• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PERMAINAN TRADISIONAL ORAY-ORAYAN UNTUK MEMBANTU ANAK YANG PEMALU : Studi kasus pada anak kelompok B ditaman Kanak-Kanak Kusumah Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE PERMAINAN TRADISIONAL ORAY-ORAYAN UNTUK MEMBANTU ANAK YANG PEMALU : Studi kasus pada anak kelompok B ditaman Kanak-Kanak Kusumah Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Risye Ariesyani, 2014

Penerapan Metode Permainan Tradisional Oray-Orayan Untuk Membantu Anak Yang Pemalu

PENERAPAN METODE PERMAINAN TRADISIONAL ORAY-ORAYAN UNTUK MEMBANTU ANAK YANG PEMALU

(Studi Kasus Pada Anak Kelompok B Di Taman Kanak-Kanak Kusumah Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh :

RISYE ARIESYANI NIM. 1008172

PROGRAM STUDI PENDIDIKANGURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

(2)

PENERAPAN METODE PERMAINAN TRADISIONAL

ORAY-ORAYAN UNTUK MEMBANTU ANAK YANG PEMALU

Oleh Risye Ariesyani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

© Risye Ariesyani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Risye Ariesyani, 2014

(4)

ABSTRAK

Risye Ariesyani : PENERAPAN METODE PERMAINAN

TRADISIONAL ORAY-ORAYAN UNTUK

MEMBANTU ANAK YANG PEMALU (Studi kasus

pada anak kelompok B ditaman Kanak-Kanak Kusumah Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya)

Dalam perkembangan anak usia, banyak ditemukan masalah. Salah satunya adalah adanya gangguan pada anak yaitu anak pemalu. Sifat pemalu dapat menjadi masalah yang cukup serius sebab akan menghambat kehidupan anak, misalnya dalam pergaulan, pertumbuhan harga diri, belajar, dan penyesuaian diri. Mengatasi permasalahan tersebut, guru diharapkan memberikan stimulasi pada anak dengan cara memberikan kesempatan pada anak untuk berkembang, salah satunya melalui kegiatan permainan tradisional oray-orayan. Peneliti melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengkaji pemanfaatan metode permainan tradisional untuk mengatasi anak yang pemalu di Taman Kanak-Kanak Kusumah Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan studi kasus yang merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh. Penelitian dilaksanakan di TK Kusumah. Sekolah ini beralamat di jalan raya Sindanggalih Desa Sukagalih Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Subjek penelitiannya adalah semua anak di kelompok B. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Karakteristik R menunjukkan memiliki ciri-ciri sebagai anak pemalu yaitu takut, diam saja bersama ibunya, kurang semangat, selalu memisahkan diri, menghindari hubungan sosial dengan orang lain dan lingkungan sekitar, suka bersembunyi dari kontak dengan orang lain, menarik diri dan meninggalkan arena, tidak banyak bicara, menjawab secukupnya saja, mengalami demam panggung (pipi memerah, tangan berkeringat, keringat dingin, bibir terasa kering) di saat-saat tertentu, dan merasa tidak ada yang menyukainya. 2) Faktor yang menyebabkan R menjadi pemalu yaitu ejekan, pengasuhan orangtua yang tidak konsisten, kurangnya keterlibatan orangtua, dan orang tua terlalu protektif. 3) Langkah-langkah yang dilakukan untuk membantu anak yang pemalu di TK Kusumah Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya adalah dengan melakukan kegiatan permainan tradisional oray-orayan dimainkan oleh sekira 10 anak atau lebih, dan 4) Setelah penerapan permainan tradisional terdapat perubahan kondisi R sudah terlibat secara aktif dan karakteristik R yang awalnya sebagai anak yang pemalu, sekarang sudah menjadi anak yang periang dan tidak malu lagi mengikuti semua kegiatan.

Kata kunci: permainan tradisional, anak pemalu

(5)

ii

Risye Ariesyani, 2014

Penerapan Metode Permainan Tradisional Oray-Orayan Untuk Membantu Anak Yang Pemalu

Risye Ariesyani : TRADITIONAL GAMES APPLICATION METHOD

ORAY-ORAYAN TO HELP THE SHY CHILD

ABSTRACT

In childhood development, many found the problem. One is a disturbance in children that shy children. Shyness can be a serious problem because it will hinder the child's life, for example in the association, the growth of self-esteem, learning, and adaptation. Overcome these problems, teachers are expected to provide stimulation to the child by giving children the opportunity to thrive, one of them through the traditional game Oray-orayan. Researchers conducted this study with the aim to assess the use of traditional methods to solve games shy child in kindergarten Kusuma Sukaratu District of Tasikmalaya regency. This study uses a case study that detailed research on a certain object during a given period of time with sufficient depth and thorough. The experiment was conducted in kindergarten Kusuma. The school is located at the Village Sindanggalih highway Sukagalih Sukaratu District of Tasikmalaya regency. Subject of research is all the children in group B. The results showed that : 1 ) Characteristics of R shows have characteristics as a shy child is scared, silent with her mother, lack of drive, always separate themselves, avoiding social relationships with others and the environment, like to hide from contact with others, withdraw and leave the arena, not much, just enough to answer, to experience stage fright ( cheeks flushed , sweaty hands, cold sweat, lips feel dry ) at certain times, and felt there was nothing like it . 2 ) factors that cause R being shy is ridicule, inconsistent parenting, lack of parental involvement, and the parents are too protective . 3 ) The steps taken to help a shy child in kindergarten Kusuma Sukaratu District of Tasikmalaya Regency is by performing traditional activities Oray - orayan games played by an estimated 10 children or more, and 4 ) After the application of traditional games there are changes in the condition of R has been involved in active and the characteristics of the R originally as a shy child, is now a carefree child and no longer ashamed to follow all activities.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Sistematika Pembahasan ... 7

BAB II METODE PERMAINAN TRADISIONAL ORAY- ORAYAN UNTUK MEMBANTU ANAK YANG PEMALU A. Hakekat Anak Pemalu ... 8

1. Pengertian Anak Pemalu ... 8

2. Faktor Penyebab Anak Pemalu ... 9

3. Ciri / karakteristik Anak Pemalu ... 14

4. Akibat Anak yang Pemalu ... 15

5. Mengatasi Anak yang Pemalu ... 19

B. Konsep Permainan Tradisional ... 20

1.Hakekat Permainan ... 20

2.Hakekat Bermain Bagi Anak ... 21

3.Permainan Tradisional ... 26

4.Permainan Tradisional Oray-orayan ... 29

(7)

Risye Ariesyani, 2014

Penerapan Metode Permainan Tradisional Oray-Orayan Untuk Membantu Anak Yang Pemalu

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B.Prosedur Penelitian... 32

C.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 33

D.Definisi Operasional... 33

E.Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Pengolahan dan Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 41

1. Karakteristik Anak yang Pemalu Di Taman Kanak-Kanak Kusumah Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya ... 41

2. Faktor Penyebab Anak Menjadi Pemalu Di Taman Kanak- Kanak Kusumah Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya ... 43

3. Langkah-langkah Permainan Tradisional Untuk Membantu Anak yang Pemalu Di Taman Kanak-Kanak Kusumah Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya ... 45

4. Perubahan kondisi R Setelah Penerapan Permainan Tradisional ... 51

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 62

B. Rekomendasi ... 63

DAFTAR PUSTAKA

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan anak usia dini menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional dalam pasal 1 ayat 14 adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut. Menyikapi perkembangan anak usia dini, perlu adanya

suatu program pendidikan yang didisain sesuai dengan tingkat perkembangan

anak (Aisyiyah, 2007:1).

Dalam perkembangan anak usia, banyak ditemukan masalah. Salah

satunya adalah adanya gangguan pada anak yaitu anak pemalu. Menurut Saomah

(2004), pemalu merupakan permasalahan anak dalam bidang sosial juga berkaitan

dengan pergaulan atau hubungan sosial. Perkembangan sosial anak berhubungan

dengan kemampuan anak dalam berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa,

atau lingkungan pergaulan yang lebih luas. Berdasarkan pendapat tersebut, anak

yang pemalu seringkali kurang memiliki kemampuan sosial. Mereka tidak

menunjukkan ketertarikan terhadap orang lain, tidak melakukan komunikasi dua

arah, dan tidak menunjukkan simpati ataupun mempertimbangkan orang lain. Hal

ini membuat orang lain tidak bisa melihat kualitas baik yang mereka miliki.

(9)

2

Risye Ariesyani, 2014

Penerapan Metode Permainan Tradisional Oray-Orayan Untuk Membantu Anak Yang Pemalu menikmati pengalaman-pengalaman baru. Oleh karena itu mereka hanya

mendapatkan penghargaan yang sedikit secara sosial dan mereka bukan orang

yang dirindukan dan dicari-cari oleh guru maupun teman-temannya (Sholihat,

2012).

Sifat pemalu dapat menjadi masalah yang cukup serius sebab akan

menghambat kehidupan anak, misalnya dalam pergaulan, pertumbuhan harga diri,

belajar, dan penyesuaian diri. Menurut ahli psikologi dari Team Grahita

Indonesia, pemalu sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang dimana orang

tersebut sangat peduli dengan penilaian orang lain terhadap dirinya dan merasa

cemas karena penilaian sosial tersebut, sehingga cenderung untuk menarik diri.

Menurut Musbich (2010), dampak negatif dari rasa malu pada anak,antara lain: 1)

kesulitan membentuk dan memelihara pertemanan, 2) kesulitan bertahan membela

diri sendiri, 3) pihak lain mungkin melihat anak pemalu sebagai penyendiri, 4)

kesulitan melakukan komunikasi secara efektif, 5) kesulitan mengekspresikan

perasaan, dan 6) rasa malu juga bisa menjadi masalah saat disekolah.

Mengatasi permasalahan tersebut, guru diharapkan memberikan stimulasi

pada anak dengan cara memberikan kesempatan pada anak untuk berkembang,

salah satunya melalui kegiatan permainan tradisional. Kehidupan bermain adalah

kehidupan anak-anak dan melalui bermain mereka meniru aktivitas yang

dilaksanakan orang dewasa. Bermain juga dapat dikatakan sebagai awal

timbulnya kreativitas, karena bermain akan memberikan kesempatan pada anak

(10)

3

merasakan objek-objek dan tantangan untuk menemukan sesuatu dengan cara-cara

baru (Mulyadi, 2004).

Permainan merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan

kemampuan anak didik. Sebelum bersekolah, bermain merupakan cara alamiah

untuk menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsinya,

bermain mengandung rasa senang dan tanpa paksaan serta lebih mementingkan

proses dari pada hasil akhir. Perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran

hendaknya disesuaikan dengan perkembangan umur dan kemampuan anak didik,

yaitu berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain

lebih besar) menjadi belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak). Dengan

demikian, anak didik tidak akan canggung lagi menghadapi cara pembelajaran di

tingkat-tingkat berikutnya (Depdikbud, 1999:3).

Permainan tradisional merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun

temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan dibaliknya

(Hayuningtyas, 2005). Permainan tradisional merupakan hasil budaya yang besar

nilainya bagi anak-anak dalam rangka berfantasi, berekreasi, berkreasi, berolah

raga sekaligus sebagai sarana berlatih untuk hidup bermasyarakat, keterampilan,

kesopanan serta ketangkasan (Yarahnitra,1992).

Di dalam permainan anak memiliki nilai kesempatan untuk

mengekspresikan sesuatu yang ia rasakan dan pikirkan. Dengan bermain, anak

sebenarnya sedang mempraktekkan keterampilan dan anak mendapatkan kepuasan

dalambermain, yang berarti mengembangkan dirinya sendiri. Dalam permainan,

(11)

4

Risye Ariesyani, 2014

Penerapan Metode Permainan Tradisional Oray-Orayan Untuk Membantu Anak Yang Pemalu memahami keberanaan lingkungannya, membentuk daya imajinasi, daya fantasi,

dan kreativitas.

Permainan bagi anak berguna untuk menjelajahi dunianya, dan

mengembangkan kompetensinya dalam usaha mengatasi dunianya dan

mengembangkan kreativitas anak. Fungsi bermain bagi anak usia dini dapat

dijadikan intervensi yang jika dilaksanakan dengan tepat, baik dilengkapi dengan

alat maupun tanpa alat akan sangat membantu perkembangan sosial, emosional,

kognitif, dan afektif pada umumnya, dan mengembangkan daya kreativitas anak.

Berdasarkan hasil pengamatan sementara terhadap salah seorang anak di

kelompok B Taman Kanak-kanak Kusumah Kecamatan Sukaratu Kabupaten

Tasikmalaya, dijumpai seorang anak yang sangat pemalu. Ketika disuruh oleh

guru juga untuk bergaul bersama dengan teman-temannya, dia tetap tidak mau.

Anak tersebut lebih mau bersama dengan guru atau ibunya yang selalu setia

mendampinginya.

Kondisi anak yang digambarkan di atas, memiliki ciri-ciri sebagai anak

pemalu seperti pendapat Farida (2010), bahwa ciri-ciri anak pemalu, yaitu (a)

anak cenderung menghindari hubungan sosial dengan orang lain dan lingkungan

sekitar, (b) bersikap segan, ragu-ragu dan tidak mudah melibatkan diri dengan

orang lain dan linkungnnya, (c) anak yang pemalu tidak berani mengambil resiko,

takut dan ragu-ragu.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis mencoba untuk mengkaji

(12)

5

Membantu Anak yang Pemalu (Studi Kasus Pada Anak Kelompok B Di Taman

Kanak-Kanak Kusumah Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya).

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih

mendalam maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah

yang dikaji dalam penelitian ini adalah pemanfaatan metode permainan tradisional

oray-orayan untuk membantu anak yang pemalu di Taman Kanak-Kanak

Kusumah Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, rumusan masalah

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah karakteristik anak yang pemalu di Taman Kanak-Kanak

Kusumah Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya?

2. Apa saja faktor yang menyebabkan anak menjadi pemalu di Taman

Kanak-Kanak Kusumah Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya?

3. Bagaimana langkah-langkah permainan tradisional untuk membantu anak

yang pemalu di Taman Kanak-Kanak Kusumah Kecamatan Sukaratu

Kabupaten Tasikmalaya?

4. Apakah terdapat perubahan kondisi anak yang pemalu di Taman

Kanak-Kanak Kusumah Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya setelah

penerapan permainan tradisional?

C. Tujuan Penelitian

(13)

6

Risye Ariesyani, 2014

Penerapan Metode Permainan Tradisional Oray-Orayan Untuk Membantu Anak Yang Pemalu Kusumah Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Secara khusus penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik anak yang pemalu di Taman Kanak-Kanak Kusumah Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya.

2. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan anak menjadi pemalu di Taman

Kanak-Kanak Kusumah Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya.

3. Untuk mengetahui langkah-langkah permainan tradisional dalam membantu mengatasi anak yang pemalu di Taman Kanak-Kanak Kusumah Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya.

4. Untuk mengetahui perubahan kondisi anak yang pemalu di Taman Kanak-Kanak Kusumah Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya setelah diterapkan permainan tradisional.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada semua pihak, yaitu:

a. Bagi siswa

Membantu anak yang pemalu di Taman Kanak-Kanak Kusumah Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya agar lebih percaya diri.

b. Bagi guru

(14)

7

c. Bagi sekolah Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi salah satu bahan

masukan bagi usaha pengembangan mutu pendidikan di sekolah yang pada

gilirannya akan meningkatkan kualitas pembelajaran di taman kanak-kanak.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis susun sebagai berikut:

Bab I, terbagi dalam beberapa sub bab diantaranya: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab II, berisi tentang metode bercerita, permainan boneka tangan, dan kemampuan menyimak anak Taman Kanak-Kanak.

Bab III, terbagi dalam beberapa sub bab diantaranya: metodologi

penelitian, teknik dan alat pengumpul data, prosedur pengumpulan data, dan

prosedur pengolahan data, dan subjek penelitian.

Bab IV, terbagi dalam sub bab, diantaranya: gambaran umum lokasi

penelitian, pelaksanaan tindakan, dan analisis pelaksanaan tindakan.

Bab V, berisi kesimpulan hasil pembahasan dan saran-saran atau

(15)

Risye Ariesyani, 2014

Penerapan Metode Permainan Tradisional Oray-Orayan Untuk Membantu Anak Yang Pemalu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan studi kasus yang merupakan penelitian yang

rinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup

mendalam dan menyeluruh. Studi kasus ialah suatu pendekatan yang bertujuan

untuk mempertahankan keutuhan (wholeness) dari obyek, artinya data yang

dikumpulkan dalam rangka studi kasus dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang

terintegrasi, di mana tujuannya adalah untuk memperkembangkan pengetahuan

yang mendalam mengenai obyek yang bersangkutan yang berarti bahwa studi

kasus harus disifatkan sebagai penelitian yang eksploratif dan deskriptif

(Surachrnad, 1982).

Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian

secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat

penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Surachrnad (1982) membatasi

pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian

pada suatu kasus secara intensif dan rinci. Sementara Yin (1987) memberikan

batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary,

Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya

peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti

(16)

32

Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus

meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan

dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu

totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud

untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.

Tujuan studi kasus untuk memberikan gambaran tentang latar belakang,

sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus, tipe pendekatan dan penelaahannya

terhadap satu kasus dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail dan

komprehensif (Faisal 2001).

B. Prosedur Penelitian

a. Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara

bertujuan (purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh

peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses, dan

masvarakat atau unit sosial. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus

haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan

sumbersumber yang tersedia;

b. Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi

yang lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan

analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat

menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan

penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak;

c. Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi,

(17)

33

Risye Ariesyani, 2014

Penerapan Metode Permainan Tradisional Oray-Orayan Untuk Membantu Anak Yang Pemalu dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi

hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi

secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data

dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah

semua data terkumpul atau setelah selesai dan lapangan;

d. Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam

pendekatan studi kasus hendaknya clilakukan penvempurnaan atau penguatan

(reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah ditemukan.

Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan

barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan

ke dalam kategori yang sudah ada;

e. Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah

dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas,

sehingga rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting.

Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus

kehidupan seseorang atau kelompok.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di TK Kusumah. Sekolah ini beralamat di jalan raya Sindanggalih Desa Sukagalih Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Subjek penelitiannya adalah semua anak di kelompok B.

D. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami judul penelitian, maka

(18)

34

1. Metode Permainan Tradisional Oray-orayan merupakan aktivitas yang bersifat

simbolik, yang menghadirkan kembali realitas dalam bentuk pengandaian

misalnya bagaimana jika, atau apakah jika yang penuh makna yang dilakukan

anak-anak dengan jumlah anak yang dilakukan di tempat terbuka yang luas.

Permainan tradisional ini dimainkan oleh sekira 5 hingga 20 anak atau lebih.

Menggunakan dialog tanya jawab di antara pemain dan nyanyian-nyanyian,

tidak ada unsur pertandingan, hanya sebagai hiburan pengisi waktu

(Danandjaja, 1997)

2. Anak pemalu adalah suatu keadaan dalam diri seseorang dimana orang

tersebut sangat peduli dengan penilaian orang lain terhadap dirinya dan

merasa cemas karena penilaian sosial tersebut, sehingga cenderung untuk

menarik diri (Supriyo, 2008)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri: a. Wawancara

Wawancara sebagai alat pengumpul data digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan kegiatan, harapan dan keinginan, dari individu atau reponden. Caranya melalui pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diajukan kepada responden oleh peneliti.

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam

percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Maksudnya dilakukan

wawancara tersebut antara lain untuk membuat suatu konstruksi sekarang dan

(19)

35

Risye Ariesyani, 2014

Penerapan Metode Permainan Tradisional Oray-Orayan Untuk Membantu Anak Yang Pemalu Lebih lanjut Nasution menjelaskan mengenai tiga pendekatan yang harus

dilakukan dalam melaksanakan wawancara yaitu :

(1) Dalam bentuk percakapan informal, yang mengandung unsur spontanitas, kesan santai tanpa pola atau arah yang ditentukan sebelumnya. (2) Menggunakan lembaran berisi garis besar pokok-pokok, topik, atau masalah yang dijadikan pegangan dalam pembicaraan, dan (3) Menggunakan daftar yang rinci, namun bersifat terbuka yang telah dipersiapkan lebih dahulu dan akan diajukan menurut urutan dan rumusan yang tercantum atau telah dibuat sebelumnya.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

terpimpin atau tertutup. Menurut Riduwan (2004) bahwa “Dalam wawancara ini,

pertanyaan diajukan menurut daftar pertanyaan yang sudah disusun”. Pada

penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Menurut Patton dalam (Poerwandari, 1998) dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tampa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit.

Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer

mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek

(check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan.

Dengan pedoman demikian interviwer harus memikirkan bagaimana pertanyaan

tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat Tanya, sekaligus

menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara berlangsung

(Patton dalam poerwandari, 1998)

Kerlinger (dalam Hasan 2000) menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan

(20)

36

a. Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang

diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer dengan

memberikan penjelasan.

b. Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu.

c. Menjadi stu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tehnik lain sudah tidak

dapat dilakukan.

Wawancara dilakukan secara langsung dengan orang tua anak yang pemalu.

b. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan

pengamatan terhadap kegiatan sementara berlangsung. Dalam hal ini peneliti

menggunakan observasi partisipatif (participatory observation) peneliti ikut serta

dalam kegiatan yang sedang berlangsung, sehingga individu-individu yang

peneliti amati tidak tahu bahwa mereka sedang diobservasi, sehingga situasi dan

kegiatan akan berjalan lebih wajar.

Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan

pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala

atau gejala-gejala dalam objek penelitian. Observasi yang akan dilakukan adalah

observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek

dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan

data tambahan terhadap hasil wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari

1998) tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari,

(21)

37

Risye Ariesyani, 2014

Penerapan Metode Permainan Tradisional Oray-Orayan Untuk Membantu Anak Yang Pemalu kejadian di lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati

tersebut.

Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) salah satu hal yang penting,

namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi.

Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting

karena :

a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal

yang diteliti akan atau terjadi.

b. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada

penemuan dari pada pembuktiaan dan mempertahankan pilihan untuk

mendekati masalah secara induktif.

c. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian

sendiri kurang disadari.

d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang

karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka

dalam wawancara.

e. Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif

terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan pengamatan akan

menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk

memahami fenomena yang diteliti.

c. Studi dokumentasi

(22)

38

tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan dengan penelitian. Studi dokumentasi ini dilakukan untuk melengkapi data/informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran.

F. Pengolahan dan Analisis Data

Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa

tahapan-tahapan yang perlu dilakukan (Marshall dan Rossman dalam Kabalmay, 2002),

diantaranya :

1. Mengorganisasikan Data

Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara

mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape

recoeder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan

mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara

verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti

benar data atau hasil yang telah di dapatkan.

2. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban

Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap data,

perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa

yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti

menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam

mekukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca

transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang

(23)

39

Risye Ariesyani, 2014

Penerapan Metode Permainan Tradisional Oray-Orayan Untuk Membantu Anak Yang Pemalu singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka

analisis yang telah dibuat.

Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti.

Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal

diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti

dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata

kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap penagalaman, permasalahan, dan

dinamika yang terjadi pada subjek.

3. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data

Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data

tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini

kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kemabali berdasarkan

landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokan

apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai.

Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan

teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan

factor-faktor yang ada.

4. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data

Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud,

peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang

telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu mencari suatau

alternative penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam

(24)

40

analisis, ada kemungkinan terdpat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau

tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternative lain

melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada

bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.

5. Menulis Hasil Penelitian

Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu

hal yang membantu penulis unntuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang

dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakaia dalah

presentase data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian

berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan subjek dan significant

other. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek dan significant

other, dibaca berulang kali sehingga penulis mengerti benar permasalahanya,

kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan

pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan,

(25)

Risye Ariesyani, 2014

Penerapan Metode Permainan Tradisional Oray-Orayan Untuk Membantu Anak Yang Pemalu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya, maka penelitian ini dapat

disimpulkan:

1. Karakteristik R menunjukkan memiliki ciri-ciri sebagai anak pemalu yaitu

suka sembunyi dibelakang ibunya, tidak bersedia untuk bersalaman, saat

bermain hanya diam bersama ibunya sambil melihat teman-temannya yang

sedang asyik bermain, saat bernyanyi kelihatan kurang semangat dan suaranya pelan, saat berdo’a memisahkan diri bersama ibunya, kelihatan menghindari

hubungan sosial dengan orang lain dan lingkungan sekitar, suka bersembunyi

dari kontak dengan orang lain, menarik diri dan meninggalkan arena, dan

selalu menghindari kontak mata, tidak banyak bicara, menjawab secukupnya

saja, mengalami demam panggung (pipi memerah, tangan berkeringat,

keringat dingin, bibir terasa kering) di saat-saat tertentu, dan merasa tidak ada

yang menyukainya.

2. Faktor yang menyebabkan R menjadi pemalu yaitu ejekan, pengasuhan

orangtua yang tidak konsisten, kurangnya keterlibatan orangtua, dan orang tua

terlalu protektif.

3. Langkah-langkah yang dilakukan untuk membantu anak yang pemalu di TK

Kusumah Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya adalah dengan

(26)

63

5 hingga 20 anak atau lebih. Menggunakan dialog tanya jawab di antara

pemain dan nyanyian-nyanyian, tidak ada unsur pertandingan, hanya sebagai

hiburan pengisi waktu. Permainan ini melatih kecekatan, kesiagaan dan

keterampilan berkelompok.

4. Setelah penerapan permainan tradisional terdapat perubahan kondisi anak

yang pemalu di Taman Kanak-Kanak Kusumah Kecamatan Sukaratu

Kabupaten Tasikmalaya. Data hasil observasi menujukkan bahwa aktivitas R

dalam permainan tradisional oray-orayan sudah terlibat secara aktif. Hal ini

menunjukkan rasa malu pada R sudah dapat diatasi dengan melakukan

kegiatan permainan tradisional oray-orayan. Karakteristik R yang awalnya

sebagai anak yang pemalu, sekarang sudah menjadi anak yang periang dan

tidak malu lagi mengikuti semua kegiatan.

B. Rekomendasi

1. Guru hendaknya mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi anak dalam

belajar, dengan metode atau media apapun yang digunakan serta dengan

komunikasi secara terus menerus dengan proses pembiasaan.

2. Bagi guru agar selalu menerapkan kurikulum yang sesuai sehingga tingkat

pencapaian perkembangan dapat diraih sesuai dengan perkembangannya dan

pendidikan karakter dapat dikembangkan untuk generasi mendatang.

3. Bagi sekolah, untuk menghasilkan mutu yang lebih baik, sarana dan prasarana

serta alat permainan edukatif harus diusahakan untuk selalu ada ketika akan

(27)

64

Risye Ariesyani, 2014

Penerapan Metode Permainan Tradisional Oray-Orayan Untuk Membantu Anak Yang Pemalu 4. Bagi orang tua agar agar selalu dekat dengan anak dan mampu melaksanakan

kegiatan yang dapat mengembangkan keaktifan.

5. Bagi peneliti diharapkan dapat melaksanakan tugasnya dengan lebih baik guna

meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan melalui pembiasaan-pembiasaan

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Alfiyanti, N. 2010. Upaya Meningkatkan Daya Pikir Anak Melalui Permainan Edukatif (Sebuah Penelitian Tindakan Kelas di TK Indria Putra II Semanggi Tahun Ajaran 2010/2011). Surakarta: Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Danandjaya. 1997. Floklore Indonesia. Jakarta. Gramedia

Purwitasari. 2008. Anakku tak lagi pemalu. Surabaya: Selasar Surabaya

Furchan. (Penejemah). 2004. Pengantar penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka pelajar

Gunara, M. 2009. Permainan Tradisional. Tersedia: gun84.wordpress.com

Hamalik, O. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan), edisi kelima. Penerbit Erlangga : Jakarta

________ 1999. Perkembangan Anak Jilid 1(Edisi 6). Penerbit Erlangga : Jakarta

Monks dan Haditono. 2004. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai

Bagiannya. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

Mulyadi. 2004. Bermain dan Kreativitas (Upaya Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Bermain). Papas Sinar Sinanti : Jakarta

Munandar. 1992. Mengembangkan Kreativitas Anak di Sekolah Menengah.

Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta: Grasindo.

________. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Musbich. 2010. Mengatasi Anak Pemalu Pada Usia Dini. Fakultas Keguruan Ilmu Pendididkan Bahasa Inggris Universitas Kanjuruhan Malang.

(29)

Risye Ariesyani, 2014

Penerapan Metode Permainan Tradisional Oray-Orayan Untuk Membantu Anak Yang Pemalu

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nursisto. 1999. Kiat Menggali Kreativitas. Mitra Gama Media : Yogyakarta

Saomah, A. (2004). Permasalahan Anak dan Upaya Penanganannya. Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan Dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Semiawan, C. (1984). Memupuk Bakat dan Kreativitas Anak di Sekolah

Menengah. Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta: Gramedia.

Setyawati. 2011. Mengenali Sifat Pemalu pada Anak. Tersedia: http://id.shvoong.com

Subana dan Sunarti. 2001. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung : Pustaka Setia.

Sudjana, N. 1990. Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Supriyo. 2008. Studi Kasus bimbingan Konseling. Semarang: Nieuw Setapak.

Suryobroto. 1996. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.

Syamsuddin dan Vismaia. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syaodih, N. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :Remaja Rosdakarya

Sudjana, N. 1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Supriadi, D. 1994. Kreativitas dan Orang-Orang Kreatif Dalam Lapangan Keilmuan. Desertasi. Bandung: PPS UPI

Referensi

Dokumen terkait

1) Dapat memberikan solusi terhadap masalah atau kendala pelaksanaan pembelajaran guna mengembangkan kemampuan melompat dengan permainan tradisional pada anak kelompok B

Anak didik di PAUD Saymara cukup banyak, salah satunya yaitu Kelompok Bermain (KB), pada.. Kelompok Bermain ini terdapat anak didik sejumlah 15 anak, dari 15

Kemampuan anak dalam kegiatan keterampilan motorik kasar anak melalui permainan tradisional engklek pada tindakan I pertemuan pertama, diketahui bahwa pada permainan engklek,

Maria J Wantah (2005: 144) menyatakan bahwa disiplin bagi anak merupakan kebutuhan instrinsik dan ekstrinsik bagi perkembangan anak. Kebutuhan instrinsik artinya

Terbukti bahwa permainan estafet pada anak usia dini dapat meningkatkan motorik kasar melalui permainan estafet bola, lempar tangkap bola, dan menggiring bola

terdapat pengaruh yang signifikan dari permainan bakiak terhadap perkembangan sosial anak usia dini kelompok B di TK Nusa Indah Palembang. Perkembangan sosial

terdapat pengaruh yang signifikan dari permainan bakiak terhadap perkembangan sosial anak usia dini kelompok B di TK Nusa Indah Palembang. Perkembangan sosial

47 PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL DAKON TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG ANGKA 1-20 PADA ANAK KELOMPOK B Isabella Hasiana Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini,