• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses komunikasi baik verbal maupun non verbal meliputi pengiriman dan penerimaan pesan di antara dua orang, kelompok kecil atau berbentuk massa, dengan tujuan memengaruhi perilaku seseorang atau kelompok dalam suatu masyarakat. Dengan adanya proses pengiriman pesan dari komunikator kepada komunikan, pada akhirnya akan didapatkan feedback untuk mencapai tujuan saling pengertian antar kedua belah pihak. Komunikasi merupakan kebutuhan yang diperlukan oleh setiap individu di dalam kehidupan bermasyarakat, karena hampir setiap orang butuh mengadakan kontak sosial dengan orang lain, dan dengan adanya komunikasi dapat memudahkan pemenuhan kebutuhan tersebut.

Dalam memahami bahasa verbal dan non verbal pada proses komunikasi, dibutuhkan ilmu yang dapat memberikan pengetahuan yang lebih di dalamnya.

Dalam kaitan ini, yaitu semiologi, sebuah ilmu tentang tanda-tanda. Semiologi yang dapat diperoleh dari Semiotika komunikasi ini sangat penting dipelajari, karena pada dasarnya komunikasi merupakan proses pertukaran pesan, dimana pesan yang disampaikan terdiri dari tanda dan simbol, bahasa, serta wacana. Pesan memiliki makna yang ingin disampaikan dari komunikator kepada komunikan.

Film sebagai media komunikasi yang paling efektif pada saat ini seringkali menjadi bahan penelitian oleh para penikmat film ataupun masyarakat yang menyukai bidang studi film. Komunikasi verbal dan non verbal pada film akan jelas terlihat jika dikaji lebih dalam dengan menggunakan metode Semiotika.

Kajian Semiotika terbagi menjadi beberapa model seperti Semiotika Roland Barthes, Semiotika John Fiske, dan Semiotika Pierce. Salah satu penelitian yang menggunakan Semiotika Roland Barthes sebagai teori nya adalah penelitian karya Khairun nisaa abdillah alumnus Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga yakni Pesan moral Islami dalam film tanda tanya “?”. Hasil penelitian yang diperoleh

(2)

adalah adanya beberapa pesan moral islami seperti sikap Tawadhu, lemah lembut, beramal saleh, sikap sabar serta, sikap memaafkan kesalahan orang lain.

Film pada dasarnya dibangun dengan tanda dan simbol. Dimana tanda-tanda tersebut bekerja sama dengan baik dalam mencapai tujuan yang diinginkan oleh penulis naskah serta sutradara film. Dengan adanya tanda-tanda ikonis yakni berupa tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu dalam film menjadikan peneliti yang menggunakan Semiotika sebagai alat bedah nya lebih mudah dalam menemukan dan memahami makna yang tersimpan.

Semiotika jarang menggunakan pendekatan kuantitatif, karena tujuan nya adalah untuk membongkar makna konotatif yang tersembunyi dalam sebuah teks media, sementara penelitian kuantitatif berfokus kepada hasil perhitungan mengenai objek penelitian. Tradisi Semiotika menganggap tidak ada yang tidak mungkin dalam sebuah penafsiran makna, karena dalam melakukan penafsiran, peneliti memiliki pengalaman budaya yang berbeda-beda, sehingga hasil yang diperoleh tergantung kepada pembaca.

Kajian Semiotika dalam film khususnya tentang kebudayaan sudah banyak dilakukan seperti penelitian Anggia Kusuma Wardani alumnus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada penelitian nya yang berjudul “Konstruksi Identitas budaya etnis Tionghoa dalam film The Potograph”, ia menggunakan Model tatanan signifikasi Semiotika Roland Barthes dalam menganalisis objek penelitian nya. Hasil yang didapatkan adalah adanya identitas budaya yang direpresentasikan melalui aspek tradisi serta kepercayaan yang masih dipegang teguh oleh masyarakat etnis Tionghoa yang digambarkan masih pada etnis kelas kedua dalam kehidupan pribumi dengan segala stereotype negatif nya. Film tersebut berhasil menggambarkan kehidupan etnis Tionghoa yang timpang serta erat kaitan nya dengan diskriminasi yang sering terjadi.

Pada era reformasi muncul film “Cau Bau Kan”, yang diangkat dari novel dengan judul serupa dan dikarang oleh Remy Silado yang menceritakan tentang kehidupan kelompok Tionghoa dalam bersosialisasi dengan etnis lain seperti Jawa, Betawi, dan Sunda pada tahun 1918-1951. Pada tahun 2005, mucul film

“Gie” yang mengangkat kisah nyata perjuangan salah satu tokoh etnis Tionghoa

(3)

banyak pro dan kontra terhadap film tersebut, pada film ini timbul masalah representasi ras dan identitas baik itu suku, agama, dan kelas sosial yang merupakan masalah sensitif di kalangan pemerintah pada saat itu.

Semiotika dalam penelitian seringkali menggunakan metode kualitatif sebagai pendekatan nya, hal ini selaras dengan tujuan dari adanya metode Semiotika adalah untuk menafsirkan makna dari tanda dan simbol pada media, dan hasilnya haruslah berupa rangkaian penjelasan yang bersumber dari perspektif subjektif, asumsi dan teknik pendekatan yang dimiliki hampir sama dengan cara Semiotika bekerja.

Kajian Semiotika Roland Barthes meyakini bahwa adanya hubungan yang terjadi pada penanda dan pertanda, dan hal tersebut tidak terbentuk secara alamiah, melainkan bersifat arbiter. Roland Barthes yang merupakan penerus pemikiran de Saussure melihat adanya aspek lain dari penandaan, yaitu “mitos”

yang menandai suatu masyarakat. Dari peta tanda Barthes terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri dari penanda (1) dan pertanda (2). Hanya saja, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah penanda konotatif (4). Denotasi merupakan tataran pertama yang maknanya bersifat tertutup atau makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Sementara Konotasi adalah makna yang sebenarnya terjadi, disepakati bersama secara social, dan rujukannya pada realitas.

Tanda konotatif merupakan tanda penanda yang dimilikinya dan mempunyai keterbukaan makna atau makna yang implisit, tidak langsung dan tidak pasti.

Dalam Semiologi, denotasi adalah sistem signifikasi tingkat pertama, sedangkan konotasi adalah signifikasi tingkat kedua. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, denotasi adalah makna objektif yang tetap, sementara konotasi adalah makna subjektif dan bervariasi. Dalam kerangka barthes, konotasi yang ada identik dengan operasi ideologi yang dikenal dengan istilah “mitos” dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran pada nilai-nilai yang ada. Dalam Mitos terdapat pola tiga dimensi yakni penanda, pertanda, dan tanda. Hanya saja, sebagai sistem yang unik, mitos dapat dibangun dengan rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya. Jadi Mitos adalah sistem pemaknaan tataran kedua dan di dalamnya terdapat sebuah pertanda yang memiliki beberapa penanda.

(4)

Analisis Semiotika Roland Barthes dilakukan dengan cara menonton dan menelaah lebih dalam media yang ingin kita teliti, setelah mendapatkan poin-poin penting pada setiap adegan nya, penulis bisa membuat tabel analisis yang terdiri dari Scene, Dialog atau suara atau teks, serta visual dan pada setiap adegan nya ditambahkan makna denotasi, konotasi, dan mitos di dalamnya.

Film Cek Toko Sebelah merupakan film genre komedi dengan tema drama keluarga, pada tahun 2017 film beserta para pelaku nya berhasil mengoleksi 8 piala, 6 dari Indonesia Box Office Movie Awards (IBOMA) dan 2 dari Indonesia Movie Actors Awards (IMAA). Selain itu kesuksesan yang berhasil ditorehkan oleh film yang disutradarai langsung oleh Ernest Prakasa ini menduduki posisi ke- 4 dengan penonton sebanyak 2.642.957 orang dan bertahan selama 65 hari di layar bioskop serta mencetak peringkat ke-9 pada 10 film lokal terlaris sepanjang masa.

Film Cek Toko Sebelah menceritakan kehidupan keluarga Tionghoa yang diperankan oleh Koh Afuk dan memiliki dua orang anak Laki-laki, ia sudah ditinggal oleh istrinya sepuluh tahun yang lalu. Kehidupan di masa tua Koh Afuk mulai dirasa berat ketika jatuh sakit dan tidak bisa mengurus usaha toko kelontong yang sudah di rintis dari dulu dengan keluarga kecil nya. Yohan yang merupakan anak tertua merasa harus bertanggung jawab dengan usaha keluarga tersebut, hanya saja Koh Afuk lebih mempercayai Erwin yang melanjutkan usaha nya dibandingkan dengan Yohan yang sudah memiliki istri namun belum memiliki pekerjaan tetap dan memiliki masa lalu yang buruk.

Di sisi lain, Erwin seorang pemuda dengan karir yang cukup baik dan mendapatkan tawaran posisi yang bagus di Singapura, keinginan untuk bekerja disana menjadi terhalang karena keinginan ayah nya yang ingin mewariskan toko kelontong tersebut, Natalie merupakan kekasih Erwin merasa tidak setuju jika Erwin akhirnya memilih untuk mengelola toko kelontong sesuai dengan keinginan Koh Afuk.

Film ini dapat diteliti dengan menggunakan Analisis Semiotika Roland Barthes, dalam menggunakan kajian tersebut penulis mengungkapkan dan memberikan pembenaran bahwa didalamnya terdapat unsur-unsur budaya etnis

(5)

Tionghoa yang dikemas dalam wujud berupa ide dan gagasan, aktivitas dan tindakan, serta benda-bnda hasil karya manusia

Pada penelitian ini, penulis akan membagi tabel analisis menjadi bagian scene, durasi, visual serta keterangan visual yang menggambarkan suasana atau kegiatan pada scene tersebut, dan pada setiap scene akan diberikan makna denotasi, sebagai signifikasi tataran pertama, makna konotasi berada pada signifikasi tataran kedua yang bersifat subjektif, serta mitos yang merupakan hasil dari makna pada setiap scene dan dihubungkan dengan realitas pada masyarakat.

Dengan dilakukannya penelitian terhadap unsur – unsur budaya etnis Tionghoa pada film tersebut, diharapkan studi Semiotika pada film menjadi lebih bervariasi lagi, tidak hanya berfokus pada tanda dan makna saja melainkan bisa memberikan pengetahuan yang lebih tentang hubungan antara komunikasi dan budaya khususnya unsur budaya yang dapat ditampilkan pada film.

Peneliti juga mencari dua penelitian sejenis yang menggunakan model yang sama yakni “Analisis Semiotika unsur-unsur kebudayaan Palembang dalam film Ada Surga dirumahmu” dan yang kedua adalah “Konstruksi Identitas budaya etnis Tionghoa dalam film The photograph”. Kedua penelitian tersebut menggunakan metode Analisis Semiotika Roland Barthes, maka penelitian

“Analisis unsur kebudayaan etnis Tionghoa pada film Cek Toko Sebelah” dapat dianggap sebagai penelitian baru.

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, maka penelitian ini berjudul “ANALISIS UNSUR KEBUDAYAAN ETNIS TIONGHOA PADA FILM CEK TOKO SEBELAH”

1.2 Fokus penelitian

Adapun fokus penelitian ini adalah bagaimana wujud unsur kebudayaan etnis Tionghoa pada film Cek Toko Sebelah?

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui wujud unsur kebudayaan etnis Tionghoa yang ditampilkan pada film Cek Toko Sebelah dengan melakukan analisis terhadap tanda dan simbol melalui pendekatan Semiotika Roland Barthes

(6)

1.4 Kegunaan penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada bidang kajian Analisis Semiotika khususnya dalam menjadikan unsur kebudayaan etnis sebagai objek penelitian nya serta memberikan penjelasan tentang bagaimana wujud dari unsur kebudayaan ditampilkan pada film.

1.4.2 Kegunaan Praktis (Bagi peneliti)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan lebih bagi peneliti tentang wujud kebudayaan dan unsur kebudayan yang dimiliki oleh Etnis Tionghoa dan bagaimana cara membangun unsur kebudayaan dalam setiap adegan pada sebuah film

1.5 Waktu dan Periode penelitian

Waktu dan periode penelitian yang dilakukan selama 2 (dua) bulan yakni Maret-April 2018

Tabel 1.5 Waktu dan Periode penelitian

KEGIATAN MINGGU KE

1 2 3 4 1 2

Tahap Observasi Tahap Studi Pustaka Tahap Analisis Film Tahap Hasil dan kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

Kelola TI UNIKOM, dan apa saja yang harus dilakukan untuk menuju pada kondisi ideal tersebut...

Dari hasil perhitungan back testing pada tabel tersebut tampak bahwa nilai LR lebih kecil dari critical value sehingga dapat disimpulkan bahwa model perhitungan OpVaR

Dijelaskan lebih lanjut teori motivasi ini dalam dunia pendidikan dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan peserta didik agar dapat mencapai hasil belajar yang

Dari area bisnis yang ada, ditemukan beberapa hal menyangkut permasalahan yang ada, yaitu: (1) Pihak manajemen dalam melakukan perencanaan penjualan dan produksi memperoleh data dari

Hasil uji reliabilitas instrumen variabel motivasi belajar (Y) akan diukur tingkat reliabilitasnya berdasarkan interpretasi reliabilitas yang telah ditentukan pada

tidak dapat mengukur non-perform dari suatu kredit padahal terdapat variabel total loans dalam perhitungan efisiensi; investor di Indonesia masih berorientasi short term

Tahap selanjutnya adalah menganalisis data sesuai dengan hipotesis dan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui ada tidaknya hubungan Konflik Peran Ganda dengan Kinerja Guru PAUD