• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pengembangan Peta Zona Gempa Untuk Wilayah Pulau Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Irian Jaya (Indonesia Bagian Timur).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Pengembangan Peta Zona Gempa Untuk Wilayah Pulau Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Irian Jaya (Indonesia Bagian Timur)."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGEMBANGAN PETA ZONA GEMPA

UNTUK WILAYAH PULAU KALIMANTAN, NUSA

TENGGARA, MALUKU, SULAWESI DAN IRIAN

JAYA (INDONESIA BAGIAN TIMUR)

Nama : Desi Setiawan NRP : 0221009

Pembimbing : Theodore F. Najoan, Ir.,M.Eng

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

ABSTRAK

Gempa bumi merupakan suatu bencana alam yang tidak dapat dihindari, tetapi kerusakan pada bangunan dapat dikurangi yaitu dengan membuat bangunan sipil tahan gempa. Untuk keperluan itu dibutuhkan besarnya percepatan gempa des3ain di lokasi yang akan dibangun yang telah dikoreksi terhadap pengaruh jenis tanah setempat.

Penulisan tugas akhir ini dimaksudkan untuk membuat peta zona gempa Indonesia. Analisis mencakup wilayah Indonesia bagian timur yang terdiri dari pulau Nusa Tenggara-Timor Timur, Kalimantan-Sulawesi dan Maluku-Irian Jaya dengan memperhitungkan kejadian gempa baik yang diakibatkan oleh subduksi maupun patahan. Agar didapat hubungan frekuensi kejadian gempa dan besaran magnitude, digunakan analisa statistik dari GUTTENBERG RICHTER. Selanjutnya, untuk mencari besarnya percepatan gempa digunakan rumus dari FUKUSHIMA dan TANAKA. Program komputer yang digunakan dalam analisis ini adalah SEISRISK III.

Dari output program komputer, diperoleh percepatan gempa permukaan untuk perioda ulang 10,20,50,100,200,500, 1000,5000 dan 10000 tahun yang diplotkan menjadi peta zona gempa Indonesia bagian timur, maka percepatan gempa untuk setiap koordinat harus dibagi dengan besarnya percepatan gempa kota Jakarta untuk selanjutnya dirata-ratakan. Berdasarkan peta zona tersebut, wilayah Indonesia dapat dibagi menjadi 6 buah zona gempa yaitu Zona A (Z=0.10-0.30), Zona B (Z=0.30-0.60), Zona C (Z=0.60-0.90), Zona D (Z=0.90-1.20), Zona E (Z=1.20-1.50) dan Zona F (Z=1.50-2.0). Dimana Z adalah koefisien zona.

Nilai percepatan gempa desain untuk kota-kota besar di pulau Nusa Tenggara-Timor Timur, Kalimantan-Sulawesi dan Maluku-Irian Jaya yang diperoleh dibandingkan dengan penelitian terdahulu. Analisis tersebut menghasilkan nilai Peak Ground Acceleration (PGA) yang rata-rata terletak di atas nilai-nilai PGA hasil penelitian terdahulu.

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR……… i

SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR……….. ii

ABSTRAK………. iii

KATA PENGANTAR….……… ………. iv

DAFTAR ISI………. vii

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN………. x

DAFTAR GAMBAR……… xii

DAFTAR TABEL……… xiv

DAFTAR LAMPIRAN………. xvi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2 Tujuan Penulisan……….. 2

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan……… 2

1.4 Sistematika Penulisan………... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Lapisan Bumi………. 6

2.2 Filosofi Dasar Gempa Bumi 2.2.1 Pengertian Dan Definisi Gempa Bumi………... 8

2.2.2 Klasifikasi Gempa Bumi………. 9

2.2.3 Gelombang Gempa………. 11

2.2.4 Istilah-Istilah Dan Parameter Gempa……… 12

(3)

2.2.5 Pengukuran Dan Perekaman Gempa……… 17 2.3 Peta Zona Gempa Wilayah Indonesia

2.3.1 Pengertian Dasar……… 17 2.3.2 Prosedur Pembuatan Peta Zona Gempa

Wilayah Indonesia………. 18 2.4 Koreksi Pengaruh Jenis Tanah Setempat………. 23 2.5 Penentuan Beban Gempa

2.5.1 Penentuan Beban Gempa Untuk Bangunan Pengairan

Dan Bendungan Tahan Gempa………. 26 2.5.2 Penentuan Beban Gempa Untuk Bangunan Tinggi

Tahan Gempa……… 27

BAB 3 TINJAUAN TEKTONIK DAN KEGEMPAAN DI INDONESIA

MELIPUTI PULAU KALIMANTAN, NUSA TENGGARA,

MALUKU, SULAWESI DAN IRIAN JAYA

3.1 Pendahuluan………. 30 3.2 Sejarah Kejadian Gempa Akibat Sesar/Patahan Dan Subduksi.. 32 3.3 Tinjauan Tektonik Dan Kegempaan Di Pulau Nusa Tenggara-

Timor Timur………. 36 3.3.1 Zona Subduksi Nusa Tenggara-Timor Timur………. 37

3.4 Tinjauan Tektonik Dan Kegempaan Di Pulau Kalimantan-

Sulawesi……….. 38 3.4.1 Zona Subduksi Kalimantan-Sulawesi………... 41 3.4.2 Patahan Sulawesi……….. 42 3.5 Tinjauan Tektonik Dan Kegempaan Di Pulau Maluku-

(4)

Irian Jaya………. 43 3.5.1 Zona Subduksi Maluku-Irian Jaya……… 44 3.5.2 Patahan Irian Jaya………. 45

BAB 4 ANALISA DATA

4.1 Analisis Frekuensi Kejadian Gempa………... 49 4.2 Penggunaan Fungsi Atenuasi……….. 52 4.3 Penentuan Daerah Sumber Gempa Akibat Subduksi …………. 55 4.4 Perhitungan Data Patahan……… 57 4.5 Program Komputer

4.5.1 Data Masukan Program Komputer………. 60 4.5.2 Data Keluaran Program Komputer………. 61 4.6 Peta Zona Gempa Indonesia………61 4.7 Aplikasi Penggunaan Peta Zona Gempa Untuk Keperluan

Rekayasa Sipil

4.7.1Bendungan……….. 63 4.7.2 Bangunan Tinggi……… 65 4.8 Hasil Perbandingan Peta Zona Gempa Indonesia……… 69

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan……….. 80 5.2 Saran ………. 92

DAFTAR PUSTAKA……….. 93

LAMPIRAN………. A - H

(5)

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

Δ = Jarak episentrum

a, a’ = Konstanta yang bergantung pada periode pengamatan ac = Percepatan gempa dasar

ad = Percepatan gempa desain

ad1 = Percepatan gempa desain menurut peraturan

ad2 = Percepatan gempa desain berdasarkan peta zona yang dibuat

ag = Percepatan gempa maksimum di permukaan tanah

b = Konstanta yang bergantung pada sifat tektonik suatu daerah BMG = Badan Meteorologi dan Geofisika

BT = Bujur Timur C = Koreksi daerah g = Percepatan gravitasi Hi = Tebal lapisan tanah ke-i

Length = Panjang segmen patahan LS = Lintang Selatan

LU = Lintang Utara

M = Magnitude/besaran gempa

M = Magnitude lokal rata-rata

mb = Magnitude gempa berdasarkan gelombang badan

ML = Magnitude lokal

MMI = Modified Mercalli Intensity

Mmax = Magnitude maksimum yang dapat terjadi

(6)

Mo = Batas magnitude terendah

Ms = Magnitude gempa berdasarkan gelombang permukaan N = Masa guna bangunan

n(M) = Frekuensi jumlah kejadian gempa > M

N(M) = Frekuensi kumulatif jumlah kejadian gempa > M N1(M) = Frekuensi kumulatif gempa tahunan

R = Jarak hiposentrum

RA = Resiko tahunan untuk suatu intensitas gempa

RN = Resiko gempa selama suatu masa guna bangunan

Slip-rate = Tingkat pergerakan patahan SPT = Standard Penetration Test T = Periode ulang rata-rata

Ts = Periode predominan dari perlapisan tanah dengan regangan besar

pada waktu terjadi gempa

Tp = Periode predominan dari perlapisan tanah dengan regangan kecil

pada waktu terjadi gempa

USGS = United States Geological Surveys

v = Faktor koreksi pengaruh jenis tanah setempat Vs = Kecepatan rambat gelombang geser

Vsi = Kecepatan rambat gelombang geser pada lapisan tanah ke-i

Z = Koefisien zona gempa

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Flow Chart Urutan Pembuatan Studi Pengembangan Peta Zona

Gempa Untuk Wilayah Pulau Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Irian Jaya (Indonesia Bagian Timur)……….. 5 Gambar 2.1 Penampang Lapisan-lapisan Bumi……… 8 Gambar 2.2 Jarak Episentrum, Hiposentrum, Fokus dan Titik Pengamatan… 11 Gambar 2.3 Peta Wilayah Gempa Indonesia (Menurut SNI-1726)…………. 29 Gambar 2.4 Kurva Spektrum Respons Inelastik Desain

(Menurut SNI-1726)………. 29 Gambar 3.1 Peta Geoteknik Indonesia………. 32 Gambar 3.2 Terjadinya Sesar/Patahan Akibat Perbenturan 3 Lempeng…….. 33 Gambar 3.3 Peta Zona Subduksi dan Patahan di Indonesia………. 36 Gambar 3.4 Gerakan Subduksi Pulau Nusa Tenggara dan Timor Timur……. 37 Gambar 3.5 Daerah Sumber Gempa Akibat Subduksi Untuk Nusa Tenggara-

Timor Timur……….. 38 Gambar 3.6 Peta Geologi Pulau Kalimantan……… 39 Gambar 3.7 Penyebaran Tiga Lempeng Tektonik di Pulau Kalimantan…….. 39 Gambar 3.8 Struktur Tektonik Pulau Sulawesi……… 41 Gambar 3.9 Daerah Sumber Gempa Akibat Subduksi Untuk Kalimantan-

Sulawesi……… 43 Gambar 3.10 Struktur Tektonik Pulau Irian Jaya……….. 44 Gambar 3.11 Daerah Sumber Gempa Akibat Subduksi Untuk Maluku-

(8)

Irian Jaya……….. 46

Gambar 3.12 Pembagian Segmen Patahan Irian Jaya………... 47

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Magnitude dan Log N1(Ms) Untuk Kotak 502..51

Gambar 4.2 Hubungan Jarak Episentrum Dan Jarak Hiposentrum Dengan Kedalaman Gempa……… 53

Gambar 4.3 Kurva Spektrum Respons Inelastik Desain Untuk Kota Kendari (Wilayah Gempa 4, Struktur Diatas Tanah Keras Dengan Koreksi = 2.332)………. 68

Gambar 4.4 Kurva Spektrum Respons Inelastik Desain Untuk Kota Kendari (Wilayah Gempa 4, Struktur Diatas Tanah Lunak Dengan Koreksi = 2.0993)………. 68

Gambar 4.5 Peta Zona Gempa Indonesia………. 74

Gambar 4.6 Peta Zona Gempa Pulau Kalimantan……...………. 75

Gambar 4.7 Peta Zona Gempa Pulau Sulawesi...……….………. 76

Gambar 4.8 Peta Zona Gempa Pulau Nusa Tenggara……….…….…. 77

Gambar 4.9 Peta Zona Gempa Pulau Maluku...…………...………. 78

Gambar 4.10 Peta Zona Gempa Pulau Irian Jaya.………..……. 79

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Skala Intensitas Modified Mercalli………. 14 Tabel 2.2 Jenis Tembok……….. 15 Tabel 2.3 Faktor Koreksi Pengaruh Jenis Tanah/Batuan Setempat………… 25 Tabel 2.4 Penggolongan Bangunan Pengairan Dan Bendungan………. 26 Tabel 2.5 Patokan Beban Gempa Untuk Bangunan Pengairan Dan

Bendungan……….. 27 Tabel 2.6 Kriteria Jenis Tanah Dan Percepatan Gempa Rencana Untuk

Masing-Masing Wilayah Gempa Di Indonesia……….. 28 Tabel 3.1 Besarnya Slip-rate dan Panjang Masing-Masing Patahan

Irian Jaya………. 45

Tabel 4.1 Data Kejadian Gempa Per Kotak 1° bujur dan lintang…………... 49

Tabel 4.2 Analisis Data Gempa Perkotak 1° Bujur dan Lintang……… 50

Tabel 4.3 Fungsi Atenuasi Fukushima Dan Tanaka Untuk Data Masukan

Program………... 55

(10)

Tabel 4.4 Parameter Patahan Aktif Yang Digunakan Untuk Analisis

Resiko Gempa………. 58 Tabel 4.5 Percepatan Gempa Dasar Kota Jakarta………... 62 Tabel 4.6 Koefisien Zona Gempa……… 62 Tabel 4.7 Contoh Perhitungan Percepatan Gempa Dasar Maksimum Di

Permukaan Tanah Dari Peta Zona Gempa Indonesia……….. 64 Tabel 4.8 Contoh Perhitungan Besarnya Percepatan Gempa Desain

Yang Telah Dikoreksi Terhadap Pengaruh Jenis Tanah

Setempat Untuk Setiap Periode Ulang……… 64 Tabel 4.9 Contoh Perhitungan Besarnya Percepatan Gempa Desain

Yang Telah Dikoreksi Terhadap Pengaruh Jenis Tanah

Setempat Untuk Periode Ulang 200 Tahun………. 66 Tabel 4.10 Perbandingan Percepatan Gempa Dasar (ac)………... 70

Tabel 4.11 Perbandingan PGA Untuk Beberapa Kota Di Pulau

Nusa Tenggara Dan Timor Timur……… 71 Tabel 4.12 Perbandingan PGA Untuk Beberapa Kota Di Pulau

Kalimantan Dan Sulawesi……… 72 Tabel 4.13 Perbandingan PGA Untuk Beberapa Kota Di Pulau

Maluku Dan Irian Jaya………. 72 Tabel 5.1 Daerah Zona Gempa Per Kecamatan ……… 76

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Peta Indonesia Dilengkapi Dengan Nomor Kotak 1°

Bujur Dan Lintang……… A Lampiran 2 Data Gempa Indonesia………. B Lampiran 3 Analisis Data Gempa Perkotak... C Lampiran 4 Tabel Parameter Kejadian Gempa Akibat Subduksi………… D Lampiran 5 Data Masukan Program Seisrisk III………. E Lampiran 6 Data Keluaran Program Seisrisk III………. F Lampiran 7 Tabel Keluaran Dari Program Seisrisk III Berupa

Parameter Percepatan Gempa (g)……….. G Lampiran 8 Tabel Rasio Rata-rata Percepatan Gempa Untuk Setiap

Koordinat………. H

(12)

LAMPIRAN 1

Peta Indonesia Dilengkapi Dengan Nomor Kotak 1

°

Bujur Dan Lintang

(13)

LAMPIRAN 2

Data Gempa Indonesia

(14)

LAMPIRAN 3

Analisis Data Gempa Perkotak

(15)

LAMPIRAN 4

Tabel Parameter Kejadian Gempa Akibat Subduksi

(16)

LAMPIRAN 5

Data Masukan Program Seisrisk III

(17)

LAMPIRAN 6

Data Keluaran Program Seisrisk III

(18)

LAMPIRAN 7

Tabel Keluaran Dari Program Seisrisk III Berupa

Parameter Percepatan Gempa (g)

(19)

LAMPIRAN 8

Tabel Rasio Rata-rata Percepatan Gempa Untuk

Setiap Koordinat

(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kepulauan Indonesia terletak pada daerah yang merupakan pertemuan dua jalur gempa utama yaitu jalur gempa Sirkum Pasifik dan jalur gempa Alpide Transasiatic yang menjadikan kepulauan Indonesia rawan terhadap terjadinya gempa bumi, terutama daerah – daerah yang memiliki probabilitas gempa sangat tinggi.

Sementara itu pembangunan di Indonesia meningkat secara sangat pesat dengan bertambahnya gedung bertingkat tinggi untuk perkantoran, hotel-hotel,

1

(21)

apartemen dan bangunan infrastruktur lainnya seperti jembatan layang dan jalan raya. Untuk memberi keamanan yang cukup tinggi terhadap pengaruh gempa maka bangunan-bangunan tersebut harus mempunyai faktor keamanan terhadap gaya-gaya yang diakibatkan oleh gempa bumi.

Dalam merancang bangunan sipil tahan gempa diperlukan peta zona gempa yang memuat zona-zona yang rawan maupun zona-zona yang aman. Peta zona gempa yang dipakai menggunakan data gempa dangkal-menengah dengan kedalaman lebih kecil sama dengan 100 km untuk pengamatan 106 tahun dari tahun 1900 sampai tahun 2006.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penulisan tugas akhir ini adalah pembuatan Peta Zona Gempa di Wilayah Indonesia, meliputi pulau Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Irian Jaya dengan data-data kejadian gempa dari tahun 1900-2006.

Sedangkan tujuan dari penulisan tugas akhir adalah untuk memperoleh peta frekuensi kejadian gempa Ms > 4, Ms > 5, Ms > 6, Ms > 7, Ms > 8 dan Ms > 8,5 di wilayah Indonesia bagian timur meliputi pulau Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Irian Jaya. Peta tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk analisis resiko gempa dalam perencanaan bangunan sipil tahan gempa.

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Dalam penulisan tugas akhir ini perlu adanya batasan–batasan permasalahan agar penulisan tugas akhir ini memiliki batasan yang jelas, sehingga masalah yang dibahas tidak terlalu luas.

2

(22)

Oleh karena itu untuk pembatasan masalah dipakai langkah-langkah sebagai berikut:

1. Studi literatur mengenai peta frekuensi kejadian gempa.

2. Wilayah Indonesia yang ditinjau meliputi pulau Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Irian Jaya.

3. Pengumpulan data kejadian gempa di Indonesia untuk gempa dangkal-menengah dengan D < 100 km untuk pengamatan dari tahun 1900-2006. 4. Membagi pulau Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Irian Jaya

atas kotak-kotak 1° bujur dan 1° lintang serta menomori kotak-kotak tersebut. 5. Penggunaan rumus Fukushima dan Tanaka untuk mencari besarnya

percepatan gempa.

6. Analisis statistik frekuensi kejadian gempa dari Guttenberg Richter.

7. Analisis percepatan gempa dengan menggunakan bantuan program komputer

SEISRISK III.

8. Pembuatan peta zona gempa untuk periode ulang 10, 20, 50, 100, 200, 500, 1000, 5000 dan 10000 tahun untuk setiap pulau.

1.4 Sistematika Pembahasan

Penulisan tugas akhir ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:

BAB 1 Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, maksud dan tujuan, ruang lingkup masalah dan sistematika pembahasan.

3

(23)

BAB 2 Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas, yang diperoleh dari kepustakaan.

BAB 3 Tinjauan Tektonik dan Kegempaan di Indonesia meliputi Pulau

Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Irian Jaya

Bab ini berisi tentang latar belakang geologi dan kegempaan di wilayah Indonesia.

BAB 4 Analisis Data

Dalam bab ini dijelaskan tentang pemakaian rumus-rumus yang dipakai, persiapan data masukan program, analisa hasil keluaran dari program, pembuatan peta zona gempa setiap pulau.

BAB 5 Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari yang telah dibahas dan saran-saran.

4

(24)

MULAI

Studi literatur mengenai teori yang mendukung

Wilayah Indonesia yang ditinjau meliputi pulau Kalimantan, Nusa Tenggara , Maluku,

Sulawesi dan Irian Jaya.

Penggunaan rumus empiris yang digunakan dalam program. Rumus yang digunakan berasal dari

Fukushima dan Tanaka

Data gempa subduksi - Pengumpulan data kejadian dan

magnitude gempa bumi - Penentuan daerah sumber gempa

Data gempa patahan - Pengumpulan data patahan (letak,

segmentasi, panjang dan slip-rate) - Analisis data patahan

Analisis statistik frekuensi kejadian gempa dari Guttenberg Richter

Persiapan masukan program dari data zona subduksi dan patahan

Proses data dengan program komputer Seisrisk III

Hasil keluaran program berupa percepatan gempa di permukaan tanah pada setiap pulau untuk periode ulang

10, 20, 50, 100, 200, 500, 1000, 5000 dan 10000 tahun

Semua koordinat dan periode ulang dibuat dalam rasio rata-rata perbandingan dengan

kota Jakarta

Data percepatan gempa di permukaan

tanah kota Jakarta

Dibuat Peta Zona Gempa Wilayah Indonesia dengan menggunakan MapInfo Profesional 8.0

Penggunaan untuk keperluan Rekayasa Sipil

SELESAI

Gambar 1.1 Flow Chart Urutan Pembuatan Studi Pengembangan Peta Zona Gempa Untuk Wilayah Pulau Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku,

Sulawesi dan Irian Jaya (Indonesia Bagian Timur)

5

(25)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan keseluruhan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Telah disusun sebuah peta zona gempa untuk pulau Nusa Tenggara dan Timor Timur, Kalimantan dan Sulawesi serta Maluku dan Irian Jaya untuk periode ulang (T) = 10, 20, 50, 100, 200, 500, 1000, 5000 dan 10000 tahun. Peta ini

80

(26)

dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan besarnya gaya inersia yang bekerja pada suatu bangunan sipil.

2. Percepatan gempa maksimum yang diperoleh dari fungsi attenuasi Fukushima dan Tanaka untuk batuan (rock) sehingga untuk masalah desain, percepatan gempa maksimum di permukaan tanah yang diperoleh dari peta zona gempa tersebut harus dikalikan dengan faktor koreksi (v) pengaruh jenis tanah setempat. Faktor koreksi untuk batuan = 0.8, dilluvium = 1.0, alluvium = 1.1 dan alluvium lunak = 1.2.

3. Dari peta zona gempa yang telah dibuat dapat dilihat bahwa wilayah yang ditinjau dibagi menjadi 6 buah zona gempa yang menandakan adanya perbedaan kegempaan dari setiap pulau yang ditinjau, dengan karakteristik sebagai berikut :

- Zona F dengan koefisien zona (Z) = 1.50-2.0, zona ini merupakan daerah yang mempunyai kegempaan paling tinggi dan mempunyai resiko kerusakan yang sangat besar.

- Zona E dengan koefisien zona (Z) = 1.20–1.50, merupakan daerah yang karakteristik kegempaannya seperti zona F, hanya intensitasnya lebih rendah. Mempunyai potensi merusak struktur bangunan dan dapat memakan korban jiwa.

- Zona D dengan koefisien zona (Z) = 0.90-1.20, mempunyai kegempaan yang cukup tinggi.

- Zona C dengan koefisien zona (Z) = 0.60-0.90, mempunyai kegempaan yang relatif masih cukup tinggi sehingga tetap harus diwaspadai.

81

(27)

- Zona B dengan koefisien zona (Z) = 0.30-0.60, merupakan zona dengan kegempaan relatif cukup kecil.

- Zona A dengan koefisien zona (Z) = 0.10-0.30, merupakan zona dengan kegempaan relatif tidak ada.

Keenam buah zona gempa tersebut meliputi per kecamatan, dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini :

Tabel 5.1 Daerah Zona Gempa Per Kecamatan

Zona Koefisien Kabupaten Kecamatan F 1.50-2.0 Sumbawa Lunyuk dan Ropang

Flores Tengah Nanga Panda, Datusoko

Tanatoraja Bongga Karadeng, Sesean, Sanggalangi, Sangalla, Rindingallo, Rantepao, Mengkendek

(28)

Donggala Sojol, Tomini

(29)

Sidenreng Rapang Panca Lautang, Tellu Limpoe, Watangpulu, Baranti, Panca Rijang, Maritengngae, Due Pitue

Pinrang Suppa, Mattiro Bulu, Mattiro Sompe,

Watang Sawito, Cempa, Duampanua, Lembang Enrekang Maiwa, Enrekang, Boraka, Anggeraja, Alla

(30)

Kota Palu Palu Barat, Palu Selatan, Palu Timur, Palu Utara Banggai Bunta, Una Una, Walea Kepulauan,

Toli-Toli Dondo, Baolan, Galang, Utara Toli Toli Buol Momunu, Bokat, Biau

Boalemo Paguyaman

Gorontalo Boloyohuto, Batudaa Pantai, Batudaa, Kwandang, Tibawa, Limboto, Telaga, Atinggola, Atinggola,

Jaya Pura Mamberamo Ilir, Mamberamo Tengah, pantai Barat, Sarmi, Tor Atas,Nimboran, Nimbokrang

D 0.90-1.20 Lombok Barat Sekotong Tengah, Gerung, Kediri, Labuapi, Narmada, Gunung Sari

85

(31)

Mataram Cakranegara, Mataram, Ampenan

Lombok Tengah Praya Barat, Pujut, Praya Timur, Praya, Janapria, Jonggat, Kupang, Pringgarata, Batukliang

Lombok Timur Keruak, Sakra, Selong, Sukamulia, Masbagik, Sikur, Terara, Aikmel, Pringgabaya, Sembelia Sumbawa Sateluk, Taliwang, Alas, Utan/Rhee, Batu Lanteh, Balikpapan Balikpapan Selatan, Balikpapan Timur, Balikpapan Tengah, Balikpapan Utara, Balikpapan Barat

Pasir Panajam

Kutai Samboja, Muara Jawa, Sanga-sanga, Loa Janan,

Tanjung Palas, Tenggarong, Anggana, Muara Badak

Samarinda

Sungai Kunjang, Palaran, Samarinda Seberang, Sama

rinda Ilir, Samarinda Utara, Samarinda Ulu Kutai Timur Muara Wahau, Sangkulirang

Berau Biduk-biduk, Talisayan

Buton Kabaena, Kabaena Timur, Wangi-Wangi, Kaledupa Kolaka Kolaka, Wolo, Lasusua, Mowewe

Bolang Itang, Bintauna, Bolang Uki, Singtombolang,

Dumoga, Pinolosian, Lolayan, Lolak, Passi, Kotabunan, Modayag, Kotamobagu, Poigar Minahasa Modoinding, Tompaso Baru, Motoling, Tenga,

(32)

Jailolo, Makian_A, Gane Timur, Gane Barat,

Maluku Tenggara Tanimbar Utara, Tanimbar Selatan, Pulau Babar, Barat Pulau Terselatan, Serwawu Kodya Jaya Pura Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura

(33)

Tabukan, Kuripan

Kapuas Kapuas Kuala, Kapuas Timur, Kapuas Hilir, Pulau Petak, Kapuas Murung

Tapin Binuang, Tapin Selatan, Tapin Tengah, Bungur, Piani,

Lokpaikat, Tapin Utara, Bakarangan, Candi Laras Selatan, Candi Laras Utara

Hulu Sungai Selatan Laksado, Padang Batung, Telaga Langsat, Sungai Raya, Angkinang, Kandangan, Simpur,

Pandan, Babirik, Danau Panggang, Amuntai Selatan,

Amuntai Utara, Lampihong, Paringin, Juai, Halong

Tabalong Banua Lawas, Kelua, Pugaan, Muara Harus, Tanjung

Pasir Tanjung Aru, Batu Sopang, Pasir Balengkong, Tanah

(34)

Nunukan Krayan, Lumbis, Nunukan, Sembakung, Sebalik, Tarakan Tarakan Timur, Tarakan Tengah, Tarakan Barat Selayar Bontosikuyu

Bulukumba Ujung Bulu, Bulukumba, Gantarang Kindang Bantaeng Tompobulu, Bantaeng, Bissappu

Jeneponto Batang, Kelara Gowa Tinggimoncong

Sinjai Sinjai Selatan, Sinjai Borong Buton Poleang, Poleang Timur, Rumbia

Kolaka Watubangga, Pomalaa, Ladongi, Wundulako

Kendari Tinanggea, Palangga, Lambuya, Landono, Ronometo

, Pondidaha, Sampara, Wawotobi, Unaaha Halmahera Tengah Patani Gebe

Buru Buru Utara Barat

Maluku Tengah Salahutu, Kairatu, Pulau Haruku, Saparua Fak - Fak Fak Fak Timur, Buruway

Merauke Suator

B 0.30-0.60 Kota Waringin Barat Kumai

Kota Waringin

Timur Seruyan Hilir, Mentaya Hilir Selatan, Pulay Hanaut, Katingan Kuala, Mendawai, Ketapang, Mentaya

Malan, Katingan Tengah, Marikit, Senaman Mantikei

Murung, Permata Intan, Tanah Siang, Sumber Barito

Kutai Barat Long Apari

Kapuas Hulu Putussibau, Kalis, Manday, Embaloh Hilir,

Embaloh Hulu

Merauke Agats, Atsy, Fayit, Asuegondo, Asuegondo, Kouh A 0.10-0.30 Kota Waringin Jelai, Arut Selatan, Sukamara, Kota Waringin

89

(35)

Lama,

Barat Balai Riam, Bulik, Arut Utara, Lamandau, Delang Ketapang Manis Mata, Kendawangan, Marau, Jelai Hulu,

Matan Hilir Selatan, Tumbang Titi, Matan,Hilir Utara,

Nanga Tayap, Sandai, Sukadana, Simpang Hilir, Sungai Laur, Pulau Maya Karimata

Kota Waringin

Timur Seruyan Hulu, Katingan Hulu

Sintang Sokan, Sayan, Tanah Pinoh, Sepauk, Nanga Pinoh, Bulukumba Bontobahari, Bontotiro, Hero Lange Lange, Kajang Maros Tanralili, Mandai, Maros Baru, Bantimurung

Pangkajene

(36)

4. Dari uraian diatas, didapat bahwa daerah-daerah yang berada dekat patahan tepat pada patahan, terutama patahan Irian Jaya akan mempunyai nilai percepatan gempa maksimum di permukaan tanah yang besar.

5. Dari hasil perbandingan percepatan gempa maksimum di permukaan tanah (PGA) pada peta zona gempa yang telah dibuat, dengan rumus yang sama pada periode ulang 500 tahun dapat dilihat bahwa :

- Untuk kota-kota di pulau Nusa Tenggara dan Timor-Timur, PGA relative

naik.

- Untuk kota-kota di pulau Kalimantan dan Sulawesi, PGA cenderung meningkat.

- Untuk kota-kota di pulau Maluku dan Irian Jaya , PGA cenderung menurun.

6. Dari nilai rata-rata hasil perbandingan percepatan gempa maksimum di permukaan tanah (PGA) pada keenam peta zona gempa yang telah dibuat sebelumnya, untuk periode ulang 500 tahun dapat dilihat bahwa :

- Untuk kota-kota di pulau Nusa Tenggara dan Timor-Timur, nilai rata-rata PGA mengalami peningkatan.

- Untuk kota-kota di pulau Kalimantan dan Sulawesi, nilai rata-rata PGA cenderung mengalami penurunan kecuali untuk kota Ujung Pandang, Kendari dan Palu yang mengalami kenaikan.

- Untuk kota-kota di pulau Maluku dan Irian Jaya , nilai rata-rata PGA mengalami penurunan.

91

(37)

5.2 Saran

1. Memperbanyak pemasangan alat pencatat gempa sehingga rumus yang

digunakan dapat dikoreksi dengan lebih teliti, termasuk pula koreksi terhadap letak dari sumber gempa dan keadaan tanah setempat.

2. Pada daerah yang menunjukkan kegempaan yang cukup tinggi perlu memperhatikan besarnya percepatan gempa desain untuk perencanan bangunan sipil agar tidak mengalami keruntuhan.

3. Perlu dilakukan pengembangan peta zona gempa Indonesia yang terus menerus karena semakin cepatnya perubahan lapisan kulit bumi terutama yang diakibatkan oleh patahan dan sumber gempa lainnya.

4. Perlunya membuat peta zona gempa Indonesia dengan menggunakan rumus atau fungsi attenuasi yang lain supaya hasil perbandingan PGA yang akan diperoleh dapat digunakan dengan lebih teliti.

92

(38)

DAFTAR PUSTAKA

1. Amelda, Banon. (2000), Frekuensi Kejadian Gempa Di Indonesia Sebagai Acuan Untuk Analisis Resiko Gempa , Skripsi , Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

2. Bender, B.; Perkins, D.V. (1988), Seisrisk III : A Computer Program For Seismic Hazard Estimation, U.S. Geological Survey, Bulletin no. 1772.

3. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Pengairan, Proyek Peningkatan Perencanaan Program Dan Rancang Bangun Pembangunan Pengairan, Bagian Proyek Perencanaan Teknik Pengairan. (1999/2000), Pedoman Teknik Penentuan Beban Gempa Pada Bangunan Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

4. Departemen Pekerjaan Umum. (1989), Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah Dan Gedung, SNI-1726-1989-F (SNI 1726), Departemen Pekerjaan Umum, Yayasan LPMB, Bandung.

5. Fukushima, Y. ; Tanaka, T. (1990), A New Attenuation Relation For Peak Horizontal Acceleration Of Strong Motion In Japan, Seismological Society Of American Bulletin, pp. 757-783.

6. Hamilton, W. (1979), Tectonic Of The Indonesian Region, U.S. Geological Survey Professional Paper 1078.

7. Katili, J.A. ; Hartono, H.M.S. (1983), Geodynamics Of The Western Pasific-Indonesian Region, Geodynamics Series, Volume 11.

8. Katili, J.A. (1989), Geologi Indonesia, Majalah Ikatan Ahli Geologi Indonesia Volume Khusus 60 Tahun, Ikatan Ahli Geologi Indonesia.

9. Kramer, Steven L. (1996), Geotechnical Earthquake Engineering , University of Washington.

10. Najoan, Th.F. (1986), Peta Resiko Gempa Dan Penggunaannya Untuk Perencanaan Bendungan Dan Bangunan Pengairan Tahan Gempa Di Indonesia, PIT XI Himpunan Ahli Geofisika Indonesia, Jakarta.

11. Najoan, Th.F., Soeroso, D. dan Rukhijat, S. (1996), Peta Zona Gempa Dan Cara Penggunaannya Sebagai Usulan Dalam Perencanaan Bangunan Pengairan Tahan Gempa, Jurn. Litbang Air, no. 36, Th. II-KWI.

12. Prahasta, Eddy, (2006), Belajar dan Memahami MAP Info, Penerbit Informatika, Bandung.

13. Rahmat Wiyono, Daud, Rekayasa Gempa, Diktat Kuliah, Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

93

(39)

14. Shah,C., Haresh. (1996), Seismic Hazard Model For Indonesia, Teddy Boen Konsultan P.T.

15. Simandjuntak, T.O. (1993), Geotectonic Map Of Indonesia, J. Geol. Min. Res. 20, 2-32.

19. Sutardia, R. (2001), Pengembangan Peta Zona Gempa Untuk Wilayah Indonesia ,Tugas Akhir, Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

20. Wangsadinata,W. (1994), Resiko Gempa di Indonesia, Seminar Sehari P.T. Wiratman & Associates, Wisata International Hotel, Jakarta.

21. Wardiyatmoko, K. ; Bintarto, H.R., (1994), Geografi, Penerbit Erlangga. 22. Wells, D.L. ; Coppersmith, K.J. (1994), New Emperical Relationship Among

Magnitude, Rupture Length, Rupture Width, Rupture Area And Surface Displacement, Bull. Seism. Soc. Am. 84 (4) : 974-1002.

94

Gambar

Gambar 1.1 Flow Chart Urutan Pembuatan Studi Pengembangan Peta Zona  Gempa  Untuk Wilayah Pulau Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku,
Tabel 5.1 Daerah Zona Gempa Per Kecamatan

Referensi

Dokumen terkait

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap sebaran dan kerapatan kanopi mangrove di Pulau Tobea Besar, Sulawesi Tenggara menggunakan data satelit Landsat 8