PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA KELAS IVA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW DI SD NEGERI RINGINANOM 2 KECAMATAN TEMPURAN
KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi PGSD
Oleh : Cicilia Yuli Utami
NIM : 071134091
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA KELAS IVA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW DI SD NEGERI RINGINANOM 2 KECAMATAN TEMPURAN
KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi PGSD
Oleh : Cicilia Yuli Utami
NIM : 071134091
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Kupersembahkan karya ini untuk :
Yesus Kristus yang telah memberikan pertolongan kepada ku,
Diriku sendiri Kedua orang tuaku tercinta :
Ig. Suyoto & Y. Muryati
Kekasihku tercinta :
Emmanuel Teguh Saputro
Adikku tersayang :
Brigita Ratna Mega Sari
Keluarga besarku Serta rekan-rekan seperjuangan
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 8 Februari 2010
Penulis,
vi ABSTRAK
Cicilia Yuli Utami : Peningkatkan Keaktifan Siswa Kelas IVA dalam Pembelajaran IPS dengan Menggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw di SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2009/2010.
Kata Kunci : Keaktifan, Jigsaw
Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa, siswa sendirilah yang aktif membangun pengetahuannya sehingga potensi diri yang mereka miliki menjadi berkembang dan pengetahuan yang mereka peroleh menjadi bermakna. Namun kenyataannya, hampir pada seluruh kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang termasuk pembelajaran IPS pada Kelas IVA masih menggunakan metode ceramah dan dilakukan secara monoton. Siswa pasif menerima pengetahuan dari guru.
Untuk mengatasi rendahnya keaktifan siswa, dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kooperatif teknik jigsaw. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa Kelas IVA dalam pembelajaran IPS khususnya pada standar kompetensi : memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi dengan kompetensi dasar : menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi) di SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010? Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IVA dalam pembelajaran IPS khususnya pada standar kompetensi : memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi dengan kompetensi dasar : menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi) di SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2009/2010. Aspek yang menjadi indikator dari penelitian ini adalah keaktifan siswa untuk bertanya, mengemukakan ide, menyanggah ide dan menyetujui ide.
Setelah peneliti menggunakan pendekatan kooperatif teknik jigsaw maka keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS di SD Negeri Ringinanom 2 Kelas IVA Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2009/2010 mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada data masing-masing siklus menunjukan adanya peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS secara keseluruhan keaktifan siswa sebesar 75%, apabila dibandingkan kondisi awal sebesar 20,8% terjadi peningkatan sebesar 54,2%.
vii ABSTRACT
Utami, Cicilia Yuli. 2010. The Increasing of Students’ Affective In Learning Social Science through Cooperative Learning of Jigsaw Technique to Class IV A of SD Neegeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang Academic Year 2009/2010.
Keyword : Affective, jigsaw
Learning is one of the activities, which is done by students. They will build their understanding actively to improve their potential knowledge. In fact, almost all teaching-learning activities which are conducted in SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang including learning social sciences still use lecturing method. Students become passive during the teaching-learning process.
There is one question that was formulated in this study. The problem was whether or not the Jigsaw technique improved the affective in learning social science of class IV A students. It is especially based on competency standards: understanding the history, the universe, and variety of races from the differences of regency, and city and based on basic competencies: appreciating the variety of races and cultures (regency/city, province) in SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang Academic Year 2009/2010.
In order to answer the problem, a cooperative approach through jigsaw techniquewas used. This study intended to identify whether or not the Jigsaw technique improved the affective in learning social science of class IV A students. It was especially based on competency standards: understanding the history, the universe, and variety of races from the differences of regency, and city and based on basic competencies: appreciating the variety of races and cultures (regency/city, province) in SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang Academic Year 2009/2010. Indicator aspect of this study was the students’ affective to ask, to propose ideas, to resist ideas, and to agree with ideas.
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKDEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Cicilia Yuli Utami
Nomor Mahasiswa : 071134091
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada PerpustakaanUniversitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA KELAS IVA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW DI SD NEGERI RINGINANOM 2 KECAMATAN TEMPURAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian maka saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kapada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 8 Februari 2010 Yang menyatakan
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih,
rahmat dan penyertaannya, sehingga skripsi yang berjudul ”Peningkatkan
Keaktifan Siswa Kelas IVA dalam Pembelajaran IPS dengan Menggunaan Model
Kooperatif Teknik Jigsaw di SD Negeri Ringinanom 2 Kecamatan Tempuran
Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010” ini dapat terselesaikan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk kelulusan
Program Studi S1-PGSD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, di Universitas Sanata Dharma.
Penyusunan skripsi ini diakui banyak hambatan karena keterbatasan
waktu, pengetahuan dan pengalaman. Namun berkat semangat dan dorongan
berbagai pihak, akhirnya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. T. Sarkim, M. Ed, Ph. D selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.
2. Drs. Puji Purnomo, M. Si selaku Ketua Program Studi PGSD di Universitas
Sanata Dharma dan selaku dosen Pembimbing I.
3. Rusmawan, S. Pd selaku dosen Pembimbing II.
4. Kepala Sekolah SD Negeri Ringinanom 2 Kecamatan Tempuran Kabupaten
Magelang yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian.
5. Seluruh Dosen yang telah memberikan semangat dan ilmu.
6. Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan
x
7. Kedua orang tuaku dan adikku yang telah mendampingi dan mencukupi
semua kebutuhan dalam penulisan skripsi ini.
8. Emmanuel Teguh Saputro kekasihku atas doa, dorongan semangat dan
bantuannya dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
9. Semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai
upaya penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan bagi Universitas Sanata Dharma pada khususnya.
Yogyakarta, 8 Februari 2010
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
ABSTRAK... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKDEMIS... vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI... .. x
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1
B. Batasan Masalah………... 5
C. Perumusan Masalah……… 5
D. Batasan Istilah………. 5
E. Tujuan Penelitian……… 6
F. Manfaat Penelitian……….. 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan IPS di SD……….... 8
B. Keaktifan Siswa……… 9
C. Model Pembelajaran Kooperatif……… 11
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif……….. 11
2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif………. 11
3. Lima Unsur Model Pembelajaran Kooperatif………. 12
xii
5. Karakteristik Model Pembelajaran Koopertif………. 16
6. Model Kooperatif Teknik Jigsaw………... 17
D. Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw… 19 E. Hipotesis Tindakan ……….. 22
BAB III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ……….. 23
1. Subyek Penelitian………... 23
2. Lama Penelitian ... 23
3. Lokasi Penelitian………. 24
B. Prosedur Penelitian... 24
1. Persiapan... 24
2. Perencanaan Tindakan... 25
3. Pelaksanaan Tindakan... 25
a. Siklus I
C. Pengumpulan Data dan Instrumennya... 29
D. Analisis Data... 30
BAB IV. PELAKSANAN PENELITIAN A. Siklus I... 31
1. Tindakan... 31
2. Pelaksanaan Tindakan... 31
3. Pengamatan/Observasi... 33
a. Catatan-catatan selama proses pembelajaran... 33
xiii
c. Analisis hasil yang diperoleh siswa... 34
4. Refleksi... 38
5. Kesimpulan... 39
B. Siklus II... 40
1. Tindakan... 40
2. Pelaksanaan Tindakan... 40
3. Pengamatan/Observasi... 42
a. Catatan-catatan selama proses pembelajaran... 42
b. Catatan-catatan selama proses diskusi... 43
c. Analisis hasil yang diperoleh siswa... 43
4. Refleksi... 47
5. Kesimpulan... 48
BAB V. RANGKUMAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Rangkuman Hasil Penelitian... 49
B. Rangkuman Hasil Refleksi... 52
C. Pembahasan Hasil Penelitian... 54
BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan... 56
B. Saran... 57
DAFTAR PUSTAKA... 59
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian ... 23
Tabel 3.2 Peubah, Indikator, Data, Pengumpulan Data dan Instrumen... 29
Tabel 3.3. Kriteria keberhasilan penelitian... 30
Tabel 3.4. Kriteria Keaktifan Siswa... 30
Tabel 4.1. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus I... 35
Tabel 4.2 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus II... 44
Tabel 5.1. Rangkuman Hasil Penelitian... 49
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Penataan Ruang Kelas dalam Model Pembelajaran Koopertif.. 16
Gambar 3.1. Alur model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw Siklus1 .... 26
Gambar 3.2. Alur model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw Siklus 2.... 28
Gambar 4.1. Keaktifan Siswa Pada Siklus I... 37
Gambar 4.2. Keaktifan Siswa Pada Siklus II... 46
Gambar 5.1. Keaktifan Siswa Pada Kondisi Awal, Target Siklus I, Siklus I,
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus... 62
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan II... 64
Lampiran 3 Lembar Kerja Siklus I dan II... 70
Lampiran 4 Lembar Pengamatan... 76
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian... 78
Lampiran 6 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian... 79
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang
dilakukan terhadap siswa. Siswa tidak menerima pengetahuan dari guru
secara pasif ( Anderson & Armbruster, 1982: Piaget, 1952 & 1960 dalam Lie,
Anita, 2002: 5). Sudah seharusnya kegiatan belajar-mengajar yang
dilaksanakan lebih dipusatkan pada siswa (student centre). Siswa sendirilah
yang aktif membangun pengetahuannya sehingga potensi diri yang mereka
miliki menjadi berkembang dan pengetahuan yang mereka peroleh menjadi
bermakna. Alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa.
Guru dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan
temannya dalam tugas-tugas yang terstruktur, sehingga siswa menjadi aktif
membangun pengetahuannya. Disini guru bertindak sebagai fasilitator bagi
siswa dengan menciptakan suasana, merancang kegiatan, menyediakan
sumber belajar, mencipta media dan sarana serta memberi tuntunan
pengertian agar anak berhasil membangun pengetahuannya.
Demikian juga dalam Pembelajaran IPS hendaknya peran aktif siswa
lebih dioptimalkan lagi. Hal ini dikarenakan, pertama siswa pada dasarnya
punya rasa ingin tahu yang kuat, ditandai oleh kecenderungan heran dan
kagum pada hal-hal yang baru dan menantang (Purnomo, Puji. 2006: 2).
yang dapat mereka gunakan untuk mengolah bahan pelajaran. Seharusnya
mulai Kelas IV peran aktif siswa lebih dioptimalkan oleh guru, mereka mulai
dilatih untuk lebih aktif membangun pengetahuan mereka sendiri. Ketiga,
bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak seperti
waktu, perubahan, kesinambungan, arah mata angin, lingkungan, ritual,
akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan atau kelangkaan
(Achmad, Arief. 2005: 1). Berdasarkan beberapa alasan diatas, hendaknya
guru harus pandai-pandai menerapkan metode pembelajaran yang cocok
untuk menyampaikan bahan materi tersebut kepada siswa agar mereka
menjadi termotivasi untuk berperan aktif dalam pembelajaran juga agar
mereka dapat benar-benar memahami konsep-konsep yang abstrak tersebut
dan bukan hanya sekedar menghafalnya saja.
Namun kenyataannya, hampir pada seluruh kegiatan belajar mengajar
yang dilaksanakan di SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran,
Kabupaten Magelang termasuk pembelajaran IPS pada Kelas IVA masih
menggunakan metode ceramah dan dilakukan secara monoton. Pembelajaran
yang dilaksanakan hanya berpusat pada guru (teacher centre). Siswa
diibaratkan hanya sebagai botol kosong yang siap diisi pengetahuan yang
bersumber dari guru. Seolah-olah pengetahuan yang “benar” adalah apa yang
disampaikan oleh guru. Siswa hanya pasif menerima pengetahuan dari guru.
Dengan digunakannya metode pembelajaran yang demikian menyebabkan
keaktifan belajar siswa tidak optimal dan mereka menjadi tidak terangsang
dimiliki siswa menjadi tidak berkembang. Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan peneliti, keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS masih rendah.
Dari 24 siswa, siswa yang aktif bertanya berjumlah 5 anak (20,8%), siswa
yang aktif mengemukakan ide berjumlah 5 anak (20,8%), siswa yang aktif
menyanggah ide berjumlah 5 anak (20,8%), dan siswa yang aktif menyetujui
ide berjumlah 5 anak (20,8%).
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, untuk mengoptimalkan keaktifan siswa
diperlukan langkah-langkah yang tepat yang dapat diterapkan guna mengatasi
hal tersebut. Metode pembelajaran ceramah yang selama ini digunakan harus
diubah dengan model pembelajaran yang mampu memotivasi siswa untuk
terlibat aktif dalam pembelajaran misalnya dengan model pembelajaran
kooperatif. Dalam model pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk
membangun pengetahuannya dengan cara terlibat aktif bekerja dalam
kelompok bersama teman. Dengan membangun pengetahuan bersama teman,
mereka dapat saling membantu satu sama lain dan merekapun menjadi
terangsang untuk belajar mandiri dan berkreasi. Pengetahuan yang didapat
akan lebih mendalam karena pengetahuan dibangun melalui proses mencari
bersama-sama. Dalam penelitian ini penulis menggunakan model
pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw. Ciri khas dalam model
pembelajaran ini, siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari empat siswa
dan materi yang akan diajarkan dibagi menjadi empat bagian pula,
masing-masing siswa dalam setiap kelompok diberikan satu bagian materi yang
masing-masing untuk mempelajari bagian materi mereka sendiri-sendiri.
Setelah selesai mereka diminta untuk membagikan apa yang telah
dipelajarinya kepada teman-teman dalam kelompoknya dan memastikan
seluruh anggota kelompok memahaminya. Teknik ini menjamin keterlibatan
penuh seluruh siswa dalam bekerja sama di dalam kelompok. Teknik ini juga
dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dalam diskusi kelompok
karena dengan teknik ini setiap siswa memiliki tanggung jawab yang sama
dalam diskusi untuk mengkaji materi tersebut dengan baik sehingga mereka
dapat membantu kelompok mereka bekerja dengan baik. Dengan teknik ini
dapat dipastikan tidak akan ditemukan lagi siswa yang hanya menumpang
nama saja (siswa pasif).
Untuk itu penulis ingin mencoba meningkatkan keaktifan siswa Kelas
IVA di SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang Tahun Pelajaran 2009/2010 dalam pembelajaran IPS khususnya
pada standar kompetensi : memahami sejarah, kenampakan alam, dan
keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi dengan
kompetensi dasar : menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat
(kabupaten/kota, provinsi) dengan melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw. Penulis berharap
dengan diterapkannya model pembelajaran koopertif teknik jigsaw ini
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi masalahnya hanya pada (1)
Keaktifan siswa yang diperlihatkan dalam kegiatan bertanya, mengemukakan
ide, menyanggah ide, dan menyetujui ide. (2) Penelitian ini hanya pada mata
pembelajaran IPS khusunya pada standar kompetensi adalah memahami
sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan
kabupaten/kota dan propinsi, dengan kompetensi dasar adalah menghargai
keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi).
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalahnya, masalah dalam
penelitian ini dirumuskan menjadi : Apakah dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa
Kelas IVA dalam pembelajaran IPS khususnya pada standar kompetensi :
memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi dengan kompetensi dasar :
menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota,
provinsi) di SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang Tahun Pelajaran 2009/2010?
D. Batasan Istilah
Seperti yang telah diuraikan yang dimaksud dengan :
dalam bertanya, mengemukakan ide, menyanggah ide, dan menyetujui ide.
2. Model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw adalah merupakan teknik
pembelajaran yang berusaha menyatukan berbagai informasi atau konsep
atau bagian materi yang tersebar secara acak sehingga menjadi satu
kesatuan informasi atau konsep atau materi yang dapat dipahami secara
utuh.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat
meningkatkan keaktifan siswa Kelas IVA khususnya pada standar
kompetensi : memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku
bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi dengan kompetensi dasar :
menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota,
provinsi) di SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang Tahun Pelajaran 2009/2010.
F. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti,
a. Agar dapat mempunyai pengalaman melakukan penelitian, sehingga
dapat mengembangkan lebih lanjut dan mendorong pengembangan
PTK selanjutnya.
yang membangun keaktifan siswa, yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik jigsaw.
c. Agar dapat menambah wawasan tentang cara meningkatkan keaktifan
siswa.
2. Bagi Guru,
a. Agar dapat memberikan masukan bahwa model pembelajaran
kooperatif teknik jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran
yang dapat digunakan dan dikembangkan.
b. Agar dapat memotivasi untuk melakukan penelitian dengan model
pembelajaran yang sama atau model pembelajaran yang lain, pada
bidang studi lain, materi lain dan kelas yang lain.
3. Bagi Sekolah, agar dapat menambah sumber bacaan di perpustakaan
tentang Penggunaan Model Kooperatif Teknik Jigsaw yang dapat
meningkatkan keaktifan siswa, yang diharapkan memberikan inspirasi dan
memacu guru melakukan penelitian yang sama maupun penelitian yang
lain.
4. Bagi Siswa,
a. Agar dapat mengalami variasi kegiatan, sehingga dengan
digunakannya model pembelajaran teknik jigsaw keaktifan siswa dapat
meningkat.
b. Agar dapat memiliki pengalaman baru dalam melakukan kegiatan
belajar, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan minat dan motivasi
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan IPS di SD
IPS merupakan kajian yang luas tentang manusia dan dunianya.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan
kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia
7-11 tahun menurut Piaget berada dalam perkembangan kemampuan
intelektual/kognitifnya pada tingkatan konkrit operasional. Mereka
memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh dan menganggap tahun yang
akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah
sekarang (= konkrit) dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami
(= abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang
bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan,
arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai,
peranan, permintaan atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang
dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD (Achmad,
Arief. 2005:1). Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi
geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi.
Sesuai dengan karakteristik anak dan IPS SD maka metode ceramah
akan menyebabkan siswa bersikap pasif dan menurunkan derajat IPS menjadi
pelajaran hafalan yang membosankan. Untuk itu guru harus pandai-pandai
menyampaikan bahan materi tersebut kepada siswa agar mereka dapat
benar-benar memahami konsep-konsep yang abstrak tersebut dan bukan hanya
sekedar menghafalnya saja serta agar pengetahuan yang mereka peroleh
tersebut dapat tahan lama. Metode pembelajaran yang diterapkan misalnya,
cooperatif learning model (model pembelajaran kooperatif), role playing,
membaca sajak, buku (novel) atau surat kabar/majalah/jurnal agar siswa
diikutsertakan dalam aktivitas pembelajaran (Achmad, Arief. 2005: 2-3).
B. Keaktifan Siswa
Keaktifan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Poerwadarminta.
1976: 26) diartikan sebagai kegiatan, kesibukan, aktivitas. Sedangkan
menurut Udin S. Winataputra (1997: 2-16) dalam Suwantini (2008:10-11)
mengatakan bahwa belajar itu sendiri adalah aktivitas. Bila pikiran dan
perasaan siswa tidak terlihat aktif dalam situasi pembelajaran, pada
hakekatnya siswa tersebut tidak belajar. Guru tidak bisa melihat aktivitas
pikiran dan perasaan siswa, tetapi guru dapat mengamati dari manifestasinya
yaitu dari kegiatan siswa tersebut sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan
perasaan, seperti siswa bertanya, siswa mengemukakan ide, siswa
menyanggah ide, siswa menyetujui ide, siswa menjawab, siswa melakukan
diskusi, siswa memecahkan soal, siswa mengamati sesuatu, siswa melaporkan
hasil pekerjaannya, siswa membuat rangkuman dan sebagainya.
Trinandita (1984) menyatakan bahwa ”hal yang paling mendasar yang
dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara
guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan
mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana
masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin.
Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya
pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi
(Yasa, Doantara. 2008. http://ipotes.wordpress.com).
Beberapa prinsip utama dalam pembelajaran aktif antara lain adalah ;
1. Subyek pembelajaran adalah siswa.
2. Belajar aktif dilakukan dengan cara melakukan sesuatu yang dijadikan
suatu objek persoalan yang akan ditelusuri.
3. Belajar aktif lebih efektif bila dilakukan dalam kelompok agar tercipta
interaksi yang multiarah.
4. Aktifitas siswa harus menyenangkan, menarik perhatian, menantang untuk
ditelusuri dan penuh dengan peluang untuk mengembangkan kreativitas
(baik dalam berpikir maupun berkreasi).
(Rohandi, R. 2004: 51)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan metode
pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa :
1. Siswa aktif dalam berbuat, bertanya, bersikap kritis terhadap apa yang
dilakukan dan dipelajarinya.
2. Siswa berani mengungkapkan gagasan alternatif dan kreatif terhadap
gurunya.
3. Beri kebebasan siswa untuk berbicara, berbicara dalam konteks
penyampaian gagasan dan proses membangun dan meneguhkan sebuah
pengertian.
(Rohandi, R. 2004 : 53)
C. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Cooper (1999) dan Heinich (2002) dalam Asma, Nur (2006:
11-12) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif sebagai metode
pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen
dan siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas
akademik bersama, sambil bekerja sama belajar
keterampilan-keterampilan kolaboratif dan sosial. Anggota-anggota kelompok memiliki
tanggung jawab dan saling bergantung satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama.
2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif a. Pencapaian hasil belajar
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli bependapat bahwa model
ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang
sulit.
Tujuan dari Pembelajaran Kooperatif adalah penerimaan yang luas
terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, tingkat sosial,
kemampuan, maupun ketidakmampuan. Pembelajaran Kooperatif
memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan
kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas
tugas-tugas bersama.
c. Pengembangan Keterampilan Sosial
Pembelajaran Kooperatif mempunyai tujuan untuk mengajarkan
kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini
sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat dan berorganisasi.
(Asma, Nur. 2006: 12-14)
3. Lima Unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Jhonshon dalam Lie, Anita 2002: 31
mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Model
Pembelajaran Kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima
unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan antara lain:
a. Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap
anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar
perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota
kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat
mencapi tujuan mereka.
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model
pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab
untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model
pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun
sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus
melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam
kelompok bisa dilaksanakan.
c. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar
untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti
dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan
dan mengisi kekurangan masing-masing. Para anggota kelompok perlu
diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain
dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.
d. Komunikasi Antar anggota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok tergantung
pada kesediaan para anggota untuk saling mendengarkan dan
kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini merupakan proses
panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat
pembinaan perkembangan mental dan emosional siswa.
e. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
(Lie, Anita 2002: 31-35)
4. Pengelolaan Kelas Model Pembelajaran Kooperatif
Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas yang
menerapkan model pembelajaran kooperatif yaitu :
a. Pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman)
Pengelompokan dilakukan dengan memperhatikan keanekaragaman
latar belakang agama sosio-ekonomi, kemampuan akademik dan jenis
kelamin. Ada tiga keuntungan pengelompokan heterogen antara lain
pertama pengelompokan heterogen akan memberi kesempatan pada
siswa untuk saling mengajar dan saling mendukung. Kedua kelompok
yang beragam akan semakin meningkatkan interaksi antar ras, agama,
gender dan tingkatan lainnya. Ketiga guru dimudahkan dengan
bantuan dari siswa yang mempunyai kemampuan lebih baik dari
pembelajar lain.
b. Penumbuhan samangat/motivasi untuk kerjasama
Penumbuhan semangat/motivasi untuk saling kerjasama perlu
dilakukan agar setiap pembelajar mau memikirkan pembelajar lainya.
dengan pembelajar lain. Semangat kerjasama dapat ditingkatkan
dengan membangun kesadaran siswa bahwa kelompok akan merasa
bersatu jika mereka menyadari kesamaan yang mereka punyai
sekaligus memahami kesulitan keunikan tiap pribadi.
c. Penataan ruang kelas
Kelas yang ideal untuk model pembelajaran kooperatif adalah kelas
yang dapat ditata dengan mudah untuk jalannya diskusi. Meja dan
kursi perlu ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa dapat melihat
guru dan papan tulis dengan jelas, dapat melihat rekan-rekan
kelompoknya dengan baik dan berada dalam jangkauan kelompoknya.
Ada kemungkinan beberapa model penataan bangku yang dapat
dipakai (lihat gambar) :
1. Meja tapal kuda : siswa berkelompok di ujung meja.
2. Meja panjang : siswa berkelompok di ujung meja
3. Penataan tapal kuda : siswa dalam satu kelompok ditempatkan
berdekatan.
4. Meja laboratorium :
a. tugas individu, dan
b. tugas kelompok dengan membalikkan kursi
5. Meja Kelompok : siswa dalam satu kelompok ditempatkan
berdekatan.
6. Klasikal : siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan.
8. Meja berbaris : dua kelompok duduk berbagi satu meja.
Gambar 2.1. Penataan Ruang Kelas dalam Model Pembelajaran Kooperatif
(Lie, Anita 2002:38-53) dan (Purnomo, Puji. 2007: 39)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model penataan bangku
seperti nomor 7 (bangku individu), karena penataan bangku seperti ini
yang paling memungkinkan semua siswa dapat melihat guru dan papan
tulis dengan jelas, dapat melihat rekan-rekan kelompoknya dengan
baik dan berada dalam jangkauan kelompoknya. Sehingga dengan
demikian diharapkan memperlancar kegiatan pembelajaran siswa.
5. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
kelompok yang terdiri dari beberapa orang siswa yang memiliki
kemampuan akademik yang bervariasi serta memperhatikan jenis
kelamin dan etnis.
b. Siswa belajar dalam kelompoknya dengan bekerja sama untuk
menguasai materi pelajaran dengan saling membantu.
c. Sistem penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada
individu.
(Asma, Nur. 2006: 22)
6. Model Kooperatif Teknik Jigsaw
Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al sebagai
metode Cooperatif Learning (Lie, Anita. 2002: 69). Model pembelajaran
kooperatif teknik jigsaw merupakan teknik pembelajaran yang berusaha
menyatukan berbagai informasi atau konsep atau bagian materi yang
tersebar secara acak sehingga menjadi satu kesatuan informasi atau konsep
atau materi yang dapat dipahami secara utuh (Purnomo, Puji. 2007: 41).
Langkah pembelajaran dalam teknik jigsaw yaitu: siswa dibagi dalam
kelompok yang terdiri dari empat siswa dan materi yang akan diajarkan
dibagi menjadi empat bagian pula, masing-masing siswa dalam setiap
kelompok diberikan satu bagian materi yang berbeda satu sama lain.
Setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas masing-masing untuk
mempelajari bagian materi mereka sendiri-sendiri (dapat pula bergabung
dengan teman dari kelompok lain yang mendapat tugas yang sama dan
materi tersebut), setelah selesai mereka membagikan apa yang telah
dipelajarinya kepada teman-teman dalam kelompoknya dan memastikan
seluruh anggota kelompok memahami tugas yang telah dipelajari teman
lain dalam satu kelompok, sehingga diperolehlah satu kesatuan materi
yang dapat dipahami secara utuh. Dalam kegiatan ini, siswa dapat saling
melengkapi dan berdiskusi antara satu dengan yang lainnya agar
pengetahuan yang mereka peroleh semakin lengkap dan mendalam. Hasil
diskusi tersebut dipresentasikan didepan kelas, siswa/kelompok lain dapat
memberi tanggapan dari presentasi tersebut.
Kelebihan dan kekurangan dari teknik jigsaw yaitu:
a. Kelebihan :
1. Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
2. Melatih siswa mengembangkan kerja sama dan kolaborasi dengan
orang lain.
3. Melatih siswa menerima perbedaan dengan yang lain.
4. Membuat siswa lebih aktif.
b. Kelemahan : waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pembelajaran kooperatif teknik jigsaw lama.
Sedangkan karakteristik dari teknik jigsaw ini antara lain :
a. Berstruktur tugas dan bahan materi dibagi menjadi empat bagian dan
masing-masing siswa mendapat dan mempelajari satu bagian.
D. Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw
Bahan materi dalam Pendidikan IPS di SD penuh dengan pesan-pesan
yang bersifat abstrak. Sedangkan anak usia SD merupakan anak dalam
kelompok yang berusia 7-11 tahun yang mana perkembangan kemampuan
intelektual/konkritnya pada tingkatan konkrit operasional, mereka belum
begitu mampu memahami konsep-konsep yang abstrak. Oleh karena itu, guru
harus pandai-pandai menerapkan metode pembelajaran yang cocok untuk
menyampaikan bahan materi tersebut kepada siswa agar mereka menjadi
termotivasi untuk berperan aktif dalam pembelajaran juga agar mereka dapat
benar-benar memahami konsep-konsep yang abstrak tersebut dan bukan
hanya sekedar menghafalnya saja.
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembalajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS (Achmad, Arief.
2005: 2-3). Dalam model pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk
membangun pengetahuannya dengan cara terlibat aktif bekerja dalam
kelompok bersama teman. Dengan membangun pengetahuan bersama teman,
mereka dapat saling membantu satu sama lain dan merekapun menjadi
terangsang untuk belajar mandiri dan berkreasi. Pengetahuan yang didapat
akan lebih mendalam karena pengetahuan dibangun melalui proses mencari
bersama-sama. Keterampilan sosial siswapun akan lebih berkembang dengan
baik dalam pembelajaran kooperatif.
pembelajaran kooperatif, teknik ini merupakan teknik pembelajaran yang
berusaha menyatukan berbagai bagian materi yang tersebar secara acak
sehingga menjadi satu kesatuan materi yang dapat dipahami secara utuh.
Teknik ini dilakukan dengan memberikan satu bagian materi tertentu kepada
salah seorang anggota kelompok. Anggota kelompok lainnya menerima
bagian materi yang lain. Setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas
masing-masing untuk mempelajari bagian materi mereka sendiri-sendiri
(dapat pula bergabung dengan teman dari kelompok lain yang mendapat tugas
yang sama dan membentuk Kelompok Para Ahli untuk bekerja sama
mempelajari bagian materi tersebut), setelah selesai mereka membagikan apa
yang telah dipelajarinya kepada teman-teman dalam kelompoknya dan
memastikan seluruh anggota kelompok memahami tugas yang telah dipelajari
teman lain dalam satu kelompok, sehingga diperolehlah satu kesatuan materi
yang dapat dipahami secara utuh. Dalam kegiatan ini, siswa dapat saling
melengkapi dan berdiskusi antara satu dengan yang lainnya agar pengetahuan
yang mereka peroleh semakin lengkap dan mendalam. Hasil diskusi tersebut
dipresentasikan didepan kelas, siswa/kelompok lain dapat memberi tanggapan
dari presentasi tersebut.
Ketika siswa mendengarkan penjelasan bagian materi dari teman lain
mereka akan termotivasi untuk aktif menggali informasi secara mendalam
agar informasi yang mereka peroleh benar-benar mereka pahami. Hal ini
tampak melalui kegiatan siswa yang lebih aktif bertanya, mengemukakan ide,
seperti ini siswa menjadi terlatih untuk cepat tanggap atau terlatih untuk
berpikir kritis dalam menerima informasi yang baru bagi mereka.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agung Priyono (2008)
menemukan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat
berpengaruh positif terhadap keaktifan belajar siswa Kelas VIA SDN 01
Manisreja, Kecamatan Taman Kota Madiun dalam Pembelajaran Matematika
pada Tahun Pelajaran 2008/2009. Bahkan dalam penelitiannya prestasi belajar
siswapun mengalami peningkatan dari kondisi awal sampai siklus II yaitu
76%. Dan penelitian yang dilakukan oleh Sumbodo (2008) yang dilakukan di
SD Negeri Lemahireng 05 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2008/2009 pun menemukan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif
Teknik Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran
Bahasa Indenesia. Hal ini dapat dilihat dari data yang menunjukkan adanya
peningkatan keaktifan siswa sebesar 77%, apabila dibanding dengan kondisi
awal sebasar 48%, terjadi peningkatan sebesar 29%.
Mengkaji beberapa penemuan penelitian terdahulu tampaknya model
pembelajaran pooperatif teknik jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa.
model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw memberikan kesempatan kepada
siswa untuk ikut terlibat aktif didalam pembelajaran. Berdasarkan tinjauan
penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk
meningkatkan keaktifan siswa SD kelas IVA dalam pembelajaran IPS
khususnya pada standar kompetensi : memahami sejarah, kenampakan alam,
dengan kompetensi dasar : menghargai keragaman suku bangsa dan budaya
setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan model pembelajaran kooperatif
teknik jigsaw.
E. Hipotesis Tindakan
Sesuai dengan rumusan masalah, penulis menetapkan hipotesis sebagai
berikut: pengunaan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat
meningkatkan keaktifan siswa kelas IVA dalam pembelajaran IPS khususnya
pada standar kompetensi : memahami sejarah, kenampakan alam, dan
keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi dengan
kompetensi dasar : menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat
(kabupaten/kota, provinsi) di SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan
23 BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Seting Penelitian 1. Subyek Penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas IVA SD Negeri Ringinanom 2 Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2009/2010, yang berjumlah 24 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.
2. Lama Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 13 bulan dengan 2 siklus pada mulai dari perencanaan sampai pelaporan, yaitu antara bulan Januari 2009 sampai Januari 2010 dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
Melakukan
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Ringinanom 2, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2009/2010.
B. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang berasal dari masalah di dalam pembalajaran di kelas. Dalam penelitian ini masalah yang akan diangkat adalah rendahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang memerlukan tindakan untuk menanggulangi masalah dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan dalam kawasan kelas atau sekolah tujuannya untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran (Kasbolah, Kasihani. 2001: 11).
1. Persiapan
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :
c. Menyusun silabus, RPP dan LKS, d. Menyusun instrumen observasi. 2. Perencanaan Tindakan
Dalam penelitian ini peneliti akan mengambil 2 siklus dimana setiap siklus dilakukan satu tindakan dengan rencana kegiatan sebagai berikut:
a. Siklus I : Pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw.
b. Siklus II : Pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dengan membentuk Kelompok Para Ahli.
c. Indikator dalam Penelitian ini :
Indikator dari penelitian ini adalah kaberanian siswa untuk bertanya, mengemukakan ide, menyanggah ide dan menyetujui ide. 3. Pelaksanaan Tindakan
a. Siklus I, dilaksanakan selama 1 kali pertemuan 1). Tindakan
kelompok memahami tugas yang telah dipelajari teman lain dalam satu kelompok, sehingga diperolehlah satu kesatuan materi yang dapat dipahami secara utuh. Dalam kegiatan ini, siswa dapat saling melengkapi dan berdiskusi antara satu dengan yang lainnya agar pengetahuan yang mereka peroleh semakin lengkap dan mendalam. Hasil diskusi tersebut kemudian dipresentasikan di depan kelas, siswa/kelompok lain dapat memberi tanggapan dari presentasi tersebut.
Kegiatan siswa dalam kelompok dapat digambarkan sebagai berikut:
1). Siswa dibagi dalam kelompok.
2). Siswa mempelajari atau mengerjakan bagian materi masing-masing.
3). Setelah selesai mereka membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada teman-teman dalam kelompoknya.
2). Pengumpulan Data (Observasi)
Mengobservasi keaktifan siswa dalam hal bertanya, mengemukakan ide, menyanggah ide dan menyetujui ide. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar pengamatan yang dilakukan oleh seorang pengamat dan membuat dokumentasi berupa foto.
3). Refleksi
Refleksi yang dilakukan peneliti adalah:
a. Mengevaluasi kembali apa yang dilakukan pada pelaksanaan siklus I, tentang apa yang berhasil, kendala dan hambatan yang dihadapi.
b. Membandingkan hasil yang sudah dicapai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
c. Merencanakan perbaikan berdasarkan hasil evaluasi untuk dilakukan pada siklus II.
b. Siklus II, dilaksanakan selama 1 kali pertemuan 1). Tindakan
kembali ke kelompoknya sendiri (Kelompok Asal) dan membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada teman-teman dalam kelompoknya dan memastikan seluruh anggota kelompok memahami tugas yang telah dipelajari teman lain dalam satu kelompok, sehingga diperolehlah satu kesatuan materi yang dapat dipahami secara utuh. Dalam kegiatan ini, siswa dapat saling melengkapi dan berdiskusi antara satu dengan yang lainnya agar pengetahuan yang mereka peroleh semakin lengkap dan mendalam. Hasil diskusi tersebut kemudian dipresentasikan di depan kelas, siswa/kelompok lain dapat memberi tanggapan dari presentasi tersebut.
Kegiatan siswa dalam kelompok dapat digambarkan sebagai berikut:
1). Siswa dibagi dalam kelompok (disebut Kelompok Asal)
2). Bergabung membentuk Kelompok Para Ahli
Gambar 3.2. Alur model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw Siklus 2
2). Pengumpulan Data (Observasi)
Mengobservasi keaktifan siswa dalam hal bertanya, mengemukakan ide, menyanggah ide dan menyetujui ide. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar pengamatan yang dilakukan oleh seorang pengamat dan membuat dokumentasi berupa foto.
3). Refleksi
Refleksi yang dilakukan peneliti adalah:
a. Mengevaluasi kembali apa yang dilakukan pada pelaksanaan siklus II, tentang apa yang berhasil, kendala dan hambatan yang dihadapi.
b. Membandingkan hasil yang sudah dicapai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan untuk memutuskan apakah siklus dilanjutkan atau tidak.
C. Pengumpulan Data dan Instrumennya
Tabel 3.2. Peubah, Indikator, Data, Pengumpulan Data dan Instrumen
Peubah Indikator Data Pengumpulan Instrumen Keaktifan a. Bertanya
b. Mengemukakan ide
c. Menyanggah ide
d. Menyetujui ide
Jumlah siswa yang aktif
D. Analisis Data
Dalam menyusun dan mengolah analisis data untuk mengukur keberhasilan penelitian pada masing-masing siklus maka digunakan kriteria keberhasilan penelitian sebagai berikut :
Tabel 3.3. Kriteria keberhasilan penelitian
Pada setiap jenis indikator dihitung persen (%) jumlah siswa yang terlibat dengan rumus : x100%
N n
n= (n:jumlah siswa yang terlibat, N:jumlah
seluruh siswa).
Kemudian menentukan tingkat keaktifan siswa menggunakan kriteria keaktifan siswa yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.2. Kriteria Keaktifan Siswa Siklus I
(Masidjo, Ign. 1995:157)
Indikator
NO Skor rata-rata Keaktifan Siswa
1 81% - 100% Sangat Aktif
2 66% - 80 % Aktif
3 56% - 65% Cukup Aktif
4 45% - 55% Kurang Aktif
31 BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul ”Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas IVA dalam Pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw di SD Negeri Ringinanom 2 Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010” dilaksanakan pada tanggal 16-28 November 2009. Data penelitian ini diperoleh melalui pengamatan terhadap proses penelitian yang terdiri dari dua siklus dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Adapun hasil penelitian dapat peneliti uraikan sebagai berikut:
A. Siklus I 1. Tindakan
Tindakan yang akan dilaksanakan yaitu :
Siklus I : Pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus ini siswa dibagi menjadi enam kelompok yang masing-masing beranggotakan empat orang siswa. Dalam kelompok siswa diminta untuk mengerjakan tugas mengenai: bentuk keragaman suku bangsa dan budaya di provinsi Jawa Tengah. Bagian pertama membahas tentang suku bangsa yang mendiami Provinsi Jawa Tengah dan tarian yang dimiliki Provinsi Jawa Tengah. Bagian kedua membahas tentang lagu daerah yang dimiliki Provinsi Jawa Tengah dan makanan khas daerah yang dimiliki Provinsi Jawa Tengah. Bagian tiga membahas tentang rumah adat dan pakaian adat Provinsi Jawa Tengah. Bagian empat membahas tentang kesenian daerah (alat musik dan senjata tradisional) Provinsi Jawa Tengah. Bagian pertama tugas diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua, demikian seterusnya. Masing-masing siswa mempelajari atau mengerjakan bagian materi mereka masing-masing. Setelah selesai, mereka membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada teman-teman dalam kelompoknya. dan memastikan seluruh anggota kelompok memahami tugas yang telah dipelajari teman lain dalam satu kelompok. Dalam kegiatan ini, siswa dapat saling melengkapi dan berdiskusi antara satu dengan yang lainnya. Hasil diskusi tersebut dipresentasikan didepan kelas. siswa/kelompok lain dapat memberi tanggapan dari presentasi tersebut. Secara garis besar kegiatan pada siklus I dapat digambarkan sebagai berikut:
b. Siswa mempelajari atau mengerjakan bagian materi masing-masing.
c. Setelah selesai mereka membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada teman-teman dalam kelompoknya.
Gambar 3.1. Alur model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw Siklus 1
3. Pengamatan/Observasi
Data yang dapat peneliti amati pada penelitian ini secara garis besar adalah:
a. Catatan-catatan selama proses pembelajaran
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat diperoleh data bahwa pada pertemuan ini guru telah melaksanakan pembelajaran dengan baik, hal ini terlihat dari:
1) Guru membuka pelajaran dengan memotivasi siswa, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Guru menunjukkan penguasaan materi dengan baik disamping itu guru membimbing siswa saat berdiskusi.
3) Guru menggunakan media pembelajaran berupa gambar-gambar pakaian adat, rumah adat, senjata daerah, dan alat musik daerah sehingga siswa merasa tertarik, disamping itu guru juga melibatkan siswa dalam pemanfaatan media pembelajaran.
b. Catatan-catatan selama proses diskusi
Pada proses pembelajaran siklus I, siswa berdiskusi untuk menyebutkan bentuk keragaman suku bangsa dan budaya di provinsi Jawa Tengah. Proses pelaksanaan diskusi lebih banyak dibimbing oleh guru karena siswa belum memiliki pengalaman untuk belajar kelompok, dan mengeluarkan pendapat.
c. Analisis hasil yang diperoleh siswa
Tabel 4.1. LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA SIKLUS I
Jenis Keaktifan yang diamati yaitu: A : Bertanya,
B : Mengemukakan ide,
C : Menyangah ide, D : Menyetujui ide
No Nama
Pada setiap jenis indikator dihitung persen (%) jumlah siswa yang terlibat dengan rumus : x100%
N n
n= (n:jumlah siswa yang terlibat,
N:jumlah seluruh siswa).
Dapat diperjelas sebagai berikut :
Jumlah anak yang bertanya = 16 anak, maka persentasenya adalah
%
Jumlah anak yang mengemukakan ide = 15 anak, maka persentasenya
adalah 100% 62,5% 24
15
=
x
Jumlah anak yang menyanggah ide = 16 anak, maka persentasenya
adalah 100% 66,6% 24
16 =
x
Jumlah anak yang menyetujui ide = 15 anak, maka persentasenya
adalah 100% 62,5% 24
15 =
x
Kemudian menentukan tingkat keaktifan siswa menggunakan kriteria keaktifan siswa yaitu sebagai berikut:
Tabel 3. 3. Kriteria Keaktifan Siswa
(Masidjo, Ign. 1995:157)
NO Skor rata-rata Keaktifan Siswa
1 81% - 100% Sangat Aktif
2 66% - 80 % Aktif
3 56% - 65% Cukup Aktif
4 45% - 55% Kurang Aktif
Dari tabel di atas keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan kooperatif teknik jigsaw dapat peneliti deskripsikan sebagai berikut:
• Keaktifan bertanya sudah aktif dan belum mencapai kriteria keberhasilan penelitian yaitu 66,6%
• Keaktifan mengemukakan ide cukup aktif dan belum mencapai dengan kriteria keberhasilan penelitian yaitu 62,5%
• Keaktifan menyangah ide sudah aktif dan belum mencapai kriteria keberhasilan penelitian yaitu 66,6%
• Keaktifan menyetujui ide cukup aktif dan belum mencapai kriteria keberhasilan penelitian yaitu 62,5%
Hubungan antara kondisi awal tentang keaktifan siswa, kriteria keberhasilan penelitian tentang keaktifan siswa, dan keaktifan siswa dalam siklus 1 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
Gambar 4.1. Keaktifan Siswa Pada Siklus I
Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPS Dengan Pendekatan Kooperatif Teknik Jigsaw
4. Refleksi
a. Hal-hal khusus yang terjadi di siklus I adalah sebagai berikut:
1) Dibandingkan pada saat kondisi awal, siswa sudah terlihat aktif dalam diskusi, mulai berani mengemukakan ide, menyanggah ide teman, berani bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas dan mulai berani mengungkapkan pernyataan setuju atas ide teman yang benar.
2) Secara umum keaktifan siswa pada siklus I ini sudah meningkat dibandingkan dengan kondisi awal tetapi semua belum mencapai target kriteria keberhasilan.
3) Siswa masih agak kesulitan diajak bekerja sama dalam kelompok, hal ini dikarenakan mereka jarang bahkan hampir tidak pernah belajar secara berkelompok
4) Siswa saling berebut menggunakan gunting dan lem untuk mengerjakan lembar kerja, hal ini dikarenakan satu kelompok hanya disediakan satu gunting dan satu lem.
b. Dari analisa data diatas ada beberapa hal yang dapat penulis simpulkan untuk mengambil langkah apakah siklus kedua perlu dilaksanakan ataukah penelitian ini hanya berhenti sampai pada siklus pertama. Beberapa kesimpulan sebagai bahan refleksi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Keaktifan bertanya sudah aktif dan belum mencapai kriteria keberhasilan penelitian yaitu 66,6%
2) Keaktifan mengemukakan ide sudah cukup aktif dan belum mencapai kriteria keberhasilan penelitian yaitu 62,5%
3) Keaktifan menyangah ide sudah aktif dan balum mencapai kriteria keberhasilan penelitian yaitu 66,6%
4) Keaktifan menyetujui ide cukup aktif dan belum mencapai kriteria keberhasilan penelitian yaitu 62,5%
5. Kesimpulan
Berdasarkan data tersebut diperoleh data bahwa secara umum keaktifan siswa pada siklus I ini sudah meningkat dibandingkan dengan kondisi awal tetapi semua belum mencapai kriteria keberhasilan penelitian. Oleh karena itu agar dapat mencapai target secara keseluruhan serta untuk lebih mengetahui peningkatan keaktifan siswa secara optimal, maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya yaitu siklus II.
1) Membentuk Kelompok Para Ahli bersama teman dari kelompok lain yang mendapat tugas yang sama, ketika mengerjakan tugas masing-masing, dengan tujuan agar disini mereka menjadi lebih berkembang karena mereka diberi kebebasan untuk berdiskusi untuk mengerjakan tugas mereka sehingga jawaban yang diperoleh pun lebih lengkap dan mendalam.
2) Guru harus lebih memotovasi siswa agar memiliki keberanian untuk bertanya, mengemukakan ide, menyanggah ide dan menyetujui ide. B. Siklus II
1. Tindakan
Tindakan yang dilakukan yaitu:
Siklus II : Pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dengan membentuk Kelompok Para Ahli.
2. Pelaksanaan Tindakan
Jawa Tengah. Bagian kedua pengertian Bhineka Tunggal Ika. Bagian ketiga pentingnya persatuan dalam keragaman. Bagian keempat contoh cara menghargai keragaman suku bangsa budaya yang ada di masyarakat. Bagian pertama tugas diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua, demikian seterusnya. Dalam mempelajari atau mengerjakan bagian materi mereka masing-masing, siswa bergabung dengan siswa lain yang mendapatkan bagian yang sama dari kelompok lain untuk bekerja sama mempelajari atau mengerjakan bagian tersebut (Kelompok baru ini disebut Kelompok Para Ahli). Setelah selesai, siswa kembali ke kelompok asal untuk membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada teman-teman dalam kelompoknya dan memastikan seluruh anggota kelompok memahami tugas yang telah dipelajari teman lain dalam satu kelompok. Dalam kegiatan ini, siswa dapat saling melengkapi dan berdiskusi antara satu dengan yang lainnya. Hasil diskusi tersebut dipresentasikan didepan kelas, siswa/kelompok lain dapat memberi tanggapan dari presentasi tersebut. Secara garis besar kegiatan pada siklus II dapat digambarkan sbb:
a. Siswa dibagi dalam kelompok (disebut Kelompok Asal)
b. Bergabung membentuk Kelompok Para Ahli untuk mengerjakan tugas mereka
c. Kembali ke Kelompok Asal
Gambar 3.2. Alur model pembalajaran kooperatif teknik jigsaw Siklus 2
3. Pengamatan/Observasi
Data yang dapat peneliti amati pada penelitian ini secara garis besar adalah:
a. Catatan-catatan selama proses pembelajaran
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat diperoleh data bahwa pada pertemuan ini guru telah melaksanakan pembelajaran dengan baik, hal ini terlihat dari:
1) Guru membuka pelajaran dengan memotivasi siswa, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Guru menunjukkan penguasaan materi dengan baik disamping itu guru membimbing siswa saat berdiskusi.
3) Guru menggunakan media pembelajaran berupa gambar-gambar pakaian adat, rumah adat, senjata daerah, dan alat musik daerah sehingga siswa merasa tertarik, disamping itu guru juga melibatkan siswa dalam pemanfaatan media pembelajaran.
4) Suasana diskusi berjalan sangat lancar dan dinamis. Pembelajaran tampak hidup dan antusias siswa dalam belajar sangat tinggi, hal tersebut terlihat dari suasana diskusi siswa baik dalam kelompok maupun dalam diskusi kelas.
b. Catatan-catatan selama proses diskusi
Proses pelaksanaan diskusi berjalan lancar dan siswa lebih mandiri karena siswa sudah mulai terbiasa belajar dalam kelompok serta siswa sudah tampak kreatif dan tanpa malu-malu lagi bertanya, mengemukakan ide, menyanggah ide ataupun menyetujui ide dari teman. Pembelajaran tampak hidup dan antusias siswa dalam belajar sangat tinggi, hal tersebut terlihat dari suasana diskusi siswa baik dalam kelompok maupun dalam diskusi kelas.
c. Analisis hasil yang diperoleh siswa
Tabel 4.2 LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA SIKLUS II
Jenis Keaktifan yang diamati yaitu: A : Bertanya,
B : Mengemukakan ide,
C : Menyangah ide, D : Menyetujui ide
Pada setiap jenis indikator dihitung jumlah siswa yang terlibat (%)
dengan rumus : x100% N
n
n= (n:jumlah siswa yang terlibat, N:jumlah
seluruh siswa). Dapat diperjelas sebagai berikut :
Jumlah anak yang bertanya = 19 anak, maka persentasinya adalah
%
Jumlah anak yang mangamukakan ide = 17 anak, maka persentasinya
adalah 100% 70,8%
24
17 =
x
Jumlah anak yang menyanggah ide = 18 anak, maka persentasinya
adalah 100% 75%
24 18
=
x
Jumlah anak yang menyetujui ide = 19 anak, maka persentasinya
adalah 100% 79,2% 24
19 =
x
Kemudian menentukan tingkat keaktifan siswa menggunakan kriteria
keaktifan siswa yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.3. Kriteria Keaktifan Siswa
(Masidjo, Ign. 1995:157)
NO Skor rata-rata Keaktifan Siswa
1 81% - 100% Sangat Aktif 2 66% - 80 % Aktif
3 56% - 65% Cukup Aktif
4 45% - 55% Kurang Aktif
Dari tabel di atas keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan
kooperatif teknik jigsaw dapat peneliti deskripsikan sebagai berikut:
• Keaktifan bertanya sudah aktif dan sudah melebihi kriteria
keberhasilan penelitian yaitu 79,2%
• Keaktifan mengemukakan ide sudah aktif dan mencapai kriteria
keberhasilan penelitian yaitu 70,8%
• Keaktifan menyangah ide sudah aktif dan sudah melebihi kriteria
keberhasilan penelitian yaitu 75%
• Keaktifan menyetujui ide sudah aktif dan mencapai kriteria
keberhasilan penelitian yaitu 75%
Hubungan antara kondisi awal tentang keaktifan siswa, kriteria
keberhasilan penelitian tentang keaktifan siswa, dan keaktifan siswa dalam
siklus II dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
Gambar 4.2. Keaktifan Siswa Pada Siklus II Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPS Dengan Pendekatan Kooperatif Teknik Jigsaw
4. Refleksi
a. Hal-hal khusus yang terjadi di siklus II adalah sebagai berikut:
1) Dibandingkan pada saat kondisi awal, dan siklus I siswa sudah
terlihat lebih aktif dalam diskusi. Proses pelaksanaan diskusi
berjalan lancar dan siswa lebih mandiri karena siswa sudah mulai
terbiasa belajar dalam kelompok serta siswa sudah tampak kreatif
dan tanpa malu-malu lagi bertanya, mengemukakan ide,
menyanggah ide ataupun menyetujui ide dari teman. Pembelajaran
tampak hidup dan antusias siswa dalam belajar sangat tinggi, hal
tersebut terlihat dari suasana diskusi siswa baik dalam kelompok
maupun dalam diskusi kelas.
2) Secara umum keaktifan siswa pada siklus II ini sudah meningkat
dibandingkan dengan kondisi awal dan siklus I, dan sudah
seluruhnya mencapai target bahkan ada 2 indikator yang melebihi
target.
3) Ketika mengerjakan tugas masing-masing, siswa lebih percaya diri
karena mereka mengerjakannya bersama teman dari kelompok lain
dalam Kelompok Para Ahli disini mereka menjadi lebih
berkembang karena mereka diberi kebebasan untuk berdiskusi
untuk mengerjakan tugas mereka sehingga jawaban yang diperoleh
pun lebih lengkap dan mendalam.
b. Dari analisa data diatas ada beberapa hal yang dapat penulis simpulkan
dihentikan. Beberapa kesimpulan sebagai bahan refleksi tersebut
adalah sebagai berikut:
(1)Keaktifan bertanya sudah aktif dan sudah melebihi kriteria
keberhasilan penelitian yaitu 79,2%
(2)Keaktifan mengemukakan ide sudah aktif dan mencapai kriteria
keberhasilan penelitian yaitu 70,8%
(3)Keaktifan menyangah ide sudah aktif dan sudah melebihi kriteria
keberhasilan penelitian yaitu 75%
(4)Keaktifan menyetujui ide sudah aktif dan sudah mencapai kriteria
keberhasilan penelitian yaitu 75%
5. Kesimpulan
Berdasarkan data tersebut diperoleh data bahwa secara umum keaktifan
siswa pada siklus II ini sudah meningkat dibandingkan dengan kondisi
awal dan pada siklus I serta sudah mencapai target bahkan ada 2 indikator
yang melebihi target. Serta mengingat keberhasilan yang juga dicapai pada
49 BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Rangkuman Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti selama melaksanakan
penelitian yang terdiri dari 2 siklus, berikut peneliti sampaikan rangkuman
hasil penelitian keaktifan siswa:
Tabel 5.1. Rangkuman Hasil Penelitian N
Berdasarkan tabel diatas, pada siklus I diperoleh data bahwa keaktifan
bertanya sudah aktif yaitu 66,6% tetapi belum mencapai target keberhasilan
penelitian dan jika dibandingkan dengan kondisi awal sebesar 20,8% terjadi
peningkatan sebesar 45,8%, keaktifan mengemukakan ide sudah cukup aktif
tetapi belum mencapai target kriteria keberhasilan penelitian yaitu 62,5% dan
jika dibandingkan dengan kondisi awal sebesar 20,8% terjadi peningkatan
target keberhasilan penelitian yaitu 66,6% dan jika dibandingkan dengan
kondisi awal sebesar 20,8% terjadi peningkatan sebesar 45,8%,serta keaktifan
menyetujui ide cukup aktif tetapi belum mencapai target keberhasilan
penelitian yaitu 62,5% dan jika dibandingkan dengan kondisi awal sebesar
20,8% terjadi peningkatan sebesar 41,7%. secara keseluruhan keaktifan siswa
dalam pembelajaran IPS pada siklus I sebesar 64,55%, apabila dibandingkan
dengan kondisi awal sebesar 20,8% terjadi peningkatan sebesar 43,75%
Pada siklus II diperoleh data bahwa keaktifan bertanya sudah aktif yaitu
79,2% dan melebihi target keberhasilan penelitian dan jika dibandingkan
dengan kondisi awal sebesar 20,8% terjadi peningkatan sebesar 58,4%,
keaktifan mengemukakan ide sudah aktif dan sudah sesuai dengan kriteria
keberhasilan penelitian yaitu 70,8% dan jika dibandingkan dengan kondisi
awal sebesar 20,8% terjadi peningkatan sebesar 50%, keaktifan menyangah
ide sudah aktif dan sudah melebihi kriteria keberhasilan penelitian yaitu 75%
dan jika dibandingkan dengan kondisi awal sebesar 20,8% terjadi peningkatan
sebesar 54,2%, serta keaktifan menyetujui ide sudah aktif dan sudah mencapai
keberhasilan penelitian yaitu 75% dan jika dibandingkan dengan kondisi awal
sebesar 20,8% terjadi peningkatan sebesar 54,2%. secara keseluruhan
keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS pada siklus II sebesar 75%, apabila
dibandingkan dengan kondisi awal sebesar 20,8% terjadi peningkatan sebesar
54,2%.
Dari rangkuman data penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa