• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Mengatasi Gagalnya Fruit-Set dengan Pemangkasan Anakan dan Bekas Tandan Bunga untuk Memproduksi Buah Salak Gula Pasir (Salacca Zalacca Var. Gulapasir) di Luar Musim.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya Mengatasi Gagalnya Fruit-Set dengan Pemangkasan Anakan dan Bekas Tandan Bunga untuk Memproduksi Buah Salak Gula Pasir (Salacca Zalacca Var. Gulapasir) di Luar Musim."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

R

Surat Penerimaan

Dengan hormat,

Panitia Pelaksana Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura Indonesia 2015 dengan ini

menginformasikan bahwa setelah melalui proses

review

oleh komisi ilmiah, abstrak yang berjudul:

Upaya Mengatasi Gagalnya Fruit-Set dengan Pemangkasan Tunas Air dan Bekas Tandan Bunga

untuk Memproduksi Buah Salak Gula Pasir (Salacca Zalacca Var. Gulapasir) di Luar Musim

penulis:

I N Rai

telah diterima untuk dipresentasikan dalam Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura

Indonesia 2015 dalam bentuk presentasi oral.

Berkaitan dengan hal tersebut, makalah lengkap diharapkan dapat kami terima paling lambat

30 September 2015 melalui email panitia (seminarperhorti2015@gmail.com). Ketentuan dari

makalah mengikuti panduan penulisan dari bentuk Publikasi yang dipilih, yaitu: 1) prosiding

atau 2) Jurnal Hortikultura Indonesia. Adapun panduan penulisan dari kedua bentuk publikasi

tersebut terlampir.

Dalam kesempatan ini juga mengingatkan untuk segera melakukan pendaftaran dan

pembayaran bagi yang belum melakukan pendaftaran.

Kami sangat mengharapkan kehadiran dan partisipasi aktif Bapak dan Ibu di Bogor.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai persiapan dan presentasi makalah silakan hubungi

melalui email dengan alamat: seminarperhorti2015@gmail.com.

Ketua Panitia

(3)

1

Upaya Mengatasi Gagalnya Fruit-Set dengan Pemangkasan Anakan dan

Bekas Tandan Bunga untuk Memproduksi Buah Salak Gula Pasir (Salacca

Zalacca Var. Gulapasir) di Luar Musim

I N. Rai*, I W. Wiraatmaja*, C. G. A. Semarajaya*, N K. Alit Astiari**

*)Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

**) Porgram Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa E-mail Korespondensi:inrai_fpunud@yahoo.com

Absctract

Overcoming the Failure of Fruit-set by Removing Tiller and Former Flower Stem for Producing Off-season Fruit of Salak Gula Pasir (Salacca zalacca var. Gula Pasir). Fruit of Salak Gula Pasir available in the market within a short period, 2-3 months only, at harvest time (on-season) between December and Pebruary, while outside of the month there is no fruit. Seasonally of fruit availability occurs because of the failure of flowers develop into fruit (fruit-set failure), partly due to the high competition among the various organs in fighting nutrients, water and assimilate. This research aimed to overcome the failure of fruit-set by removing shoot tiller and former flower bunch on salak gula pasir (salacca zalacca var. Gula Pasir). Research was

conducted in farmer’s salak orchard in Sibetan Village, Bebandem Sub-district, Karangasem Regency, from

April to October 2014. This research was a factorial experiment, designed using randomized completely block design with 2 factors. The first factor was removal of tiller, consisted of 2 levels (removed and not removed), and the second factor was removal of former flower bunch, consisted of 2 levels (removed and not removed). Thereby, there were 4 treatments combination and replicated 7 times so that 28 plants was required. The result of the research showed that the greatest percentage of fruit-set (80,15%) was obtained on the tiller removal treatment, whereas the fruit-set of the treatment on which tiller was not removed was 60,34%. On the removal of former flower bunch treatment, there was no significant difference on removal and not removal treatment between the percentages of fruit-set. The results also showed that the shoot tiller removal treatment gave 3,471.62 g of fruit per plant or 245.25% higher than in shoot tiller was not removed that only gave weight of fruit 1,005.54 g per plant. The removal of former flower bunch treatment gave 2,684.26 g of fruit per plant or 49.72% higher than in former flower bunch not removed treatment which gave weight of fruit 1,792.91 g of fruit per plant. Based on the above results suggested that removed tiller and former flower bunch can be used to prevent failure of fruit-set and produce off-season fruits of salak Gula Pasir.

Key words : Shoot Tiller, Former Flower Stem, Fruit-set, Salak Gula Pasir ABSTRAK

Salak Gula Pasir (Salacca zalacca var. Gulapasir) buahnya tersedia di pasar dalam periode waktu yang singkat (hanya 2-3 bulan) yaitu pada saat panen raya (on-season) antara Desember sampai Pebruari, sedangkan di luar musim panen raya suplai buah langka atau tidak ada buah. Sifat berbuah musiman terjadi karena ketidakberhasilan bunga berkembang menjadi buah (kegagalan fruit-set), antara lain disebabkan oleh tingginya kompetisi antar berbagai organ dalam memperebutkan hara, air dan fotosintat. Penelitian bertujuan untuk mengatasi gagalnya fruit-set dengan pemangkasan anakan dan bekas tandan bunga untuk memproduksi buah salak Gula Pasir di luar musim. Penelitian dilakukan di sentra produksi salak Gula Pasir (di Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali) dari bulan Maret sampai Oktober 2014. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor perlakuan, yaitu pemangkasan anakan terdiri atas 2 taraf (anakan tidak dipangkas sebagai kontrol dan anakan dipangkas seluruhnya), dan faktor pemangkasan bekas tandan bunga terdiri atas 2 taraf (bekas tandan bunga tidak dipangkas sebagai kontrol dan bekas tandan bunga dipangkas seluruhnya). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemangkasan anakan memberikan persentase fruit-set mencapai 80,15% nyata lebig tinggi dibandingkan dengan persentase fruit-set pada perlakuan anakan yang tidak dipangkas (60,34%). Pemangkasan anakan memberikan berat buah per pohon 3471,62 g atau lebih tinggi 245,25% dibandingkan pada tanaman yang anakannya tidak dipangkas yang hanya memberikan berat buah per tanaman 1005,54 g. Pemangkasan bekas tandan bunga memberikan berat buah per pohon 2684,26 g atau lebih tinggi 49,72% dibandingkan pada tanaman yang bekas tandan bunganya tidak dipangkas dengan berat buah per pohon 1792,91 g. Berdasarkan atas hasil ini dapat disarankan pemangkasan anakan dan bekas tandan bunga dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kegagalan fruit-set sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan produksi buah salak Gula Pasir di luar musim.

(4)

PENDAHULUAN

Salak Gula Pasir merupakan salah satu buah tropika unggul asli Indonesia yang disukai oleh masyarakat dan telah dilepas oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia pada tahun 1994 melalui Kepmentan No. 584/Kpts/TP.240/7/1994. Keunggulan salak Gula Pasir adalah rasa buahnya manis walaupun umur buah masih muda, tidak ada rasa asam dan sepet, tidak masir, daging buahnya tebal, dan tidak melekat pada biji. Sifat buah salak seperti itu tergolong ideal untuk memenuhi tuntutan pasar komoditas salak, baik untuk pasar domestik maupun ekspor (Bank Indonesia, 2004).

Sampai saat ini ketersediaan buah salak Gula Pasir di pasaran bersifat musiman. Pada musim panen

(on-season) ketersediaan buah banyak namun harga jual rendah, hanya berkisar antara Rp. 7.000 sampai Rp.

12.000/kg. Sebaliknya di luar musim panen (off-season) tidak ada buah di pasaran, kalaupun ada harganya sangat mahal bisa mencapai Rp. 30.000 sampai Rp. 50.000/kg (Komunikasi pribadi dengan petani dan pedagang buah). Keadaan tersebut dari segi agribisnis tidak menguntungkan. Manipulasi tanaman dan lingkungan agar salak Gula Pasir dapat berbuah di luar musim sangat diperlukan sehingga fluktuasi produksi dapat diatasi dan harga lebih stabil karena terjadi keseimbangan antara suplai buah dengan permintaan konsumen.

Potensi keberhasilan untuk dapat memproduksi buah salak Gula Pasir di luar musim sangat besar. Rai et

al. (2010a) menyatakan, secara alami salak Gula Pasir berbunga setiap 3 bulan sekali atau 4 kali berbunga dalam

setahun, yaitu pada bulan Januari (musim pembungaan Raya), April (musim pembungaan Sela I), Juli (musim pembungaan Gadu), dan Oktober (musim pembungaan Sela II). Dari 4 musim pembungaan tersebut, panen buah atau produksi yang baik hanya sekali dalam setahun yaitu pada panen Raya (Desember-Pebruari) yang buahnya berkembang dari musim pembungaan Oktober (musim pembungaan Sela II). Tiga musim pembungaan yang lain (pembungaan Raya, Sela I, dan Gadu) bunganya gagal berkembang menghasilkan buah atau disebut dengan kegagalan fruit-set. Kalaupun ada yang berhasil menjadi buah, persentasenya sangat kecil sehingga jumlah buah panen sangat sedikit.

Kegagalan berkembangnya bunga menjadi buah pada salak Gula Pasir menyebabkan ketersediaan buah bersifat musiman sehingga perimbangan suplai dengan permintaan kurang baik. Jumlah produksi banyak hanya pada saat panen raya (Desember-Pebruari) dan rentang waktu suplai sangat pendek hanya 2-3 bulan. Di luar musim itu permintaan tetap tinggi tetapi suplai tidak mencukupi. Keadaan suplai buah yang pendek juga disebabkan oleh pendeknya umur simpan buah salak Gula Pasir yaitu hanya mencapai 7-10 hari pada penyimpanan suhu kamar (Wijana et al., 1997). Dengan rentang waktu suplai/ketersediaan buah yang pendek ditambah lagi dengan umur simpan yang juga pendek, posisi tawar petani dalam sistem pemasaran buah salak sangat lemah. Untuk itu, upaya memproduksi buah salak Gula Pasir di luar musim sangat diperlukan agar terjadi keseimbangan suplai-permintaan sepanjang tahun sehingga pendapatan petani meningkat.

Secara umum titik kritis untuk dapat memproduksi buah di luar musim pada pohon buah-buahan terletak pada proses pembungaan, khususnya keberhasilan dalam mengatur terjadinya induksi bunga (Bernier et al., 1985; Wang dan Faust, 1990; Hempel et al., 2000; Rouse, 2002; Thirugnanavel et al., 2007; Hanke et al., 2010). Namun berbeda dengan tanaman buah-buahan tropika lainnya, permasalahan untuk dapat memproduksi buah di luar musim pada salak Gula Pasir tidak terletak pada keberhasilan dalam menginduksi bunga karena secara alami (tidak memerlukan perlakuan apapun) salak Gula Pasir berbunga 4 kali dalam setahun yaitu musim pembungaan Sela I (April), musim pembungaan Gadu (Juli), musim pembungaan Sela II (Oktober), dan musim pembungaan Raya (Januari). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mogea (1990) bahwa tanaman salak tergolong famili palmae yang dapat berbunga sepanjang tahun seperti halnya pohon kelapa.

Ketidakberhasilan berkembangnya bunga menjadi buah pada salak Gula Pasir disebabkan oleh faktor lingkungan (eksternal) dan faktor fisologis tanaman (internal) yang kurang mendukung. Faktor lingkungan yang dimaksud, yaitu: (1) curah hujan dan hari hujan rendah yang menyebabkan Kandungan Air Relatif (KAR) daun rendah sehingga mengganggu proses metebolisme, dan (2) kandungan hara tanah rendah sehingga tanaman kekurangan nutrisi yang ditunjukkan oleh kandungan hara N, P dan K daun rendah (Rai et al., 2010a). Sedangkan faktor fisiologis yang menyebabkan ketidakberhasilan berkembangnya bunga menjadi buah, yaitu: (1) kandungan hormon auksin pada bunga (auksin endogen) rendah menyebabkan bunga mudah gugur, dan (2) bunga kekurangan fotosintat yang ditunjukkan oleh kandungan sukrosa, gula total, dan gula reduksi pada bunga rendah karena persaingan yang tinggi dalam memperebutkan hasil fotosintesis (Rai et al., 2010b). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi gagalnya fruit-set dengan pemangkasan anakan dan bekas tandan bunga untuk memproduksi buah salak Gula Pasir di luar musim.

BAHAN DAN METODA

(5)

3

di buang (At), sedangkan faktor kedua adalah pembuangan bekas tandan bunga terdiri atas 2 taraf yaitu bekas tandan bunga di buang (Bd) dan bekas tandan bunga tidak di buang (Bt). Dengan demikian terdapat empat perlakuan kombinasi yang di ulang tujuh kali sehingga diperlukan 28 tanaman sampel.

Tanaman yang digunakan sebagai tanaman sampel dipilih berdasarkan sejarah pemeliharaan lahan yang sama (milik satu orang) dalam satu hamparan kebun, dengan kriteria sudah produktif (lebih kurang 15 tahun), jumlah pelepah, besar kanopi, dan tinggi tanaman yang relatif seragam. Pembuangan bekas tandan bunga dan anakan dilakukan dengan cara memotong bekas tandan bunga yang gagal menjadi buah dan anakan yang tumbuh pada batang menggunakan sabit bertangkai panjang. Perlakuan pemangkasan bekas tandan bunga dan anakan dilakukan setiap saat apabila ada bekas tandan bunga yang tidak berkembang menjadi tandan buah serta terdapat anakan baru yang tumbuh. Variabel yang diamati meliputi jumlah daun, jumlah tandan bunga per tanaman, jumlah tandan buah per tanaman, persentase fruit-set, kandungan klorofil daun, kandungan air relatif daun, jumlah buah dan berat buah per tanaman, kandungan hara N dan P daun, kandungan gula total, gula reduksi dan sukrosa daun. Data hasil penelitian dianalisis dengan metode analisis varian (Anova) sesuai rancangan yang digunakan. Apabila hasil yang diperoleh menunjukkan pengaruh nyata atau sangat nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda rata-rata menggunakan uji BNT pada level 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan interaksi antara pemangkasan anakan dan bekas tandan bunga berpengaruh tidak nyata terhadap semua variabel yang diamati, sedangkan secara faktor tunggal pemangkasan anakan berpengaruh nyata sampai sangat nyata terhadap jumlah tandan buah, persentase fruit-set, KAR daun, berat buah per pohon, jumlah buah per pohon, berat per buah, kandungan hara N dan P daun, kandungan klorofil, kandungan gula total dan gula reduksi daun. Pemangkasan bekas tandan bunga berpengaruh nyata sampai sangat nyata terhadap jumlah tandan buah, persentase fruit-set, KAR daun, berat buah dan jumlah buah per pohon, berat per buah, kandungan hara P daun, kandungan klorofil, kandungan gula total dan gula reduksi daun.

Pemangkasan anakan berpengaruh baik terhadap proses fotosintesis sehingga meningkatkan nilai komponen hasil dan hasil tanaman salak Gula Pasir. Tabel 1 memperlihatkan persentase fruit-set pada perlakuan anakan dipangkas sebesar 80,15% dan nyata lebih tinggi dibandingkan pada tanaman yang anakannya tidak dipangkas dengan persentase frui-set hanya 60,35%. Persentase fruit-set yang lebih tinggi pada tanaman yang anakannya dipangkas menyebabkan jumlah buah yang dihasilkan lebih tinggi dan hal tersebut menyebabkan berat buah per pohon juga lebih tinggi (Tabel 2).

Pada Tabel 2 dapat dilihat berat buah per tanaman pada perlakuan anakan dipangkas mencapai 3.471,62 g sedangkan pada tanaman yang anakannya tidak dipangkas hanya memberikan berat buah per tanaman 1.005,54 g, atau pemangkasan anakan memberikan berat buah per tanaman 245,25% lebih tinggi jika dibandingkan dengan perluan yang anakannya tidak dipangkas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemangkasan anakan pada salak Gula Pasir sangat penting dilakukan, tidak seperti yang biasa dilakukan oleh petani dimana anakan yang tumbuh dibiarkan demikain saja sehingga menjadi kompetitor hara, air dan hasil fotosintat bagi perkembangan bunga dan buah dari tanaman induknya.

Berat buah yang nyata lebih tinggi pada tanaman yang anakannya dipangkas disamping didukung oleh jumlah buah per tanaman yang lebih tinggi, juga disebabkan oleh berat per buah yang lebih besar. Jadi pemangkasan anakan disamping meningkatkan kuantitas buah juga meningkatkan kualitas buah yang dihasilkan karena berat per buah yang lebih tinggi akan dihargai oleh konsumen lebih mahal.

Tabel 1. Pengaruh pemangkasan anakan dan bekas tandan bunga terhadap jumlah daun, jumlah tandan bunga dan tandan buah, persentase fruit-set dan KAR daun

(6)

Tabel 2. Pengaruh pemangkasan anakan dan bekas tandan bunga terhadap berat buah dan jumlah buah per pohon, berat per buah, serta kandungan hara N dan P daun

Perlakuan

Keterangan: Pada kolom yang sama, angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing perlakuan menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji BNT taraf 5%.

Komponen hasil dan hasil per tanaman yang lebih tinggi pada tanaman yang anakannya dipangkas didukung oleh lebih tingginya KAR daun, kandungan klorofil daun, dan kandungan hara N dan P daun, dan hal tersebut menyebabkan aktivitas fotosintesis lebih optimal yang dibuktikan oleh labih tingginya kandungan gula total, gula reduksi dan sukrosa daun (Tabel 3). Rendahnya fotosintat yang diterima oleh bunga pada tanaman salak Gula Pasir yang anakannya tidak dipangkas berkaitan dengan lebih tingginya kompetisi dalam memperebutkan hasil fotosintesis antar berbagai organ. Anakan yang tumbuh pada pangkal pohon apa bila tidak segera dibuang maka organ tersebut sebagai kompetitor dan saling berkompetisi sehingga secara fisiologis mengurangi kemampuan bunga atau buah untuk mendapatkan fotosintat.

Tabel 3. Pengaruh pemangkasan anakan dan bekas tandan bunga terhadap kandungan klorofil daun, kandungan gula total, gula reduksi dan sukrosa daun

Tidak dipangkas (At) 72.16 b 0.6108 b 0.2740 b 0.3200 a

BNT 5% 2,76 0,0605 0,0260 0,0592

Pemangkasan Bekas Tandan Bunga (B)

Dipangkas (Bd) 74.04 a 0.6886 a 0.3182 a 0.3519 a

Tidak dipangkas (Bt) 73.33 a 0.6003 b 0.2881 b 0.2966 a

BNT 5% 2,76 0.0605 0,0260 0,0592

Keterangan: Pada kolom yang sama, angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing perlakuan menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji BNT taraf 5%.

(7)

5

et al. (2010b) menunjukkan kegagalan fruit-set pada musim pembungaan Sela I (April), Gadu (Juli) dan Raya

(Januari) berkaitan dengan kandungan fotosintat bunga yang rendah yang dicerminkan oleh lebih rendahnya kandungan sukrosa, gula total dan gula reduksi dibandingkan dengan musim pembungaan Sela II (Oktober). Hasil serupa didapatkan oleh Rai (2006) bahwa pada tanaman manggis, kandungan sukrosa dan gula total bunga yang gugur nyata lebih rendah dibandingkan dengan sukrosa dan gula total bunga tidak gugur. Bangerth (2000) melaporkan bahwa ketidakcukupan suplai fotosintat menyebabkan buah gugur, dan hal itu disebabkan oleh terbatasnya produksi fotosintat dan/atau alokasi fotosintat ke buah. Namun demikian Bonghi et al. (2000) menyatakan bahwa ketidakcukupan fotosintat tidak secara langsung menentukan absisi bunga, karena hal

tersebut juga sangat ditentukan oleh tingkat persaingan antar “sink” bunga atau antar bunga dengan organ

lainya. Rendahnya fotosintat yang diterima oleh bunga pada pertanaman salak Gula Pasir berkaitan dengan tingginya kompetisi dalam memperebutkan hasil fotosintesis antar berbagai organ. Hal tersebut terjadi karena jumlah tandan bunga yang tumbuh terlalu banyak tidak dilakukan penjarangan oleh petani, tandan bunga yang bunganya gagal mengalami fruit-set juga tetap dibiarkan/tidak dipangkas. Demikian pula anakan yang tumbuh pada pangkal pohon tidak segera dibuang. Semua organ-organ tersebut saling berkompetisi sehingga secara fisiologis mengurangi kemampun bunga untuk mendapatkan fotosintat. Disamping itu, rendahnya fotosintat yang dapat diterima oleh bunga juga disebabkan oleh keterbatasan tanaman dalam melakukan proses fotosintesis karena kurangnya ketersediaan air yang ditunjukkan oleh rendahnya KAR daun dan suplai hara yang kurang mencukupi yang ditunjukkan oleh kandungan N, P dan K daun rendah. Pada manggis, Rai (2007) mendapatkan bunga yang berlokasi dipangkal pohon dan pangkal cabang lebih peka mengalami gugur dari pada bunga yang tumbuh pada bagian tengah dan atas pohon atau cabang. Hal tersebut terjadi karena bunga yang tumbuh pada bagian pangkal pohon dan cabang merupakan bunga yang didukung oleh daun-daun ternaungi. Daun-daun

ternaungi merupakan daun “parasit” sehingga fungsinya sebagai “source” untuk mensuplai kebutuhan “sink”

bunga rendah. Dalam keadaan tersebut terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan kekuatan meminta

“sink” (sink strenght) yang tinggi disatu pihak dengan kualitas “source” (source activity) yang rendah dilain

pihak sehingga kemampuannya mensuplai fotosintat terbatas. Peranan “sink” buah sebagai “sink” yang kuat

tergambar dari hasil penelitian yang dilaporkan oleh Luis et al. (1995) bahwa buah jeruk yang dipetik saat masih muda menyebabkan meningkatnya kandungan pati dan gula non-reduksi (non-reducing sugars) di daun dan di cabang. Peningkatan tertinggi didaun terjadi 7 hari sejak buah dipetik, sedangkan di cabang pada hari ke 17 sejak buah dipetik. Dilain pihak daun-daun yang buahnya dibiarkan tumbuh terus sampai matang ternyata kandungan pati dan gula non-reduksinya lebih rendah dari daun-daun yang buahnya dipetik. Bunga yang posisi tumbuhnya pada pangkal pohon atau pangkal cabang bisa saja disuplai kebutuhan pertumbuhan dan perkembangannya oleh daun-daun dari kanopi bagian atas, tetapi jarak “sink” bunga dan buah yang jauh dengan “source” penyuplai menyebabkan kemampuannya memasok fotosintat rendah. Hal tersebut sejalan dengan

pendapat Bonghi et al. (2000) bahwa kedekatan letak (aproximity) antara “source” dan “sink” mempengaruhi

kemampuan “source” untuk mensuplai fotosintat. Dalam kaitan tersebut dinyatakan bahwa kebutuhan fotosintat “sink” terutama dipasok oleh “source” terdekat. Stoy (1972) menyatakan bahwa “sink” dalam keadaan normal

memproduksi sejumlah hormon tertentu kemudian ditranslokasikan ke daun dan disana menyebabkan laju

fotosintesis daun meningkat. Bila “sink” terganggu maka jumlah hormon yang ditranslokasikan menurun

sehingga laju fotosintesis juga turun. Menurut Pidkowich et al. (1999) dan Robinson et al., (2000) kegagalan

fruit-set disebabkan oleh faktor lingkungan tumbuh yang kurang mendukung atau karena kurang optimalnya

proses-proses fisiologis tanaman karena ketidakcukupan hara, air, dan kandungan karbohidrat. Secara fisiologis gugurnya bunga berkorelasi dengan terbatasnya suplai fotosintat (Luis a at al., 1995; Ruan, 1993), ketidakcukupan air (Robinson et al., 2000; Kowalska, 2008; Balta et al., 2009), kecukupan hara (Saleem et al., 2005) dan regulasi hormonal pada zone absisi (Dunlap et al., 1996; Koshita et al., 1999; Bangerth, 2000).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan perlakuan pemangkasan anakan memberikan persentase fruit-set mencapai 80,15% nyata lebig tinggi dibandingkan dengan persentase fruit-set pada perlakuan anakan yang tidak dipangkas (60,34%). Disamping itu, pemangkasan anakan memberikan berat buah per pohon 3471,62 g atau lebih tinggi 245,25% dibandingkan pada tanaman yang anakannya tidak dipangkas yang hanya memberikan berat buah per tanaman 1005,54 g. Sedangkan pemangkasan bekas tandan bunga memberikan berat buah per pohon 2684,26 g atau lebih tinggi 49,72 dibandingkan pada tanaman yang bekas tandan bunganya tidak dipangkas yang memberikan berat buah per tanaman 1792,91 g.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada Dirjen Dikti, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, atas pendanaan penelitian desentralisasi Skim HIbah Bersaing untuk pelaksanaan penelitian ini. Terima kasih juga

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Balta, M.F., F. Muragdoglu, M.A. Askin, T. Kaya. 2009. Fruits Set and Fruit Drop in Turkish Africot (Prunus

armeniaca L.) Varieties Grown Under Ecologycal Condition of Van, Tukey. Asian Journal of Plant

Sciences 6(2):298-303.

Bangerth, F. 2000. Abscission and Thinning of Young Fruit and Their Regulation by Plant Hormones and Bioregulators. Plant Growth Regulation 31:43-59.

Bank Indonesia. 2004. Aspek Pemasaran Salak. Model Kelayakan Program Kemitraan Terpadu (PKT) "Budidaya Tanaman Salak Unggul". http://www.bi.go.id/sipuk/ id/lm/salak/.asp. [Rabu, 26 Maret 2008]. Bank Indonesia, Jl. MH. Thamrin 2 Jakarta 10110 Indonesia © 2004. Hak Cipta Bank Indonesia. Bernier, G.B., J.M. Kinet, R.M. Sachs. 1985. The Physiology of Flowering. Volume I. The Initiation of

Flowering. CRC Press, Inc., Florida

Bonghi, C., P.Tontti, A. Ramina. 2000. Biochemical and Molecular Aaspects of Fruitlet Abscission. Plant Growth Regulation 31:35-42.

Dunlap, J.R., J.P. Slovin, J.D. Cohen. 1996. Indole-3-Acetic Acid, Ethylene, and Abscisic Acid Metabolism in Developing Muskmelon (Cucumis melo L.) Fruit. Plant Growth Regulation 19:45-54.

Hanke, M.V., H. Flachowsky, A. Peil, C. Hattasch. 2010. No Flower No Fruit-Genetic Potentials to Trigger Flowering in Fruit Trees. Genes, Genomes and Genomics 1(1):1-20.

Hempel, F.D., D.R. Welch, L J. Feldman. 2000. Floral Induction and Determination: Where is Flowering Controlled?. Trends in Plant Science 5(1):17-21.

Koshita, Y., T. Takahara, T. Ogata, A. Goto. 1999. Involvement of Endogenous Plant Hormones (IAA, ABA, Gas) in Leaves and Flower Bud Formation of Satsuma Mandarin (Citrus unshiu Marc.). Scientia

Horticulturae 79:185-194.

Kowalska, G. 2008. Flowering Biology of Eggplant and Procedures Intensifying Fruit-set. Acta Scientiarum Polonorum, Hortorum Cultus 7(4):63-76.

Luis, A.G., F. Fornes, J.L. Guardiola. 1995. Leaf Carbohydrate and Flower Formation in Citrus. Journal American Society Horticulture Science 120(2):222-227.

Mogea, J.P. 1990. Pollination in Salacca edulis. Principles 22(2):56-63.

Pidkowich, M.S., J.E. Klenz, G.W.Haughn. 1999. The Making of a Flower: Control of Floral Meristem Identity in Arabidopsis. Trends in Plant Science 4(2):64-70.

Rai, I. N., R. Poerwanto, L.K. Darusman, B.S. Purwoko. 2006. Perubahan Kandungan Giberelin dan Gula Total pada Fase-Fase Perkembangan Bunga Manggis. Hayati Journal of Biosciences 13(3):101-106.

Rai, I. N. 2007. Bunga dan Buah Gugur pada Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) Asal Biji dan Sambungan. Agritrop 26(2):66-73.

Rai, I. N., C.G.A. Semarajaya, W. Wiraatmaja. 2010a. A Study on the Flowering Phenophysiology of Gula Pasir Snake Fruit to Prevent Failure of Fruit-set. J. Hort. 20(3):216-222.

Rai, I. N., C.G.A. Semarajaya, W. Wiraatmaja. 2010b. Studi Fenofisiologi Pembungaan Salak Gula Pasir untuk Mengetahui Penyebab Kegagalan Fruit-Set. Laporan Penelitian Fundamental Tahun ke-2. Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Tahun 2010.

Robinson, P.W., M.V. Mickelbort, X. Liu, C. Adam, G. Witney, M.L. Arpaia. 2000. Development of Phenological Model of Avocado Tree Growth in California. Proceeding International Seminar on Tropical and Sub-tropical Fruits.

Rouse, R.E. 2002. High Temperatures During Bloom Affect Fruit Set in Peach. Acta Horticulture 115:96-97. Ruan, Y.L. 1993. Fruit-set, Young Fruit and Leaf Growth of Citrus unshiu in Relation to Assimilate Supply.

Scientia Horticulturae 53:99-107.

Saleem, B.A., K. Ziaf, M. Farooq, W. Ahmed. 2005. Fruit-set and Drop Patterns as Affected by Type and Dose of Fertilizaer Application in Mandarin Cultivars (Citrus reticulata Blanco). International Journal of Agriculture and Biology 7(6):962-965.

Stoy V. 1972. Interrelationships Among Photosynthesis, Respiration and Movement of Carbon in Developing Crops. In. Dinauer RC. (eds.): Physiological Aspects of Crop Yield. hlm.185-206.

Wang, S.Y., M. Faust. 1990. Metabolic Changes Associated with Flowering in Deciduous Fruit Trees. In J.B. Petersen (Eds.). Off-Season Poduction of Horticultural Crops. Food and Fertilizer Technology Center for the Asian and Pasific Region, Taiwan.

Gambar

Tabel 1. Pengaruh pemangkasan anakan dan bekas tandan bunga  terhadap jumlah daun, jumlah tandan bungadan tandan buah, persentase fruit-set dan KAR daun
Tabel 2. Pengaruh pemangkasan anakan dan bekas tandan bunga  terhadap berat buah dan jumlah buahper pohon, berat per buah, serta kandungan hara N dan P daun

Referensi

Dokumen terkait

Class yang dikompilasi adalah TestScoope.java karena dalam script TestScoope.java merupakan awal dari pendefinisian class TestScoope.java dan terdapat metode main untuk

olabildigince açık seçiktir. Gerçekten de kullanılan bütün sözcükler -bilinçdışı, gündeliklik, yapılar, de­ rinlik - karanlıktır zaten. Ve bu baglarnda kendisi de

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun singkong dapat memperbaiki kerusakan ginjal akibat induksi gentamisin, baik dari segi struktur

Salah satu bentuk formulasi yang dapat dikembangkan dalam perlakuan benih tanaman rempah dan obat berupa setek, seperti benih tanaman lada dan nilam, adalah dengan

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis nilai kecacatan produk Selada Romaine hidroponik dalam batas

Hal ini mengandung pengertian bahwa Organizational Citizenship Behavior (OCB) karyawan akan mengalami peningkatan ketika terjadi peningkatan iklim organisasi dan

Dari beberapa hasil wawancara di atas mengenai pengetahuan masyarakat terhadap gangguan jiwa dapat ditarik kesimpulan bahwa secara garis besar pemahaman terhadap

Dengan demikian adalah benar hipotesis alternatif (H a ) yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan yang signifikan antara kegiatan IMTAQ (Iman dan