatan pembelajaran untuk menambah pengetahuannya demi pengembangan wawasan keilmuan. Ujian yang diberikan guru kepada siswa pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran maupun pada ujian semester. Ujian ini bertujuan untuk menilai pencapaian kemampuan dengan standar lulusan secara nasional pada mata pelajaran PAK.

Strategi guru PAK dalam mempersiapkan ujian semester siswa dapat memperhatikan beberapa tahapan penting yang perlu dilakukan oleh guru. Tahapan tersebut diadopsi dari pandangan Djamarah. Menurut Djamarah persiapan yang perlu dilakukan oleh siswa atau pelajar sebelum ujian ada tiga tahap yaitu:21 Tahap 1) Sehari terakhir: a) Jangan bepergian jauh atau darmawisata karena akan melelahkan otot, b) Jangan belajar keras seharian menjelang ujian karena akan membosankan, c) Pada pagi hari belajar sedikit saja, d) Jangan berbincang-bincang tetang ujian dengan kawan satu tingkat karena dapat menimbulkan hal-hal yaang kurang menyenangkan.

Tahap 2) yakni malam terakhir ada dua hal pokok yang harus dilakukan yaitu: a) Tidur seperti hari-hari biasa (jangan terlambat tidur atau terlalu cepat tidur), b) Sebelum tidur malam sebaiknya mempersiapkan alat-alat yang diperlukaan untuk ujian, termasuk alat tulis dan lain-lain. Tahap 3) hari terkahir ada empat hal yang harus dilakukan yaitu: a) Sebelum berangkat, makan dengan makanan dan minuman secukupnya, b) Periksa kembali alat keperluan ujian yang telah dipersiapkan pada malam hari supaya tidak ada yang tertinggal, c) Usahakan tiba di tempat tujuan ¼ jam sebelum ujian, d) Jangan gugup menghadap ujian. Supaya dapat melengkapi semua persiapan tersebut, sebagai seorang siswa membaca kembali, memperbaiki catatan, membuat ikhtisar, dan menyusun pengtahuan yang lengkap.

Tahapan-tahapan persiapan ujian semester ini perlu diperhatikan oleh siswa.

Guru PAK berperan penting dalam mengawasi dan membimbing siswa untuk mengikuti tahapan-tahapan persiapan ujian tersebut. Strategi guru PAK dalam memberikan perhatian kepada siswa dalam menghadapi ujian semester ini erat kaitannya dengan guru PAK memiliki etos kerja yang tinggi.22 Artinya, guru PAK menaruh perhatian yang serius dan sungguh-sungguh kepada siswa, terutama dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu, guru PAK perlu menaruh waktu dan perhatian kepada siswa dalam persiapan ujian semester. Selain itu, guru PAK juga

21 Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, 111.

22 Rinto Hasiholan Hutapea, “Meneropong Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Kristen Sebagai Model Perilaku Peserta Didik,” Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) 1, no. 2 (2019): 66–75, http://jurnal.sttkn.ac.id/index.php/Veritas/article/view/44/pdf.

(14)

Copyright© 2022; Harati: Jurnal Pendidikan Kristen

perlu berupaya meningkatkan motivasi kerjanya.23 Hal ini penting, oleh karena dengan motivasi kerja yang baik, guru PAK dapat memberikan layanan bimbingan kepada siswa. Terutama dalam persiapan siswa menghadapi ujian semester. Dengan demikian, upaya dan strategi guru PAK dalam mempersiapkan siswa dalam menghadapi ujian semester benar-benar dapat dilaksanakan oleh siswa dengan baik.

Kesimpulan

Strategi guru PAK dalam persiapan ujian semester siswa dapat berjalan dengan baik, apabila guru PAK memiliki etos kerja yang baik, memahami hakikat persiapan ujian semester, serta menguraikan tahapan-tahapan yang tepat dalam persiapan ujian semester kepada siswa. Etos kerja dan pemahaman yang baik guru PAK tentang hakikat persiapan ujian semester, sangat penting untuk diperhatikan oleh guru PAK.

Kekurangpahaman guru PAK akan hakikat persiapan ujian pada siswa akan mempengaruhi kesiapan siswa dalam menghadapu ujian semester. Demikian halnya dengan tahapan pelaksanaan persiapan ujian semester. Guru PAK perlu memahaminya, sehingga siswa dapat melakukannya dengan baik. Etos kerja dan pemahaman guru PAK, maupun pelaksanaan persiapan ujian semester yang baik pada siswa, akan mempengaruhi keberhasilan dalam menghadapi ujian semester.

Untuk itu, strategi guru PAK sangat penting dalam mengimplementasikan tahapan- tahapan persiapan ujian semester pada siswa.

Rujukan

Ahmadi, and Supriyono. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Asra, and Sumiati. Metode Pembelajaran Pendekatan Individual. Bandung: Kencana, 2007.

Baharuddin, and Wahyuni. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.

Djamarah, Syaiful Bahri. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

———. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Febrina, Engla. “Persiapan Siswa Dalam Menghadapi Ujian Akhir Semester Dan Implikasinya Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling.” Universitas Negeri Padang, 2020.

Graendorf, Werner C. Introduction to Biblical Christian Education. Chicago: Moody Press, 1981.

Hendri. “Strategi Pembelajaran Guru Pendidikan Agama Kristen Masa Pandemi Covid–19 Di SMAN 1 Damang Batu.” Harati: Jurnal Pendidikan Kristen 1, no. 2 (2021). https://ejournal.iaknpky.ac.id/index.php/harati/article/view/77.

Homrighausen, E. G. dan I. H. Enklaar. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK

23 Hendri, “Strategi Pembelajaran Guru Pendidikan Agama Kristen Masa Pandemi Covid–19 Di SMAN 1 Damang Batu,” Harati: Jurnal Pendidikan Kristen 1, no. 2 (2021),

https://ejournal.iaknpky.ac.id/index.php/harati/article/view/77.

(15)

Copyright© 2022; Harati: Jurnal Pendidikan Kristen

Gunung Mulia, 2014.

Hutapea, Rinto Hasiholan. “Meneropong Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Kristen Sebagai Model Perilaku Peserta Didik.” Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) 1, no. 2 (2019): 66–75.

http://jurnal.sttkn.ac.id/index.php/Veritas/article/view/44/pdf.

Nuhamara, Daniel. Pembimbing Pendidikan Agama Kristen. Bandung: Jurnal Info Media, 2009.

Pravita, Rumbay Sella, and Djumali. “Kesiapan Siswa Kelas XI Dalam Menghadapi Ujian Tengah Semester Mata Pelajaran Ekonomi Akuntansi Di SMA Negeri 3 Sukoharjo Tahun Ajaran 2018/2019.” Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2019.

Rusman. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:

Rajawali Pers, 2014.

Slameto. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta, 2010.

Tynan, Bernadette. Melatih Anak Berpikir Seperti Jenius. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Ulfatin, Nurul, and Teguh Triwiyanto. Manajemen Sumber Daya Manusia Bidang Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press, 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Lama pembukaan usaha dapat mempengaruhi tingkat pendapatan, lama seseorang pelaku bisnis menekuni bidang usahanya akan memepengaruhi produktivitasnya (kemampuan

Selain itu ketiga penelitian yang telah disebutkan diatas juga terbukti menguatkan teori bahwa dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran TGT

Kertas kerja ini membincangkan peranan yang dimainkan oleh universiti khususnya oleh Kolej Kediaman, Bahagian Hal Ehwal Pelajar dan Alumni dari perspektif Universiti Teknologi

[r]

Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah membentuk segmentasi data pelanggan dengan menggunakan Algoritma pillar K-means dan metode RFM untuk mengetahui

Kajian ini terbatas kepada mengenalpasti kesan kaedah pengajaran multimedia interaktif dengan penggunaan perisian Microsoft Office Powerpoint 2007 dalam teori

Educational Kinesiology adalah suatu sistem yang dapat mengubah semua pelajar, umur berapa saja, dengan cara menarik keluar atau menampilkan potensi yang terkunci di dalam