• Tidak ada hasil yang ditemukan

SYSTEMATIC LITERATURE REVIEW UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIKAT GIGI PADA ANAK TUNAGRAHITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SYSTEMATIC LITERATURE REVIEW UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIKAT GIGI PADA ANAK TUNAGRAHITA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

SYSTEMATIC LITERATURE REVIEW

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIKAT GIGI PADA ANAK TUNAGRAHITA

Amira Az-Zahrah1*, Sunomo Hadi2, Silvia Prasetyowati3

1,2,3 Jurusan Kesehatan Gigi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya

*[email protected]

ABSTRAK

Tunagrahita merupakan individu dengan hambatan atau perkembangan mental dengan kecerdasan di bawah normal dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul sebelum usia 18 tahun. Ketidakmampuan adaptasi perilaku yang dialami anak tunagrahita salah satunya adalah menyikat gigi. Keterampilan menyikat gigi merupakan salah satu perilaku yang penting untuk dikuasai karena berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut. Masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering terjadi pada anak tunagrahita yaitu peradangan gusi, gigi berlubang, dan gigi tidak beraturan. Tujuan: diketahuinya upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi dalam meningkatkan keterampilan menyikat gigi pada anak tunagrahita. Design penelitian: jenis penelitian ini adalah Systematic Literature Review. Pencarian jurnal dilakukan tahun 2015-2020 pada database DOAJ, GARUDA, Pro-Quest, Pub-Med, dan Google Scholar dalam bahasa inggris dan bahasa indonesia.

Strategi pencarian jurnal menggunakan PICOS dengan keyword tunagrahita OR mentally retardation OR mentally retarded OR mental deficiency OR mentally disabled OR intellectual disability) AND (media OR menyikat gigi OR menggosok gigi OR tooth brushing) AND (keterampilan OR kemampuan OR ability OR skills. Jurnal dipilih berdasarkan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang akan di review. Hasil: berdasarkan hasil literature review pada 9 jurnal, telah didapatkan macam-macam upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menyikat gigi pada anak tunagrahita yaitu terapi okupasi, penggunaan media video, teknik total-task presentation, bimbingan individual, metode demonstrasi dan metode picture and picture, dan terdapat efektivitas meningkatkan keterampilan menyikat gigi pada anak tungarahita sebelum dan sesudah diberiakan terapi okupasi, penggunaan media video, teknik total-task presentation, bimbingan individual, metode demonstrasi dan metode picture and picture.

Kata kunci:

keterampilan; menyikat gigi;

tunagrahita.

(2)

ABSTRACT Key word:

skills; brushing teeth, mental retardation

Mental retardation is an individual with mental retardation or development with intelligence below normal and accompanied by an inability to adapt behavior that appears before the age of 18 years. One of the disability to adapt behavior experienced by mentally retarded children is brushing teeth. Brushing teeth is one of the important behaviors to master because it is related to oral health. Dental and oral health problems that often occur in mentally retarded children are gum inflammation, cavities, and irregular teeth. Purpose: was to know the efforts that can be made by dental therapist in improving the skills of brushing teeth in mentally retarded children. Study design: this type of research is Systematic Literature Review. Journal search was conducted in 2015-2020 on DOAJ, GARUDA, Pro-Quest, Pub-Med, dan Google Scholar in English and Indonesian. Journal search strategies use the picos with the keyword ‚tunagrahita OR mentally retardation OR mentally retarded OR mental deficiency OR mentally disabled OR intellectual disability) AND (media OR menyikat gigi OR menggosok gigi OR tooth brushing) AND (keterampilan OR kemampuan OR ability OR skills”. The journal is chosen according to the inclusion and exclusion criteria to be reviewed.

Result: based on the results of a literature review in 9 journals, various efforts have been obtained to improve brushing skills in mentally retarded children, namely occupational therapy, use of video media, total-task presentation techniques, individual guidance, demonstration methods and picture and picture methods, and there is an effectiveness in improving tooth brushing skills in mentally retarded children before and after being given occupational therapy, using video media, total-task presentation techniques, individual guidance, demonstration methods and picture and picture methods.

PENDAHULUAN

Menurut Eliana dan Sumiati (2016:2), kesehatan bersifat holistik yakni terdapat empat dimensi, yaitu fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi yang saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok, atau masyarakat. Kesehatan merupakan hal sangat penting bagi setiap manusia agar dapat melaksanakan aktivitasnya sehari-hari dengan baik. Kesehatan tubuh perlu dijaga dengan baik agar dapat berfungsi secara optimal, salah satunya adalah kesehatan gigi dan mulut.

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan secara fisik sebagai gerbang awal kesehatan tubuh secara keseluruhan. Di dalam rongga mulut terdapat gigi yang berfungsi sebagai pengunyah makanan, berbicara dan kecantikan. Karena kegunaanya yang penting, maka perlu untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut agar gigi dapat bertahan lama dalam rongga mulut. Cara menjaga kesehatan gigi dan mulut salah satunya adalah dengan menyikat gigi dengan cara yang benar dan waktu yang tepat.

Perilaku menyikat gigi dengan benar pada penduduk Indonesia dengan usia diatas 3

(3)

tahun rata-rata sebesar 20.8% (Riskesdas, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya kesadaran penduduk Indonesia mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Pada hakikatnya pendidikan merupakan hak yang dimiliki oleh setiap orang, tidak peduli dengan perbedaan yang ada seperti perbedaan ras, suku, agama, maupun keterbatasan fisik. Perbedaan-perbedaan tersebut seharusnya tidak menghalangi seseorang untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan sesuai untuk kebutuhan dirinya. Penyandang disabilitas tidak dikecualikan dari sistem pendidikan umum berdasarkan alasan disabilitas, dan bahwa penyandang disabilitas anak tidak dikecualikan dari pendidikan dasar wajib dan gratis atau dari pendidikan lanjutan berdasarkan alasan disabilitas (Kemenkumham RI, 2011). Berdasarkan hal tersebut, maka setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut salah satunya dengan anak tunagrahita.

Tunagrahita merupakan individu yang mengalami hambatan atau keterlambatan perkembangan mental jauh di bawah rata-rata sehingga mengalami kesulitan untuk belajar, berkomunikasi, dan bersosialisasi (Ratulangi et al., 2016). Jumlah penyandang disabilitas di Indonesia sebanyak 2.126.000 orang dan 13.68% nya atau sebanyak 290.837 orang merupakan tunagrahita (Kemensos, 2012). Menurut Data Pokok Pendidikan, jumlah data siswa SLB pada tahun akademik tahun 2020/2021 sebanyak 143.471 siswa yang terdaftar (Kemendikbud, 2020). Tunagrahita memiliki kemampuan fisik yang terbatas membuat tunagrahita kurang mampu untuk menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari secara normal dan terkadang masih bergantung pada orang lain salah satu contohnya dalam hal membersihkan rongga mulutnya sendiri. Hal ini menyebabkan tunagrahita berisiko lebih tinggi dibandingkan dengan individu normal terhadap kerusakan gigi geligi salah satunya adalah karies dan memiliki kebersihan gigi dan mulut yang kurang.

Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi (email, dentin dan sementum) yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan (Istiqomah et al., 2016). Pengertian lain mengenai karies yaitu kerusakan jaringan gigi hingga membentuk lubang yang ditandai dengan adanya bercak putih pada permukaan gigi yang lama kelamaan membenttuk lubang pada gigi (Kemenkes RI, 2012).

Pada penelitian yang dilakukan pada 101 anak tunagrahita di SLB C Kota Semarang, ditemukan sebanyak 83,2% anak tunagrahita mengalami karies gigi dan 16,8% sisanya bebas dari karies gigi (Istiqomah et al., 2016).

Kebersihan gigi dan mulut dapat diukur dengan menggunakan suatu indeks yang disebut Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S). OHI-S adalah angka yang menyatakan keadaan klinis kebersihan gigi seseorang yang dihasilkan setelah melakukan pemeriksaan (Ilmiah et al., 2019). Nilai dari OHI-S ini merupakan nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan antara debris indeks dengan kalkulus indeks (Anwar, 2017).

Pada jurnal yang berjudul Peran Perawat dalam Meningkatkan Kebersihan Gigi dan Mulut Anak Tunagrahita oleh Dyah Nawang Palupi, dkk. menunjukkan tingkat kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) anak tunagrahita ringan sebelum dilakukan penyuluhan pada perawat tunagrahita sebanyak 19 responden anak tunagrahita ringan, nilai kebersihan gigi dan mulutnya yaitu 1,3 – 3,0 berkategori sedang (63,33%), sedangkan

(4)

sebanyak 11 responden anak tunagrahita ringan nilai kebersihan gigi dan mulut 0,0 - 1,2 berkategori baik (36,67%) (Nawang Palupi et al., 2018). Hal ini juga didukung oleh Dianita Rahmah Julia, dkk. dalam jurnalnya yang berjudul Hubungan Jenjang Pendidikan terhadap Perilaku Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Tunagrahita di SLD Kota Sidoarjo dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 115 anak tunagrahita dari tingkat pendidikan SDLB, SMPLB, dan SMALB diketahui tingkat pengetahuan mengenai cara menjaga kesehatan gigi dan mulut anak tunagrahita sebesar 32% berada pada tingkat baik, 46% pada tingkat pengetahuan sedang, dan sisanya yaitu 22% pada tingkat buruk.

Dalam aspek perilaku pada anak tungarahita dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya sebesar 39% berada dalam tingkat baik, 59% di tingkat sedang, dan 2% berada pada tingkat buruk (Julia et al., 2018).

Dari penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi kebersihan gigi dan mulut, tingkat pengetahuan, dan juga perilaku dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak tunagrahita umumnya berada pada tingkat sedang, dan masih ada yang berada dalam tingkat buruk. Atas dasar uraian di atas, maka yang menjadi masalah yaitu masih rendahnya kondisi kesehatan gigi dan mulut anak tunagrahita dan kurangnya pengetahuan serta perilaku dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak tunagrahita. Rendahnya tingkat kesehatan gigi dan mulut serta kurangnya pengetahuan dan perilaku menyikat gigi pada anak tungrahita dapat diatasi salah satunya dengan cara memberikan edukasi dan pengetahuan tentang cara menyikat gigi untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan anak tunaghrahita dalam menyikat gigi yang baik dan benar secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain sehingga kondisi rongga mulut pada anak tunagrahita dapat terjaga dengan baik. Dari hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan metode Systematic Literature Review (SLR) mengenai upaya meningkatkan keterampilan menyikat gigi pada anak tunagrahita. Tujuan umum pada studi ini adalah menjelaskan upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi untuk meningkatkan keterampilan menyikat gigi pada anak tunagrahita.

METODE

Studi tentang upaya meningkatkan kemampuan menyikat gigi pada anak tunagrahita ini menggunakan protokol dari The Joanna Briggs Institute tahun 2017.

Pencarian literatur dilakukan selama satu bulan yaitu pada bulan Oktober 2020. Literatur didapatkan dari 5 academic database yaitu: Google Scholar, DOAJ, ProQuest, PubMed, dan Garuda. Jumlah artikel minimal yang direncanakan adalah 5 artikel, yang diterbitkan dalam 5 tahun terakhir. Pencarian jurnal dan artikel menggunakan kata kunci

‚tunagrahita‛, dan persamaan katanya yaitu mentally retardation, mentally retarded, mental deficiency, mentally disabled, intellectually disability. Penggunaan kata lain yaitu ‚media‛,

‚menyikat gigi‛, ‚menggosok gigi‛ dan penggunaan kata ‚keterampilan menyikat gigi‛

dengan persamaan katanya yaitu ‚kemampuan menyikat gigi‛, ‚ability to brushteeth”, dan

‚brushing skills”. Cara menggunakan kata kunci adalah dengan metode ‚boolean searching‛, yaitu: (tunagrahita OR mentally retardation OR mentally retarded OR mental deficiency OR mentally disabled OR intellectual disability) AND (media OR menyikat

(5)

gigi OR menggosok gigi OR tooth brushing) AND (keterampilan OR kemampuan OR ability OR skills)

Mengacu pada PICOS, kriteria inklusi dan eksklusi ditetatpkan sebagai berikut :

Table 1Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi Ekslusi

Population Tunagrahita Selain Tunagrahita

Interventions Media dan metode dalam meningkatkan keterampilan

menyikat gigi

Selain media dan metode dalam meningkatkan keterampilan

menyikat gigi

Comparator Tanpa komparator -

Outcomes Meningkatan kemampuan menyikat gigi

Bukan untuk meningkatan kemampuan menyikat gigi Study Design and

Publication Types

Kuantitatif, eksperimental (pra eksperimental, eksperimental kuasi, eksperimental murni)

Kualitatif, non eksperimental (cross sectional, retrospektif,

prospektif)

Publication Year Tahun 2015-2020 Sebelum tahun 2015 Languages Bahasa Indonesia dan Bahasa

Inggris

Selain Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Literatur-literatur yang membahas tentang upaya meningkatkan kemampuan menyikat gigi pada anak tunagrahita berhasil didapatkan dari academic database sejumlah 206 artikel. Berdasarkan sumbernya, 206 artikel dan jurnal yang telah didapatkan, dapat dikelompokkan sebagai berikut, Google Scholar 177 artikel atau jurnal, DOAJ 12 artikel atau jurnal, Pub-Med 9 artikel atau jurnal, ProQuest 7 artikel atau jurnal, dan Garuda 1 artikel atau jurnal.

Selanjutnya dilakukan skrining untuk memeriksa adanya duplikasi artikel, sehingga didapatkan 71 judul artikel atau jurnal. Dengan demikian, jumlah artikel yang lolos dalam skrining duplikasi adalah 135 judul. Lalu dilakukan skirining tentang kesesuaian antara judul artikel atau jurnal tersebut dengan tema penelitian sehingga harus dikeluarkan 73 jurnal atau artikel sehingga tersisa 62 jurnal atau artikel. Tahap selanjutnya adalah melakukan pengujian (eligibility) kelayakan dengan penilaian isi abstrak berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pada tahap ini harus dikeluarkan adalah 47 abstrak, sehingga yang masuk studi lebih lanjut adalah 15 artikel atu jurnal.

Tahap berikutnya adalah melakukan pengujian kelayakan dengan penilaian isi fulltext articles/ journal, dengan cara yang sama dengan penilaian abstrak. Pada tahap ini harus dikeluarkan 6 artikel dan jurnal, sehingga yang masuk studi lebih lanjut tinggal 9 jurnal.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rangkuman hasil literature review tentang karies pada anak sekolah dasar ditinjau dari perilaku menggosok gigi di Indonesia.

Tabel 2 Rangkuman Hasil Literature Review

N o

Penulis, Tahun

Judul Jurnal Volum e (No)

Metode (Desain, Sampel, Variabel, Instrumen)

Hasil Databas

e

1 Suyami, Romadhoni

Tri Purnomo,

Ria Sutantri

(2019)

Edukasi Menggosok Gigi

Terhadap Kemampuan

Anak Manggosok Gigi

pada Anak Tunagrahita di SLB Shanti Yoga

Klaten

Vol. 14 No. 01, 2019

D: Quasi eksperiment

dengan rancangan pre

dan posttest without control

S: Anak tunagrahita dengan IQ > 50

sebanyak 18 anak yang rata- rata berumur 7-

8 tahun.

I: Edukasi cara menggosok gigi

dengan cara memberikan video animasi cara menggosok

gigi.

Kemampuan menggosok gigi:

Kemampuan menggosok gigi pretest

didapatkan rata-rata nilai sebesar 6 dengan standar deviasi 2, 521,

sedangkan untuk posttest didapatkan

nilai sebesar 8,61 dengan standar deviasi

2, 913. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh edukasi

menggosok gigi terhadap kemapuan menggosok gigi pada

anak tunagrahita di SLB Shanti Yoga

Klaten.

Google Scholar

2 Gunawan Wicaksono,

Fatwa Sari

‘Ulkhusna, Purnama

Betty (2018)

Penatalaksanaan Okupasi Terapi

Menggunakan Behavior Modification Dalam Aktivitas

Menyikat Gigi Pada Kasus Keterbatasan Intelektual Taraf

Sedang di Panti Sosial Bina

Grahita Ciungwanara

Bogor

Vol. 6 No. 1, 2018, 19-33

D: Observasi

S: PM Ja berusia 19 tahun

I:

Penatalaksanaan program okupasi terapi yang diterapkan

menggunakan behavior modification

Kemampuan mengidentifikasi nama alat-alat menyikat gigi:

PM Ja dapat mengidentifikasi alat-

alat menyikat gigi

Kemampuan menyikat gigi:

PM Ja memiliki peningkatan dalam kemampuan menyikat

gigi namun tidak terlalu signifikan, dan belum berhasil sesuai target yaitu mandiri.

Kemampuan untuk memiliki keinginan menyikat gigi secara

Google Scholar

(7)

mandiri:

PM Ja memiliki mengalami peningkatan dalam hal

keinginan untuk menyikat gigi namun belum mencapai target

mandiri.

3 ES. Suharja, S.

Februaryan ti, T.

Kartilah (2019)

Interactive Video Improve the Brushing Skills of

Mild Mentally Disabled Students

Seri 1179 (2019) 012062

D: Eksperimen Quasi non- randomized

dengan pendekatan one group pretest dan posttest design

S: 28 anak tunagrahita dengan IQ 55-69

yang masih dalam sekolah

dasar

I: Menonton video interaktif

tentang cara menggosok gigi

sebanyak satu kali setiap minggu selama

6 minggu berturut-turut.

Keterampilan menyikat gigi : Rata-rata keterampilan menyikat

gigi pada pengukuran pertama/ sebelumnya adalah 56.68 dengan standar deviasi 7, 487.

Pada pengukuran kedua/ setelah didapatkan rata-rata 63,86 dengan standar deviasi 7,487. Hasil uji statistik diperoleh nilai

0,000 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan menyikat

gigi sebelum dan sesudah penyajian

video.

Google Scholar

4 Tri

Wahyuni, Chatarina S., Dewi

Umu Kulsum

(2017)

Pengaruh Metode Individual Bimbingan Terhadap Kemampuan Menggosok Gigi

Pada Anak Dengan Retardasi Mental

Ringan di SLB Citeureup Cimahi Utara

Tahun 2017

Vol. 1 No. 1

D: pre eksperiment

dengan rancangan one

group pretest posttest

S: 12 anak dengan retardasi mental

ringan.

I: memberikan metode individual (bimbingan)

terhadap kemampuan menggosok gigi.

Kemampuan menggosok gigi: Nilai

rata-rata sebelum diberikan intervensi

yaitu 5,25 dan nilai rata-rata setelah diberikan intervensi

meningkat menjadi 10,67 sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan melalui

metode individual (bimbingan) terhadap

kemampuan menggosok gigi.

Google Scholar

(8)

5 Endah Ayu Marlupy,

Siti Mahmudah

(2015)

Pengaruh Metode Picture

and Picture Terhadap Kemampuan Menyikat Gigi

Pada Anak Tunagrahita Sedang di SLB

YKK Pacitan

- D: Pre-

eksperimental dengan rancangan one

group pretest posttest

S: 6 anak tunagrahita

sedang

I: Pretest dengan tes (lisan dan perlakuan) dan posttest dengan metode picture

and picture

Kemampuan menyikat gigi: Nilai rata-rata hasil pretest adalah 79,63 sedangkan hasil

posttest adalah 85,30.

Hal tersebut menunjukkan ada pengaruh metode picture and picture terhadap kemampuan

menyikat gigi anak tunagrahita.

Google Scholar

6 Yuventa Nova Ita, Wahyu Kristiningr

um, Puji Lestari

(2019)

Perbedaan Efektifitas Metode Demonstrasi dan

Film Animasi Terhadap Kemampuan Menggosok Gigi

pada Siswa- Siswi di SLB Negeri Ungaran

- D: Quasi

Eksperimnetal dengan rancangan

penelitian mengobservasi

dan berbentuk counterbalanced

S: 20 anak tunagrahita dari

kelas I-V.

I: Metode demonstrasi dan

film animasi.

Kemampuan menggosok gigi:

Sebelum dilakukan intervensi, sebanyak 7

siswa (70%) pada masing-masing kelompok berada pada

kategori baik lalu setelah diberikan intervensi sebanyak 7

siswa (70%) pada masing-masing kelompok meningkat

menjadi kategori sangat baik dalam

kemampuan menggosok gigi.

Perbedaan efektifitas antara metode demonstrasi dengan film animasi : Tidak ada perbedaan yang signifikan efektivitas metode demonstrasi

dan metode film animasi terhadap

kemampuan menggosok gigi pada

anak tunagrahita.

Google Scholar

7 Dyah

Nawang Palupi,

Ranny

Peran Perawat dalam Meningkatkan Kebersihan Gigi

- D: Pre-

eksmerimental dengan rancangan

Kebersihan gigi dan mulut: Nilai kebersihan

mulut yang diukur menggunakan OHI-S

Google Scholar

(9)

Rachmawat i, Zamidha Octarina Anggraini

(2018)

dan Mulut Anak Tunagrahita

penelitian One Group Pretest-

Posttest

S: 30 anak tunagrahita ringan dan 18 orang perawat

tunagrahita.

I: Penyuluhan dengan metode

demonstrasi pada perawat

tentang kesehatan gigi dan mulut dan cara menyikat

gigi.

pada anak tunagrahita ringan sebelum dilakukan penyuluhan

pada perawat tunagrahita memiliki nilai OHI-S berkategori

sedang (1,3-3,0) sebanyak 63,33% dan nilai OHI-S berkategori baik (0,0-1,2) sebanyak

36,67%. Setelah dilakukan penyuluhan

pada perawat tunagrahita memiliki nilai OHI-S berkategori

sedang sebanyak 16,67% dan nilai OHI-S

berkategori baik (0,0- 1,2) sebanyak 83,33%,

sehingga dapat disimpulkan bahwa

penyuluhan yang diberikan kepada perawat tunagrahita

efektif dalam meningkatkan kebersihan mulut anak

tunagrahita ringan yang ditandai dengan

turunnya nilai OHI-S anak tunagrahita

ringan setelah dilakukan penyuluhan cara menyikat gigi oleh

perawat.

8 Fania Kusharyani

, Woro Kurnianing

rum (2017)

Penerapan Total- Task Presentation

dalam Meningkatkan

Kemampuan Menggosok Gigi

pada Anak Moderate Intellectual

Disability

Vol. 1 No.2

D: Single-subject eksperimental

designs

S: Seorang anak perempuan (V) berusia 9 tahun

dengan gangguan intellectual disability tingkatan

sedang

I: Teknik total- task presentation

yang disertai

Kemampuan menggosok gigi:

Program modifikasi perilaku dengan menggunakan teknik

total-task presentation disertai dengan pemberian prompt dan

positive reinforcement efektif meningkatkan

kemampuan anak moderate intelletual disability dalam menggosok gigi secara mandiri yang diketahui dari ketepatan anak dalam melakukan 10

Garuda

(10)

dengan pemberian prompt dan positive reinforcement

langkah dalam menggosok gigi secara

tepat dan mandiri.

9 Gede Surya Kencana, I Made Budi Artawa, Ida Ayu Dewi Kumala Ratih, Iga

Raiyanti (2020)

Effectiveness of Extension With Dental Health Education Video

Media On Oral Hygiene and Skill Cleaning Levels In Dental

Tunagrahita Students In SLB

Bali Province

Vol. 7 No.1

D: eksperimental community trial dengan pretest-

posttest control group design

S: 200 anak tunagrahita kategori sedang

I: Video dental health education

Kebersihan gigi:

Kelompok kontrol:

Sebelum dilakukan intervensi - kriteria baik = 10

(10%) - kriteria sedang = 86

(86%) - kriteria buruk = 4

(4%).

Setelah dilakukan intervensi - kriteria baik = 12

(12%) - kriteria sedang = 87

(87%) - kriteria buruk = 1

(1%).

Kelompok perlakuan Sebelum dilakukan

intervensi - kriteria baik = 15

(15%) - kriteria sedang = 68

(68%) - kriteria buruk = 17

(17%) Setelah dilakukan

intervensi - kriteria baik = 36

(36%) - kriteria sedang = 56

(56%) - kriteria buruk = 8

(8%).

Keterampilan menyikat gigi :

Kelompok kontrol Sebelum dilakukan

intervensi - kriteria cukup (60-69)

= 0 (0%) - kriteria perlu bimbingan (<60) =

100 (100%)

Google Scholar

(11)

Setelah dilakukan intervensi - kriteria cukup (60-69)

= 4 % (4%) - kriteria perlu bimbingan (<60) = 96

(96%) Kelompok perlakuan

Sebelum dilakukan intervensi - kriteria cukup (60-69)

= 0 (0%) - kriteria perlu bimbingan (<60) =

100 (100%) Setelah dilakukan

intervensi - kriteria baik (70-79) =

6 (6%) - kriteria cukup (60-69)

= 13 (13%) - kriteria perlu bimbingan (<60) = 81

(81%) Sehingga dapat disimpulkan bahwa

penggunaan media video dental health education bermakna dalam meningkatkan keterampilan menyikat

gigi dan kebersihan gigi pada anak tunagrahita kategori

sedang.

Berdasarkan hasil literarure review pada

9 artikel jurnal yang sudah dinilai layak, upaya meningkatkan keterampilan menyikat gigi pada anak tunagrahita dapat diklasifikasikan menjadi 6 kelompok yaitu terapi okupasi, penggunaan media video, teknik total-task presentation, bimbingan individual, metode demonstrasi dan metode picture and picture

.

Tabel 3 Hasil Review

No Kegiatan Jurnal Terkait

1 Terapi Okupasi a. Gunawan Wicaksono, Fatwa Sari ‘Ulkhusna, Purnama Betty.

2 Penggunaan Media Video a. Suyami, Romadhoni Tri Purnomo, Ria Sutantri

b. ES. Suharja, S. Februaryanti, T.

Kartilah

(12)

c. Yuventa Nova Ita, Wahyu Kristiningrum, Puji Lestari d. Gede Surya Kencana, I Made Budi

Artawa, Ida Ayu Dewi Kumala Ratih, Iga Raiyanti

3 Teknik Total-Task Presentation a. Fania Kusharyani, Woro Kurnianingrum

4 Bimbingan Individual a. Tri Wahyuni, Chatarina S., Dewi Umu Kulsum

5 Metode Demonstrasi a. Yuventa Nova Ita, Wahyu

Kristiningrum, Puji Lestari b. Dyah Nawang Palupi, Ranny

Rachmawati, Zamidha Octarina Anggraini

6 Metode Picture and Picture a. Endah Ayu Marlupy, Siti Mahmudah

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan secara fisik sebagai gerbang awal kesehatan tubuh secara keseluruhan sehingga penting untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut agar gigi dapat bertahan lama dalam rongga mulut. Cara menjaga kesehatan gigi dan mulut salah satunya adalah dengan menyikat gigi dengan cara yang benar dan waktu yang tepat. Kegiatan menyikat gigi merupakan kegiatan preventif dalam menjaga kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut yang paling mudah dan murah untuk dilakukan.

Masalah kesehatan gigi dan mulut pada nak tunagrahita memiliki resiko yang lebih tinggi. Hal tersebut dikarenakan kekurangan dan keterabatasan mental yang dimiliki sehingga menyulitkan mereka untuk melakukan pembersihan gigi secara optimal (Suyami et al., 2018). Tunagrahita merupakan individu yang mengalami hambatan atau keterlambatan perkembangan mental jauh di bawah rata-rata sehingga mengalami kesulitan untuk belajar, berkomunikasi, dan bersosialisasi (Ratulangi et al., 2016). Taraf kecerdasan yang rendah pada anak tunagrahita berpengaruh pada pemahaman mengenai informasi baru yang diterima sehingga membutuhkan layanan pendidikan dan bimbingan secara khusus.

Pelatihan menyikat gigi merupakan cara yang baik dalam mengajarkan kemandirian pada anak dan anak tunagrahita dapat dengan mudah mengikuti dan meniru apa yang dilihat kemudian mencontohnya (Suyami et al., 2018).

Jenis-Jenis Upaya yang dapat Dilakukan untuk Meningkatkan Keterampilan Menyikat Gigi pada Anak Tunagrahita

Berdasarkan hasil literature review jurnal mengenai upaya meningkatkan kemampuan menyikat gigi pada anak tunagrahita dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu

1. Terapi Okupasi

Definisi okupasi terapi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomer 76 Tahun 2014 adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada klien atau pasien dengan kelainan/ atau kecacatan fisik dan/ atau mental yang mempunyai gangguan pada kinerja okupasional untuk mengoptimalkan kemandirian individu pada area

(13)

aktivitas sehari-hari, produktivitas, dan pemanfaatan waktu luang (Kemenkes RI, 2014). Pelaksanaan terapi okupasi dilakukan oleh Wicaksono et al., (2018) dalam penelitiannya dengan menggunakan pendekatan behavior modification dengan pemberian reinforcement/ penguat dan prompt/ bantuan dinilai dapat meningkatkan kemampuan menyikat gigi pada tungarahita. Selain itu penggunaan okupasi terapi yang berbasis client centered dapat memaksimalkan hasil dalam meningkatkan keterampilan menyikat gigi. Keterbatasan yang dimiliki tunagrahita dalam menyikat gigi dapat diketahui melalui tahapan yang ada yakni tahap pengkajian dan diagnosis, lalu dilanjutkan dengan tahap intervensi dan evaluasi.

2. Penggunaan Media Video

Upaya meningkatkan keterampilan menyikat gigi pada anak tungarahita dengan menggunakan media video dapat mempermudah anak dalam mempelajari cara menggosok gigi. Dari video tersebut, anak-anak akan mengikuti langkah-langkah menggosok gigi dengan sendirinya sehingga memudahkan anak dalam memahami materi yang disampaikan. Tunagrahita tidak mudah bosan saat kegiatan berlangsung serta dapat diulang kapan saja dan dimana saja yang memungkinkan tunagrahita dapat mengingat edukasi yang diberikan karena hal ini berkaitan dengan kelemahan ingatan jangka pendek yang dimiliki. Mais (2016, dalam Ita et al., 2019) mengemukakan media audio visual gerak (film animasi) merupakan sebuah media video pembelajaran yang menarik karena mampu menampilkan keindahan dan fakta bergerak dengan efek suara, gambar, dan gerak. Penelitian mengenai pengaruh media video terhadap keterampilan menyikat gigi pada aak tungarahita dilakukan oleh Suyami et al., (2018), Suharja et al., (2019), Ita et al., (2019), dan Kencana et al., (2020).

3. Teknik Total-Task Presentation

Teknik total-task presentation merupakan teknik yang menerapkan prosedur prompt, fading, atau reinforcement secara sistematis pada setiap stimulus-respon yang terdapat pada rangkaian perilaku. Teknik total-task presentation merupakan salah satu teknik modifikasi perilaku dengan program modifikasi perilaku teknik chaining. Pemberian prompt dan reinforcement dilakukan untuk menguatkan respon perilaku yang ditunjukkan dalam menggosok gigi ada anak intellectual disability. Prompt merupakan salah satu teknik modifikasi perilaku yang digunakan untuk meningkatkan kemungkinan seseorang melakukan suatu perilaku pada situasi dan waktu tertentu. Teknik ini tepat digunakan ketika seseorang belum mampu atau belum belajar untuk menampilkan target perilaku. Menurut Martin & Pear (2010 dalam Kusharyani & Kurnianingrum 2018) teknik promt dirasa perlu dilakukan karena berfungsi sebagai antecedent events. Sementara menurut Kadzin (2010 dalam Kusharyani & Kurnianingrum 2018) reinforcement perlu dilakukan dalam membentuk perilaku untuk menguatkan perilaku tersebut.

4. Bimbingan Individual

Perubahan perilaku dapat dilakukan dengan kegiatan promosi kesehatan. Metode promosi kesehatan diantaranya yaitu metode individual, kelompok, dan massa.

Digunakannya metode individual karena setiap individu memiliki masalah belajar yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru. Penelitian yang menggunakan metode individual (bimbingan) oleh Wahyuni et al., (2017) pada

(14)

anak tunagrahita kategori ringan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kemampuan menggosok gigi pada anak dengan retardasi mental ringan.

Keuntungan metode individual yakni tidak dibatasi waktu dalam melakukan pembelajaran sehingga anak dapat belajar secara tuntas dan dapat menyesuaikan dengan tahapan serta gaya pembelajaran setiap anak sehingga kegiatan pembelajaran dapat terkontrol. Sebagai petugas kesehatan, maka perlu mengetahui dengan tepat karakteristik setiap individu sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Pendekatan dilakukan dengan bentuk bimbingan dan wawancara (Notoatmodjo, 2001 dalam Wahyuni et al., 2017). Pendekatan bimbingan perlu meninjau tentang beberapa jenis dan ciri perbedaan antara lain, kecerdasan, bakat, keadaan jasmani, penyesuaian emosional dan sosial, latar belakang keluarga, dan prestasi belajar.

Adanya perbedaan tingkat kecerdasan yang dimiliki oleh anak tunagrahita dengan anak lain seusianya menjadikan mereka menjadi kelompok anak yang membutuhkan pembelajaran khusus yang lebih terfokus kepada cara belajar masing-masing anak.

5. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan baik antar langsung maupun penggunaan media pengajar yang relavan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang di sajikan (Syah 2010:205 dalam Sri et al., 2020). Diharapkan dengan pemanfaatkan media pendukung, siswa menjadi lebih memahami tentang materi yang dijelaskan sehingga proses pembelajaran yang dilakukan siswa mendapatkan hasil yang maksimal.

Dalam meningkatkan keterampilan menyikat gigi pada anak tunagrahita, penggunaan metode demonstrasi dapat dilakukan. Hal tersebut dapat diketahui dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Ita et al., (2019) tentang efektifitas metode demonstrasi terhadap kemampuan menggosok gigi pada anak tunagrahita dan penelitian serupa dilakukan oleh Nawang Palupi et al., (2018) dengan memberikan penyuluhan menggunakan metode demonstrasi pada perawat tentang kesehatan gigi dan mulut dan cara menyikat gigi sehingga perawat tunagrahita dapat mengajarkan cara menyikat gigi yang baik dan benar pada anak tunagrahita.

6. Metode Picture And Picture

Metode picture and picture adalah suatu metode pembelajaran dengan media utamanya yaitu gambar. Proses yang dilakukan pada metode picture and picture yaitu anak tunagrahita akan diajak untuk melakukan kegiatan pembelajaran menyikat gigi dengan cara menunjukkan gambar tentang alat-alat menyikat gigi dan langkah- langkah menyikat gigi. Hal tersebut sesuai denga penelitian yang dilakukan oleh Marlupy & Mahmudah, (2015) menggunakan metode picture and picture yang menghasilkan bahwa terdapat peningkatan pada nilai rata-rata kemampuan menyikat gigi pada anak tunagrahita sedang.

Perilaku dan kebiasaan menyikat gigi pada anak tunagrahita dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan, sikap, pendidikan dan lain sebagainya. Dari beberapa upaya tersebut, dapat diketahui bahwa dalam meningatkan keterampilan menyikat gigi pada anak tunagrahita perlu adanya identifikasi mengenai karakteristik anak tunagrahita sehingga upaya yang

(15)

dilakukan dapat berjalan dengan efektif sehingga kesehatan gigi pada anak tunagrahita dapat meningkat untuk tercapainya kualitas hidup yang lebih baik.

Efektifitas Upaya-Upaya yang dapat Dilakukan dalam Meningkatkan Keterampilan Menyikat Gigi pada AnakgTunagrahita

Berdasarkan hasil literature review jurnal mengenai upaya meningkatkan kemampuan menyikat gigi pada anak tunagrahita dapat diketahui efektifitas upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan keterampilan menyikat gigi pada anak tunagrahita, yaitu 1. Metode Terapi Okupasi

Pelaksanaan terapi okupasi dilakukan oleh Wicaksono et al., (2018) dalam penelitiannya dapat diketahui telah terjadi peningkatan pada kemapuan anak tunagrahita. Peningkatan terjadi karena pemberian prompts dan reinforcement positif sehingga anak tunagrahita memperoleh semangat untuk menyikat gigi. Dalam meningkatkan kemampuan menyikat gigi pada anak tunagrahita dibutuhkan waktu yang lebih lama dan konsistensi dalam melatih agar dapat terus diingat dan menjadi sebuah kebiasaan karena keterbatasan ingatan yang dimiliki anak tunagrahita.

2. Penggunaan Media Video

Efektivitas penggunaan media video terhadap keterampilan menyikat gigi pada anak tunagrahita dilakukan oleh beberapa peneliti. Suyami et al., (2018) dalam penelitiannya yaitu dengan memberikan edukasi menggosok gigi dengan video animasi menghasilkan adanya peningkatan kemampuan menggosok gigi pada anak tunagrahita. Penelitian oleh Suharja et al., (2019) dengan menggunakan video interaktif tentang menggosok gigi juga efektif untuk meningkatkan keterampilan menyikat gigi pada anak tunagrahita ringan. Penelitian lain juga dilakukan oleh Ita et al., (2019) yang menunjukkan perbedaan sebelum dan sesudah diberikan metode film animasi dalam meningkatkan kemampuan menyikat gigi pada anak tunagrahita yang cukup signifikan. Penelitian lain mengenai efektifitas video dental health education oleh Kencana et al., (2020) juga terdapat peningkatan keterampilan menyikat gigi pada siswa tunagrahita setelah dilakukan metode dengan video dental health education.

Penggunaan media video sebagai upaya meningkatkan keterampilan menyikat gigi pada anak tungarahita dapat mempermudah anak dalam mempelajari cara menggosok gigi. Kelemahan tunagrahita dalam bernalar dan kesulitan berfikir secara abstrak dapat diatasi dengan penggunaan median video. Dari video tersebut, anak- anak akan mengikuti langkah-langkah menggosok gigi dengan sendirinya sehingga memudahkan anak dalam memahami materi yang disampaikan. Media video dapat diulang kapan saja dan dimana saja yang memungkinkan tunagrahita dapat mengingat kembali edukasi yang diberikan karena hal ini berkaitan dengan kelemahan ingatan jangka pendek yang dimiliki. Selain itu, tunagrahita tidak mudah bosan sehingga dapat menyimak dengan baik selama kegiatan edukasi berlangsung.

3. Teknik Total-Task Presentation

Pada jurnal hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan total task presentation oleh Kusharyani & Kurnianingrum (2018) diketahui bahwa program modifikasi perilaku dengan teknik total task presentation disertai pemberian prompt dan

(16)

posotive reinforcement efektif meningkatkan kemampuan menyikat gigi secara mandiri pada anak moderate intellectual disability. Adanya peningkatan kemampuan anak dalam menggosok gigi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, pemberian contoh sebelum anak memulai menggosok giginya sendiri. Cara ini sesuai dengan karakteristik anak dengan intellectual disability yaitu kesulitan untuk memahami hal yang bersifat abstrak sehingga pengajaran akan lebih mudah dipahami jika diberikan secara konkret dengan diberikan contoh. Faktor kedua yaitu pengajaran yang dilakukan secara konsisten dan berulang yang dapat membantu anak dalam memahami dan mengingat perilaku. Sebagaimana karakteristik anak intellectual disability yang memiliki kesulitan dalam mengingat sesuatu sehingga dibutuhkan banyak pengulangan. Faktor ketiga adalah kemampuan motorik halus yang dimiliki anak sehingga pengajaran dapat berjalan dengan lebih mudah.

4. Metode Bimbingan Individual

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni et al., (2017) pada anak tunagrahita kategori ringan dengan memberikan metode individual (bimbingan) terhadap kemampuan menggosok gigi pada anak dengan retardasi mental ringan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan pengaruh yang signifikan pada kemampuan menggosok gigi pada anak retardasi mental ringan dengan metode individual (bimbingan).

Efektifitas penggunaan metode bimbingan individual dalam pembelajaran tentang cara menyikat gigi pada anak tunagrahita terjadi karena anak tunagrahita dapat diberikan pembelajaran secara lebih fokus dan dapat menyesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan setiap anak sehingga hasil dapat tercapai dengan baik.

Perbedaan tingkat kemampuan adaptif pada anak tunagrahita seperti kemampuan sesuai dengan usia akan tetapi tetap membutuhkan bantuan dalam melakukan tugas yang kompleks (mild), membutuhkan pemberian pelajaran dan waktu yang lebih lama untuk mandiri (moderate), membutuhkan bantuan dalam melakukan seluruh aktivitas (severe), dan bergantung sepenuhnya kepada orang lain dalam setiap aspek perawatan dirinya (profound). Sehingga dari tingkatan tersebut, penggunaan metode bimbingan individual dapat menyesuaikan dengan kebutuhan yang dimiliki masing- masing anak tunagrahita.

5. Metode Demonstrasi

Dalam meningkatkan keterampilan menyikat gigi pada anak tunagrahita, penggunaan metode demonstrasi dapat dilakukan. Hal tersebut dapat diketahui dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Ita et al., (2019) tentang efektifitas metode demonstrasi terhadap kemampuan menggosok gigi pada anak tunagrahita dan penelitian lain yang dilakukan oleh Nawang Palupi et al., (2018) dengan memberikan penyuluhan menggunakan metode demonstrasi pada perawat tentang kesehatan gigi dan mulut dan cara menyikat gigi sehingga perawat tunagrahita dapat mengajarkan cara menyikat gigi yang baik dan benar pada anak tunagrahita. Pada penelitian ini, edukasi dilakukan pada perawat anak tunagrahita yang bertujuan agar perawat dapan mengajarkan cara menyikat gigi yang benar dengan bahasa yang dimengerti anak tunagrahita. Hasil penelitian menunjukkan peningkatkan kebersihan mulut anak tunagrahita yang ditandai

(17)

dengan turunnya nilai OHI-S anak tunagrahita ringan setelah dilakukan penyuluhan cara menyikat gigi oleh perawat.

Penggunaan metode demonstrasi baik yang dilakukan langsung pada anak tunagrahita maupun melalui perawat tunagrahita atau orang terdekatnya sama-sama efektif. Keuntungan yang didapatkan jika memberikan edukasi secara langsung pada anak tunagrahita yakni ilmu yang diberikan sesuai dengan teori yang diberikan.

Akan tetapi jika sasaran yang diberikan banyak, kemungkinan pembelajaran yang diberikan tidak terfokus dan tidak dapat menyesuaikan dengan perbedaan tingkat kemampuan pemahaman yang dimiliki setiap anak.

Edukasi dengan metode demonstrasi yang dilakukan pada perawat anak tunagrahita dapat menyesuaikan dengan kemampuan belajar setiap anak dan dapat lebih fokus pada setiap anak diikuti pemberian pemahaman sesuai dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak tunagrahita. Hal ini sesuai dengan hambatan yang dimiliki anak tunagrahita yakni kebanyakan anak tunagrahita tidak dapat mencapai keterampilan bahasa yang sempurna. Akan tetapi dengan sasaran ini, harus dipastikan terlebih dahulu bahwa perawat anak tunagrahita memahami sepenuhnya mengenai cara menyikat gigi yang baik dan benar sehingga tujuan kegiatan dapat tercapai dengan baik.

6. Metode Picture and Picture

Pada penelitian yang dilakukan oleh Marlupy & Mahmudah, (2015) menggunakan metode picture and picture pada anak tunagrahita kategori sedang terdapat peningkatan pada nilai rata-rata kemampuan menyikat gigi. Hal ini sesuai dengan karakteristik anak tunagrahita yang kesulitan memahami hal yang abstrak sehingga perlu ditunjukkan sesuatu yang konkret salah satunya dengan gambar sehingga mereka dapat mudah memahami hal yang diajarkan.

Penggunaan metode ataupun media yang digunakan dapat dilakukan dengan menyesuaikan pada karakteristik anak tunagrahita yang umunya memperhatikan dari aspek pemahaman dalam belajar. Penerapan upaya dalam meningkatkan keterampilan menyikat gigi pada anak tunagrahita dapat dilakukan dengan mengaplikasikan langsung kepada anak tunagrahita tersebut atau dapat melalui anggota keluarga atau orang terdekat yang nantinya akan mengajarkan kepada anak tunagrahita dengan bahasa yang mudah mereka mengerti. Efektifitas beberapa upaya tersebut diatas dapat meningkatkan keterampilan menyikat gigi pada anak tunagrahita sehingga kesehatan gigi dan mulut dapat terjaga dan kualitas hidup anak tunagrahita menjadi yang lebih baik.

Dari 6 upaya tersebut, teknik total-task presentation menjadi upaya yang lebih efektif dan sesuai dengan karakteristik anak intellectual disability diantaranya yaitu kesulitan untuk memahami hal yang bersifat abstrak dan kesulitan dalam mengingat mengingat sesuatu. Pemberian prompt yakni petunjuk yang diberikan sebelum atau selama perilaku muncul dan reinforcement sebagai penguat kemungkinan perilaku yang diinginkan tersebut dilakukan kembali dengan pemberian suatu objek atau kejadian yang mengikuti perilaku tersebut dinilai cukup efektif untuk diterapkan dalam meningkatkan kemampuan menyikat gigi pada anak tunagrahita/ intellectual disability.

(18)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil literature review dari 9 jurnal penelitian tentang ‚Upaya Meningkatkan Keterampilan Menyikat Gigi pada Anak Tunagrahita‛ dapat disimpulkan bahwa, jenis-jenis upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi untuk meningkatkan keterampilan menyikat gigi pada anak tunagrahita yakni dengan penerapan terapi okupasi, peggunaan media video, teknik total-task presentation, bimbingan individual, metode demonstarai, metode

picture and picture.

Dalam penggunaan upaya penerapan terapi okupasi, peggunaan media video, teknik total-task presentation, bimbingan individual, metode demonstarai, metode

picture and picture, dihasilkan adanya pengaruh dalam meningkatan kemampuan

menyikat gigi dan peningkatan kebersihan gigi dan mulut pada anak tunagrahita.

DAFTAR PUSTAKA

American Association on Intellectual and Developmental Disabilities (AAIDD).

https://www.aaidd.org/intellectual-disability/definition. Diakses pada tanggal 5 November 2020.

Anwar, A. I. (2017). Status kebersihan gigi dan mulut pada remaja usia 12-15 tahun di SMPN 4. Makassar Dent J, 6(2), 87–90.

Eliana dan Sumiati, S. (2016). KESEHATAN MASYARAKAT. Pusdik SDM Kesehatan.

Jakarta.

Ilmiah, K. T., Puspita, F. I., Kesehatan, P. D., Keperawatan, G., & Kementerian, G. K.

(2019). Gambaran Pengetahuan Menyikat Gigi Dan Status Ohi-S Pada Siswa Sekolah Dasar Gambaran Pengetahuan Menyikat Gigi Dan Status Ohi-S Pada Siswa Sekolah Dasar.

Istiqomah, F., Susanto, H., Udiyono, A., & Adi, M. (2016). Gambaran Karies Gigi Pada Anak Tunagrahita Di Slb C Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4(4), 359–362.

Ita, Y. N., Kristiningrum, W., & Lestari, P. (2019). Perbedaan Efektifitas Metode Demonstrasi Dan Film Animasi Terhadap Kemampuan Menggosok Gigi Pada Siswa-Siswi Di Slb Negeri.

http://repository2.unw.ac.id/289/

Julia, D. R., Yani, R. W. E., & Budirahardjo, R. (2018). Hubungan Jenjang Pendidikan terhadap Perilaku Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Tunagrahita di SLB Kota Sidoarjo (The Correlation between Education Level and Oral Health Behavior of Intelectual Disability Children in SLB Sidoarjo). Pustaka Kesehatan, 6(2), 371–377.

file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Temp/document.pdf

Kemenkes RI. (2012). Buku Panduan Pelatihan Kader Kesehatan Gigi dan Mulut di Masyarakat. Kementerian Kesehatan RI, 1–35. file:///C:/Users/windows x/Downloads/UKGM.pdf

(19)

Kemenkes RI. (2014). PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR OKUPASI. 1–13.

Kemenkumham RI. (2011). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON THE RIGHTS OF PERSONS WITH DISABILITIES (KONVENSI MENGENAI HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS). 38, 33–36.

Kemensos. (2012). Kementerian sosial dalam angka.

Kencana, I. G. Su., Artawa, I. M. B., Ratih, I. A. K., & Raiyanti, I. (2020). Effectiveness of Extension with Dental Health Education Video Media on Oral Hygiene and Skill Cleaning Levels in Dental Tunagrahita Students SLB Bali Province. Jurnal Kesehatan Gigi (Dental Health Journal), 7(1), 27–35. http://ejournal.poltekkes- denpasar.ac.id/index.php/JKG/article/view/1119

Kusharyani, F., & Kurnianingrum, W. (2018). Penerapan Total-Task Presentation Dalam Meningkatkan Kemampuan Menggosok Gigi Pada Anak Moderate Intellectual Disability. In Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni (Vol. 1, Issue 2).

https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v1i2.949

Listrianah. (2017). Hubungan Menyikat Gigi dengan Pasta Gigi yang Mengandung Herbal terhadap Penurunan Skor Debris pada Pasien Klinik Gigi An-Nisa Palembang.

Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes Palembang, 12, 83–94.

Marlupy, E. A., & Mahmudah, S. (2015). Metode Picture and Picture 2 PENGARUH METODE PICTURE and PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENYIKAT GIGI PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YKK PACITAN. In jurnalmahasiswa.unesa.ac.id. https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal- pendidikan-khusus/article/view/11516

Nawang Palupi, D., Rachmawati, R., Octarina Anggraini Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Z., & Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya Jl Veteran Malang, F.

(2018). THE ROLE OF CAREGIVER IN IMPROVING ORAL HEALTH FOR CHILDREN WITH INTELLECTUAL DISABILITY DEVELOPMENT. In eprodenta.ub.ac.id. https://eprodenta.ub.ac.id/index.php/eprodenta/article/view/8 Ratulangi, M. H. R., Wowor, V. N. S., & Mintjelungan, C. N. (2016). Status gingiva siswa

tunagrahita di sekolah luar biasa santa anna tomohon. E-GIGI, 4(2).

https://doi.org/10.35790/eg.4.2.2016.13928

Riskesdas, K. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Journal of Physics A:

Mathematical and Theoretical, 44(8), 1–200. https://doi.org/10.1088/1751- 8113/44/8/085201

Sri, R., Sihombing, P., & Patras, R. (2020). Gambaran Metode Demonstrasi Terhadap Peningkatan Prestasi Mahasiswa Semester II Pada Keterampilan Memandikan Pasien di Akademi Perawatan RS PGI Cikini. 1(1), 1–5.

(20)

Suharja, E. S., Februanti, S., & Kartilah, T. (2019). Interactive Video Improve the Brushing Skills of Mild Mentally Disabled Students. Iopscience.Iop.Org, 1179(1).

https://doi.org/10.1088/1742-6596/1179/1/012062

Suyami, Tri Purnomo, R., & Sutantri, R. (2018). EDUKASI MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TUNAGRAHITA DI SLB SHANTI YOGA KLATEN. In ejournal.stikesmukla.ac.id.

http://ejournal.stikesmukla.ac.id/index.php/motor/article/download/26/23

Triswari, D., & Dian Pertiwi, A. (2017). Pengaruh Kebiasaan Menyikat Gigi Sebelum Tidur Malam Terhadap Skor Indeks Plak dan pH Saliva. Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva, 6(2), 1–8. https://doi.org/10.18196/di.6282

Wahyuni, T., Surya, C., & Kulsum, D. U. (2017). PENGARUH METODE INDIVIDUAL BIMBINGAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK DENGAN RETARDASI MENTAL RINGAN DI SLB CITEUREUP CIMAHI UTARA

TAHUN 2017. Repository2.Stikesayani.Ac.Id.

http://repository2.stikesayani.ac.id/index.php/pinlitamas1/article/download/329/286 Wicaksono, G., Sari ’ulkhusna, F., & Betty, P. (2018). Jurnal Vokasi Indonesia. Jvi.Ui.Ac.Id,

6(1), 19–33. http://www.jvi.ui.ac.id/index.php/jvi/article/view/112

Gambar

Table 1Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Tabel 2 Rangkuman Hasil Literature Review
Tabel 3 Hasil Review

Referensi

Dokumen terkait

Handi Asmoro UPAYA MENANGANI PERILAKU HIPERAKTIF ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI PEMBELAJARAN KETRAMPILAN MERONCE MANIK-MANIK KELAS III DI SLB- BC PANCA BAKTI MULIA

iii UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PADA ANAK TUNAGRAHITA DI DI SLB WIYATA DHARMA METRO TAHUN PELAJARAN 2021/2022 SKRIPSI Diajukan Untuk