• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Persediaan

Pengertian Persediaan Menurut SAK Entitas Mikro, Kecil dan Menengah (EMKM) Adalah :

a. Ruang Lingkup Persediaan Persediaan adalah aset :

1) untuk dijual dalam kegiatan normal;

2) dalam proses produksi untuk kemudian dijual; atau

3) dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. (IAI, 2016)

b. Pengakuan dan Pengukuran Persediaan Pengakuan dan pengukuran persediaan ialah :

1) Entitas mengakui persediaan ketika diperoleh, sebesar biaya perolehannya.

2) Biaya perolehan persediaan mencakup seluruh biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lainnya yang terjadi untuk membawa persediaan ke kondisi dan lokasi siap digunakan.

3) Teknik pengukuran biaya persediaan, seperti metode biaya standar atau metode eceran, demi kemudahan, dapat digunakan jika hasilnya mendekati biaya perolehan.

4) Entitas dapat memilih menggunakan rumus biaya masuk-pertama keluar-masuk-pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang dalam menentukan biaya perolehan persediaan. (IAI, 2016) c. Penyajian Persediaan

Penyajian persediaan terdiri dari :

1) Persediaan disajikan dalam kelompok aset dalam laporan posisi keuangan.

(2)

3) sebagai beban periode di mana pendapatan yang terkait diakui. (IAI, 2016)

2. Klasifikasi Persediaan

Menentukan klasifikasi persediaan itu sangat penting bagi entitas atau perusahaan. Jika entitas atau perusahaan itu bergerak dibidang perdagangan maka hanya ada klasifikasi persediaan yaitu persediaan barang dagang.

Jika perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari 3 macam yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi.

3. Kepemilikan Persediaan

a. Barang Dalam Perjalanan (Goods in Transit)

Barang – barang yang pada tanggal neraca masih dalam perjalanan menimbulkan masalah apakah masih menjadi milik penjual atau sudah berpindah haknya pada pembeli. Untuk mengetahui barang – barang itu milik siapa, harus diketahui syarat pengiriman barang – barang tersebu. Ada 2 syarat pengiriman, yaitu: 1) F.O.B Shipping Point

Apabila barang – barang dikirim dengan syarat f.o.b. shipping point maka hak atas barang yang dikirim berpindah pada pembeli ketika barang – barang tersebut diserahkan pada pihak pengangkut. Pada saat tersebut penjual mencatat penjualan dan mengurangi persediaan barangnya, sedangkan pembeli mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya. Prinsip pengakuan hak seperti ini biasanya sulit dilakukan dalam praktek karena biasanya pembeli tidak mengetahui kapan barangnya dikirim. Oleh karena itu untuk memudahkan pencatatan persediaan, maka pembeli akan mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya pada waktu barang – barang tersebut diterima oleh pembeli, sedangkan penjual akan mencatat penjualan dan mengurangi persediaan barangnya pada

(3)

waktu mengirimkan barang – barang tersebut. Penyimpangan ini baru menjadi masalah jika pada tanggal penyusunan laporan keuangan ada barang – barang yang masih dalam perjalanan. Agar laporan keuangan itu benar maka barang – barang dalam perjalanan pada tanggal neraca harus ditentukan milik siapa.

2) F.O.B Destination

Syarat f.o.b. destination berarti bahwa hak atas barang baru berpindah pada pembeli jika barang – barang yang dikirim sudah diterima oleh pembeli. Jadi perpindahan hak atas barang terjadi pada tanggal penerimaan barang oleh pembeli. Pada saat tersebut penjual mengurangi persediaan barangnya dan mencatat penjualan, sedangkan pembeli mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya. Seperti halnya f.o.b. shipping point, ada kesulitan bagi penjual untuk menentukan kapan barang – barang tersebut sampai ditangan pembeli. Oleh karena itu dalam praktek terjadi penyimpangan – penyimpangan yaitu penjual sudah mencatat penjualan dan mengurangi barangnya pada saat mengirimkan barang – barang tersebut, sedangkan pembeli mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya pada saat menerima barang – barang tersebut. Pada tanggal neraca, perlu ditentukan dengan jelas barang dalam perjalanan itu milik penjual atau pembeli agar dapat ditentukan jumlah persediaan barang dengan benar. (Baridwan. Zaki, 2004)

b. Barang Yang Dipisahkan (Segregated Goods)

Kadang –kadang terjadi suatu kontrak penjualan barang dalam jumlah besar sehingga pengirimannya tidak dapat dilakukan sekaligus. Barang – barang yang dipisahkan tersendiri dengan maksud untuk memenuhi kontrak – kontrak atau pesanan – pesanan walaupun belum dikirim, haknya sudsh berpindah ke pemilik. Oleh karena itu pada tanggal penyusunan laporan keuangan jika ada barang – barang yang dipisahkan, harus dikeluarkan dari jumlah

(4)

persediaan penjual dan dicatat sebagai penjualan. Begitu pula pembeli dapat mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya. (Baridwan. Zaki, 2004)

c. Barang Konsinyasi (Consignment Goods)

Dalam cara penjualan titipan, barang – barang yang dititipkan untuk dijulkan (dikonsinyasikan) haknya masih tetap pada yang menitipkan sampai pada saat barang – barang tersebut dijual. Sebelum barang – barang tersebut dijual masug tetap persediaan pihak yang menitipkan (consignor). Pihak yang menerima titipan (consignee) tidak mempunyai hak atas barang – barang tersebut sehingga tidak mencatat barang – barang tersebut sebagai persediaannya. Apabila barang – barang itu sudah dijual maka yang menerima titipan membuat laporan pada yang menitipkan. Pada waktu menerima laporan, pihak yang menitipkan (consignor) mencatat penjualan dan mengurangi persediaan barangnya. (Baridwan. Zaki, 2004)

4. Biaya - Biaya Persediaan Barang Dagang

Untuk pengambilan keputusan penentuan besarnya jumla persediaan, biaya-biaya variabel berikut ini harus dipertimbangkan a. Biaya penyimpanan (holding costs atau carrying costs), yaitu terdiri

atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode a semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah:

1) biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin ruangan, dan sebagainya);

2) biaya modal (opportunity cost of capital), yaitu alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan, 3) biaya keusangan;

(5)

5) biaya asuransi persediaan; 6) biaya pajak persediaan:

7) biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan; 8) biaya penanganan persediaan dan sebagainya.

Biaya-biaya tersebut di atas merupakan variabel apabila bervariasi dengan tingkat persediaan. Apabila biaya fasilitas penyimpanan (gudang tidak variabel, tetapi tetap, maka tidak dimasukkan dalam biaya penyimpanan per unit.

Biaya penyimpanan persediaan biasanya berkisar antara 12 sampai 40 persen dari biaya atau harga barang. Untuk perusahaan perusahaan manufacturing biasanya, biaya penyimpanan rata rata secara konsisten sekitar 25 persen. b. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs atau procurement

costs). Biaya-biaya ini meliputi:

1) pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi; 2) upah:

3) biaya telepon:

4) pengeluaran surat menyurat;

5) biaya pengepakan dan penimbangan; 6) biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan; 7) biaya pengiriman ke gudang:

8) biaya utang lancar dan sebagainya.

Pada umumnya, biaya perpesanan (di luar biaya bahan dan potongan kuantitas) tidak naik apabila kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi, apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode turun, maka biaya pemesanan total akan turun. Ini berarti, biaya pemesanan total per periode (tahunan) sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.

(6)

c. Biaya penyiapan (manufacturing atau set-up cost. Hal ini terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri “dalam pabrik” perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyiapan (set-up costs) untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya – biaya ini terdiri dari :

1) Biaya mesin - mesin menganggur; 2) Biaya persiapan tenaga kerja lansgung; 3) Biaya penjadwalan;

4) Biaya ekspedisi dan sebagainya.

Seperti hal nya biaya pemesanan, biaya penyimpanan total per periode sama dengan biaya penyiapan dikalikan jumlah penyiapan per peiode.

d. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shorttage costs) adalah biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya – biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut :

1) Kehilangan penjual; 2) Kehilangan pelanggan; 3) Biaya pemesanan khusus; 4) Biaya ekspedisi;

5) Selisih harga;

6) Terganggunya operasi;

7) Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya. Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktik, terutama karena kenyataannya biaya ini sering merupakan opportunity costs yang sulit diperkirakan secara objektif. (Rangkuti, 2004) 5. Rumus Biaya

Rumus biaya yang dipakai oleh entitas dapat berbeda – beda sesuai dengan arus fisik dari barang persediaannya. Standar akuntansi tidak menentukan secara pasti setiap entitas harus menggunakan rumus tertentu. Ada 3 pilihan rumus yang dapat digunakan yaitu rumus biaya

(7)

identifikasi khusus, masuk pertama keluar pertama, dan rata – rata tertimbang.

a. Identifikasi Khusus

Metode identifikasi khusus didasarkan pada anggapan bahwa arus barang harus sama dengan aris biaya. Untuk itu perlu dipisahkan tiap – tiap jenis barang berdasarkan harga pokoknya dan untuk masing – masing kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri, sehingga masing – masing harga pokok bisa diketahui. (Baridwan. Zaki, 2004)

b. Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)

Harga pokok persediaan akan dibebankan sesuai dengan urutan terjadinya. Apabila ada penjualan atau pemakaian barang – barang maka harga pokok yang dibebankan adalah harga pokok yang paling terdahulu, disusul yang masuk berikutnya. Persediaan akhir dibebani harga pokok terakhir. (Baridwan. Zaki, 2004) c. Rata – Rata Tertimbang

Dalam metode ini barang – barang yang dipakai untuk produksi atau dijual akan dibebani harga pokok rata – rata. Perhitungan harga pokok rata – rata dilakukan dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitanya. (Baridwan. Zaki, 2004) 6. Metode Pencatatan Persediaan

Ada 2 metode yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan yaitu :

a. Metode Fisik atau Periodik

Penggunaan metode fisik mengharuskan adanya perhitungan barang yang masih ada pada tanggal penyusunan laporan keuangan. Perhitungan persediaan (stock opmame) ini diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang masih ada dan kemudian dlp perhitungan harga pokoknya. Dalam metode ini mutasi persediaan barang tidak ikut dalam buku, setiap pembelian barang dicatat dalam rekening pembelian Karena tidak ada catatan mutasi persediaan barang

(8)

maka harga pokok penjualan juga Hidak dapat diketahui sewaktu-waktu Harga pokok penjualan baru dapat dihitung apa bila persediaan akhir sudah dihitung Perhitungan harga pokok penjualan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Persediaan barang awal Rp xxx

Pembelian (neto) xxx (+)

Tersedia untuk dijual Rp xxx Persediaan Barang Akhir xxx (-)

Harga pokok penjualan Rp xxx

Ada masalah yang timbul jika digunakan metode fisik, yaitu jika diinginkan menyusun laporan keuangan jangka pendek (interim) misalnya bulanan, yaitu keharusan mengadakan perhitungan fisik atas persediaan barang. Bila barang yang dimiliki jenisnya dan jumlahnya banyak, maka perhitungan fisik akan memakan waktu yang cukup lama dan akibatnya laporan keuangan juga akan terlambat Tidak diikutinya mutasi persediaan dalam buku nienjadikan metode ini sangat sederhana baik pada saat pencatatan pem belian maupun pada waktu melakukan pencatatan penjualan. (Baridwan. Zaki, 2004)

b. Metode Buku (Perpetual)

Dalam metode buku setiap jenis persediaan dibuatkan rekening sendiri-sendiri yang merupakan buku pembantu persediaan. Rincian dalam buku pembantu bisa diawasi dari rekening kontrol persediaan barang dalam buku besar. Rekening yang digunakan untuk mencatat persediaan ini terdiri dari beberapa kolom yang dapat dipakai untuk mencatat Tembelian, penjualan dan saldo persediaan, Setiap perubahan dalam persediaan diikuti dengan pencatatan dalam rekening persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu waktu dapat diketahui dengan melihat kolom saldo dalam rekening persediaan. Masing masing kolom dirinci lagi untuk kuantitas dan harga perolehannya. Penggunaan metode buku akan memudahkan penyusunan neraca dan laporan laba rugi jangka pendek, karena tidak perlu lagi mengadakan an perdangan

(9)

fisik untuk mengetahui jumlah sediaan akhir Walaupun neraca dan laporan laba rugi dapat segera disusun tanpa meng adakan perhitungan fisik atas barang setidak-tidaknya setahun sekali perlu diadakan pengecekan apakah jumlah barang dalam gudang sesuai dengan jumlah dalam e persediaan Pengecekan ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil perhitungan fisik dengan jumlah dalam rekening persediaan. Bila terdapat selisih Jumlah persed antara hasil perhitungan fisik dengan saldo rekening persediaan, dapat diadakan h litian terhadap sebab-sebab terjadinya perbedaan itu. Apakah selisih itu normal da arti susut atau rusak, ataukah tidak normal, yaitu diselewengkan selisih yang terus akan dicatat dalam rekening selisih persediaan dan rekening lawannya adalah rekening persediaan barang. Bila jumlah dalam gudang lebih kecil dibanding dengan saldo persediaan maka rekening persediaan dikurangi dan sebaliknya. Dengan demi rekening harga pokok penjualan hanya menunjukkan harga pokok barang-barang yang dijual Selisih persediaan tidak termasuk dalam harga pokok penjualan tetapi di sendiri Sedangkan dalam metode fisik karena harga pokok dihitung dengan menu selisih persediaan maka kekurangan/kelebihan persediaan akan tercampur dalam harga pokok penjualan. Dibandingkan dengan metode fisik maka metode buku merupakan cara yang lebih baik untuk mencatat persediaan yaitu dapat membantu memudahkan penyusunan peran dan laporan laba rugi, juga dapat digunakan untuk mengawasi barang-barang dalam gudang. (Baridwan. Zaki, 2004)

7. Harga Pokok Persediaan

Dasar utama yang digunakan dalam akuntansi persediaan adalah harga pokok (cost) yang dirumuskan sebagai harga yang dibayar atau yang di pertimbangkan untuk memperoleh suatu aktiva. Dalam hubungannya dengan persediaan, harga pokok adalah jumlah semua pengeluaran – pengeluaran langsung atau tidak langsung yang berhubungan dengan perolehan, penyiapan dan penempatan persediaan tersebut agar dapat dijual.

(10)

Perumusan harga pokok seperti di atas sulit dijalankan dalam praktek sehingga biasanya terjadi penyimpangan – penyimpangan dimana harga pokok terdiri dari harga faktur ditambah biaya angkut, sedang biaya – biaya yang lain diperlakukab sebagai biaya waktu (periode cost) yang dibebankan pada periode yang bersangkutan. (Baridwan. Zaki, 2004)

8. Potongan Pembelian

Dalam pembelian barang sering ada ketentuan mengenai cara pembayaran, apabila dalam jangka waktu tertentu akan diberi potongan. Potongan seperti ini disebut potongan tunai yang dalam akuntansi dicatat dalam rekening Potongan Pembelian. Pada prinsipnya potongan yang diterima adalah pengurang terhadap harga pokok persediaan. Tetapi kadang-kadang ditemui adanya perlakuan terhadap potongan pembelian sebagai pendapatan lain-lain, cara ini sebetulnya tidak tepat karena mengakui pendapatan pada saat pembelian, sedangkan dalam akuntansi laba hanya timbul dari penjualan barang atau jasa dan bukannya timbul dari pembelian.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencatat potongan pembelian sebagai pengurangan terhadap harga pokok yaitu: (a) pembelian dicatat dengan harga berat dan (b) pembelian dicatat dengan harga neto. Dalam metode (b) utang dapat dicatat neto atau bruto. Penggunaan masing-masing cara di atas akan dijelaskan dengan h berikut. Misalnya pada tanggal 1 Desember 2005 dibeli barang dagangan dengan harga faktur Rp530.000,00. Syarat pembayaran 2/10, n/30. Pembayaran utang dilakukan pada tanggal 10 Desember 2005 sehingga diperoleh potongan pembelian sebesar 2%. Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi di atas sebagai berikut :

a. Pembelian dicatat dengan harga bruto Tanggal 1 Desember 2005 :

Pembelian (persediaan barang) Rp 500.000.000

Utang Rp 500.000.000

Tanggal 10 Desember 2005 :

(11)

Potongan Pembelian Rp 500.000.000

Kas Rp 500.000.000

Apabila pembayaran utang dilakukan sesudah tanggal 10 Desember 2005 berarti tidak diperoleh potongan, pembayaran sebesar Rp 500.000.000 dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Utang Rp 500.000.000

Kas Rp 500.000.000

9. Kartu Persediaan

Setiap jenis persediaan akan diperlukan kartu persediaan yang terdiri dari beberapa kolom yang digunakan untuk mencatat mutasi persediaan. (Khadijah, 2019) Contoh kartu persediaan sebagai berikut :

Tabel 2.1 Kartu Persediaan MPKP Perpetual Februari 2012

Tanggal Diterima Dikeluarkan Saldo

Kuantitas Harga/Kg Jumlah Kuantitas Harga/Kg Jumlah Kuantitas Harga/Kg Jumlah Februari 2005 1 200 Rp 100.00 Rp 20,000.00 9 300 Rp 110.00 Rp 33,000.00 200 Rp 100.00 Rp 20,000.00 300 Rp 110.00 Rp 33,000.00 10 200 Rp 100.00 Rp 20,000.00 200 Rp 110.00 Rp 22,000.00 100 Rp 110.00 Rp 11,000.00 15 400 Rp 116.00 Rp 46,400.00 100 Rp 110.00 Rp 11,000.00 400 Rp 116.00 Rp 46,400.00 18 100 Rp 110.00 Rp 11,000.00 200 Rp 116.00 Rp 23,200.00 200 Rp 116.00 Rp 23,200.00 24 100 Rp 126.00 Rp 12,600.00 200 Rp 116.00 Rp 23,200.00 100 Rp 126.00 Rp 12,600.00

Sumber : (Baridwan. Zaki, 2004) 10. Laporan Laba Rugi

Entitas menyajikan akun dan bagian dari akun dalam laporan laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan entitas. Laporan laba rugi memasukkan semua penghasilan dan beban yang diakui dalam suatu periode, kecuali ED SAK EMKM mensyaratkan lain.

(12)

ED SAK EMKM mengatur perlakuan atas dampak koreksi atas kesalahan dan perubahan kebijakan akuntansi yang disajikan sebagai penyesuaian retrospektif terhadap periode yang lalu dan bukan sebagai bagian dari laba atau rugi dalam periode terjadinya perubahan, (IAI, 2016)

11.

Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

Neraca merupakan laporan keuangan yang berisi mengenai jumlah harta, kewajiban dan modal pada akhir periode akuntansi. (Wibowo & Abubakar, 2008)

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu

Aspek Siti Khadijah (2019) Nurhidayati (2020) Nency Pratiwi Aiba (2021) Judul PENCATATAN DAN

PENILAIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANG

MENGGUNAKAN SAK EMKM (STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MICRO, KECIL, DAN MENENGAH) PADA TOKO BANGUNAN DUA MAS RILLY PELAIHARI PENGAKUAN DAN PENGUKURAN SERTA PENYAJIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MPKP

BERDASARKAN SAK EMKM PADA APOTEK FIRDAUS BANJARMASIN PENCATATAN DAN PENILIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANG DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS MPKP (MASUK PERTAMA KELUAR PERTAMA) PERPETUAL PADA TOKO BANGUNAN PEDULI DINGSANAK

Institusi/entitas yang diteliti

Toko Bangunan Dua Mas Rilly Pelaihari

Apotek Firdaus Banjarmasin Toko Bangunan Peduli Dingsanak

Permasalahan Toko Bangunan Dua Mas Rilly Pelaihari tidak menggunakan metode SAK EMKM yang sesuai dalam pencatatan persediaan barang dagang. Toko Bangunan Dua Mas Rilly Pelaihari hanya menghitung jumlah fisik barang yang tersedia di toko bila sewaktu-waktu di perlukan, Toko Bangynan Dua Mas Rilly Pelaihari hanya mencatat penghasilan dari penjualan barang dagang, Toko Bangunan Dua Mas

Apotek Firdaus Banjarmasin tidak menggunakan metode MPKP berdasarkan SAK EMKM.

Toko Bangunan Peduli Dingsanak Barito Kuala tidak melakukan pencatatan persediaan berdasarkan standar akuntansi yang benar.

(13)

Rilly Pelaihari hanya melakukan system pencatatan sederhana untuk melihat pengeluaran dan pemasukan.

Tujuan Penelitian

Guna mengetahui hasil dari penghasilan barang persediaan penulis menggunakan rumus FIFO(First In First Out) - Perpetual berdasarkan SAK EMKM Tahun 2018 Pada Toko Bangunan Dua Mas Rilly Pelaihari.

untuk mengetahui pengakuan dan pengukuran serta penyajian persediaan barang dagangan dengan menggunakan metode MPKP berdasarkan SAK EMKM pada Apotek Firdaus

Banjarmasin.

Tujuan dari penelitian ini adalah agar dapat mengetahui Pencatatan dan Penilian Persediaan Barang Dagang Dengan Menggunakan Rumus MPKP (Masuk Pertama Keluar Pertama) Perpetual Pada Toko Bangunan Peduli Dingsanak.

Metode Penelitian

Menggunakan Penelitian Kepustakawan Dan Penelitian Lapangan (Observasi, Wawancara Dan Dokumentasi) Serta

Menggunakan Metode FIFO Perpetual.

Rumus Biaya MPKP (Masuk Pertama Keluar Pertama)- Perpetual

Penelitian dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi serta menggunakan rumus biaya MPKP Perpetual.

Hasil Penelitian Jumlah Persediaan Akhir 10 jenis barang Toko Bangunan Dua Mas Rilly adalah Rp 22.039.000,00. Laba untuk 10 sampel barang bangunan periode 1 Januari – 31 Maret 2019 sebesar Rp

1.484.000,00

Jumlah Persediaan Akhir untuk 10 jenis obat pada Apotek Firdaus Banjarmasin adalah

Rp22.005.895,00. Laba rugi yang diperoleh untuk 10 sempel obat periode 01 Februari s.d. 30 April 2020 pada Apotek Firdaus Banjarmasin sebesar Rp7.321.735,00

Jumlah Persediaan Akhir untuk 30 jenis bahan bangunan pada Toko Bangunan Peduli Dingsanak Barito Kuala ialah sebesar Rp 67.026.917,00 sedangkan untuk harga pokok penjualan dari 30 jenis bangunan ialah sebesar Rp 94.339.738,00.

Sumber : diolah Penulis

Penelitian yang dilakukan penulis secara umum memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu ialah menggunakan rumus Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) Perpetual sedangkan untuk perbedaan dari penelitian ini ialah objek penelitian serta sampel dan periode penelitian yang penulis lakukan.

Gambar

Tabel 2.1 Kartu Persediaan MPKP Perpetual Februari 2012
Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Dalam studi manajemen, kehadiran konflik pendidikan tidak bisa terlepas dari permasalahan keseharian yang dirasakan oleh pengelola lembaga pendidikan. Konflik tersebut

Metode wawancara adalah metode pengumpulan data melalui wawancara secara langsung mengenai hal-hal yang berhubungan materi tugas akhir ini dengan pihak-pihak mempunyai

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Sungai Raya mengalami kesulitan koneksi

2013.. Tren berolah raga telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini, salah satunya adalah melakukan fitness. Setiap melakukan latihan, banyak orang membawa

Munculnya kebijakan pemerintah tentang penguatan pendidikan karakter yang tertuang dalam Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan

Termasuk yang juga bisa menolong untuk khusyu’ dalam shalat, yaitu tidak mengganggu orang lain dengan bacaan al Qur`an, tidak shalat dengan pakaian atau baju yang ada

3) dilaporkan dalam neraca dengan klasifikasi (classification) akun yang tepat dan periode akuntansi yang sesuai dengan terjadinya transaksi (cutoff). Bagian flowchart yang

Saat berkunjung ke salah satu event Jepang yang berada di Yogyakarta, secara kebetulan penulis melihat ada seorang cosplayer yang berperan sebagai tokoh utama Sword Art