• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA KELAS IVA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW DI SD NEGERI RINGINANOM 2 KECAMATAN TEMPURAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 20092010 Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA KELAS IVA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW DI SD NEGERI RINGINANOM 2 KECAMATAN TEMPURAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 20092010 Skripsi"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA KELAS IVA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW DI SD NEGERI RINGINANOM 2 KECAMATAN TEMPURAN

KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi PGSD

Oleh : Cicilia Yuli Utami

NIM : 071134091

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA KELAS IVA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW DI SD NEGERI RINGINANOM 2 KECAMATAN TEMPURAN

KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi PGSD

Oleh : Cicilia Yuli Utami

NIM : 071134091

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

Kupersembahkan karya ini untuk :

Yesus Kristus yang telah memberikan pertolongan kepada ku,

Diriku sendiri Kedua orang tuaku tercinta :

Ig. Suyoto & Y. Muryati

Kekasihku tercinta :

Emmanuel Teguh Saputro

Adikku tersayang :

Brigita Ratna Mega Sari

Keluarga besarku Serta rekan-rekan seperjuangan

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 8 Februari 2010

Penulis,

(7)

vi ABSTRAK

Cicilia Yuli Utami : Peningkatkan Keaktifan Siswa Kelas IVA dalam Pembelajaran IPS dengan Menggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw di SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2009/2010.

Kata Kunci : Keaktifan, Jigsaw

Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa, siswa sendirilah yang aktif membangun pengetahuannya sehingga potensi diri yang mereka miliki menjadi berkembang dan pengetahuan yang mereka peroleh menjadi bermakna. Namun kenyataannya, hampir pada seluruh kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang termasuk pembelajaran IPS pada Kelas IVA masih menggunakan metode ceramah dan dilakukan secara monoton. Siswa pasif menerima pengetahuan dari guru.

Untuk mengatasi rendahnya keaktifan siswa, dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kooperatif teknik jigsaw. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa Kelas IVA dalam pembelajaran IPS khususnya pada standar kompetensi : memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi dengan kompetensi dasar : menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi) di SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010? Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IVA dalam pembelajaran IPS khususnya pada standar kompetensi : memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi dengan kompetensi dasar : menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi) di SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2009/2010. Aspek yang menjadi indikator dari penelitian ini adalah keaktifan siswa untuk bertanya, mengemukakan ide, menyanggah ide dan menyetujui ide.

Setelah peneliti menggunakan pendekatan kooperatif teknik jigsaw maka keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS di SD Negeri Ringinanom 2 Kelas IVA Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2009/2010 mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada data masing-masing siklus menunjukan adanya peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS secara keseluruhan keaktifan siswa sebesar 75%, apabila dibandingkan kondisi awal sebesar 20,8% terjadi peningkatan sebesar 54,2%.

(8)

vii ABSTRACT

Utami, Cicilia Yuli. 2010. The Increasing of Students’ Affective In Learning Social Science through Cooperative Learning of Jigsaw Technique to Class IV A of SD Neegeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang Academic Year 2009/2010.

Keyword : Affective, jigsaw

Learning is one of the activities, which is done by students. They will build their understanding actively to improve their potential knowledge. In fact, almost all teaching-learning activities which are conducted in SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang including learning social sciences still use lecturing method. Students become passive during the teaching-learning process.

There is one question that was formulated in this study. The problem was whether or not the Jigsaw technique improved the affective in learning social science of class IV A students. It is especially based on competency standards: understanding the history, the universe, and variety of races from the differences of regency, and city and based on basic competencies: appreciating the variety of races and cultures (regency/city, province) in SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang Academic Year 2009/2010.

In order to answer the problem, a cooperative approach through jigsaw techniquewas used. This study intended to identify whether or not the Jigsaw technique improved the affective in learning social science of class IV A students. It was especially based on competency standards: understanding the history, the universe, and variety of races from the differences of regency, and city and based on basic competencies: appreciating the variety of races and cultures (regency/city, province) in SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang Academic Year 2009/2010. Indicator aspect of this study was the students’ affective to ask, to propose ideas, to resist ideas, and to agree with ideas.

(9)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKDEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Cicilia Yuli Utami

Nomor Mahasiswa : 071134091

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada PerpustakaanUniversitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA KELAS IVA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW DI SD NEGERI RINGINANOM 2 KECAMATAN TEMPURAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian maka saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kapada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 8 Februari 2010 Yang menyatakan

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih,

rahmat dan penyertaannya, sehingga skripsi yang berjudul ”Peningkatkan

Keaktifan Siswa Kelas IVA dalam Pembelajaran IPS dengan Menggunaan Model

Kooperatif Teknik Jigsaw di SD Negeri Ringinanom 2 Kecamatan Tempuran

Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010” ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk kelulusan

Program Studi S1-PGSD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, di Universitas Sanata Dharma.

Penyusunan skripsi ini diakui banyak hambatan karena keterbatasan

waktu, pengetahuan dan pengalaman. Namun berkat semangat dan dorongan

berbagai pihak, akhirnya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. T. Sarkim, M. Ed, Ph. D selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. Puji Purnomo, M. Si selaku Ketua Program Studi PGSD di Universitas

Sanata Dharma dan selaku dosen Pembimbing I.

3. Rusmawan, S. Pd selaku dosen Pembimbing II.

4. Kepala Sekolah SD Negeri Ringinanom 2 Kecamatan Tempuran Kabupaten

Magelang yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian.

5. Seluruh Dosen yang telah memberikan semangat dan ilmu.

6. Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan

(11)

x

7. Kedua orang tuaku dan adikku yang telah mendampingi dan mencukupi

semua kebutuhan dalam penulisan skripsi ini.

8. Emmanuel Teguh Saputro kekasihku atas doa, dorongan semangat dan

bantuannya dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

9. Semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai

upaya penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca

pada umumnya dan bagi Universitas Sanata Dharma pada khususnya.

Yogyakarta, 8 Februari 2010

(12)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

ABSTRAK... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKDEMIS... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... .. x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Batasan Masalah………... 5

C. Perumusan Masalah……… 5

D. Batasan Istilah………. 5

E. Tujuan Penelitian……… 6

F. Manfaat Penelitian……….. 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan IPS di SD……….... 8

B. Keaktifan Siswa……… 9

C. Model Pembelajaran Kooperatif……… 11

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif……….. 11

2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif………. 11

3. Lima Unsur Model Pembelajaran Kooperatif………. 12

(13)

xii

5. Karakteristik Model Pembelajaran Koopertif………. 16

6. Model Kooperatif Teknik Jigsaw………... 17

D. Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw… 19 E. Hipotesis Tindakan ……….. 22

BAB III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ……….. 23

1. Subyek Penelitian………... 23

2. Lama Penelitian ... 23

3. Lokasi Penelitian………. 24

B. Prosedur Penelitian... 24

1. Persiapan... 24

2. Perencanaan Tindakan... 25

3. Pelaksanaan Tindakan... 25

a. Siklus I

C. Pengumpulan Data dan Instrumennya... 29

D. Analisis Data... 30

BAB IV. PELAKSANAN PENELITIAN A. Siklus I... 31

1. Tindakan... 31

2. Pelaksanaan Tindakan... 31

3. Pengamatan/Observasi... 33

a. Catatan-catatan selama proses pembelajaran... 33

(14)

xiii

c. Analisis hasil yang diperoleh siswa... 34

4. Refleksi... 38

5. Kesimpulan... 39

B. Siklus II... 40

1. Tindakan... 40

2. Pelaksanaan Tindakan... 40

3. Pengamatan/Observasi... 42

a. Catatan-catatan selama proses pembelajaran... 42

b. Catatan-catatan selama proses diskusi... 43

c. Analisis hasil yang diperoleh siswa... 43

4. Refleksi... 47

5. Kesimpulan... 48

BAB V. RANGKUMAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Rangkuman Hasil Penelitian... 49

B. Rangkuman Hasil Refleksi... 52

C. Pembahasan Hasil Penelitian... 54

BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan... 56

B. Saran... 57

DAFTAR PUSTAKA... 59

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian ... 23

Tabel 3.2 Peubah, Indikator, Data, Pengumpulan Data dan Instrumen... 29

Tabel 3.3. Kriteria keberhasilan penelitian... 30

Tabel 3.4. Kriteria Keaktifan Siswa... 30

Tabel 4.1. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus I... 35

Tabel 4.2 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus II... 44

Tabel 5.1. Rangkuman Hasil Penelitian... 49

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Penataan Ruang Kelas dalam Model Pembelajaran Koopertif.. 16

Gambar 3.1. Alur model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw Siklus1 .... 26

Gambar 3.2. Alur model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw Siklus 2.... 28

Gambar 4.1. Keaktifan Siswa Pada Siklus I... 37

Gambar 4.2. Keaktifan Siswa Pada Siklus II... 46

Gambar 5.1. Keaktifan Siswa Pada Kondisi Awal, Target Siklus I, Siklus I,

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus... 62

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan II... 64

Lampiran 3 Lembar Kerja Siklus I dan II... 70

Lampiran 4 Lembar Pengamatan... 76

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian... 78

Lampiran 6 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian... 79

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang

dilakukan terhadap siswa. Siswa tidak menerima pengetahuan dari guru

secara pasif ( Anderson & Armbruster, 1982: Piaget, 1952 & 1960 dalam Lie,

Anita, 2002: 5). Sudah seharusnya kegiatan belajar-mengajar yang

dilaksanakan lebih dipusatkan pada siswa (student centre). Siswa sendirilah

yang aktif membangun pengetahuannya sehingga potensi diri yang mereka

miliki menjadi berkembang dan pengetahuan yang mereka peroleh menjadi

bermakna. Alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa.

Guru dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan

temannya dalam tugas-tugas yang terstruktur, sehingga siswa menjadi aktif

membangun pengetahuannya. Disini guru bertindak sebagai fasilitator bagi

siswa dengan menciptakan suasana, merancang kegiatan, menyediakan

sumber belajar, mencipta media dan sarana serta memberi tuntunan

pengertian agar anak berhasil membangun pengetahuannya.

Demikian juga dalam Pembelajaran IPS hendaknya peran aktif siswa

lebih dioptimalkan lagi. Hal ini dikarenakan, pertama siswa pada dasarnya

punya rasa ingin tahu yang kuat, ditandai oleh kecenderungan heran dan

kagum pada hal-hal yang baru dan menantang (Purnomo, Puji. 2006: 2).

(19)

yang dapat mereka gunakan untuk mengolah bahan pelajaran. Seharusnya

mulai Kelas IV peran aktif siswa lebih dioptimalkan oleh guru, mereka mulai

dilatih untuk lebih aktif membangun pengetahuan mereka sendiri. Ketiga,

bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak seperti

waktu, perubahan, kesinambungan, arah mata angin, lingkungan, ritual,

akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan atau kelangkaan

(Achmad, Arief. 2005: 1). Berdasarkan beberapa alasan diatas, hendaknya

guru harus pandai-pandai menerapkan metode pembelajaran yang cocok

untuk menyampaikan bahan materi tersebut kepada siswa agar mereka

menjadi termotivasi untuk berperan aktif dalam pembelajaran juga agar

mereka dapat benar-benar memahami konsep-konsep yang abstrak tersebut

dan bukan hanya sekedar menghafalnya saja.

Namun kenyataannya, hampir pada seluruh kegiatan belajar mengajar

yang dilaksanakan di SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran,

Kabupaten Magelang termasuk pembelajaran IPS pada Kelas IVA masih

menggunakan metode ceramah dan dilakukan secara monoton. Pembelajaran

yang dilaksanakan hanya berpusat pada guru (teacher centre). Siswa

diibaratkan hanya sebagai botol kosong yang siap diisi pengetahuan yang

bersumber dari guru. Seolah-olah pengetahuan yang “benar” adalah apa yang

disampaikan oleh guru. Siswa hanya pasif menerima pengetahuan dari guru.

Dengan digunakannya metode pembelajaran yang demikian menyebabkan

keaktifan belajar siswa tidak optimal dan mereka menjadi tidak terangsang

(20)

dimiliki siswa menjadi tidak berkembang. Berdasarkan hasil pengamatan yang

dilakukan peneliti, keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS masih rendah.

Dari 24 siswa, siswa yang aktif bertanya berjumlah 5 anak (20,8%), siswa

yang aktif mengemukakan ide berjumlah 5 anak (20,8%), siswa yang aktif

menyanggah ide berjumlah 5 anak (20,8%), dan siswa yang aktif menyetujui

ide berjumlah 5 anak (20,8%).

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, untuk mengoptimalkan keaktifan siswa

diperlukan langkah-langkah yang tepat yang dapat diterapkan guna mengatasi

hal tersebut. Metode pembelajaran ceramah yang selama ini digunakan harus

diubah dengan model pembelajaran yang mampu memotivasi siswa untuk

terlibat aktif dalam pembelajaran misalnya dengan model pembelajaran

kooperatif. Dalam model pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk

membangun pengetahuannya dengan cara terlibat aktif bekerja dalam

kelompok bersama teman. Dengan membangun pengetahuan bersama teman,

mereka dapat saling membantu satu sama lain dan merekapun menjadi

terangsang untuk belajar mandiri dan berkreasi. Pengetahuan yang didapat

akan lebih mendalam karena pengetahuan dibangun melalui proses mencari

bersama-sama. Dalam penelitian ini penulis menggunakan model

pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw. Ciri khas dalam model

pembelajaran ini, siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari empat siswa

dan materi yang akan diajarkan dibagi menjadi empat bagian pula,

masing-masing siswa dalam setiap kelompok diberikan satu bagian materi yang

(21)

masing-masing untuk mempelajari bagian materi mereka sendiri-sendiri.

Setelah selesai mereka diminta untuk membagikan apa yang telah

dipelajarinya kepada teman-teman dalam kelompoknya dan memastikan

seluruh anggota kelompok memahaminya. Teknik ini menjamin keterlibatan

penuh seluruh siswa dalam bekerja sama di dalam kelompok. Teknik ini juga

dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dalam diskusi kelompok

karena dengan teknik ini setiap siswa memiliki tanggung jawab yang sama

dalam diskusi untuk mengkaji materi tersebut dengan baik sehingga mereka

dapat membantu kelompok mereka bekerja dengan baik. Dengan teknik ini

dapat dipastikan tidak akan ditemukan lagi siswa yang hanya menumpang

nama saja (siswa pasif).

Untuk itu penulis ingin mencoba meningkatkan keaktifan siswa Kelas

IVA di SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten

Magelang Tahun Pelajaran 2009/2010 dalam pembelajaran IPS khususnya

pada standar kompetensi : memahami sejarah, kenampakan alam, dan

keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi dengan

kompetensi dasar : menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat

(kabupaten/kota, provinsi) dengan melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw. Penulis berharap

dengan diterapkannya model pembelajaran koopertif teknik jigsaw ini

(22)

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalahnya hanya pada (1)

Keaktifan siswa yang diperlihatkan dalam kegiatan bertanya, mengemukakan

ide, menyanggah ide, dan menyetujui ide. (2) Penelitian ini hanya pada mata

pembelajaran IPS khusunya pada standar kompetensi adalah memahami

sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan

kabupaten/kota dan propinsi, dengan kompetensi dasar adalah menghargai

keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi).

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalahnya, masalah dalam

penelitian ini dirumuskan menjadi : Apakah dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa

Kelas IVA dalam pembelajaran IPS khususnya pada standar kompetensi :

memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di

lingkungan kabupaten/kota dan provinsi dengan kompetensi dasar :

menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota,

provinsi) di SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten

Magelang Tahun Pelajaran 2009/2010?

D. Batasan Istilah

Seperti yang telah diuraikan yang dimaksud dengan :

(23)

dalam bertanya, mengemukakan ide, menyanggah ide, dan menyetujui ide.

2. Model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw adalah merupakan teknik

pembelajaran yang berusaha menyatukan berbagai informasi atau konsep

atau bagian materi yang tersebar secara acak sehingga menjadi satu

kesatuan informasi atau konsep atau materi yang dapat dipahami secara

utuh.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat

meningkatkan keaktifan siswa Kelas IVA khususnya pada standar

kompetensi : memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku

bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi dengan kompetensi dasar :

menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota,

provinsi) di SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten

Magelang Tahun Pelajaran 2009/2010.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti,

a. Agar dapat mempunyai pengalaman melakukan penelitian, sehingga

dapat mengembangkan lebih lanjut dan mendorong pengembangan

PTK selanjutnya.

(24)

yang membangun keaktifan siswa, yaitu dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif teknik jigsaw.

c. Agar dapat menambah wawasan tentang cara meningkatkan keaktifan

siswa.

2. Bagi Guru,

a. Agar dapat memberikan masukan bahwa model pembelajaran

kooperatif teknik jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran

yang dapat digunakan dan dikembangkan.

b. Agar dapat memotivasi untuk melakukan penelitian dengan model

pembelajaran yang sama atau model pembelajaran yang lain, pada

bidang studi lain, materi lain dan kelas yang lain.

3. Bagi Sekolah, agar dapat menambah sumber bacaan di perpustakaan

tentang Penggunaan Model Kooperatif Teknik Jigsaw yang dapat

meningkatkan keaktifan siswa, yang diharapkan memberikan inspirasi dan

memacu guru melakukan penelitian yang sama maupun penelitian yang

lain.

4. Bagi Siswa,

a. Agar dapat mengalami variasi kegiatan, sehingga dengan

digunakannya model pembelajaran teknik jigsaw keaktifan siswa dapat

meningkat.

b. Agar dapat memiliki pengalaman baru dalam melakukan kegiatan

belajar, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan minat dan motivasi

(25)

8 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan IPS di SD

IPS merupakan kajian yang luas tentang manusia dan dunianya.

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan

kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia

7-11 tahun menurut Piaget berada dalam perkembangan kemampuan

intelektual/kognitifnya pada tingkatan konkrit operasional. Mereka

memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh dan menganggap tahun yang

akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah

sekarang (= konkrit) dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami

(= abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang

bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan,

arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai,

peranan, permintaan atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang

dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD (Achmad,

Arief. 2005:1). Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi

geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi.

Sesuai dengan karakteristik anak dan IPS SD maka metode ceramah

akan menyebabkan siswa bersikap pasif dan menurunkan derajat IPS menjadi

pelajaran hafalan yang membosankan. Untuk itu guru harus pandai-pandai

(26)

menyampaikan bahan materi tersebut kepada siswa agar mereka dapat

benar-benar memahami konsep-konsep yang abstrak tersebut dan bukan hanya

sekedar menghafalnya saja serta agar pengetahuan yang mereka peroleh

tersebut dapat tahan lama. Metode pembelajaran yang diterapkan misalnya,

cooperatif learning model (model pembelajaran kooperatif), role playing,

membaca sajak, buku (novel) atau surat kabar/majalah/jurnal agar siswa

diikutsertakan dalam aktivitas pembelajaran (Achmad, Arief. 2005: 2-3).

B. Keaktifan Siswa

Keaktifan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Poerwadarminta.

1976: 26) diartikan sebagai kegiatan, kesibukan, aktivitas. Sedangkan

menurut Udin S. Winataputra (1997: 2-16) dalam Suwantini (2008:10-11)

mengatakan bahwa belajar itu sendiri adalah aktivitas. Bila pikiran dan

perasaan siswa tidak terlihat aktif dalam situasi pembelajaran, pada

hakekatnya siswa tersebut tidak belajar. Guru tidak bisa melihat aktivitas

pikiran dan perasaan siswa, tetapi guru dapat mengamati dari manifestasinya

yaitu dari kegiatan siswa tersebut sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan

perasaan, seperti siswa bertanya, siswa mengemukakan ide, siswa

menyanggah ide, siswa menyetujui ide, siswa menjawab, siswa melakukan

diskusi, siswa memecahkan soal, siswa mengamati sesuatu, siswa melaporkan

hasil pekerjaannya, siswa membuat rangkuman dan sebagainya.

Trinandita (1984) menyatakan bahwa ”hal yang paling mendasar yang

(27)

dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara

guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan

mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana

masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin.

Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya

pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi

(Yasa, Doantara. 2008. http://ipotes.wordpress.com).

Beberapa prinsip utama dalam pembelajaran aktif antara lain adalah ;

1. Subyek pembelajaran adalah siswa.

2. Belajar aktif dilakukan dengan cara melakukan sesuatu yang dijadikan

suatu objek persoalan yang akan ditelusuri.

3. Belajar aktif lebih efektif bila dilakukan dalam kelompok agar tercipta

interaksi yang multiarah.

4. Aktifitas siswa harus menyenangkan, menarik perhatian, menantang untuk

ditelusuri dan penuh dengan peluang untuk mengembangkan kreativitas

(baik dalam berpikir maupun berkreasi).

(Rohandi, R. 2004: 51)

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan metode

pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa :

1. Siswa aktif dalam berbuat, bertanya, bersikap kritis terhadap apa yang

dilakukan dan dipelajarinya.

2. Siswa berani mengungkapkan gagasan alternatif dan kreatif terhadap

(28)

gurunya.

3. Beri kebebasan siswa untuk berbicara, berbicara dalam konteks

penyampaian gagasan dan proses membangun dan meneguhkan sebuah

pengertian.

(Rohandi, R. 2004 : 53)

C. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Cooper (1999) dan Heinich (2002) dalam Asma, Nur (2006:

11-12) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif sebagai metode

pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen

dan siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas

akademik bersama, sambil bekerja sama belajar

keterampilan-keterampilan kolaboratif dan sosial. Anggota-anggota kelompok memiliki

tanggung jawab dan saling bergantung satu sama lain untuk mencapai

tujuan bersama.

2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif a. Pencapaian hasil belajar

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa

dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli bependapat bahwa model

ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang

sulit.

(29)

Tujuan dari Pembelajaran Kooperatif adalah penerimaan yang luas

terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, tingkat sosial,

kemampuan, maupun ketidakmampuan. Pembelajaran Kooperatif

memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan

kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas

tugas-tugas bersama.

c. Pengembangan Keterampilan Sosial

Pembelajaran Kooperatif mempunyai tujuan untuk mengajarkan

kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini

sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat dan berorganisasi.

(Asma, Nur. 2006: 12-14)

3. Lima Unsur Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Jhonshon dalam Lie, Anita 2002: 31

mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Model

Pembelajaran Kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima

unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan antara lain:

a. Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap

anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar

perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota

kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat

mencapi tujuan mereka.

(30)

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model

pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab

untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model

pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun

sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus

melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam

kelompok bisa dilaksanakan.

c. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan

berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar

untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti

dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan

dan mengisi kekurangan masing-masing. Para anggota kelompok perlu

diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain

dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.

d. Komunikasi Antar anggota

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai

keterampilan berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok tergantung

pada kesediaan para anggota untuk saling mendengarkan dan

kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini merupakan proses

panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat

(31)

pembinaan perkembangan mental dan emosional siswa.

e. Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar

selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

(Lie, Anita 2002: 31-35)

4. Pengelolaan Kelas Model Pembelajaran Kooperatif

Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas yang

menerapkan model pembelajaran kooperatif yaitu :

a. Pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman)

Pengelompokan dilakukan dengan memperhatikan keanekaragaman

latar belakang agama sosio-ekonomi, kemampuan akademik dan jenis

kelamin. Ada tiga keuntungan pengelompokan heterogen antara lain

pertama pengelompokan heterogen akan memberi kesempatan pada

siswa untuk saling mengajar dan saling mendukung. Kedua kelompok

yang beragam akan semakin meningkatkan interaksi antar ras, agama,

gender dan tingkatan lainnya. Ketiga guru dimudahkan dengan

bantuan dari siswa yang mempunyai kemampuan lebih baik dari

pembelajar lain.

b. Penumbuhan samangat/motivasi untuk kerjasama

Penumbuhan semangat/motivasi untuk saling kerjasama perlu

dilakukan agar setiap pembelajar mau memikirkan pembelajar lainya.

(32)

dengan pembelajar lain. Semangat kerjasama dapat ditingkatkan

dengan membangun kesadaran siswa bahwa kelompok akan merasa

bersatu jika mereka menyadari kesamaan yang mereka punyai

sekaligus memahami kesulitan keunikan tiap pribadi.

c. Penataan ruang kelas

Kelas yang ideal untuk model pembelajaran kooperatif adalah kelas

yang dapat ditata dengan mudah untuk jalannya diskusi. Meja dan

kursi perlu ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa dapat melihat

guru dan papan tulis dengan jelas, dapat melihat rekan-rekan

kelompoknya dengan baik dan berada dalam jangkauan kelompoknya.

Ada kemungkinan beberapa model penataan bangku yang dapat

dipakai (lihat gambar) :

1. Meja tapal kuda : siswa berkelompok di ujung meja.

2. Meja panjang : siswa berkelompok di ujung meja

3. Penataan tapal kuda : siswa dalam satu kelompok ditempatkan

berdekatan.

4. Meja laboratorium :

a. tugas individu, dan

b. tugas kelompok dengan membalikkan kursi

5. Meja Kelompok : siswa dalam satu kelompok ditempatkan

berdekatan.

6. Klasikal : siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan.

(33)

8. Meja berbaris : dua kelompok duduk berbagi satu meja.

Gambar 2.1. Penataan Ruang Kelas dalam Model Pembelajaran Kooperatif

(Lie, Anita 2002:38-53) dan (Purnomo, Puji. 2007: 39)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model penataan bangku

seperti nomor 7 (bangku individu), karena penataan bangku seperti ini

yang paling memungkinkan semua siswa dapat melihat guru dan papan

tulis dengan jelas, dapat melihat rekan-rekan kelompoknya dengan

baik dan berada dalam jangkauan kelompoknya. Sehingga dengan

demikian diharapkan memperlancar kegiatan pembelajaran siswa.

5. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

(34)

kelompok yang terdiri dari beberapa orang siswa yang memiliki

kemampuan akademik yang bervariasi serta memperhatikan jenis

kelamin dan etnis.

b. Siswa belajar dalam kelompoknya dengan bekerja sama untuk

menguasai materi pelajaran dengan saling membantu.

c. Sistem penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada

individu.

(Asma, Nur. 2006: 22)

6. Model Kooperatif Teknik Jigsaw

Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al sebagai

metode Cooperatif Learning (Lie, Anita. 2002: 69). Model pembelajaran

kooperatif teknik jigsaw merupakan teknik pembelajaran yang berusaha

menyatukan berbagai informasi atau konsep atau bagian materi yang

tersebar secara acak sehingga menjadi satu kesatuan informasi atau konsep

atau materi yang dapat dipahami secara utuh (Purnomo, Puji. 2007: 41).

Langkah pembelajaran dalam teknik jigsaw yaitu: siswa dibagi dalam

kelompok yang terdiri dari empat siswa dan materi yang akan diajarkan

dibagi menjadi empat bagian pula, masing-masing siswa dalam setiap

kelompok diberikan satu bagian materi yang berbeda satu sama lain.

Setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas masing-masing untuk

mempelajari bagian materi mereka sendiri-sendiri (dapat pula bergabung

dengan teman dari kelompok lain yang mendapat tugas yang sama dan

(35)

materi tersebut), setelah selesai mereka membagikan apa yang telah

dipelajarinya kepada teman-teman dalam kelompoknya dan memastikan

seluruh anggota kelompok memahami tugas yang telah dipelajari teman

lain dalam satu kelompok, sehingga diperolehlah satu kesatuan materi

yang dapat dipahami secara utuh. Dalam kegiatan ini, siswa dapat saling

melengkapi dan berdiskusi antara satu dengan yang lainnya agar

pengetahuan yang mereka peroleh semakin lengkap dan mendalam. Hasil

diskusi tersebut dipresentasikan didepan kelas, siswa/kelompok lain dapat

memberi tanggapan dari presentasi tersebut.

Kelebihan dan kekurangan dari teknik jigsaw yaitu:

a. Kelebihan :

1. Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

2. Melatih siswa mengembangkan kerja sama dan kolaborasi dengan

orang lain.

3. Melatih siswa menerima perbedaan dengan yang lain.

4. Membuat siswa lebih aktif.

b. Kelemahan : waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan

pembelajaran kooperatif teknik jigsaw lama.

Sedangkan karakteristik dari teknik jigsaw ini antara lain :

a. Berstruktur tugas dan bahan materi dibagi menjadi empat bagian dan

masing-masing siswa mendapat dan mempelajari satu bagian.

(36)

D. Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw

Bahan materi dalam Pendidikan IPS di SD penuh dengan pesan-pesan

yang bersifat abstrak. Sedangkan anak usia SD merupakan anak dalam

kelompok yang berusia 7-11 tahun yang mana perkembangan kemampuan

intelektual/konkritnya pada tingkatan konkrit operasional, mereka belum

begitu mampu memahami konsep-konsep yang abstrak. Oleh karena itu, guru

harus pandai-pandai menerapkan metode pembelajaran yang cocok untuk

menyampaikan bahan materi tersebut kepada siswa agar mereka menjadi

termotivasi untuk berperan aktif dalam pembelajaran juga agar mereka dapat

benar-benar memahami konsep-konsep yang abstrak tersebut dan bukan

hanya sekedar menghafalnya saja.

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model

pembalajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS (Achmad, Arief.

2005: 2-3). Dalam model pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk

membangun pengetahuannya dengan cara terlibat aktif bekerja dalam

kelompok bersama teman. Dengan membangun pengetahuan bersama teman,

mereka dapat saling membantu satu sama lain dan merekapun menjadi

terangsang untuk belajar mandiri dan berkreasi. Pengetahuan yang didapat

akan lebih mendalam karena pengetahuan dibangun melalui proses mencari

bersama-sama. Keterampilan sosial siswapun akan lebih berkembang dengan

baik dalam pembelajaran kooperatif.

(37)

pembelajaran kooperatif, teknik ini merupakan teknik pembelajaran yang

berusaha menyatukan berbagai bagian materi yang tersebar secara acak

sehingga menjadi satu kesatuan materi yang dapat dipahami secara utuh.

Teknik ini dilakukan dengan memberikan satu bagian materi tertentu kepada

salah seorang anggota kelompok. Anggota kelompok lainnya menerima

bagian materi yang lain. Setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas

masing-masing untuk mempelajari bagian materi mereka sendiri-sendiri

(dapat pula bergabung dengan teman dari kelompok lain yang mendapat tugas

yang sama dan membentuk Kelompok Para Ahli untuk bekerja sama

mempelajari bagian materi tersebut), setelah selesai mereka membagikan apa

yang telah dipelajarinya kepada teman-teman dalam kelompoknya dan

memastikan seluruh anggota kelompok memahami tugas yang telah dipelajari

teman lain dalam satu kelompok, sehingga diperolehlah satu kesatuan materi

yang dapat dipahami secara utuh. Dalam kegiatan ini, siswa dapat saling

melengkapi dan berdiskusi antara satu dengan yang lainnya agar pengetahuan

yang mereka peroleh semakin lengkap dan mendalam. Hasil diskusi tersebut

dipresentasikan didepan kelas, siswa/kelompok lain dapat memberi tanggapan

dari presentasi tersebut.

Ketika siswa mendengarkan penjelasan bagian materi dari teman lain

mereka akan termotivasi untuk aktif menggali informasi secara mendalam

agar informasi yang mereka peroleh benar-benar mereka pahami. Hal ini

tampak melalui kegiatan siswa yang lebih aktif bertanya, mengemukakan ide,

(38)

seperti ini siswa menjadi terlatih untuk cepat tanggap atau terlatih untuk

berpikir kritis dalam menerima informasi yang baru bagi mereka.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agung Priyono (2008)

menemukan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat

berpengaruh positif terhadap keaktifan belajar siswa Kelas VIA SDN 01

Manisreja, Kecamatan Taman Kota Madiun dalam Pembelajaran Matematika

pada Tahun Pelajaran 2008/2009. Bahkan dalam penelitiannya prestasi belajar

siswapun mengalami peningkatan dari kondisi awal sampai siklus II yaitu

76%. Dan penelitian yang dilakukan oleh Sumbodo (2008) yang dilakukan di

SD Negeri Lemahireng 05 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun

Pelajaran 2008/2009 pun menemukan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif

Teknik Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran

Bahasa Indenesia. Hal ini dapat dilihat dari data yang menunjukkan adanya

peningkatan keaktifan siswa sebesar 77%, apabila dibanding dengan kondisi

awal sebasar 48%, terjadi peningkatan sebesar 29%.

Mengkaji beberapa penemuan penelitian terdahulu tampaknya model

pembelajaran pooperatif teknik jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa.

model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw memberikan kesempatan kepada

siswa untuk ikut terlibat aktif didalam pembelajaran. Berdasarkan tinjauan

penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk

meningkatkan keaktifan siswa SD kelas IVA dalam pembelajaran IPS

khususnya pada standar kompetensi : memahami sejarah, kenampakan alam,

(39)

dengan kompetensi dasar : menghargai keragaman suku bangsa dan budaya

setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan model pembelajaran kooperatif

teknik jigsaw.

E. Hipotesis Tindakan

Sesuai dengan rumusan masalah, penulis menetapkan hipotesis sebagai

berikut: pengunaan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat

meningkatkan keaktifan siswa kelas IVA dalam pembelajaran IPS khususnya

pada standar kompetensi : memahami sejarah, kenampakan alam, dan

keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi dengan

kompetensi dasar : menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat

(kabupaten/kota, provinsi) di SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan

(40)

23 BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Seting Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas IVA SD Negeri Ringinanom 2 Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2009/2010, yang berjumlah 24 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.

2. Lama Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 13 bulan dengan 2 siklus pada mulai dari perencanaan sampai pelaporan, yaitu antara bulan Januari 2009 sampai Januari 2010 dengan jadwal sebagai berikut:

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

(41)

Melakukan

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2009/2010.

B. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang berasal dari masalah di dalam pembalajaran di kelas. Dalam penelitian ini masalah yang akan diangkat adalah rendahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang memerlukan tindakan untuk menanggulangi masalah dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan dalam kawasan kelas atau sekolah tujuannya untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran (Kasbolah, Kasihani. 2001: 11).

1. Persiapan

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :

(42)

c. Menyusun silabus, RPP dan LKS, d. Menyusun instrumen observasi. 2. Perencanaan Tindakan

Dalam penelitian ini peneliti akan mengambil 2 siklus dimana setiap siklus dilakukan satu tindakan dengan rencana kegiatan sebagai berikut:

a. Siklus I : Pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw.

b. Siklus II : Pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dengan membentuk Kelompok Para Ahli.

c. Indikator dalam Penelitian ini :

Indikator dari penelitian ini adalah kaberanian siswa untuk bertanya, mengemukakan ide, menyanggah ide dan menyetujui ide. 3. Pelaksanaan Tindakan

a. Siklus I, dilaksanakan selama 1 kali pertemuan 1). Tindakan

(43)

kelompok memahami tugas yang telah dipelajari teman lain dalam satu kelompok, sehingga diperolehlah satu kesatuan materi yang dapat dipahami secara utuh. Dalam kegiatan ini, siswa dapat saling melengkapi dan berdiskusi antara satu dengan yang lainnya agar pengetahuan yang mereka peroleh semakin lengkap dan mendalam. Hasil diskusi tersebut kemudian dipresentasikan di depan kelas, siswa/kelompok lain dapat memberi tanggapan dari presentasi tersebut.

Kegiatan siswa dalam kelompok dapat digambarkan sebagai berikut:

1). Siswa dibagi dalam kelompok.

2). Siswa mempelajari atau mengerjakan bagian materi masing-masing.

3). Setelah selesai mereka membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada teman-teman dalam kelompoknya.

(44)

2). Pengumpulan Data (Observasi)

Mengobservasi keaktifan siswa dalam hal bertanya, mengemukakan ide, menyanggah ide dan menyetujui ide. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar pengamatan yang dilakukan oleh seorang pengamat dan membuat dokumentasi berupa foto.

3). Refleksi

Refleksi yang dilakukan peneliti adalah:

a. Mengevaluasi kembali apa yang dilakukan pada pelaksanaan siklus I, tentang apa yang berhasil, kendala dan hambatan yang dihadapi.

b. Membandingkan hasil yang sudah dicapai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.

c. Merencanakan perbaikan berdasarkan hasil evaluasi untuk dilakukan pada siklus II.

b. Siklus II, dilaksanakan selama 1 kali pertemuan 1). Tindakan

(45)

kembali ke kelompoknya sendiri (Kelompok Asal) dan membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada teman-teman dalam kelompoknya dan memastikan seluruh anggota kelompok memahami tugas yang telah dipelajari teman lain dalam satu kelompok, sehingga diperolehlah satu kesatuan materi yang dapat dipahami secara utuh. Dalam kegiatan ini, siswa dapat saling melengkapi dan berdiskusi antara satu dengan yang lainnya agar pengetahuan yang mereka peroleh semakin lengkap dan mendalam. Hasil diskusi tersebut kemudian dipresentasikan di depan kelas, siswa/kelompok lain dapat memberi tanggapan dari presentasi tersebut.

Kegiatan siswa dalam kelompok dapat digambarkan sebagai berikut:

1). Siswa dibagi dalam kelompok (disebut Kelompok Asal)

2). Bergabung membentuk Kelompok Para Ahli

(46)

Gambar 3.2. Alur model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw Siklus 2

2). Pengumpulan Data (Observasi)

Mengobservasi keaktifan siswa dalam hal bertanya, mengemukakan ide, menyanggah ide dan menyetujui ide. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar pengamatan yang dilakukan oleh seorang pengamat dan membuat dokumentasi berupa foto.

3). Refleksi

Refleksi yang dilakukan peneliti adalah:

a. Mengevaluasi kembali apa yang dilakukan pada pelaksanaan siklus II, tentang apa yang berhasil, kendala dan hambatan yang dihadapi.

b. Membandingkan hasil yang sudah dicapai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan untuk memutuskan apakah siklus dilanjutkan atau tidak.

C. Pengumpulan Data dan Instrumennya

Tabel 3.2. Peubah, Indikator, Data, Pengumpulan Data dan Instrumen

Peubah Indikator Data Pengumpulan Instrumen Keaktifan a. Bertanya

b. Mengemukakan ide

c. Menyanggah ide

d. Menyetujui ide

Jumlah siswa yang aktif

(47)

D. Analisis Data

Dalam menyusun dan mengolah analisis data untuk mengukur keberhasilan penelitian pada masing-masing siklus maka digunakan kriteria keberhasilan penelitian sebagai berikut :

Tabel 3.3. Kriteria keberhasilan penelitian

Pada setiap jenis indikator dihitung persen (%) jumlah siswa yang terlibat dengan rumus : x100%

N n

n= (n:jumlah siswa yang terlibat, N:jumlah

seluruh siswa).

Kemudian menentukan tingkat keaktifan siswa menggunakan kriteria keaktifan siswa yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.2. Kriteria Keaktifan Siswa Siklus I

(Masidjo, Ign. 1995:157)

Indikator

NO Skor rata-rata Keaktifan Siswa

1 81% - 100% Sangat Aktif

2 66% - 80 % Aktif

3 56% - 65% Cukup Aktif

4 45% - 55% Kurang Aktif

(48)

31 BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul ”Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas IVA dalam Pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw di SD Negeri Ringinanom 2 Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010” dilaksanakan pada tanggal 16-28 November 2009. Data penelitian ini diperoleh melalui pengamatan terhadap proses penelitian yang terdiri dari dua siklus dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Adapun hasil penelitian dapat peneliti uraikan sebagai berikut:

A. Siklus I 1. Tindakan

Tindakan yang akan dilaksanakan yaitu :

Siklus I : Pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw.

2. Pelaksanaan Tindakan

(49)

Pada siklus ini siswa dibagi menjadi enam kelompok yang masing-masing beranggotakan empat orang siswa. Dalam kelompok siswa diminta untuk mengerjakan tugas mengenai: bentuk keragaman suku bangsa dan budaya di provinsi Jawa Tengah. Bagian pertama membahas tentang suku bangsa yang mendiami Provinsi Jawa Tengah dan tarian yang dimiliki Provinsi Jawa Tengah. Bagian kedua membahas tentang lagu daerah yang dimiliki Provinsi Jawa Tengah dan makanan khas daerah yang dimiliki Provinsi Jawa Tengah. Bagian tiga membahas tentang rumah adat dan pakaian adat Provinsi Jawa Tengah. Bagian empat membahas tentang kesenian daerah (alat musik dan senjata tradisional) Provinsi Jawa Tengah. Bagian pertama tugas diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua, demikian seterusnya. Masing-masing siswa mempelajari atau mengerjakan bagian materi mereka masing-masing. Setelah selesai, mereka membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada teman-teman dalam kelompoknya. dan memastikan seluruh anggota kelompok memahami tugas yang telah dipelajari teman lain dalam satu kelompok. Dalam kegiatan ini, siswa dapat saling melengkapi dan berdiskusi antara satu dengan yang lainnya. Hasil diskusi tersebut dipresentasikan didepan kelas. siswa/kelompok lain dapat memberi tanggapan dari presentasi tersebut. Secara garis besar kegiatan pada siklus I dapat digambarkan sebagai berikut:

(50)

b. Siswa mempelajari atau mengerjakan bagian materi masing-masing.

c. Setelah selesai mereka membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada teman-teman dalam kelompoknya.

Gambar 3.1. Alur model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw Siklus 1

3. Pengamatan/Observasi

Data yang dapat peneliti amati pada penelitian ini secara garis besar adalah:

a. Catatan-catatan selama proses pembelajaran

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat diperoleh data bahwa pada pertemuan ini guru telah melaksanakan pembelajaran dengan baik, hal ini terlihat dari:

1) Guru membuka pelajaran dengan memotivasi siswa, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Guru menunjukkan penguasaan materi dengan baik disamping itu guru membimbing siswa saat berdiskusi.

(51)

3) Guru menggunakan media pembelajaran berupa gambar-gambar pakaian adat, rumah adat, senjata daerah, dan alat musik daerah sehingga siswa merasa tertarik, disamping itu guru juga melibatkan siswa dalam pemanfaatan media pembelajaran.

b. Catatan-catatan selama proses diskusi

Pada proses pembelajaran siklus I, siswa berdiskusi untuk menyebutkan bentuk keragaman suku bangsa dan budaya di provinsi Jawa Tengah. Proses pelaksanaan diskusi lebih banyak dibimbing oleh guru karena siswa belum memiliki pengalaman untuk belajar kelompok, dan mengeluarkan pendapat.

c. Analisis hasil yang diperoleh siswa

(52)

Tabel 4.1. LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA SIKLUS I

Jenis Keaktifan yang diamati yaitu: A : Bertanya,

B : Mengemukakan ide,

C : Menyangah ide, D : Menyetujui ide

No Nama

(53)

Pada setiap jenis indikator dihitung persen (%) jumlah siswa yang terlibat dengan rumus : x100%

N n

n= (n:jumlah siswa yang terlibat,

N:jumlah seluruh siswa).

Dapat diperjelas sebagai berikut :

ƒ Jumlah anak yang bertanya = 16 anak, maka persentasenya adalah

%

ƒ Jumlah anak yang mengemukakan ide = 15 anak, maka persentasenya

adalah 100% 62,5% 24

15

=

x

ƒ Jumlah anak yang menyanggah ide = 16 anak, maka persentasenya

adalah 100% 66,6% 24

16 =

x

ƒ Jumlah anak yang menyetujui ide = 15 anak, maka persentasenya

adalah 100% 62,5% 24

15 =

x

Kemudian menentukan tingkat keaktifan siswa menggunakan kriteria keaktifan siswa yaitu sebagai berikut:

Tabel 3. 3. Kriteria Keaktifan Siswa

(Masidjo, Ign. 1995:157)

NO Skor rata-rata Keaktifan Siswa

1 81% - 100% Sangat Aktif

2 66% - 80 % Aktif

3 56% - 65% Cukup Aktif

4 45% - 55% Kurang Aktif

(54)

Dari tabel di atas keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan kooperatif teknik jigsaw dapat peneliti deskripsikan sebagai berikut:

• Keaktifan bertanya sudah aktif dan belum mencapai kriteria keberhasilan penelitian yaitu 66,6%

• Keaktifan mengemukakan ide cukup aktif dan belum mencapai dengan kriteria keberhasilan penelitian yaitu 62,5%

• Keaktifan menyangah ide sudah aktif dan belum mencapai kriteria keberhasilan penelitian yaitu 66,6%

• Keaktifan menyetujui ide cukup aktif dan belum mencapai kriteria keberhasilan penelitian yaitu 62,5%

Hubungan antara kondisi awal tentang keaktifan siswa, kriteria keberhasilan penelitian tentang keaktifan siswa, dan keaktifan siswa dalam siklus 1 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 4.1. Keaktifan Siswa Pada Siklus I

Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPS Dengan Pendekatan Kooperatif Teknik Jigsaw

(55)

4. Refleksi

a. Hal-hal khusus yang terjadi di siklus I adalah sebagai berikut:

1) Dibandingkan pada saat kondisi awal, siswa sudah terlihat aktif dalam diskusi, mulai berani mengemukakan ide, menyanggah ide teman, berani bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas dan mulai berani mengungkapkan pernyataan setuju atas ide teman yang benar.

2) Secara umum keaktifan siswa pada siklus I ini sudah meningkat dibandingkan dengan kondisi awal tetapi semua belum mencapai target kriteria keberhasilan.

3) Siswa masih agak kesulitan diajak bekerja sama dalam kelompok, hal ini dikarenakan mereka jarang bahkan hampir tidak pernah belajar secara berkelompok

4) Siswa saling berebut menggunakan gunting dan lem untuk mengerjakan lembar kerja, hal ini dikarenakan satu kelompok hanya disediakan satu gunting dan satu lem.

(56)

b. Dari analisa data diatas ada beberapa hal yang dapat penulis simpulkan untuk mengambil langkah apakah siklus kedua perlu dilaksanakan ataukah penelitian ini hanya berhenti sampai pada siklus pertama. Beberapa kesimpulan sebagai bahan refleksi tersebut adalah sebagai berikut:

1) Keaktifan bertanya sudah aktif dan belum mencapai kriteria keberhasilan penelitian yaitu 66,6%

2) Keaktifan mengemukakan ide sudah cukup aktif dan belum mencapai kriteria keberhasilan penelitian yaitu 62,5%

3) Keaktifan menyangah ide sudah aktif dan balum mencapai kriteria keberhasilan penelitian yaitu 66,6%

4) Keaktifan menyetujui ide cukup aktif dan belum mencapai kriteria keberhasilan penelitian yaitu 62,5%

5. Kesimpulan

Berdasarkan data tersebut diperoleh data bahwa secara umum keaktifan siswa pada siklus I ini sudah meningkat dibandingkan dengan kondisi awal tetapi semua belum mencapai kriteria keberhasilan penelitian. Oleh karena itu agar dapat mencapai target secara keseluruhan serta untuk lebih mengetahui peningkatan keaktifan siswa secara optimal, maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya yaitu siklus II.

(57)

1) Membentuk Kelompok Para Ahli bersama teman dari kelompok lain yang mendapat tugas yang sama, ketika mengerjakan tugas masing-masing, dengan tujuan agar disini mereka menjadi lebih berkembang karena mereka diberi kebebasan untuk berdiskusi untuk mengerjakan tugas mereka sehingga jawaban yang diperoleh pun lebih lengkap dan mendalam.

2) Guru harus lebih memotovasi siswa agar memiliki keberanian untuk bertanya, mengemukakan ide, menyanggah ide dan menyetujui ide. B. Siklus II

1. Tindakan

Tindakan yang dilakukan yaitu:

Siklus II : Pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dengan membentuk Kelompok Para Ahli.

2. Pelaksanaan Tindakan

(58)

Jawa Tengah. Bagian kedua pengertian Bhineka Tunggal Ika. Bagian ketiga pentingnya persatuan dalam keragaman. Bagian keempat contoh cara menghargai keragaman suku bangsa budaya yang ada di masyarakat. Bagian pertama tugas diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua, demikian seterusnya. Dalam mempelajari atau mengerjakan bagian materi mereka masing-masing, siswa bergabung dengan siswa lain yang mendapatkan bagian yang sama dari kelompok lain untuk bekerja sama mempelajari atau mengerjakan bagian tersebut (Kelompok baru ini disebut Kelompok Para Ahli). Setelah selesai, siswa kembali ke kelompok asal untuk membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada teman-teman dalam kelompoknya dan memastikan seluruh anggota kelompok memahami tugas yang telah dipelajari teman lain dalam satu kelompok. Dalam kegiatan ini, siswa dapat saling melengkapi dan berdiskusi antara satu dengan yang lainnya. Hasil diskusi tersebut dipresentasikan didepan kelas, siswa/kelompok lain dapat memberi tanggapan dari presentasi tersebut. Secara garis besar kegiatan pada siklus II dapat digambarkan sbb:

a. Siswa dibagi dalam kelompok (disebut Kelompok Asal)

b. Bergabung membentuk Kelompok Para Ahli untuk mengerjakan tugas mereka

c. Kembali ke Kelompok Asal

(59)

Gambar 3.2. Alur model pembalajaran kooperatif teknik jigsaw Siklus 2

3. Pengamatan/Observasi

Data yang dapat peneliti amati pada penelitian ini secara garis besar adalah:

a. Catatan-catatan selama proses pembelajaran

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat diperoleh data bahwa pada pertemuan ini guru telah melaksanakan pembelajaran dengan baik, hal ini terlihat dari:

1) Guru membuka pelajaran dengan memotivasi siswa, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Guru menunjukkan penguasaan materi dengan baik disamping itu guru membimbing siswa saat berdiskusi.

3) Guru menggunakan media pembelajaran berupa gambar-gambar pakaian adat, rumah adat, senjata daerah, dan alat musik daerah sehingga siswa merasa tertarik, disamping itu guru juga melibatkan siswa dalam pemanfaatan media pembelajaran.

4) Suasana diskusi berjalan sangat lancar dan dinamis. Pembelajaran tampak hidup dan antusias siswa dalam belajar sangat tinggi, hal tersebut terlihat dari suasana diskusi siswa baik dalam kelompok maupun dalam diskusi kelas.

(60)

b. Catatan-catatan selama proses diskusi

Proses pelaksanaan diskusi berjalan lancar dan siswa lebih mandiri karena siswa sudah mulai terbiasa belajar dalam kelompok serta siswa sudah tampak kreatif dan tanpa malu-malu lagi bertanya, mengemukakan ide, menyanggah ide ataupun menyetujui ide dari teman. Pembelajaran tampak hidup dan antusias siswa dalam belajar sangat tinggi, hal tersebut terlihat dari suasana diskusi siswa baik dalam kelompok maupun dalam diskusi kelas.

c. Analisis hasil yang diperoleh siswa

(61)

Tabel 4.2 LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA SIKLUS II

Jenis Keaktifan yang diamati yaitu: A : Bertanya,

B : Mengemukakan ide,

C : Menyangah ide, D : Menyetujui ide

(62)

Pada setiap jenis indikator dihitung jumlah siswa yang terlibat (%)

dengan rumus : x100% N

n

n= (n:jumlah siswa yang terlibat, N:jumlah

seluruh siswa). Dapat diperjelas sebagai berikut :

ƒ Jumlah anak yang bertanya = 19 anak, maka persentasinya adalah

%

ƒ Jumlah anak yang mangamukakan ide = 17 anak, maka persentasinya

adalah 100% 70,8%

24

17 =

x

ƒ Jumlah anak yang menyanggah ide = 18 anak, maka persentasinya

adalah 100% 75%

24 18

=

x

ƒ Jumlah anak yang menyetujui ide = 19 anak, maka persentasinya

adalah 100% 79,2% 24

19 =

x

Kemudian menentukan tingkat keaktifan siswa menggunakan kriteria

keaktifan siswa yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.3. Kriteria Keaktifan Siswa

(Masidjo, Ign. 1995:157)

NO Skor rata-rata Keaktifan Siswa

1 81% - 100% Sangat Aktif 2 66% - 80 % Aktif

3 56% - 65% Cukup Aktif

4 45% - 55% Kurang Aktif

(63)

Dari tabel di atas keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan

kooperatif teknik jigsaw dapat peneliti deskripsikan sebagai berikut:

• Keaktifan bertanya sudah aktif dan sudah melebihi kriteria

keberhasilan penelitian yaitu 79,2%

• Keaktifan mengemukakan ide sudah aktif dan mencapai kriteria

keberhasilan penelitian yaitu 70,8%

• Keaktifan menyangah ide sudah aktif dan sudah melebihi kriteria

keberhasilan penelitian yaitu 75%

• Keaktifan menyetujui ide sudah aktif dan mencapai kriteria

keberhasilan penelitian yaitu 75%

Hubungan antara kondisi awal tentang keaktifan siswa, kriteria

keberhasilan penelitian tentang keaktifan siswa, dan keaktifan siswa dalam

siklus II dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 4.2. Keaktifan Siswa Pada Siklus II Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPS Dengan Pendekatan Kooperatif Teknik Jigsaw

(64)

4. Refleksi

a. Hal-hal khusus yang terjadi di siklus II adalah sebagai berikut:

1) Dibandingkan pada saat kondisi awal, dan siklus I siswa sudah

terlihat lebih aktif dalam diskusi. Proses pelaksanaan diskusi

berjalan lancar dan siswa lebih mandiri karena siswa sudah mulai

terbiasa belajar dalam kelompok serta siswa sudah tampak kreatif

dan tanpa malu-malu lagi bertanya, mengemukakan ide,

menyanggah ide ataupun menyetujui ide dari teman. Pembelajaran

tampak hidup dan antusias siswa dalam belajar sangat tinggi, hal

tersebut terlihat dari suasana diskusi siswa baik dalam kelompok

maupun dalam diskusi kelas.

2) Secara umum keaktifan siswa pada siklus II ini sudah meningkat

dibandingkan dengan kondisi awal dan siklus I, dan sudah

seluruhnya mencapai target bahkan ada 2 indikator yang melebihi

target.

3) Ketika mengerjakan tugas masing-masing, siswa lebih percaya diri

karena mereka mengerjakannya bersama teman dari kelompok lain

dalam Kelompok Para Ahli disini mereka menjadi lebih

berkembang karena mereka diberi kebebasan untuk berdiskusi

untuk mengerjakan tugas mereka sehingga jawaban yang diperoleh

pun lebih lengkap dan mendalam.

b. Dari analisa data diatas ada beberapa hal yang dapat penulis simpulkan

(65)

dihentikan. Beberapa kesimpulan sebagai bahan refleksi tersebut

adalah sebagai berikut:

(1)Keaktifan bertanya sudah aktif dan sudah melebihi kriteria

keberhasilan penelitian yaitu 79,2%

(2)Keaktifan mengemukakan ide sudah aktif dan mencapai kriteria

keberhasilan penelitian yaitu 70,8%

(3)Keaktifan menyangah ide sudah aktif dan sudah melebihi kriteria

keberhasilan penelitian yaitu 75%

(4)Keaktifan menyetujui ide sudah aktif dan sudah mencapai kriteria

keberhasilan penelitian yaitu 75%

5. Kesimpulan

Berdasarkan data tersebut diperoleh data bahwa secara umum keaktifan

siswa pada siklus II ini sudah meningkat dibandingkan dengan kondisi

awal dan pada siklus I serta sudah mencapai target bahkan ada 2 indikator

yang melebihi target. Serta mengingat keberhasilan yang juga dicapai pada

(66)

49 BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Rangkuman Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti selama melaksanakan

penelitian yang terdiri dari 2 siklus, berikut peneliti sampaikan rangkuman

hasil penelitian keaktifan siswa:

Tabel 5.1. Rangkuman Hasil Penelitian N

Berdasarkan tabel diatas, pada siklus I diperoleh data bahwa keaktifan

bertanya sudah aktif yaitu 66,6% tetapi belum mencapai target keberhasilan

penelitian dan jika dibandingkan dengan kondisi awal sebesar 20,8% terjadi

peningkatan sebesar 45,8%, keaktifan mengemukakan ide sudah cukup aktif

tetapi belum mencapai target kriteria keberhasilan penelitian yaitu 62,5% dan

jika dibandingkan dengan kondisi awal sebesar 20,8% terjadi peningkatan

(67)

target keberhasilan penelitian yaitu 66,6% dan jika dibandingkan dengan

kondisi awal sebesar 20,8% terjadi peningkatan sebesar 45,8%,serta keaktifan

menyetujui ide cukup aktif tetapi belum mencapai target keberhasilan

penelitian yaitu 62,5% dan jika dibandingkan dengan kondisi awal sebesar

20,8% terjadi peningkatan sebesar 41,7%. secara keseluruhan keaktifan siswa

dalam pembelajaran IPS pada siklus I sebesar 64,55%, apabila dibandingkan

dengan kondisi awal sebesar 20,8% terjadi peningkatan sebesar 43,75%

Pada siklus II diperoleh data bahwa keaktifan bertanya sudah aktif yaitu

79,2% dan melebihi target keberhasilan penelitian dan jika dibandingkan

dengan kondisi awal sebesar 20,8% terjadi peningkatan sebesar 58,4%,

keaktifan mengemukakan ide sudah aktif dan sudah sesuai dengan kriteria

keberhasilan penelitian yaitu 70,8% dan jika dibandingkan dengan kondisi

awal sebesar 20,8% terjadi peningkatan sebesar 50%, keaktifan menyangah

ide sudah aktif dan sudah melebihi kriteria keberhasilan penelitian yaitu 75%

dan jika dibandingkan dengan kondisi awal sebesar 20,8% terjadi peningkatan

sebesar 54,2%, serta keaktifan menyetujui ide sudah aktif dan sudah mencapai

keberhasilan penelitian yaitu 75% dan jika dibandingkan dengan kondisi awal

sebesar 20,8% terjadi peningkatan sebesar 54,2%. secara keseluruhan

keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS pada siklus II sebesar 75%, apabila

dibandingkan dengan kondisi awal sebesar 20,8% terjadi peningkatan sebesar

54,2%.

Dari rangkuman data penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

Gambar

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian .........................................................................
Gambar 2.1. Penataan Ruang Kelas dalam Model Pembelajaran Koopertif..
Gambar 2.1. Penataan Ruang Kelas dalam Model Pembelajaran
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kajian Kuat Tekan, Kuat Tarik, Kuat Lentur, dan Redaman Bunyi pada Panel Dinding Beton dengan Agregat Limbah Plastik.. PET dan Limbah

Kita sebagai manusia yang memiliki akal dan berpegang teguh dalam ajaran islam, kita. harus meluruskan niat kita dalm mencari ilmu dan mengamalkannya nanti agar

Pemodelan data yang digunakan dalam sistem informasi akademik berbasis web pada SMK Pelayaran Sinar Bahari Palembang adalah dengan menggunakan Entity Relantionship Diagram

Tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui seberapa besar respon peserta didik terhadap penggunaan macromedia flash 8 dalam pembelajaran matematika,

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan

A study was undertaken to determine the effect of the inclusion of chickweed ( Stellaria media ) leaf meal (CLM) on growth per- formance, feed utilization, nutrition retention,

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara fungsi kognitif terhadap kepatuhan minum obat anti hipertensi pada pasien lanjut usia di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah