• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN KULIT NANAS (Ananas comosus) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN CUKA DENGAN Pemanfaatan Kulit Nanas (Ananas Comosus) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Cuka Dengan Penambahan Acetobacter Aceti.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN KULIT NANAS (Ananas comosus) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN CUKA DENGAN Pemanfaatan Kulit Nanas (Ananas Comosus) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Cuka Dengan Penambahan Acetobacter Aceti."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN KULIT NANAS (Ananas comosus) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN CUKA DENGAN

PENAMBAHAN Acetobacter aceti

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh: SRI WAHYUNI

A420110062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini

Nama : Sri Wahyuni

Nim : A420110062

Program Studi : Pendidikan Biologi

Judul Artikel Publikasi : Pemanfaatan Kulit Nanas (Ananas comosus) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Cuka Dengan

Penambahan Acetobacteraceti

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa artikel publikasi yang saya serahkan ini

benar-benar hasil karya saya sendiri dan bebas plagiat karya orang lain, kecuali

yang secara tertulis diacu/ dikutip dalam naskah dan disebutkan pada daftar

pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti artikel publikasi ini hasil plagiat, saya

bertanggung jawab sepenuhnya dan bersedia menerima sanksi sesuai peraturan

yang berlaku.

Surakarta, 23 Maret 2015

Yang membuat pernyataan

Sri Wahyuni

A420110062

(3)

PEMANFAATAN KULIT NANAS (Ananas comosus) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN CUKA DENGAN

PENAMBAHAN Acetobacter aceti

Diajukan Oleh:

Sri Wahyuni A420110062

Artikel publikasi telah disetujui oleh pembimbing skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Surakarta untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi.

Surakarta, 23 Maret 2015

(4)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Jl. A. Yani Tromol Pos I – Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417,

Fax : 7151448 Surakarta 57102

Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah

Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir:

Nama : Dra. Hj. Suparti M. Si.

NIP : NIP. 195706011987032001

Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan

ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:

Nama : Sri Wahyuni

Nim : A420110062

Program Studi : Pendidikan Biologi

Judul Skripsi : “PEMANFAATAN KULIT NANAS (Ananas comosus) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN CUKA DENGAN PENAMBAHAN Acetobacter aceti

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan.

Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta, 23 Maret 2015

Pembimbing

(5)

PEMANFAATAN KULIT NANAS (Ananas comosus) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN CUKA DENGAN

PENAMBAHAN Acetobacter aceti

(1)

Sri Wahyuni, (2)Suparti, (1) Mahasiswa/ Alumni, (2) Staf Pengajar, Program Studi Pendidikan Biologi, Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Muhammadiyah Surakarta, 2015.

ABSTRAK

Kulit nanas (Ananas comosus) mengandung karbohidrat sebanyak 17,53%. Adanya kandungan karbohidrat ini dapat diolah menjadi cuka. Proses pembuatan cuka dilakukan melalui 2 tahap fermentasi yaitu, secara anaerob dengan Saccharomyces cerevisiae dan fermentasi aerob dengan bakteri Acetobacter aceti. Tujuan penelitian ini mengetahui kualitas cuka kulit nanas dengan penambahan konsentrasi Acetobacter aceti terhadap kadar asam asetat, total gula reduksi, dan padatan terlarut total. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yaitu penambahan konsentrasi Acetobacter aceti yaitu 5 %, 10 %, dan 15 %. Data hasil pengamatan dianalisa dengan menggunakan deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Acetobacter aceti berpengaruh terhadap kadar asam asetat, total gula reduksi, dan padatan terlarut total. Kombinasi terbaik terdapat pada perlakuan N1 yaitu diperoleh hasil kadar asam asetat 3,29%, total gula 0,26%, dan padatan terlarut total 3,39%.

(6)

THE UTILIZATION OF PINEAPPLE SKIN (Ananas comosus) AS AN OPTION FOR ORGANIC VINEGAR WITH ADDITION OF

DIFFERENT CONCENTRATIONS Acetobacter aceti

(1)

Sri Wahyuni, (2)Suparti, (1) Student alumnus, (2) Lecturer Biology Education Department, Faculty of Education and Teacher Training, Muhammadiyah University of

Surakarta, 2015

ABSTRACT

Pineapple skin contains as much as 17,53%. These contain can can be processed into vinegar. The process of making vinegar in two steps, in this anaerob fermentation with Saccharomyces cereviciae and aerob with bacteria Acetobacter aceti. This study aimed to known the effect adding concentration of Acetobacter aceti against acetic acid, total reduction sugar, and total dissolved solids. The method used is an experimental method using a completely randomized design with a factorial is the addition of different concentrations of Acetobacter aceti 5%, 10%, 15%. Analysis. data were analyzed by sing descriptive quantitative and qualitative. The results showed that addition of Acetobacter aceti give effect on acetic acid, total reduction sugars, and total dissolved solids. The best combination is found in the treatment N1 obtained results asetic acid 3,29%, total sugars 0,26%, and total dissolved solids 3,39%.

(7)

PENDAHULUAN

Nanas adalah salah satu buah yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat,

akan tetapi hanya bagian daging buahnya saja yang dimanfaatkan, sedangkan

bagian bonggol, dan kulitnya hanya menjadi limbah buangan saja atau digunakan

sebagai pakan ternak. Limbah kulit nanas ini termasuk limbah organik yang masih

mengandung banyak nutrisi yang dapat dimanfaatkan apabila dibiarkan begitu

saja tanpa penanganan yang tepat akan mencemari lingkungan.

Salah kandungan dari kulit nanas ini yaitu karbohidrat sebanyak 4,41%,

sehingga dapat diolah menjadi starter nata de pachy (Yulita, 2012). Menurut Fitriani (2009), Kulit nanas juga dapat diolah menjadi sirup dengan bahan baku

kulit nanas sebanyak 75% + 25% buah nanas dan akan menghasilkan sirup dengan

aroma dan rasa sirup yang normal dan sesuai dengan syarat mutu sirup. Adanya

kandungan karbohidrat dan gula yang cukup tinggi dalam kulit nanas

memungkinkan kulit buah ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan

cuka organik melalui proses fermentasi.

Menurut Desrosier (1988), cuka adalah salah satu produk fermentasi yang

dibuat menggunakan bahan baku yang bergula atau berpati.Cuka dapat dibuat dari

aneka buah-buahan yang diambil sari buahnya. Cuka yang dijual atau ditawarkan

kepada konsumen harus mengandung kadar asam minimal 4% dan harus

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh SNI 01-4371-1996.

Menurut Hidayat (2006), Pembuatan cuka ini melibatkan bakteri

Acetobacter aceti yang mampu mengoksidasi alkohol dan karbohidrat menjadi asam asetat dengan adanya oksigen dari udara. Beberapa faktor yang

mempengaruhi proses fermentasi antara lain: Konsentrasi alkohol tertinggi

didalam medium adalah 6 %, pH awal medium adalah 5,5, temperatur fermentasi

adalah 30°C, dan lama fermentasi adalah 11 hari.

Penambahan induk cuka juga akan berpengaruh pada kadar asam asetat

yang dihasilkan sesuai dengan penelitian Agustina (2008), Penambahan

(8)

untuk dijual. Fermentasi dengan penambahan Acetobacter aceti dapat meningkatkan aroma dan rasa asam.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi

Acetobacter aceti terhadap kualitas cuka kulit nanas (kadar asam asetat, total gula reduksi, dan padatan terlarut total).

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di dua laboratorium yaitu laboratorium Biologi

FKIP UMS untuk proses fermentasi dan Laboratorium Pangan dan Gizi Fakultas

Pertanian UNS. Penelitian ini dilakasanakan pada bulan Desember 2014 –

Februari 2015.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan Alat yang digunakan antara lain: Pisau, blender,

timbangan, panci, kompor, kain saring, sendok, corong, gelas ukur, plastik, karet,

penjepit, autoklaf, LAF, spektrofotometer labu ukur, termometer, kertas ukur pH,

kertas label, waterbath, oven dan botol asam cuka. Bahan yang digunakan antara

lain: Kulit nanas, Akuades, Gula pasir, Saccharomyces cerevisiae 100 ml, Acetobacter aceti, ammonium sulfat ((NH4)2SO4) 0,44 gram, NaOH, indikator pp (Phenolphthalein) 2-3 tetes, larutan nelson A dan nelson B, larutan

Arsenomolibdat.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pola Rancangan acak lengkap (RAL) dengan

satu faktorial yaitu penambahan konsentrasi Acetobacter aceti 5%, 10% dan 15%. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif kualitatif

dan deskripsi kuantitatif. Deskriptif kualitatif digunakan untuk menguji aroma

cuka kulit nanans. Deskriptif kuantitatif untuk menguji kadar asam asetat, kadar

total gula dan kadar padatan terlarut total.

HASIL DAN PEMBAHASAN Aroma

Aroma yang dihasilkan pada semua perlakuan menghasilkan aroma khas

(9)

menjadi etanol, selanjutnya etanol akan diubah menjadi asam asetat. Sesuai

dengan penelitian Kwartiningsih dan Nuning (2005), Pada fermentasi asam asetat

terjadi perubahan aroma buah nanas yang semakin berbau masam. Penambahan

asam sulfat dan proses pemanasan akan membuat terciumnya aroma khas asam

cuka pada vinegar buah nanas.

Aroma asam yang khas pada cuka kulit nanas ini mengindikasikan derajad

keasaaman (pH) yang terkandung didalam nya, dan didapatkan pH pada cuka ini

yaitu 4. Derajad keaasaman ini akan berpengaruh dalam produksi asam asetat

yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter aceti. pH yang berkisar antara 4-5 ini cukup baik baik bagi aktivitas bakteri dalam proses pengoksidasi etanol menjadi

asam asetat (Hidayat, 2006).

[image:9.595.150.475.358.493.2]

Kadar Asam Asetat

Gambar 1: Histogram Kadar Asam Asetat Cuka Kulit Nanas

Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa rerata kadar asam asetat dari

masing-masing perlakuan diperoleh hasil tertinggi pada perlakuan N1 penambahan

Acetobacter aceti 5%, dan kadar asam asetet terendah pada perlakuan N3

penambahan Acetobacter aceti 15%. Tingginya kadar asam asetat pada perlakuan N1 diduga Acetobacter aceti bereaksi secara optimal pada kondisi penambahan

konsentrasi 5% dari jumlah bahan baku yang difermentasikan, sehingga laju

pembentukan asam asetat tinggi. Sedangkan rendahnya kadar asam asetat pada

perlakuan N3 atau dengan penambahan konsentrasi Acetobacter aceti 15% diduga terjadinya kompetisi antara mikroorganisme dalam memanfaatkan nutrisi yang

terkandung dalam substrat.

Kadar alkohol hasil fermentasi ini merupakan faktor yang mempengaruhi

banyak-sedikitnya kadar asam asetat yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan

N1 N2 N3

3,29

2,88

2,12 Kadar Asam Asetat

(10)

pernyataan Hidayat (2006), bahwa banyak-sedikitnya konsentrasi alkohol akan

berpengaruh pada keberhasilan pembuatan asam asetat. Jika kadar alkohol kurang

dari 5% maka ester dan asam asetat yang terbentuk akan teroksidasi menjadi

asam, air dan karbondioksida

Perbedaan kadar asam asetat yang dihasilkan tidak lepas dari tinggi

rendahnya karbohidrat yang terkandung dalam bahan yang digunakan. Sesuai

dengan penelitian Widiastuti (2008), Semakin tinggi kadar gula yang terkandung

pada bonggol pisang raja sere, maka alkohol yang dihasilkan pada proses

fermentasi juga tinggi. Selain itu penambahan gula menjadi salah satu penyebab

hasil alkohol yang dihasilkan.

Kadar Total Gula Reduksi

Gambar 2 : Histogram Kadar Total Gula Cuka Kulit Nanas

Berdasarkan Gambar 2 menunjukan bahwa rerata nilai total gula reduksi

terbaik pada perlakuan N3 yaitu penambahan Acetobacter aceti sebanyak 15 ml dan menghasilkan total gula sebesar 0,34%. Hal ini diduga khamir lebih banyak

mengubah gula yang terkandung dalam cuka sari kulit nanas ini. Semakin banyak

penambahan konsentrasi ragi maka akan semain cepat pula perombakan

karbohidrat menjadi gula sederhana sehingga kadar glukosa yang dihasilkan akan

tinggi selama proses fermentasi (Wulandari, 2010).

Induk cuka akan menginversi gula yang terlarut menjadi gula pereduksi.

Semakin banyak gula yang diinversi oleh khamir menjadi gula pereduksi maka

kandungan total gula pereduksi akan meningkat (Cornelia, 2007). Pada

pembuatan anggur nanas, penambahan gula juga akan berpengaruh terhadap total

gula maupun derajat keasaman (Aprilianti, 2012),

N1 N2 N3

0,26 0,28

[image:10.595.161.448.332.484.2]
(11)

Mahardika (2014) menyatakan, Nilai total gula akan semakin tinggi jika

gula yang terkandung dalam minuman juga tinggi. Kadar gula dalam buah yang

digunakan mempunyai andil besar dalam mempengaruhi total gula. Semakin

banyak buah yang digunakan, maka akan semakin banyak kandungan fruktosa

pada buah yang ikut larut dalam sirup sehingga akan menambah total gula

(Pratama, 2013).

[image:11.595.149.438.255.390.2]

Kadar Padatan terlarut total

Gambar 3 : Histogram Kadar Padatan terlarut total Cuka Kulit Nanas

Berdasarkan gambar 3 diatas, kadar padatan terlarut tertinggi yang

terkandung dalam cuka yaitu pada perlakuan N3 sebesar 4,46%. Hal ini diduga

adanya aktivitas khamir yang merombak komponen dalam cuka kulit nanas ini.

Menurut Bangun (2009). Khamir akan merombak gula atau sukrosa menjadi

gluktosa dan fruktosa. Sisa-sisa sukrosa ini, laktosa dan asam-asam organik inilah

yang akan terhitung sebagai padatan terlarut total (PTT). Kulit nanas juga

mengandung protein serta karbohidrat, kandungan ini ikut menjadi senyawa

sederhana yang terlarut dalam air (Trisnawati, 2006). Lamanya fermentasi

menjadi salah satu penyebab banyaknya padatan terlarut, karena banyaknya

komponen yang luruh maka akan merusak jaringan dinding sel sehingga banyak

komponen yang larut dalam air (Sintasari, 2014).

Menurut Mahardika (2014), padatan terlarut total berhubungan dengan

konsentrasi penambahan gula. Semakin banyak konsentrasi gula yang dimasukkan

akan berpengaruh pada nilai padatan terlarut total minuman sari rosella karbonasi.

Pratama (2013), gula yang terkandung dalam buah yang matang akan diubah

menjadi gula sederhana (glukosa dan fruktosa) dan akan ikut larut dalam air

sehingga total padatannya akan tinggi.

N1 N2 N3

3,39 3,72

(12)

Pada penelitian ini pada perlakuan N3 memiliki kadar gula dan padatan

yang paling tinggi, hal ini sesuai dengan penelitian Kurniawan (2008), padatan

terlarut total berbanding lurus dengan total gula. Hal ini disebabkan semakin

banyak gula yang diinvesi oleh khamir menjadi gula reduksi maka semakin

banyak pula sisa-sisa gula hasil perombakan yang larut dalam air. Komponen

yang larut dalam air ini yang terhitung sebagai total padata terlarut.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penambahan Acetobacter aceti (5%, 10%, dan 15%)

berpengaruh terhadap kadar asam asetat, total gula, dan padatan terlarut total.

Kombinasi terbaik terdapat pada perlakuan N1 yaitu diperoleh hasil kadar asam

asetat 3,29%, Total gula reduksi 0,26%, dan padatan total terlarut pada 3,39% .

Daftar Pustaka

Agustina, Lina. 2008. Pemanfaatan Bonggol Pisang Kepok (Musa paradisiaca) sebagai Bahan Baku Pembuatan Cuka. Skripsi. Surakarta: FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Aprilianti, R. D. (2012). Pengaruh Kadar Glukosa pada Pembuatan Anggur Dari Nanas (Ananas comosus). Semarang: Undip.

Badan Standarisai Nasional (BSN). 1996. SNI 01-4371-1996. Cuka Fermentasi. Departemen Perindustrian Republik Indonesia. Jakarta.

Baharuddin dkk. 2008. Penentuan Mutu Cuka Nira Aren (Arenga pinnata) Berdasarkan SNI 01-4371-1996. Makasar: Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin

Bangun, N. H. (2009). Pengaruh Konsentrasi Gula Dan Campuran Sari Buah (Markisa, Wortel, dan Jeruk) Terhadap Mutu Serbuk Minuman Penyegar.

Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Cornelia, Melanie dkk.2007. Pengaruh Jenis Buah Nenas dan Variansi Penambahan Gula pada Pembuatan Cider Nenas (Ananas comosus).Tanggerang. Jurusan Teknologi Pangan UPH.

Desrosier, N W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

(13)

Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau.

Hidayat, dkk. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Kurniawan, D. (2008). Pendugaan Sisa Umur Simpan Minuman Teh Dalam Kemasan Gelas Plastik Di Pasaran. Bogor: Fakultas Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Kwartiningsih, E. & Nuning Sri Mulyanti. (2005). Fermentasi Sari Buah Nanas Menjadi Vinegar. Jurnal Teknik Kimia UNS , Vol. 4 : 8-12.

Mahardika, Bayu Dwi. 2014. Uji Penurunan Tingkat Keasaman dan Parameter Kimia pada Minuman Sari Rosela (Hibiscuss sabdariffa) Berkarbonasi. Malang: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya.

Pratama, S. B. (2013). Studi Pembuatan Sirup Tamarillo (Kajian Perbandingan Buah Dan Konsentrasi Gula). Jurnal Industrial (hal. 180-193). Malang: Universitas Brawijaya.

Sintasari, R. A. (2014). Pengaruh Penambahan Konsentrasi Susu Krim dan Sukrosa Terhadap Karakteristik Minuman Probiotik Sari Beras Merah.

Malang: Fakultas Teknologi Pangan.

Trisnawati, W. 2006. Preferensi Paneles Produk Sirop Buah Anggur selama Penyimpanan. Bali: BPTP BAli

Widiastuti, R. (2008). Pemanfaatan Bonggol Pisang Raja Sere (Musa paradisiaca) sebagai Bahan Baku Pembuatan Cuka. Skripsi Thesis.

Surakarta: FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta

Wulandari, E. (2010). Pengaruh Konsentrasi Ragi dan Lama Fermentasi Terhadap Kadar Etanol dan Kadar Glukosa Hasil Fermentasi Kulit Buah Nanas (Ananas comosus). Skripsi Thesis. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Yulita, Survanii. 2012. Pengaruh Konsentrasi Starter Kulit Nanas (Ananas comusus L. Merr) Terhadap Kualitas Nata De Pachy (Pachyrrhizus erosus L.). Prodi Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat.

Zubaidah, Elok. 2010. Kajian Perbedaan Kondisi Fermentasi Alkohol dan Konsentrasi Inokulum pada Pembuatan Cuka Salak (Salacca zalacca).

Gambar

Gambar 1: Histogram Kadar Asam Asetat Cuka Kulit Nanas
Gambar  2 : Histogram Kadar Total Gula Cuka Kulit Nanas
Gambar 3 : Histogram Kadar Padatan terlarut total Cuka Kulit Nanas

Referensi

Dokumen terkait

Gambarlah secara skematis lalat buah yang kalian amati di LEMBAR KERJA, kemudian berilah keterangan pada gambar kalian sesuai ciri-ciri yang terdapat pada bagian TEORI

that adding beluntas leaves meal in the diet did not give any significant effect on the body weight, body weight gain, feed conversion, mortality and feed consumption at

penulis untuk membahas lebih jauh mengenai tindak pidana di bidang keimigrasian ini khususnya hal-hal yang berkaitan dengan penyalahgunaan

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu: (i) bagaimana melakukan penyembunyian pesan sehingga keberadaan pesan tidak terdeteksi, (ii) bagaimana mengurangi

ABCD is a square that is made up of two identical rectangles and two squares of area 4 cm 2 and 16 cm 2.. Three of them fall on even

Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang positif pada Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya, khususnya dalam meningkatkan pengelolaan mutu pembelajaran

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi saya yang berjudul “ KOMPLEKS TEMBAGA(II)-BENZOKAIN : SINTESIS, KARAKTERISASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SECARA IN

Pola warna kuda delman yang ditemukan di Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang adalah bay, chestnut, bay-cream, chestnut-cream, roan, black, white dan