KEBIJAKAN THE GREAT LEAP FORWARD MAO TSE TUNG
DAN DAMPAKNYA TERHADAP INDUSTRI CHINA
TAHUN (1958-1962)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah
Oleh
Nyanyang Engkus
0906549
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
KEBIJAKAN THE GREAT LEAP FORWARD MAO TSE TUNG
DAN DAMPAKNYA TERHADAP INDUSTRI CHINA
TAHUN (1958-1962)
Oleh
Nyanyang Engkus
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Nyanyang Engkus2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Februari2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
Nyanyang Engkus
(0906549)
KEBIJAKAN THE GREAT LEAP FORWARD MAO TSE TUNG
DAN DAMPAKNYA TERHADAP INDUSTRI CHINA TAHUN 1958-1962
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Dr. Agus Mulyana, M.Hum
NIP. 19660808 199103 1 002
Pembimbing II
Dra. Lely Yulifar, M.Pd
NIP. 19641204 199001 2 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia
Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung
dan Dampaknya Terhadap Industri China Tahun 1958-1962”. Latar belakang peneliti mengambil permasalahan ini karena peneliti melihat suatu kondisi dimana terjadi bencana kelaparan di China yang merupakan negara agraris dan perubahan pesat yang dialami China menjadi negara industri hingga saat ini. Masalah utama
yang diangkat dalam skripsi ini adalah “Bagaimana The Great Leap Forward
Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap Industri China tahun 1958-1962 ?”. Masalah utama tersebut kemudian dibagi menjadi empat pertanyaan penelitian, yaitu (1 Bagaimana keadaan ekonomi China sebelum pelaksanaan Kebijakan The
Great Leap Forward? (2) Apa yang melatarbelakangi Mao Tse Tung menerapkan
kebijakan The Great Leap Forward? (3) Bagaimana pelaksanaan Kebijakan The
Great Leap Forward? (4) Bagaimana dampak kebijakan The Great Leap Forward
bagi industri di China? Metode yang digunakan adalah metode historis dengan melakukan empat langkah penelitian, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sedangkan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data digunakan studi literatur, yaitu mengkaji sumber-sumber literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dikaji. Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan interdisipliner. Berdasarkan hasil penelitian, didapat beberapa kesimpulan. Pertama, Keadaan China yang terpuruk setelah merdeka, membuat Mao menginginkan perubahan di China ke arah pembangunan ekonomi komunis walapun harus ditempuh dengan cara kekerasan. Kedua, Alasan China menerapkan kebijakan The Great Leap Forward yaitu Mao menginginkan China lepas dari bayang-bayang Uni Soviet dan dapat menjadi negara industri dengan kemampuannya sendiri melalui jalan baru. Ketiga, pelaksanaan jalan baru ini dengan mengeluarkan kebijakan baru yaitu kebijakan
The Great Leap Forward yang dilaksanakan pada pembangunan sektor pertanian
dan industri secara berbarengan, walaupun pada prakteknya pelaksanaannya lebih kepada pembangunan sektor industri yaitu baja. Keempat, kebijakan The Great
Leap Forward ini ternyata gagal walaupun hasil industri meningkat, tapi kurang
begitu bernilai karena kualitasnya di bawah rata-rata. Secara garis besar kebijakan ini gagal, namun memberikan modal dan pengalaman bagi industri China di masa depan karena China sudah memiliki pondasi berupa modal seperti pabrik, mesin-mesin dan pengalaman untuk membangun industri China di masa depan. Sebagai rekomendasi, penelitian mengenai peran Liu Shaouqi pada masa kebijakan The
Great Leap Forward ini belum banyak dibahas penulis dalam penelitian ini,
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
The background of this study is a condition in which there was a famine in China
wich is an agrarian country and China’s rapid development to be an industrial
country. The problem arised in this paper is “what are the great leap forward of Mao Tse Tung’s effects on Chinese industry in 1958-1962”? The main problem is later devided into four reseach questions, which are (1) how is Chinese economic condition before the great leap forward? (2) what was underlying the
great leap forward of Mao Tse Tung’s policy? (3) how was implementation of the
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
BAB I: PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ... 10
BAB II: KAJIAN PUSTAKA ... 11
2.1 Buku Rujukan mengenai Kebijakan The Great Leap Forward... 11
2.2 Buku Rujukan mengenai Mao Tse Tung ... 17
2.3Buku Rujukan mengenai kehidupan industri China pada Masa Mao Tse Tung ... 24
BAB III: METODE PENELITIAN ... 30
3.1 Metode Penelitian ... 30
3.2 Persiapan Penelitian ... 34
3.2.1 Pengajuan Tema Penelitian ... 34
3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 35
3.2.3 Proses Bimbingan ... 36
3.3 Pelaksanaan Penelitian... 37
3.3.1 Heuristik ... 37
3.3.2 Kritik Sumber ... 38
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.3.2.2Kritik Internal ... 40
3.3.3 Interpretasi ... 41
3.3.4 Historiografi ... 42
BAB IV: KEBIJAKAN THE GREAT LEAP FORWARD ... 45
4.1 Industri China Sebelum Kebijakan The Great Leap Forward ... 45
4.1.1 Periode Rekonstruksi dan Konsolidasi (1949-1952). ... 45
4.1.2 Periode Pembangunan Lima Tahun I (Pelita) (1953-1957)... 52
4.2 Latar Belakang Pelaksanaan The Great Leap Forward ... 57
4.2.1 Ekonomi ... 59
4.2.2 Politik ... 60
4.2.3 Sosial Budaya ... 61
4.3 Pelaksanaan Kebijakan The Great Leap Forward... 62
4.3.1 Tujuan Kebijakan The Great Leap Forward ... 65
4.3.2 Komune Rakyat ... 67
4.3.3 Pelaksanaan Kebijakan The Great Leap Forward Dalam Bidang Pertanian ... 71
4.3.4 Pelaksanaan Kebijakan The Great Leap Forward Dalam Bidang Industri ... 80
4.4 Dampak Kebijakan The Great Leap Forward Terhadap Industri China .... 86
4.4.1 Pabrik ... 91
4.4.2 Baja ... 95
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 98
5.1. Kesimpulan ... 98
5.2 Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA ... 102
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Nyangnyang Engkus, 2014
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Suatu negara terbentuk pada dasarnya untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai bersama oleh sekelompok orang, begitu juga dengan China. Pemerintah
Republik Rakyat China (RRC) memiliki cara untuk mencapai tujuan tersebut
dengan menerapkan suatu kebijakan. Kebijakan setiap pemerintah memiliki
perbedaan namun tujuannya pasti sama untuk mensejahterakan warga
masyarakatnya.
Republik Rakyat China (RRC) merupakan salah satu negara tertua yang
ada di Asia. Negara ini besar karena sejarah panjang dengan banyaknya dinasti
yang pernah memerintah hingga berdiri sebuah Republik tahun 1908 di bawah
pemerintahan Nasionalis yang dipimpin oleh Dr. Sun Yat Tsen. Perang saudara
terjadi di negeri yang memiliki luas wilayah besar dan jumlah penduduk yang
banyak ini. Perang tersebut terjadi antara kaum nasionalis dengan kaum komunis
yang keduanya ikut berjuang menegakan kedaulatan negaranya melawan bangsa
asing. Berakhirnya perang saudara diakhiri dengan berdirinya negara Republik
Rakyat China di bawah pemerintahan kaum komunis.
Mao Zedong pada tanggal 1 Oktober 1949 mengumumkan berdirinya
Republik Rakyat China (RRC) dan dipilih sebagai Presiden dibantu enam wakil :
istri Dr. Sun Yat Tsen (Song Qingling), Zhu De, Li Qishen, Zhang Lan, Liu
Shaoqi, dan Gao Gang (Taniputera, 2011: 580). Dengan berdirinya Republik
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
China ke sebuah pulau kecil Taipei (Taiwan) dan menegakan Republik China
(RC) di pulau tersebut.
Pemerintahan (RRC) dibawah Mao Tse Tung yang berhaluan komunis
memberikan angin baru bagi rakyat China. Semua hal yang berhubungan dengan
masalah ekonomi dikuasai negara. Seperti yang dipikirkan Marx bahwa
industrialisasi sebagai proses teknologi dan sosial dapat sepenuhnya
menguntungkan jika kepemilikan alat-alat produksi secara perorangan diganti
dengan pemilikan negara melalui revolusi komunis (Ebenstein dan Fogelman,
1994: 19). Seperti yang dikatakan Marx, revolusi komunis mewarnai sejarah
China. Tugas baru muncul bagi pemerintahan Mao yaitu membangun negaranya
ke arah lebih baik setelah terbebas dari penjajahan dan perang saudara.
Moehammad dalam bukunya mengungkapkan bahwa :
kaum komunis dan gerakan komunis internasional dengan aliran Marxismenya mempunyai sifat sebagai berikut: (1) Merupakan gerakan internasional dan dengan demikian mempunyai jaringan internasional yang dapat saling membantu antar gerakan komunis. (2) Mempunyai kecenderungan radikal, doktriner dan tidak demokratis (Sastradipoera, 2001 : 4-5).
Semua negara yang beraliran komunisme memiliki kecenderungan
menerapkan sifat-sifat di atas, begitu juga dengan China. Uni Soviet menjadi
kiblat pembangunan China dan organisasi politik di bawah pemerintahan Mao.
Doktrin Komunis dan pengalaman komunis yang lebih dahulu di Uni Soviet
memberikan titik tolak menuju upaya awal untuk membentuk kembali China
(Brzezinski, 1990: 137). Tetapi berbeda dengan Soviet yang menerapkan
“kediktatoran proletariat”, China menggunakan sistem “kediktatoran demokrasi rakyat”, sehingga para petani kaya dan rakyat bersatu membentuk front rakyat
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
membangun negaranya. Uni Soviet berkembang pesat dalam mengembangkan
industri berat dengan penekanan tingkat konsumsi yang membuat tingkat investasi
industri berat sangat besar (Irawan, 1979: 159). China pada waktu itu masih
sebagai negara berkembang sebenarnya tidak cocok untuk mengadopsi strategi
pembangunan Soviet yang “dipaksakan”. Sistem ekonomi Soviet yang
menggunakan sistem ekonomi sosialis memiliki ciri sebagai berikut seperti yang
diungkapkan oleh Suroso dalam bukunya yaitu :
Sistem ekonomi sosialis dibangun berdasarkan tiga pandangan dasar : (1) upaya untuk mewujudkan kesamaan (equility), (2) penghapusan kepemilikan individu (private property), (3) pengaturan produksi dan distribusi secara kolektif. Tiga paradigma dasar di atas didasarkan pada motif untuk melenyapkan dampak-dampak buruk akibat diterapkannya sitem ekonomi kapitalis (Suroso, 1995: 138)
Mao Tse Tung mulai sadar dan membentuk kesatuan masyarakat yang
diberi nama “garis massa”. Melalui ajaran tersebut, Mao ingin semua pemimpin
harus berorientasi kepada massa, mengetahui apa yang diinginkan massa dan
membuat keputusan-keputusan yang sesuai dengan keinginan rakyat banyak
(Dahana, 2007: 6). Berbeda dengan Soviet yang menumpukan diri pada industri
berat, Mao menggalakan pertanian yang ditunjang industri kecil di pedesaan
melalui sistem comune. "kalau Stalin punya satu kaki, industri berat, kita punya
dua kaki, yakni pertanian dan industri," ucap Mao. Sehingga diharapkan kemajuan
pembangunan China dapat tercipta sesuai dengan tujuan pemerintah dan Partai
Komunis China karena garis massa mengarahkan perjuangan yang berorientasi
kepada petani. Golongan komunis China tidak dapat berbicara tentang dukungan
atau kewajiban rakyat tanpa berbicara tentang golongan petani.
Masyarakat beranggapan bahwa China di bawah Partai Komunis China
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan kondisi masyarakat, ekonomi, dan kebudayaan China. Itu semua
didasarkan kepada pengalaman Jiangxi dan Yanan (Long March) sebelum tahun
1949, yang membuat partai menjadi solid dengan banyak diuji pada saat Long
March dengan banyaknya penderitaan dan bahkan banyak pula yang meninggal.
Bakri dalam bukunya mengemukakan bahwa :
Mao sebagai pemimpin Partai Komunis China sudah tahu bagaimana keadaan partai sehingga siap untuk menghadapi semua masalah-masalah yang muncul ketika membangun China. Bahkan Mao mengajarkan bahwa partai komunis adalah partai yang menjalankan metode kritik untuk mempertahankan etos partai karena dengan melaksanakan kritik diri berarti dapat memecahkan konflik dan memperbaiki kesalahan-kesalahan (Bakri, 1997: 4).
Periode awal pemerintahan Mao mencerminkan sepenuhnya pemikiran
Sosialisme dengan menempatkan pembangunan sektor pertanian pada tingkat
teratas (Agung, 2012: 36). Penduduk China mayoritas menempati wilayah
pedesaan, tetapi tidak semua tanah pedesaan cocok untuk pertanian. Mao
mengungkapkan dua hal, salah satunya menekankan mengenai teori komunisnya
yang menyimpang dari kebiasaan ketika ia memberi tekanan pada kemampuan
revolusioner petani bukan kaum buruh (Ebenstein dan Fogelman, 1994: 86).
Penduduk yang banyak tidak disertai dengan pemenuhan pangan yang tepat.
kebutuhan-kebutuhan pangan yang semakin meningkat menimbulkan
masalah-masalah ekonomi. Mao melakukan pembaharuan sistem pemilikan tanah
(landreform) dan membentuk koperasi-koperasi rakyat. Kebijakan landreform
bertujuan menghilangkan hubungan sosial yang terdiri dari kelas-kelas
eksploitator dan kelas-kelas yang dieksploitasi (Agung, 2012: 38). Kebijakan ini
diperkenalkan dengan melakukan kampanye-kampanye ke desa-desa sehingga
masyarakat di pedesaan bisa mengetahuinya. Melalui kebijakan ini masyarakat
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diambil dan menghadiahkan tanah-tanah garapan tersebut kepada kaum petani
penggarap. Pada bulan Desember 1952 pembagian tanah selesai, sekitar 700 juta
mou (1/6 akre) tanah dibagikan kepada 300 juta petani (Taniputera, 2011: 583).
Selain memajukan bidang pertanian, modernisasi juga dilakukan terhadap
bidang industri, kereta api, sekolah, rumah sakit, bendungan, serta fasilitas umum
lainnya (Taniputera, 2011: 581). China harus berjalan dengan kaki sendiri
mengembangkan sektor industri dan pertanian secara bersamaan, serta menangani
industri berat dan ringan. Mao sangat serius dalam membangun China dengan
menggabungkan teori Marxis dengan realita China (Dikkoter, 2012: 29).
Keberhasilan dalam bidang pertanian terlihat dengan disertai keberhasilannya
dalam membuat dan memperbaiki dam-dam, kanal, waduk, saluran air, selokan
dan sistem pompa. Infrastruktur tersebut, dibangun dalam jumlah banyak
sehingga sebagian besar daerah dapat bertahan dari kekeringan yang
berkepanjangan. Oleh karena itu, sektor pertanian dapat berjalan walau dalam
musim kemarau. Dalam bidang industri dan perdagangan semuanya
dinasionalisasi, semua yang tadinya dimiliki dan ditangani swasta beralih ke
tangan negara.
Mao menetapkan sistem pembangunan lima tahun (PELITA) pada tahun
1953-1957 sebagai strategi untuk melihat perkembangan masyarakat dan
perkembangan yang terjadi di dalam partainya. Dalam pelaksanaan PELITA I
banyak diadopsi model-model pembangunan Soviet yang dikenal sebagai Stalinist
Strategy yang bertujuan mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan
penekanan pada sektor industri dengan produksi yang padat modal. Strategi ini
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengungkapkan secara garis besar mengenai ciri-ciri kebijakan PELITA I sebagai
berikut :
Komitmen untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi dari tahun ke tahun, konsentrasi khusus pada pembangunan industri, industrialisasi yang berorientasi pada pembangunan industri berat dan pertumbuhan ekonomi, mencapai tingkat tabungan dan investasi yang tinggi untuk memenuhi tiga tujuan diatas, industrialisasi dilaksanakan dengan devisa dari sektor pertanian, transformasi kelembagaan di sektor pertanian dan sektor-sektor ekonomi lain, dan menekankan metode pada modal dalam pemilihan teknologi produksi barang-barang industri (Agung, 2012: 43).
Industrialisasi dilaksanakan pada masa kebijakan PELITA I selama lima
tahun. Demi menopang pertumbuhan sektor industri, dilakukan perubahan yang
cukup mendasar dalam bidang pertanian. Prinsip kemandirian sangat dipegang
teguh pada masa pemerintahan Mao. Sektor industri mulai menjadi fokus tujuan
pembangunan. Sesuai dengan keinginan Mao yang ingin menjadikan China
menjadi negara Adidaya untuk menguasai dunia. Mao memiliki ambisi untuk bisa
mengalahkan Inggris. China memberdayakan kekuatan produktif dalam negeri
demi mengejar ketertinggalan dari negara-negara barat. Dengan bantuan Uni
Soviet, sektor industri baru dibangun dan produksi pertanian akhirnya jatuh ke
titik di mana industri mulai menghasilkan modal yang cukup besar. Mao Tse
Tung pada waktu itu, membiarkan Liu Deng untuk menjalankan pembangunan
yang pragmatis, mengutamakan pertumbuhan ekonomi daripada rasa
egaliterianisme dan memihak pada teknostruktur (Agung, 2012: 44). Mao ingin
menyalurkan semua yang dimiliki negerinya untuk program industrialisasi,
keseluruhan proses industrialisasi harus dirampungkan dalam waktu sepuluh
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dengan adanya perubahan pembangunan ekonomi yang memfokuskan
sektor industri, dapat dikatakan bahwa China mulai meletakan dasar bagi
pertumbuhan pembangunan ke arah modernisasi. Mao membawa China untuk
bangkit dari keterbelakangan. Sebenarnya perkembangan dalam satu sektor tidak
harus melemahkan sektor yang lain. Ini dapat dilihat dari hari presentase,
pertumbuhan sektor industri mencapai 16-18% setiap tahun, dan pertumbuhan
sektor pertanian mencapai 3,1-7,7% setiap tahun (Agung, 2012: 47). Pertumbuhan
sektor industri tampak lebih tinggi, karena memang sektor ini yang ditekankan
sebagai fokus pemerintah pada waktu itu. Li Yi salah seorang Production
Management Departement Jialing Honda Motor Co.,Ltd mengungkapkan bahwa :
Pada tahun 1950 ditandai dengan lahirnya Jing Gang Shan, merek motor Cina pertama berbasis motor Jerman Zundapp K500. Pada tahun 1956, Hongdu Machiney Plant dan Xinjiang Machine Plant merehab motor Soviet M-72. Motor bersespan ini dipasok buat tentara Cina. Tak berhenti mereka lanjut membuat motor kelas sedang lewat Xinfu 250 yang terinspirasi dari Jawa 250 asal Cekoslovakia. China juga membuat kapasitas motor kecil sampai besar mulai 50 cc, 100 cc, dan 150 cc. Semua ini untuk menyuplai kebutuhan pelayanan masyarakat mulai militer, polisi, pos-telekomunikasi dan banyak lagi (Dahana, 1997: 44).
Keberhasilan China mengembangkan sektor industri salah satunya dengan
dapat membuat sepeda motor memperlihatkan keberhasilan Mao untuk membawa
China ke arah modernisasi. Tidak tanggung-tanggung PELITA I mengalokasikan
58 % dari 20 miliar dana investasi untuk suplai barang-barang industri berat. Uni
Soviet memberi kontribusi penting dengan membantu proyek-proyek besar China
yang terdiri dari 7 pabrik besi dan baja, 24 stasiun tenaga pembangkit listrik dan
63 pabrik mesin (Akbar, 2011: 29). Industri berat yang paling besar adalah
peleburan baja di Wuhan (Hubei) dan di Baodou (Mongolia Dalam), pabrik baja
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
serta pengilangan minyak di Lanzhou (Wibowo, 2000: 54). Selain itu, antara 1952
dan 1957 industri China tumbuh dengan kecepatan yang melebihi 14,7% dari
rencana yang ditetapkan. Total output industri China meningkat dua kali lipat.
Data statistik menunjukan peningkatan yang signifikan seperti yaitu :
Produksi baja meningkat dari 1,31 juta metrik ton pada tahun 1952 menjadi 4,48 juta pada tahun 1957, semen dari 2,86 juta menjadi 6,86 juta, besi dari 1,9 juta menjadi 5,9 juta, batu bara dari 66 juta menjadi 130 juta, dan daya listrik dari 7,26 kilowatt perjam menjadi 19,34 milyar. China juga untuk pertama kalinya memproduksi sejumlah truk, traktor, pesawat jet dan kapal dagang (Darini, 2010: 34).
Kebijakan PELITA I ini, sesungguhnya tidak hanya merubah mindset
pertanian pada industri saja, namun lebih dari itu. Kebijakan yang diterapkan di
awal masa pemerintahan Mao, juga telah menarik pondasi awal ekonomi Negara
dari pedesaan yang merupakan basis petani menuju perkotaan yang merupakan
basis buruh. Dalam lima tahun pertama berjalannya kebijakan ini, terjadi
peningkatan yang cukup besar di sektor industri. Data menyebutkan bahwa pada
masa ini peningkatan dibidang industri rata-rata terjadi sebanyak 18% per tahun,
jauh di atas pertanian yang hanya 3% per-tahun. Puncak ekonomi dalam kurun
waktu ini adalah tahun 1956 ditandai dengan amat banyaknya industri-industri
baru yang muncul. Bahkan antara tahun 1953-1957, industri yang berkaitan dalam
bidang senjata atau militer juga meningkat dengan ditunjang 61 % dari anggaran
negara (Chang, 2007: 496). Semua itu untuk menjadikan China bukan hanya
sebagai negara industri saja tetapi juga menjadikan China menjadi negara adidaya.
Setelah sistem PELITA I berhasil seyogyanya Mao melanjutkan program
PELITA II. Namun, Mao justru mengeluarkan kebijakan lain yaitu Kebijakan
Lompatan Jauh Ke Depan. Padahal kebijakan PELITA ini sudah terbukti berhasil,
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan kebijakan barunya memaksa para komune petani di desa untuk bekerja di
sektor industri dan menyerahkan perabotan rumah tangga untuk meningkatkan
produksi baja. Strategi yang dilakukan Mao untuk meniru pembangunan Uni
Soviet yang menjurus kepada terbentuknya masyarakat teknostruktur yang
memunculkan kelas-kelas baru dan timbul birokrasi di dalam pemerintahan dan
partai, organisasi militer profesional, pranata ekonomi, dan sebagainya (Agung,
2011: 59).
Mao Tse Tung sebenarnya sudah membuat suatu kesatuan yang
dinamakan komune yang mengakibatkan semua faktor produksi (seperti lahan,
alat-alat pertanian dan hewan) diatur dalam sebuah kepemilikan bersama atau
kolektif (Akbar, 2011: 30). Mao yakin bahwa petani merupakan kekuatan utama
dalam perjuangan revolusioner, dan kepemimpinan dalam perjalanan itu harus
muncul dari kelompok petani (Ebenstein dan Fogelman, 1994: 87). Pertanian dan
industri diharapkan dapat berjalan dengan beriringan. Dengan adanya peningkatan
dalam sektor industri harusnya rakyat China juga dapat sejahtera. Namun sangat
ironis ketika pada tahun 1960 terjadi bencana kelaparan di China padahal negara
tersebut merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Dengan
menggantikan PELITA 1 dengan kebijakan the great leap forward atau lompatan
jauh ke depan memberikan tanda tanya. Kebijakan lompatan jauh yang memiliki
sasaran mengungguli semua negara kapitalis dalam waktu singkat dan menjadi
salah satu negara paling kaya, paling maju, dan paling berkuasa di seluruh dunia.
Selain itu, keadaan China pada masa sekarang yang menjadi negara industri maju
menimbulkan pertanyaan besar, sejak kapan China menjadi negara industri
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai “Kebijakan The Great Leap Forward
Mao Tse Tung dan Dampaknya Terhadap Industri China Tahun 1958-1962”.
1.2Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas, terdapat beberapa permasalahan
yang akan menjadi kajian dalam penulisan skripsi ini. Adapun permasalahan
pokoknya adalah “Bagaimana kebijakan The Great Leap Forward atau lompatan
jauh ke depan Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap Industri China tahun
1958-1962 ?”
Sementara untuk membatasi kajian penelitian ini, maka diajukan beberapa
pertanyaan sekaligus sebagai rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi
ini adalah:
1. Bagaimana keadaan ekonomi China sebelum pelaksanaan kebijakan The Great
Leap Forward?
2. Apa yang melatarbelakangi Mao Tse Tung menerapkan kebijakan The Great
Leap Forward?
3. Bagaimana pelaksanaan kebijakan The Great Leap Forward?
4. Bagaimana dampak kebijakan The Great Leap Forward bagi industri di China?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak di capai penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan keadaan ekonomi China pasca merdeka, pada masa
pemerintahan Mao Tse Tung untuk memajukan pembangunan China sebelum
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Mengidentifikasi latar belakang Mao Tse Tung menerapkan kebijakan
lompatan jauh ke depan yaitu alasan penerapan kebijakan The Great Leap
Forward oleh Mao Tse Tung dilihat dari beberapa aspek, baik aspek ekonomi,
politik, maupun sosial budaya.
3. Mendeskripsikan penerapan kebijakan The Great Leap Forward atau
lompatan jauh ke depan mulai dari proses atau tahapan penerapan kebijakan
hingga hasil dari penerapan kebijakan tersebut bagi dalam bidang pertanian
maupun industri.
4. menjelaskan dampak kebijakan The Great Leap Forward bagi industri China
dan para buruh industri yang bekerja di pabrik-pabrik dalam kurun waktu
1958-1962.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Memperkaya penulisan tentang Sejarah kawasan yaitu sejarah kebangkitan
China.
2. Menambah pengetahuan penulis maupun pembaca tentang kebijakan Mao Tse
Tung yaitu kebijakan The Great Leap Forward atau lompatan jauh ke depan
dalam membangun China.
3. Mengetahui pengaruh kebijakan lompatan jauh ke depan terhadap industri di
China tahun 1958-1962.
4. Sebagai perluasan materi mata pelajaran sejarah kelas XII dengan Standar
Kompetensi menganalisis perkembangan sejarah dunia sejak Perang Dunia II
sampai dengan perkembangan mutahir. Adapun Kompetensi Dasar yang
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perubahan poltik dan ekonomi internasional setelah Perang Dunia II sampai
dengan berakhirnya Perang Dingin.
1.5Sistematika Penulisan Skripsi.
Adapun struktur organisasi skripsi yang akan dilakukan oleh penulis
adalah:
Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah yang menguraikan
mengenai alasan penulis untuk melakukan penelitian mengenai Kebijakan The
Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China
tahun 1958-1962. Untuk memperinci dan membatasi permasalahan agar tidak
melebar maka dicantumkan rumusan dan batasan masalah sehingga dapat dikaji
secara khusus dalam penulisan ini. Pada akhir dari bab ini akan dimuat tentang
metode dan teknik penelitian yang dilakukan oleh penulis, juga sistematika
penulisan yang akan menjadi kerangka dan pedoman penulisan karya ilmiah ini.
Bab II Kajian Pustaka. Dalam bab ini dipaparkan mengenai konsep-konsep,
sumber-sumber buku dan sumber lainnya yang digunakan sebagai referensi yang
dianggap relevan. Dijelaskan pula tentang beberapa kajian dan penelitian
terdahulu.
Bab III Metode Penelitian. Dalam bab ini diuraikan mengenai serangkaian
kegiatan serta cara-cara yang ditempuh dalam melakukan penelitian guna
mendapatkan sumber yang relevan dengan permasalahan yang sedang dikaji oleh
peneliti. Adapun metode yang digunakan adalah metode historis dan teknik yang
digunakan adalah studi literatur.
Bab IV Kebijakan The Great Leap Forward. Dalam bab ini penulis akan
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Alasan Mao Tse Tung menerapkan kebijakan tersebut di China. Bagaimana Mao
Tse Tung menerapkan kebijakan lompatan jauh ke depan pada tahun 1958 dan
dampak dari penerapan kebijakan tersebut bagi industri China pada tahun
1958-1962.
Bab V Kesimpulan dan Saran. Bab ini merupakan bab terakhir dari
rangkaian penulisan skripsi yang berisi tentang kesimpulan sebagai jawaban dari
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III secara umum merupakan pemaparan mengenai metode yang
digunakan oleh penulis dalam mengkaji mengenai Kebijakan The Great Leap
Forward Mao Tse Tung dan Dampaknya Terhadap Industri China Tahun 1958-1962.
Metode yang digunakan adalah metode historis, sistematikanya akan dijelaskan oleh
uraian berikut.
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah metode
historis dengan studi literatur dan studi dokumentasi sebagai teknik pengumpulan
data. Metode historis dipilih sebagai metode penelitian karena tulisan ini merupakan
kajian sejarah yang data-datanya diperoleh dari jejak-jejak yang ditinggalkan dari
suatu peristiwa masa lampau. Metode historis menurut Gottschalk (1986: 32) adalah
proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan dan
menuliskannya berdasarkan fakta yang diperoleh.
Sementara itu, menurut Wood Gray yang dikutip oleh Sjamsuddin (2007: 70)
dikemukakan bahwa paling tidak ada enam tahap yang harus ditempuh dalam
penelitian sejarah, yaitu:
1. Memilih suatu topik yang sesuai.
2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik.
3. Membuat catatan apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik
sumber).
5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola
yang benar dan berarti yaitu sistemtika tertentu yang telah disiapkan
6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan
mengkomunikasikannya kepada pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas
mungkin.
Terdapat beberapa tahapan dalam penelitian sejarah menurut Ismaun (2005:
125-131) yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Adapun
langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian sejarah ini adalah :
1. Heuristik
Heuristik berasal dari kata Yunani heurishein, yang artinya memperoleh
(Abdurahman, 2007: 64). Heuristik merupakan proses mencari dan mengumpulkan
fakta-fakta sejarah dari sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan yang
dikaji penulis. Menurut pendapat Sjamsuddin (2007: 86), heuristik adalah suatu
kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data atau materi sejarah,
atau evidensi sejarah yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji oleh
penulis.
Usaha-usaha yang dilakukan dalam mengumpulkan sumber ini yakni dengan
mencari sumber tulisan, browsing internet, dan sumber tertulis lainnya yang relevan
untuk pengkajian permasalahan yang dikaji. Dalam penelitian ini sumber berupa
sumber tulisan yang terdapat di buku-buku, arsip-arsip dan internet yang
berhubungan dengan Kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan Mao Tse Tung.
2. Kritik dan analisis sumber
Tahap kedua setelah penulis mendapatkan sumber-sumber yang dianggap
relevan dengan penelitian yang dikaji adalah melakukan kritik terhadap
sumber-sumber yang telah ditemukan baik dari buku, dokumen, Browsing internet, sumber-sumber
tertulis, maupun dari penelitian serta sumber lainnya. Menurut Sjamsuddin (2007:
131) seorang sejarawan tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum dan
tertulis pada sumber-sumber yang diperoleh. Melainkan ia harus menyaringnya
secara kritis, terutama terhadap sumber pertama, agar terjaring fakta-fakta yang
menjadi pilihannya. Sehingga dari penjelasan tersebut dapat ditegaskan bahwa tidak
digunakan oleh penulis, tetapi harus disaring dan dikritisi terlebih dahulu keotentikan
sumber tersebut.
Dalam hal ini, dilakukan uji keabsahan tentang keaslian (autentisitas) yang
dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber
(kredibilitas) yang ditelusuri melalui kritik intern. Sjamsuddin (2007: 105)
memaparkan bahwa fungsi kritik sumber bagi sejarawan erat kaitannya untuk
mencari kebenaran. Pada tahap ini sejarawan dihadapkan pada benar dan salah,
kemungkinan dan keraguan. Dengan demikian kritik sumber dikelompokkan dalam
dua bagian yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal menitikberatkan
pada aspek-aspek luar sumber sejarah sedangkan kritik internal lebih menekankan
pada isi dari sumber sejarah.
Kritik eksternal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana otentisitas dari
sumber yang diperoleh. Selain itu, menurut Abdurahman (2007: 68-69) aspek
eksternal bertujuan untuk menilai otentisitas dan integritas sumber. Aspek-aspek luar
tersebut bisa diuji dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: kapan sumber itu dibuat? Di
mana sumber itu dibuat? Siapa yang membuat? Dari bahan apa sumber itu dibuat?
Dan apakah sumber itu dalam bentuk asli? Khusus mengenai buku, penulis akan
melakukan kritik yang berkaitan dengan fisik buku dan melihat sejauh mana
kompetensi dari penulis buku sehingga isinya dapat dipertanggungjawabkan. Selain
kritik eksternal dalam penelitian historis dikenal juga kritik Internal.
Adapun kritik internal bertujuan untuk menguji reliabilitas dan kredibilitas
sumber. Menurut Ismaun (2005: 50) kritik ini mempersoalkan isinya, kemampuan
pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan
kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian-kesaksian dari sumber lain.
Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penilaian
intrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. kemudian
diambillah fakta-fakta sejarah melalui perumusan data yang didapat, setelah diadakan
3. Interpretasi
Setelah melalui kritik sumber, tahapan penelitian selanjutnya adalah
Interpretasi. Interpretasi merupakan langkah selanjutnya setelah dilakukan kritik dan
analisis sumber. Pada tahap interpretasi, penulis menafsirkan keterangan yang
diperoleh dari sumber sejarah berupa fakta-fakta yang terkumpul dari sumber-sumber
primer maupun sekunder dengan cara menghubungkan dan merangkaikannya
sehingga tercipta suatu fakta sejarah yang sesuai dengan permasalahan penelitian.
Dalam proses interpretasi, peneliti harus berusaha mencapai pengertian faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa (Abdurahman, 2007: 74).
Interpretasi sejarah atau yang biasa disebut juga dengan analisis sejarah
merupakan tahap dimana penulis melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang
diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori
disusunlah fakta itu dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Dalam hal ini ada dua
metode yamg digunakan yaitu analisis berarti menguraikan dan sintesis yang berarti
menyatukan. Keduanya dipandang sebagai metode utama di dalam interpretasi
(Kuntowijoyo, 2003: 100).
Adapun pendekatan yang digunakan penulis untuk mengkaji permasalahan
dalam skripsi ini adalah pendekatan interdisipliner dengan menggunakan
konsep-konsep dari ilmu ekonomi dan ilmu politik.
4. Historiografi
Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil
penelitian sejarah yang telah dilakukan (Abdurahman, 2007: 76). Layaknya laporan
penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah hendaknya dapat memberikan
gambaran yang jelas mengenai proses penelitian dari awal (fase perencanaan) sampai
dengan akhir (penarikan kesimpulan).
Dalam proses Heuristik penulis mengkaji dan menganalisis permasalahan yang
diangkat dengan :
1) Studi kepustakaan melalui buku-buku, jurnal ilmiah, maupun internet yang
2) Studi dokumentasi berupa arsip-arsip serta dokumen lain yang berhubungan
dan mendukung permasalahan dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini, seluruh kegiatan penulis secara garis besar dapat
digolongkan dalam tiga tahap yaitu: persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan
laporan penelitian.
3.2 Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian merupakan titik awal dalam suatu tahapan penelitian yang
harus dipersiapkan dengan matang. Tahap ini dilakukan dengan beberapa langkah
yaitu tahap penentuan dan pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan
penelitian serta bimbingan.
3.2.1 Pengajuan Tema Penelitian
Tahap ini merupakan tahap yang paling awal dalam melaksanakan suatu
penelitian. Pada tahap ini penulis melakukan proses memilih dan menentukan topik
yang akan dikaji. Penentuan tema dan judul skripsi ini dipengaruhi oleh ketertarikan
penulis terhadap mata kuliah Sejarah Kebangkitan Asia yang merupakan mata kuliah
yang pernah diikuti oleh penulis. Berdasarkan alasan tersebut, penulis merasa tertarik
untuk menulis sebuah skripsi yang bertemakan tentang sejarah China, khususnya
tentang Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap
industri China tahun 1958-1962.
Terlepas dari rasa ketertarikan pada mata kuliah Sejarah Kebangkitan China
tersebut, penulis juga diharapkan membuat proposal skripsi ketika akan memasuki
semester 7 oleh pembimbing akademik yaitu ibu Yeni Kurniawati M. Pd dan tuntutan
ketika mengikuti mata kuliah seminar penulisan karya ilmiah bersama dosen ibu Dra.
Murdiyah Winarti M.Hum. Pembuatan proposal skripsi pada semester 7 diharapkan
memudahkan dan mempercepat studi penulis. Sebenarnya judul skripsi ini
merupakan judul kedua yang penulis ajukan kepada dosen mata kuliah Seminar
mengenai Kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan Mao Tse Tung ketika mengikuti mata
kuliah Sejarah Kebangkitan negara-negara Asia dan tertarik terhadap sosok Mao Tse
Tung. Pada saat penulis jalan-jalan ke toko buku Gramedia, penulis menemukan buku
tentang Mao Tse Tung yaitu buku yang berjudul “Kelaparan Hebat pada masa Mao
Tse Tung”. Setelah membaca buku tersebut, penulis merasa tertarik untuk membahas
mengapa China yang merupakan negara agraris bisa mengalami kelaparan yang bisa
dikatakan parah. Bencana tersebut terjadi pada masa Mao Tse Tung menerapkan
kebijakan lompatan jauh ke depan. Sejak saat itu, penulis yang sedang mengontrak
mata kuliah seminar penulisan karya ilmah sering berkonsultasi dengan dosen mata
kuliah tersebut yaitu ibu Dra. Murdiyah Winarti M.Hum.
Setelah itu, penulis mencoba membuat proposal berdasarkan referensi yang
ditemukan di Perpustakaan Universitas Indonesia dan Perpustakaan Jurusan
Pendidikan Sejarah serta dari referensi internet. Setelah Memasuki semester ke-7
penulis dihadapkan pada mata kuliah Seminar Penulisan Karya Ilmiah. Pada
perkuliahan ini penulis mulai fokus untuk mencari referensi mengenai topik yang
akan dikaji. Selain itu, penulis juga melakukan proses heuristik ke perpustakaan
Batoe Api di Jatinangor dan mendapatkan beberapa buku referensi.
Setelah itu penulis berkonsultasi kembali dengan Ibu Dra. Murdiyah Winarti
M.Hum selaku dosen mata kuliah Seminar Penulisan Karya Ilmiah dan menyarankan
untuk daftar kepada bapak Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si selaku ketua TPPS (Tim
Pertimbangan Penulisan Skripsi). Setelah berkonsultasi dengan Bapak Drs. H. Ayi
Budi Santosa, M.Si, penulis disetujui untuk mengajukan judul “Pengaruh Kebijakan
Lompatan Jauh Ke Depan Mao Tse Tung Tahun 1958-1962” untuk dipresentasikan
dalam seminar proposal skripsi.
3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian
Pada tanggal 1 Mei 2013 , penulis melaksanakan seminar proposal skripsi.
Dalam seminar proposal tersebut, penulis mendapatkan banyak masukan dari para
selaku calon pembimbing I, judul proposal yang sebelumnya “Pengaruh Kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan Mao Tse Tung Tahun 1958-1962”, agar diganti menjadi
menjadi “Kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan Mao Tse Tung dan Dampaknya
Terhadap Industri China Tahun 1958-1962”. Selain perbaikan judul, masukan lain
yang diterima oleh penulis dari calon pembimbing I adalah agar menambah referensi
Setelah disetujui, maka pengesahan penelitian ditetapkan melalui Surat
Keputusan Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung No.
009/TPPS/JPS/PEM/2013. Dalam surat keputusan tersebut, ditentukan pula
pembimbing I, yaitu Bapak Dr. Agus Mulyana, M.Hum dan Dra. Lely Yulifar, M.Pd
sebagai pembimbing II. Adapun rancangan penelitian yang diajukan meliputi (1)
Judul penelitian, (2) Latar belakang masalah, (3) Rumusan masalah, (4) Tujuan
Penelitian, (5) Manfaat penelitian, (6) Kajian pustaka (7) Metode penelitian, dan (8)
Struktur Organisasi Skripsi.
3.2.3 Proses Bimbingan
Bimbingan merupakan suatu kegiatan konsultasi yang dilakukan oleh peneliti
dengan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II. Proses bimbingan ini sangat
diperlukan oleh penulis untuk membantu penulis dalam menentukan kegiatan
penelitian, fokus penelitian serta proses penelitian skripsi ini. Proses bimbingan ini
membuka jalan penulis untuk berdiskusi dengan Bapak Dr. Agus Mulyana, M.Hum
selaku pembimbing I dan Dra. Lely Yulifar, M.Pd selaku pembimbing II mengenai
permasalahan yang dihadapi selama penelitian ini dilakukan.
Proses bimbingan dilakukan bab demi bab secara intensif sehingga penulis dan
dosen pembimbing dapat berkomunikasi dengan baik. Kegiatan bimbingan ini
dilakukan setelah sebelumnya penulis menghubungi pembimbing dan kemudian
dibuat kesepakatan jadwal pertemuan antara penulis dengan pembimbing. Kegiatan
pertama bimbingan dilakukan pada tanggal 6 September 2013. Proses bimbingan ini
sangat berperan dalam penyusunan skripsi ini. Dari bimbingan tersebut, penulis
3.3 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian merupakan tahapan berikutnya setelah penulis
merancang dan mempersiapkan penelitian. Dalam penelitian skripsi ini, penulis
melakukan empat tahap penelitian, sebagai berikut.
3.3.1 Heuristik
Berkaitan dengan penelitian ini, proses heuristik yang dilakukan penulis sudah
dimulai sekitar bulan Januari 2013. Pada tahap ini, penulis mencari dan
mengumpulkan sumber tertulis yang berhubungan dengan sejarah China baik berupa
buku-buku, jurnal ilmiah, maupun artikel internet yang relevan dengan permasalahan
yang dikaji.
Dalam pencarian sumber-sumber tersebut, penulis mendatangi berbagai
perpustakaan dan toko buku. Adapun perpustakaan yang dikunjungi oleh penulis
adalah sebagai berikut: Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung,
Perpustakaan HIMAS dan Perpustakaan Batoe Api. Sedangkan toko buku yang
didatangi adalah toko buku Palasari, Gramedia, Rumah Buku, Obor, Lawang Buku
dan Toga Mas serta pedagang buku bekas di jalan Dewi Sartika. Selain di
tempat-tempat tersebut, penulis juga melakukan pencarian sumber melalui browsing di
internet sebagai tambahan pengetahuan serta wawasan penulis mengenai penelitian
yang dikaji. Penjelasan mengenai penemuan sumber-sumber tersebut penulis
paparkan sebagai berikut:
1. Pada bulan Januari 2013, penulis mengunjungi toko buku Gramedia dan
menemukan buku Kelaparan Hebat Pada Masa Mao Tse Tung.
2. Pada bulan Januari juga, penulis mengunjungi perpustakaan Universitas
Pendidikan Indonesia dan memperoleh buku-buku tentang Sejarah China
yaitu buku Sejarah Asia Timur, History of China, dan buku Negara dan
Revolusi Sosial : suatu analisis komparatif tentang Prancis, Rusia, dan
3. Pada bulan Maret 2013, penulis memperoleh buku karangan Jung Chang dan
Jon Halliday yang berjudul Mao: Kisah-kisah yang tidak diketahui, buku
The Private Life of Chairman Mao karangan Li Zhisui, buku Kisah Para
Diktator karya Jules Archer, dan buku Mao Tse Tung Desa Menngepung
Kota Dari Revolusi Demokrasi Ke Revolusi Sosialisme karya Tzen Po Ta.
4. Pada bulan Mei 2013, penulis memperoleh buku Lima Orang Cina Pengubah
Dunia karangan Xu Xin, Mao Zedong a bibliography karangan Alan
Lawrance, Negara dan Masyarakat karangan I Wibowo, Isme-isme Dewasa
Ini karangan William Ebernstein et al , dan buku Kegagalan Besar: muncul
dan runtuhnya komunisme dalam abad kedua puluh karangan Zbigniew
Brzezinki.
5. Pada bulan Juli 2013, penulis memperoleh e-book yang berjudul Garis
Besar Sejarah China Era Mao karya Ririn Darini.
6. Pada bulan September 2013, penulis memperoleh buku China: Peluang atau
ancaman karya Aa Kustia Sukarnaprawira.
7. Pada bulan Oktober 2013, penulis memperoleh buku Empat Karya Filsafat
karya Mao Tse Tung, dan buku Transformasi Besar China Dinamika Negara
Dalama Kebangkitan Ekonomi karya Nanda Akbar.
3.3.2 Kritik Sumber
Pada tahap ini penulis berupaya melakukan penilaian dan mengkritisi
sumber-sumber yang telah ditemukan baik dari buku, arsip, internet, maupun sumber-sumber tertulis
lainnya yang relevan. Sumber-sumber ini dipilih melalui kritik eksternal yaitu cara
pengujian aspek-aspek luar dari sumber sejarah yang digunakan, dan menggunakan
kritik internal yaitu pengkajian yang dilakukan terhadap isi dari sumber sejarah
3.2.2.1. Kritik Eksternal
Dalam skripsi ini, langkah pertama yang dilakukan oleh penulis berkaitan
dengan kritik eksternal ini adalah melakukan kritik terhadap fisik buku itu sendiri.
Fisik yang dimaksud disini adalah dengan melihat tahun terbit buku, apakah
buku-buku tersebut diterbitkan bertepatan ataukah diluar rentang waktu dari peristiwa yang
sedang dikaji. Berdasarkan hasil kritik tersebut, ternyata buku-buku yang digunakan
oleh penulis ada yang tergolong kepada sumber primer maupun sumber sekunder.
Sumber primer contohnya adalah buku karya Jung Chang dan Jon Halliday (2007)
yang berjudul Mao: Kisah-kisah Yang Tak Diketahui Sedangkan buku yang
digolongkan kepada sumber sekunder diantaranya adalah: buku karya Frank Dikotter
(2010) yang berjudul Kelaparan Hebat Di Masa Mao, dan buku karya I Wibowo yang
berjudul Negara dan Masyarakat. Sumber sekunder maupun primer tersebut sangat
membantu penulis dalam mengkaji berbagai permasalahan yang diajukan.
Langkah kedua yang dilakukan oleh penulis berkaitan dengan kritik eksternal
ini adalah dengan melihat latar belakang penulis buku. Hal ini dilakukan dalam
rangka menilai apakah si penulis benar-benar kompeten dibidangnya atau tidak.
Contoh kritik eksternal pertama yang berkaitan dengan tahapan ini adalah buku yang
ditulis oleh Chang dan Halliday (2007) yang berjudul Mao: Kisah-kisah Yang Tak
Diketahui. Jung Chang merupakan seorang asli keturunan China yang pernah menjadi
Pengawal Merah pada masa Mao Tse Tung menjabat sebagai Presiden RRC sebelum dikirim ke pedesaan untuk bekerja sebagai petani, “dokter berkaki telanjang”, pekerja pabrik baja, dan tukang listrik. Dia hidup pada masa Mao dan merasakan dampak
kebijakan yang dibuat oleh Mao. Jung Chang merupakan seorang warga RRC
pertama yang memperoleh gelar doktor dari Universitas di Inggris. Sedangkan Jon
Halliday adalah suami dari Jung Chang yang merupakan mantan senior visiting research fellow di King’s College, University of London. Dia merupakan peneliti yang mengkhususkan kajiannya di Asia. Bersama-sama mereka melakukan penelitian dan
menulis biografi Mao Zedong dan menulis buku yang berjudul Mao : Kisah-kisah
Kritik eksternal kedua penulis lakukan terhadap buku yang ditulis oleh Dikotter
(2010) yang berjudul Kelaparan Hebat Di Masa Mao. Dikkoter adalah seorang
profesor pengajar bidang Kemanusiaan di Universityof Hong Kong dan Profesor
Sejarah Modern China dari School of Oriental and African Studies, University of
London. Beliau banyak menulis mengenai China diantaranya buku-buku terkenal
karyanya adalah China sebelum Mao, Tragedi Pembebasan : sebuah Tragedi Revolusi
Komunis dan buku Kelaparan Hebat Di Masa Mao.
Kritik eksternal ketiga penulis lakukan terhadap buku yang ditulis oleh
Wibowo (2000) yang berjudul Negara dan Masyarakat. Wibowo merupakan Kepala
Pusat Studi China di Jakarta. Dia mendapatkan gelar doktor dari School of Oriental
and African Studies, University of London, dalam bidang ilmu politik dengan
referensi khusus politik China. Beliau banyak menulis mengenai China sehingga
penulis banyak menggunakan buku karyanya.
Berdasarkan hasil kritik eksternal tersebut, penulis berasumsi bahwa
karya-karya yang ditulis oleh penulis-penulis di atas, bisa dipergunakan sebagai sumber
untuk mempermudah dalam menjawab berbagai permasalahan dalam skripsi ini,
karena kiprah mereka di bidang penulisan Sejarah China sudah tidak bisa diragukan
lagi.
3.2.2.2. Kritik Internal
Berhubungan dengan tahap kritik atau verifikasi sumber, dalam penelitian ini
penulis berusaha untuk menyaring dan mengkritisi semua sumber-sumber yang telah
didapatkan pada proses heuristik. Contoh kritik yang dilakukan oleh penulis adalah
dengan melihat perbandingan dari buku-buku yang penulis gunakan sebagai sumber
dalam penulisan skripsi ini. Perbandingan isi sumber tersebut penulis lakukan
terhadap buku yang ditulis oleh Jung Chang dan Jon Halliday (2007) yang berjudul
Mao: Kisah-kisah Yang Tak Diketahui dan oleh Frank Dikotter (2010) yang berjudul
Dalam bukunya, Jung Chang memaparkan mengenai sasaran dari Lompatan
Jauh ke Depan adalah mengungguli semua negara kapitalis dalam waktu singkat dan
menjadi salah satu negara paling kaya, paling maju, dan paling berkuasa di dunia.
China dapat mengungguli negara-negara kapitalis barat dalam bidang industrialisasi
sehingga China bukan hanya sebagai pemimpin di Asia tetapi juga pemimpin dunia.
Hal ini sama diungkapkan oleh Frank Dikkoter bahwa sasaran utama Lompatan Jauh
Ke Depan adalah baja. Baja merupakan material yang dianggap lambang kegagahan
sosialisme, mengingat materianya yang keras, berkilau, dipakai di semua industri
modern di dunia. Bila China dapat berhasil memanfaatkannya maka China dapat
tumbuh dan berkembang melebihi Uni Soviet, Inggris, bahkan Amerika Serikat.
Dalam proses ini, penulis juga harus cermat dalam membandingkan isi kedua
buku tersebut. Penulis melihat keduanya memiliki suatu kesamaan dalam melihat
sasaran kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan. Penulis harus menilai apakah
buku-buku tersebut banyak memuat unsur subjektivitas penulisnya atau tidak. Hal tersebut
penting dilakukan untuk meminimalisir tingkat subjektivitas dalam penelitian ini,
sehingga interpretasi penulis akan lebih objektif.
3.3.3 Interpretasi
Dalam kaitannya dengan penelitian skripsi yang berjudul “Kebijakan Lompatan
Jauh Ke Depan Mao Tse Tung dan Pengaruhnya Terhadap Industri China Tahun
1958-1962”, interpretasi yang penulis lakukan adalah melakukan penafsiran terhadap
data-data dan fakta-fakta yang sudah diperoleh dari hasil studi literatur.
Untuk mempertajam analisis terhadap permasalahan yang penulis kaji, maka
pada tahap ini digunakan pendekatan interdisipliner. Pendekatan interdisipliner yang
digunakan ialah ilmu sejarah sebagai disiplin ilmu utama dalam mengkaji
permasalahan dibantu oleh ilmu-ilmu sosial lainnya seperti ekonomi dan politik. Hal
ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang
Kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan merurut Sutopo dalam buku “China
Sejarah Singkat” merupakan program industrialisasi yang radikal dan ingin
menjadikan China menjadi negara kapitalis dalam waktu singkat (2009: 121). Leo
Agung menjelaskan bahwa kebijakan kebijakan ini merupakan suatu program
meningkatkan produksi industri, baik berat maupun ringan, dan kontruksi secara
besar-besaran serta pengerahan tenaga rakyat secara besar-besaran agar industri baja
dapat menyamai Inggris dalam kurun waktu 15 tahun (2012: 63). Sedangkan Ivan
Taniputera memaparkan bahwa kebijakan ini adalah program peningkatan produksi
baja dan industri China dimana China akan diubah dari negara agraris menjadi
industri dalam sekejap mata saja (2011: 584).
Berdasarkan penjelasan beberapa ahli di atas, penulis menafsirkan bahwa
kebijakan lompatan jauh ke depan merupakan upaya Mao Tse Tung untuk merubah
China menjadi negara industri dalam waktu singkat tanpa memperhatikan keadaan
geografs dan rakyat China. Mao menginginkan produksi baja China dapat
berkembang dan maju mengungguli negara barat seperti Inggris dalam waktu yang
relatif singkat. Penulis melihat semuanya memiliki suatu kesamaan dalam
menjelaskan mengenai kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan. Sehingga penulis dapat
mengambil suatu penafsiran atau interpretasi tersebut.
3.3.4 Historiografi
Tahap historiografi merupakan tahap akhir dari tahap penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya dari mulai tahap heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.
Historiografi ini akan penulis laporkan dalam sebuah tulisan berbentuk skripsi dengan
judul “Kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan Mao Tse Tung dan Dampaknya Terhadap
Industri China Tahun 1958-1962”. Skripsi ini penulis susun dengan gaya bahasa
yang sederhana, ilmiah dan menggunakan penulisan yang sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan. Sedangkan untuk teknik penulisan, penulis menggunakan sistem
Harvard seperti yang berlaku dan telah ditentukan dalam buku Pedoman Penulisan
Untuk mempermudah penulisan, maka disusun kerangka tulisan dan
pokok-pokok pikiran yang akan dituangkan dalam tulisan berdasarkan data-data yang telah
diperoleh. Sedangkan tahap akhir penulisan dilakukan setelah marteri atau bahan dan
kerangka tulisan selesai dibuat. Tulisan akhir dilakukan bab demi bab sesuai dengan
proses penelitian yang dilakukan secara bertahap. Masing-masing bagian atau bab
mengalami proses koreksi dan perbaikan berdasarkan bimbingan dari dosen
pembimbing skripsi.
Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis membaginya ke dalam lima bab
yaitu Pendahuluan, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, Pembahasan dan terakhir
adalah Kesimpulan. Adapun sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab
yaitu :
Bab satu terdiri dari bab pendahuluan yang merupakan paparan dari penulis
yang berisi tentang latar belakang masalah, mengapa penulis memilih masalah
mengenai kebijakan lompatan jauh ke depan dan dampaknya terhadap industri China
tahun 1958-1962. Selanjutnya rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metode dan teknik penelitian, sistematika penelitian.
Bab dua terdiri dari kajian pustaka. Bab ini memaparkan mengenai tinjauan
kepustakaan yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji dalam skripsi
tersebut. Dalam bab dua ini dipaparkan mengenai berbagai referensi yang
berhubungan dan relevan dengan tema skripsi.
Bab tiga terdiri dari metode penelitian. Pada bab ini penulis menguraikan
langkah-langkah, metode, dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam
mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber serta analisis dan cara
penulisannya. Semua prosedur dalam penelitian akan dijelaskan dalam bab ini secara
lengkap.
Bab empat berisi hasil penelitian dan pembahasan. Dalam hal ini penulis
berusaha untuk menggabungkan tiga bentuk teknik sekaligus yaitu deskripsi, narasi,
dan analisis. Penulis memaparkan pembahasan mengenai kebijakan The Great Leap
dikembangkan dalam sub bab-sub bab sesuai dengan keperluan penelitian. Penulis
menjelaskan mengenai kebijakan The Great Leap Forward atau lompatan jauh ke
depan Mao Tse Tung, alasan Mao Tse Tung menerapkan kebijakan tersebut di China,
Bagaimana Mao Tse Tung menerapkan kebijakan The Great Leap Forward pada
tahun 1958? dan dampak dari penerapan kebijakan tersebut bagi industri China pada
tahun 1958-1962.
Bab lima membahas mengenai kesimpulan dari permasalahan-permasalahan
yang ada serta berisi tanggapan dan analisis yang berupa pendapat terhadap
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul
Kebijakan The Great Leap Forward dan Dampaknya Terhadap Industri
China Tahun 1958-1962. Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban atas
permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam bab sebelumnya.
Selama mengerjakan penelitian ini, berdasarkan hasil temuan terdapat empat hal
yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang dibahas, yaitu:
Pertama, keadaan Republik Rakyat China (RRC) sebelum kebijakan The
Great Leap Forwatd atau Lompatan Jauh Ke Depan diterapkan memang
mengalami pasang surut. China mengalami kesulitan ekonomi yang cukup parah.
Hampir seluruh bidang tidak dapat berkembang pasca perang kemerdekaan. Para
petani yang merupakan senjata utama Mao dalam menegakan kekuasaan komunis
di China. Pertanian tidak dapat berkembang sebelum tanah yang dikuasai tuan
tanah dapat dengan bebas digarap oleh para petani. Begitu juga dengan sektor
industri karena China belum dapat
Kondisi China yang lemah dalam segala bidang berusaha dibangkitkan oleh
Mao dengan mengambil jalan komunis. China dibawanya menjadi negara
komunis dalam segala bidang. Bidang pertanian menjadi fokus terlebih dahulu
karena kekuatan China ada di sektor pertanian. Kemajuan Uni Soviet dijadikan
sebagai suatu contoh dan merubah fokus pembangunan ekonomi dari pertanian
menjadi industri.
Kedua, alasan Mao Tse Tung melaksanakan kebijakan The Great Leap
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dianggap masih tertinggal dari Uni Soviet sebagai negara seideologi. Mao
menginginkan China dapat berkembang mengungguli negara-negara industri di
dunia dan merubah China dengan industrialisasi yang selalu diidam-idamkannya.
Kondisi dunia yang memberikan posisi teratas bagi negara yang dapat
memproduksi baja sebagai hasil industri secara besar-besaran membuatnya terus
berusaha untuk menjadikan negara ini menjadi negara industri melalui kebijakan
tersebut.
Ada beberapa alasan bagi Mao mengeluarkan kebijakan ini, yakni
diantaranya ingin melespaskan China dari bayang-bayang Uni Soviet, China harus
berkembang dengan caranya sendiri karena memiliki karakteristik yang berbeda.
Walaupun memiliki luas wilayah yang sama tetapi dari segi potensi wilayah jelas
berbeda. Mao mencoba mencari jalan baru yang sesuai dengan China.
Kesejahteraan masyarakat menjadi tujuan utama dengan jalan komunis yang
diambil RRC sebagai ideologinya. Mao ingin mencari jalan baru yang berbeda
dari Uni Soviet agar China tidak lagi selalu bergantung pada Soviet. Kemiskinan
yang dialami masyarakat China tentu menjadi masalah bagi para pemimpin China
untuk mencari jalan baru dengan memaksimalkan seluruh potensi China.
Ketiga, pelaksanaan kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan dilaksanakan
dengan dua bidang secara sekaligus yakni bidang pertanian dan industri.
Pelaksanaan kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan ini, penulis simpulkan terlalu
terburu-buru dan terkesan tanpa perencanaan yang matang. Mao dan pemerintah
beserta partai hanya mementingkan target produksi dengan memberikan kuota
yang tidak masuk akal. Sektor pertanian diharapkan dapat memproduksi dengan
jumlah yang banyak, begitu juga dengan sektor industri. Tetapi, apa yang
diperintahkan Mao tersebut justru tidak masuk akal, karena para petani harus ikut
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Perintah-perintah Mao dalam pelaksanaan kebijakan Lompatan Jauh Ke
Depan terlihat sangat ambisius tanpa memperhatikan akibat yang dapat
ditimbulkan. Walaupun tujuannya baik tapi terkesan sangat memaksakan. Dengan
demikian, hasilnya pun sudah dapat dipastikan. Tujuan yang sangat tinggi dari
pemerintah tidak dibarengi dengan perencanaan yang matang dan tidak
memperhitungkan akibat yang dapat ditimbulkan.
Keempat, dampak dari pelaksanaan kebijakan lompatan jauh ke depan
dalam bidang industri ternyata sangat terasa. Perencanaan yang terkesan
terburu-buru memberikan dampak yang besar bagi masyarakat dan perekonomian China
terutama sektor industri. Industri China yang mulai membaik harus hancur akibat
ambisi Mao dengan melaksanakan kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan. Diawal
pelaksanaan kebijakan ini, industri mendapat fokus perhatian paling depan. Dana
yang besar dikeluarkan untuk membangun industri dibarengi dengan
mendatangkan para ahli, namun dengan perencanaan yang buruk, hasil yang
diharapkan hanya berjalan dalam hitungan kurang lebih satu tahun. Setelah itu,
masalah kembali datang. Hasil produksi tinggi dari sektor industri sangat
diharapkan Mao, tapi karena sikapnya yang terlalu ambisius dan terburu-buru
justru membawa industri kembali kepada kehancuran.
Secara garis besar, kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan ini dianggap gagal,
namun ternyata berdampak besar bagi industri China. Dengan adanya kebijakan
ini, China memiliki modal besar untuk membangun industrinya di masa depan.
munculnya pabrik-pabrik dengan menggunakan mesin-mesin canggih dapat
dimanfaatkan oleh pengganti Mao dalam mengembangkan industri China.
Bantuan-bantuan Uni Soviet berupa materi, mesin maupun tenaga ahli
memberikan modal dan pengalaman bagi masyarakat China setelah kebijakan ini
Nyangnyang Engkus, 2014
Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengalaman bagi masyarakat untuk membangun industri di masa yang akan
datang karena China sudah memiliki pabrik-pabrik disertai dengan mesin-mesin
hasil import dari Uni Soviet. Pengalaman dan modal inilah yang dimanfaatkan
oleh penerus Mao baik Liu Shaoqi mau