• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Pada diri anak didik belum tertanam nilai-nilai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3. Pada diri anak didik belum tertanam nilai-nilai"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

A. Kesimpulan

Dari uraian-uraian dan analisis data di atas, pe nelitian ini menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pengetahuan tentang Pancasila yang diberikan mela

lui mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang terdapat di SMA, belum sepenuhnya dikuasai oleh anak di dik. Kemampuan anak didik dalam menguasai pengetahuan tentang Pancasila berada pada taraf (tingkat) sedang, terbatas pada kemampuan yang memberikan nilai (angka) cukup. Anak didik tahu tentang Pancasila, namun mereka kurang memahami dan mendalami nilai-nilai moral yang

terkandung di dalam Pancasila.

2. Dengan mengikuti Pendidikan Moral Pancasila (PMP),

tidak berarti anak didik memiliki tingkat pemahaman ten tang Pancasila yang tinggi. Tingkat pemahaman tentang Pancasila yang dimiliki anak didik di SMA relatif ren dah, dibandingkan dengan tingkat pemahaman yang seharus nya dimiliki oleh setiap warga masyarakat Indonesia. Anak didik memiliki tingkat pemahaman tentang Pancasila yang kurang memadai untuk menyatakan bahwa Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di SMA telah berhasil mengembang-kemampuan kognitif anak didik tentang Pancasila.

3. Pada diri anak didik belum tertanam nilai-nilai

(2)

moral Pancasila yang memadai bagi usaha melestarikan dan mempertahankan nilai-nilai moral Pancasila dalam

kehidupan nyata sehari-hari. Mereka kurang menghayati

dan kurang mengamalkan nilai-nilai moral Pancasila da lam memilih atau menentukan suatu tindakan atau perbu atan yang akan dilakukan. Anak didik cenderung untuk

ragu-ragu (tidak tahu), bahkan mungkin akan memilih

tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral Pancasila.

4. Kecenderungan perilaku anak didik, belum mencer-minkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai moral Pancasila. Ada kecenderungan anak didik di SMA, melaku kan tindakan atau perbuatan atas dasar untuk memenuhi

kebutuhan pribadi. Kepentingan kolektif (masyarakat) seperti yang dianjurkan oleh Pancasila, tidak raendasari pilihan anak didik dalam menentukan tindakan yang

pan-tas atau patut untuk dilakukan.

5. Kecenderungan-kecenderungan perilaku yang

diper-lihatkan oleh anak didik di SMA, tidak memadai untuk

menyatakan bahwa Pendidikan Moral Pancasila (PMP) telah

berhasil mengembangkan kemampuan afektif dan kemampuan

psikomotor anak didik. Mata pelajaran Pendidikan Moral

Pancasila (PMP) masih belum berhasil mendorong anak di

dik agar mau bertindak atau mau berbuat sesuai dengan

(3)

6. Ada hubungan yang nyata (signifikan) dan fungsio nal antara pemahaman tentang Pancasila yang dimiliki anak didik di SMA dengan kecenderungan perilaku mereka sebagai warga masyarakat Indonesia. Kecenderungan-ke cenderungan perilaku anak didik yang ragu-ragu (tidak tahu), dan bahkan cenderung negatif, karena rendahnya atau kurangnya pemahaman anak didik tentang nilai-nilai moral Pancasila. Sebaliknya, jika pemahaman tentang Pancasila yang dimiliki anak didik berada pada taraf

tinggi, ada kecenderungan anak didik berperilaku posi

tif dalam kehidupannya sehari-hari sebagai warga masya rakat Indonesia.

Di samping kesimpulan-kesimpulan di atas, secara umum dan teoritis dapat disimpulkan pula: bahwa, "peri laku anak didik sebagai warga masyarakat Indonesia di

pengaruhi oleh pemahaman mereka tentang nilai-nilai dan

moral Pancasila." Pemahaman anak didik tentang nilai-nilai moral Pancasila, secara formal dalam pendidikan

sekolah, dapat dikembangkan melalui mata pelajaran Pen

didikan Moral Pancasila (PMP).

B. Saran-saran

Berdasarkan uraian-uraian teoritis, analisis da

ta dan kesimpulan di atas, penelitian ini dapat meng

ajukan beberapa saran sebagai berikut:

(4)

1. Kehidupan moral merupakan kehidupan yang meng ikuti peraturan-peraturan, menurut kebiasaan-kebiasaan

kolektif (masyarakat). Untuk masyarakat Indonesia, seca

ra keseluruhan dan umum, peraturan-peraturan itu bersum ber dari n i l a i - n i l a i Pancasila. Pendidikan Moral Panca

sila (PMP) bertujuan, memberikan pengertian, pengetahu

an dan pemahaman tentang Pancasila yang benar dan sah; menanamkan pola berpikir yang sesuai dengan Pancasila dan watak ke-Indonesiaan; menanamkan nilai-nilai moral

Pancasila ke dalam diri anak didik; menggugah kesadaran mereka sebagai warga negara dan masyarakat Indonesia untuk selalu mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai moral Pancasila; dan memberikan motivasi gar dalam seti ap tingkah lakunya bertindak sesuai dengan norma dan nilai-nilai Pancasila (Depdikbud, 1986: 1). Oleh karena itu, pendekatan-pendekatan melalui Pendidikan Moral Pan

casila (PMP) masih tetap diperlukan dan dipertahankan

dalam usaha mengembangkan kemampuan dan kematangan moral anak didik sebagai warga negara dan warga masyarakat In donesia. Namun demikian, pendidikan moral (khususnya Pendidikan Moral Pancasila) tidak dapat dibatasi secara

ketat dalam jam pelajaran di kelas saja. Pendidikan mo ral tidak terikat pada saat tertentu, melainkan berlang sung setiap saat (Taufik Abdullah & Van der Leeden,

(5)

(PMP) harus dipadukan dengan seluruh kehidupan sekolah, sebagaimana moralitas sendiri terjalin dalam seluruh

jaringan-jaringan kolektif (masyarakat).

2. Agar pengetahuan Pancasila yang disajikan melalui

Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dapat dimengerti,

di-pahami dan didalami oleh anak didik serta menggugah me

reka untuk mau menghayati dan mengamalkannya dalam ke

hidupan sehari-hari, maka dalam pelaksanaannya Pendi dikan Moral Pancasila (PMP) hendaknya senantiasa mem perhatikan hal-hal seperti berikut:

a. Kemampuan dan kesiapan mengajar guru-guru mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP).

Hal itu mencakup: (1) penguasaan materi pel

ajaran, (2) penguasaan strategi dan metode mengajar dalam pelajaran PMP, (3) penguasaan penggunaan alat bantu pelajaran yang tepat,

(4) kemampuan membangkitkan minat, motivasi

dan kesediaan anak didik untuk *mau mengikuti

pelajaran PMP, (5) penguasaan menggunakan tek nik dan prosedur penilaian kemampuan dan kema

juan anak didik dalam PMP.

b. Minat, motivasi, kesediaan dan kesungguhan

anak didik mengikuti pelajaran Pendidikan Mo ral Pancasila (PMP).

(6)

yang tak langsung dapat mempengaruhi keberha

s i l a n Pendidikan Moral Pancasila. Hal i t u men cakup: suasana kehidupan di sekolah dan di ru mah (keluarga). Perilaku guru-guru di sekolah, penegakkan disiplin dan lain sebagainya, hen-daknya sesuai dengan nilai-nilai moral Panca sila. Begitu pula halnya di dalam keluarga, sehingga anak didik mau menerima apa yang di

ajarkan di sekolah sebagai suatu nilai-nilai yang memang harus ditegakkan.

3. Diketahui bahwa tujuan Pendidikan Moral Pancasila (PMP) bukan hanya untuk mengembangkan kemampuan kogni tif anak didik, melainkan ditekankan pada pengembangan kemampuan afektif dan psikomotor, sehingga anak didik

memiliki pengetahuan tentang Pancasila, memiliki sikap dan bertindak atau berbuat sesuai dengan nilai-nilai mo

ral Pancasila. Untuk itu, penilaian kemajuan belajar anak didik bukan hanya dengan menggunakan tes (soal-so al) Pendidikan Moral Pancasila. Melainkan juga mengguna

kan perangkat-perangkat penilaian yang dapat menilai si kap dan perbuatan anak didik, seperti skala sikap, la-poran tugas dan catatan pengamatan terhadap tingkah la

ku anak didik sehari-hari di sekolah.

Setiap guru Pendidikan Moral Pancasila (PMP), hendaknya menilai kemampuan dan kemajuan anak didik

(7)

dalam segi pengetahuan, sikap dan perbuatannya, dengan menggunakan perangkat penilaian yang cocok untuk tiap aspek yang dinilai. Angka-angka (nilai) untuk rapor, yang menentukan anak didik lulus dalam mata pelajaran PMP, merupakan hasil penilaian untuk ketiga segi (as pek) penilaian di atas. Dengan demikian, anak didik cenderung untuk senantiasa menghayati dan mengamalkan

nilai-nilai moral Pancasila. Dalam arti, setiap tindak

an atau perbuatan anak didik sehari-hari di sekolah dan di masyarakat akan mencerrainkan nilai-nilai moral Pan

c a s i l a .

4. Kecenderungan perilaku anak didik yang ragu-ragu

(tidak tahu), dapat ditingkatkan menjadi positif dengan meningkatkan pemahaman mereka tentang nilai-nilai moral

Pancasila. Penelitian ini menemukan adanya hubungan

fungsional yang linier antara pemahaman Pancasila dengan kecenderungan perilaku anak didik. Oleh karena

itu, untuk meningkatkan kecenderungan perilaku anak di

dik, pertama. dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan

pemahaman anak didik tentang Pancasila. Dengan kata la

in, untuk dapat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai

moral Pancasila, anak didik harus tahu dan memahami ni lai-nilai moral Pancasila, tahu dan memahami batas-ba-tas tindakan dan perbuatan yang dianggap sesuai dengan nilai-nilai moral Pancasila. Kemudian, kedua, dengan

(8)

pemahaman yang dimiliki itu, dianjurkan untuk mentaati peraturan yang telah ditetapkan, mentaati nilai-nilai

moral Pancasila. Untuk dapat bertindak dan berbuat se suai dengan nilai-nilai Pancasila, anak didik membiasa-kan diri dan harus bertindak dan berbuat sesuai dengan

nilai-nilai moral Pancasila. Akhirnya, kebiasaan-kebia saan itu mendorong mereka untuk bukan hanya sekedar harus berbuat sesuai dengan nilai-nilai moral Pancasi

la, melainkan mereka mau berbuat sesuai dengan

nilai-n i l a i moral Pancasila.

5. Pengembangan kemampuan anak didik, baik dalam se gi kognitif, maupun dalam segi afektif dan psikomotor-nya, dapat dilakukan oleh guru Pendidikan Moral Panca sila (PMP) dengan menggunakan strategi belajar-mengajar yang melibatkan semua anak didik di kelasnya. Keterli-batan itu, untuk mendiskusikan masalah-masalah yang di anggap aktual dan relevan dengan perabahasan materi pel ajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Dalam situasi diskusi itu, anak didik dapat dibangkitkan motivasinya untuk memikirkan, memahami dan mendalami materi atau masalah yang dibahas, yang pada gilirannya membangkit-kan kesadaran mereka untuk menghayati dan mengamalmembangkit-kan nilai-nilai yang terkandung di dalam materi yang diba

has i t u .

(9)

dapat mengetahui: tingkat pemahaman anak didik tentang

nilai-nilai moral Pancasila, tingkat perkembangan moral atau kematangan moral anak didik, dan

kecenderungan-kecenderungan perilaku anak didik. Memang, kegiatan se

perti itu, sulit untuk dilaksanakan oleg seorang guru.

Keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki dalam kemampuan,

kesiapan dan waktu pelajaran, menuntut guru untuk meng ambil jalan yang mudah dan ringan dikerjakan, seperti:

mengajar dengan metode ceramah dan tanya jawab, menilai

kemajuan belajar anak didik dengan perangkat tes

(soal-soal ujian). Namun untuk mengefektifkan PMP sebagai su

atu pendidikan moral, yaitu pendidikan yang ditekankan

pada pengembangan moral anak didik, maka

kegiatan-kegi-atan yang mengembangkan ketiga aspek kemampuan di atas,

patut untuk dilakukan. Oleh karena itu, setiap guru. Pen

didikan Moral Pancasila (PMP) dituntut untuk memiliki

wawasan yang luas tentang berbagai masalah kehidupan

masyarakat Indonesia, memiliki penguasaan materi yang

memadai dan memiliki kemampuan mengajar yang memadai

untuk suatu pendidikan moral.

6. Penelitian ini hanya menemukan sebagian kecil

pe-nentu perilaku anak didik (khususnya perilaku moral),

dan melihat keberhasilan Pendidikan Moral Pancasila

(PMP) dari dua variabel saja. Oleh karena itu, diperlu

kan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasikan

(10)

penentu-penentu yang lain dari perilaku anak didik dan

variabel-variabel lain yang raendukung keberhasilan Pen didikan Moral Pancasila. Masalah-masalah yang perlu di-teliti lebih Ianjut, sebagai berikut:

a. Kemampuan dan kesiapan mengajar guru-guru ma

ta pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP). b. Sikap anak didik terhadap pelajaran Pendidikan

Moral Pancasila (PMP).

c. Peranserta anak didik dalam kegiatan

sehari-hari di sekolah dan di masyarakat, atau tin

dakan nyata (perilaku overt) anak didik seha

ri-hari di sekolah dan di masyarakat.

C. Penutup

Demikian, beberapa kesimpulan dan saran yang da

pat dikemukakan dalam penelitian ini. Jika ada kritik

dan tanggapan yang dilontarkan terhadap analisis yang melahirkan kesimpulan dan saran-saran di atas, tentu karena analisis tersebut tidak lengkap menurut orang lain. Memang analisis yang lebih mendalam akan memung kinkan untuk melihat unsur-unsur dan aspek-aspek lain

yang belum diketahui dan dikaji oleh penulis. Oleh ka

rena itu, penulis sama sekali tidak menganggap bahwa

kesimpulan dan saran-saran di atas bersifat mutlak dan

tertutup rapat. Sebaliknya, kesimpulan itu hanyalah

(11)

sekedar pendekatan sementara tentang kajian keberhasil

an Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dalam mengembangkan

kemampuan kognitif (pengetahuan), kemampuan afektif

(sikap), dan kemampuan psikomotor (perbuatan) anak di dik sebagai warga masyarakat dan earga negara Indonesia.

Meskipun pendekatan tersebut kurang sempurna, namun te

lah memungkinkan penulis untuk menemukan beberapa hal

tentang Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan kecende

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Bimbingan belajar adalah suatu bantuan dari pembimbing kepada individu (siswa) dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wang (2010) dimana pengaruh transaparansi negatif terhadap hubungan antara tax avoidance

1) Tidak hanya menerima sablon untuk kaos yang bertemakan nasionalisme, tetapi juga kaos-kaos yang di design sesuai dengan permintaan pelanggan kecuali kaos partai. 2) Bisa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan model Problem Based Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah program linier dengan memanfaatkan

bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.03/2008 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak

Dengan demikian, kebugaran jasmani sesungguhnya adalah derajat sehat dinamis tertentu yang dapat menanggulangi tuntutan jasmani dalam melaksanakan tugas hidup

Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap

Kekurangan peneliti sebagai guru dalam melaksanakan pembelajaran menyederhanakan berbagai bentuk pecahan di kelas IV Sekolah Dasar adalah sebagai berikut: peneliti