89
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Menyimak Isi Dongeng Bahasa Sunda melalui Penggunaan Model Course Review Horay di Kelas VII.3
SMP Negeri 1 Parungpanjang Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2017/2018 Ratna Ningrum
(Guru SMP Negeri 1 Parungpanjang Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat) Abstrak
Berdasarkan hasil pengamatan di kelas VII-3 SMP Negeri 1 Parungpanjang Kabupaten Bogor diperoleh data tentang kemampuan menyimak siswa masih rendah, terbukti dari kemampuan menjawab pertanyaan tentang materi yang disampaikan masih banyak yang tidak sesuai dengan harapan. Melihat fenomena tersebut, penulis berusaha melakukan penelitian tindakan kelas yang berkonsentrasi pada kompetensi menyimak dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Tahap-tahap penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Teggat, berupa siklus spiral yang meliputi kegiatan perencanaan, pemberian tindakan, observasi dan refleksi yang membentuk siklus demi siklus sampai tuntas penelitian sehingga diperoleh data yang dapat disimpulkan sebagai jawaban dari permasalahan penelitian.
Berdasarkan hasil deskripsi dan paparan PTK ini dapat dikemukakan bahwa penerapan model pembelajaran Course Review Horay dapat meningkatkan minat belajar siswa dan ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran menyimak isi dongeng mata pelajaran Bahasa Sunda dikelas VII-3 SMP Negeri 1 Parungpanjang. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan rata-rata presentase indikator ketuntasan belajar menyimak isi dongeng pada setiap siklusnya. Pada prasiklus rata-rata peresentase ketuntasan belajar menyimak isi dongeng adalah 47%. Pada siklus I menjadi 67% atau mengalami peningkatan sebesar 20%. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 21,89% sehingga menjadi 88,89%. Hal ini berarti bahwa rata-rata persentase ketuntasan belajar siswa untuk menyimak isi dongeng telah melampaui kriteria keberhasilan tindakan yang ditetapkan yaitu 75%. Penerapan model pembelajaran Course Review Horay dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai siswa pada prasiklus sebesar 67,64 dapat meningkat menjadi 73,89 pada siklus I.
selanjutnya masih mengalami peningkatan menjadi 82,50 pada siklus II. Hal ini berarti bahwa rata-rata nilai menyimak isi dongeng dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay sangat efektif.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Menyimak Isi Dongeng, Model Course Review Horay Pendahuluan
Bahasa Sunda merupakan mata pelajaran mulok wajib yang harus diajarkan di semua jenjang pendidiakan dari mulai Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berada di Jawa Barat. Hal ini bertujuan supaya bahasa Sunda yang merupakan bahasa ibu orang Sunda tetap dilestarikan sehingga jati diri orang Sunda tidak hilang. Hal ini diperkuat oleh Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra dan Aksara Daerah. Dengan adanya peraturan daerah tersebut maka Kabupaten Bogor pun menjadikan pelajaran bahasa Sunda menjadi mata pelajaran mulok wajib yang harus diajarkan di semua jenjang. Namun Kabupaten Bogor secara letak geografis berbatasan langsung dengan Jakarta yang merupakan Ibu Kota Negara Indonesia, yang mana bahasa Indonesia merupakan bahasa campuran komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, bahkan banyak orang tua yang menggunakan bahasa Indonesia kepada anak- anaknya dalam kehidupan sehari-hari, meskipun orang tua tersebut merupakan Urang Sunda pituin (orang Sunda asli). Oleh karena itu, dalam proses kegiatan pembelajaran bahasa Sunda di lingkungan SMP Negeri 1 Parungpanjang mengalami masalah. Sebagian besar masalah bertumpu pada kurang pahamnya siswa akan perbendaharaan kata Bahasa Sunda. Hal itu disebabkan oleh latar belakang letak geografis Kabupaten Bogor yang berbatasan langsung dengan ibu kota dan banyaknya orang tua yang lebih memilih Bahasa Indonesia menjadi bahasa komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pelajaran bahasa Sunda dikenal empat kompetensi dasar yang harus dimiliki anak didik yaitu menulis (nulis), berbicara (nyarita), membaca (maca), dan menyimak (ngaregepkeun). Dalam kenyataannya keempat kompetensi itu sangat sulit diterapkan pada anak didik. Terutama kompetensi menyimak (ngaregepkeun), padahal kompetensi menyimak merupakan satu rangkaian penting dalam proses pembelajaran bahasa Sunda. Tanpa adanya kompetensi tersebut, proses pembelajaran tersebut
90
tidak akan seimbang. Menyimak merupakan faktor penting bagi keberhasilan siswa dalam belajar karena keterampilan menyimak mendominasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dibanding keterampilan lainnya. Siswa yang tidak terampil dalam menyimak maka akan mengalami kesulitan dalam belajar bahasa. Seperti yang diungkapkan oleh Rost (1994; 141-142) bahwa keterampilan menyimak berperan penting dalam proses pembelajaran bahasa karena dapat memberikan input yang berarti bagi orang yang sedang mempelajari bahasa tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan di kelas VII-3 SMP Negeri 1 Parungpanjang Kabupaten Bogor diperoleh data tentang kemampuan menyimak siswa masih rendah, terbukti dari kemampuan menjawab pertanyaan tentang materi yang disampaikan masih banyak yang tidak sesuai dengan harapan. Melihat fenomena tersebut, penulis berusaha melakukan penelitian tindakan kelas yang berkonsentrasi pada kompetensi menyimak dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay. Model pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak ’hore’ atau yel-yel lainnya yang disukai. Jadi, model pembelajaran Course Review Horay ini merupakan suatu model pembelajaran yang dapat digunakan guru agar dapat tercipta suasana pembelajaran di dalam kelas yang lebih menyenangkan. Sehingga para siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam model pembelajaran Course Review Horay ini, apabila siswa dapat menjawab pertanyaan secara benar maka siswa tersebut diwajibkan meneriakan kata “hore” ataupun yel- yel yang disukai dan telah disepakati oleh kelompok maupun individu siswa itu sendiri. Model pembelajaran Course Review Horay juga merupakan suatu model pembelajaran dengan pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus langsung berteriak “horay” atau menyanyikan yel-yel kelompoknya.
Jadi, dalam pelaksanaan model pembelajaran Course Review Horay ini pengujian pemahaman siswa dengan menggunakan kotak yang berisi nomor untuk menuliskan jawabannya. Dan siswa yang lebih dulu mendapatkan tanda atau jawaban yang benar harus langsung segera menyoraki kata-kata
“hore/horay” atau menyoraki yel-yelnya. Agar pemahaman konsep materi yang akan dibahas dapat dikaji secara terarah maka seiring dengan perkembangan dunia pendidikan pembelajaran Corse Review Horay menjadi salah satu alternatif sebagai pembelajaran yang mengarah pada pemahaman konsep.
Pembelajaran Course Review Horay, merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil.
Pembelajaran Course Review Horay yang dilaksanakan merupakan suatu pembelajaran dalam rangka pengujian terhadap pemahaman konsep siswa menggunakan kotak yang diisi dengan soal dan diberi nomor untuk menuliskan jawabannya. Siswa yang paling terdahulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay atau yel-yel lainnya. Melalui Pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukkan kelompok kecil. Oleh karena itu, maka perlu kiranya diadakan suatu penelitian tindakan kelas.
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Model penelitian ini pertama kali diciptakan oleh Kurt Lewin. Menurut Muslihuddin (2009), yang dimaksud penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap beberapa tindakan yang dilakukan oleh guru sekaligus selaku peneliti, dari pertama disusunnya suatu rancangan hingga tahap evaluasi/penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang merupakan kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Di bawah ini merupakan gambar alur penelitian tindakan kelas (PTK) yang diambil dari model PTK Kemmis dan Mc Taggart dalam Arikunto (2008:16).
91
Gambar 1. Siklus PTK
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan. Tahap-tahap penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Teggat, berupa siklus spiral yang meliputi kegiatan perencanaan, pemberian tindakan, observasi dan refleksi yang membentuk siklus demi siklus sampai tuntas penelitian sehingga diperoleh data yang dapat disimpulkan sebagai jawaban dari permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini akan direncanakan 2 siklus (setiap siklus terdiri dari 1 kali pertemuan).
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Course Review Horay adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai dan memotivasi siswa agar siswa senantiasa belajar dengan sungguh-sungguh;
2) Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan metode pembelajaran klasik, kemudian siswa diharapkan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru;
3) Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan membantu siswa agar melakukan transisi secara efisien sehingga pembelajaran dapat dimulai dengan segera;
4) Untuk menguji pemahaman siswa,guru menyuruh siswa membuat kartu atau lembaran kertas yang diserahkan kepada guru yang nantinya akan diisi nomor, kemudian dikembalikan pada tiap-tiap kelompok;
5) Guru akan membacakan soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya di dalam kartu atau kertas yang nomornya disebutkan guru;
6) Setelah pembacaan soal dan jawaban yang telah ditulis oleh sisawa di dalam kartu atau lembaran kertas, guru dan siswa mendiskusikan soal mengenai dongeng Bahasa Sunda yang telah diberikan tadi;
7) Bagi yang jawaban benar, siswa memberi tanda ceklist dan lansung berteriak horay atau menyanyikan yel-yel yang dibuat atas dasarkesepakatan dari kelompoknya masing-masing;
8) Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak horay;
9) Guru memberikan hadiah (reward) pada siswa yang memperoleh nilai tinggi atau yang banyak mengatakan horay;
10) Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing;
11) Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal peluanng;
12) Guru memberikan kuis.
Salah satu kegiatan perencanaan penelitian yaitu menyusun instrumen penelitian sebagai alat dalam mengumpulkan data. Arikunto (2006:149) menyebutkan bahwa instrumen penelitian yaitu alat atau fasilitas yang digunakan untuk mengumpulkan data agar memudahkan pekerjaannya dan hasilnya lebih baik, dalam arti teliti, lengkap, dan sistematis sehingga akan lebih mudah dalam mengolah data.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar tes, lembar observasi, dan lembar catatan lapangan.
92
Prosedur dalam penelitian ini meliputi pelaksanaan penelitian dari awal hingga akhir sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi persoalan siswa mengenai pemahaman menyimak isi dongeng dalam pra-penelitian.
b) Menetapkan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran Course Review Horay. Peneliti menganalisis Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD).
c) Menetapkan jumlah siklus dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu dua siklus.
d) Menyusun Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian untuk masing-masing siklus, yang meliputi: lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, dan catatan lapangan.
e) Pelaksanaan tindakan siklus I.
f) Refleksi tindakan siklus I, yang hasilnya digunakan sebagai patokan dalam menentukan perbaikan tindakan siklus II.
g) Pelaksanaan siklus II.
h) Menyusun laporan PTK Hasil dan Pembahasan 1. Prasiklus
Pada Prasiklus, kegiatan pada tahap ini adalah melakukan observasi terhadap proses pembelajaran menyimak isi dongeng di kelas VII-3 SMPN 1 Parungpanjang. Observasi dilakukan pada tanggal 10 Januari 2018. Observasi ini dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tentang materi menyimak isi dongeng yang didengar dengan metode ceramah, tanpa media dan model pembelajaran. Adapun kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran diawali dengan berdo’a bersama.
b. Guru mengaecek kehadiran siswa.
c. Guru bertanya jawab tentang dongeng yang pernah didengar siswa.
d. Guru menceritakan dongeng yang berjudul “Jonggrang Kalapitung”.
e. Setelah selesai mendongeng, guru bertanya jawab dengan siswa tentang isi dongeng.
f. Guru membagikan soal evaluasi tentang isi dongeng.
g. Siswa mengerjakan soal evaluasi.
h. Guru dan siswa membahas soal evaluasi.
i. Pada kegiatan akhir guru memberikan tugas rumah untuk siswa.
Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran di atas, dapat diketahui bahwa guru tidak menggunakan media dan model pembelajaran dalam menyampaikan dongeng. Hal tersebut membuat beberapa siswa tidak memperhatikan dongeng yang disampaikan oleh guru. Keaktifan siswa juga belum ada, seperti yang terlihat pada tabel hasil pengamatan perilaku siswa selama proses pembelajaran berikut ini.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Perilaku Siswa Selama Proses Pembelajaran Prasiklus
No. Aspek yang Diamati Jumlah siswa per skor
1 2 3 4
1. Siswa sungguh-sungguh memperhatikan penjelasan guru 5 24 6 1 2. Siswa sungguh-sungguh mendengarkan dongeng 4 20 10 2
3. Siswa aktif bertanya 3 25 6 2
4. Siswa aktif menjawab pertanyaan 3 24 6 3
5. Siswa menyelesaikan tugas tepat waktu 5 10 15 6
6. Siswa antusias mengikuti pembelajaran 2 19 11 4
Keterangan:
1= Tidak pernah 2= Kadang-kadang 3= Sering
4= Selalu
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa:
93
1) siswa kadang kadang sungguh-sungguh memperhatikan penjelasan guru, 2) siswa kadang-kadang sungguh-sungguh mendengarkan dongeng,
3) siswa kadang-kadang aktif bertanya,
4) siswa kadang-kadang aktif menjawab pertanyaan, 5) siswa sering menyelesaikan tugas tepat waktu,
6) siswa kadang-kadang antusias mengikuti pembelajaran.
Pada Prasiklus, Persentase Ketuntasan Belajar Menyimak Isi Dongeng pada Kondisi Awal (Prasiklus) dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 2. Persentase Ketuntasan Belajar Menyimak Isi Dongeng pada Kondisi Awal (Prasiklus) Jumlah
Siswa
Kriteria Ketuntasan Minimal 70
Persentase Ketuntasan Nilai Rata-rata Tuntas Belum
Tuntas
Tuntas Belum Tuntas
36 17 19 47 % 53 % 67,64
Berdasarkan nilai di atas dapat dilihat bahwa masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yaitu 70. Dari 36 siswa hanya 47% atau 17 siswa yang mendapat nilai di atas KKM, sedangkan 53% atau 19 siswa belum mencapai ketuntasan. Nilai tertinggi siswa adalah 90, nilai terendah siswa adalah 50. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 67,92 dengan pendeskripsian sebagai berikut.
Siswa yang memperoleh ≤ 39 sebanyak 0 siswa dengan kategori sangat kurang, nilai 50-69 sebanyak 19 siswa dengan kategori kurang, nilai 70-79 sebanyak 8 siswa dengan kategori cukup, nilai 80-89 sebanyak 7 siswa dengan kategori baik, dan nilai 90-100 sebanyak 2 siswa dengan kategori sangat baik.
Data tersebut seperti yang terlihat dalam tabel berikut.
Tabel 3.Frekuensi Hasil Belajar Menyimak Isi Dongeng pada Kondisi Awal (Prasiklus) Jumlah Siswa Interval Nilai Frekuensi Keterangan
36 90-100 2 Sangat Baik
80-89 7 Baik
70-79 8 Cukup
50-69 19 Kurang
0 Sangat Kurang
Hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang belum paham mengenai isi dongeng yang disimaknya. Hal tersebut terlihat dari jumlah siswa yang belum mencapai ketuntutasan masih di bawah 75%. Untuk itu perlu dilakukan tindakan agar para siswa mendapatkan hasil minimal sesuai dengan KKM. Beberapa data hasil observasi dan hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan guru kelas VII-3 SMPN 1 Parungpanjang belum menarik perhatian siswa karena tidak menggunakan media dan model pembelajaran. Hal itu menyebabkan pemahaman menyimak isi dongeng pada siswa kelas VII-3 SMPN 1 Parungpanjang masih rendah. Maka penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay (CRH).
2. Siklus I
Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I ini mengungkapkan bahwa anak didik belum sepenuhnya antusias dan konsentrasi belum terpusat dengan baik, karena ada beberapa dari anak didik yang masih tidak memperhatikan dengan seksama. Hal ini bisa jadi disebabkan beberapa faktor, diantaranya kurang tertariknya peserta didik terhadap metode yang digunakan dan tingkat konsentrasi yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari tabel hasil pengamatan perilaku siswa selama proses pembelajaran Siklus I.
Tabel 4. Hasil Pengamatan Perilaku Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus I
No. Aspek yang Diamati Jumlah siswa per skor
1 2 3 4
1. Siswa sungguh-sungguh memperhatikan penjelasan guru 3 13 14 6 2. Siswa sungguh-sungguh mendengarkan dongeng 2 13 15 6
94
3. Siswa aktif bertanya 3 20 10 3
4. Siswa aktif menjawab pertanyaan 3 19 9 5
5. Siswa menyelesaikan tugas tepat waktu 0 6 18 12
6. Siswa antusias mengikuti pembelajaran 2 19 11 4
Keterangan:
1= Tidak pernah 2= Kadang-kadang 3= Sering
4= Selalu
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa:
(1) siswa sering sungguh-sungguh memperhatikan penjelasan guru, (2) siswa sering sungguh-sungguh mendengarkan dongeng,
(3) siswa kadang-kadang aktif bertanya,
(4) siswa kadang-kadang aktif menjawab pertanyaan, (5) siswa sering menyelesaikan tugas tepat waktu,
(6) siswa kadang-kadang antusias mengikuti pembelajaran.
Persentase Ketuntasan Belajar Menyimak Isi Dongeng pada Siklus I dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 5. Persentase Ketuntasan Belajar Menyimak Isi Dongeng pada Siklus I Jumlah
Siswa
Kriteria Ketuntasan Minimal 70
Persentase Ketuntasan Nilai Rata-rata
Tuntas Belum
Tuntas
Tuntas Belum Tuntas
36 24 12 67 % 33 % 73,89
Berdasarkan nilai di atas dapat dilihat bahwa masih ada siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yaitu 70. Dari 36 siswa hanya 67% atau 24 siswa yang mendapat nilai di atas KKM, sedangkan 37%
atau 12 siswa belum mencapai ketuntasan. Nilai tertinggi siswa adalah 95, nilai terendah siswa adalah 55 sedangkan nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 73,89 dengan pendeskripsian sebagai berikut.
Siswa yang memperoleh ≤ 39 sebanyak 0 siswa dengan kategori sangat kurang, nilai 50-69 sebanyak 12 siswa dengan kategori kurang, nilai 70-79 sebanyak 11 siswa dengan kategori cukup, nilai 80-89 sebanyak 9 siswa dengan kategori baik, dan nilai 90-100 sebanyak 4 siswa dengan kategori sangat baik, data tersebut seperti yang terlihat dalam tabel berikut.
Tabel 6. Frekuensi Hasil Belajar Menyimak Isi Dongeng pada Siklus I Jumlah Siswa Interval Nilai Frekuensi Keterangan
36 90-100 4 Sangat Baik
80-89 9 Baik
70-79 11 Cukup
50-69 12 Kurang
0 Sangat Kurang
Hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang belum paham tentang isi dongeng yang disimaknya. Hal tersebut terlihat dari jumlah siswa yang belum mencapai ketuntutasan masih di bawah 75%. Sesuai dengan hasil observasi dilapangan, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran menyimak isi dongeng pada Siklus I dinilai lebih baik dibandingkan dengan para siklus. Akan tetapi guru masih kurang optimal dalam menyampaikan materi di awal pembelajaran dan belum optimal juga dalam memberikan motivasi kepada siswa.
Pengaruh penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) terhadap peningkatan minat belajar siswa dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa sunda khususnya menyimak isi dongeng sudah lebih baik dibandingkan dengan hasil pembelajaran pada prasiklus. Siswa mulai menunjukan adanya minat belajar menyimak isi dongeng dengan baik. Siswa yang tadinya kurang minat dalam menyimak isi dongeng menjadi lebih antusias menyimak isi dongeng yang ditayangkan melalui video visual, ditambah
95
dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) yang sangat menarik dan membuat siswa menjadi antusias untuk menyimak isi dongeng yang ditayangkan.
Hasil refleksi Siklus I untuk rata-rata persentase keterampilan menyimak isi dongeng pada Siklus I masih kurang atau belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu 75% karena baru mencapai 67%. Beberapa tindakan yang mengakibatkan kegagalan pada Siklus I ini adalah sebagai berikut;
1) Pengelolaan kelas belum sepenuhnya berhasil,
2) Beberapa siswa masih ramai pada saat pembelajaran di kelas, terutama siswa laki-laki,
3) Peningkatan minat belajar siswa menggunakan model pembelajaran model pembelajaran Course Review Horay (CRH) belum optimal,
4) Keberanian siswa untuk bertanya masih rendah.
Berdasarkan data-data di atas dan dengan melihat masih ada kendala-kendala yang dihadapi pada saat penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) di kelas VII-3 pada Siklus I, maka secara umum dapat dikatakan bahwa upaya perbaikan yang dilakukan di Siklus I belum berhasil. Untuk itu perlu disusun rencana tindakan yang diperbaiki, rencana tindakan yang baru ataupun yang dimodifikasi dari siklus sebelumnya pada Siklus II agar mencapai kriteria keberhasilan tindakan.
3. Siklus II
Secara umum pengamatan terhadap hasil belajar pada materi menyimak isi dongeng pada Siklus II terlihat mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan pada Siklus I. Hal tersebut terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 7.Hasil Pengamatan Perilaku Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus II
No. Aspek yang Diamati Jumlah siswa per skor
1 2 3 4
1. Siswa sungguh-sungguh memperhatikan penjelasan guru 1 11 14 10
2. Siswa sungguh-sungguh mendengarkan dongeng 1 8 16 11
3. Siswa aktif bertanya 2 10 15 9
4. Siswa aktif menjawab pertanyaan 1 9 17 9
5. Siswa menyelesaikan tugas tepat waktu 0 6 12 18
6. Siswa antusias mengikuti pembelajaran 0 10 15 11
Keterangan:
1= Tidak pernah 2= Kadang-kadang 3= Sering
4= Selalu
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa:
(1) siswa sering sungguh-sungguh memperhatikan penjelasan guru, (2) siswa sering sungguh-sungguh mendengarkan dongeng,
(3) siswa sering aktif bertanya,
(4) siswa sering aktif menjawab pertanyaan, (5) siswa selalu menyelesaikan tugas tepat waktu, (6) siswa sering antusias mengikuti pembelajaran.
Persentase Ketuntasan Belajar Menyimak Isi Dongeng pada Siklus II ditunjukkan oleh tabel berikut:
Tabel 8.Persentase Ketuntasan Belajar Menyimak Isi Dongeng pada Siklus II Jumlah
Siswa
Kriteria Ketuntasan Minimal 70
Persentase Ketuntasan Nilai Rata-rata Tuntas Belum
Tuntas
Tuntas Belum Tuntas
36 36 4 88,89 % 11,11 % 82,50
96
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada Siklus II ketuntasan belajar menyimak isi dongeng sangat meningkat dan sudah optimal dan sudah melampaui kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu 75% karena persentase indikator ketuntasan belajar menyimak isi dongeng siswa pada Siklus II mencapai 88,89% dengan nilai rata-rata 82,50. Nilai tertinggi siswa adalah 100, nilai terendah siswa adalah 65 sedangkan nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 82,50 dengan pendeskripsian sebagai berikut. Siswa yang memperoleh ≤ 39 sebanyak 0 siswa dengan kategori sangat kurang, nilai 50-69 sebanyak 4 siswa dengan kategori kurang, nilai 70-79 sebanyak 8 siswa dengan kategori cukup, nilai 80-89 sebanyak 13 siswa dengan kategori baik, dan nilai 90-100 sebanyak 11 siswa dengan kategori sangat baik, data tersebut seperti yang terlihat dalam tabel berikut.
Tabel 9. Frekuensi Hasil Menyimak Isi Dongeng pada Siklus II Jumlah Siswa Interval Nilai Frekuensi Keterangan
36 90-100 11 Sangat Baik
80-89 13 Baik
70-79 8 Cukup
50-69 4 Kurang
0 Sangat Kurang
Hasil pengamatan yang dilakukan pada Siklus II dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Course Review horay (CRH) sangat efektif untuk meningkatkan kualitas hasil belajar terutama hasil belajar menyimak isi dongeng Bahasa Sunda. Model pembelajaran Course Review Horay (CRH) ini sangat membantu mengefektifkan pembelajaran. Kelebihan dari model pembelajaran Course Review Horay (CRH) ini yaitu pembelajaran lebih menarik, artinya dengan menggunakan model pembelajaran ini siswa akan lebih bersemangat dalam menerima materi karena banyak diselingi dengan games ataupun simulasi lainnya. Model pembelajaran Course Review Horay (CRH) juga mendorong siswa untuk dapat terjun ke dalam situasi pembelajaran, artinya siswa diajak ikut serta dalam melakukan situasi games atau simulasi yang diberikan guru kepada peserta didiknya. Selain itu juga pembelajaran tidak monoton karena diselingi dengan hiburan atau game, menjadikan siswa tidak akan merasa jenuh dengan begitu siswa dapat berkonsentrasi dengan penuh.
Berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran dan catatan lapangan setelah pelaksanaan pembelajaran Siklus II, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada materi menyimak isi dongeng yang lebih baik dari siklus-siklus sebelumnya. Pada Siklus II, pengaruh penerapan Course Review Horay (CRH) terhadap peningkatan hasil belajar materi menyimak isi dongeng dalam pelajaran Bahasa Sunda sangat besar. Siswa terlihat lebih berminat dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.
4. Pembahasan
Berdasarkan permasalahan atau kelemahan yang muncul pada prasiklus, maka peneliti membuat tambahan perencanaan pada pembelajaran Siklus I yaitu peningkatan kemampuan dalam menjelaskan kegiatan pembelajaran kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay (CRH), pemanfaatan waktu secara optimal dan efektif pada saat pembelajaran berlangsung di kelas, peningkatan ketegasan dalam menghadapi siswa yang ramai atau membuat keributan di kelas dan peningkatan pendampingan siswa saat diskusi berlangsung. Selanjutnya, pada proses pembelajaran Siklus I guru masih dikatakan belum optimal dalam melakukan kegiatannya. Selain itu pelaksanaan tindaknnya kurang sesuai dengan rencana tindakan walaupun guru mampu menjelasakan dan mengorganisasikan pembelajan dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) dengan baik.
Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru pada Siklus I belum menunjukkan perubahan yang pesat.
Pengelolaan kelas belum sepenuhnya berhasil, masi hada beberapa siswa yang ramai pada saat pembelajaran di kelas, terutama siswa laki-laki. Hanya sedikit siswa yang berani bertanya dan menanggapi pertanyaan dari guru.
Upaya meningkatkan hasil belajar menyimak isi dongeng dengan menerapkan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) di kelas VII-3 SMPN 1 Parungpanjang pada Siklus I masih belum berhasil mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu 75% walaupun terdapat peningkatan persentase dari
97
prasiklus. Hal tersebut terbukti dengan rata-rata persentase indikator ketuntasan belajar menyimak isi dongeng yang meningkat sebesar 20% dari prasiklus menjadi 67%, sedangkan rata-rata nilai kelasnya adalah 73,89. Peningkatan-peningkatan tersebut terjadi setelah diterapkannnya model pembelajaran Course Review Horay (CRH) sebagai motivasi dan untuk menarik perhatian siswa. Selain itu juga karena guru sudah mampu menjelaskan dan mengorganisasikan pembelajaran dengan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) dengan baik. Beberapa tindakan yang mengakibatkan kegagalan pada Siklus I adalah sebagai berikut:
1) Pengelolaan kelas belum sepenuhnya berhasil,
2) Beberapa siswa masih ramai pada saat pembelajaran berlangsung, terutama siswa laki-laki, 3) Kurang adanya motivasi kepada siswa
4) Hanya sedikit siswa yang berani bertanya dan menanggapi pertanyaan dari guru.
Berdasarkan permasalahan dan kelemahan yang muncul pada Siklus I, maka peneliti membuat perencanaan pada pembelajaran Siklus II yaitu mengelola kelas harus lebih baik dengan ketegasan, memberikan motivasi kepada siswa secara optimal dengan memberikan contoh isi dongeng yang dapat menggugah semangat siswa, dan memberikan reward kepada siswa yang berani bertanya dan menanggapi pertanyaan dari guru. Pada akhirnya, pengamatan terhadap kegiatan guru pada Siklus II menunjukkan bahwa guru sudah dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan baik. Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru pada Siklus II ini jauh lebih baik dibandingkan Siklus I. Guru mampu menjelaskan dan mengorganisasikan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) secara baik. Selain itu guru juga memberikan dorongan kepada siswa agar lebih berperan aktif saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Pada Siklus II, hasil belajar siswa pada materi menyimak isi dongeng mengalami peningkatan dari Siklus I sebesar 21,89% menjadi 88,89% dengan rata-rata nilai kelas 82,50. Hal tersebut dikarenakan pada Siklus II ini guru bisa mengatasi kendala atau kelemahan yang mengakibatkan kegagalan pada Siklus I. Untuk memperjelas adanya peningkatan hasil belajar menyimak isi dongeng pada pelajaran bahasa Sunda, dapat dilihat pada tabel ketuntasan belajar menyimak isi dongeng sebagai berikut berikut:
Tabel 10. Persentase Ketuntasan Belajar Menyimak Isi Dongeng pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II Jumlah
Siswa
Persentase Kriteria Ketuntasan Kriteria
Keberhasilan
Prasiklus Siklus I Siklus II
Tuntas Belum Tuntas
Tuntas Belum Tuntas
Tuntas Belum Tuntas
36 47 % 53 % 67 % 33 % 88,89 % 11,11 % 75%
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar menyimak isi dongeng pada pelajara Bahasa Sunda dengan metode atau model pembelajaran Course Review Horay dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman siswa lebih cepat dalam memahami materi yang diajarkan dan siswa dapat belajar lebih mudah karena kesan yang menarik sehingga siswa antusias terhadap materi yang disampaikan, khususnya keterampilan menyimak. Selain itu juga dengan menggunakan model Course Review Horay siswa ditungtut berperan aktif. Pembelajaran dengan model pembelajaran Course Review Horay ternyata memiliki peran dominan untuk membantu anak didik mengasah keberaniannya mengemukakan pendapat secara langsung.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil deskripsi dan paparan PTK ini dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) dapat meningkatkan minat belajar siswa dan meningkatkan ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran menyimak isi dongeng mata pelajaran Bahasa Sunda dikelas VII-3 SMP Negeri 1 Parungpanjang. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan rata-rata presentase indikator ketuntasan belajar menyimak isi dongeng pada setiap siklusnya. Pada prasiklus rata-rata peresentase ketuntasan belajar menyimak isi dongeng adalah 47%.
Pada siklus I menjadi 67% atau mengalami peningkatan sebesar 20%. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 21,89% sehingga menjadi 88,89%. Hal ini berarti bahwa rat-rata persentase
98
ketuntasan belajar siswa untuk menyimak isi dongeng telah melampaui kriteria keberhasilan tindakan yang ditetapkan yaitu 75%.
2. Penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai siswa pada prasiklus sebesar 67,64 dapat meningkat menjadi 73,89 pada siklus I. selanjutnya masih mengalami peningkatan menjadi 82,50 pada siklus II. Hal ini berarti bahwa rata-rata nilai menyimak isi dongeng dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) sangat efektif.
Daftar Pustaka
Anderson, Lorin. W. (2008). Classroom Assessment. New Jersey: Lawrence Elrbaum Ascociates Publisher.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Faturahman, Taufik. 2017. Gapura Basa. Bandung: Geger Sunten
Kurniasih Imas dan Sani Berlin. 2016. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Kata Pena
Mulyasa, E.2013. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Ningrum, Epon. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Buana Nusantara.
Rahman. 2008. Model Belajar & Bahan Pembelajaran. Bandung: Alqaprint Jatinangor.
Sharan, Shlomo. 2009. Cooverative Learning Yogyakarta: Imperium.
Sudaryat, Yayat. 2007. Makaya Basa. Bandung: Sonagar.
Sudaryat, Yayat. 2009.Murba Basa. Bandung: Karya Iptek.
Sudaryat, Yayat. 2004. Modél Pangajaran Kompeténsi Basa Sunda. Tangerang: CV Pamulang.
Sudaryat, Yayat. 2004. Model-Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Sunda. Bandung: JPBD FPBS UPI.
Tamsyah, Budi Rahayu. 1997. Pangajaran Sastra Sunda. Bandung: Pustaka Setia.
Tarigan, Djago. 1997. Keterampilan Menyimak. Modul 1 – 5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ; Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Seterata D II.
Tarigan; Henry Guntur. 2008.Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:Angkasa Bandung