ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “ Strategi Mao Tse Tung dalam Perang Saudara di China tahun 1927-1949”. Latar belakang permasalahan ini didasarkan atas strategi yang dijalankan oleh Mao Tse Tung pada saat perang saudara berlangsung. Partai Komunis China yang terdesak secara militer oleh pihak Partai Nasionalis China membuat Mao Tse Tung untuk menjalankan strategi Long March dari Kiangsi ke Yenan. Persenjataan Partai Komunis China yang sedikit membuat Mao Tse Tung melakukan Long March dan menyusun strategi untuk menggulingkan kekuasaan Partai Nasionalis China. Masalah utama yang diangkat dalam skripsi ini adalah “Bagaimana Strategi Mao Tse Tung dalam perang saudara di China?”. Tujuan utama dalam skripsi ini adalah dapat mengetahui serta mendeskripsikan secara jelas strategi yang dilakukan oleh Mao Tse Tung dalam perang saudara di China. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode historis. Pendekatan dalam skripsi ini menggunakan pendekatan militer, politik, ekonomi, dan sosiologi. Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa, Mao Tse Tung menggunakan Strategi Long March dan desa mengepung kota dalam perang saudara di China tahun 1927-1949. Mao Tse Tung melaksanakan strategi Long March dari Kiansi ke Yenan dengan tujuan untuk: menghindari serangan Chiang Kai Sek, bergerilya melawan Jepang, menguji mental kader-kader Komunis, mendekatkan diri kepada Uni Soviet, dan menyebarkan paham Komunis ke desa-desa. Mao Tse Tung yang menyadari bahwa ia tidak dapat meyerang Chiang Kai Sek saat itu memutuskan untuk menghindar dan membuat basis-basis pertahanan Komunis di beberapa desa yang dilalui saat Long March. Dampak Long March sangat besar terhadap perkembangan Partai Komunis China. Dengan dukungan para petani dan buruh membuat Mao Tse Tung menjalankan strategi desa mengepung kota untuk meyerang Chiang Kai Sek. Mao Tse Tung menggunakan propagandanya untuk mendapatkan simpati dari rakyat pedesaan. Dengan adanya dukungan dari desa membuat Mao Tse Tung menguasai beberapa desa terlebih dahulu, baru setelah itu ia menyerang basis-basis kekuatan Chiang Kai Sek yang terletak di kota-kota besar. Dengan dikuasainya beberapa kota penting di China membuka jalan bagi Partai Komunis China untuk semakin memperluas gerakannya dan mengalahkan Chiang Kai Sek. Keberhasilan Long March dan desa mengepung kota membuat Mao Tse Tung diakui sebagai Pemimpin Tertinggi Komunis dan menjadikannya sebagai pemimpin dari negara Republik Rakyat Tiongkok.
ABSTRACT
The thesis is entitled “Strategy of Mao Tse Tung during the civil war in 1927 -1949 in China”. The background of the problem is based on the strategies ran by Mao Tse Tung. He carried out a strategy named long march from Kiangsi to Yenan because the Chinese Communist Party was distress militarily by the Chinese Nationalist Party. The limit of the Chinese Communist Party in artillery pushed Mao Tse Tung to do the long march and set a strategy to overthrow the power of Chinese Nationalist Party. The main problem raises in this thesis is “how is the strategy of Mao Tse Tung in the civil war in China”, while the main objective is to know and to describe clearly the strategy of Mao Tse Tung.
In the thesis, I use historical method, which is developed into several methods such as military approach, political approach, economical approach, and sociological approach. Based on the research, it can be explained that Mao Tse Tung used a strategy long march, which caused the villagers surrounded the city in the civil war in china in 1927-1949. Mao Tse Tung executed the strategy long march from Kiansi to Yenan to avoid the attack of Chiang Kai Sek, to guerrilla against Japan, to test the mental of communist party cadre, to embed to the Soviet Union, and to spread the idea of communist to the villagers. Mao Tse Tung realized that he could not attack Chiang Kai Sek so he decided to avoid and made defense bases in several villages during the long march.
The impact of long march was extraordinary to the development of Chinese Communist Party. Support of farmers and laborers led Mao Tse Tung to run a village strategy by encircling the city to attack Chiang Kai Sek. Mao Tse Tung used propaganda to get the sympathy of rural people .With the support from the villagers Mao Tse Tung took control over several villages beforehand and then he attacked the bases of Chiang Kai Sek, which was located in big cities. Occupying several important cities in China gave a way for the Chinese Communist Party to expand the movement and to defeat Chiang Kai Sek. The success of long march and villagers encircled the city made Mao Tse Tung recognize as communist top leader and he became the leader of the state of the people of Republic of China.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKATA
PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah... 7
1.3 Tujuan Penelitian... 8
1.4 Manfaat Penelitian... 8
1.5 Metode Penelitian ... 8
1.6 Sistematika Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1 Tinjauan Pustaka ... 12
2.1.1Partai Komunis China ... 13
2.1.2Mao Tse Tung ... 16
2.1.3Perang Saudara di China Tahun 1927-1949 ... 18
2.2 Landasan Teori ... 23
2.2.2Teori Perang ... 29
2.2.3Teori Konflik ... 31
2.2.4Teori Gerilya ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
3.1 Persiapan Penelitian ... 36
3.1.1Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian ... 36
3.1.2Penyusunan Rancangan Penelitian ... 36
3.1.3Konsultasi ... 38
3.2 Pelaksanaan Penelitian ... 38
3.2.1 Heuristik ... 38
3.2.2 Kritik ... 40
3.2.2.1Kritik Eksternal... 41
3.2.2.2Kritik Internal ... 42
3.2.3 Interpretasi ... 43
3.3 Laporan Penelitian... 45
BAB IV STRATEGI MAO TSE TUNG DALAM PERANG SAUDARA DI CHINA TAHUN 1927-1949 ... 46
4.1 Situasi Politik China Sebelum tahun 1927 ... 46
4.1.1Revolusi 1911 ... 47
4.1.2Periode Yuan Shih Kai ... 49
4.1.3Gerakan 4 Mei 1919 ... 51
4.2 Riwayat Singkat Mao Tse Tung ... 52
4.2.1Masa Kecil dan Pendidikan Mao Tse Tung ... 52
4.2.2Keterlibatan Mao Tse Tung dalam Partai Komunis China ... 53
4.2.3Pemikiran Mao Tse Tung ... 56
4.3 Latar Belakang Mao Tse Tung Menjalankan Strategi Long March dan Desa Mengepung kota ... 59
4.4.1Strategi Long March dan Strategi Desa Mengepung Kota Partai
Komunis China ... 71
4.4.2Peristiwa-peristiwa Penting selama Long March ... 75
4.3.2.1Peranan Mao Tse Tung dalam Long March ... 79
4.3.2.2Analisis Strategi Long March Terhadap perkembangan Partai Komunis China ... 80
4.4.3Strategi Desa Mengepung Kota ... 81
4.5 Dampak Strategi Long March dan Desa Mengepung Kota ... 84
4.5.1Dampak Terhadap Partai Komunis China ... 85
4.5.2Dampak Terhadap Partai Nasionalis China ... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88
5.1 Kesimpulan ... 88
5.2 Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 92
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Negara China secara historis sudah memiliki peradaban yang sangat
maju, terbukti dengan munculnya peradaban Huang Ho (Sungai Kuning).
Dalam peradaban tersebut, China sudah mengenal sistem Monarkhi
dibuktikan dengan banyak berdirinya dinasti di daratan China dari Dinasti Xia
sampai dinasti Qing (Manchu). Sepanjang sejarah, daratan China tidak pernah
terlepas dengan konflik. Dimulai dari penggulingan tampuk kekuasaan pada
masa dinasti-dinasti sampai ke masa modern. Pemberontakan-pemberontakan
yang terjadi dapat dilakukan oleh berbagai macam kalangan, baik dari
masyarakat golongan bawah (petani, buruh) hingga golongan atas
(borjuis/bangsawan).
Daratan China sering terjadi pergantian tampuk kekuasaan. Sistem
pemerintahan daratan China berubah tergantung dari pemimpin yang
memerintah. Pada awalnya China menganut sistem monarki, dalam Revolusi
1911 Dr. Sun Yat Sen mengubah sistem pemerintahan menjadi Republik
dengan ajaran San Min Chu I (tiga maklumat kita). Revolusi 1911 terjadi
karena dinasti Qing mulai mengalami kemunduran. Beberapa peperangan
yang dilakukan oleh dinasti Qing untuk menolak kedatangan bangsa Barat
mengalami kekalahan. Dalam Perang Candu I (1839-1842) dan Perang Candu
II (1856-1860) membawa dinasti Qing mengalami kemerosotan. Daratan
China mulai terbagi-bagi oleh bangsa Barat. China menjadi negara Hipokoloni
(setengah terjajah) karena peperangan tersebut dimenangkan oleh bangsa
Barat, maka China harus tunduk atas keputusan yang dibuat oleh bangsa Barat
tersebut. Beberapa wilayah China diklaim oleh bangsa Barat seperti daerah
Yang Tze, Kanton, Hongkong, Shantung, Liao Pong, dan lainnya.
Peristiwa kemunduran China pada masa dinasti Qing membawa kaum
intelektual China untuk memulai sebuah Revolusi. Dr. Sun Yat Sen tokoh dari
memiliki dua tujuan yaitu : mengusir bangsa Barat dari daratan China dan
mempersatukan seluruh bangsa China. Revolusi 1911 menjadi penanda
berakhirnya sistem monarki di China.
Revolusi 1911 membawa masyarakat China untuk terbuka melihat
dunia luar dan membawa masyarakat China menuju era modern. Pada masa
Revolusi 1911 China mengalami konflik yang berkepanjangan. Setelah Dr.
Sun Yat Sen berhasil memerdekakan Republik China Selatan, Dr. Sun Yat
Sen ingin menyatukan China Selatan dengan China Utara. Penguasa China
Utara Yuan Shih Kai setuju untuk mempersatukan China dengan syarat yang
menjadi presiden China bersatu adalah Yuan Shih Kai. Demi persatuan China
Dr. Sun Yat Sen menyetujui hal tersebut. Tetapi tidak lama Yuan Shih Kai
berkuasa, Yuan Shih Kai meninggal karena penyakit, menyebabkan China
kembali terpecah. seperti tertulis dalam buku History of China, yaitu:
Wafatnya Yuan masih belum menyelesaikan berbagai permasalahan yang mendera republic muda itu. Para gubernur militer atau penguasa lokal yang disebut warlord (secara harafiah: “Penguasa Perang”, Mandari: dujun) saling bertempur satu sama laindemi memperebutkan kekuasaan; bahkan pemerintah pusat tidak berdaya terhadap mereka….Kondisi ini berlangsung dari tahun 1916 hingga penyatuan kembali China oleh Chiang Kai Sek (Mandarin: Jiang Jieshi) pada tahun 1928 (Taniputera, 2009: 543).
Wilayah China Utara menjadi rebutan para jenderal-jenderal bawahan
Yuan Shih Kai yang disebut dengan Warlord. Warlord memiliki tujuan untuk
mendapatkan kekuasaan di Peking. Melihat China Utara bergolak Dr. Sun Yat
Sen dengan segera kembali memerdekakan Republik China Selatan.
Setelah kematian Dr. Sun Yat Sen (1925) yang berkuasa di China adalah
partai Nasionalis dibawah Rezim Chiang Kai Sek. Ketika rezim Chiang Kai
Sek berdiri daratan China utara masih bergolak. Perebutan wilayah di China
Utara yang terjadi antara para Warlord membuat masyarakat China
mengalami kemiskinan. Petani tidak memiliki lahan yang menyebabkan
Di tengah-tengah China sedang bergolak paham Komunisme mulai
masuk ke China. Komunisme yang berasal dari Rusia tersebut membuat
beberapa orang China mulai mengenal paham Komunis dan membuat Partai
Komunis China dengan tujuan membuat China menjadi negara Komunis.
Golongan Nasionalis menganggap kemunculan Partai Komunis China
berbahaya dan harus dihancurkan. Maka pada awal tahun 1927 golongan
Nasionalis mulai menangkapi anggota partai Komunis China dan mulai
banyak melakukan eksekusi terhadap kader-kader Komunis. Peristiwa
pembantaian Golongan Komunis yang dilakukan oleh Chiang Kai Sek
menyebabkan perpecahan di China.
Mereka melakukan pembersihan barisan untuk melawan Partai Komunis China dan membantai para anggota dan kader Partai Komunis China. Tanggal 18 April, Jiang Jieshi mendirikan Pemerintah Nasional Rakyat Nanjing dan menyatakan berlawanan dengan Pemerintah Nasional Rakyat Wuhan. Tanggal 19 Juni, Wang Jinwei (1834-1944) yang merupakan salah satu pemimpin dari pemerintah Nasional Wuhan bersekutu dengan Jiang Jieshi untuk melanjutkan pembersihan barisan Partai Komunis China. Mereka melancarkan serangan terhadap Partai Komunis China pada tanggal 15 Juli... (Hendri, 2014: 327).
Peristiwa pembantaian Golongan Komunis menimbulkan Perang
Saudara Di China. Perang saudara di China merupakan perang yang
berlangsung selama 22 tahun (1927-1949). Peperangan ini dimulai pada
tanggal 1 Agustus 1927 ketika golongan komunis mengadakan suatu gerakan
pemberontakan di Nan Zhang. Dalam pemberontakan ini golongan komunis
berhasil dipukul mundur oleh golongan Nasionalis ditinjau dari segi
persenjataan golongan nasionalis lebih kuat dibanding golongan Komunis.
Golongan Komunis pun mengadakan pemberontakan kembali di daerah
provinsi Hu Nan yang dikenal dengan nama Pemberontakan Panen Musim
Rontok yang juga mengalami kegagalan. Golongan komunis mulai belajar dari
kekalahan yang terjadi dalam dua pemberontakan tersebut dan mulai
menggunakan taktik perang bawah tanah atau Gerilya. Mao Tse Tung mulai
yang dijelaskan dalam buku Sejarah China Kontemporer karangan WD
Sukisman bahwa:
…pemberontakan kaum buruh dan tani atas instruksi Josef Stalin yang
kemudian dikenal dengan nama Pemberontakan Panen Musim Rontok itu mengalami kegagalan. Sejak itu Partai Komunis Cina bergerak dibawah tanah kembali. Dari pengalaman pahit itulah Mao Ze Dong kemudian mengembangkan strategi perang gerilya dengan pedesaan sebagai daerah andalannya, yang kemudian dari pada itu menjadi kekuatan yang merongrong kelangsungan hidup Pemerintah Republik Nasionalis China (Sukisman, 1993: 12).
Peperangan ini merupakan suatu ancaman bagi pemerintahan Chiang
Kai Sek. Mao Tse Tung yang beraliran Komunis melakukan gerakan kudeta
untuk menggulingkan kekuasaan Chiang Kai Sek. Chiang Kai Sek menyadari
bahwa Golongan Komunis menginginkan China menjadi negara Komunis
maka Chiang Kai Sek mengeluarkan Gung Chang Dang dari aliansi. Chiang
mulai melakukan pemburuan terhadap orang-orang Komunis dengan
menyerang wilayah yang basis Tentara Merah di Ruijin. Mao Tse Tung dan
Tentara Merah harus mencari basis perlindungan yang lebih aman bagi para
Komunis. Maka golongan Komunis pada tanggal 1 Oktober 1934 sebanyak
80.000 orang melakukan Long March dari Jiang Shi ke Yen’an dengan tujuan
menghindarkan diri dari kejaran Chiang Kai Sek. Seperti dalam buku History
of China karangan Ivan Taniputera bahwa:
Partai komunis Tionghoa menyadari bahwa kedudukannya di provinsi Jiangsi itu tidak dapat dipertahankan lagi. Mereka lalu mengundurkan diri dan mengadakan perjalan panjang yang selanjutnya dikenal sebagai peristiwa Long March (Taniputera, 2009: 561).
Long March dilakukan dari Provinsi Jiang Shi, Tentara Merah dan Mao Tse Tung berangkat dari kota Yu Du menuju provinsi Shaanxi kota Yen’an kabupaten Wu Qi. Sepanjang perjalanan banyak korban yang jatuh karena
mereka berhadapan dengan kondisi alam yang berbeda dan juga
perjalanan beserta dengan beberapa pengikutnya menyusun rencana agar dapat
menggulingkan kekuasaan Rezim Chiang Kai Sek.
Pelaksanaan Long March yang dilakukan oleh Mao Tse Tung,
dijalankan sambil mengembangkan Partai Komunis China. Mao Tse Tung
menjalankan Strategi desa mengepung kota, yaitu sebuah strategi yang bertitik
pusat pada kekuatan desa. Mengubah desa yang seharusnya menjadi basis
pertanian menjadi desa yang berbasis militer. Mao Tse Tung pernah
mengatakan bahwa “meskipun percikan api kecil, tapi percikan tersebut dapat membakar ladang.” Mao Tse Tung beranggapan bahwa perjuangan untuk memperebutkan tampuk kekuasaan tidak dapat dilakukan dengan cara lain
selain cara peperangan. Mao Tse Tung memilih dengan taktik memperkuat
desa untuk menghancurkan kota, membuat desa menjadi basis pertahanan
Komunisme di China.
Di tengah – tengah perseteruan antara Gung Chang Dang (Partai
Komunis China) dan Guo Min Dang (Partai Nasionalis) terdapat ancaman dari
Jepang. Jepang pada tahun 1932 menduduki Manchuria, bahkan dari
Manchuria Jepang mulai menduduki Peking, Nanking dan Shanghai. Dengan
masuknya Jepang ke Republik China maka golongan Nasionalis dan golongan
Komunis mengadakan pertemuan di Xi’an pada bulan Desember 1936.
Terjadilah persatuan sementara antara golongan Nasionalis dan golongan
komunis untuk menghadapi Jepang. meskipun pada awalnya Chiang Kai Sek
tidak mau bergabung dengan golongan Komunis. Bagi Chiang Komunis harus
dihabisi, tetapi karena desakan dari berbagai pihak termasuk Istrinya maka
Chiang Kai Sek bergabung sementara dengan golongan Komunis untuk
menghadapi Jepang. seperti yang disebutkan dalam buku karya W.D.
Sukisman bahwa:
Setelah Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II, serangan
Chiang kembali ditujukan untuk melawan Komunis pada tahun 1945.
Golongan Komunis banyak melakukan gerakan gerilya untuk menghadapi
golongan Chiang Kai Sek. Peperangan ini dimenangkan oleh pihak Gung
Chang Dang, yang meskipun dari segi persenjataan pihak Guo Min Dang
lebih unggul. Sesuai dengan pernyataan Moser dalam bukunya World War II
Series bahwa : ”….Chiang Kai Sek had united his country under the
Nationalist flag, powerful military leaders….”(Moser, 1979: 52)
Dari pernyataan di atas sudah terpaparkan bagaimana kekuasaan yang
dimiliki oleh Chiang Kai Sek yang meliputi seluruh wilayah China dan
memiliki pemimpin militer yang banyak. Maka bila dilihat dari segi
persenjataan sudah jelas bahwa pihak Guo Min Dang lebih unggul
dibandingkan pihak Gung Chang Dang.
Dari segi ekonomi pun golongan Guo Min Dang jauh lebih unggul
dibandingkan dengan pihak Gung Chang Dang, karena golongan Guo Min
Dang mendapatkan bantuan dari pihak Amerika serikat. “Chiang had an ace
up his sleeve. In 1939 he approached the U.S. government for aid and was
granted $45 million.” (Moser, 1979: 52)
Don Moser dalam bukunya menjelaskan bahwa Chiang Kai Sek
(pemimpin Guo Min Dang) meminta bantuan kepada pemerintah Amerika
Serikat dalam bentuk ekonomi. Maka bila dibandingkan baik dari segi militer
maupun segi ekonomi golongan Guo Min Dang jauh lebih unggul
dibandingkan golongan Gung Chang Dang.
Tapi pihak Gung Chang Dang berhasil menumbangkan Guo Min Dang
dengan strategi-strategi yang dilakukan oleh Mao Tse Tung (pemimpin Gung
Chang Dang). Pihak Gung Chang Dang pun berhasil memukul mundur
pasukan Guo Min Dang yang berada di daratan China ke wilayah Taiwan.
Strategi-strategi yang dilakukan oleh Mao Tse Tung dapat berhasil
menumbangkan golongan Chiang Kai Sek. Mao Tse Tung dengan
menjalankan propaganda-propaganda yang dapat menarik masyarakat China
menggunakan strategi Long March untuk mengembangkan Partai Komunis
China dan menjalankan strategi desa mengepung kota. Karena basis daripada
golongan komunis adalah pedesaan.
Mao Tse Tung dengan strategi yang dipaparkan di atas dapat membuat
partai Komunis China mnjadi partai Terbesar. Penulis meneliti bagaimana
strategi ini diterapkan oleh Mao Tse Tung
Di samping itu, peneliti tertarik dengan strategi yang dilakukan oleh Mao
Tse Tung dalam segi politik dan militer. Terutama dalam strategi Long March
dan strategi desa mengepung kota. Peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh
mengenai strategi yang digunakan baik dalam mengembangkan Partai
Komunis China dan juga dalam perang saudara di China tahun 1927-1949,
maka peneliti mengambil judul “STRATEGI MAO TSE TUNG DALAM
PERANG SAUDARA DI CHINA TAHUN 1927-1949.”
1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
dirumuskan permasalahan penilitian sebagai berikut : ‘bagaimana strategi
Mao Tse Tung dalam Perang saudara di China?’.
Untuk mempermudah peneliti dalam memecahkan permasalahan pokok
tersebut, berikut ini dirumuskan permasalahan:
1. Bagaimana situasi politik di China sebelum terjadi perang saudara
tahun 1927-1949?
2. Apa yang menjadi latar belakang Mao Tse Tung melakukan Long
March dan desa mengepung kota dalam Perang Saudara di China
tahun 1927-1949?
3. Bagaimana pelaksanaan strategi Long March dan desa mengepung
kota dalam Perang Saudara di China tahun 1927-1949?
4. Bagaimana dampak strategi Long March dan desa mengepung kota
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah
1. Memaparkan tentang situasi politik yang sedang terjadi di China
sebelum perang saudara tahun 1927-1949.
2. Memaparkan latar belakang Mao Tse Tung melakukan strategi Long
March dan desa mengepung kota dalam Perang Saudara di China
tahun 1927-1949.
3. Memaparkan pelaksanaan strategi Long March dan desa mengepung
kota dalam Perang Saudara di China tahun 1927-1949.
4. Memaparkan dampak strategi Long March dan desa mengepung kota
bagi kekuasaan Mao Tse Tung di China.
1.4. Manfaat/Signifikansi Penelitian
Penelitian yang akan peneliti lakukan dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Manfaat penelitian tersebut diantaranya sebagai berikut:
1. Akademis: memberikan pemahaman baik bagi peneliti maupun
pembaca mengenai strategi Mao Tse Tung dalam perang saudara di
China.
2. Praktis: memberikan dorongan bagi pihak lain untuk dapat mengkaji
lebih jauh mengenai strategi yang dilakukan oleh Mao Tse Tung
dalam perang saudara di China.
1.5. Metode Penelitian
Setelah pembahasan mengenai pendahuluan dan kajian pustaka, maka
selanjutnya penyusun akan menguraikan mengenai metode penelitian yang
digunakan oleh penyusun. Disini penulis menggunakan metode historis
melalui studi literatur sebagai teknik dari penelitian. Metode ini digunakan
karena sumber yang didapatkan oleh penyusun merupakan sumber dari masa
lalu dan untuk mengkajinya, maka lebih cocok menggunakan metode historis
pengkajian, penjelasan, dan penganalisaan secara kritis terhadap rekaman serta
peninggalan masa lampau. Gottschalk juga menjelaskan bahwa metode
historis merupakan proses menguji secara kritis rekaman dan peninggalan
masa lampau. Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh Helius
Sjamsuddin dan Gottschalk, penyusunan proposal ini berupaya untuk
mencoba mencari kejelasan atas suatu gejala masa lampau untuk kemudian
menemukan dan memehami kenyataan yang bermakna untuk kehidupan
sekarang dan mendatang.
Metode ini digunakan untuk mengkaji data dan fakta yang sudah
penyusun temukan dari berbagai literatur baik dari buku maupun dari artikel
yang berasal dari internet yang relevan dengan permasalahan yang dibahas
oleh penyusun. Berdasarkan uraian tersebut, penyusun melakukan
langkah-langkah penting dalam penyusunan proposal ini. Langkah-langkah-langkah tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Heuristik, yaitu kegiatan mengumpulkan sumber-sumber baik berupa
tertulis maupun lisan untuk bahan penyusunan proposal ini.
2. Kritik, yaitu menguji dan menilai keotentikan data yang didapatkan
apakah sesuai dengan masanya atau tidak.
3. Interpretasi, yaitu menetapkan makna atau penafsiran tentang suatu
kejadian dimasa lampau berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan.
4. Historiografi, proses penyusunan laporan dari seluruh rangkaian
penyusunan proposal ini.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis membagi tahap-tahap dalam
metode penyusunan ini, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan laporan penyusunan
penyusunan proposal ini.
Teknik penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan memakai
studi kepustakaan dan studi dokumentasi.
1. Studi kepustakaan yaitu mempelajari data – data atau catatan –
catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dengan
mempelajari buku – buku atau litelatur untuk memperoleh informasi
diharapkan dapat membantu dan mendapatkan sumber yang bersifat
teoritis.
2. Studi dokumentasi juga dilakukan dengan mencoba membaca
berbagai dokumen, seperti arsip maupun data publikasi dari dinas
yang bersangkutan yang sekiranya dapat mendukung penelitian karya
ilmiah ini.
1.6. Sistematika Penelitian
Untuk memudahkan memahami penelitian ini, maka peneliti
menggunakan sistematika sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini peneliti mengungkapkan latar belakang masalah, mengapa
peneliti memilih tema ini. Selain itu, bab ini juga memuat rumusan masalah
yang bertujuan agar pembahasan dalam makalah ini terfokus terhadap suatu
masalah. Bab ini juga memuat tujuan penelitian yang menjelaskan tentang
hal-hal yang akan disampaikan untuk menjawab permasalahan yang telah
ditentukan. Bagian selanjutnya adalah sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini diuraikan tentang litelatur yang diambil oleh peneliti yang
digunakan untuk meneliti strategi Mao Tse Tung. Adapun sejumlah literature
yang digunakan adalah buku-buku yang membahas mengenai Strategi Perang,
Sejarah China Modern, Militer, Gerilya, Sejarah Komunis China, dan
khususnya buku mengenai Strategi Mao Tse Tung. Peneliti juga melakukan
tinjauan Teori yang menunjang dalam penelitian. Seperti teori Konflik,
Komunisme, Psikologi Masa,dan teori lainnya yang berhubungan dengan
Strategi Mao Tse Tung.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini peneliti mengemukakan mengenai metode dan Teknik
penelitian yang digunakan peneliti dalam mencari sumber-sumber yang
relevan untuk penelitian dan cara pengolahan sumber-sumber. Dalam bab ini
penulis antara lain: tahap persiapan penelitian, tahap pencarian sumber
penelitian, tahap mengolah sumber, tahap meneliti sumber, dan langkah
terakhir adalah tahap proses penyusunan dan penulisan akhir dari kegiatan
penelitian.
BAB IV. STRATEGI MAO TSE TUNG DALAM PERANG
SAUDARA DI CHINA 1927-1949
Dalam bab ini dipaparkan seluruh isi dari penelitian. Pemaparan tersebut
berasal dari perumusan masalah yang diteliti dan dikaji. Adapun sistematika
dalam bab ini, peneliti membaginya ke dalam beberapa sub-bab judul.
Pertama, mengenai situasi politik di China sebelum terjadi perang saudara
tahun 1927-1949. Kedua, mengenai latar belakang Mao Tse Tung melakukan
strategi Long March dan desa mengepung kota dalam perang saudara di
China. Ketiga, mengenai pelaksanaan strategi Long March dan desa
mengepung kota dalam perang saudara di China. Keempat, mengenai dampak
strategi Long March dan desa mengepung kota bagi kekuasaan Mao tse Tung
di China.
BAB V. KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan mengenai hasil penelitian dan pandangan
peneliti, serta jawaban secara umum tentang Strategi yang dilakukan oleh Mao
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini merupakan pemaparan mengenai metode penelitian yang penulis
gunakan dalam menganalisis masalah dalam karya ilmiah ini.
Penulis membuat skripsi dengan judul Strategi Mao Tse Tung dalam
Perang Saudara di China tahun 1927-1949. Penulis menggunakan metode
historis atau disebut juga metode sejarah dalam menyusun skripsi ini. Metode
ini digunakan karena sumber yang didapatkan oleh penyusun merupakan
sumber dari masa lalu dan untuk mengkajinya, maka lebih cocok
menggunakan metode historis ini. Menurut Helius Sjamsuddin (2007: 17-19),
metode historis yaitu suatu proses pengkajian, penjelasan, dan penganalisaan
secara kritis terhadap rekaman serta peninggalan masa lampau. Gottschalk
juga menjelaskan bahwa metode historis merupakan proses menguji secara
kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Berdasarkan pendapat yang
diungkapkan oleh Helius Sjamsuddin dan Gottschalk, penyusunan proposal ini
berupaya untuk mencoba mencari kejelasan atas suatu gejala masa lampau
untuk kemudian menemukan dan memehami kenyataan yang bermakna untuk
kehidupan sekarang dan mendatang.
Metode ini digunakan untuk mengkaji data dan fakta yang sudah
penyusun temukan dari berbagai literatur baik dari buku maupun dari artikel
yang berasal dari internet yang relevan dengan permasalahan yang dibahas
oleh penyusun. Berdasarkan uraian tersebut, penulis melakukan
langkah-langkah penting dalam penyusunan karya ilmiah ini. Seperti yang
dikemukakan dalam buku Metodologi Sejarah (Sjamsuddin, 2007: 85-155)
langkah-langkah metode histori terdiri atas:
1. Heuristik, berasal dari bahasa Yunani, Heuriskein yang berarti
menemukan. Dalam kegiatan penelitian sejarah, heuristik berarti
kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan menghimpun jejak-jejak
Penulis menghimpun dan mengumpulkan sumber-sumber yang
relevan dengan permasalahan yang dikaji yaitu tentang Strategi Mao
Tse Tung dalam Perang Saudara di China 1927-1949.
2. Kritik, yaitu penyaringan atau penyeleksian terhadap sumber yang
telah dikumpulkan pada kegiatan heuristik berupa buku-buku yang
relevan dengan pembahasan yang terkait. Kritik dibagi kedalam dua
fase, yaitu: kritik internal dan kritik eksternal. Penulis menggunakan
kritik eksternal untuk menguji otentitas serta integritas sumber
sejarah yang telah dikumpulkan. Kritik internal melihat dan mengkaji
dari dalam reabilitas dan kredibilitass isi dari sumber-sumber yang
telah dikumpulkan tersebut.
3. Interpretasi, yaitu penafsiran terhadap fakta sejarah yang diperoleh
dari buku-buku yang relevan dengan penelitian dengan cara
menghubungkan fakta-fakta yang diperoleh dari sumber-sumber yang
telah teruji melalui proses kritik internal dan eksternal.
4. Historiografi, merupakan proses penyajian hasil temuannya pada tiga
tahap yang telah dilakukan sebelumnya dengan cara menyusunnya
dalam suatu tulisan yang jelas dalam bahasa yang sederhana dan
menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar.
Penulis membagi tahap-tahap dalam metode penelitian ini, yaitu
persiapan, pelaksanaan, dan laporan penyusunan penyusunan proposal ini.
Teknik penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan memakai
studi kepustakaan dan studi dokumentasi.
1. Studi kepustakaan yaitu mempelajari data – data atau catatan –
catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dengan
teoritis yang berkenaan dengan masalah penelitian. Dengan teknik ini
diharapkan dapat membantu dan mendapatkan sumber yang bersifat
teoritis.
2. Studi dokumentasi juga dilakukan dengan mencoba membaca
berbagai dokumen, seperti arsip maupun data publikasi dari dinas
yang bersangkutan yang sekiranya dapat mendukung penulisan karya
ilmiah ini.
3.1. Persiapan penelitian
3.1.1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian
Tahap ini adalah tahap yang paling mendasar dalam mengawali
jalannya penelitian, tahap awal yang dilakukan oleh penulis adalah memilih
dan menentukan topik penelitian. Proses pemilihan topik ini dilakukan setelah
penulis membaca sejumlah literature dan akhirnya diperoleh permasalahan.
Setelah itu penulis mencoba mengajukan rancangan judul kepada TPPS (Tim
Pertimbangan Penulisan Skripsi).
Tema yang dipilih oleh penulis adalah Strategi Perang Mao Tse Tung
dalam Perang Saudara di China 1927-1949. Penulis merasa tertarik terhadap
perkembangan Negara China, dari yang awalnya kerajaan hingga berakhir
dengan masuknya paham komunis di China. Penulis tertarik dengan strategi
yang digunakan oleh Mao Tse Tung untuk dapat mengusir Chiang Kai Sek
dan dapat memenangkan perang saudara di China, meskipun persenjataan
Chiang Kai Sek lebih kuat tapi strategi yang diterapkan Mao Tse Tung dapat
berjalan dengan baik. Setelah memperoleh informasi dengan membaca dari
sejumlah sumber literature, penulis semakin ingin mengkajinya lebih dalam.
3.1.2. Penyusunan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan kerangka dasar yang dijadjikan acuan
dalam penyusunan laporan penelitian. Setelah penulis mendapat judul yang
sesuai maka penulis mengajukan rancangan penelitian kepada bagian yang
Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia yaitu Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi. Judul yang penulis ajukan adalah “Strategi Perang Mao Tse Tung dalam Perang Saudara di China 1927-1949”. Seminar pra-rancangan
penulisan Skripsi dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 12 November 2013 di
Laboratorium Jurusan Pendidikan Sejarah lantai IV FPIPS. Dalam seminar
pra-rancangan penulisan skripsi tersebut, penulis mempresentasikan rancangan
penulisan Skripsi di depan dosen-dosen, calom Pembimbing dan TPPS untuk
dikaji dan didiskusikan apakah rancangan tersebut dapat dilanjutkan atau
tidak. Dalam seminar tersebut penulis mendapatkan masukan dari calon
pembimbing, dosen-dosend, dan TPPS. Hasil dari seminar tersebut,
menyatakan bahwa judul yang diajukan tersebut dapat dilanjutkan meskipun
ada beberapa bagian yang harus diperbaiki seperti: Latar Belakang, Rumusan
masalah, dan sistematika penulisan.
Pengesahan penelitian dikeluarkan melalui surat keputusan dari TPPS
Jurusan Pendidikan Sejarah No. 012/TPPS/JPS/PEM/2013. Setelah disetujui,
pengesahan untuk penulisan skripsi dikeluarkan melalui Surat Keputusan
Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan penentuan pembimbing
skripsi pada bulan Februari 2014, yaitu Bapak Dr. Agus Mulyana, M.Hum.
sebagai Dosen Pembimbing I dan Ibu Dra. Lely Yulifar, M.Pd. sebagai Dosen
Pembimbing II.
Adapun proposal penelitian yang disusun oleh penulis memuat hal-hal
sebagai berikut:
a. Judul
b. Latar Belakang
c. Rumusan Masalah
d. Tujuan Penelitian
e. Manfaat Penelitian
f. Tinjauan Pustaka
g. Metode Penelitian
h. Sistematika Penulisan
3.1.3. Konsultasi
Konsultasi merupakan kegiatan bimbingan dalam penyusunan skripsi
yang dilakukan oleh penulis dengan Pembimbing I dan II yang telah ditunjuk
oleh TPPS. Selama masa pembuatan skripsi ini penulis mendapat bimbingan
untuk memperbaikik kesalahan-kesalahan, kekurangan, juga mendapat
masukan dari Pembimbing I dan II. Konsultasi ini dilakukan dalam rangka
menentukan teknik dan waktu pelaksanaan bimbingan agar bimbingan dapat
berjalan efektif dan efisien.
Jadwal konsultasi bersifat bebas dan setiap pertemuan membahas satu
bab yang diajukan, revisi dan konsultasi bab berikutnya. Konsultasi untuk
satu bab dapat dilakukan berkali-kali, karea selalu ada masukan ataupun ada
yang harus diperbaiki oleh penulis.
3.2. Pelaksanaan penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian, penulis menggunakan studi kepustakaan.
Penulis mencari sumber berupa buku yang menjelaskan
permasalahan-permasalahan yang akan dibahas oleh penulis.
Dalam tahapan ini, terdapat serangkaian langkah-langkah yang harus
dilakukan berdasarkan metode historis, yaitu heuristik atau pengumpulan
sumber, kritik atau analisis sumber, dan interpretasi atau penafsiran sejarah.
Berikut adalah langkah sistematis dalam penulisan skripsi ini:
3.2.1. Heuristik
Heuristik merupakan kegiatan mencari dan mengumpulkan sumber atau
data-data melalui buku, artikel, internet, dan sebagainya yang berhubungan
dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian.Sumber yang dimaksud
adalah sumber tulisan, baik sumber primer maupun sekunder. Karena
menggunakan teknik studi literatur, sebagaimana dikatakan diatas maka
sumber yang dikumpulkan adalah berupa sumber tertulis baik dalam buku,
Pada tahap ini penulis mencari sumber yang berhubungan dengan
Strategi Mao Tse Tung dalam Perang Saudara di China tahun 1927-1949.
Data-data tersebut didapatkan penulis dari sumber berupa buku-buku. Dalam
proses pencarian dan pengumpulan sumber, penulis melakukan kunjungan ke
berbagai perpustakaan, yakni diantaranya sebagai berikut:
1. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia. Di perpustakaan ini
penulis mendapatkan buku yang mengkaji teori-teori terhadap masalah
sosial yang dapat penulis gunakan. Dalam perpustakaan Universitas
Pendidikan Indonesia juga penulis mendapatkan buku yang mengkaji
sejarah China baik dalam hal Politik maupun sosial, perubahan China dari
kekaisaran hingga berdirinya RRC.
2. Perpustakaan Museum Konferensi Asia Afrika. Di perpustakaan ini
penulis mendapatkan buku yang mengkaji mengenai strategi Long March
yang dilakukan Mao Tse Tung pada saat Perang Saudara berlangsung,
penulis juga mendapatkan buku mengenai suasana Politik China pada
masa pemerintahan Chiang Kai Sek. Penulis juga mendapat buku yang
menjelaskan mengenai masuknya paham Komunis ke China.
3. Perpustakaan Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. Dalam
perpustakaan Jurusan Pendidikan Sejarah, penulis mendapatkan buku yang
membahas mengenai sistem Politik China dan penulis mendapatkan
beberapa skripsi yang membahas mengenai sistem politik Chiang Kai Sek
dan revolusi tahun 1911.
4. Perpustakaan SMAK 1 BPK Penabur Bandung. Dalam perpustakaan
SMAK 1 penulis mendapatkan buku yang membahas Biografi Mao Tse
Tung secara lengkap dan buku yang membahas keterlibatak China dalam
PD I pada masa pemerintahan Chiang Kai Sek.
5. Perpustakaan SMAK 2 Bpk Penabur Bandung. Dalam perpustakan SMAK
2 penulis mendapatkan buku yang membahas keterlibatan China dalam
Perang Dunia ke II dan mengenai perang antara Jepang-China yang
6. Perpustakaan pribadi Bapak Drs. H. Achmad Iriyadi. Dalam perpustakaan
ini penulis mendapatkan banyak sekali buku yang membahas mengenai
kisah hidup Mao Tse Tung dan peranannya dalam sistem politik di China.
Penulis juga mendapatkan beberapa buku karya Mao Tse Tung yang
penulis gunakan sebagai sumber Primer. Penulis mendapatkan pemikiran
Mao Tse Tung dari aspek politik hingga aspek militer (strategi Mao Tse
Tung). Penulis juga mendapatkan beberapa sumber mengenai sistem
Marxisme dan paham Komunisme secara umum. Penulis juga
mendapatkan beberapa buku yang membahas mengenai biografi Mao Tse
Tung. Penulis juga mendapatkan buku mengenai beberapa strategi-strategi
militer secara umum dan juga buku mengenai strategi perang Gerilya,
penulis juga mendapatkan buku yang membahas propaganda-proganda
yang dilakukan oleh Komunis untuk menyebarkan pahamnya kepada
rakyat.
7. Penulis juga meminjam buku dari teman mengenai strategi perang bangsa
China, dan juga penulis meminjam buku mengenai kebudayaan dan
kebiasaan hidup orang China.
8. Penulis mendapatkan sumber journal dari internet yang membahas
mengenai biografi Mao Tse Tung dan mengenai Long March. Penulis
mendapatkan journal biografi Mao Tse Tung dari website:
http://www.armstrong.edu/initiatives/history_journal_dechipering_mao_ze
dong_and_his_writings
9. Selain itu penulis juga memiliki beberapa koleksi pribadi yang penulis beli
di toko buku Gramedia mengenai ideologi Komunis dan buku yang
membahas mengenai perang saudara di China.
3.2.2. Kritik
Pada tahap kritik, penulis memahami data-data lebih dalam lagi. Dari
semua sumber yang telah penulis ambil, dipilihlah sumber yang memiliki data
harus dapat dipertanggungjawabkan, objektif, dan akurat sehingga relevan
dengan masalah dalam penelitian karya ilmiah ini.
Helius Sjamsuddin menjelaskan bahwa fungsi kritik sumber bagi
sejarawan erat kaitannya dengan tujuan sejarawan itu dalam rangka mencari
kebenaran (Sjamsuddin, 1996: 118). Sejarawan dihadapkan untuk dapat
membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar, apa yang mungkin dan
apa yang meragukan.
Buku yang menjadi sumber primer dalam penelitian karya ilmiah ini
adalah buku 毛主席 语 录 (Quotations from Chairman Mao Tse-Tung)karya
Mao Tse Tung, buku Selected Military Writings of Mao Tse Tung karya Mao
Tse Tung, buku Mao Kisah-kisah yang Tak Diketahui karya Jung Chang.
Penulis mengambil buku-buku tersebut dikarenakan data dan fakta yang
terkandung dalam buku tersebut cukup lengkap, sesuai dengan permasalahan
yang penulis ambil sehingga memudahkan penulis dalam menyelesaikan karya
ilmiah ini, dan buku-buku tersebut ditulis langsung oleh tokoh yang penulis
kaji dan dibuat pada jamannya.
Kritik terbagi menjadi dua bagian, yaitu: kritik eksternal, dan kritik
internal.
3.2.2.1. Kritik Eksternal
Pada dasarnya kritik eksternal merupakan upaya untuk mengkaji
otensitas dan integritas sumber sejarah yaitu dengan cara klasifikasi atau
pengujian dilihat dari aspek luarnya. Kualitas suatu sumber berpengaruh
terhadap keakuratan isi sumber, yang mencakup penerbit, penulis, tahun terbit,
dan lain-lain. Adapun salah satu langkah penulis dalam melakukan kritik
eksternal yaitu dengan cara melakukan kritik terhadap penulis sumber. Kritik
eksternal ini dilakukan dengan cara memperhatikan siapa penulisnya. Sumber
tersebut langsung ditulis oleh tokohnya, maka tingkat kepercayaan terhadap isi
buku tersebut semakin tinggi. Tahun buku tersebut diterbitkan sama dengan
tahun peristiwa yang akan dikaji, maka sumber tersebut semakin kuat.
Mao Tse Tung sendiri yang menulis buku tersebut. Mao Tse Tung
adalah Sekjen Partai Komunis Republik Rakyat China (sekarang menjadi
Republik Rakyat Tiongkok). Buku tersebut diterbitkan pertama kali tahun
1966 pada saat Mao Tse Tung sudah menjadi pemimpin RRC. Buku tersebut
ditulis langsung oleh tokoh yang bersangkutan yang akan penulis kaji dan
tahun pembuatannya tidak jauh dari kejadian yang akan penulis ambil.
Kritik eksternal selanjutnya, penulis mencari tahu apa tujuan penulis
tersebut. Misalnya dalam buku Selected Military Writings of Mao Tse Tung,
Mao Tse Tung memiliki tujuan agar pembaca dapat mengetahui taktik dan
stratgi militer yang baik dalam suatu pertempuran, juga agar mereka dapat
mengetahui persiapan-persiapan yang harus dilakukan sebelum pertempuran
dimulai.
Selain itu Mao Tse Tung menyajikan buku ini sesuai dengan
pengalamannya yang dialami selama masa perang saudara di China.
3.2.2.2. Kritik Internal
Kritik internal dilakukan untuk melihat informasi yang terdapat pada
sumber apakah layak atau tidak sumber tersebut untuk selanjutnya dijadikan
penilitian dan penulisan karya ilmiah ini. Kritik internal yang dilakukan
penulis diawali ketika penulis memperoleh sumber. Penulis membaca isi
sumber kemudian dibandingkan dengan sumber-sumber yang lain. Hasil dari
perbandingan sumber tersebut akan menghasilkan kepastian bahwa
sumber-sumber tersebut bisa digunakan karena sesuai dengan topik kajian.
Misalnya penulis mengkritik buku Mao: Kisah-kisah yang tak
diketahui karya Jung Chang. Sumber tersebut sangat lengkap, menceritakan
dari awal Mao Tse Tung lahir sampai menjadi pemimpin RRC.
Peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sumber tersebut terjabarkan dengan baik.
Selain itu keakuratan sumber buku ini sudah teruji karena menggunakan
sumber primer. Sumber buku ini juga merupakan hasil penelitian yang lama,
sehingga isinya dapat dipertanggungjawabkan. Akan tetapi, isi sumber buku
terkesan menyudutkan Mao Tse Tung, dan menggambarkan Mao Tse Tung
sebagai seorang diktator. Sebagai perbandingan, penulis menggunakan buku
Red Star Over China karya Edgar Snow. Sumber buku ini memaparkan
mengenai peristiwa Long March Partai Komunis dengan sangat baik dan
menggunakan sudut pandang yang objektif.
3.2.3. Interpretasi
Setelah sumber-sumber tersebut diuji melalui kritik eksternal dan
internal, maka selanjutnya dilakukan upaya penyusunan fakta. Dalam
penyusunan fakta-fakta ini, penulis menyesuaikan dengan pokok
permasalahan yang akan dibahas. Fakta yang telah disusun kemudian
ditafsirkan. Satu fakta dihubungkan dengan fakta yang lain, sehingga dapat
tertarik kesimpulan dari sekumpulan fakta-fakta yang ada. Dalam tahap ini
penulis melakukan cara pengkajian fakta-fakta yang memiliki relevansi
dengan kejadian-kejadian yang diseusaikan dengan pokok permasalahan yang
telah dikumpulkan , kemudian fakta-fakta tersebut disusun dan ditafsirkan.
Dalam melakukan interpretasi, penulis menggunakan pendekatan
interdisipliner. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang digunakan untuk
penelitian ilmu sejarah yang meminjam konsep dan teori-teori dari disiplin
ilmu lain selain ilmu sejarah. Adapun konsep dan teori-teori yang dimaksud
adalah berasal dari disiplin ilmu yang serumpun dengan ilmu sejarah
(ilmu-ilmu sosial). Tidak lain tujuan dari penggunaan konsep dan teori-teori dari
disiplin ilmu bantu tersebut adalah untuk mempertajam analisis permasalahan
yang dikaji, dan agar skripsi ini berbeda pada umumnya karena menggunakan
sudut pandang yang berbeda pula dalam mengkaji peristiwa dalam sejarah.
Disiplin ilmu sosial yang digunakan penulis dalam hal ini adalah
disiplin ilmu sosiologi dengan mengambil teori Komunisme, dan teori
Konflik. Teori komunisme digunakan oleh penulis karena penulis akan
menjelaskan mengenai paham komunisme yang diajarkan oleh Mao Tse Tung
kepada masyarakat golongan bawah atau kaum proletar. Komunisme adalah
dihapuskannya sistem pertentangan kelas dengan menyatukan kaum buruh dan
petani.
Bagi penulis teori Komunisme ini merupakan teori yang penting untuk
dipahami , karena salah satu strategi Mao Tse Tung untuk memenangkan
perang saudara di China dengan menggunakan paham dan ajaran Komunisme.
Mao Tse Tung mengerahkan rayat kelas bawah untuk melawan pemerintahan
Chiang Kai Sek. Teori yang penulis gunakan berikutnya adalah teori konflik.
Konflik sosial adalah pertentangan sosial yang bertujuan untuk menguasai
atau menghancurkan pihak lain. Konflik sosial juga dapat diartikan kegiatan
dari suatu kelompok yang menghalangi atau menghancurkan kelompok lain,
walaupun hal itu tidak mencapai tujuan utama aktivitas kelompok tersebut.
(Supardan, 2007: 141).
Teori konflik digunakan oleh penulis karena dalam mengkaji perang
saudara di China jelas terlihat adanya konflik antara Mao Tse Tung sebagai
pihak Komunis dengan Chiang Kai Sek sebagai pihak Nasionalis. Mereka
saling menjatuhkan berburu satu sama lain dengan tujuan untuk dapat
memenangkan perang dan menguasai daratan china dengan menyingkirkan
salah satu dari lawannya.
Dari ilmu kemiliteran, penulis mengambil teori perang dan teori
Gerilya. Teori perang penulis gunakan karena karya ilmiah yang penulis ambil
berhubungan dengan perang. Berhubungan strategi dan berhubungan dengan
militer dimana kedua belah pihak yang bertikai sudah berusaha untuk saling
menjatuhkan dan menghancurkan satu sama lain. Berikutnya penulis
menggunakan teori gerilya, karena Mao Tse Tung dalam perang saudara di
China mengalami kekalahan dalam sei persenjataan, maka untuk
mengantisipasi hal tersebut Mao Tse Tung menggunakan strategi gerilya.
Berupaya untuk mengalahkan musuh dengan persenjataan yang seadanya
dengan bantuan rakyat.
Langkah ini merupakan langkah terakhir dari keseluruhan penelitian
karya ilmiah. Seluruh hasil penelitian dituangkan kedalam bentuk tulisan,
langkah ini dinamakan historiografi. Laporan penelitian ini disusun secara
sistematis dan berdasrkan kepada buku pedoman penulisan karya ilmiah yang
diterbitkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia.
Historiografi merupakan hasil suatu sintesis dari keseluruhan hasil
penelitian atau penemuan. Historiografi dimaksudkan agar keberartian semua
fakta yang dijaring melalui metode kritik dapat dihubungkan satu dengan yang
lain. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan bahasa deskriptif-naratif agar
tersusun secara kronologis dapat dipahami dan mudah dimengerti. Dengan
teknik deskriptif, penulis menggambarkan fakta-fakta yang tergabung dalam
suatu gambaran utuh, sedangkan dalam naratif, penulis akan menyajikan
fakta-fakta tersebut dalam suatu alur yang sistematis dan dengan teknik
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan
mengacu pada Bab I serta hasil analisis pada Bab IV. Sesuai dengan rumusan
masalah pada Bab I, terdapat 4 hal yang penulis simpulkan dalam bab ini
sehubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Maka
kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:
Situasi Politik di China sebelum tahun 1927 banyak terjadi
pemberontakan-pemberontakan, dimulai dari revolusi 1911 yang menjatuhkan
kekuasaan dinasti Qing di China Selatan, munculnya tokoh Yuan Shih Kai
yang melakukan kudeta terhadap Puyi, dan adanya periode Warlord yang
membuat situasi China sebelum tahun 1927 dipenuhi dengan pemberontakan
dan kudeta. Seringnya pergantian kekuasaan tersebut menyebabkan situasi
politik China pada saat itu tidak stabil. Situasi tersebut semakin buruk setelah
rezim Chiang Kai Sek menganggap Partai Komunis China berbahaya. Chiang
Kai Sek melakukan perburuan terhadap anggota Partai Komunis China yang
menyebabkan munculnya perang saudara di China pada tahun 1927.
Latar belakang Mao Tse Tung menjalankan strategi Long March dan desa
mengepung kota adalah adanya penyerangan yang dilakukan oleh Chiang Kai
Sek terhadap basis pertahanan Komunis di kota Ruijin. Long March dimulai
pada bulan Oktober 1934 dan tiba pada bulan Oktober 1935. Mao Tse Tung
melakukan Long March karena Mao Tse Tung sudah mengetahui kalau pada
saat itu Partai Komunis China menyerang Chiang Kai Sek maka Komunis
tidak akan berkembang dan mengalami kegagalan di China.
Mao Tse Tung mengetahui basis kekuatan Komunis terletak pada
pedesaan, maka pada saat Partai Komunis China melakukan Long March,
Mao Tse Tung melewati jalur pedesaan untuk menyebarkan paham Komunis
ke desa tersebut dan untuk menarik simpatik para petani dengan ajaran
sebagai kekuatan penggerak utamanya, China menggunakan basis petani
sebagai pusat kekuatannya. Mao Tse Tung menganggap bahwa rezim
pemerintahan Nasionalis yang dipimpin oleh Chiang Kai Sek saat itu dapat
dikalahkan dengan menggunakan kekuatan dari masyarakat golongan bawah
atau masyarakat pedesaan.
Pelaksanaan Strategi Long March yang dilakukan oleh Mao Tse Tung
dimulai dari Kiangshi ke Yenan. Selama Long March Mao Tse Tung melewati
beberapa pedesaan dan memulai penyebaran paham Komunisme ke desa-desa
yang dilalui selama Long March berlangsung. Long March yang dilakukan
oleh Mao Tse Tung memiliki dampak yang besar bagi perkembangan
Komunisme di China. Strategi Long March berhasil membuat Partai Komunis
China mendapatkan simpati dari penduduk desa. Dengan adanya simpati dari
desa-desa yang mendukung Komunisme, membuat Mao Tse Tung
menjalankan Strategi desa mengepung kota. Dimulai dengan didudukinya
beberapa desa di China sebelah utara dan mengepung pusat kekuatan Chiang
Kai Sek yang berada di kota. Strategi ini berjalan dengan baik didukung
dengan adanya bantuan dari Uni Soviet dan adanya kesalahan yang dilakukan
oleh Rezim Chiang Kai Sek. Kesalahan korupsi yang dilakukan oleh rezim
Chiang Kai Sek membuat USA menghentikan bantuannya kepada tentara
nasionalis, dengan hilangnya bantuan dari USA membuat tentara nasionalis
semakin lemah.
Dampak dari Strategi Long March dan Desa Mengepung Kota adalah
menjadikan Mao Tse Tung sebagai pemimpin dari Partai Komunis China.
Peristiwa Long March tidak hanya sekedar perjalanan biasa, namun juga
menjadi titik transformasi terhadap keberlangsungan dan perkembangan Partai
Komunis China. Partai Komunis China berhasil bangkit dan mulai semakin
memberikan pengaruh yang kuat. Dengan keberhasilan Long March, Partai
Komunis China sudah menjadi partai yang besar dan memiliki banyak
pengikut. Selain itu dengan adanya Long March semakin mempererat
hubungan dengan Uni Soviet, dan Uni Soviet banyak memberikan bantuan
Mao Tse Tung berhasil menunjukkan kepemimpinannya dalam mengatur
serangan-serangan terhadap beberapa daerah yang hendak dikuasai Tentara
Merah.
Setelah Long March selesai, dengan jumlah pasukan yang tersisa Tentara
Merah mulai melanjutkan perjuangannya untuk melawan Chiang Kai Sek.
Berkat strategi Long March tersebut, Mao Tse Tung menjadi orang yang
sangat penting bagi Partai Komunis China. Setelah Mao Tse Tung menjadi
pempimpin Partai Komunis China, ia mulai melakukan strategi Desa
Mengepung Kota untuk menyerang rezim Chiang Kai Sek. Mao Tse Tung
menggunakan tenaga kaum petani sebagai basis utama untuk melawan para
kapitalis dan bankir-bankir rezim Nasionalis. Dengan strategi tersebut, maka
Mao Tse Tung yang sudah menaklukan beberapa daratan China membuat
Chiang Kai Sek mundur ke Taiwan. Setelah Chiang Kai Sek menetap di
Taiwan, pada tanggal 1 Oktober 1949, Mao Tse Tung memproklamirkan
kemerdekaan Republik Rakyat China (sekarang menjadi Republik Rakyat
Tiongkok).
5.2. Saran
Manfaat skripsi ini yang diharapkan penulis dalam penelitian ini adalah
dapat menjadi salah satu sumber pembelajaran sejarah khususnya pada tingkat
Sekolah Menengah Atas dan mahasiswa pendidikan sejarah. Diharapkan
penulisan skripsi ini dapat memberikan perhatian dan minat para mahasiswa
jurusan pendidikan sejarah dalam mata kuliah Sejarah Kebangkitan
Negara-negara Asia, mengingat China adalah Negara-negara yang memiliki pengaruh yang
cukup besar hingga saat ini. China memiliki jumlah penduduk yang besar dan
memiliki potensi ekonomi yang baik.
Tulisan ini diharapkan mampu membuka wawasan bagi para pembaca
untuk mengetahui Strategi Long March dan desa mengepung kota yang
dijalankan oleh Mao Tse Tung.
Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat memberikan dorngan bagi
perang saudara di China, dan sifat kepemimpinan yang dimiliki oleh Mao Tse