BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Komunikasi
Kehidupan manusia di dunia ini tidak terlepas dari yang namanya komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam hal bertukar informasi manusia akan melakukan yang namanya komunikasi.
Komunikasi lahir dari bahasa latin communicatio yang artinya pemberitahuan maupun bertukar pikiran. Proses komunikasi ini merupakan bentuk pengiriman pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan). Menurut Laswell (1960) dalam Wiryanto (2004: 6) komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa. Berdasarkan pendapat Lasswell proses komunikasi dimulai dari:
1. Siapa, dalam hal ini siapa yang menjadi pengirim pesan.
2. Apa, isi pesan seperti apa yang ingin disampaikan oleh komunikator.
3. Saluran, saluran media apa yang dipakai untuk menyampaikan pesan tersebut.
4. Kepada siapa, ini berarti siapa yang menjadi penerima pesan.
5. Efek, dalam hal suatu pesan yang telah diterima nantinya akan menimbulkan tindakan.
Dalam proses komunikasi terdapat lima unsur komunikasi di dalamnya antara lain:
1. Sumber (source)
Semua komunikasi yang terjadi akan melibatkan sumber sebagai pembuat maupun pengirim pesan atau informasi. Sumber ini dapat berasal dari individu maupun kelompok, lembaga, dan organisasi.
2. Pesan (message)
Pesan dalam komunikasi merupakan sesuatu yang ingin disampaikan komunikator kepada komunikan. Di mana pesan ini dapat disampikan secara langsung lewat tatap muka maupun melalui media komunikasi lainnya. Isi dari pesan tersebut pun beragam antara lain hiburan, informasi, propaganda, dan lain-lain.
3. Media (channel)
Media dalam hal ini yaitu alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada penerima pesan. Media yang digunakan dapat berupa media cetak maupun media elektronik.
4. Penerima (receiver)
Dalam hal ini penerima maupun komunikan pesan merupakan hal penting karena mereka adalah sasaran dari komunikasi. Penerima pesan juga akan memanfaatkan wawasannya dalam memaknai pesan yang dia dapatkan.
5. Efek
Merupakan reaksi yang ditimbulkan oleh penerima pesan (komunikan) terhadap pesan yang mereka terima dari pengirim pesan (komunikator) yang dapat menimbulkan pengaruh terhadap perilaku, maupun pengetahuan dari komunikan tersebut.
2.
2 New Media
Seperti yang kita ketahui bahwa new media ini merupakan sebuah konsep yang masuk dalam ranah studi komunikasi, di mana new media merupakan medium dari komunikasi massa. New media menurut Mondry (2008) adalah media yang menggunakan internet, media online berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif dan dapat berfungsi secara privat maupun secara publik.12 Perkembangan bidang ilmu komunikasi pun terjadi dengan sangat pesat di akhir abad 20an. Hal ini juga ditandai dengan temuan Tim Berners- Lee pada tahun 1991 yaitu Hypertext Markup Language (HTML) yang kemudian bagian dari World Wide Web (WWW) seperti yang saat ini telah kita gunakan. New media ini sendiri muncul dari adanya berbagai inovasi yang berasal dari media lama yang kurang relevan lagi dengan perkembangan teknologi yang semakin maju. Yang dimaksud media lama antara lain televisi, film, majalah, buku, radio, namun media lama ini tidaklah mati, melainkan mereka beradaptasi dengan media baru saat ini. Pada waktu dulu film disimpan dalam bentuk roll- film, namun sekarang ini film sudah dapat kita simpan dalam bentuk format disc, flash video, mp4 dan sebagainya. Seiring berkembangnya waktu internet semakin memudahkan kita untuk mengakses hal baru melalui media komunikasi. Kita ambil contoh film, saat ini orang tidak lagi pergi ke tempat rental CD untuk menonton sebuah film. Orang-orang saat ini sudah dengan mudahnya dapat menonton film yang mereka inginkan melalui internet, di mana
12 Fitri Norhabiba and Sukma Ari Ragil Putri, ‘Hubungan Intensitas Akses Media Baru Dan Kualitas Interaksi Lingkungan Sekitar Pada Mahasiswa Untag Surabaya’, Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi, 7.1 (2018), 8
<https://doi.org/10.14710/interaksi.7.1.8-15>.
internet ini terhubungan ke berbagai media sosial salah satunya Youtube. Di sana mereka sudah bisa mengunduh film kemudian menontonnya.
Dengan perkembangan teknologi yang saat ini, masyarakat dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi tersebut untuk memperoleh informasi atau hiburan atau hal lain yang mereka inginkan. Namun hal ini juga harus didukung oleh pengetahuan masyarakat dalam upaya mengikuti perkembangan teknologi yang ada agar mereka dapat menggunakan semaksimal mungkin. Seperti halnya new media atau media baru ini, seseorang harus mampu memahami media baru sebagai dampak perkembangan teknologi serta ilmu komunikasi. Hal ini juga akan mempengaruhi cara berkomunikasi serta perilaku seseorang dalam hal memenuhi kebutuhan informasi mereka. Dengan perkembangan teknologi ini, new media tersebut juga memiliki karakteristik. Adapun karakteristik new media menurut Martin Lister (2003) antara lain :
1. Merupakan wujud pengalaman baru dalam bentuk teks, hiburan, kesenangan serta pola dari konsumsi media (permainan komputer, simulasi).
2. Cara baru untuk mempresentasikan dunia, misalnya interaktif media (multimedia aktif berbasis layar).
3. Bagian dari hubungan baru pengguna dengan teknologi komunikasi.
4. Memberikan bentuk baru dari identitas diri ataupun komunitas dalam hal berinteraksi dalam tempat, ruang, waktu.
5. Bentuk konsepsi baru hubungan manusia secara biologis dengan teknologi.
6. Pola baru dalam organisasi serta produksi, sebuah integrasi sebuah media misalnya, ekonomi, akses informasi, industri, budaya, kontrol dan undang-undang, serta kepemilikan.
Dari karakteristik di atas dapat kita lihat bahwa new media telah mencakup segala aspek kehidupan manusia dan memiliki pengaruh besar. Namun new media ini juga tidak luput dari kekurangan dan kelebihan. Kelebihan dari new media ini dapat kita lihat dari segi memberikan kita kemudahan untuk berinteraksi atau berkomunikasi di media digital dengan sesama kita.
Sedangkan kelemahannya salah satunya yaitu minimnya filter terkait konten yang tayang di internet di mana konten tersebut terkadang kurang sesuai dengan kebudayaan kita masyarakat Indonesia.
2.2.1 Media Sosial
Adapun yang merupakan bagian dari new media yaitu munculnya media sosial seperti instagram, facebook, line, whatsapp, youtube, twitter, dan sebagainya. Media sosial menurut Meike dan Young (2012) adalah sebagai konvergensi antara komunikasi personal dalam arti
saling berbagi di antara individu dan media publik untuk berbagi kepada siapa saja tanpa ada kekhususan individu.13 Media sosial ini juga memiliki beberapa karakteristik yaitu jaringan, informasi, arsip, interaksi, simulasi sosial, konten oleh pengguna. Kini di masa sekarang, media sosial ini menjadi sangat digemari oleh semua orang khususnya di kalangan anak muda. Di mana saat ini kita dalam hal berkomunikasi, orang-orang dapat melakukannya kapan saja tanpa memandang ruang dan waktu akibat munculnya media sosial ini sebagai wadah untuk berinteraksi. Namun dalam media sosial perlu diperhatikan beberapa karakter mengenai penyebaran suatu informasi di media sosial diantaranya memberikan informasi yang dianggap penting, jenis informasi yang disebarkan sebisa mungkin merupakan sarana untuk menambah informasi maupun data baru yang bersikap positif. Di media sosial, komunikasi interpersonal dan komunikasi massa melebur menjadi satu. Ketika seseorang mengunggah sesuatu dan kemudian pihak lain menanggapi, maka terjadilah interaksi, dalam hal ini terjadi komunikasi antarpribadi. Pada saat yang sama, ketika seseorang mengunggah sesuatu, konten yang diunggah dapat dilihat dan dinikmati oleh banyak orang, sehingga komunikasi massa terjadi secara bersamaan karena komunikasi massa tidak memerlukan partisipasi positif dari semua pihak.
2.3 HOAKS
Menurut Pellegrini (2008) dalam buku Janner Simarmata (2019:3) hoaks adalah sebuah kebohongan yang dikarang sedemikian rupa oleh seseorang untuk menutupi atau mengalihkan perhatian dari kebenaran, yang digunakan untuk kepentingan pribadi, baik intrinsik maupun ekstrinsik.14 Hoaks ini dapat terjadi akibat adanya krisis kepercayaan terhadap media mainstream. Adapun yang merupakan ciri dari hoaks yaitu menyebabkan kecemasan, permusuhan, informasinya tidak terverifikasi, bersifat provokatif. Hoaks ini memiliki konten yang dapat dikategorikan dalam dua golongan besar yaitu misinformasi dan disinformasi. Misinformasi merupakan informasi keliru, namun orang yang menyebarkan atau membagikan informasi tersebut percaya bahwa itu adalah benar serta tidak bermaksud untuk menyesatkan penerima informasi. Sedangkan disinformasi merupakan informasi yang keliru, namun orang yang menyebarkan informasi tersebut tahu bahwa itu salah akan tetapi
13Rulli Nasrullah, Media Sosial, (Bandung:Simbiosa Rekatama Media), hlm.11.
14 Janner Simarmata,dkk, Hoaks dan Media Sosial: Saring Sebelum Sharing, (Medan:Yayasan Kita Menulis), hlm.3.
dia tetap menyebarkannya serta bertujuan mempengaruhi opini publik.15 Contoh misinformasi yaitu meletakkan bawang putih di lubang telinga bisa menyembuhkan sakit kepala. Tetapi pada kenyataannya belum ada penelitian yang membuktikan hal tersebut.
Contoh disinformasi yaitu sebuah berita mencatat nama Liputan6 dengan judul “Jokowi Akan Menjadi Presiden Pada Pada Tahun Mendatang”. Tetapi faktanya, sebaran tersebut adalah tangkapan layar yang diedit sedemikian rupa, dan Liputan6 sendiri tidak pernah menerbitkan berita tersebut. Sehingga ketika kita menerima suatu berita ataupun informasi hoaks maka yang dapat kita lakukan antara lain :
1. Jangan mudah terprovokasi dengan judul berita.
2. Bersikap kritis terhadap apapun yang kita peroleh.
3. Lakukan konfirmasi kepada lembaga bersangkutan.
4. Laporkan konten media sosial yang mengandung hoaks.
5. Saring sebelum sharing.
6. Jangan mudah percaya terhadap video atau gambar yang muncul di internet.
Disamping itu juga diperlukan kecakapan atau kompetensi literasi digital, serta kecermatan dalam menerima suatu informasi khususnya melalui media sosial. Kita juga harus memeriksa kebenaran informasi tersebut. Di mana nantinya kompetensi literasi digital bertujuan proteksionis untuk mencegah dampak buruk dari media terhadap khalayak, preparations untuk menyiapkan khalayak agar mampu menjadi konsumen media yang kritis.
Partisipatif merupakan khalayak dapat memberdayakan diri saat dihadapkan dengan media.
Adapun unsur kompetensi literasi digital di antaranya akses, seleksi, pahami, analisis, verifikasi, evaluasi. Unsur ini nantinya dapat membantu kita untuk menyikapi banyaknya berita yang beredar di media sosial, agar kita tidak terjerumus ke dalam berbagai bentuk hoaks yang ada saat ini.
2.4 Literasi digital
Dalam hal ini literasi merupakan keterampilan dan pengetahuan tidak hanya dalam hal membaca dan menulis namun juga kemampuan mendapatkan mengevaluasi, menempatkan, serta menggunakan dan mengkomunikasikan lewat berbagai sumber daya diantaranya teks, suara, video, visual. Sedangkan digital dapat diartikan sebagai pengembangan dari teknologi dimana digital ini berkaitan dengan internet dan komputer.
15 Akbar Bhayu Tamtomo, “Infografik: Cara Membedakan Misinformasi dan Disinformasi”,
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/01/26/090600882/infografik-cara-membedakan-misinformasi- dan-disinformasi, (diakses pada 15 Agustus 2022 pukul 15.20).
Maka literasi digital merupakan pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, termasuk alat komunikasi modern saat ini seperti jaringan internet dalam mencari, mengevaluasi, mengerjakan, membuat informasi serta menggunakannya secara bijak, tepat dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan positif. Sedangkan menurut Paul Gilster literasi digital adalah kemampuan seseorang dalam memanfaatkan informasi dalam berbagai bentuk baik itu dari sumber perangkat komputer ataupun dari ponsel.16 Ada beberapa elemen esensial untuk mendukung pengembangan literasi digital tersebut menurut Douglas A.J.
Belshaw (2011) dalam buku Devri Sherdi (2021:13) antara lain : 1. Kultur, pemahaman konteks penggunaan digital.
2. Kognitif, kemampuan daya pikir dalam menilai suatu konten.
3. Konstruktif, sesuatu yang ahli dan aktual.
4. Komunikatif, memahami kinerja komunikasi serta jejaring di dunia digital.
5. Tanggung jawab dan kepercayaan diri.
6. Kreatif
7. Kritis dalam menyikapi setiap konten yang ada.
Pada dasarnya literasi digital ini pastinya memiliki tujuan diantaranya membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat, meningkatkan pemikiran kritis terhadap suatu informasi yang telah diterima, meningkatkan kualitas waktu seseorang agar lebih bermanfaat.
Ketika seseorang telah memiliki kecakapan literasi digital yang baik, dia akan mampu bermedia digital yang penuh tanggung jawab. Untuk dapat mengetahui seberapa jauh seseorang dapat dikatakan cakap digital dalam menggunakan media digital, maka diperlukan tolak ukur yang tepat. Dilihat dari Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) ada beberapa kompetensi literasi digital antara lain:
1. Akses, ini merupakan kompetensi dalam mendapatkan informasi dengan mengoperasikan media berbasis digital.
2. Seleksi, kompetensi dalam memilih berbagai informasi melalui berbagai sumber yang diakses dan dilihat dapat bermanfaat bagi pengguna media digital.
3. Paham, kompetensi memahami informasi yang telah diseleksi sebelumnya.
4. Analisis, ini merupakan kompetensi untuk menganalisis kekurangan serta kelebihan informasi yang telah dipahami.
5. Verifikasi, kompetensi yang dilakukan dengan konfirmasi silang dengan informasi yang sejenis.
16 Devri Suherdi, Peran Literasi Digital Di Masa Pandemik, (Deli Serdang:Cattleya Darmaya Fortuna), hlm.13.
6. Evaluasi, kompetensi dalam hal memperhatikan serta mempertimbangkan resiko sebelum kita mendistribusi suatu informasi dengan melihat cara dan platform yang akan kita gunakan nantinya.
Indikator kompetensi dari Japelidi ini yang digunakan oleh peneliti untuk menganalisis bagaimana kompetensi literasi digital mahasiswa FISKOM UKSW dalam menghadapi hoaks di media sosial.
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian terdahulu, di mana hal ini digunakan sebagai referensi bagi peneliti agar lebih relevan. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang ditemukan peneliti antara lain :
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Aji Pratama, Sri hartini, dan Misbah (2019) dengan judul penelitian “Analisis Literasi Digital Siswa Melalui Penerapan E-Learning Berbasis Schoology.” Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif, di mana subjek penelitiannya adalah siswa kelas X MIPA 1 SMAN 6 Banjarmasin. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis kemampuan literasi digital siswa melalui penerapan e-learning berbasis schoology. Hasil yang didapat dalam penelitian ini yaitu e-learning berbasis schoology tersebut dapat meningkatkan kemampuan literasi digital para siswa meskipun belum maksimal.
Penelitian yang dilakukan oleh Nur Ika Fatmawati (2019) dengan judul penelitian
“Literasi Digital, Mendidik Anak Di Era Digital Bagi Orang Tua Milenial.” Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif, menggunakan kajian kepustakaan. Tujuan penelitian ini untuk verifikasi kajian terdahulu, serta ingin menemukan unsur kebaruan dalam penelitiannya. Hasil dari penelitian ini adalah orangtua tidak boleh menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada anak dalam hal menggunakan perangkat serta media digital yang ada.
Karena orangtua memiliki peran utama dalam hal pembentukan karakter anak dalam menghadapi era digital yang selalu berkembang. Orangtua harus mampu memahami mana aplikasi yang dapat digunakan dalam hal mendidik anak. Orangtua juga harus mengawasi anaknya dalam penggunaan media digital agar anak tidak salah gunakan media tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Hana Silvana (2018) dengan judul penelitian
“Pendidikan Literasi Digital Di Kalangan Usia Muda Di Kota Bandung.” Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan studi kasus. Adapun subjek dari penelitian ini adalah kalangan muda usia 17-21 tahun yang merupakan pengguna aktif media sosial. Hasil dari penelitian adalah pendidikan literasi digital sangat penting bagi kalangan muda karena
mereka adalah bagian yang paling rentan menggunakan media digital. Penelitian ini memberikan kontribusi signifikan pada penyebaran informasi melalui media sosial oleh kalangan muda. Serta pendidikan literasi memberikan solusi bagi pemerintah dan masyarakat terkait kemajuan bangsa.
Penelitian yang dilakukan oleh Zainuddin Muda Z. Monggilo (2020) dengan judul penelitian “Analisis Konten Kualitatif Hoaks Dan Literasi Digital Dalam @Komikfunday.”
Dalam hal ini penelitian merupakan penelitian kualitatif sebagai analisis deduktif terarah yang bertujuan memaknai suatu konten yang akan diteliti. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukannya makna tersurat dari setiap konten yang dibuat oleh komika tersebut guna memberantas hoaks. Serta setiap konten yang ada dalam @komikfunday merupakan konten berisi tips dan strategi memberantas hoaks. Komika juga berharap masyarakat semakin inovatif, kreatif dalam hal meningkatkan literasi digital yang merata.
Adapun perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti antara lain sumber amatan penelitiannya, pada penelitian kali ini peneliti melakukan analisis terhadap mahasiswa FISKOM di UKSW yang mengikuti Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital periode Agustus-November 2021 sedangkan penelitian terdahulu melakukan analisis pada anak SMA, orangtua, kalangan muda di Bandung, media sosial seorang komika, serta lokasi penelitiannya juga berbeda dengan penelitian terdahulu. Penelitian kali ini juga lebih membahas terkait kompetensi literasi digital mahasiswa FISKOM UKSW dalam menghadapi hoaks
2.6 Kerangka Pikir Penelitian
Seiring berkembangnya zaman banyak media-media baru yang muncul saat ini seperti media sosial, dimana yang termasuk dalam media sosial ini antara lain whatsapp, instagram, facebook, twitter, youtube, dan sebagainya. Dalam hal ini manusia pasti mau tidak mau harus beradaptasi dengan perkembangan media baru yang ada saat ini. Namun tak jarang di dalam media sosial tersebut kita jumpai berita hoaks di mana berita tersebut belum tentu kebenarannya. Namun dengan begitu cepatnya masyarakat atau khalayak dari media tersebut tak jarang langsung menyebarluaskan informasi yang mereka terima, tanpa melihat ataupun mendalami informasi tersebut apakah informasi itu sudah pasti kebenarannya atau tidak.
Dengan begitu semakin hari maka kasus hoaks semakin banyak khususnya di Indonesia melalui media sosial saat ini. Terutama di masa pandemi saat ini, orang hanya berada di rumah saja,
dan mereka juga saat ini lebih akrab dengan internet serta menggunakan media sosial mereka.
Banyak orang-orang yang berusaha membuat berita hoaks di tengah kegelisahan akibat pandemi ini, di mana nantinya akan semakin membuat suasana semakin rumit. Maka Kominfo sendiri meminta kepada seluruh masyarakat Indonesia agar lebih menerapkan literasi digital.
Dalam hal ini kita diajak untuk lebih cermat lagi dalam menanggapi informasi yang tersebar melalui media sosial. Maka penelitian ini akan menganalisis kompetensi literasi digital mahasiswa FISKOM UKSW dalam menghadapi hoaks.
Adapun gambaran kerangka pikir sebagai berikut :
Gambar 2.6 Kerangka Pikir Penelitian N