• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA ACUAN KERJA : Peningkatan Wawasan Kebangsaan dan Kewaspadaan Dini Daerah : Penyusunan Rencana Aksi PKS dan Fasilitasi Mediasi Konflik Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERANGKA ACUAN KERJA : Peningkatan Wawasan Kebangsaan dan Kewaspadaan Dini Daerah : Penyusunan Rencana Aksi PKS dan Fasilitasi Mediasi Konflik Sosial"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

KANTOR KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN

PERLINDUNGAN MASYARAKAT

Jl.Kyai Jebat No. 30 Demak Telepon/Faximile : (0291) 685664 Kode Pos 59511

http://demakkab.go.id, e-mail : kesbangpolinmas@demakkab.go.id

KERANGKA ACUAN KERJA

Program : Peningkatan Wawasan Kebangsaan dan Kewaspadaan Dini Daerah Kegiatan : Penyusunan Rencana Aksi PKS dan Fasilitasi Mediasi Konflik Sosial

A. Pendahuluan.

Dalam penjelasan UU Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial menjelasakan secara umum bahwa Keanekaragaman suku, agama, ras, dan budaya Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa, pada satu sisi merupakan suatu kekayaan bangsa yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi positif bagi upaya menciptakan kesejahteraan masyarakat. Namun pada sisi lain, kondisi tersebut dapat membawa dampak buruk bagi kehidupan nasional apabila terdapat ketimpangan pembangunan, ketidakadilan dan kesenjangan sosial dan ekonomi, serta ketidakterkendalian dinamika kehidupan politik.

Di samping itu, transisi demokrasi dalam tatanan dunia yang makin terbuka mengakibatkan makin cepatnya dinamika sosial, termasuk faktor intervensi asing. Kondisi tersebut menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara yang rawan Konflik, terutama Konflik yang bersifat horisontal. Konflik tersebut, terbukti telah mengakibatkan hilangnya rasa aman, timbulnya rasa takut masyarakat, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, korban jiwa dan trauma psikologis seperti dendam, benci, dan antipati, sehingga menghambat terwujudnya kesejahteraan umum.

Sistem penanganan Konflik yang dikembangkan selama ini lebih mengarah pada penanganan yang bersifat militeristik dan represif. Selain itu, peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Penanganan Konflik masih bersifat parsial dan dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah seperti dalam bentuk Instruksi Presiden, Keputusan Presiden dan Peraturan Presiden.

Berbagai upaya Penanganan Konflik terus dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada, termasuk membentuk kerangka regulasi baru. Dengan mengacu pada strategi Penanganan Konflik yang dikembangkan oleh Pemerintah, kerangka regulasi yang ada mencakup tiga strategi. Pertama, kerangka regulasi dalam upaya Pencegahan Konflik seperti regulasi mengenai kebijakan dan strategi pembangunan yang

(2)

sensitif terhadap Konflik dan upaya Pencegahan Konflik. Kedua, kerangka regulasi bagi kegiatan Penanganan Konflik pada saat terjadi Konflik yang meliputi upaya penghentian kekerasan dan pencegahan jatuhnya korban manusia ataupun harta benda. Ketiga, kerangka regulasi bagi penanganan pascakonflik, yaitu ketentuan yang berkaitan dengan tugas penyelesaian sengketa/proses hukum serta kegiatan pemulihan, reintegrasi, dan rehabilitasi. Kerangka regulasi yang dimaksud adalah segala peraturan perundang-undangan, baik yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 maupun dalam peraturan perundang-undangan yang lain, termasuk di dalamnya Ketetapan Majelis Permusyaratan Rakyat (TAP MPR).

B. Latar Belakang. 1. Dasar Hukum.

a) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan Konflik Sosial;

b) Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri Tahun 2013;

c) Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri Tahun 2014

d) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2015Tentang Pelaksanaan Koordinasi Penanganan Konflik Sosial;

e) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 460/964/SJ tentang Pembentukan Tim Terpadu Dalam Melaksanakan Rencana Aksi Terpadu Penanganan Konflik Sosial Tingkat Provinsi dan Kabupaten /Kota;

f) Keputusan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum Dan Keamanan Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pembentukan Tim Terpadu Tingkat Pusat Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri Tahun 2013;

2. Gambaran Umum.

Dalam rangka menjamin terciptanya kondisi sosial, hukum dan keamanan Dalam Negeri yang kondusif untuk mendukung kelancaran pembangunan nasional perlu kelanjutan pelaksanaan langkah-langkah penanganan konfliks sosial melalui keterpaduan baik antara pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah mempunyai kewajiban memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat dan untuk mewujudkan ketentraman dan perlindungan masyarakat perlu dilakukan upaya upaya pencegahan konflik, penghentian konflik dan pemulihan pasca konflik untuk itu dibentuklah tim terpadu penanganan konflik sosial dengan ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati

(3)

Demak Tahun 2020. Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial Adalah tim yang terdiri dari instansi vertikal. Instansi Pemerintah Daerah yang memiliki tugas sebagai berikut:

a. Menyusun Rencana Aksi terpadu penanganan konflik sosial

b. Mengkoordinasi, mengarahkan, mengendalikan, dan mengawasi penanganan konflik sosial dalam skala kabupaten.

c. Memberikan informasi kepada publik tentang terjadinya konflik penangananya. d. Melakukan upaya pencegahan melalui system peringatan dini.

e. Merespon secara cepat dan menyelesaikan secara damai semua permasalahan yang menimbulkan konflik.

Membantu upaya penanganan pengunsi dan pemulihan pasca konflik yang meliputi rekonsiliasi, rehabilitasi, rekonstruksi.

3. Alasan kegiatan

Meningkatkan peran tim terpadu penanganan gangguan keamanan dalam rangka penanganan efektifitas penanganan gangguan keamanan dalam negeri di daerah dan menjamin terciptanya kondisi sosial,hukum dan keamanan yang kondusif dalam rangka mendukung kelancaran pembangunan di Kabupaten Demak.

4. Hubungan Program dan Kegiatan

Pada hakikatnya Ketahanan Nasional merupakan kondisi sekaligus konsepsi pembangunan nasional dalam pencapaian tujuan dan cita – cita bangsa. Sebagai suatu kondisi, Ketahanan Nasional merupakan kondisi dinamis bangsa yang berisi ketangguhan serta keuletan dan kemampuan bangsa untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun luar, yang mengancam dan membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan Negara.

C. Maksud Dan Tujuan 1. Maksud

Maksud diadakan kegiatan ini yaitu untuk meningkatkan koordinasi dan fungsi Tim Terpadu Penanganan Gangguan Keamanan dalam rangka penanganan gangguan keamanan dalam negeri di daerah dengan berpedoman pada rencana aksi tepadu nasional.

2. Tujuan

Menciptakan kehidupan masyarakat yang aman, tenteram, damai, dan sejahtera; memelihara kondisi damai dan harmonis dalam hubungan sosial kemasyarakatan; meningkatkan tenggang rasa dan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat dan

(4)

bernegara; memelihara keberlangsungan fungsi pemerintahan; melindungi jiwa, harta benda, serta sarana dan prasarana umum; memberikan pelindungan dan pemenuhan hak korban; serta memulihkan kondisi fisik dan mental masyarakat.

D. Indikator Kegiatan / Output

1) Penyusunan 2 Dokumen Rencana Aksi Penanganan Konflik Sosial 2) Fasilitasi/mediasi Penanganan Konflik Sosial di Kabupaten Demak

E. Hasil Yang Diharapkan

1) Melindungi dan memberikan rasa aman bagi masyarakat secara optimal serta penanganan konflik sosial secara komprehensif, terkoordinasi, dan terintegrasi.

2) Penanganan konflik sosial meliputi kegiatan pencegahan konflik, penghentian konflik dan pemulihan pascakonflik.

F. Cara Melaksanakan Kegiatan

1) Menyiapkan surat keputusan bupati tentang pembentukan tim terpadu penanganan ganguan keamanan.

2) Mengadakan rapat koordinasi panitia penyusun rencana aksi. 3) Mengadakan rapat koordinasi tim penyusun rencana aksi.

4) Mengadakan rapat koordinasi tim terpadu penanganan ganguan keamanan. 5) Menyusun rencana aksi tim terpadu penanganan konflik sosial tahun 2019. 6) Fasilitasi/ mediasi Penanganan Konflik Sosial di Kabupaten Demak

7) Membuat laporan rencana aksi tim terpadu penanganan konflik sosial per Triwulan yang disampaikan kepada Kepala Badan Kesbangpol Prov. Jawa Tengah.

8) Membuat laporan 2 dokumen penanganan konflik sosial yang disampaikan kepada Kepala Badan Kesbangpol Prov. Jawa Tengah dan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan.

G. Waktu Dan Tempat Kegiatan

1) Rakor panitia dan Tim penyusun rencana aksi dilaksanakan sebulan sekali, atau lebih tergantung kondusifitas di kabupaten Demak.

2) Pertemuan /rapat anggota tim terpadu penanganan gangguan keamanan dilaksanakan sebanyak minimal 1 (satu) bulan sekali atau 3 (tiga) bulan sekali dalam 1 (satu) tahun yang direncanakan bertempat di Aula Kantor Bupati atau ruang rapat lainnya.

(5)

Tahapan Kegiatan/ Pekerjaan

Tahun 2019 Bulan ke ket

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1) Penyusunan SK Bupati tentang Penanganan Konflik Sosial. 2) Rakor panitia penyusun dan Tim Rencana Aksi 3) Fasilitasi/ mediasi Penanganan Konflik Sosial di Kabupaten Demak 4) Mengadakan rapat koordinasi dengan Tim Terpadu Penaganan Konflik Sosial. 5) Membuat laporan rencana aksi tim terpadu penanganan konflik sosial per 4 (empat) bulan sekali, yang disampaikan kepada Kepala Badan Kesbangpol Prov. Jawa Tengah. 6) Membuat laporan 2 dokumen penanganan konflik sosial yang disampaikan kepada Kepala Badan Kesbangpol Prov. Jawa Tengah dan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan.

(6)

I. Pelasksanaan dan Penanggung Jawab

1) Ketua Tim Terpadu Penanganan Konfllik Sosial adalah Bupati Demak, Wakil Ketua Forkompimda, dan Kepala Kantor Kesatuan bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat sebagai Sekretaris.

2) Kegiatan dilaksanakan di Seksi Kesbangpol pada Kantor Kesbangpolinmas.

J. Sumber pembiayaan dan Jumlah Anggaran

1) Dalam pelaksanaan kegiatan ini Dana bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Demak Tahun Anggaran 2019.

2) Jumlah Anggaran, Rp. 25.000.000,-

K. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan

1) Monitoring dan evaluasi dilaksanakan minimal 3 (tiga) bulan sekali.

2) Terlaksananya Rakor Bersama/ monitoring, verifikasi dan evaluasi Rencana Aksi Penanganan Konflik Sosial Tingkat Kab/Kota.

L. Pelaporan Kegiatan

1) Laporan rencana aksi dilaksanakan 4 (empat) bulan sekali (B.01, B.02, B.03), sesuai dengan pembagian tahapan di rencana aksi. Laporan dikirim ke Kepala Badan Kesbangpol Prov. Jawa Tengah.

2) Pada bulan Desember akhir, Menyusun laporan 2 dokumen akhir penanganan konflik sosial yang disampaikan kepada Kepala Badan Kesbangpol Prov. Jawa Tengah dan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan.

Demak, Januari 2019.

KEPALA KANTOR KESBANGPOLINMAS KABUPATEN DEMAK

AGUS HERAWAN, S.IP, MM Pembina Tingkat I NIP. 19710612 199003 1 004

Referensi

Dokumen terkait

Ini berkaitan dengan asumi bahwa jika tidak ada dukungan yang positif dari orang tua atau masyarakat, maka pengelolaan pendidikan sebagai investasi pembangunan manusia menjadi

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat,

dimana harus menyiapkan perahu dipa!i uta untuk men+ari ikan dilaut dan lain sea!ainya. &eiasaan penduduk dan adat istiadat setempat ter!antun! den!an lin!kun!an

Berdasarkan hasil penelitian tentang Laporan keuangan sebagai perwujudan transparansi dan akuntabilitas pemerintahan desa pada Desa Maradekaya Kecamatan Bajeng

1) lblelaksanakan dan meiaporkan capaian keberhasilan aksi publikasi dokumen rencana pembangunan daerah dan rencana kerja satuan kerja perangkat daerah (Aksi 6) sesuai

Rencana aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang, serta rencana aksi publikasi rencana pembangunan daerah

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, akan membahas transmisi yang sedang dipakai saat ini adalah Synchronous Digital Hierarchy (SDH) dan yang sedang berkembang teknologi Dense

Dari keseluruhan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis hubungan antara karakteristik perusahaan,