• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE FINGERPRINT TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA MURID KELAS IV SDN NO. 16 LONRONG KABUPATEN BANTAENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN METODE FINGERPRINT TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA MURID KELAS IV SDN NO. 16 LONRONG KABUPATEN BANTAENG"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PENGGUNAAN METODE FINGERPRINT TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA MURID KELAS

IV SDN NO. 16 LONRONG KABUPATEN BANTAENG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

EKA YUTIRA SAYMA 10540898213

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR S1 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(2)
(3)
(4)

iv

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU DAN SEKOLAH DASAR SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : EKA YUTIRA SAYMA

NIM : 10540 8982 13

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Metode Fingerprint Terhadap Kemampuan Menulis Karangan Narasi Pada Murid Kelas IV SDN No. 16 Lonrong Kabupaten Bantaeng.

Skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya sendiri, bukan hasil ciplakan atau dibuatkan oleh orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Oktober 2020 Yang Membuat Perjanjian

EKA YUTIRA SAYMA 10540898213

(5)

v

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU DAN SEKOLAH DASAR

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : EKA YUTIRA SAYMA

NIM : 10540 8982 13

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Metode Fingerprint Terhadap Kemampuan Menulis Karangan Narasi Pada Murid Kelas IV SDN No. 16 Lonrong Kabupaten Bantaeng.

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya yang menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi ini yang selalu melakukan konsultasi dengan pembimbingan yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi saya.

4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang ada.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Oktober 2020 Yang Membuat Perjanjian

EKA YUTIRA SAYMA 10540898213

(6)

vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Memberikan Kebahagiaan

terhadap Orang Lain Adalah

Pahala Besar Demikian

Sebaliknya

Kupersembahkan karya ini sebagai bukti terima kasih ku

Kepada ibunda (Malisa),

Ayahanda (Sayuddin), saudara-saudariku

yang tercinta serta orang-orang yang senang tiasa

mendoakan dan membantuku dengan tulus.

(7)

vii ABSTRAK

Eka Yutira Sayam. 2019. “Pengaruh Penggunaan Metode Fingerprint terhadap Kemampuan Menulis Karangan Narasi pada Murid Kelas IV SDN No. 16 Lonrong Kabupaten Bantaeng”.Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh. Erwin Akib, dan Tarman A. Arif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode fingerprint terhadap kemampuan menulis karangan narasi pada murid kelas IV SDN No. 16 Lonrong Kabupaten Bantaeng. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Model fingerprint terhadap kemampuan menulis karangan narasipada murid kelas IV SDN No. 16 Lonrong Kabupaten Bantaeng. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one grup pretest-posttest design, yang hanya melibatkan satu kelompok. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes yang diberikan kepada dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok control dalam bentuk essay yakni mengarang dengan pemberian tema yang sudah ditentukan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVSDN No. 16 Lonrong Kabupaten Bantaeng sebanyak 20 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan Model fingerprint pada hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV Model fingerprint Berpengaruh. Hal ini tampak pada tingkat kemampuan siswa sebelum menggunakan Model fingerprint pembelajaran yaitu rata-ratanya hanya mencapai 55,2. Selanjutnya, setelah menggunakan Model fingerprint nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 86,2 hal ini berarti bahwa tingkat kemampuan siswa meningkat. Berdasarkan hasil analisis statistic inferensial dengan menggunakan rumus uji t, dapat diketahui bahwa nilai thitung sebesar 14,5. Dengan frekuensi (dk) sebesar

20-1 = 20-19, pada taraf signifikansi 5% diperoleh ttabel = 1,729. Oleh karena thitung ttabel

pada taraf signifikansi 0,05, maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis

alternative (Ha) diterima yang berarti bahwa penerapan Metode Fingerprint

efektif terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, untaian Zikir lewat kata yang indah terucap sebagai ungkapan rasa syukur penulis selaku hamba dalam balutan kerendahan hati dan jiwa yang tulus kepada Sang Khaliq, yang menciptakan manusia dari segumpal darah, yang Maha Pemurah, mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya dengan perantaraan kalam. Tiada upaya, tiada kekuatan, dan tiada kuasa tanpa kehendak-Nya. Bingkisan salam dan salawat tercurah kepada Kekasih Allah, Nabiullah Muhammad saw, Para sahabat dan keluarganya serta umat yang senantiasa istiqomah dijalan-Nya.

Tiada jalan tanpa rintangan, tiada puncak tanpa tanjakan, tiada kesuksesan tanpa perjuangan. Dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah, akhirnya sampai di titik akhir penyelesaian skripsiini. Namun, semua itu tak lepas dari uluran tangan berbagai pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan serta bantuan moril dan materil.

Terima kasih penulis ucapkan kepada beberapa pihak yang telah membantu selama penulis menyusun skripsi yaitu diantaranya :Ayahanda Sayuddin dan Ibunda Malisa serta semua keluarga yang telah mencurahkan kasih sayang dan cintanya dalam membesarkan, mendidik dan membiayai penulis serta doa restu yang tak henti-hentinya untuk keberhasilan penulis.

Erwin Akib, S.Pd., M.,Pd., Ph.D Pembimbing I dan Dr. Tarman A. Arief, S.Pd., M.Pd Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya disela kesibukan

(9)

ix

beliau untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi sampai tahap penyelesaian.

Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bimbingan, arahan, dan jasa-jasa yang tak ternilai harganya kepada penulis.

Sukmawati, S.Pd. Kepala Sekolah SDN No. 16 Lonrong dam Nurwita., S.Pd. wali kelas IV, yang telah memberikan izin dan bantuan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian, Staf tata usaha yang telah membimbing selama proses penelitian.

Saudaraku yang telah memberikan doa dan dukungan kepada adinda selama pendidikan baik berupa moril maupun materil selama penyusunan Skripsi ini. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar terkhusus kelas O yang telah bersama-sama berusaha keras dan penuh semangat dalam menjalani studi dalam suka dan duka. Semua pihak yang tidak bisa dituliskan Namanya satu-persatu namun tak mengurangi rasa terima kasih penulis kepada mereka. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan sebagai bahan acuan untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Hanya kepada Allah swt kita memohon semoga berkat

(10)

x

dan rahmat serta limpahan pahala yang berlipat ganda selalu dicurahkan kepada kita semua.

Amin Ya Rabbal Alamin.

Makassar, Agustus 2019 Penulis

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iii SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI xi DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR LAMPIRAN xv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 7 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS ... 10

A. Tinjauan Pustaka ... 10

1. Penelitian yang Relevan ... 10

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ... 11

3. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ... 12

(12)

xii

5. Metode Fingerprint (Sidik jari) ... 17

B. Kerangak Pikir ... 38

C. Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A. Jenis Penelitian ... 41

B. Desain Penelitian ... 41

C. Definisi Operasional ... 41

D. Variabel ... 42

E. Populasi dan Sampel ... 42

F. Teknik Pengumpulan Data ... 44

G. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Hasil Penelitian ... 48

B. Pembahasan ... 56

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Simpulan ... 62

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Desain Penelitian One Grup Pretes-Posttes Design...41

3.2 Keadaan Populasi...43

3.3 Keadaan Sampel...44

3.4 Interpretasi Kategori Nilai Hasil Belajar...44

4.1 Data Tingkat Presentase Partisipasi Kegiatan Belajar Murid...48

4.2 Tingkat Hasil Belajar Pretest...50

4.3 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia...51

4.4 Tingkat Hasil Belajar Posttest...52

4.5 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesi...53

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Daftar Hadir Siswa

2. Lampiran 2 : Data Analisis skor Pre-test dan Post-test 3. Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4. Lampiran 4 : Bahan Ajar

5. Lampiran 5 : Penugasan (Evaluasi) 6. Lampiran 6 : Dokumentasi

(16)

1 A. Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi secara umum dan menjadi ciri khas suatu bangsa. Bahasa sangat berperan penting bagi kehidupan manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena dengan bahasa setiap orang dapat memahami pesan yang diterima dari orang lain dan sebaiknya, selain sebagai alat komunikasi bahasa juga memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, melalui bahasa manusia mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.Seperti bahasa-bahasa lainnya, bahasa Indonesia memiliki fungsi yang sama sebagai salah satu alat pemersatu bangsa. Oleh karena itu Bahasa Indonesia harus selalu di pelajari dan dikaji sehingga nilai-nilai pendidikan yang terkandung didalamnya dapat dipahami oleh semua lapisan masyarakat secara umum.

Menurut Tarigan (2008:1) bahasa dapat mencerminkan pikiran seseorang semakin terampilnya seseorang dalam berbahasa maka semakin jelas pula pemikiranya. Keterampilan berbahasa seseorang hanya dapat dikuasai dengan jalan praktik dan latihan. Upaya dalam meningkatkan keterampilan tersebut dapat dilaksanakan dalam pendidikan.Keterampilan berbahasa itu hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan praktik dan banyak berlatih-melatih, keterampilan berbahasa berarti berlatih keterampilan berpikir.

Berbahasa berarti menggunakan beberapa kalimat. Kalimat-kalimat yang terucap terbentuk dari suatu rangkaian yang saling berhubungan. Ketetapan suatu

(17)

kalimat selain lengkap dari makna katanya juga harus sesuai dengan nilai-nilai sscial budaya yang terdapat dalam masyarakat. Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia yang diajarkan di sekolah harus digunakan secara baik dan benar.

Bahasa Indonesia sebagai ilmu dasar telah dipelajari mulai dari tingkat rendah sampai perguruan tinggi, bahkan dalam kehidupan sehari-hari Bahasa Indonesia digunakan. Akan tetapi sebagian murid tidak merasa tertarik dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan metode yang diterapkan guru kurang tepat karena murid dipasung untuk tetap duduk, menghadap ke papan tulis mendengarkan ceramah guru. Hal ini perlu disikapi dengan menghadirkan suasana belajar yang menyenangkan.

Selain itu guru juga harus mampu menguasai materi ajar seperti pada semua unsur pengajaran kebahasaan meski itu tidaklah mudah. Diperlukan keseriusan dan kemauan yang keras oleh semua media yang ada. Untuk memperoleh hasil yang maksimal pada proses belajar mengajar, semua unsur yang terlibat didalamnya harus mantap. Mulai dari kesiapan murid sampai pada kemampuan guru menyampaikan materinya seperti pada pelajaran bahasa Indonesia.

Keterampilan berbahasa dapat juga berperan penting untuk meningkatkan kecerdasan suatu bangsa karena dengan keterampilan berbahasa kita dapat berkomunikasi secara lisan maupun tulisan dengan baik sehingga pendidikan sangat berperan penting dalam meningkatkan keterampilan berbahasa seseorang.

(18)

Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik agar berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan.Sebagaimana yang tercantum dalam KTSP (2006:42) mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut;1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisamn; 2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara; 3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; 4) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan entelektual, serta kematangan emosional dan sosial; 5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa dan 6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Untuk mewujudkan amanah dan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia tersebut dibutuhkan suatu strategi dan model inovasi yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran agar siswa memiliki keterampilan berbahasa untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran bahasa Indonesia agar siswa memiliki karakter yang berguna untuk bekal di masa akan datang.

Pengembangan bahasa Indonesia yang meliputi keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis haruslah dikuasai oleh seorang murid. Agar murid dapat memahami, menguasai, dan menggunakan Bahasa

(19)

Indonesia yang baik dan benar. Hal itu dapat dilakukan pada semua bidang yang dianggap tepat dan dapat menunjang kesempurnaan bahasa Indonesia. Berdasarkan keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut, keterampilan menulis merupakan kegiatan berbahasa yang memerlukan perhatian khusus. Menulis bukan hanya dibutuhkan peserta didik saat di sekolah saja namun dibutuhkan juga saat mereka nantinya setelah tamat sekolah dan terjun dalam masyarakat. Menuangkan ide ke dalam tulisan tidak semudah seperti menuangkan ide melalui lisan, sehingga untuk menguasainya sangat perlu ketelitian dalam menulis.

Kemampuan menulis tidak diperoleh secara alamiah tetapi melalui proses dan rajin berlatih. Oleh karena itu, seorang guru perlu memahami dan mampu menerapkan berbagai pendekatan, metode, strategi, dan model pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan murid dan dapat mengembangkan karakter yang baik dalam pembelajaran menulis. Biasanya keterampilan menulis di sekolah yang dilakukan oleh siswa merupakan kemampuan mengarang.

Pada kenyataannya di kelas IV SDN No. 16 Lonrong Kabupaten Bantaeng, masih banyaksiswa yang kesulitan untuk membuat sebuah karangan. Hal ini dibuktikan dengan para siswa sering mengeluh ketika diberi tugas mengarang. Akibatnya, kemampuan mengarang anak hanya 35% siswa yang menulis dengan baik, sisanya hanya mengerjakan asal-asalan saja. Jadi, nilai sebagian siswa masih tergolong rendah dari nilai rata-rata yang harus dicapai dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya mengarang. Selama ini dalam

(20)

pembelajaran menulis, guru cenderung masih menganggap dirinya sebagai sumber utama pengetahuan, sehingga teknik ceramah dengan pemberian contohsecara lisan masih menjadi pilihan utama dalam pembelajaran menulis. Dalam pembelajaran menulis, hendaknya guru menggunakan teknik yang menarik danvariatif.

Hasil tulisan siswa yang rendah dengan nilai yang tidak mencapai nilai ketuntasan minimal yaitu 70 dikarenakan kurangnya minat siswa dalam menulis khususnya mengarang, kurangnya kreatifitas siswa dalam mengembangkan ide yang akan disampaikan, dan kecenderungan siswa yang ingin mengahasilkan tulisan yang panjang tanpa memperhatikan kaidah tulisan yang sesuai dengan unsur yang sudah ada. Hal ini diketahui setelah peneliti bertanya kepada guru pengampu di SDN No. 16 Lonrong Kabupaten Bantaeng sebelum melakukan penelitian. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil karangan siswa yaitu ketidak tepatan pemilihan materi, media, dan evaluasi dalam pembelajaran menulis. Pengembangan bahan ajar menulis dengan berpedoman pada buku paket dan buku pegangan guru merupakan pengembangan yang biasa digunakan guru untuk mengajar. Guru dapat menggunakan kedua bahan ajar tersebut sepanjang dapat menunjang pencapaian kompetensi dalam pembelajaran menulis. Selain itu, guru dapat menggunakan objek yang ada di sekitar siswa maupun sumber dari pembelajaran mata pelajaran lain. Dalam pembelajaran menulis, tampaknya masih sedikit guru yang meggunakan media dalam mengajarkan keterampilan menulis. Keterampilan berbahasa tidak dapat diperoleh melalui kegiatan menghafalkan, melainkan diperoleh dari latihan menggunakan bahasa secaraterus-menerus, tetapi

(21)

hal itu belum mencukupi untuk menjadikan seorang terampil berbahasa. Selain latihan, siswa perlu memperbanyak pengalaman melakukan kegiatan berbahasa dalam konteks yang sesungguhnya.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan januari 2018, dalam proses pembelajaran kemampuan mengarang kurang mendapatkan penanganan yang khusus. Karena guru kelas lebih mengutamakan pencapaian nilai yang tinggi, sehingga banyak hal-hal yang penting terlupakan begitu saja. Selain itu, rendahnya kualitas pembelajaran keterampilan mengarangcerita di kelas IV SDN No. 16 Lonrong Kabupaten Bantaeng Tahun Ajaran 2016/2017 disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: (1) siswa mengalami kesulitan dalam menuangkan idenya ke dalam bentuk tulisan yang utuh, (2) kurangnya kemampuan siswa dalam mengembangkan paragraf, (3) kurangnya minat siswa dengan materi mengarang, (4) rendahnya pengetahuan siswa dengan materi mengarang. Sehubungan dengan pernyataan di atas, di dalam pembelajaran di sekolah dasar kemampuan menulis menjadi salah satu bagian keterampilan berbahasa yang harus diajarkan kepada siswa dan dikuasai oleh siswa.

Kemampuan mengarang memiliki beberapa manfaat bagi siswa (khususnya siswa SD) yaitu untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi dengan baik, membentuk karakter siswa, memberikan sentuhan manusiawi, dan mengembangkan keterampilan siswa dalam berbahasa. Oleh karena itu, maka digunakanlah metode fingerprint untuk mengetahui bakat siswa dan mengembangkan bakat tersut khususnya pada materi mengarang.

(22)

Sidik jari seseorang tak akan pernah berubah kecuali sebuah kondisi yaitu terjadi kecelakaan yang serius sehingga mengubah pola sidik jari yang ada. Keunikan sidik jari pemiliknya yang tak mungkin sama dengan siapapun di muka bumi ini sekali pun pada seorang yang kembar identik. Uniknya lagi, sidik jari dapat pula dijadikan panduan mengidentifikasi potensi seseorang, jadi sebenarnya kita dapat mengetahui bakat atau potensi siswadan dapat mengakomodasikan potensi siswa kedepannya. Adapun yang dapat diidentifikasi adalah mengenai pengendalian logika seseorang, reflek serta perkembangan otak. Oleh karena itu, kita dapat dengan mudah mengetahui potensi dan bakat yang lemah dan menonjol dari seorang siswa sehingga memudahkan guru dalam mengembangkan kemampuan mengarang siswa.

Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Metode Fingerprint terhadap Kemampuan Menulis Karangan Narasi pada Murid Kelas IV SDN No. 16 Lonrong Kabupaten Bantaeng”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya dan mengacu pada tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Apakah ada pengaruh penggunaan metode fingerprint terhadapkemampuan menulis karangan narasi pada murid kelas IV SDN No. 16 Lonrong Kabupaten Bantaeng?

(23)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode fingerprint terhadap kemampuan menulis karangan narasi pada murid kelas IV SDN No. 16 Lonrong Kabupaten Bantaeng.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis

a. Memperluas wawasan dalam khasanah keilmuan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pembelajaran keterampilan menulis karangan narasi. b. Sebagai acuan pembelajaran keterampilan mengarang dengan metode

fingerprint.

c. Sebagai sarana siswa mengembangkan keterampilan menulis karangan narasi.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1) Memberikan kemudahan siswa dalam mengemukakan ide yang mereka miliki.

2) Meningkatnya keterampilan menulis karangan narasi siswa.

3) Menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehinggasiswa termotivasi dan merasa antusias dalam mengikuti pembelajaran.

b. Bagi guru

1) Meningkatnya kemampuan guru dalam mengatasi kendalapembelajaran keterampilan mengarang dan mengelola kelas.

(24)

2) Dapat mengembangkan pembelajaran keterampilan mengarang melalui latihan.

c. Bagi sekolah

1) Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi pembelajaran bagi para guru lain dalam mengajarkan materi menulis

2) Kualitas hasil pembelajaran meningkat, terutama hasil pembelajaran mengarang.

d. Bagi Peneliti

1) Hasil penelitian ini adalah bagian dari pengabdian yang dapat dijadikan refleksi untuk terus mencari dan mengembangkan inovasi dalam hal pembelajaran menuju hasil yang lebih baik.

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dalam bidang penelitian pendidikan dan model-model pembelajaran yang akan menjadi bekal untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata setelah menyelesaikan studi.

3) Bagi peneliti lain, sebagai bahan studi lebih lanjut mengenai pemanfaatan metode fingerprint dalam pembelajaran.

(25)

10

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka

1. Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam studi pustaka yang peneliti lakukan, terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan sebelumnya tentang membaca yakni Nuraeni (2014) dengan judul penelitian Pengaruh Absensi Sidik Jari (Fingerprint) dan Motivasi Belajar Terhadap Kedisiplinan Siswa KelasX SMA Negeri 3Takalar. Hasil penelitian Nuraeni menunjukkan bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar dan kedisiplinan siswa apabila menggunakan absensi sidik jari (fingerprint). Penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2012) dengan judul efektivitas penggunaan metode fingerprint dalam upaya peningkatan hasil belajar menulis karangan siswa kelas IV SDN No.7 Tala juga menunjukkan hasil yang sama yakni terjadi peningkatan hasil belajar menulis karangan pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Selain itu, Irsandi (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi murid melalui metode fingerprint pada murid kelas V SD Inpres Jipang Kabupaten Gowa juga mengatakan bahwa terjadi perubahan peningkatan nilai hasil belajar murid.

Dari beberapa hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode fingerprint dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia murid. Oleh karena itu, peneliti memilih untuk menerapkan metode yang sama yakni metode fingerprint untuk meningkatkan

(26)

kemampuan menulis karangan narasi murid pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Belajar adalah proses perubahan yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman individu dan bukan karena proses pertumbuhan. Definisi belajar menurut Hilhard Bower dalam buku Theories of Learning, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi yang disebabkan oleh pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat djelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawa kematangan.

Belajar sering didefinisikan sebagai perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang disebabkan oleh latihan atau pengalaman. Anderson menyatakan bahwa belaja adalah suatu proses perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku potensial sebagai hasil dari pengalaman.

Dari definisi-definisi di atas, terlihat bahwa belajar melibatkan tiga hal pokok. Pertama, belajar megakibatkan adanya perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan yang terjadi karena belaja bersifat relative permanen atau tetap. Ketiga, perubahan tersebut disebabkan oleh hasil latihan atau proses petumbuhan atau perubahan kondisi fisik.

Pembelajaran yang efektif ditandai dengan berlangsungnya proses belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar jika dalam dirinya terjadi perbahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa dan sebagainya. Dalam pembelajaran, hasil belajar dapat

(27)

dilihat secara langsung. Oleh karena itu, agar kemampuan siswa dapat dikontrol dan berkembang semaksimal mungkin dalam proses belajar di kelas, maka program pembelajaran tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh para guru dengan memperhatikan berbagai prinsip pembelajaran yang telah diuji keunggulannya.

3. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Bahasa memiliki peranan sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya dan orang lain. Selain itu, pembelajaran bahasa juga membantu siswa mampu mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat dan bahkan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis imaginatif yang ada dalam dirinya.

Bahasa Inonesia merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwawancara (memahami dana tau menghasilkan teks lisan dana tau tulis) yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang diguakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, mata pelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampiln tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Indonesia pada tingkat literasi tertentu.

(28)

Tingkat literasi mencakup performative, functional, informational dan epistemic. Pada tingkat performative, orang mampu membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara dengan symbol-simbol yang digunakan. Pada tingkat functional, orang mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat informational, orang mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada tingkat epistemic, orang mampu mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa sasaran.

Pembelajaran bahasa Indonesia ditargetkan agar siswa dapat mencapai tingkat functional, yakni berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Diharapkan dapat mencapai tingkat, informational karena mereka disiapkan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Literasi epistemi dianggap terlalu tinggi untuk dapat dicapai oleh siswa karena bahasa Indonesia di Indonesia merupakan bahasa asing.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD mempunyai tujuan agar siswa mempunyai kemampuan:

a. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas untuk mengiringi tindakan (language accompanying action) dalam konteks sekolah

b. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bhasa Indonesia untuk meningkatkan daya saing bangsa dan masyarakat global.

Menurut pendapat lain, alasan pengajaran bahasa Indonesia diadakan di sekolah dasar ialah untuk memberikan pengetahuan penguasaan kosa kata yang

(29)

banyak sehingga apabila siswa melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, mereka tidak akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu, fokus utama dalam pengajaran Bahasa Indonesia ialah penguasaan kosa kata. Dengan menguasai kosa kata yang banyak, maka para siswa dapat dengan mudah menguasai keterampilan bahasa yang lain. Fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia:

a. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi bahasa Indonesia, baik dalam lisan atau tertulis. Kemampuan berkomunikasi meliputi mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). b. Menumbuhkan kesadaran tentang hakikat bahasa, baik Bahasa Indonesia

sebagai bahasa asing dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu melalui perbandingan kedua bahasa tersebut.

c. Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antar Bahasa budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian siswa dapat melintasi budaya dan melibatkan diri dalam keragaman.

4. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Dalam dunia psikologi, metode berarti prosedur sistematis (tata cara berurutan) yang biasa digunakan untuk menyelidiki fenomena (gejala-gejala) kejiwaan. Maka metode pembelajaran artinya cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan

(30)

kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa.

Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan oleh guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan juga bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Suatu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan.

Metode menurut sebagian ahli adalah penentuan bahan yang akan diajarkan, ada pula yang mengatakan cara-cara penyajian bahan. Pada intinya metode mencakup beberapa faktor, yaitu penentuan bahan, penentuan urutan bahan, cara-cara penyajian dan sebagainya yang kesemuanya dilandaskan pada suatu sistem tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula.

Metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk belajar. Jika siswa merasa bosan, maka mereka akan kurang termotivasi untuk belajar. Sebaliknya jika mereka merasa metode yang dipergunakan oleh guru tidak membuat mereka bosan, mereka akan termotivasi untuk belajar. Namun Jeremy Harmer juga menyebutkan bahwa bidang ini sangat sulit untuk dipastikan.

Murid yang sungguh-sungguh termotivasi untuk belajar mempunyi kemungkinan untuk tetap sukses dengan metode pembelajaran seperti apapun. Setiap siswa juga mempunyai ketertarikan yang berbeda dengan metode pembelajaran yang dipergunakan oleh guru. Berbagai penelitian yang telah

(31)

dilakukan pun tidak ada yang secara pasti menyatakan bahwa salah satu metode lebih baik dari metode yang lain. Kesuksesan suatu metode sebagian besar berada ditangan guru.

Pada dasarnya metode pembelajaran bahasa dan metode pembelajaran mata pelajaran lain tidak banyak berbeda. Metode pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah apa yang dimaksud oleh tujuan pembelajaran itu sendiri. Semua situasi pembelajaran yang berlangsung baik maksimal maupun kurang maksimal semuanya mencakup beberapa aspek, yaitu: a) pemilihan bahan, b) peningkatan bahan, dan c) cara-cara penajian materi pembelajaran serta cara-cara pengulanganmateri tersebut.

Pemilihan materi dilakukan karena tidak mungkin membelajarkan semua hal yang tercakup dalam bidang ilmu yang sangat luas. Oleh karena itu perlu diadakan pemilihan mana diantaranya diajarkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Peningkatan dan penentuan urutan pemberian materi secara sekaligus diajarkan. Dalam pembelajaran bagian-bagian tertentu lebih dulu dan bagian-bagian yang lain. Cara-cara penyajian materi perlu dipikirkan karena tidak mungkin diajarkan sesuatu dengan hasil baik jika tidak dipikirkan cara-cara penyajian mana yang dapat memperoleh hasil sebagaimana yang diinginkan tujuan yang ingin dicapai. Pengulangan pemberian materi perlu diberikan, karena tidak mungkin mempelajari sesuatu keteramplan hanya dengan satu contoh. Semua keterampilan akan bergantung pada frekuensi latihan yang diperoleh.

(32)

Dalam rangka pembentukan keterampilan berbahasa, Sofa (2010:15) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatian, yakni:

a. Bagaimana cara-cara yang dipakai untuk menumbuhkan kebiasaan berbahasa yang baik.

b. Berapa banyak tugas-tugas yang diberikan untuk bercakap-cakap, mendengar, membaca dan mengarang.

c. Kapan dan bagaimana cara melakukannya.

d. Bagaimana cara yang dilakukan untuk mengetahui apa yang telah diajarkannya itu dipahami atau dikuasai oleh pembelajar. Apakah dengan ulangan, tugas-tugas, atau dengan cara-cara lain.

e. Bagaimana melakukannya.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa menerapkan suatu metode haruslah disesuaikan dengan kemampuan berpikir serta kemudahan pembelajar menerima materi. Jika tidak, maka siswa akan kehilangan motivasi belajar mereka kecuali bagi siswa yang benar-benar mempunyai motivasi belajar tinggi. Tidak ada satu metode yang mutlak lebih baik dari metode yang lain. Setiap metode mempunya kelebihan dan kekurangan masing-masing.

5. Metode Fingerprint (Sidik jari) a. Pengertian Fingerprint (Sidik jari)

Fingerprint merupakan suatu bentuk biometric, sebuah ilmu yang menggunakan karakteristik fisik seseorang untuk mengidentifikasi. Sidik jari sangat ideal untuk tujuan ini karena mereka mudah untuk mengumpulkan, menganalisis, dan tidak pernah berubah, bahkan dengan bertabambahnya umur

(33)

sesorang. Meskipun tangan dan kaki memiliki banyak daerah bergerigi yang dapat digunakan untuk identifikasi, sidik jari menjadi bentuk popular biometric karena mereka mudah untuk mengklasifikasikan dan mengurutkan. Sidik jari yang terbuat dari susunan pegunungan yang disebut ridges gesekan. Setiap tonjolan berisi pori-pori yang melekat pada kelenjar keringat di bawah kulit.

Sidik jari merupakan identitas pribadi yang tak mungkin ada yang menyamainya. Jika di dunia ini hidup 6 miliar orang, maka ada 6 miliar pola sidik jari yang ada dan belum ditemukan seseorang yang memiliki sidik jari yang sama dengan lainnya.Ada tiga jenis sidik jari yaitu Whorl (lingkaran), Loop (sangkutan) dan Arch (busur). Sifat-sifat atau karakteristik yang dimiliki oleh sidik jari adalah parennial nature yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat pada manusia seumur hidup, immutability yang berarti bahwa sidik jari seseorang tak akan pernah berubah kecuali sebuah kondisi yaitu terjadi kecelakaan yang serius sehingga mengubah pola sidik jari yang ada dan individuality yang berarti keunikan sidik jari merupakan originalitas pemiliknya yang tak mungkin sama dengan siapapun di muka bumi ini sekali pun pada seorang yang kembar identik.

Uniknya lagi, sidik jari dapat pula dijadikan panduan mengidentifikasi bagaimana potensi seseorang, jadi sebenarnya kita bisa mengetahui bakat atau potensi seseorang sehingga kita bisa mengakomodasikan potensi dan bakatnya. Cara identifikasi bisa dilakukan secara kasat mata dengan orang yang pakar di bidangnya, atau ada juga yang menggunakan sebuah alat khusus pembaca sidik jari (fingerprint reader) yang dihubungkan ke sebuah komputer bersoftware khusus yang kemudian menganalisa berdasarkan titik-titik yang menjadi acuan.

(34)

Adapun yang bisa diidentifikasi adalah mengenai pengendalian logika seseorang, reflek serta perkembangan otak. Mengenai bentuk dan pola sidik jari yang terdiri dari tiga jenis di atas memiliki ciri-ciri yang khas yaitu :

1) Whorl (melingkar) yaitu bentuk pokok sidik jari, mempunyai 2 delta dan sedikitnya satu garis melingkar di dalam pattern area, berjalan di depan kedua delta. Jenis whorl terdiri dari Plain whorl, Central pocket loop whorl, Double loop whorl dan Accidental whorl.

2) Loop(sangkutan) adalah bentuk pokok sidik jari dimana satu garis atau lebih datang dari satu sisi lukisan, melereng, menyentuh atau melintasi suatu garis bayangan yang ditarik antara delta dan core, berhenti atau cenderung berhenti ke arah sisi semula.

3) Arch(busur) merupakan bentuk pokok sidik jari yang semua garis-garisnya datang dari satu sisi lukisan, mengalir atau cenderung mengalir ke sisi yang lain dari lukisan itu, dengan bergelombang naik di tengah-tengah.

b. Ciri kepribadian menurut pola sidik jari 1) Sidik jari berpola Whorl

Pola whorl mengungkapkan tipe pendiam dan pemikir. Agak kaku dan sukar menyesuaikan diri atau berubah pikiran, sangat bertanggung jawab, lebih suka bekerja sendiri, dan sosok yang sangat ulet.

a) Jari telunjuk “Anugerah Persepsi”. Individu dengan pola ini hampir mustahil untuk menipu atau berbohong. Mereka secara umum mengalami masa kanak-kanak yang sangat tidak bahagia. Mereka hanya bisa melihat dengan sangat

(35)

jelas penipuan-penipuan dan kepura-puraan orang lain, termasuk orang tua mereka sendiri.

b) Jari Tengah“Anugerah Organisasi”. Pemilik pola ini dapat melihat penggolongan-penggolongan dan hubungan-hubungannya pada hampir semua orang. Mereka akan menggolongkan orang-orang dan kejadian dalam tipe-tipe khusus tertentu. Mereka bersifat sangat curiga, dan senang membongkar atau menyelidiki “rahasia-rahasia.

c) Jari Manis “Anugerah Pembedaan”. Sebuah kemampuan untuk menyoroti kekurangan-kekurangan di dalam setiap rencana, desain, konsep, atau orang per orang. Suatu kecenderungan yang kuat ke arah kesempurnaan (perfeksionis), terutama dalam pekerjaannya sendiri. Orang ini tidak bisa memaklumi sebuah gambar yang tergantung sedikit miring.

d) Jari Kelingking “Anugerah Komunikasi”. Meski biasanya malu sendiri dan menahan diri, mereka ini mempunyai anugerah berupa kepandaian berbicara dan menulis kata. Ahli pidato alami, yang mempunyai kemampuan untuk bergerak dan mengilhami orang lain dengan kekuatan suaranya. Satu karateristik yang menarik adalah penempatan pandangan-pandangan spiritualnya. Mereka tidak akan pernah mengikuti dogma dari agama apa pun, tetapi mempunyai filsafat sendiri yang unik di mana mereka sangat meyakininya.

e) Ibu Jari “Anugerah Kekuatan Kehendak”. Pola ini mengungkapkan kepemimpinan alami dengan kemampuan yang kuat untuk memerintah orang lain. Mereka akan mendominasi setiap situasi dengan kemampuan memikat

(36)

yang tak bisa dipisahkan. Terdapat kecenderungan yang kuat ke arah pandangan totaliter atau diktator, terutama terhadap anak-anak mereka.

2) Sidik jari berpola Loop

Pola loop menunjukkan orang yang fleksibel dan mampu menyesuaikan diri. Dia menyukai kehidupan yang aktif dengan banyak tantangan. Bisa bekerja sama dengan orang lain dan menyukai bisnis di bidang komunikasi.

a) Jari telunjuk : Seseorang yang mengekspresikan Ego mereka dengan cara yang unik. Cetakan tunggal di tangan yang dominan mengungkapkan sifat bekerja mandiri adalah satu-satunya jalan untuk pemenuhan pribadi.

b) Jari Tengah : Orang yang menggunakan pikirannya dengan cara uniknya sendiri. Mereka adalah pencipta yang besar, dengan kreativitas yang tinggi, juga mempunyai kemampuan untuk mengendalikan sistem otonom mereka sendiri, seperti denyut jantung, pencernaan, dan lain-lain dengan pikiran mereka.

c) Jari Manis : Seseorang yang menciptakan emosi mereka sendiri serta respon-respon emosionalnya. Orang lain tidak pernah benar-benar bisa memahami individu ini, karena tidak bisa memahami emosi atau respon-responnya yang tidak pernah dialami orang lain. Akhirnya, mereka tidak pernah merasa “sesuai” dengan masyarakatnya, tetapi hidup mereka diatur oleh usaha yang tetap. Isu ketakutan dan kesepian harus diberdayakan untuk mencapai pemenuhan.

d) Jari kelingking : Sangat jarang sekali. Pola ini mengindikasikan seseorang yang menciptakan pandangan-pandangan religius dan kerohanian mereka

(37)

sendiri. Dan ini tidak akan bercampur dengan filsafat-filsafat lain yang paling umum, tetapi akan menjadi sebuah agama yang didasarkan pada konsep-konsep yang sama sekali baru.

3) Sidik jari berpola Arch

Pola arch menunjukkan orang yang bersifat garam dunia. Dia praktis, teguh, berkepala dingin, bersahaja, materialistis, dan sukar mengutarakan perasaannya yang terdalam.

a) Jari telunjuk : Orang yang mempunyai pandangan tradisional mengenai ambisi, karier, dan kepemimpinan mereka sendiri. Mereka percaya bahwa mereka harus bekerja keras untuk mendapatkan uang, menyimpan uangnya, dan menginvestasikannya untuk masa depan mereka. “Masa lampau” mereka berada dalam bidang-bidang seperti hidup tanpa dengan banyak partner dan tingkat kekaguman pada diri sendiri yang rendah (memiliki kecenderungan untuk bunuh diri, gangguan mental karena makanan, dan wujud-wujud lain dari penganiayaan terhadap diri sendiri).

b) Jari Tengah : Nilai-nilai tradisional mengenai pikiran. Untuk orang-orang ini, pendidikan adalah satu-satunya cara menuju sukses. “Masa lampau" mereka berada dalam bidang-bidang seperti penyalahgunaan obat dan memanipulasi orang lain.

c) Jari Manis : Nilai-nilai tradisional yang bersinggungan kepada emosi (laki-laki tidak boleh menangis, dan lain-lain). “Masa lampau" mereka adalah ketiadaan stabilitas emosional mereka sebelumnya.

(38)

d) Jari kelingking : Nilai-nilai tradisional mengenai komunikasi, agama, dan seks. Mereka adalah satu-satunya kelompok orang yang akan sungguh mengikuti dogma setiap agama tertentu, tanpa menyesuaikannya pada standar mereka sendiri. “Masa lampau” mereka adalah hidup dengan banyak partner atau ketiadaan kerohanian, tetapi hanya karena dipersepsikan sebagai “pewarnaan” jiwa.

e) Ibu jari : Nilai-nilai tradisional dalam menerima nafsu dan keinginan. Bahkan setelah kepribadian berkembang, masih ada kecenderungan yang kuat ke arah sikap-sikap dominasi. “Masa lampau” mereka adalah ketika mereka terjatuh menjadi mangsa nafsu dan keinginan-keinginan mereka, dengan sedikit pemikiran untuk menolak masa depan.

Ketika pola arch ditemukan pada jari telunjuk dan jari tengah, maka terdapat akal yang sangat dalam. Namun kadang-kadang melambat untuk menyerap konsep-konsep, hal ini karena kerinduan pokok materi suatu pemahaman yang lengkap, daripada sekedar suatu genggaman dangkal dari pengetahuan. Pola arch ditemukan pada jari telunjuk dan jari tengahjuga menunjukkan antusiasme dan gairah, impulsif, dan terlibat secara mendalam dengan segala sesuatu yang ditanganinya.

c. Tahap-tahap fingerprint

Untuk memeriksa kecerdasan siswa lewat sidik jari, awalnya telapak tangan difoto dengan sebuah kamera yang terhubung pada layar monitor. Selanjutnya, kesepuluh jari discan pada sebuah alat menyerupai bentuk mouse komputer. Caranya cukup dengan meletakkan masing-masing ujung jari secara

(39)

bergantian. Saat itulah, kesepuluh sidik jari siswa telah terekam dalam seperangkat komputer. Jari kelingking menggambarkan penglihatan. Jari manis melambangkan pendengaran. Jari tengah berhubungan dengan sentuhan, keseimbangan, pergerakan serta koordinasi tangan dan kaki. Jari telunjuk sebagai proses informasi (tangan kiri untuk logika, tangan kanan untuk pikiran). Ibu jari untuk berpikir dan membuat keputusan.

d. Tes fingerprint untuk melihat bakat tersembunyi

Akhir-akhir ini muncul trend baru para orang tua melakukan test sidik jari (fingerprint test) pada anak-anaknya, dengan maksud mengetahui bakat-bakat (talenta) terpendam pada diri mereka. Begitupun dengan sebagian guru, ada yang melakukan tes sidik jari pada siswa-siswanya untuk mengetahui bakat siswa kemudian mengembangkannya.

Tes dilakukan dengan melakukan pemindaian dan merekam gambar sidik jari, kemudian hasilnya akan dianalisa oleh Fingerprint Test. Secara garis besar, jari kelingking menggambarkan penglihatan, jari manis untuk pendengaran, jari tengah berhubungan dengan sentuhan, keseimbangan, pergerakan, serta koordinasi tangan dan kaki, jari telunjuk untuk proses informasi, tangan kiri untuk logika, tangan kanan untuk pikiran, dan ibu jari untuk berpikir serta membuat keputusan.

Secara umum, jenis sidik jari manusia ada empat macam, yaitu whorl (W), ulnar loop (U), radial loop (R), dan arch (A). Orang dengan jenis sidik jari whorl biasanya memiliki karakter independen, kompetitif, keras kepala, dan proaktif. Karakter orang yang memiliki jenis sidik jari ulnar loop biasanya

(40)

emosional, memiliki kemampuan adaptasi yang cepat, serta mudah berinteraksi. Orang yang memiliki jenis sidik jari radial loop biasanya cenderung egois dan memiliki pemikiran terbalik.Adapun karakter orang yang memiliki jenis sidik jariarch cenderung praktis, realistis, efisien, tetapi konservatif.

Karakter sidik jari manusia juga ternyata berhubungan erat dengan bagian fungsi otak. Ibu jari memiliki jalinan ke otak depan. Motif garis ibu jari itu bisa menunjukkan karakter seseorang. Telunjuk memiliki hubungan dengan otak depan yang posisinya lebih atas. Motif garis telunjuk tersebut dapat menunjukkan pemikiran logis dan kreativitas seseorang.Jari tengah memiliki keterkaitan dengan otak bagian atas. Motif jari tengah itu dapat menunjukkan kontrol pergerakan minor dan mayor seseorang. Adapun jari manis memiliki jalinan dengan otak yang berada di belakang telinga. Motif jari manis itu kerap dikaitkan dengan kontrol pendengaran. Sedangkan jari kelingking memiliki hubungan dengan otak belakang. Motif jari kelingking itu dapat menunjukkan tingkat konsentrasi maupun penglihatan seseorang.

Jari-jari tangan sebelah kanan seseorang, mewakili fungsi otak sebelah kiri. Otak kiri berfungsi untuk melihat perbedaan angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan, dan logika. Sedangkan jari-jari tangan sebelah kiri seseorang mewakili fungsi otak sebelah kanan. Otak kanan berfungsi untuk melihat persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk ruang, emosi, musik, dan warna.

Secara medis, motif sidik jari manusia terbentuk sempurna pada minggu ke-13 ketika janin mulai berkembang. Otomatis fingerprint dapat mengetahui karakter sidik jari anak yang berbeda-beda secara spesifik dan akurat. Alhasil,

(41)

teknologi itu dapat membaca kelebihan juga kekurangan anak serta solusinya dengan tingkat akurasi mencapai 95%. Sayangnya, teknologi itu hanya efektif untuk mengetahui kompetensi anak pada usia 5 hingga 15 tahun. Rentang usia tersebut merupakan masa perkembangan saraf-saraf otak manusia. Pada masa-masa itu pula segala potensi anak masih berpeluang dikembangkan. Sedangkan saat usia anak mencapai lebih dari 15 tahun, pembentukan karakterlebih sulit karena anak sudah memiliki pemikiran matang.

e. Manfaat fingerprint

Manfaat penggunaan fingerprint adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui bakat alami dengan cepat (dominasi otak kanan-otak kiri) 2) Mengetahui kecepatan menyerap informasi dan bertindak

3) Mengetahui landasan motivasi seseorang 4) Mengetahui profil kepribadian

5) Mengetahui gaya belajar dan gaya berfikir yang efektif 6) Mengetahui potensi dan bakat yang lemah dan menonjol 7) Mengetahui potensi stress dalam diri seseorang

f. Keunggulan dan kelemahan fingerprint 1) Keunggulan fingerprint

Adapun keunggulan dari menggunakan fingerprintsebagai metode dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Tidak butuh waktu lama saat tes (10-15 menit)

b) Tidak ada vonis bahwa orang yang satu lebih bodoh dari yang lainnya c) Akurasinya sangat tinggi (efektif)

(42)

d) Sekali seumur hidup (efisien)

e) Tidak tergantung situasi psikologis (tidak mudah berubah-ubah)

f) Bisa untuk anak autis dan hiperaktif (anak berkebutuhan khusus lainnya) 2) Kelemahan fingerprint

Adapun kelemahan dari menggunakan fingerprint adalah kita tidak pernah tahu bahwa jari luka, bukan? Dengan sistem sensor fingerprint, jika bagian jari luka atau sobek tepat disidik jari, data tidak akan bisa terbuka karena data tidak terverifikasi atau sensor tidak mengenali sidik jari nya.

6. Hakikat Menulis Karangan Narasi

Seperti yang diungkapkan Tarigan (2008: 3 ) bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang, sehingga orang dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. Dalam menulis diperlukan adanya suatu bentuk ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan mempunyai urutan logis dengan menggunakan kosa kata dan tata bahasa tertentu atau kaidah bahasa yang digunakan sehingga dapat menggambarkan atau dapat menyajikan informasi yang diekspresikan secara jelas. Itulah sebabnya mampu menulis diperlukan latihan dan praktek yang terus menerus dan teratur.

Nurgiantoro (2011: 296) mengungkapkan dua pengertian menulis pengertian tersebut antara lain: Pertama, pengertian menulis dilihat dari segi kemampuan berbahasa, menulis adalah aktivitas produktif, aktivitas menghasilkan bahasa. Kedua, pengertian menulis secara umum adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Pengertian pertama menekankan pada aktivitas

(43)

menggunakan bahasa, sedangkan pengertian kedua menekankan pada aktivitas mengungkapkan gagasan. Jadi dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan mengungkapkan ide atau gagasan menggunakan bahasa tulis.

Sedangkan menurut Suparno, dkk (2006: 1.3) menulis dapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan menyampaikan pesan (komunikasi) dengan menggunakan Bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Dengan menulis seseorang dapat kita mengetahui sebuah pesan atau informasi. Dalam kehidupan sehari-hari menulis merupakan kegiatan menyampaikan pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa sebagai alat atau medianya.

Menurut Kusman (2007: 99) menjelaskan bahwa kegiatan komukasi melalui tulisan dapat menembus ruang dan waktu serta tidak dibatasi oleh kehadiran pembaca dalam ruangan. Sependapat dengan pendapat sebelumnya, Subini (2011: 58) menulis adalah suatu aktivitas yang kompleks yang mencakup gerakan lengan, jari tangan, dan mata secara terintegrasi untuk menghasilkan suatu tulisan komunikasi. Menulis merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami siswa selama menurut ilmu di sekolah. Menurut Abdurrahman (2012: 179) menjelaskan tiga hakikat menulis meliputi: 1) menulis merupakan salah satu komponen sistem komunikasi, 2) menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide-ide dalam bentuk bahasa tulis, dan 3) menulis dilakukan untuk keperluan mencatat dan komunikasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu proses penyampaian pesan (komunikasi) secara tidak langsung melalui bahasa tulis berupa kreatif yang jelas dan runtut sehingga dapat dipahami oleh

(44)

orang tua. Menulis juga dapat dikatakan sebagai kegiatan yang mengasah kemampuan berbahasa kita.

Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan diartikan pula dengan rangkaian hasil pemikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur. Apabila seseorang menggunakan buah pikiran, gagasan, perasaan, pengalaman atau lainnya dalam bentuk bahasa tulis, kegiatan tersebut adalah kegiatan mengarang. Untuk menyampaikan buah pikiran, gagasan, perasaan, pengalaman dan lainnya seseorang perlu memiliki perbendaharaan kata yang memadai, terampil menyusun, kata menjadi kalimat yang jelas, dan mahir memakai bahasa secara efektif. Sebagai mana yang di kemukakan oleh The Liang Gie ( 2009: 18 ) bahwa untuk menyampaikan gagasan dan fakta secara lincah seseorang perlu memiliki perbendaharaan kata yang memadai, terampil menyusun, kata menjadi kalimat yang jelas, dan mahir memakai bahasa secara efektif.

Menurut pengertiannya karangan adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengumpulkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. The Liang Gie ( 2008: 17 )Mengarang adalah kegiatan menulis yang tersusun dengan teratur dari kata, kalimat, sampai paragraph yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang utuh, degan maksud menceritakan kejadian atau peristiwa, mempercakapkan sesuatu dan tujuan lainnya.

(45)

Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca (Iskandarwassid, 2009:248). Kegiatan menulis ini tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan bahasa lainnya. Karena kegiatan menulis ini didorong oleh keterampilan berbahasa yang lain seperti kegiatan berbicara, menyimak, dan membaca. Dari keterampilan keterampilan tersebut, siswa bisa mengungkapkan pikiran, gagasan, dan perasaan melalui bahasa tulis. Sebagaimana dikatakan oleh Murray (Abbas, 2006:127), menyatakan, menulis adalah proses berpikir yang berkesinambungan, mulai dari mencoba, dan sampai dengan mengulas kembali.

Abbas, 2006:127 menyatakan bahwa:

“Proses berpikir adalah aktifitas yang bersifat aktif, konstruktif, dan menuangkan gagasan berdasarkan skemata, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki secara tertulis. Dalam proses tersebut diperlukan kesungguhan mengolah, menata, mempertimbangkan secara kritis dan menata ulang gagasan yang dicurahkan. Kegiatan mengarang yang dilakukan oleh siswa bertujuan untuk memperkaya kosakata yang dimiliki siswa. Selain itu, dengan kegiatan mengarang akan memudahkan siswa berkomunikasi dengan lebih baik dengan teman temannya atau orang lain karena kosakata yang dimiliki semakin banyak”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis karangan adalah kegiatan menulis yang tersusun dengan teratur dari kata, kalimat, sampai paragraf yang saling berhubungan dan merupakan kesatuan yang utuh, dengan maksud menceritakan kejadiaan atau peristiwa, mempercakapkan sesuatu, dan tujuan lainya.

Karangan narasi disebut juga karangan kisahan. Karangan jenis ini menyajikan suatu peristiwa atau kisahan secara kronologis dengan penataan jalan

(46)

cerita secara mekanik. Peristiwa atau kisahan yang disajikan dengan karangan naratif dapat meningkatkan pemahaman pembaca terhadap peristiwa yang disajikan dalam tulisan.

Menurut Kusman (2007: 106) karangan narasi adalah karangan yang sering digunakan untuk mengungkapkan suatu dengan cara berkisah atau bercerita. Karangan narasi alam penyajian mengisahkan suatu peristiwa secara runtut kalimat-kalimat dalam karangan narasi yang berisi rangkaian kejadian atau peristiwa biasanya disusun menurut urutan waktu (kronologis).

Dalam karangan narasi disajikan rangkaian peristiwa, sehingga antara satu peristiwa dengan yang lainnya saling berkaitan dalam membangun suatu jalan cerita yang menarik. Tim Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia (2005: 93) menjelaskan karangan narasi adalah karangan yang menceritakan satu atau beberapa kejadian dan bagaimana berlangsungnya peristiwa-peristiwa tersebut.Peristiwa yang dikisahkan itu dapat berupa peristiwa yang terjadi sesungguhnya atau hanya imajinasi pengarang. Isi karangan narasi boleh tentang fakta yang benar-benar terjadi, boleh pula tentang sesuatu kahayalan.

Karangan narasi adalah karangan yang gagasan pokoknya tersirat pada keseluruhan kalimat dalam karangan Lestari, dkk, 2005; 95). Kalimat-kalimat yang membentuk karangan tersebut mempunyai kedudukan yang sama pentingnya.

Lenterak (2013) menjelaskan narasi adalah bentuk bercerita biasa berdasarkan plot atau alur cerita yang terdiri dari tokoh, kronologi dan latar. Tulisan narasi menyajikan serangkaian peristiwa secara kronologis sehingga

(47)

pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. Sebagai suatu tulisan, narasi dikembangkan dengan memperhatikan hikmah dari cerita. Sebagai suatu tulisan, narasi dikembangkan dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar sebagai tumpuan berpikir yaitu alur (plot), penokohan, latar titik pandang, pemilihan detail peristiwa.

Tulisan narasi bisa berisi fiksi atau fakta (non-fiksi). Misalnya narasi fakta adalah biografi (riwayat hidup seseorang), otobiografi, dan kisah atau peristiwa sebenarnya. Contoh narasi yang tergolong fiksi diantaranya novel, cerita bersambung, dan cerita bergambar.

Berdasarkan uraian di atas narasi dibatasi sebagai bentuk tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman yang dialami manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Atau dapat juga disimpulkan narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.Ciri-ciri karangan narasi adalah:

a) Menggunakan urutan waktu dan tempat yang berhubungan secara kausalitas. b) Terdapat unsur tokoh yang digambarkan mempunyai perwatakan yang jelas. c) Terdapat alur cerita, setting dan konflik.

a. Unsur-Unsur Menulis Karangan

Berbicara mengenai karangan baik yang berupa karangan pendek maupun panjang, maka kita harus berbicara mengenai beberapa hal atau masalah disekitar karangan.. The Liang Gie (2008: 17) mengemukakan ada 4 (empat) unsur dalam menulis karangan yaitu sebagai berikut:

(48)

1) Gagasan ( Idea ), yaitu topic berikut tema yang diungkapkan secara tertulis. 2) Tuturan ( Discourse ), yaitu bentuk pengungkapan gagasan sehingga dapat

dipahami pembaca.

3) Tatanan (Organizing), tertib pengaturan dan penyusunan gagasan mengindahkan berbagai asas, aturan, dan teknik sampai merencanakan rangka dan langkah.

4) Wahana (Medium) ialah sarana penghantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosa kata, gramatika (tata bahasa), dan terotika (seni memekai bahasa secara efektif).

b. Susunan Karangan

Susunan karangan atau wacana sebagaimana dikemukakan oleh Tarigan dan Sulistyaningsih (2000 : 362) adalah wacana dibentuk oleh paragraf sedangkan paragraf dibentuk oleh kalimat. Kalimat yang membentuk paragraf itu haruslah merangkai, kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya harus berkaitan begitu seterusnya. Sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh atau membentuk sebuah gagasan. Selanjutnya paragraf dengan paragraf pun merangkai secara utuh membentuk sebuah wacana yang memiliki tema yang utuh.

1) Kata

Kata adalah unsur katayang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat di gunakan dalam bahasa. Untuk dapat menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan dalam tulisan karangan.

(49)

Dalam memilih kata itu harus diberikan dua persyaratan pokok, yaitu: (1) Ketepatan (2) Kesesuaian (Suriamiharja, 2002: 25). Persyaratan ketepatan yaitu kata yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan apa yang ingin di ungkapkan sehingga pembaca juga dapat menafsirkan kata tersebut tepat seperti maksud penulis. Persyaratan kedua yaitu kesesuaian. Hal ini menyangkut kecocokan antara kata yang dipakai dengan kesempatan / situasi dengan keadaan pembaca. Apakah pilihan kata dan gaya bahasa yang dipergunakan tidak merupakan suasana atau tidak menyinggung perasaan orang yang hadir.

2) Kalimat

Kalimat terbentuk dari gabungan anak kalimat, sedangkan anak kalimat adalah gabungan dari ungkapan atau frase, dan ungkapan itu sendiri merupakan rangkaian dari kata.Kalimat yang dipergunakan dalam karangan berupa kalimat yang efektif yaitu kalimat yang benar dan jelas sehinga mudah dipahami orang lain. Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pandangan atau pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis atau pembaca. (Suriamiharja, 2002: 38) Mangemukakan bahwa: Kaliamat efektif dalam bahasa tulis, haruslah memiliki unsur: (1) Dapat mewakili gagasan penulis. (2) Sanggup menciptakan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca seperti yang dipikirkan penulis.

3) Paragraf

Paragraf adalah satu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari pada kalimat. Paragraf merupakan kimpulan kalimat yang berkaitan dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan, berkaitan

(50)

dengan paragraf (Suriamiharja, 2002: 46), menjelaskan bahwa dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat utama atau kalimat, topik, kalimat penjelas sampai kalimat penutup .Fungsi dari paragraf dalam karangan adalah :

(a) Sebagai penampung dari sebagian kecil jalan pikiran atau ide keseluruhan karangan.

(b) Memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok karangan c. Langkah-langkah Menyusun Karangan

Adapun segala sesuatu yang berhubungan dengan menulis cerita antara lain tentang kemampuan menyusun isi karangan atau tulisan, kemampuan menyusun paragraf, kemampuan memilih kata atau diksi, kemampuan tata bahasa, dan kemampuan menggunakan ejaan.

1) Kemampuan Menyusun Isi Karangan

Poerwadarminta (2006:39) menyatakan bahwa kalimat dalam karangan harus jelas dan terang, sehingga isi karangan itu mudah dipahami pembaca. Jelas dan terang merupakan syarat yang utama bagi penuturan atau kalimat di dalam karangan. Penuturan harus jelas maksudnya, tidak samar-samar sehingga segala sesuatu yang dituturkan seakan-akan tampak nyata oleh pembaca. Selain jelas, terang juga tidak meragukan, tidak mendua arti serta tidak pula menimbulkan salah paham. Berikut ini terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan samar atau gelap isi karangan. (Poerwadarminta, 2006:44).

(51)

a) Menyalahi tata tertib dan tata bahasa: pelanggaran tata bahasa yang sekecil kecilnya mungkin hanya menimbulkan keraguan tetapi pelanggaran yang besar akan melenyapkan maksud atau isi karangan

b) Memakai ungkapan kata yang kurang tepat: penggunaan ungkapan-ungkapan yang tidak tepat, tidak pada tempatnya, tidak lazim, atau tidak sewajarnya sudah tentu akan menimbulkan kesamaran maksud atau isi atau sekurang – kurangnya terasa aneh,

c) Penghematan penuturan atau kalimat secara berlebihan,

d) Kurang dan lebih apabila penuturan jadi samar atau gelap karena kurang lengkap,dan

e) Terlampau banyak kata.

2) Kemampuan Menyusun Paragraf

Widyamartaya (2000:32), menyatakan bahwa paragraf adalah sekelompok kalimat yang saling berkaitan dan mengembangkan suatu gagasan dan menambahkan bila ditinjau dari kalimat-kalimatnya sebuah paragraf terdiri dari satu kalimat utama menyampaikan pikiran utama pendukung atau pikiran penjelasan.

3) Kemampuan Memilih Kata atau Diksi

Untuk menulis disediakan bahan kata yang cukup banyak. Bahasa boleh dikatakan lebih dari cukup, sehingga kadang-kadang agak sukar memilihnya. Sudah tentu penulis akan mencari kata yang terbaik untuk menyampaikan sesuatu dalam tulisannya. Widyamartaya (2000:40) menyatakan bahawa, kata dikatakan terbaik apabila tepat arti dan tempatnya, seksama dengan apa yang akan

(52)

dikatakan, dan lazim dikatakan dalam bahasa umum. Jadi, tepat arti dan tempat, seksama dan lazim merupakan pedoman untuk memilih kata dalam menulis. Berhubungan dengan menulis cerita menggunakan pendekatan kontekstual dalam memilih kata harus pula memperhatikan unsur arti kata yang tepat, lazim dan seksama. Selain itu juga memperhatikan nilai rasa, bunyi kata, dan hubungan kata. Apabila hal-hal tersebut terpenuhi dalam memilih kata, maka siswa atau penulis dikatakan mempunyai kemampuan fisik dalam menulis.

4) Penggunaan Tata Bahasa

Aspek tata bahasa yang diperhatikan penggunaan dalam penyusunan paragraf atau menulis, menurut Pusat dan Pengembangan Bahasa Depdiknas Republik Indonesia (2007:41-54) yaitu:

a) Penulisan huruf: huruf besar dan huruf miring,

b) Penulisan kata: kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan kata, kata ganti, kata depan partikel, angka dan bilangan,

c) Penulisan unsur serapan dari bahasa asing yang disesuaikan dengan Bahasa Indonesia dan sebagian lagi belum sepenuhnya diserap ke dalam Bahasa Indonesia,

d) Tanda baca: tanda titik ( . ), tanda koma ( , ), tanda titik koma ( ; ), tanda titik dua ( : ), tanda hubung ( - ), tanda pisah ( _ ), tanda tanya (?), tanda seru ( ! ), tanda kurang, ( - ), tanda petik ( “...” ), tanda garis miring ( / ), dan tanda penyingkat ( , )

(53)

f) penyusunan kalimat, kalimat efektif adalah kalimat yagn dapat melukiskan ide persis seperti yang dimaksud penulis.

5) Kemampuan Menggunakan Ejaan

Kemampuan yang dituntut dalam menggunakan ejaan menulis antara lain: kemampuan menggunakan (tanda baca), penulisan kata, pemakaian huruf besar.

Setelah mempelajari dan memahami hakikat mengarang, maka penulis akan lebih mudah dalam membuat sebuah karangan. Selain itu, penulis juga akan lebih paham jenis karangan yang akan ditulis dan mudah menentukan kata dan kalimat yang sesuai untuk mengisi karangannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mengarang adalah kegiatan dimana menyusun kata-kata kedalam sebuah kalimat yang saling berkesinambungan antara kalimat yang satu dan yang lain dengan jelas membentuk sebuah paragraph yang bermakna.

d. Tujuan Pengajaran Mengarang

Menurut Purwanto, dan Alim (2003: 58) mengemukakan bahwa tujuan pengajaran mengarang sama dengan tujuan pengajaran bercakap cakap hanya berbeda dengan bentuktulisan, yaitu:

1) Memperkaya pembendaharaan bahasa positif dan aktif, 2) Melatih melahirkan pikiran dan perasaan dengan tepat, 3) Latihan memaparkan pengalaman dengan tepat, dan

Gambar

Gambar  Halaman
Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir
Gambar 3.1 Desain Penelitian One Grup Pretest-Posttest Design  (Sugiyono, 2016: 111)
Tabel 3.2 Keadaan Populasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IVA dalam pembelajaran

(1) Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan Informasi Publik yang berada di bawah kewenangannya kepada Pemohon Informasi

Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Pengalaman Belajar Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi Waktu Sumber/ Bahan/ Alat Jenis Tagihan Bentuk Instrumen

Dalam penyusunan LKS, materi yang diberikan pada setiap kali pertemuan kegiatan belajar mengajar (KBM), disediakan tiga jenis tugas, yaitu pemahaman konsep, latihan

Perkembangan game yang selalu cepat, mendorong minat para penggemar game untuk lebih memahami game itu sendiri, baik saat dimainkan ataupun dalam proses pembuatannya. Game ini

Semua Belanja Honorarium Kegiatan (Pengawas, Korektor, Panitia) PPh Pasal 21 NPWP Madrasah 5%.. Semua Belanja Barang lebih dari sama

Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran matematika pada mata pelajaran matematika materi bilangan bulat,

Proses ini akan memicu kesamaan persepsi individu terhadap keadilan dan beberapa individu dalam kelompok kerja akan bersetuju tentang persepsi tersebut sehingga