• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

C. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Cooper (1999) dan Heinich (2002) dalam Asma, Nur (2006: 11-12) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif sebagai metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama, sambil bekerja sama belajar keterampilan-keterampilan kolaboratif dan sosial. Anggota-anggota kelompok memiliki tanggung jawab dan saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.

2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif a. Pencapaian hasil belajar

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli bependapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.

Tujuan dari Pembelajaran Kooperatif adalah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, tingkat sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Pembelajaran Kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama.

c. Pengembangan Keterampilan Sosial

Pembelajaran Kooperatif mempunyai tujuan untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat dan berorganisasi. (Asma, Nur. 2006: 12-14)

3. Lima Unsur Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Jhonshon dalam Lie, Anita 2002: 31 mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Model Pembelajaran Kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan antara lain: a. Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapi tujuan mereka.

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

c. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.

d. Komunikasi Antar anggota

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kesediaan para anggota untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan

pembinaan perkembangan mental dan emosional siswa. e. Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

(Lie, Anita 2002: 31-35)

4. Pengelolaan Kelas Model Pembelajaran Kooperatif

Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif yaitu :

a. Pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman)

Pengelompokan dilakukan dengan memperhatikan keanekaragaman latar belakang agama sosio-ekonomi, kemampuan akademik dan jenis kelamin. Ada tiga keuntungan pengelompokan heterogen antara lain pertama pengelompokan heterogen akan memberi kesempatan pada siswa untuk saling mengajar dan saling mendukung. Kedua kelompok yang beragam akan semakin meningkatkan interaksi antar ras, agama, gender dan tingkatan lainnya. Ketiga guru dimudahkan dengan bantuan dari siswa yang mempunyai kemampuan lebih baik dari pembelajar lain.

b. Penumbuhan samangat/motivasi untuk kerjasama

Penumbuhan semangat/motivasi untuk saling kerjasama perlu dilakukan agar setiap pembelajar mau memikirkan pembelajar lainya. Dengan semangat ini, pembelajar akan dengan mudah menjalin relasi

dengan pembelajar lain. Semangat kerjasama dapat ditingkatkan dengan membangun kesadaran siswa bahwa kelompok akan merasa bersatu jika mereka menyadari kesamaan yang mereka punyai sekaligus memahami kesulitan keunikan tiap pribadi.

c. Penataan ruang kelas

Kelas yang ideal untuk model pembelajaran kooperatif adalah kelas yang dapat ditata dengan mudah untuk jalannya diskusi. Meja dan kursi perlu ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa dapat melihat guru dan papan tulis dengan jelas, dapat melihat rekan-rekan kelompoknya dengan baik dan berada dalam jangkauan kelompoknya. Ada kemungkinan beberapa model penataan bangku yang dapat dipakai (lihat gambar) :

1. Meja tapal kuda : siswa berkelompok di ujung meja. 2. Meja panjang : siswa berkelompok di ujung meja

3. Penataan tapal kuda : siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan.

4. Meja laboratorium : a. tugas individu, dan

b. tugas kelompok dengan membalikkan kursi

5. Meja Kelompok : siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan.

6. Klasikal : siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan. 7. Bangku individu dengan meja tulisnya.

8. Meja berbaris : dua kelompok duduk berbagi satu meja.

Gambar 2.1. Penataan Ruang Kelas dalam Model Pembelajaran Kooperatif

(Lie, Anita 2002:38-53) dan (Purnomo, Puji. 2007: 39)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model penataan bangku seperti nomor 7 (bangku individu), karena penataan bangku seperti ini yang paling memungkinkan semua siswa dapat melihat guru dan papan tulis dengan jelas, dapat melihat rekan-rekan kelompoknya dengan baik dan berada dalam jangkauan kelompoknya. Sehingga dengan demikian diharapkan memperlancar kegiatan pembelajaran siswa. 5. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

kelompok yang terdiri dari beberapa orang siswa yang memiliki kemampuan akademik yang bervariasi serta memperhatikan jenis kelamin dan etnis.

b. Siswa belajar dalam kelompoknya dengan bekerja sama untuk menguasai materi pelajaran dengan saling membantu.

c. Sistem penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.

(Asma, Nur. 2006: 22)

6. Model Kooperatif Teknik Jigsaw

Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al sebagai metode Cooperatif Learning (Lie, Anita. 2002: 69). Model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw merupakan teknik pembelajaran yang berusaha menyatukan berbagai informasi atau konsep atau bagian materi yang tersebar secara acak sehingga menjadi satu kesatuan informasi atau konsep atau materi yang dapat dipahami secara utuh (Purnomo, Puji. 2007: 41).

Langkah pembelajaran dalam teknik jigsaw yaitu: siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari empat siswa dan materi yang akan diajarkan dibagi menjadi empat bagian pula, masing-masing siswa dalam setiap kelompok diberikan satu bagian materi yang berbeda satu sama lain. Setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas masing-masing untuk mempelajari bagian materi mereka sendiri-sendiri (dapat pula bergabung dengan teman dari kelompok lain yang mendapat tugas yang sama dan membentuk Kelompok Para Ahli untuk bekerjasama mempelajari bagian

materi tersebut), setelah selesai mereka membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada teman-teman dalam kelompoknya dan memastikan seluruh anggota kelompok memahami tugas yang telah dipelajari teman lain dalam satu kelompok, sehingga diperolehlah satu kesatuan materi yang dapat dipahami secara utuh. Dalam kegiatan ini, siswa dapat saling melengkapi dan berdiskusi antara satu dengan yang lainnya agar pengetahuan yang mereka peroleh semakin lengkap dan mendalam. Hasil diskusi tersebut dipresentasikan didepan kelas, siswa/kelompok lain dapat memberi tanggapan dari presentasi tersebut.

Kelebihan dan kekurangan dari teknik jigsaw yaitu: a. Kelebihan :

1. Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

2. Melatih siswa mengembangkan kerja sama dan kolaborasi dengan orang lain.

3. Melatih siswa menerima perbedaan dengan yang lain. 4. Membuat siswa lebih aktif.

b. Kelemahan : waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw lama.

Sedangkan karakteristik dari teknik jigsaw ini antara lain :

a. Berstruktur tugas dan bahan materi dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing siswa mendapat dan mempelajari satu bagian.

D. Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPS dengan

Dokumen terkait