PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MEDAN
TESIS
Oleh :
RESTU AULIANI 167004001 / PSL
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
PENENTUAN KAPASITAS OPTIMAL BANK SAMPAH DALAM RANGKA PENINGKATAN KEUNTUNGAN
PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh :
RESTU AULIANI 167004001 / PSL
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Telah diuji pada
Tanggal : 27 Desember 2018
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Rulianda Purnomo Wibowo, SP. M.Ec Anggota : 1. Dr. Drs. Fikarwin, M.Antropologi
2. Dr. Esther Sorta Mauli Nababan, M.Sc 3. Dr. Elisabet Siahaan, SE, M.Ec
i ABSTRAK
Upaya mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA bisa dilakukan dengan memaksimalkan aktivitas bank sampah. Bank sampah memberikan solusi yang mampu menghasilkan keuntungan tidak hanya lingkungan menjadi bersih tapi juga dapat meningkatkan nilai ekonomi dan memberdayakan masyarakat.
Bank Sampah Induk Sicanang merupakan salah satu bank sampah induk yang ada di Kota Medan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kapasitas optimal sebuah bank sampah agar memaksimalkan keuntungan. Hal ini diselesaikan dengan menggunakan pendekatan riset operasional, menggunakan program linier.
Hasil penelitian menunjukkan keuntungan maksimal yang bisa diperoleh mencapai Rp. 5.396.162 per bulan dengan efisiensi serapan sampah mencapai 0,52% dari total sampah Kota Medan dengan pengelolaan sampah an organik mencapai 516,84 kg setiap hari. Nilai serapan ini meningkat lebih dari 100% dari serapan sampah sebelum dihitung kapasitas optimalnya yaitu hanya 0,211% dari total sampah Kota Medan. Jika disetiap kecamatan Kota Medan dibangun 1 unit bank sampah induk maka persentase jumlah sampah yang dikelola dan di daur ulang mengalami peningkatan menjadi 11,02% dari total sampah kota Medan, setara dengan daur ulang 10 ton sampah setiap hari. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh mencapai Rp 113.319.408 per bulan. Estimasi peningkatan pengelolaan sampah melalui bank sampah ini bisa dilakukan dengan meningkatkan peran serta pemerintah dalam melibatkan masyarakat, sekolah, universitas dan perkantoran dalam upaya mengumpulkan sampah yang bisa didaur ulang. Target tujuan utama bank sampah adalah mengedukasi dan memberdayakan masyarakat agar peduli terhadap sampah, mampu memilah sampah di sumber, sekaligus dapat meningkatkan kebersihan dan nilai ekonomi
Kata kunci : bank sampah, keuntungan maksimal, kapasitas optimal, linier program
ii
OPTIMIZATION OF WASTE BANK TO INCREASE THE PROFIT OF WASTE MANAGEMENT IN MEDAN CITY
ABSTRACT
Efforts to reduce the amount of waste disposed to landfill can be done by maximizing the activity of waste banks. The waste bank as a goverment program to lessen that waste issue, offers a solution that gives benefit not only for environment cleaness but also economically profitable. Sicanang Waste Bank is one of the waste banks in Medan City. This study aims to determine optimization of waste bank of Sicanang to maximize profit with linear programming method.
The result showed the maximum profit that can obtained by Sicanang waste bank per month reached Rp. 5.396.162 per month with garbage uptake efficiency reaches 0,52% of the total waste in Medan City with an organic waste management reaching 516.84 kg every day. This absorption value increased more than 100% from the waste uptake before the optimal capacity was calculated, which was only 0.211%. This study found the potential increase the percentage of recycling waste by 11,02% and the profit earned reached Rp. 113.319.408 per month by recycle the garbage up to 10 tons per day if Medan build 1 unit of waste bank center at each district. This estimation of improving waste management through waste banks can be done by increasing government participation in involving the community, schools, universities and offices in an effort to collect recyclable waste. In addition to increasing socialization and empowerment of the community to be right on target in collecting waste so that they can earn income and improve economic levels.
Keywords : Waste bank, maximum profit, optimization, linier program
iii
memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang berjudul “PENENTUAN KAPASITAS OPTIMAL BANK SAMPAH DALAM RANGKA PENINGKATAN KEUNTUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MEDAN”. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak selama menyelesaikan tesis ini, tesis ini tidak akan mungkin dapat penulis selesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalam dalamnya kepada para pihak:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., MHum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;
2. Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;
3. Bapak Dr. Miswar Budi Mulya, S.Si., M.Si selaku Keuta prgram Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;
4. Bapak Dr. Rulianda Purnomo Wibowo, SP, M.Ec selaku ketua komisi pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini;
5. Bapak Dr. Drs Fikarwin, M.Antropologi selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.
6. Ibu Dr. Esther Sorta Mauli Nababan, M.Sc. dan Ibu Dr. Elisabet Siahaan, SE. M.Ec selaku Komisi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.
7. Seluruh Dosen dan pegawai PSL yang telah banyak berjasa selama penulis menyelesaikan kegiatan perkuliahan;
8. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang telah mempercayakan penulis sebagai peserta Tugas Belajar di Universitas Sumatera Utara tahun 2016-2018
iv
9. Poltekkes Kemenkes RI Medan Jurusan Kesehatan Lingkungan Kabanjahe, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk dapat menjalani program Tugas Belajar ini.;
10. Suamiku tercinta, Abi Vredy Susanto, anak-anakku, Khalil Zhafran dan Zaidan Al Fatih terima kasih atas semua dukungan yang diberikan sampai hari ini dan semua pencapaian ini umi persembahkan untuk kalian. Orang tua ku, Mama, Adik-adikku, Ibu dan Ayah Mertua, mbak-mbak ku, terima kasih atas segala support yang telah diberikan kalian sungguh sangat berharga;
11. Ibu Armawati Chaniago selaku direktur Bank Sampah Induk Sicanang, atas kesediannya mendaji narasumber pada penelitian ini;
12. Selanjutnya sahabat sabahat di Magister PSL, rekan rekan dan semua pihak yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.
Terima kasih atas bantuan dan bimbingan kalian semua yang sungguh amat tidak ternilai. Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis semoga proposal tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Allah SWT memberikan berkah-Nya kepada kita semua. Amin.
Medan, Desember 2018 Penulis
Restu Auliani
v A. DATA PRIBADI
Nama lengkap : RESTU AULIANI
N I M : 167004001
Tempat Lahir / Tgl. Lahir : PADANG / 13 FEBRUARI 1988 Jenis Kelamin : Perempuan
A g a m a : ISLAM
Status perkawinan : Sudah menikah B. DATA PENDIDIKAN
No. Tingkat Nama Pendidikan Jurusan Tahun Lulus Tempat
1 SD BHAYANGKARI I 29 MEI 1999 PADANG
2 SLTP SLTP N 25 17 JUNI 2002 PADANG
3 SLTA SMA N I IPA 30 JUNI 2005 PADANG
4 S 1 UNIVERSITAS ANDALAS
Teknik lingkungan 15 AGUSTUS
2009 PADANG
5 S 2 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan
27 Desember 2018
MEDAN
C. RIWAYAT PEKERJAAN
2009 – saat ini : Poltekkes Kemenkes RI Medan
Jurusan Kesehatan Lingkungan Kabanjahe
Hormat Saya, Restu Auliani
vi DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Batasan Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 7
2.2 Teori tentang Sampah ... 10
2.2.1 Pengertian Sampah ... 10
2.2.2 Komposisi Sampah ... 11
2.3 Pengelolaan Sampah ... 12
2.4 Bank Sampah ... 14
2.4.1 Gambaran Umum Bank Sampah ... 14
2.4.2 Tujuan dan Manfaat Bank Sampah ... 18
2.4.3 Perkembangan Bank Sampah di Indonesia ... 21
2.4.4 Mekanisme Bank Sampah ... 23
2.5 Riset Operasi ... 25
2.5.1 Tahapan Riset Operasi ... 27
2.5.2 Program Linier ... 29
2.5.3 Bentuk Umum Model program Linier ... 30
2.5.4 Riset Operasi dalam manajemen Pengelolaan Persampahan ... 31
2.6 Kerangka Berpikir ... 33
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian ... 34
3.1.1 Tempat ... 34
3.1.2 Waktu Penelitian ... 34
3.2 Jenis Penelitian ... 34
vii
3.4 Jenis dan Sumber Data ... 36
3.4.1 Jenis Data ... 36
3.4.2 Sumber Data ... 36
3.5 Tahapan Analisis Data ... 36
3.6 Program Linier ... 38
3.6.1 Penentuan Variabel Keputusan ... 38
3.6.2 Penentuan Variabel Fungsi Tujuan ... 39
3.6.3 Penentuan Variabel Fungsi Kendala ... 39
3.6.4 Model Program Linier ... 39
3.7 Analisis Sensitivitas ... 41
3.8 Penentuan Jumlah Sampel ... 42
3.9 Kerangka Konsep Penelitian ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Bank Sampah Induk Sicanang ... 45
4.2 Kuantitas Sampah Dikelola Bank Sampah Induk Sicanang ... 49
4.3 Keuntungan Penjualan Bank Sampah Induk Sicanang ... 50
4.4 Jenis sampah yang diolah pada Bank Sampah Induk Sicanang ... 52
4.4.1 Sampah Plastik ... 52
4.4.2 Sampah Kertas ... 53
4.4.3 Sampah Kaca ... 54
4.4.4 Sampah Logam ... 54
4.5 Tenaga Kerja ... 56
4.6 Keuntungan ... 57
4.7 Energi dalam pemilahan ... 58
4.8 Biaya Operasional Bank Sampah Induk Sicanang ... 59
4.9 Kegiatan Pengangkutan dan Transportasi ... 61
4.10 Bantuan dari Pihak ketiga ... 63
BAB V . PEMBAHASAN 5.1 Penentuan Variabel Keputusan ... 64
5.2 Penentuan Variabel Fungsi Tujuan ... 64
5.3 Penentuan Variabel Fungsi Kendala ... 66
5.3.1 Fungsi Kendala Jam Kerja ... 66
5.3.2 Fungsi Kendala Transportasi ... 71
5.3.3 Fungsi Kendala Supply Sampah ... 72
5.3.3.1 Timbulan dan Komposisi Sampah Kota Medan ... 72
5.3.3.2 Fungsi Kendala Supply Sampah Kertas ... 74 5.3.3.3 Fungsi Kendala Supply Sampah
viii
Plastik ... 75
5.3.3.4 Fungsi Kendala Supply Sampah Kaca ... 76
5.3.3.5 Fungsi Kendala Supply Sampah Logam ... 76
5.3.3.6 Fungsi Kendala Energi ... 77
5.4 Model Persamaan Program Linier ... 78
5.4.1 Solusi Optimal Model Program Linier ... 79
5.4.2 Pembahasan Solusi Optimal Model Program Linier ... 83
5.5 Skenario I Model Program Linier ... 84
5.5.1 Solusi Optimal Skenario I ... 86
5.5.2 Analisis Sensitivitas ... 90
5.5.2.1 Perubahan sisi kanan kendala jam kerja.. 92
5.5.2.2 Perubahan sisi kanan kendala supply kertas ... 93
5.5.2.3 Perubahan sisi kanan kendala supply plastik ... 94
5.5.2.4 Perubahan sisi kanan kendala supply logam ... 96
5.5.3 Pembahasan Solusi Optimal Skenario I ... 98
5.6 Skenario II Model Program Linier ... 100
5.7 Skenario III Model Program Linier ... 103
5.8 Skenario IV Model Program Linier ... 105
5.9 Analisa Model Program Linier Skenario I – IV ... 106
5.10 Peningkatan kapasitas bank sampah pada supply sampah ... 110
5.11 Pengelolaan Sampah Kota Medan Melalui Program Bank Sampah ... 119
5.12 Dukungan Masyarakat Terhadap Kegiatan Bank Sampah ... 124
5.13 Rekomendasi pengembangan bank sampah di Kota Medan ... 135
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 148
6.2 Saran ... 149
DAFTAR PUSTAKA ... 153
ix
2.1 Komposisi sampah kota Medan ... 12
4.1 Pengelola Bank Sampah Induk Sicanang Tahun 2017 ... 48
4.2 Jumlah sampah dikelola Bank Sampah Induk Sicanang tahun 2017 ... 49
4.3 Persentase Serapan Bank Sampah Induk Sicanang ... 50
4.4 Daftar nama perusahaan daur ulang sampah ... 51
4.5 Hasil Penjualan Bank Sampah Induk Sicanang Tahun 2017 ... 52
4.6 Daftar harga pada Bank Sampah Induk Sicanang ... 55
4.7 Tenaga Kerja Bank Sampah Induk Sicanang ... 57
4.8 Keuntungan Penjualan Bank Sampah Induk Sicanang... 58
4.9 Biaya Operasional Bulanan Bank Sampah Induk Sicanang tahun 2017 ... 61
5.1 Nilai penjualan sampah Bank Sampah Induk Sicanang 2017 .... 65
5.2 Nilai rata rata kuantitas Sampah Bank Sampah Induk Sicanang tahun 2017 ... 67
5.3 Koefisien Kendala Jam kerja Bank Sampah Induk Sicanang... 68
5.4 Timbulan Sampah Kota Medan Tahun 2017 ... 72
5.5 Kuantitas sampah Kota Medan tahun 2017 ... 73
5.6 Koefisien Energi pada Bank sampah Induk Sicanang ... 77
5.7 Answer report nilai keuntungan ... 78
5.8 Answer report fungsi tujuan ... 79
5.9 Answer report fungsi kendala ... 79
5.10 Sensitivity report fungsi tujuan... 80
5.11 Sensitivity report fungsi kendala ... 81
x
5.12 Kuantitas sampah maksimum yang pernah diolah
Bank Sampah Induk Sicanang tahun 2017 ... 84
5.13 Answer report nilai keuntungan Skenario I ... 85
5.14 Answer report fungsi tujuan skenario I ... 86
5.15 Answer report fungsi kendala skenario I ... 86
5.16 Sensitivity report fungsi tujuan skenario I ... 87
5.17 Sensitivity report fungsi kendala skenario I ... 88
5.18 Batas maksimal dan minimal analisis sensitivitas skenario I ... 89
5.19 Kapasitas optimal Bank Sampah Skenario I... 97
5.20 Kapasitas optimal Bank Sampah Skenario II ... 101
5.21 Kapasitas optimal Bank Sampah Skenario III ... 103
5.22 Kapasitas optimal Bank Sampah Skenario IV ... 105
5.23 Rekapitulasi kapasitas optimal skenario I – IV ... 107
5.24 Peningkatan kapasitas pada fungsi kendala supply sampah ... 110
5.25 Rekapitulasi kapasitas optimal berdasarkan peningkatan kendala supply sampah ... 112
5.26 Kapasitas optimal bank sampah ... 118
5.27 Persentase daur ulang sampah melalui kegiatan bank sampah... 120
xi
2.1 Sistem Bank Sampah ... 17
4.1 Bagan alir Bank sampah Induk Sicanang ... 48
5.1 Perubahan sisi kanan kendala jam kerja ... 92
5.2 Perubahan sisi kanan kendala supply kertas ... 93
5.3 Perubahan sisi kanan kendala supply plastik ... 95
5.4 Perubahan sisi kanan kendala supply logam ... 97
5.6 Grafik tingkat keuntungan berdasarkan peningkatan kapasitas bank sampah... 109
5.7 Grafik peningkatan keuntungan berdasarkan peningkatan batasan supply sampah ... 115
5.8 Kapasitas optimum berdasarkan peningkatan supply sampah .. 116
5.9 Gambaran ketidaktahuan masyarakat tentang bank sampah ... 125
5.10 Pengetahuan masyarakat terhadap sistem kerja bank sampah ... 126
5.11 Keberadaan bank sampah di sekitar tempat tinggal ... 127
5.12 Gambaran ketidaktahuan masyarakat tentang cara memilah sampah ... 128
5.13 Gambaran kemauan masyarakat menjadi nasabah bank sampah ... 132
5.14 Gambaran masyarakat yang berkenan bergabung menjadi nasabah bank sampah jika uang yang diperoleh lebih tinggi ... 130
5.15 Gambaran masyarakat yang berkenan bergabung menjadi nasabah bank sampah jika dilakukan penjemputan oleh bank sampah ... 132
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1 Daftar pertanyaan wawancara dengan pengelola bank sampah induk sicanang ...
156
2 Kuisioner ... 160 3 Daftar Bank Sampah binaan yang aktif menyetorkan
sampah ke Bank Sampah Induk Sicanang ...
161
4 Jumlah Supply Sampah Per Kecamatan di Kota Medan . 163
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara berkembang di Asia umumnya dihadapkan pada permasalahan sampah (Dhokhikah & Trihadiningrum, 2012). Permasalahan sampah yang muncul itu disebabkan oleh adanya jumlah sampah yang meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di setiap tahunnya. Selain peningkatan jumlah sampah, faktor lainnya yang menyebabkan adanya permasalahan sampah di negara berkembang seperti keterbatasan anggaran untuk pengelolaan sampah, kurangnya pemahaman tentang dampak yang ditimbulkan tanpa adanya pengelolaan sampah yang baik, dan penanganan pengelolaan sampah di segala aspek (Guerrero et al., 2013). Oleh sebab itu, prediksi jumlah sampah yang ditimbulkan akibat pertumbuhan penduduk perlu dilakukan dalam upaya pengelolaan sampah jangka panjang (Kumar et al., 2011)
Meningkatnya jumlah penduduk diiringi dengan sistem pengelolaan sampah yang masih bertumpu pada paradigma lama, mengakibatkan penumpukan sampah terjadi. Telah diteliti berbagai jenis sampah bisa sampai ke laut akibat manajemen pengelolaan sampah yang kurang memuaskan sehingga menimbulkan masalah lain bagi sampah yang tidak sempat terangkut ke TPA. Kenyataannya Indonesia menjadi penghasil sampah plastik yang dibuang ke laut nomor 2 terbesar di dunia setelah negara Cina yaitu mencapai 187,2 Juta ton sampah plastik per tahun (Jambeck et al., 2015)
Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan untuk meninggalkan paradigma lama pengelolaan sampah yang memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna dan bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), untuk diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan dengan pendekatan yang komprihensif dari hulu ke hilir. Berdasarkan amanat Undang Undang tersebut, kegiatan pengelolaan sampah melalui pengurangan dan penanganan sampah dapat terealisasi dengan kegiatan bank sampah. Kegiatan bank sampah menggunakan prinsip kerja sebuah bank, yang menampung sampah terpilah dari masyarakat yang bisa di daur ulang. Masyarakat dapat menikmati hasil tabungan dalam bentuk uang tunai. Dalam kegiatan ini masyarakat secara langsung ikut serta dalam upaya pengelolaan sampah dan juga dapat meningkatkan pendapatan.
Pengelolaan sampah melalui kegiatan bank sampah mampu mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA Oleh karena itu bank sampah menjadi salah satu solusi terbaik dalam pengelolaan sampah yaitu dengan mengikutsertakan masyarakat secara langsung sekaligus dapat meningkatkan nilai ekonomi masyarakat (Winarso & Larasati, 2011; Dhokhikah et al., 2015; Wijayanti &
Suryani, 2015; Indrianti, 2016; Shentika, 2016; Wulandari et al., 2017).
Beberapa bank sampah yang telah sukses dalam kegiatan pengelolaan sampah adalah bank sampah Miftahul Jannah, Yogyakarta (Indrianti, 2016), bank sampah kota Banjarbaru (Rubiyannor et al., 2016), bank sampah di kota Surabaya, (Wijayanti & Suryani, 2015; Dhokhikah et al., 2015) dan bank sampah Malang (Purba et al., 2014). Namun pada kenyataannya, beberapa kegiatan bank
3
sampah mengalami berbagai hambatan dalam pencapaian tujuan. Persoalan umum yang dihadapi oleh beberapa bank sampah adalah kurangnya jumlah sampah yang masuk ke bank sampah. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya partisipasi masyarakat yang peduli dan mau memilah sampah rumah tangga untuk disetor ke bank sampah. Padahal semakin tinggi partisipasi masyarakat maka semakin banyak sampah yang dapat dikelola bank sampah (Pratama, 2016; Indrianti, 2016;
Wulandari, 2017).
Keuntungan yang diperoleh dari kegiatan bank sampah yaitu lingkungan menjadi bersih, masyarakat ikut berpastisipasi dalam pengelolaan sampah, dan pendapatan masyarakat yang meningkat. Selain keuntungan tersebut, pihak pengelola bank sampah juga mengharapkan keuntungan yang maksimal dari kegiatan ini. Pada kenyataannya, kegiatan yang ada di Bank Sampah Induk Sicanang mengalami fluktuasi nilai keuntungan yang memprihatinkan.
Keuntungan yang diperoleh selama tahun 2017 hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa memperoleh keuntungan yang maksimal.
Keuntungan maksimal diperoleh dari pengelolaan dengan kapasitas yang optimal. Beberapa variabel yang berpengaruh meningkatkan keuntungan dari kegiatan bank sampah yakni jumlah sampah sebagai material yang diolah, lama waktu proses yang terkait dengan jumlah tenaga kerja, energi yang digunakan, dan biaya operasional (Rinjani, 2015). Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menghitung kapasitas optimal sebuah bank sampah untuk memaksimalkan keuntungan. Hal ini dapat diselesaikan dengan menggunakan pendekatan riset operasional. Pendekatan khusus ini bertujuan membentuk suatu model ilmiah dari sistem, selain dapat mengatasi masalah penentuan jumlah
produk, juga digunakan untuk mencapai keuntungan yang optimal dengan pengalokasian sumberdaya yang jumlahnya relatif terbatas. Tujuannya adalah membantu dalam pengambilan keputusan menentukan kebijakan dan tindakan secara ilmiah (Mulyono, 2016; Siswanto, 2007).
Dengan adanya perhitungan kapasitas optimal bank sampah, diharapkan pengelola bank sampah dapat menggunakan hasil rancangan ini untuk dapat menjalankan kegiatan dan mendapatkan keuntungan yang maksimal. Selain itu kapasitas optimal yang diperoleh juga bisa menjadi acuan bagi pihak lain yang ingin mendirikan bank sampah. Harapan penulis, kegiatan ini dapat berkelanjutan dan dapat dikembangkan menjadi sebuah kegiatan yang menguntungkan di kota Medan nantinya dan dikembangkan menjadi lebih banyak bank sampah, sehingga secara langsung dapat mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA.
Pada kesempatan ini, penulis memilih Bank Sampah Induk Sicanang sebagai sasaran utama penelitian. Bank Sampah Induk Sicanang didirikan untuk melakukan kegiatan pengelolaan sampah yang ada di sekitar Kota Medan dengan tujuan menjadi model contoh mekanisme pengelolaan sampah yang efisien dengan melibatkan peran aktif masyarakat dan Pemerintah Kota Medan sehingga dapat mengurangi timbulan sampah yang dibuang ke TPA Kota Medan.
1.2 Perumusan Masalah
Sistem penanganan sampah yang tidak tepat menimbulkan masalah baru seperti gangguan kesehatan dan lingkungan. Distribusi penanganan sampah saat ini belum optimal pada proses pemilahan di sumber dan proses daur ulang, sehingga perlu adanya perubahan cara pengelolaan dan penanganan sampah
5
kearah yang lebih baik. Adanya bank sampah dapat mengatasi masalah yang mungkin timbul akibat jumlah sampah yang semakin meningkat. Maka dari pada itu diperlukan perhitungan kapasitas optimal bank sampah agar pengelola bank sampah mendapatkan keuntungan yang maksimal baik dari segi nilai ekonomi maupun dari segi lingkungan.
Mengacu kepada permasalahan tersebut, maka pertanyaan yang diajukan peneliti diantaranya :
1. Bagaimanakah menghitung kapasitas optimal Bank Sampah Induk Sicanang?
2. Bagaimanakah rekomendasi pengelolaan sampah berkelanjutan melalui optimalisasi bank sampah?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menentukan kapasitas optimal Bank Sampah Induk Sicanang.
2. Memberikan rekomendasi untuk meningkatkan pengelolaan sampah melalui optimalisasi bank sampah
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan bidang persampahan
2. Memberikan hasil rancangan kapasitas optimal bank sampah untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Rancangan ini bisa dijadikan
sebagai acuan dalam pendirian sebuah bank sampah, dan dapat memudahkan pengembangan bank sampah dengan pihak swasta.
3. Memberikan masukan dan bahan pertimbangan dalam peningkatan pengelolaan lingkungan agar menjadi lebih baik rangka pengurangan dan penanganan sampah kota Medan (Pemerintah, pengelola bank sampah, pihak swasta dan masyarakat kota Medan)
4. Memberikan masukan terhadap masyarakat dengan melakukan pengelolaan sampah melalui bank sampah secara langsung dapat meningkatkan ekonomi dan kesehatan sekaligus mengajarkan kebiasaan yang baik terhadap generasi mendatang.
1.5 Batasan penelitian
Batasan-batasan dalam penelitian ini agar memudahkan dalam melakukan penelitian, antara lain :
1. Bahan baku penelitian ini adalah sampah an organik yang diolah di Bank Sampah Induk Sicanang
2. Rekomendasi yang diberikan untuk meningkatkan optimalisasi kegiatan pada Bank Sampah Induk Sicanang.
3. Batasan kendala merupakan nilai maksimum yang pernah dikelola Bank Sampah Induk Sicanang tahun 2017.
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian terdahulu
Kegiatan bank sampah merupakan salah satu konsep pengelolaan sampah dengan menerapkan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce). Sampah di dipilah oleh masyarakat kemudian di kumpulkan ke bank sampah. Bank sampah memiliki manajemen layaknya perbankan tetapi yang ditabung bukan uang melainkan sampah. Berbagai penelitian membuktikan dengan adanya program bank sampah dapat meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat dan kebersihan lingkungan yang berbasis komunitas masyarakat (Wijayanti & Suryani, 2015 ; Wulandari, 2017). Adanya program Bank Sampah sudah membantu pemerintah dalam mengurangi volume sampah dan sudah memberikan dampak yang baik untuk masyarakat dan lingkungan (Saputri, 2015). Manfaat langsung adanya bank sampah yakni berkurangnya timbulan sampah di masyarakat, lingkungan menjadi lebih bersih dan asri, serta kemandirian warga secara ekonomi. Masyarakat juga bisa melakukan pembayaran listrik dan membeli sembako dari tabungan yang telah dimiliki. Selain itu terwujudnya kesehatan lingkungan akibat kondisi lingkungan yang lebih bersih, hijau, nyaman, dan sehat (Asteria & Heruman, 2016; Rubiyannor et al., 2016). Aktivitas ini merupakan manajemen pengelolaan sampah yang berkelanjutan tidak hanya memikirkan tentang nilai ekonomi yang diperoleh, tapi juga bersifat sosial dalam menjaga keberlangsungan lingkungan (Towolioe, 2016).
Berbagai upaya bisa dilakukan dalam mendongkrak program bank sampah di masyarakat, seperti dukungan dan peran serta pemerintah, pihak swasta, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang dapat melakukan kolaborasi dalam peningkatan pengelolaan sampah sehingga dapat menciptakan implementasi yang efektif (Wijayanti & Suryani, 2016). Sarana, prasarana dan fasilitator dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman pengelolaan sampah di masyarakat, hal ini disebabkan karena faktor pemahaman oleh masyarakat merupakan faktor prioritas suksesnya pengelolaan bank sampah. Sebaliknya ancaman utama bank sampah yaitu kurangnya minat masyarakat untuk ikut serta menjadi nasabah bank sampah (Rubiyannor et al., 2016; Singhirunnusorn et al., 2017). Ditambahkan lagi, pembiayaan dalam operasional bank sampah menjadi salah satu hambatan dalam pengembangan kegiatan ini, oleh karena itu bantuan pihak ketiga sangat dibutuhkan (Suryani, 2016). Pemberdayaan masyarakat bisa ditingkatkan melalui kegiatan penyuluhan, edukasi, pelatihan dengan metode partisipasi emansipatoris (interaksi dan komunikasi), serta dialog dengan warga di komunitas. Selain itu diperlukan dukungan kemitraan dengan membangun jejaring dan mekanisme kerja sama kelembagaan antara warga pengelola bank sampah dengan stakeholder terkait (Asteria & Heruman, 2016; Indrianti, 2016)
Selain peningkatan faktor pemahaman terhadap masyarakat, beberapa rekomendasi yang diusulkan untuk meningkatkan kepuasan nasabah, sehingga diharapkan jumlah nasabah bank sampah dapat meningkat yaitu (1) menambah keberagaman sampah yang diterima, (2) peningkatan pelayanan pada administrasi, (3) penyediaan sarana dan prasarana pengolah sampah anorganik, (4) peningkatan harga beli sampah, (5) peningkatan pengelolaan keuangan seperti tabungan,
9
simpan pinjam dan bagi hasil (Apriliyanti et al., 2015). Selama ini, peran serta masyarakat sudah cukup baik, tetapi belum optimal Hal ini dikarenakan pengetahuan dan pemahaman yang belum merata. Aspek teknik operasional sudah berjalan dengan efektif namun dinilai belum optimal (Suryani, 2014).
Untuk mengoptimalkan kegiatan bank sampah diperlukan sebuah rancangan kapasitas optimal untuk memaksimalkan keuntungan yang diperoleh, baik dari segi ekonomi maupun lingkungan. Kegiatan bank sampah merupakan kegiatan minimasi limbah yang melibatkan pembiayaan dan dampak lingkungan yang diakibatkan oleh sampah tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan optimasi beberapa tujuan dengan riset operasional (Dantus & High, 1999)
Rancangan optimisasi dalam minimasi sampah dengan sistem daur ulang sampah kota dengan menggunakan interger linier program dengan mempertimbangkan biaya, nilai daur ulang produk, dan usia TPA. Didapatkan hasil bahwa daur ulang dapat mengurangi secara signifikan terhadap jumlah sampah di TPA sebanyak 50% dan biaya pengelolaan tahunan biasanya 35%
dapat berkurang menjadi 24%, disamping itu lamanya pemakaian TPA bisa bertambah panjang hingga 6 tahun pemakaian (Diamadopoulos et al., 1995).
Penelitian lainnya tentang pemodelan optimisasi manajemen pengelolaan sampah dikembangkan dalam rangka minimisasi pembuangan limbah akhir ke TPA, dan minimisasi dampak lingkungan. Outputnya adalah diperlukan pengopersian kegiatan daur ulang yang terpisah untuk masing masing komponen sampah, kegiatan pengomposan, dan penggunaan insinerator pada TPA. Jika hal tersebut dilakukan akan diperoleh penurunan yang tinggi dari jumlah sampah
yang dibuang ke TPA dan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 76% dan 55,2% dibandingkan dengan sistem tanpa kegiatan daur ulang (Lyeme et al., 2017).
Pemodelan optimisasi pengelolaan sampah dengan melakukan daur ulang telah dijabarkan pada penjelasan sebelumnya, memperlihatkan dampak positif baik bagi pihak pengelola persampahan dan lingkungan. Penelitian pemodelan optimisasi dilanjutkan dengan menghitung kapasitas optimal terhadap kegiatan bank sampah. Bank sampah dalam hal ini sebagai media dalam usaha daur ulang sampah. Kapasitas optimal bank sampah dihitung untuk memaksimalkan keuntungan baik dari segi ekonomi dan lingkungan. Diharapkan dengan adanya pemodelan ini diperoleh perhitungan kapasitas optimal sebuah bank sampah dengan keuntungan yang maksimal, sehingga dapat menarik minat masyarakat, pemerintah, pihak swasta untuk dapat terlibat dalam kegiatan pengelolaan sampah melalui kegiatan bank sampah.
2.2. Teori tentang Sampah 2.2.1. Pengertian Sampah
Sampah dapat diartikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat (Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008).
Sampah merupakan bahan yang dihasilkan dari aktivitas manusia menghasilkan bahan yang sering dibuang karena dianggap tidak berguna dan tidak diinginkan.
Walaupun demikian ada beberapa jenis sampah yang bisa digunakan kembali dan menjadi sumber energi dan bahan baku produksi bagi industri tertentu asalkan memiliki manajemen pengelolaan yang baik (Tchobanoglous & Kreith, 2002).
11
Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, (Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008). Pengelolaan sampah menyangkut aspek teknis dan non teknis, seperti bagaimana mengorganisir, bagaimana membiayai dan bagaimana melibatkan masyarakat agar dapat ikut berpartisipasi secara aktif atau pasif dalam aktivitas penanganan tersebut (Damanhuri, 2010).
2.2.2. Komposisi Sampah
Sampah dikelompokan berdasarkan komposisi sampah dapat digolongkan sebagai berikut (Gelbert et al.,1996):
1. Sampah organik, terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian,perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.
2. Sampah anorganik, berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat
lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol, plastik, kaca, aluminium, logam dan kaleng.
Secara umum, sampah dikelompokkan menjadi sampah organik, kertas, plastik, kaca, logam, aluminium, kain, dan lain-lain. Beberapa penelitian memisahkan komposisi sampah berdasarkan tata letak kota yakni pusat kota dan pinggiran kota. Melalui pola hidup masyarakat kota dan pinggiran kota yang berbeda, maka komposisi sampah yang dihasilkan pun berbeda. Jumlah sampah yang dihasilkan paling banyak adalah sampah organik yakni hampir 79,16% pada masyarakat kota dan 86,29% pada masyarakat pinggiran kota. Adapun komposisi sampah tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1 Komposisi Sampah Kota berikut ini (Khair et al.,2018).
Tabel 2.1. Komposisi sampah kota Medan
NO KOMPOSISI
MAYARAKAT PERKOTAAN
(%)
MASYARAKAT PINGGIRAN
KOTA (%)
1 Kertas 4,14 1,75
2 Plastik 5,43 4,91
3 Organik 79,16 86,29
4 LWTR 1,56 1,61
5 Kaca 3,7 1,6
6 Logam 0,67 1,12
7 Aluminium 1,04 0,53
8 Kain 0,19 0,06
9 Lainnya 4,12 2,13
Sumber : Khair et al, 2018 2.3. Pengelolaan Sampah
Kebanyakan kota di Indonesia masih melakukan pendekatan konvensional dalam mengelola sampah, yakni menampung, memindahkan ke pembuangan sementara, membuang ke pembuangan akhir kemudian melupakannya, tanpa
13
memperdulikan tentang keberlanjutannya. Padahal seharusnya, paradigma baru lebih memikirkan keberlanjutan dari sampah yang dihasilkan dan berorientasi terhadap masa depan (Permana et al. 2015). Paradigma baru pengelolaan sampah berawal dari pengurangan dan penanganan sampah di sumbernya. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah dimana sampah tersebut dihasilkan.
Kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, atau sifat sampah, pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu, pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir, pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah, pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman (Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008).
Pengelolaan sampah perkotaan dapat dilakukan melalui dua sistem, yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Di Indonesia, pengelolaan sampah masih menganut sistem sentralisasi dimana pemerintah nasional dan pemerintah daerah sebagai pemangku kepentingan yang berperan penting dalam penyusunan kebijakan dan penyediaan sistem pengelolaan sampah. (Dhokhikah and Trihadiningrum 2012).
Pengelolaan tersebut mulai dari penarikan retribusi, pengumpulan dari sumber, pengumpulan di TPS, dan pengakutan ke TPA.
Indikator keberhasilan dari pengelolaan sampah dan lingkungan hidup di Kecamatan adalah sebagai berikut (Pemkab Deli Serdang, 2015):
1. 80% pelayanan kebersihan dan pengelolaan sampah rumah tangga dapat terlaksana di Kecamatan.
2. Jumlah sampah yang sampai ke TPA berkurang 20%.
3. 20% rumah tangga pada tahun 2015 dapat melakukan pengelolaan sampah dengan pendekatan 3R
4. 50% Desa/Kelurahan tiap Kecamatan memiliki Peraturan Desa tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Lingkungan Hidup.
5. Tiap Kecamatan memiliki Pedoman Teknis tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Lingkungan Hidup Kecamatan sesuai Potensi dan Karakteristik Kecamatan.
6. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembayaran retribusi sampah.
7. Terbentuknya 1 (satu) Bank Sampah di tiap desa/kelurahan 8. 35% desa/kelurahan di tiap kecamatan menjadi Kampung Hijau
2.4. Bank Sampah
2.4.1 Gambaran Umum Bank Sampah
Bank Sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi. Dengan kata lain bank sampah adalah sebuah lembaga ekonomi dimana sampah menjadi alat transaksi yang digunakan dalam kegiatannya, karena berbeda dengan bank konvensional yang menggunakan uang sebagai instrumen utama maka bank
15
sampah lebih menekankan fokusnya pada pengelolaan sampah yang menjadi permasalahan bagi lingkungan saat ini (Permen LH No 13 Tahun 2012). Bank sampah dilirik sebagai alternatif cara dalam mengatasi sampah dari kehidupan sehari-hari untuk kemudian dirubah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis.
Profil Bank Sampah Indonesia 2012 menggambarkan kegiatan pengurangan sampah bermakna agar seluruh lapisan masyarakat, baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat luas melaksanakan kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang dan pemanfaatan kembali sampah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Reduce, Reuse dan Recycle (3R) melalui upaya-upaya cerdas, efisien dan terprogram. Namun kegiatan 3R ini masih menghadapi kendala utama, yaitu rendahnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu melalui pengembangan Bank Sampah yang merupakan kegiatan bersifat social engineering yang mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah serta menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pengolahan sampah secara bijak dan pada gilirannya akan mengurangi sampah yang diangkut ke TPA. Pembangunan bank sampah ini harus menjadi momentum awal membina kesadaran kolektif masyarakat untuk memulai memilah, mendaur-ulang, dan memanfaatkan sampah,karena sampah mempunyai nilai jual yang cukup baik, sehingga pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan menjadi budaya baru Indonesia. Program bank sampah dapat membantu program pemerintah dalam pengelolaan sampah. Dengan menerapkan pola ini diharapkan volume sampah yang dibuang ke TPA berkurang. Penerapan prinsip 3R sedekat mungkin dengan sumber sampah juga diharapkan dapat
menyelesaikan masalah sampah secara terintegrasi dan menyeluruh sehinga tujuan akhir kebijakan pengelolaan sampah Indonesia dapat dilaksanakan dengan baik.
Upaya pengelolaan daur ulang sampah melalui bank sampah, pada awalnya didirikan berdasarkan kemauan dari masyarakat yang menginginkan adanya kemajuan dalam pengelolaan sampah. Bank sampah Klong Toey, Bangkok, saat ini makin berkembang walaupun minim support dari pemerintah setempat. Bank sampah beroperasi secara mandiri, dikelola oleh komunitas masyarakat baik dalam administrasi, pembagian tugas dan pengelolaannya. Barang barang bekas yang bisa didaur ulang ditukarkan menjadi uang tunai dalam bentuk buku tabungan yang bisa diterima secara berkala. Nasabah juga bisa melakukan pinjaman dana kepada bank sampah ini dan membayarnya dengan sampah yang bisa didaur ulang. Walaupun demikian, pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang lingkungan, partisipasi masyarakat untuk berkontribusi, menjadi peran penting keberlanjutan kegiatan bank sampah ini (Singhirunnosorn et al., 2012).
Sistem operasional bank sampah melibatkan semua anggota masyarakat untuk berpartisipasi secara sukarela dan sepenuh hati dalam setiap tahap. Sistem yang menghasilkan interaksi berkelanjutan, partisipasi masyarakat yang tinggi didukung oleh hubungan yang harmonis antara anggota masyarakat memungkinkan bank sampah tersebut berjalan dengan efektif (Indriati, 2016).
17
Sumber : Indrianti, 2016
Gambar 2.1. Sistem Bank Sampah
Gambar 2.1 memperlihatkan skema kegiatan yang ada pada bank sampah.
Pemilahan dilakukan oleh masyarakat disumber, kemudian dikumpulkan berdasarkan jenisnya. Sampah yang telah dikumpulkan oleh masyarakat diantarkan ke bank sampah untuk kemudian diberi harga sesuai dengan berat sampah dan jenis sampah. Dana hasil penjualan sampah, disimpan dalam tabungan yang bisa dicairkan setelah memiliki nominal tertentu atau waktu tertentu, tergantung kebijakan bank sampah. Setiap nasabah memiliki buku tabungan, sehingga masyarakat bisa memiliki simpanan dari sampah yang mereka kumpulkan sendiri. Bank sampah bekerja sama dengan pengepul atau pihak ketiga (industri daur ulang). Setelah sampah dikumpulkan dan digabungkan dengan
sampah sejenis, kemudian dijual ke pengepul. Dengan demikian masyarakat tidak perlu khawatir dengan keadaan lingkungan dengan adanya sampah yang senantiasa jika tidak dimanfaatkan akan merusak dan mengotori lingkungan.
Dengan adanya bank sampah, selain bisa membantu dalam hal ekonomi, juga dapat menjadi alternatif lain dari pembuangan sampah yang dilakukan selama ini (Indrianti, 2016).
Ada beberapa jenis sampah yang ditabung di bank sampah dapat dikelompokkan menjadi (Taufiq, et al., 2016; Indrianti, 2016)
1. Kertas, yang meliputi koran, majalah, kardus, dan dupleks.
2. Plastik, yang meliputi plastik bening, botol plastik, dan plastik keras lainnya.
3. Logam, yang meliputi besi, aluminium, dan timah. Selain itu bank sampah dapat menerima sampah jenis lain dari penabung sepanjang mempunyai nilai ekonomi.
4. Kaca, yang meliputi botol botol minuman yang berbahan dasar kaca, botol sirup, maupun kaca dari kegiatan bangunan.
2.4.2 Tujuan dan Manfaat Bank Sampah
Tujuan didirikannya bank sampah, untuk memecah permasalahan sampah yang sampai saat ini belum juga teratas dengan baik, membiasakan warga agar tidak membuang sampah sembarangan, mengiming-imingi warga agar mau memilah sampah sehingga lingkungan menjadi bersih, memaksimalkan pemanfaatan barang bekas, dan menanamkan pemahaman pada masyarakat bahwa
19
barang bekas bisa berguna, dan mengurangi jumlah barang yang terbuang percuma (Dhokhikah et al., 2015).
Kementerian Lingkungan Hidup (2012) mengklasifikasikan tujuan pendirian bank sampah menjadi beberapa aspek, yakni :
1. Aspek lingkungan
Membantu pemerintah dalam mengurangi volume sampah. Merubah cara pandang dan perilaku masyarakat terhadap sampah dimana dahulu sampah dijauhi atau dimusuhi, sekarang didekati dengan mengolah dan emmanfaatkannya serta menjadi rupiah. Diharapkan masyarakat nantinya tidak membuang sampah disembarang tempat, terutama pada sungai dan saluran/drainase.
2. Aspek sosial
Memicu munculnya rasa kepedulian dan kegotongroyongan masyarakat, dengan adanya bank sampah di masing-masing RT-RW dan kelurahan untuk membentuk lingkungannya menjadi bersih dan sejuk.
3. Aspek pendidikan
Secara tidak langsung terdapat pendidikan lingkungan pada masyarakat untuk mengetahui bahaya dari sampah yang tidak terolah dan manfaat sampah dari pengelolaan sampah yang langsung dari sumber (rumah tangga)
4. Aspek Pemberdayaan
Terdapat pemberdayaan di semua unsur ditingkat keluarga (bapak, ibu, dan anak) hingga di tingkat lingkungan RT/RW dengan bergabung
dalam unit kegiatan bank sampah dalam upaya pengelolaan sampah dari sumber (rumah tangga).
5. Aspek ekonomi kerakyatan
Aspek ekonomi yang menjadi tujuan didirikannya bank sampah yaitu sistem menabung sampah yang dihargai rupiah disemua kalangan masyarakat yang menjadi nasabah bank sampah. Disamping itu terdapat sistem peminjaman uang dengan menyicil/mengangsur menggunakan sampa yang ditabung. Selain itu akan menambah lapangan kerja baru akibat dari pengolahan sampah tersebut terutama pada ibu-ibu rumah tangga dan karang taruna.
Manfaat Bank sampah menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, Dan Recycle Melalui bank sampah yaitu :
1. Masyarakat bisa menerapkan pengelolaan sampah dengan prinsip reduce, reuse, dan recycle
2. Mengurangi dampak negatif dampak negatif akibat sampah terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan;
3. Masyarakat dapat melakukan pengelolaan sampah secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir sehingga memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan
4. Dapat mengubah perilaku masyarakat dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah.
21
Bank sampah dapat menjadi alat untuk mempertemukan pemangku kepentingan dalam hal ini yakni pemerintah daerah, masyarakat, sektor swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan media massa. Masyarakat merupakan peran utama dalam pengelolaan limbah. Sementara pemerintah, berfungsi sebagai fasilitator dalam menjembatani pemangku kepentingan yakni LSM dengan masyarakat, LSM dengan sektor swasta, dan sektor swasta dengan masyarakat.
Sektor swasta memiliki peran dalam pendanaan dan sebagai mitra dalam manajemen. LSM berperan dalam membantu masyarakat berupa kegiatan kampanye lingkungan dan sosialisasi. Media massa bertindak sebagai media penyebar informasi dalam upaya mendukung pelaksanaan program pengelolaan lingkungan hidup dalam kegiatan bank sampah (Wijayanti & Suryani, 2015).
2.4.3 Perkembangan Bank sampah di Indonesia
Bank Sampah mulai berkembang di Indonesia, berikut ini adalah beberapa bank sampah yang ada di Indonesia :
1. Bank Sampah Malang (BSM) yang berdiri pada bulan Agustus 2011 merupakan salah satu pionir Bank sampah yang ada di Indonesia. BSM adalah lembaga berbadan hukum koperasi bekerjasama dengan Pemerintah Kota Malang dan Coorporate Social Responsbility (CSR) Perseroan Terbatas Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN) Distribusi Jawa Timur. BSM Didirikan sebagai wadah untuk membina, melatih, mendampingi, serta membeli dan memasarkan hasil kegiatan pengelolaan sapah dari hulu/sumber masyarakat Kota Malang.
Tujuannya agar dapat mengurangi sampah di TPS.TPA dan mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat, melalui pemanfaata sampah dengan program 3R. Jumlah sampah yang terambil rata-rata perhari adalah ±2,5 ton. Jumlah total transaksi rara-rata perhari adalah
± Rp. 4 juta. Keuntungan perbulan bisa mencapai Rp. 30.juta (Suryani, 2016).
2. Bank sampah Bina Mandiri berdiri tahun 2013 di kota Surabaya merupakan bank sampah terbesar di kota ini. Berorientasi kepada aspek sosial-ekonomi dan mengikutsertakan peran serta dan pastiripasi masyarakat membentuk komunitas skala kecil mengawali kesuskesan bank sampah hingga hari ini. Bank sampah dibangun pada lingkungan perekonomian masyarakat menengah kebawah, dengan harapan dapat meningkatkan nilai ekonomi masyarakat sekaligus meningkatkan kebersihan di lingkungan tempat tinggal. Menampung sampah dari masyarakat baik individual maupun kolektif, bank sampah Bina Mandiri memiliki 120 komunitas binaan yang menghasilkan keuntungan hingga Rp. 72.000.000 perbulan. Bank sampah Bina Mandiri melakukan inovasi terhadap sampah yang diterimanya, melibatkan masyarakat dalam kegiatan workshop dan training menghasilkan barang barang yang dapat dijual kembali. Bekerja sama dengan perusahaan non profit lokal yang bergerak dibidang lingkungan, mengikut sertakan puskesmas dan PKK, sekolah dan Universitas dalam pengembangan bank sampah ini. Total sampah yang dapat diolah pada bank sampah di Surabaya mencapai 7,14 ton
23
perminggu. Bekerja sama dengan NGO, dan menggandeng perusahaan dalan program CSR, membuat bank sampah di Surabaya dapat mempertahankan eksistensinya dalam melakukan penanganan sampah hingga saat ini (Wijayanti & Suryani, 2015).
3. Bank Sampah Nirwana (BSN) terletak dikota Tanggerang berdiri tahun 2012. Tujuan pendirian bank sampah ini adalah untuk membantu menangani pengolahan sampah di Indonesia, menyadarkan masyarakat akan lingkungan yang sehat, rapi dan bersih, mengubah sesuatu menjadi lebih berguna dala masyarakat untuk kerajinan dan lainnya.
Jumlah nasabah menjacapai 80 orang mengalami peningkaan melalui kegiatan sosialisasi dan penyuluhan dengan berbagai cara tentang manfaat bank sampah, dengan target perolehan nasabah sebanyak banyaknya. Volume Tabungan sampah diupayakan untuk menigkat sehingga nilai rupiah yang diperoleh juga bisa meningkat. Tabungan rupiah per tahun 2014 diperoleh sekitar Rp. 8.000.000. Memilki 9 pengurus, Bank Sampah Nrwana Mampu mengolah sampah hingga 1000 kg/bulan (Munawir, 2015)
2.4.4 Mekanisme Bank Sampah
Pengelolaan sampah berbasis bank sampah banyak memberikan manfaat bagi masyarakat. Keuntungan berupa kebersihan lingkungan, kesehatan hingga ekonomi. Berikut mekanisme kerja bank sampah (Utami, 2013) :
1. Pemilahan sampah rumah tangga
Nasabah harus melakukan pemilahan sampah sebelum disetorkan ke bank sampah. Pemilahan sampah berdasarkan kategori sampah saperti sampah basah (organik) dan sampah kering (an organik). Sampah an organik bisa dipisahkan lagi berdasarkan jenis bahan : plastik, kertas kaca, logam, dan lain lain. Pengelompokkan sampah akan memudahkan proses penyaluran sampah, dimana sampah akan dijadikan kompos, di angkut ke pabrik plastik, atau disalurkan ke industri rumah tangga.
Dengan adanya bank sampah, masyarakat secara tidak langsung telah membantu mengurangi timbunan sampah d tempat pembuangan akhir sampah, sebab sebagian besar sampah yang telah dipisahkan dan dikumpulkan ke bank sampah akan dimanfaatkan kembali, sehingga yang tersisa dan dibuang menuju TPA hanya sampah yang tidak benilai ekonomi dan sampah B3.
2. Penyetoran sampah ke bank sampah
Waktu penyetoran sampah biasanya telah disepakati sebelumnya berdasarkan operasional bank sampah. Misalnya dua hari dalam seminggu. Penjdawalan ini dimaksudkan untuk menyelaraskan waktu nasabah menyetor dan melakukan pengangkutan ke pengepul, hal ini agar sampah tidak bertumpuk di loasi bank sampah.
3. Penimbangan
Sampah yang sudah disetor ke bank sampah kemudian ditimbang oleh petugas bank sampah. Berat sampah yang disetorkan akan diberikan nilai rupiah.
25
4. Pencatatan
Petugas bank sampah akan mencatat jenis dan bobot sampah setelah penimbangan. Hasil pengukuran tersebut lalu dikonversi kedalam nilai rupiah yang kemudian ditulis di buku tabungan. Pada sistem bank sampah, tabungan biasanya diambil setiap tiga bulan sekali, atau setelah bernilai nominal tertentu tergantung kesepakatan. Pada tahapan ini, nasabah akan merasakan keuntungan dari program bang sampah. Dengan menyisihkan sedikit tenaga untuk memilah sampah, masyarakat akan mendapatkan keuntungan berupa buku tabungan.
5. Pengangkutan
Bank sampah sudah bekerjasama dengan pengepul yang sudah ditunjuk dan disepakati. Sehingga setelah sampah terkumpul, ditimbang dan dicatat, kemudian akan diangkut ke tempat pengolahan sampah berikutnya, sehingga tidak terjadi penumpukan di lokasi bak sampah. Bank sampah bisa berkembang menjadi sumber bahan baku industri rumah tangga disekitar lokasi ban sampah. Pengolahan sampah bisa dilakukan oleh masyarakat yang juga menjadi nasabah bank. Sehingga masyarakat bisa mendapat keuntungan ganda dari sistem bank sampah yaitu tabungan dan laba dari hasil penjualan produk dari bahan daur ulang.
2.5. Riset Operasi
Riset operasi atau yang lebih dikenal dengan Operations Research banyak diterapkan dalam menyelesaikan masalah masalah manajemen untuk
meningkatkan produktivitas atau efisiensi. Dalam literatur manajemen riset operasi disebut sebagai Management Science. Secara harfiah kata Operation dapat didefenisikan sebagai tindakan- tindakan yang diterapkan pada beberapa masalah atau hipotesis. Sementara kata Research adalah suatu proses yang teroganisasi dalam mencari kebenaran akan masalah atau hipotesis tadi (Mulyono, 2016).
Beberapa defenisi riset operasi (Mulyono, 2016) :
1. Riset operasi adalah penerapan metode-metode ilmiah terhadap masalah-masalah rumit yang muncul dalam pengarahan dan pengelolaan dari suatu sistem besar manusia, mesin, bahan dan uang dalam industri, bisnis, pemerintahan dan pertahanan. Pendekatan khusus ini bertujuan membentuk suatu model ilmiah dari sistem, menggabungkan ukuran-ukuran faktor-faktor seperti kesempatan dan resiko, untuk meramalkan dan membandingkan hasil-hasil dari beberapa keputusan, strateg atau pengawasan. Tujuannya adalah membantu pengambil keputusan menentukan kebijakan dan tindakan secara ilmiah
2. Riset operasi adalah pendekatan dalam pengambilan keputusan yang ditandai dengan penggunaan pengetahuan ilmiah melalui usaha kelompok antar disiplin yang bertujuan menentukan penggunaan terbaik sumber daya yang terbatas
3. Riset Operasi dalam arti luas dapat diartikan sebagai penerapan metode- metode, teknik-teknik dan alat-alat terhadap masalah-masalah yang
27
menyangkut operasi-operasi dari sistem sistem, sedemikian rupa sehingga memberikan penyelesaian optimal.
2.5.1. Tahapan riset operasi
Pola dasar penerapan riset operasi terhadap suatu masalah dapat kelompokkan menjadi beberapa tahapan (Mulyono, 2016) :
1. Merumuskan masalah
Tahapan merumuskan masalah adalah mengidentifikasi dan mendefinisikan suatu persoalan. Kegagalan dalam penyelesaian masalah diakibatkan karena kesalahan mendefinisikan persoalan.
Dalam merumuskan masalah ini ada tiga tahapan yaitu :
a. Variabel keputusan merupakan unsur-unsur dalam persoalan yang dapat ditentukan oleh para pengambil keputusan. Hal ini sering juga disebut sebagai instrumen.
b. Tujuan (objective), merupakan penetapan tujuan dalam pengambilan keputusan yang difokuskan terhadap persoalan dan pengaruhnya terhadap organisasi.
c. Kendala (constraints), merupakan pembatas pembatas terhadap alternatif tindakan yang tersedia.
2. Pembentukan model
Sesuai dengan definisi persoalannya, pengambilan keputusan ditentukan oleh model yang paling cocok untuk mewakili sistem.
Pemodelan merupakan ekspresi kuantitatif dari tujuan dan kendala-
kendala persoalan dalam variabel keputusan. Jika model yang dihasilkan cocok dengan salah satu model matematika yang biasa (misalnya linier), maka solusinya dapat dengan mudah diperoleh dengan program linier. Jika hubungan matematika model begitu rumit untuk penerapan solusi analitik, maka suatu probabilitas mungkin lebih cocok. Beberapa kasus membutuhkan penggunaan kombinasi model matematika dan probabilitas. Ini tentu saja tergantung pada sifat-sifat dan kerumitan sistem.
3. Mencari penyelesaian masalah
Penyelesaian masalah merupakan aplikasi satu atau lebih teknik-teknik dan metode solusi kuantitatif yang merupakan bagian utama dari riset operasi. Solusi terhadap model berarti nilai-nilai variabel keputusan yang memoptimumkan salah satu fungsi tujuan dengan nilai fungsi tujuan lain yang dapat diterima. Disamping solusi model, perlu juga menfapat informasi tambahan mengenai tingkah laku solusi yang disebabkan karena perubahan parameter sistem. Ini biasanya dinamakan sebagai analisis sensitivitas. Analisis ini terutama diperlukan jika parameter sistem tak dapat diduga secara tepat.
4. Validasi model
Asumsi asumsi yang digunakan dalam pembentukan model harus absah. Dengan kata lain, model harus diperiksa apakah ia mencerminkan berjalannya sistem yang diwakili. Suatu model yang biasa digunakan untuk menguji validitas model adalah membandingkan performance-nya dengan data masalah yang dihadapi. Model dikatakan
29
valid jika dengan kondisi input yang serupa, dapat menghasilkan kembali performance seperti masa lampau. Masalahnya adalah bahwa tak ada yang menjamin performance masa depan akan berlanjut meniru cerita lama.
5. Penerapan hasil akhir
Tahap terakhir adalah menerapkan hasil model yang telah diuji. Hal ini membutuhkan suatu penjelasan yang hati-hati tentang solusi yang digunakaan dan hubunganya dengan realitas.
2.5.2. Program Linier
Program linier merupakan salah satu teknik riset operasi yang digunakan paling luas yang merupakan model matematika dalam mengalokasikan sumber daya yang langka untuk mencapai tujuan tunggal seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Program linier banyak diterapkan dalam membantu menyelesaikan masalah ekonomi, industri, militer, solial dan lain-lain.
Program linier berkaitan dengan penjelasan suatu dunia nyata sebagai suatu model matematika yang terdiri atas sebuah fungsi tujuan linier dan sistem kendala linier (Mulyono, 2016).
Pada dasarnya program linier terdiri dari optimalisasi yaitu meminimalkan atau memaksimalkan nilai dari tujuan linier. Fungsi variabel keputusan, mengingat variabelnya bisa memiliki nilai yang didefinisikan oleh kendala linier.
Program linier adalah kasus pemrograman matematis, dimana objektif fungsi objektif dan kendala adalah linier (Sallan et al, 2015). Variabel keputusan yang sering dihadapi analis adalah alokasi optimum sumber daya yang langka. Sumber
daya dapat berupa uang, tenaga kerja, bahan mentah, kapasitas mesin, waktu, ruangan atau teknologi. Tugas analis adalah mencapai hasil terbaik yang mungkin dengan keterbatasan sumber daya itu (Mulyono, 2016)
Setelah masalah diindentifikasikan, tujuan diterapkan, langkah selanjutnya adalah formulasi model matematika yang meliputi tiga tahap berikut (Mulyono, 2016) :
1. Tentukan variabel yang tak diketahui (variabel keputusan) dan nyatakan dalam simbol matematika
2. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai suatu hubungan linier (bukan perkalian) dari variabel keputusan
3. Menentukan semua kendala masalah tersebut dan mengekspresikan dalam persamaan atau pertidaksamaan yang juga merupakan hubungan linier dari variabel keputusan yang mencerminkan keterbatasan sumber daya masalah tersebut.
2.5.3. Bentuk Umum Model Program Linier
Pasa setiap masalah yang akan ditetapkan penyelesaiannya, ditentukan variabel keputusan, fungsi tujuan, dan sistem kendala, yang bersama-sama membentuk suatu model matematika. Bentuk umum model program linier adalah (Mulyono, 2016) :
(1) dengan syarat :
, untuk semua i (i = 1,2,...,m) semua
31
Keterangan :
Xj : banyaknya kegiatan j, dimana j = 1, 2, ... n berarti terdapat n variabel keputusan
Z : nilai fungsi tujuan
Cj : keuntungan atau penerimaan per unit
bi : jumlah sumber daya i (i = 1, 2, ..., m) terdapat m jenis sumber daya
aij : banyaknya sumber daya i yang dikonsumsi sumber daya j
2.5.4 Riset Operasi dalam Manajemen Pengelolaan Persampahan
Manajemen pengelolaan persampahan di Indonesia merupakan perencanaan yang kompleks, menyerap sejumlah besar sumber daya dan memiliki dampak lingkungan yang signifikan. Riset operasi dapat membantu dalam pengambilan keputusan untuk mencapai penghematan biaya dalam jumlah besar sekaligus untuk mendukung pengelolaan sampah. Berfokus pada isu strategis dan teknis operasional pengelolaan sampah yakni pemilahan, pemisahan sampah di sumber, pemindahan dan pengangkutan, pembuangan sampah di TPA. Riset operasi mempelajari dan memodelkan kerangka permasalahan di mana keputusan terkait dengan pembuangan akhir, pengangkutan, fasilitas pengolahan. Yang menguntungkan adalah mengubah sampah dari barang tidak berguna menjadi barang hasil daur ulang dan energi alternatif dimana sebagian besar tujuan dalam pengelolaan sampah berorientasi pada meminimalkan biaya, yang biasanya melibatkan aspek pembiayaan yang besar. Aspek sosio-politik yang berkaitan dengan pengelolaan sampah menjadi isu penting yang harus diperhitungkan
seksama, mengingat kepedulian masyarakat terhadap pelestarian lingkungan.
Penerapan riset operasi dalam pengembilan keputusan untuk mendapatkan strategi terbaik, dipilih berdasarkan beberapa alternatif. Metode ini mengevaluasi semua alternatif yang sesuai pada masing masing kegiatan. Dalam beberapa kasus, misalnya mengoptimalkan rute pengumpulan limbah untuk kendaraan.
Pengelolaan sampah melibatkan kelembagaan, sosial, keuangan, ekonomi, teknis, dan lingkungan. Berbagai aspek yang harus dipertimbangkan. Selain itu begitu banyak variabel dan kendala yang harus dipenuhi untuk bisa mendapatkan solusi keputusan yang terbaik (Ghiani, et al., 2014).
2.6. Kerangka Berpikir
Aktivitas manusia
Sampah
Komposisi sampah an organik
- Kertas - Plastik - Logam - Kaca
Kapasitas Optimal bank sampah terhadap jumlah
sampah yang diolah Bank Sampah
- SDM - Energi - Transportasi - Jam Kerja
Harga - Input - output
33 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat
Penelitian ini dilakukan pada Bank Sampah Induk Sicanang yang terletak di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini merupakan bank sampah induk di kota Medan dan hasil penelitian ini bisa memaksimalkan kapasitas pengelolaannya menjadi lebih optimal.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tahapan pra penelitian dan penelitian.
Kegiatan pra penelitian dilakukan untuk melihat gambaran umum lokasi penelitian, apakah Bank Sampah Induk Sicanang bisa dijadikan objek penelitian.
Gambaran umum tersebut dapat menjadi tolok ukur dalam pembuatan model matematika pada penelitian ini. Pra penelitian berlangsung pada bulan Januari – Februari 2018. Selanjutnya penelitian ini akan dilaksanakan selama tiga bulan, dimulai sejak bulan April - Juni 2018.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan ini digunakan karena penelitian yang akan dilaksanakan membutuhkan penelitian yang sistematis dan terukur. Penelitian menggunakan
metode riset operasional dengan model program liner mencari solusi masalah dengan banyak variabel keputusan. Model yang diusulkan bertujuan untuk mendapatkan kapasitas optimal bank sampah dengan fungsi tujuan memaksimalkan keuntungan. Data yang digunakan berasal dari hasil pengamatan di lapangan, studi literatur, dokumentasi dan wawancara.
3.3 Teknik Pengumpulan data
3.3.1 Studi Pustaka
Peneliti memperoleh referensi yang dibutuhkan dengan cara membaca buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan topik dan masalah yang dihadapi untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini. Selain itu juga sebagai data penunjang perhitungan dalam mendapatkan kapasitas optimal bank sampah.
3.3.2 Observasi Lapangan
Yaitu suatu pengumpulan data dengan melakukan suatu penelitian secara langsung pada bank sampah, adapun cara yang dilakukan yaitu melalui pengamatan, wawancara mendalam dan dokumentasi bank sampah. Sedangkan data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah prosedur bank sampah dan proses kegiatan, kegiatan yang dilakukan, biaya operasional dan tenaga kerja, energi yang dibutuhkan, serta karakteristik sampah yang dikelola. Adapun daftar pertanyaan wawancara terlampir pada Lampiran I.
35
3.4 Jenis dan sumber data 3.4.1 Jenis data
Data yang digunakan adalah data kuantitatif yakni adalah data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk angka.
3.4.2 Sumber data 1. Data primer
Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugas) dari sumber pertama. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah pihak pengelola Bank Sampah Induk Sicanang
2. Data sekunder
Sumber data sekunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dokumentasi, jurnal, internet dan studi pustaka menjadi sumber data sekunder.
3.5 Tahapan Analisis Data
Tahapan analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah yakni pemaparan secara deskriptif manajemen dan pengelolaan Bank Sampah Induk Sicanang
2. Menghitung jumlah sampah an organik yang di kelola Bank Sampah Induk Sicanang selama tahun 2017. Asumsi yang digunakan menggunakan model deterministik, yang mengasumsikan bahwa nilai jumlah sampah yang digunakan dalam perhitungan diperoleh dari nilai