• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KECUKUPAN FILTER TABUNG SINAR-X DENGAN MENGGUNAKAN METODE HALF-VALUE LAYER ANALYSIS OF X-RAY TUBE FILTER USING THE HALF-VALUE LAYER METHOD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KECUKUPAN FILTER TABUNG SINAR-X DENGAN MENGGUNAKAN METODE HALF-VALUE LAYER ANALYSIS OF X-RAY TUBE FILTER USING THE HALF-VALUE LAYER METHOD"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KECUKUPAN FILTER TABUNG SINAR-X DENGAN MENGGUNAKAN METODE HALF-VALUE LAYER

ANALYSIS OF X-RAY TUBE FILTER USING THE HALF-VALUE LAYER METHOD

Rini Indrati1, Siti Daryati1, Yeti Kartikasari1, Akhmad Haris Sulistiyadi1, Sri Mulyati1, Bagus Dwi Handoko1

1) Poltekkes Kemenkes Semarang email: riniindrati@poltekkes-smg.ac.id

ABSTRAK

Foton sinar-X dengan energi yang tinggi diperlukan dalam pembuatan radiograf.

Sedangkan foton dengan energi rendah hanya menambah dosis radiasi. Untuk meminimalkan dosis yang diterima pasien digunakan filter sinar-X. Idealnya filter hanya menghilangkan foton yang memiliki energi rendah, tetapi filter juga akan memotong sinar-X pada semua tingkat Energi. Pemakaian total filter yang cukup akan menghasilkan berkas sinar-X dengan Energi yang cukup untuk pembuatan radiograf dengan dosis radiasi seminimal mungkin.

Pengujian kecukupan filter untuk mengetahui kecukupan filter pesawat sinar X pada Laboratorium juruan Teknik radiodiaagnosik dan Radioterapi

Jenis penelitian ini adalah exploratory research dengan pendekatan eksperimen one shot case study berupa pengujian kecukupan ketebalan filter tabung sinar-X dengan menggunakan metode Half-Value Layer. Pengukuran kecukupan filter Sinar-X dilakukan pada tegangan tabung 80 kV dengan arus tabung 400 mA dan waktu 0,025 sec. Lembar Alumunium tebal 0,22 mm dan Intensitas Radiasi diukur dengan menggunakan Surveymeter Victoreen Pr 550–4/1693. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode HVL dan analisis Regresi dengan tingkat signifikasi sebesar 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa ukuran filter pada pesawat Shimadzu di Laboratorium Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi perlu dilakukan penambahan ketebalan filter setara dengan 0,1 mm Al. Dengan persamaan regresi Y = -0,108X + 2,459 menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 (satu) mm Al akan mengurangi Dosis radiasi sinar-X sebesar 0,108 mR. Penambahan filter masih bisa dilakukan sampai maksimal setara dengan 3,0 mm Al atau masih bisa ditambah 0,8 mm Al. Penambahan 0,8 mm Al akan menghasilkan paparan radiasi yang masih cukup digunakan untuk pembuatan radiograf yang berkualitas dengan menekan dosis radiasi yang diterima pasien menjadi berkurang sebesar  25%.

Kata kunci: Kecukupan Filter Sinar X, Half Value Layer

ABSTRACT

High-energy X-ray photons are the photons needed for making radiographs. Whereas low-energy photons do not provide the information needed to provide additional radiation doses. To minimize the dose received by the patient, a filter is used as a tool to cut low-energy X-ray photons that are not useful in the formation of radiodiagnostic images. Ideally using a filter only removes photons that have low energy, but the filter will also cut X-rays at all levels of energy. Adequate total filter usage will produce X-ray files with enough

(2)

energy to make radiographs with the minimum dose of radiation received by the patient. Testing must be required due to filter wear or factory specifications that are not appropriate and after repair. Filter adequacy testing to determine the adequacy of X-ray equipment filters in the Laboratory of Technic Radiodiagnosis and Radiotherapy Department.

This type of research is exploratory research with the one-shot case study experimental approach in the form of testing the adequacy of the thickness of X-ray tube filters using the Half-Value Layer method. Adequacy measurement of the X-ray filter is carried out at an 80 kV tube voltage with a tube current of 400 mA and a time of 0.025 sec. 0.22 mm thick Aluminum Sheet and Radiation Intensity were measured using Surveymeter Victoreen Pr 550-4 / 1693. Data analysis was performed using HVL method and Regression analysis with a significance level of 95%.

The results showed that the size of the filter on the X-ray equipment in the Laboratory of the Technic of Radiodiagnostic and Radiotherapy Department needed to be carried out by adding filter thickness equal to 0.1 mm Al. With the regression equation Y = -0.108X + 2.459 shows that each addition of 1 (one) mm Al will reduce the dose of X-ray radiation by 0.108 mR. The addition of a filter can still be done until the maximum is equal to 3.0 mm Al or can still be added to 0.8 mm Al. The addition of 0.8 mm Al will result in radiation exposure that is still sufficient to be used to manufacture quality radiographs by reducing the radiation dose received by the patient to be reduced by 25%.

Keywords: x-ray filter adequacy, half value layer.

PENDAHULUAN

Untuk menghasilkan suatu radiograf yang memiliki nilai diagnostik dengan kualitas yang tinggi diperlukan foton sinar-X dengan energi yang cukup. Foton sinar-X yang dihasilkan oleh tabung sinar-X memiliki energi yang sangat bervariasi [1].

Hanya foton yang memiliki energi yang tinggi yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan radiograf sedangkan foton sinar- X dengan energi yang rendah tidak dapat dipergunakan dalam pembuatan suatu radiograf dan hanya akan memberikan efek yang merugikan yaitu memberikan dosis yang besar bagi pasien [2][3].

Efek sinar-X yang merugikan bagi tubuh adalah karena kemampuannya dapat menyebabkan ionisasi pada bahan yang dilaluinya. Akibat yang ditimbulkan dari dosis yang diterima pasien dapat berupa efek yang langsung terlihat (efek somatik determenistik), efek somatik stokastik maupun efek yang diderita oleh keturunan orang yang mendapatkan paparan berlebih (efek genetik) [2][4]. Untuk mengurangi efek negatif dari radiasi pada tubuh, harus diupayakan semaksimal mungkin agar foton sinar-X yang memiliki energi rendah tidak sampai ketubuh pasien [2][4].

Usaha untuk memotong foton sinar- X berenergi rendah dilakukan dengan

pemakaian filter sinar-X [5]. Setiap Tabung sinar-X memiliki filter bawaan inherent filter. Idealnya penggunaan filter pada tabung sinar-X hanya akan memotong foton yang memiliki energi rendah saja. Namun pada kenyataannya Foton pada semua tingkat energi akan ikut terpotong [6].

Karena hal tersebut harus diupayakan pemakaian filter yang cukup, artinya bahwa pemakaian filter tidak boleh mengakibatkan berkurangnya intensitas sinar-X yang yang berlebih yang akan mengganggu kualitas radiograf yang dihasilkan [6][7]. Untuk mengetahui apakah filter yang ada sudah cukup perlu dilakukan suatu analisa sehingga memenuhi persyaratan dan ketentuan yang ditetapkan. Salah satu metode yang digunakan untuk menguji kecukupan filter Sinar X adalah metode Half Value Layer (HVL) [8].

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas foton yang dihasilkan oleh pesawat sinar-X adalah adanya filter sinar-X yang ada pada tabung sinar-X. Filter inherent seringkali tidak cukup untuk semua pemakaian tegangan tabung. Disamping hal tersebut akibat lamanya pemakaian pesawat sinar-X seringkali terjadi perubahan pada kondisi filter yang ada. Analisis kecukupan filter juga perlu dilakukan pada pesawat baru untuk menjamin bahwa ukuran filter yang ada sesuai dengan spesifikasi yang diberikan

(3)

oleh pabrik [9][10]. Menurut Meredith tegangan Tabung diatas 70 kV memerlukan filter minimal 2,5 mm Al [6].

Metode untuk menguji kecukupan filter Sinar X adalah dengan menggunakan metode HVL [11-13].

Nilai tebal paruh (HVL) adalah ketebalan bahan yang dibutuhkan untuk mengurangi intensitas sinar-X menjadi setengah dari intensitas semula. Keuntungan dari penggunaan HVL adalah meningkatnya energi efektif sinar-X dan secara tidak langsung meningkatkan kinerja pesawat sinar-X. Apabila energi efektif pada berkas sinar-X meningkat karena adanya peningkatan energi efektif akibat penambahan filter, maka energi rata rata sinar-X juga meningkat [14].

Intensitas radiasi setelah melalui bahan Nilai tebal paruh (HVL) suatu bahan dapat dihitung dari koefisien serap linier (μ) nya dengan persamaan berikut :

(1)

Sehingga :

(2)

Kurva Intensitas radiasi setelah melalui bahan Nilai tebal paruh (HVL) suatu bahan seperti pada Gambar 1.

Biro kesehatan Radiologi menganjurkan untuk pemakaian tegangan tabung 80 kV nilai HVL minimal 2,3 mm Al [15]. Tujuan penelitian untuk meyakinkan bahwa kualitas Sinar-X atau HVL dalam kondisi yang memenuhi syarat untuk Pembuatan radiograf dan mampu mengurangi dosis radiasi yang diterima pasien

METODE

Jenis penelitian ini adalah exploratory research dengan pendekatan

eksperimen one shot case study berupa pengujian kecukupan ketebalan filter tabung sinar-X dengan menggunakan metode Half- Value Layer. Pengukuran kecukupan filter Sinar-X dilakukan pada tegangan tabung 80 kV dengan arus tabung400 mA dan waktu 0,025 sec. Lembal Alumunium tebal 0,22 mm dan Intensitas Radiasi diukur dengan menggunakan Surveymeter Victoreen Pr 550–4/1693. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode HVL dan analisis Regresi dengan tingkat signifikasi sebesar 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis kecukupan filter sinar-X yang dilakukan terhadap pesawat sinar-X pada laboratorium Radiografi Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang. Pesawat sinar X yangg diuji memiliki spesifikasi tegangan tabung 120 kV, Arus tabung = 500 mA, Waktu penyinaran 5 detik dan inherent filter 1,5 mm Al. Pengujian kecukupan filter sinar X dilakukan dengan eksposi beberapa kali pada berbagai ketebalan Alumunium sampai Intensitas sinar-X menjadi setengah dari Intensitas mula mula. Data pengukuran intensitas pada berbagai variasi ketebalan filter Sinar X menghasilkan data seperti pada Tabel 1. Dari data yang diperoleh tersebut kemudian dibuat suatu grafik yang menghubungkan nilai tebal bahan Alumunium dengan besarnya nilai paparan.

Grafik hubungan ketebalan Alumunium dengan Intensitas Sinar-X seperti pada Gambar 2. Grafik hubungan ini berupa hubungan Logaritma Intensitas sesuai dengan penurunan intensitas Sinar X. Dari Gambar 1 terlihat bahwa intensitas sinar-X menjadi ½ (setengah) dari intensitas mula- mula pada ketebalan ± 2,20 mm Al.

Intensitas Sinar-X seperti pada Tabel 1 kemudian diubah menjadi nilai logaritma sehingga diperoleh data seperti Tabel 2. Dari tabel tersebut dibuat Grafik hubungan antara ketebalan bahan dengan Transmisi Intensitas sinar-X seperti yang ditunjukkan pada

(4)

Gambar 3. Analisis regresi menghasilkan persamaan regresi Y = -0,108X + 2,459, dengan Y adalah intensitas sinar-X dan X adalah ketebalan Alumunium dengan p value < 0,001. Persamaan Regresi tersebut menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 (satu) mm Al akan mengurangi Dosis radiasi sinar-X sebesar 0,108 mR

Hasil pengujian kecukupan Filter sinr X pada pesawat Sinar X Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Semarang menunjukkan nilai HVL yang diukur pada pengaturan tegangan tabung 80 kV adalah sebesar 2,20 mm Al.

Menurut Meredith ketebalan yang dipersyaratkan untuk pemakaian tegangan tabung di atas 70 kV adalah setara dengan 2,5 mm Al [6]. Agar dosis radiasi tidak terlalu banyak diterima permukaan kulit maka perlu dilakukan penambahan filter Sinar X sebesar 0,3 mm AL (2,5 – 2,3 = 0,3), sehingga perlu dilakukan penambahan filter minimal setara dengan 2,3 mm Al.

Komisi Keselamatan Radiologi Diagnostik membuat ketentuan bahwa Nilai HVL minimal yang disarankan pada tegangan tabung 80 kV adalah sebesar 2,3 mm Al [15]. Hasil pengujian kecukupan Filter sinar X yang dilakukan pada tegangan tabung 80 kV menunjukkan nilai HVL = 2,20. Agar memenuhi keselamatan radiologi pada penggunaan tegangan tabung 80 kV di Laboratorium Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi disarankan untuk penambahan additional filter sebesar 0,1 mm Al

Menurut ketentuan Komisi Proteksi Radiasi dan Pengukuran penambahan filter sinar-X masih dapat dilakukan sampai maksimal setara dengan 3,0 mm Al.

Penambahan filter sampai setebal 3,0 mm Al akan dapat memotong radiasi berenergi rendah yang tidak dibutuhkan dengan tetap memiliki foton berenergi tinggi yang cukup digunakan untuk menghasilkan radiograf yang berkualitas [3][7][15]. Berdasar hasil penelitian peningkatan nilai HVL dari 2,2 mm Al menjadi 3,0 mm Al berarti masih dapat dilakukan penambahan filter Sinar-X

sebesar 0,8 mm Al (3,0-2,2). Penambahan 0,8 mm Al ini akan menghasilkan paparan radiasi yang masih cukup digunakan untuk pembuatan radiograf yang berkualitas dengan menekan dosis radiasi yang diterima pasien menjadi berkurang sebesar  25 %.

Persamaam Regresi Y = -0,108X + 2,459 menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 (satu) mm Al akan mengurangi Dosis radiasi sinar-X sebesar 0,108 mR. Penggunaan filter sinar X akan mengurangi dosis permukaan yang diterima oleh pasien. Pengurangan dosis ini terjadi karena penyerapan foton berenergi rendah oleh filter sinar-X. Foton berenergi rendah tidak memiliki kemampuan menembus obyek yangg difoto dan hanya menambah dosis pasien saja. Filter sinar X tidak dapat secara selektif menyerap foton erenergi rendah, foton berenergi tinggipun juga akan berkurang eneginya. Penggunaan filter sinar- X yang berlebih akan terlalu banyak memotong radiasi berenergi tinggi yang digunakan untuk pembuatan radiograf sehingga mutu radiograf menjadi rendah [5][7].

KESIMPULAN

1. Hasil Analisis menunjukkan nilai HVL pesawat pada Laboratorium JTRR adalah 2,20 mm Al

2. Perlu dilakukan penambahan Filter Alumunium pada pesawat Laboratorium I JTRR setebal 0,1 mm Al

3. Penambahan Filter dapat dilakukan sampai maksimal ketebalan 0,8 untuk tetap menghasilkan paparan radiasi yang cukup untuk pembuatan radiograf dengan dosis pasien akan berkurang ± 25%.

4. Dengan persamaam Y = -0,108X + 2,459 menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 (satu) mm Al akan mengurangi Dosis radiasi sinar-X sebesar 0,108 mR.

(5)

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Terimakasih kepada direktur Poltekkes Kemenkes semarang yang telah meberikan Dana Penelitian

2. Terimakasih Kepada Ketua Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes semarang yang telah memberikan Ijin penelitian

Gambar dan tabel

Gambar 1. Intensitas Radiasi setelah melalui tebal bahan penyerap.

Gambar 2 Grafik Hubungan Tebal Alumunium dengan Intensitas Transmisi sinar-X.

Gambar 3. Grafik Hubungan antara Ketebalan Bahan dengan Transmisi Intensitas sinar-X

Tabel 1. Paparan Sinar X pada berbagai Ketebalan Bahan dengan Transmisi Intensitas

sinar-X

TEBAL ALUMUNIUM

(mm)

INTENSITAS MEAN±SD

(mR)

TRANSMISI INTENSITAS SINAR-X (%)

0 305,67 ± 0,21 100

0,22 289,90 ± 1,30 94,84

0,44 273,63 ± 1,36 89,52

0,66 248,20 ± 1,01 81,20

0,88 231,60 ± 1,10 75,77

1,10 215,97 ± 1,18 70,65

1,32 200,63 ± 5,41 65,64

1,54 193,50 ± 0,62 63,30

1,76 180,03 ± 4,55 58,90

1,98 164,23 ± 0,47 53,73

2,20 153,07 ± 1,52 50,08 2,42 150,43 ± 0,25 49,21

2,64 145,50 ± 0,56 47,60

2,86 137,23 ± 0,40 44,90

3,08 130,63 ± 0,57 42,74

3,30 123,60 ± 0,36 40,44

3,52 117,43 ± 0,45 38,42

3,74 113,70 ± 2,17 37,20

3,96 110,27 ± 0,46 36,07

4,18 104,67 ± 0,23 34,24

4,40 98,10 ± 1,65 32,09

4,62 91,97 ± 0,58 30,09

4,84 87,70 ± 0,10 28,69

5,06 83,33 ± 0,38 27,26

5,28 79,70 ± 0,17 26,07

5,50 76,30 ± 0,46 24,96

Tabel 2. Transmisi Intensitas Sinar X pada berbagai ketebalan Bahan

Tebal Al (mm) Intensitas (mR) Log Intensitas

0 305,67 2,49

0,22 289,90 2,46

0,44 273,63 2,44

0,66 248,20 2,40

0,88 231,60 2,36

1,10 215,97 2,33

1,32 200,63 2,30

1,54 193,50 2,29

100 94,84

89,52 81,20

75,77 70,65

65,64 63,30

58,90 53,73

50,0849,2147,60 44,9042,74

40,4438,4237,2036,0734,24

32,0930,0928,6927,2626,0724,96

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

00,220,440,660,881,101,321,541,761,982,202,422,642,863,083,303,523,743,964,184,404,624,845,065,285,50

Tebal Al

% Tr an s mi si

HVL

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00

0 0,44 0,88 1,32 1,76 2,20 2,64 3,08 3,52 3,96 4,40 4,84 5,28 Tebal Alum unium

Transmisi Sinar-X

y = -0,108X + 2,459

(6)

1,76 180,03 2,26

1,98 164,23 2,22

2,20 153,07 2,19

2,42 150,43 2,18

2,64 145,50 2,16

2,86 137,23 2,14

3,08 130,63 2,12

3,30 123,60 2,09

3,52 117,43 2,07

3,74 113,70 2,06

3,96 110,27 2,04

4,18 104,67 2,02

4,40 98,10 1,99

4,62 91,97 1,96

4,84 87,70 1,94

5,06 83,33 1,92

5,28 79,70 1,90

5,50 76,30 1,88

DAFTAR PUSTAKA

1. Bushong, Steward C, 2013, Radiologic Science for Technologists Physics, Biology and Protection, 10th Edition, CV. Mosby Co., Missouri.

2. Bushong, S. (2008). Radiologic science for technologists: Physics, biology, and protection (9th ed.). St. Louis, Mo.:

Mosby/Elsevier.

3. Carrol, M.Ed, RT, Quin B. 2012, Fuch’s Principles of Radiographic Exposure, Processing, and Quality Control, Third Edition, Charles C. Thomas.

4. Akhadi M, 2000, Dasar-Dasar Proteksi Radiasi, Rineka Cipta, Jakarta.

5. Curry III M. D., dkk, Cristensen’s 2011,:

Introduction To The Physics of Diagnostic Radiology, 4th Edition, Lea & Febiger, Philadelphia.

6. Meredith, 2010, Fundamental Physics of Radiologi, 5td John Wright & Sons, Philadelphia.

7. Gray, J. (2011). Quality control in diagnostic imaging: A quality control cookbook. 3td edition Baltimore: University Park Press. Health Canada.

8. Gray, Ph.D, Joel E, Winker BA, R.T®, F.A.S.R.T. Norlin T. Stears R ®, (2000) Quality Control Cook Book, Aspen Publisher, Inc, Maryland.

9. Papp, J. (2011). Quality management in the imaging sciences. 5th Edition St. Louis, Mo.: Mosby Elsevier

10. Trout ED, Kelley JP, Furno EJ., 2013 A study of the inherent filtration of diagnostic X-ray tubes. Radiology . 11. Nagel HD. 2014, Limitations in the

determination of total filtration of x-ray tube assemblies. 5th Edition, Phys Med Biol .

12. No Name,. Safety code 35: Safety procedures for the installation, use and control of x-ray equipment in large medical radiological facilities. Retrieved January 22, 2017, from http://www.hc- sc.gc.ca.

13. Service Ontario. (2011). Healing Arts

Radiation Protection

Act. Retrieved from http://www.elaws.gov.o n.ca/html/regs/english/elaws_regs_900543_

e.htm.

14. Sprawals, P. Jr., 2010. Physical Principles of Medical Imaging, Fiveth Edition. Aspen Publicasher. USA.

15. International Commission on Radiological Protection. 2008, Protection of the patient in diagnostic radiology. ICRP Publication 34. New York, NY: Pergamon Press,.

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN :

1. Seberapa yakin radiasi yang terfilter adalah energi yang rendah ?

Jawab :

Karakteristik sinar-X yang keluar dari tabung sinar X bersifat heterogen artinya memiliki panjang gelombang yang tidak sama. Sinar-X dengan panjang gelombang yang pendek akan memiliki energi yang tinggi (E = hυ/λ), atau memiliki kemampuan menembus bahan lebih besar yang digunakan untuk pembuatan radiograf.

Sinar-X dengan panjang gelombang yang panjang hanya menambah dosis radiasi pada pasien sehingga perlu dihilangkan. Filter berbahan dasar Aluminium (Al) memiliki nomor atom 13, sehingga efektif digunakan sebagai filter pada tabung sinar-X dengan rentang eksposi diagnostik (30-120 kVp).

Filter Al akan menyerap sinar-X berenergi rendah tanpa banyak memotong photon sinar X berenergi tinggi.

(7)

2. Selain dengan Alumunium (Al) adakah jenis filter yang lain?

Jawab :

Selain Alumunium, bahan yang dapat digunakan sebagai filter sinar-X menyesuaikan dengan tegangan tabung yang digunakan, yaitu : untuk rentang 120 – 250 kVp digunakan filter Tembaga (Cu), untuk tegangan tabung 250 – 600 kVp digunakan filter Timah (Sn), dan tegangan tabung 600 kVp – 2 MV digunakan filter Timbal (Pb).

3. Berapa kebutuhan energi untuk sebuah radiograf?

Jawab :

Kebutuhan energi untuk pemeriksaan radiografi dipengaruhi oleh ketebalan, nomor atom dan kerapatan obyek yang difoto. Contoh : Untuk pemeriksaan radiografi dada (thorax) membutuhkan faktor eksposi 50 kVp dan 16 mAs.

Abdomen dan kepala membutuhkan faktor eksposi yang lebih tinggi karena memiliki kerapatan dan ketebalan obyek lebih besar dibandingkan dengan thorak. Selain faktor Obyek yang difoto, pengaturan faktor eksposi dipengaruhi juga oleh jenis screen- film system, penggunaan grid, jarak penyinaran dan karakteristik pesawat sinar- X.

Gambar

Gambar dan tabel

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi akupresur terhadap kualitas tidur lansia di balai PSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta..

Dalam tugas akhir ini, Leap Motion dimanfaatkan untuk melakukan interaksi antara pemain dan hewan peliharaan virtual dengan menggunakan tangan dan objek objek

Kesimpulan yang dapat di ambil bahwa petugas Customer Service di Stasiun Besar Solo Balapan Surakarta memiliki tugas dan fungsi serta peran penting

• Keterbukaan, yang memiliki pengertian bahwa dalam komunikasi antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajak berinteraksi, kesediaan untuk mebuka diri,

Yang dimaksud dengan konsep penilaian sediaan barang atas dasar kos atau pasar yang lebih rendah adalah pasar mengacu ke nilai masukan karena barang biasanya dijual ke pasar

Untuk meningkatkan evaluasi mutu pelayanan kefarmasian pada indikator evaluasi mutu pelayanan farmasi klinik adalah melakukan sesuai standar yaitu Peraturan Menteri

Mengetahui metode yang memiliki tingkat akurasi ramalan lebih baik antara average based fuzzy time series dengan automatic clustering fuzzy time series jika dilihat dari MSE dan