• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan Media Gambar pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan Media Gambar pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar T1 BAB II"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

6

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Mata pelajaran di sekolah dasar terdiri dari beberapa mata pelajaran pokok, salah satunya yaitu mata pelajaran IPS. Sapriya, dkk (2006:3) menjelaskan IPS merupakan perpaduan dari pilihan konsep ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, antropologi, budaya dan sebagainya yang diperuntukkan sebagai pembelajaran pada tingkat persekolahan. Menurut A. Kosasih Djahiri (dalam Sapriya, dkk., (2006:7) IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan. Sedangkan menurut Rosdijati, dkk (2010:58) IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di tingkat SD/MI/SDLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

(2)

melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta menjadi warga dunia yang cinta damai

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa IPS adalah ilmu yang mempelajari, menelaah, menganalisis tentang berbagai fakta, konsep, dan generalisasi sosial yang ada di masyarakat. Selain itu, IPS juga mempelajari hubungan manusia yang menyangkut tingkah laku manusia didalam kehidupan bermasyarakat.

2.1.2 Tujuan Pembelajaran IPS

Pembelajaran IPS di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global. Mendasarkan pada tujuan IPS diatas, belajar IPS lebih menekankan pada bagaimana manusia dalam hidup bermasyarakat dilingkungannya, sadar akan nilai-nilai sosial yang menyusunnya, yang mana manusia dituntut untuk mampu berkomunikasi, bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk, sehingga manusia diharapkan terampil untuk berfikir tinggi seperti terampil menganalisis, mengevaluasi, sampai pada mencipta sebuah solusi dalam pemecahan masalah yang dihadapinya sehari-hari.

(3)

perilaku kognitif, afektif dan psikomotor, ditandai dengan penggunaan kata operasional seperti mengidentifikasi, menceriterakan dan menunjukkan. (Wardani, Naniek Sulistya dan Slameto, 2012:20).

2.1.3 Ruang Lingkup IPS

Adapun ruang lingkup IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1. Manusia, tempat, dan lingkungan

2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 3. Sistem sosial dan budaya

4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

Berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 Tentang Standar proses mendefinisikan bahwa Standar kompetensi (SK) merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas atau semester pada suatu mata pelajaran. Sedangkan Kompetensi dasar (KD) adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPS yang ditujukan untuk siswa kelas IV disajikan dalam tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPS Kelas IV Semester II

Sumber: Permendiknas No. 20 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Mengenal sumber daya

alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi dilingkungan kabupaten/kota dan provinsi.

(4)

Selain pencapaian tujuan IPS yang akan dicapai melalui SK dan KD seperti yang disebutkan diatas, rencana pencapaian tujuan tersebut juga harus menjadi perhatian bagi guru tentang bagaimana proses belajar siswa menjadi bermakna, maka yang perlu guru lakukan adalah merencanakan pembelajaran yang dengan baik. Dalam perencanaan proses pembelajaran, guru harus membuat Silabus dan RPP (Rencana Proses Pembelajaran) untuk menunjang proses belajar mengajarnya disekolah.

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

2.2.1 Model pembelajaran TGT

(5)

bagaimana suasana turnamen, dan karena mereka berkompetisi dengan kelompok yang memiliki kemampuan setara, membuat TGT terasa lebih fair dibandingkan kompetisi dalam pembelajaran tradisional pada umumnya. Penulis menyimpulkan model TGT merupakan model pembelajaran dengan belajar tim yang menerapkan unsur permainan turnamen untuk memperoleh poin bagi skor tim mereka. Berbeda dengan kelompok kooperatif lainnya, pembagian tim dalam TGT berdasarkan tingkat kemampuan siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas mengenai pengertian TGT, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang mengandung unsur permainan akademik yang mengandung reinforcement dan melibatkan siswa sebagai turor sebaya.

Ada beberapa langkah dalam penggunaan model pembelajaran TGT yang perlu diperhatikan. Langkah-langkah penggunaan model pembelajaran TGT menurut Trianto (2010:84) langkah-langkah pembelajaran TGT secara runtut, yaitu:

a) Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. b) Guru menyiapkan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka

untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasi pelajaran tersebut.

c) Seluruh siswa dikenai kuis, pada waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Jhulliana, Eva dan Mugiarti, Tri (2012:62) sebagai berikut:

1. Presentasi kelas

Materi disampaikan oleh guru melalui presentasi kelas, presentasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan ceramah.

(6)

Siswa ditempatkan dalam tim belajar, tim ini beranggotakan empat atau lima siswa yang mempunyai heterogenitas kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin, dan suku.

3. Permainan

Permainan tersusun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan yang dirancang untuk mengetes pengetahuan siswa yang dperoleh dari presentasi kelas dan latihan tim.

4. Turnamen

Turnamen merupakan struktur bagaimana dilaksanakannya permainan. 5. Menentukan skor tim

Ketika turnamen selesai, para peserta mencatat banyak kartu yang mereka menangkan pada lembar skor permainan.

6. Penghargaan tim

Setelah turnamen berakhir, skor masing-masing tim harus dihitung dan menyiapkan sertifikat tim atau perhitungan hasil turnamen yang kemudian diumumkan pada papan buletin.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Slavin, Robert E (2005:166-170), menyebutkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai berikut:

1. Presentasi Kelas

Presentasi kelas merupakan penyampaian materi yang dilakukan guru kepada siswa.Dalam tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran khusus dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep yang dipelajari.

2. Tim

Tim terdiri dari 4 atau 5 orang siswa heterogen.Dalam kegiatan kelompok ini para siswa bersama-sama mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

3. Game

(7)

4. Turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen, dengan meja turnamen tiga peserta.

5. Rekognisi Kelompok

Skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran TGT sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan materi

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Guru menyampaikan pokok materi

4. Guru menjelaskan tentang LKS yang dibagikan kepada kelompok 5. Guru membagi kelompok-kelompok masing-masing 5 sampai 6 orang 6. Siswa berdiskusi dalam kelompok

7. Siswa bermain game pertanyaan yang diberikan dari penyajian kelas dan belajar kelompok

8. Siswa bertanding dengan menggunakan meja turnamen 9. Siswa menentukan skor tim

10.Guru memberi penghargaan

Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Taniredja (2011:72) adalah sebagai berikut:

Kelebihan dari model pembelajaran tipe TGT adalah sebagai berikut:

1. Dalam pembelajaran TGT, siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menggunakan pendapatnya.

(8)

5. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi pelajaran

6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi baik antar siswa maupun antar siswa dengan guru

7. Siswa dapat mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya, selain itu dengan adanya kerja sama akan membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak membosankan

Kelemahan dari model pembelajaran tipe TGT adalah sebagai berikut:

1. Sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut serta menyumbangkan pendapatnya

2. Kekurangan waktu untuk proses pembelajaran karena pembelajaran dengan model TGT membutuhkan waktu yang lama

3. Kemungkinan terjadinya kegaduhan kalau guru tidak dapat mengelola kelas

2.3 Media Gambar

2.3.1 Pengertian Media

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “ Medium” yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Media sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk: memotivasi belajar peserta didik, memperjelas informasi/pesan pengajaran, memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting, memberi variasi pengajaran, memperjelas struktur pengajaran. Media pendidikan memegang peranan penting dalam pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan lebih mudah dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan. Hujair AH Sanaky (2013:3) menyatakan bahwa media pembelajaran merupakan sebuah alat yang mempunyai fungsi untuk menyampaikan pesan. Media pembelajaran merupakan alat yang berfungsi serta digunakan untuk mencapai suatu pesan yang ingin disampaikan dalam kegiatan pembelajaran.

(9)

atau tidak, serta tulisan atau suara yang direkam. Kelima bentuk stimulus ini akan membantu pembelajar untuk mempelajari bahan yang akan diajarkan. Criticos dalam Daryanto (2013:4) media pembelajaran merupakan salah satu komponen komunikasi, sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan selanjutnya menurut Trianto (2010:199) media merupakan suatu wadah dari pesan oleh sumber atau penyalurnya yang ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan materi yang ingin disampaikan merupakan pesan pembelajaran dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002:6). Sedangkan menurut Brigs (dalam Sadiman, 2002:6) media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Lain lagi menurut Latuheru (dalam Hamdani, 2005:3) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna. Menurut Arsyad (2013:4) menjelaskan pengertian media dalam pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dapat dipahami sumber belajar yang dimaksud dalam hal ini adalah buku, tape recorder, kaset, video, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.

Penulis dapat menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses pembelajaran sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun media pembelajaran apabila digunakan dengan baik dan efektif dapat memberi banyak manfaat baik kepada guru ataupun siswa.

(10)

dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa. Selain itu, media pembelajaran dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa dan juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Maka, dapat ditarik suatu pengertian bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi komunikasi edukasi antara guru (atau pembuat media) dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna.

Jadi, pemilihan media dalam penelitian ini yang dimaksudkan adalah alat untuk mempermudah guru dalam pembelajaran serta dapat mempermudah peserta didik dalam menangkap pelajaran. Hal ini sejalan dengan Sadiman, Rahardja, Haryono dan Rahardjito, (1984) yang mengatakan bahwa Medium yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.

Media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah bila dibantu dengan sarana visual, di mana 11% dari yang dipelajari terjadi lewat indera pendengaran, sedangkan 83% lewat indera penglihatan. Di samping itu dikemukakan bahwa kita hanya dapat mengingat 20% dari apa yang kita dengar namun dapat mengingat 50% dari apa yang dilihat dan di dengar.

(11)

2.3.2 Fungsi Media

1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke objek langsung yang dipelajari, maka objeknya lah yang dibawa ke peserta didik. Objek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar-gambar yang dapat disajikan secara audiovisual dan audial.

2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu objek, yang disebabkan karena objek terlalu besar, obyek terlalu kecil, objek yang bergerak terlalu lambat, objek yang bergerak terlalu cepat, objek yang terlalu kompleks, obyek yang bunyinya terlalu halus, objek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua objek itu dapat disajikan kepada peserta didik.

3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.

4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan.

5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis. 6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.

7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.

8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak.

(12)

dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al., 2001) adalah sebagai berikut:

1) Kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan di amati kembali seperti kejadian aslinya.

2) Kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya.

3) Kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau radio.

Media di sini memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah bila dibantu dengan sarana visual, di mana 11% dari yang dipelajari terjadi lewat indera pendengaran, sedangkan 83% lewat indera penglihatan. Di samping itu dikemukakan bahwa kita hanya dapat mengingat 20% dari apa yang kita dengar, namun dapat mengingat 50% dari apa yang dilihat dan di dengar.

(13)

2.3.3 Media Gambar

Media gambar merupakan salah satu dari media pembelajaran yang paling umum dipakai dan merupakan bahasa yang umum dan dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. Menurut Sadiman Arief S. (2003:21), menyatakan bahwa media gambar adalah suatu gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang berfungsi untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Media gambar ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antar komponen dalam masalah tersebut dapat terlihat dengan lebih jelas. Media pembelajaran setiap tahun selalu mengalami perkembangan. Sebab masing masing media itu mempunyai kelemahan, berdasarkan penggunaannya perlu diadakan penemuan baru dan pemanfaatan media yang diperbaharui. Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harafiah berarti “perantara atau penyalur”.(http://kiflipaputungan.wordpress.com/2010/06/27/pengembanganmediape mbelajaran/).

(14)

secara jelas dan kuat melalui suatu kombinasi pengungkapan kata-kata dan gambar-gambar. Sedangkan Azhar Arsyad (1995:83), mengatakan bahwa media gambar adalah berbagai peristiwa atau kejadian objek yang di tuangkan dalam bentuk gambar-gambar, garis, katakata, simbol-simbol, maupun gambaran. Menurut Azhar Arsyad (2009:2), disamping mampu menggunakan alatalat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan ketrampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang pengembangan media pembelajaran.

Menurut Sadiman Arief S. (2003:25), ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh media gambar, yaitu :

1. Harus Autentik

Gambar tersebut haruslah secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya. Membicarakan atau menyampaikan suatu kejadian sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, seperti kalau menemukan buku tiga buah, samaikanlah sesuai dengan banyak benda yang ditemukannya. 2. Sederhana

Komposisinya hendak cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar, jangan sampai berlebihan sehingga dapat membuat kesulitan siswa untuk memahaminya.

3. Ukuran Relatif

Gambar dapat membesarkan atau mengecilkan objek/benda sebenarnya. Hendaknya dalam gambar tersebut terdapat sesuatu yang telah dikenal siswa sehingga dapat membantu membayangkan gambar dan isinya.

4. Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Gambar yang baik menunjukkan objek dalam keadaan memperlihatkan aktivitas tertentu sesuai dengan tema pembelajaran.

5. Gambar yang tersedia perlu digunakan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(15)

2.4 Hasil Belajar

Hasil belajar siswa merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Menurut Hamalik (2008:33) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sedangkan Suprijono (2010:5) menyatakan hasil belajar adalah polapola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,apresiasi dan keterampilan. Menurut Bloom (dalam Rusman, 2011:12) perubahan yang terjadi dalam belajar merupakan hasil belajar yang meliputi perubahan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif adalah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan evaluasi. Domain afektif adalah sikap menerima, menanggapi, menilai, mengelola, dan menghayati. Domain psikomotor meliputi keterampilan bergerak dan bertindak dan kecakapan ekspresi verbal dan non-verbal. Leighbody (dalam Muliya, 2012) berpendapat bahwa psikomotor siswa mencakup (a) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, (b) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pekerjaan, (c) kecepatan mengerjakan tugas, (d) kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (e) keserasian bentuk dengan yanag diharapkan dan ukuran yang telah dtentukan.

Dimyati dan Mudjiono (2006:3) memiliki pendapat yang hampir mirip dengan Bloom bahwa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan Munawar (2009) menyatakan hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang dilakukan berulang-ulang serta akan tersimpan dalam waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya.

(16)

kognitif dan psikomotor. Hasil belajar ranah kognitif diperoleh melalui tes formatif dengan indikator ketercapaian siswa berupa pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Sedangkan hasil belajar ranah psikomotor diperoleh melalui observasi dengan indikatornya adalah kemampuan membaca gambar dan simbol serta kemampuan membuat gambar sesuai bentuk dan ukuran yang telah ditentukan.

Evaluasi pembelajaran berfungsi untuk memberikan masukan atau informasi secara komprehensif tentang hasil belajar siswa mulai dari proses pembelajaran hingga hasil akhir pembelajaran. Evaluasi proses belajar adalah evaluasi atau penilaian yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung (Wardani, Naniek Sulistya dkk, 2010). Sedangkan evaluasi hasil belajar adalah evaluasi yang dilakukan oleh guru untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan. (Wardani, Naniek Sulistya dan Slameto, 2012:51).

Berikut dibawah ini dijelaskan mengenai jenis-jenis evaluasi pembelajaran menurut Wardani, Naniek Sulistya dan Slameto (2012:6).

2.4.1 Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran

Jenis-jenis evaluasi pembelajaran dibedakan menjadi 5 dan diuraikan sebagai berikut:

1. Evaluasi Formatif

Yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi yang telah dicapai peserta didik.

2. Evaluasi Sumatif

Yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir satuan program tertentu (catur wulan, semester atau tahun ajaran) seperti ujian umum.

3. Evaluasi Diagnostik

Yaitu penilaian yang dilakukan untuk melihat kelemahan peserta didik dan faktor-faktor yang diduga menjadi penyebabnya.

4. Evaluasi Penempatan

Yaitu penilaian yang ditujukan untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan bakat, minat,dan kemampuannya, misalnya pemilihan jurusan.

(17)

Yakni penilaian yang ditujukan untuk memillih orang yang paling tepat pada kedudukan atau posisi tertentu.

2.4.2 Prinsip Evaluasi Pembelajaran

Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012:65-67) menyebutkan bahwa ada beberapa prinsip dasar evaluasi pembelajaran yang harus dipedomani yaitu:

1. Komprehensif (Menyeluruh) memberikan PR, latihan, ulangan dan ulangan umum untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan kemajuan belajar peserta didik.

5. Bermakna

Evaluasi diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak dan dapat ditindaklanjuti oleh pihak yang berkepentingan.

6. Baku, Terpadu, Sistematis dan Menggunakan Acuan Kriteria

Pelaksanaan evaluasi dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang baku serta berdasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

7. Mendidik dan Akuntabel

Evaluasi yang mendidik mampu memberikan sumbangan positif seperti memotivasi peningkatan pencapaian hasil belajar.Pelaksanaan evaluasi dapat dipertanggung jawabkan, baik dari segi teknik, prosedur maupun hasilnya. Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tentulah merupakan hasil dari pengamatan dan pengukuran guru terhadap apapun yang dilakukan peserta didiknya sehari-hari. Menurut Allen dan Yen (1979) dalam Wardani, Naniek Sulistya dan Slamteto (2012:2), pengukuran yang dilakukan dimaksudkan sebagai penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu.

(18)

digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, sikap skala dan angket. Dalam perencanaan menyusun instrumen evaluasi hasil belajar, yang perlu dilakukan adalah menyusun kisi-kisi/blue print dan menentukan KKM/Kriteria Ketuntasan Minimal. Kisi-kisi (testblue print atau table of specification) adalah format atau matriks pemetaan butir-butir pernyataan/pertanyaan yang menggambarkan distribusi butir untuk berbagai tujuan belajar berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan jenjang kemampuan sikap atau psikomotor tertentu. Penyusunan kisi-kisi digunakan untuk pedoman menyusun atau menulis soal menjadi perangkat tes. Demikian dari tes tersebut akan diperoleh skor pengukuran yang digunakan sebagai dasar evaluasi, selanjutnya skor yang diperoleh dari tes tersebut diupayakan dapat mencapai hasil minimal sesuai dengan KKM. KKM merupakan kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dan harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah Kriteria Ketuntasan Belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. Teknik yang digunakan dalam penilaian pembelajaran untuk mengukur hasil belajar peserta didik, yaitu dengan menggunakan teknik tes dan teknik nontes.

1. Teknik Tes

(19)

dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu. Adapun menurut Arikunto dan Jabar (2004) mengemukakan bahwa tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan menggunakan cara atau aturan yang telah ditentukan.

Mendasarkan pada beberapa pendapat ahli mengenai pengertian tes di atas, dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat berisi pertanyaan yang direncanakan untuk mengukur pemahaman siswa dengan menggunakan cara dan aturan tertentu. Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukan oleh Poerwanti, Endang (2008:4-9) sebagai berikut:

1. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan a. Tes tertulis

Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya.

b. Tes lisan

Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu hasil dari tes lisan biasanya tidak memiliki informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain. c. Tes unjuk kerja

Pada tes ini siswa diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.

2. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya a. Tes Esai (Essay-type Test)

Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntuk siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

b. Tes Jawaban Pendek

Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esai, tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka.

c. Tes objektif

(20)

2.Teknik Nontes

Wardani, Naniek S. dan Slameto (2012:7-11), mengatakan bahwa teknik nontes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen nontes dapat berbentuk kuesioner atau inventori. Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan.Sedangkan inventori merupakan instrumen yang berisi tentang laporan diri yaitu keadaan peserta didik, misalnya potensi peserta didik.

Teknik tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik nontes menurut Poerwanti, Endang (2008:3-19-3-31) yaitu:

a. Observasi

Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemampuan belajar siswa, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen.

b. Wawancara

Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang kawasan, pandangan atau aspek kepribadian peserta didik.

c. Angket

Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap (attitude questionnaires).

d. Work sample analysis (analisa sampel kerja)

(21)

e. Task analysis (analisis tugas)

Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.

f. Checklists dan rating scales

Dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format yang dipergunakan.

g. Portofolio

Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan belajar dan prestasi siswa.

h. Komposisi dan presentasi

Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya. i. Proyek individu dan Kelompok

Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk individu maupun kelompok.

2.5 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang sejalan dengan penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini bertujuan untuk menguatkan hasil yang diperoleh tentang hasil belajar melalui model pembelajaran TGT.

(22)

39,13%. Sementara itu, untuk aktivitas belajar siswa juga terjadi peningkatan yang cukup besar, yakni 47,73% di siklus I dan 79,89% di siklus II. Peningkatan aktifitas siswa yang terjadi memiliki selisih 33,16%. Jurnal ßioêdukasi ISSN : 2301-4678 Vol 2 No (2) Maret 2014.

Penelitian yang dilakukan oleh Yanti Purnamasari (2014) yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Terhadap Kemandirian Belajar Dan Peningkatan Kemampuan Penalaran Dan Koneksi Matematik Peserta Didik SMPN 1 Kota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor kemandirian belajar peserta didik pada pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) termasuk kriteria tinggi, peningkatan kemampuan penalaran dan koneksi matematik peserta didik yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) lebih baik daripada yang mengikuti pembelajaran langsung, tidak terdapat interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan model pembelajaran langsung terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematik peserta didik, serta terdapat interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan model pembelajaran langsung terhadap peningkatan kemampuan koneksi matematik peserta didik. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 2.

(23)

derajat signifikan α = 0,05 (tt = 2,045). Skripsi : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yulia Ayu Astuti menunjukkan bahwa persentase peningkatan hasil belajar dari pra siklus ke siklus I meningkat, begitu juga hasil belajar dari siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan yang besar. Peningkatan hasil belajar yang ditunjukkan peningkatan hasil belajar siswa pada tiap siklus, yaitu pada siklus I hasil belajar siswa naik sebesar 33,58 % dari 34,49 % mencapai 68,07 % dan untuk siklus II sebesar 86,20 %. Peningkatan yang terjadi dari siklus I menuju siklus II sebesar 18,13 %. Peningkatan Preatsi Belajar Sosiologi siswa dipengaruhi model pembelajaran TGT. Namun, kelemahan dari penelitian ini adalah penelitian hanya menggunakan model pembelajaran saja tidak menggunajkan media gambar. Oleh karena itu, untuk memperbaiki kelemahan yang ada, upaya peningkatan hasil belajar IPS siswa dilakukan dengan melalui model pembelajaran TGT berbantuan media gambar.

(24)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Iklilul Millah menunjukkan bahwa persentase peningkatan hasil belajar dari pra siklus ke siklus I meningkat, begitu juga hasil belajar dari siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan yang besar. Peningkatan hasil belajar yang ditunjukkan mempunyai rata-rata nilai kognitif (75,9) dan rata-rata nilai afektif (54,1) lebih tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Peningkatan hasil belajar Pkn siswa dipengaruhi model pembelajaran TGT. Namun, kelemahan dari penelitian ini adalah penelitian hanya menggunakan model pembelajaran saja tidak menggunajkan media gambar. Oleh karena itu, untuk memperbaiki kelemahan yang ada, upaya peningkatan hasil belajar IPS siswa dilakukan dengan melalui model pembelajaran TGT berbantuan media gambar.

Berdasarkan penelitian-penelitian diatas, dapat memberikan gambaran peneliti untuk melaksanakan penelitian yang berhubungan dengan penggunaan model pembelajaran TGT berbantuan media gambar dalam pembelajaran IPS. Selain itu ketiga penelitian yang telah disebutkan diatas juga terbukti menguatkan teori bahwa dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran TGT berbantuan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa, demikian pula dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu menggunakan model pembelajaran TGT berbantuan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa sebagai langkah perbaikan dari contoh penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya.

2.6 Kerangka Berpikir

(25)

dan dapat melatih siswa bekerja kelompok untuk memecahkan masalah. Kondisi awal berdasarkan hasil observasi pembelajaran IPS di kelas IV SDN salatiga 12 diketahui bahwa guru mengajar menggunakan dua metode, yaitu ceramah dan tanya jawab. Guru belum menambah metode mengajar yang lain, seperti diskusi. Akibatnya siswa pasif dan belum terlatih untuk mengembangkan ide-ide yang dimilikinya dalam kelompok. Guru juga menggunakan sumber belajar buku sekolah elektronik (BSE). Guru belum menambah sumber belajar lain, seperti lingkungan, media masa, atau dari siswa lain. Oleh karena itu, siswa merasa bosan dan tidak tertarik dengan pembelajaran IPS yang berisi materi hafalan. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPS belum berjalan secara optimal sesuai dengan yang diharapkan. Di samping itu, hasil belajar siswa rendah, hasil nilai ulangan harian dapat diketahui bahwa 15 siswa dari 35 siswa mendapatkan nilai kurang dari KKM = 70, atau sekitar 43% siswa belum tuntas sehingga pembelajaran IPS belum menghasilkan hasil yang optimal.

Upaya untuk meningkatkan pembelajaran IPS sehingga siswa mendapat pembelajaran yang bermakna. Salah satunya melalui penerapan model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) berbantuan media gambar. Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran ini akan memberikan siswa pembelajaran yang bermakna. Hal ini karena siswa dapat terlibat langsung dalam pembelajaran melalui peran aktifnya untuk berpendapat dan melakukan kerjasama untuk mengembangkan ide-idenya dalam kelompok. Bermula dari permasalahan tersebut, maka perlu adanya model dan media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mempelajari IPS, agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai yang diharapkan.

(26)

dperoleh dari presentasi kelas dan latihan tim setelah itu siswa melakukan turnamen dengan struktur bagaimana dilaksanakannya permainan. Ketika turnamen selesai, para peserta mencatat banyak kartu yang mereka menangkan pada lembar skor permainan. Setelah turnamen berakhir, skor masing-masing tim harus dihitung dan menyiapkan sertifikat tim atau perhitungan hasil turnamen yang kemudian diumumkan pada papan tulis. Melalui media gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang berfungsi untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa, sehingga dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antar komponen dalam masalah tersebut dapat terlihat dengan lebih jelas.

(27)

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir

disajikan dalam bagan upaya peningkatan hasil belajar dengan model TGT Gambar 2.1 dibawah ini

Materi disampaikan oleh guru melalui presentasi kelas,

2.Kerja tim

Siswa ditempatkan dalam tim belajar, tim ini beranggotakan empat atau lima siswa yang mempunyai heterogenitas kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin, dan suku.

3.Permainan

Permainan tersusun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan yang dirancang untuk mengetes pengetahuan siswa yang dperoleh dari presentasi kelas dan latihan tim.

4.Turnamen

Turnamen merupakan struktur bagaimana dilaksanakannya permainan.

5.Menentukan skor tim

Ketika turnamen selesai, para peserta mencatat banyak kartu yang mereka menangkan pada lembar skor permainan. 6.Penghargaan tim

Setelah turnamen berakhir, skor

masing-masing tim harus dihitung dan

menyiapkan sertifikat tim atau

perhitungan hasil turnamen yang

(28)

2.7Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan adalah melalui penerapan model pembelajaran TGT berbantuan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Salatiga 12.

Gambar

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
gambar  adalah  berbagai  peristiwa  atau kejadian objek  yang di tuangkan dalam
Gambar 2.1.  Bagan Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Paku keling dalam ukuran yang kecil dapat digunakan untuk menyambung dua komponen yang tidak membutuhkan kekuatan yang besar, misalnya peralatan rumah tangga, furnitur,

 Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diktahui siswa..  Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan ). 

1. Dapat mengetahui kondisi-kondisi sekolah yang meliputi kondisi fisik, struktur organisasi sekolah, administrasi sekolah, tata tertib, kegiatan kesiswaan, sarana

Satpam Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) masih menggunakan absensi dengan sistem tanda tangan yang dibuat manual dan data yang berkaitan juga menggunakan

Dalam tahap pengum- pulan data sample penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dengan metode pembe- lajaran kooperatif make a match ,

4.1.4 Hasil Pengujian Pengaruh Inputan Jenis Batik yang Salah terhadap Klasifikasi Motif Batik Pada pengujian sebelumnya di dapatkan parameter terbaik pada saat level

[r]

 Menurut ekonomi neo-klasik  penilaian individu terhadap suatu barang atau jasa merupakan selisih antara WTP dengan biaya yang diperlukan untuk mensuplai