• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUMUMAN PUBLIK HASIL PELAKSANAAN PENILAIAN KINERJA PHPL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGUMUMAN PUBLIK HASIL PELAKSANAAN PENILAIAN KINERJA PHPL"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

QC : 13/09/2016

PT. GARDA MUTU PRIMA Bukit Cimanggu City Blok R2A No.4, Bogor kontak@gardamutuprima.com www.gardamutuprima.com PENGUMUMAN PUBLIK

HASIL PELAKSANAAN PENILAIAN KINERJA PHPL

LPPHPL Garda Mutu Prima telah melaksanakan kegiatan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) terhadap :

Nama Auditee IUPHHK-HA PT. Wanagalang Utama

AlamatAuditee Pusat : Gedung GP Plaza Lantai 5 Unit 28, Jl. Gelora II, Gatot Subroto, Jakarta 10270 – Telp. 021-22530972, Fax. 021-225530975

Cabang : Jl. Raya Bintuni, Kabupaten Teluk Bintuni

Site : Basecamp Barma, Kampung Rawara, Distrik Moskona Selatan, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat

Nomor&TanggalIzin

Usaha Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor : 6/1/IUPHHK- HA

Luas ± 132.850 Ha

Lokasi Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat TanggalPelaksanaan 15 – 21 September 2021

Jenis Audit Audit Awal/ Survailen / Re-Sertifikasi / Audit Khusus

Standar Penilaian Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2021, dan Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor : SK.62/PHPL/SET.5/KUM.1/12/2020 Lampiran 1.2.

dan 2.2., dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor : SE.06/PHPL/PPHH/HPL.3/7/2020

Berdasarkan hasil pengambilan keputusan, bahwa Auditee tersebut dinyatakan “MEMENUHI” standar penilaian sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2021, dan Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor : SK.62/PHPL/SET.5/KUM.1/12/2020 dengan predikat “SEDANG“, sehingga layak diterbitkan Sertifikat Pengelolaan Hutan Produksi.

Kepada para pihak yang berminat untuk menyampaikan data, informasi dan masukan terkait dengan kegiatan tersebut di atas dapat disampaikan secara tertulis dan dilengkapi dengan data pendukung kepada Tim Audit di lokasi pada saat penilaian berlangsung, atau dapat juga disampaikan ke :

PT. Garda Mutu Prima

Bukit Cimanggu City Blok R2A No.4, Bogor 0251-7554068

kontak@gardamutuprima.com

Bogor, 12 Oktober 2021 PT GARDA MUTU PRIMA,

Ir. SugengHariyadi, M.M.

(Direktur)

(2)

QC : 13/09/2016 Halaman 1 RESUME HASIL AUDIT

PENILAIAN KINERJA PHPL

A. Identitas LPPHPL

Nama PT. Garda Mutu Prima

Nomor Akreditasi LPPHPL-022-IDN

Alamat Bukit Cimanggu City Blok R2A No.4, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat Nomor Telepon/Faks/E-Mail Telp : 0251-7554068

Email : kontak@gardamutuprima.com Website : www.gardamutuprima.com Direktur Ir. Sugeng Hariyadi, MM

Tim Audit 1. Hermansyah Putra, S.Hut., M.Si ( Lead Auditor/Auditor Ekologi ) 2. Dr. Tatan Sukwika, S.P., M.Si ( Auditor Sosial/Magang Lead

Auditor )

3. Ir. Roch Diardjo ( Auditor Produksi ) 4. Ir. Sapto Hadi Winarno ( Auditor Prasyarat )

5. Ir. YH. Arasyugo ( Auditor Kriteria VLK Hutan ) Pengambil Keputusan Ir. Sugeng Hariyadi, MM

B. Identitas Auditee

Nama PT WANAGALANG UTAMA

Nomor & Tanggal SK Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor : 6/1/IUPHHK-HA/PMDN/2015, Tanggal 13 Juli 2015

Luas dan Lokasi ±132.850 Ha

Alamat Kantor Pusat : Gedung GP Plaza Lantai 5 Unit 28, Jl. Gelora II, Gatot Subroto, Jakarta 10270- Telp. 021-22530972, Fax. 021- 22530975

Pusat : Jl. Raya Bintuni, Kabupaten Teluk Bintuni

Site : Basecamp Barma, Kampung Rawara, Distrik Moskona Selatan, Kabupaten Teluk Bentuni, Provinsi Papua Barat Nomor Telepon/Faks/E-Mail Telp. 021-22530972, Fax. 021-22530975

Pengurus 1. Komisaris : Emmy Christanto

2. Direktur Adm&Keu : Jeffry Engel Letsoin Nomor Sertifikat GMP/2021/10010

Masa berlaku Sertifikat 6 (enam) tahun terhitung dari tanggal 06 Oktober 2021 s.d 05 Oktober 2027

C. Tahapan Audit

Tahapan Waktu dan Tempat Ringkasan Catatan

Koordinasi dengan

Instansi Kehutanan 15 September 2021

Zoom meeting - Melapor dan berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat dan BPHP Wilayah XVI Manokwari terkait pelaksanaan Audit Awal Peniliaian Kinerja PHPL dan

(3)

QC : 13/09/2016 Halaman 2 VLK PT Wanagalang Utama.

- Diperoleh beberapa informasi dan masukan yang perlu ditindaklanjuti terkait dengan Audit Awal PHPL dan VLK PT WGU.

Pertemuan Pembukaan 15 September 2021

Zoom meeting - Dilaksanakan dengan metode

remote audit melalui video teleconference menggunakan aplikasi Zoom Cloud Meeting.

- Dihadiri oleh Tim Audit PT Garda Mutu Prima (PT GMP) termasuk auditor, Wakil Manajemen/MR dan perwakilan karyawan Auditee.

- Materi Pertemuan Pembukaan diantaranya: Perkenalan peserta dan penjelasan peran dan tugas masing-masing; Konfirmasi rencana, ruang lingkup, tujuan dan sasaran, standar, dan tata waktu audit; Penjelasan metodologi dan tahapan audit; Penjelasan bahwa perkembangan audit akan diinformasikan kepada auditee;

Konfirmasi bahasa yang digunakan;

Konfirmasi ketersediaan sumber daya dan fasilitas yang diperlukan oleh tim audit; Konfirmasi terkait kerahasiaan dan kesediaan auditee untuk menyediakan data/informasi secara lengkap dan transparan;

Informasi terkait penyampaian dan konfirmasi temuan audit, termasuk pengkategorian temuan audit;

Informasi mengenai ketentuan yang dapat menyebabkan audit dihentikan; Konfirmasi Perwakilan Manajemen (MR); Tanya jawab;

dan Penandatanganan Berita Acara Pertemuan Pembukaan.

Verifikasi Dokumen dan

Observasi Lapangan 16 September 2021

Zoom Meeting - Melakukan verifikasi dokumen dan bukti - bukti lapangan, serta klarifikasi melalui wawancara dengan Auditee sesuai dengan ruang lingkup dan standar audit mengacu kepada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 8 Tahun 2021.

- Verifikasi dokumen dan bukti lapangan dilakukan secara offline di kantor PT GMP dan lokasi masing- masing auditor, dan secara online melalui aplikasi Zoom Cloud Meeting, panggilan telepon dan grup Whatsapp.

Konsultasi Publik 18 September 2021 - Konsultasi Publik dilakukan di Base

(4)

QC : 13/09/2016 Halaman 3

Zoom meeting Camp PT WGU dan stakeholder

yang hadir masyarakat Kampung Rawara - Desa Binaan PT Wanagalang Utama, Adapun masukan dampak positif dan negatif selama PT WGU beroperasi terhadap stakeholder yang ada sebagai berikut ;

- Aspek prasyarat dari masyarakat mengatakan bahwa mereka mengetahui batas hulayat dan batas areal PT WGU

- Aspek Produksi dari masyarakat mengatakan ada keterlibatan dalam kegiatan ITS, dan Survery Trace jalan

- Aspek ekologi dari masyarakat mengatakan tidak ada terjadinya banjir dan loksor dan satwa liar tidak terganggu.

- Aspek Sosial dari masyarakat mengatakan pembayaran kompensasi kayu lancer

- Aspek VLK dari masyarakat mengatakan ada keterlibatan masyarakat sekitar sebagai tenaga kerja di TPK dan Logpond

Pertemuan Penutupan 22 September 2021

Zoom meeting - Dilaksanakan dengan metode

remote audit melalui video teleconference menggunakan aplikasi Zoom Cloud Meeting.

- Dihadiri oleh Tim Audit PT GMP, Wakil Manajemen/MR dan perwakilan karyawan Auditee.

- Materi Pertemuan Penutupan diantaranya: Konfirmasi bahwa bukti audit dikumpulkan berdasarkan data/informasi yang tersedia serta pengambilan contoh/sampling;

Pemaparan kesimpulan hasil audit secara ringkas; Penjelasan dan konfirmasi temuan ketidaksesuaian dan observasi serta waktu pemenuhannya; penjelasan tahapan sertifikasi selanjutnya setelah audit lapangan; Tanya jawab; Penandatanganan Berita Acara Pertemuan Penutupan.

Pengambilan Keputusan 05 Oktober 2021

Kantor PT Garda Mutu Prima, Bogor – Provinsi Jawa Barat

- Keputusan Audit Awal Penilaian Kinerja PHPL IUPHHK-HA PT WGU adalah “Lulus” dengan predikat

“Sedang”.

- Sertifikat PHPL PT WGU Nomor GMP/2021/10010.

- Menetapkan waktu pelaksanaan

(5)

QC : 13/09/2016 Halaman 4 Penilikan Ke-1 dilakukan 18 (dua belas) bulan sejak penutupan audit lapangan.

D. Resume Hasil Penilaian Kriteria PHPL

Kriteria/Indikator/Verifier Nilai Ringkasan Justifikasi Prasyarat

1.1 Kepastian Kawasan Pemegang IUPHHK-HA 1.1.1 Ketersediaan dokumen legal dan

administrasi tata batas (PP/ SK IUPHHK-HA, Pedoman TBT, Buku TBT, Peta TBT, BATB).

Baik PT WGU telah memiliki dokumen legal dan dokumen yang berkaitan dengan perkembangan tata batas areal kerjanya.

1.1.2 Realisasi tata batas dan legitimasinya (BATB).

Sedang PT Wanagalang Utama telah melakukan tata batas sepanjang 305.886,91 meter. Dan yang belum ditata batas sepanjang 54.862 meter, atau terlaksana 82,06 % dari panjang batas keseluruhan.

1.1.3 Pengakuan para pihak atas eksistensi areal IUPHHK kawasan hutan (BATB/ Peta SK IUPHHK).

Baik Berdasarkan data tidak terdapat adanya tanda- tanda konflik batas dengan pihak lain termasuk dengan masyarakat.

1.1.4 Tindakan pemegang izin dalam hal terdapat perubahan fungsi hutan kawasan (Apabila tidak ada perubahan fungsi maka verifier ini menjadi Not Applicable).

NA Areal PT WGU tidak mengalami atau tidak ada perubahan fungsi hutan sejak diperolehnya perpanjangan izin UPHHK nya sampai disahkannya Revisi RKUPHHK-HA Periode 2017 s.d 2026.

1.1.5 Penggunaan kawasan di luar sektor kehutanan (Apabila tidak ada penggunaan kawasan di luar sektor Kehutanan maka verifier ini menjadi Not Applicable).

NA Berdasarkan analisa pada citra landsat dan letak areal kerja PT WGU yang relative jauh dari pusat keramaian dan adanya penjelasan dari pihak perusahaan maka dismpulkan bahwa di areal PT WGU tidak terdapat penggunaan kawasan diluar kehutanan.

1.1.6 Penyelesaian konflik tenurial

kawasan di areal IUPHHK. Baik PT WGU berdasarkan data dan dokumen yang diverifikasi disimpulkan bahwa penguasaan terhadap areal kerjanya masih 100 % atau dikuasai seluruhnya.

1.2.1 Keberadaan dokumen visi, misi dan tujuan perusahaan yang sesuai dengan PHL serta sosialisasi visi, misi dan tujuan perusahaan.

Baik Visi Misi PT WGU tersedia dan ditetapkan berdasarkan SK Direktur, visi misi juga telah mencakup aspek PHPL produksi, sosial dan lingkungan serta telah disosialisasikan ke karyawan dan masyarakat sekitar perusahaan.

1.2.2 Kesesuaian visi, misi dengan

implementasi PHL. Sedang PT WGU telah berupaya mengimplementasikan pengelolaan hutannya melalui serangkaian implementasi kelola produksi, kelola lingkungan dan kelola sosial, tetapi baru sebagian sesuai visi misi.

1.3.1 Keberadaan tenaga profesional bidang kehutanan (Sarjana Kehutanan dan Ganis PHPL) sarjana kehutanan dan tenaga

Buruk Keberadaan tenaga professional khususnya Ganis PH di PT WGU secara keseluruhan masih sangat kurang dan tidak proporsional dengan luas areal operasional yang dikelola.

(6)

QC : 13/09/2016 Halaman 5 teknis menengah kehutanan) di

lapangan pada setiap bidang kegiatan/organisasi pengelolaan hutan sesuai dokumen perencanaan.

1.3.2 Peningkatan kompetensi SDM. Sedang Auditee telah melakukan realisasi peningkatan kompetensi SDM berupa diklat Ganis PH dan komitmen untuk meningkatkannya sehingga realisasinya bisa di atas 50 %.

1.3.3 Ketersediaan dokumen

ketenagakerjaan. Sedang PT WGU telah memiliki dokumen ketenagakerjaan namun demikian belum dapat menunjukkan Wajib Lapor Ketenagakerjaan dan Peraturan Perusahaan yang masih berlaku ditunjukkan dengan pengesahan dan pendistribusiannya.

1.4.1 Kelengkapan unit kerja perusahaan dalam kerangka PHPL.

Baik Struktur Organisasi PT WGU secara keseluruhan telah sesuai dengan kerangka PHPL dengan adanya semua bidang yang terakomodir seperti perencanaan, produksi, perlindungan hutan &

lingkungan serta bidang sosial.

1.4.2 Keberadaan perangkat Sistem Informasi Manajemen dan tenaga pelaksana.

Sedang PT WGU telah memiliki perangkat SIM tetapi belum terdapat penanggung jawab atau pelaksana SIM perusahaan.

1.4.3 Keberadaan Tenaga Pelaksana untuk mengoperasikan SIM milik Kementerian LHK dan kepatuhan pengisiannya.

Buruk PT WGU telah menunjuk operator SIM Kemen LHK untuk SIPUHH dan e-Monev tetapi belum terdapat operator SIM yang lain dan juga belum dapat menunjukkan bukti kepatuhan pelaksanaan dan pengisiannya.

1.4.4 Keberadaan SPI /internal auditor

dan efektifitasnya. Sedang PT WGU telah memiliki Tim SPI dan telah melaksanakan fungsi pengawasan internal tetapi belum dapat mengontrol semua tahapan kegiatan khususnya untuk bidang lingkungan.

1.4.5 Keterlaksanaan tindak koreksi dan pencegahan manajemen berbasis hasil monitoring dan evaluasi.

Buruk PT WGU telah melaksanakan audit internal dalam rangka monitoring evaluasi terhadap kegiatan operasional khususnya di lapangan dan telah menunjukkan Laporan Audit, tetapi laporan tersebut belum terdapat tindak koreksi atau perbaikan terhadap temuan berdasarkan rekomendasi yang diberikan.

1.5.1 Persetujuan rencana penebangan melalui peningkatan pemahaman, keterlibatan, pencatatan proses dan diseminasi isi kandungannya.

Sedang PT WGU telah mensosialisasikan kegiatan RKT nya sebagai bentuk konsultasi dengan masyarakat tetapi belum dapat mencerminkan adanya persetujuan atas kegiatan operasional khususnya penebangan.

1.5.2 Persetujuan dalam proses dan

pelaksanaan CSR/CD. Sedang Sosialisasi dan persetujuan pelaksanaan CSR atau PMDH PT WGU untuk tahun 2020 dan 2021 hanya dilakukan di 4 desa dari 8 desa terdampak kegiatan operasional perusahaan.

1.5.3 Persetujuan dalam proses

penetapan kawasan lindung. Sedang PT WGU telah melaksanakan sosialisasi penetapan kawasan lindung di Desa Rawara, Desa Mayenda, Desa Mayerga dan Desa Barma yang merupakan 4 dari 8 desa yang berada di dalam dan di dekat areal khususnya yang saat

(7)

QC : 13/09/2016 Halaman 6 ini terdapat kegiatan operasional (RKT)

Produksi

2.1 Penataan Areal Kerja Jangka Panjang dalam Pengelolaan Hutan Lestari.

2.1.1 Keberadaan dokumen rencana jangka panjang (management plan) yang telah disetujui oleh pejabat yang berwenang.

Baik Terdapat dokumen Revisi Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam (RKUPHHK-HA) berbasis IHMB periode 2017-2026 lengkap dengan lampiran- lampirannya telah disetujui oleh pejabat yang berwenang dan tidak pernah dikenai peringatan terkait pemenuhan kewajiban RKUPHHK-HA.

2.1.2 Kesesuaian implementasi penataan areal kerja di lapangan dengan rencana kerja jangka panjang.

Baik Penataan areal kerja berupa Blok RKT 2018, 2020 dan 2021 telah sesuai dengan Blok URKT pada RKUPHHK periode 2017 s.d 2026.

2.1.3 Pemeliharaan batas blok dan

petak/compartment kerja. Sedang Tanda batas blok dan petak kerja PT WGU terlihat dengan jelas di lapangan, namun hanya sebagian tanda batas petak dan jalur rintisan antar petak tidak terlihat jelas.

2.2.1 Terdapat data potensi tegakan per tipe ekosistem yang ada (berbasis IHMB/survei potensi, ITSP, risalah hutan).

Sedang PT WGU memiliki data potensi tegakan per tipe ekosistem dari hasil ITSP 3 tahun terakhir, namun hanya sebagian yang disertai kelengkapan peta pendukungnya (jalur survei dan peta pohon).

2.2.2 Terdapat informasi tentang riap tegakan sebagai dasar

perhitungan rencana panen ( JTT/Etat Volume).

Sedang Terdapat Laporan Hasil pengukuran awal sehingga belum dapat dilakukan analisis riapnya, Laporan telah disampaikan kepada Dirjen PHPL dan Badan Litbang & Inovasi LHK, tetapi belum dijadikan sebagai dasar perhitungan rencana panen (JTT/Etat Volume).

2.3.1 Ketersediaan dan Implementasi SOP seluruh tahapan kegiatan sistem silvikultur.

Sedang PT WGU memiliki SOP seluruh tahapan sistem silvikultur untuk system TPTI dengan lengkap dan isinya sesuai dengan pedoman pelaksanaan atau ketentuan teknis tetapi untuk Sistem SILIN belum tersedia, dan Implementasinya untuk kegiatan PAK khususnya Batas Blok, Batas Petak baik yang berupa Pal maupun rintisan kurang lengkap dan tidak terlihat jelas. dari 21 item yang di verifikasi 18 item (85,7%) telah dilakukan sedangkan 3 item belum sesuai SOP.

2.3.2 Tingkat kecukupan potensi

tegakan sebelum masak tebang. Baik ketersediaan pohon inti dan pohon yang disisakan (tidak ditebang) dari jenis-jenis komersial yang tersebar merata dalam jumlah=

66-79 batang/Ha, yang (dengan mempertimbangkan kemampuan riap pertumbuhan tegakan setempat) mampu menjamin terjadinya kelestarian pemanenan hasil pada rotasi ke-2 (≥ 25 batang / Ha).

2.3.3 Tingkat kecukupan potensi

permudaan. Baik Terdapat pohon induk jenis komersial yang menjamin ketersediaan permudaan tingkat semai dan terdapat permudaan tingkat tiang 210 ind/Ha dan / atau pancang = 2.486 ind/Ha,

(8)

QC : 13/09/2016 Halaman 7 Totalnya = 2.496 ind/Ha dari jenisjenis komersial yang tersebar merata dalam jumlah yang mampu menjamin terjadinya kelestarian pemanenan hasil pada rotasi ke -3 (≥ 100 batang tiang / Ha atau jumlah kesetaraannya 400 batang pancang / ha).

2.3.4 Penerapan SILIN (apabila tidak ada SILIN maka verifier ini menjadi Not Applicable).

NA PT WGU belum melaksanakan SILIN dikarenakan revisi RKUPHHK HA baru diterima pada 4 Maret 2021, dan saat ini masih terkendala karena Pandemi Covid-19.

2.3.5 Realiisasi Pelaksanaan SILIN dalam setiap tahapan (apabila tidak ada SILIN maka verifier ini menjadi Not Applicable).

NA PT WGU belum melaksanakan SILIN dikarenakan revisi RKUPHHK HA baru diterima pada 4 Maret 2021, dan saat ini masih terkendala karena Pandemi Covid-19.

2.4.1 Ketersediaan prosedur pemanfaatan / pengelolaan hutan ramah lingkungan.

Sedang Tersedia SOP pemanfaatan/pengelolaan hutan ramah lingkungan untuk seluruh kegiatan pengelolaan, dan isinya lengkap tetapi belum sesuai dengan karakteristik kondisi areal kerja PT WGU.

2.4.2 Penerapan teknologi ramah

lingkungan. Sedang PT WGU telah menerapan teknologi ramah lingkungan pada 1-2 tahapan kegiatan pemanenan hasil atau pengelolaan hutan.

2.4.3 Tingkat kerusakan tegakan tinggal minimal dan keterbukaan wilayah.

Sedang Kerusakan Tegakan akibat penebangan dan penyaradan dan Keterbukaan Areal akibat penebangan = 16,28 %.

2.4.4 Limbah pemanfaatan hutan

minimal. Baik Nilai FE untuk hasil tebangan PT SSP sebesar 0,70.

2.5.1 Keberadaan dokumen rencana kerja jangka pendek (RKT) yang disusun berdasarkan rencana kerja jangka panjang (RKU) dan disahkan sesuai peraturan yang berlaku (Dinas Prov, self approval).

Baik RKT PT WGU telah memiliki dokumen rencana jangka pendek 100 % pada periode penilaian (RKT 2018, RKT 2020 dan RKT 2021) yang disusun berdasarkan dokumen perencanaan jangka panjang (RKUPHHK periode tahun 2017 s.d 2026) dan telah disahkan oleh pejabat yang berwenang atau secara self approval serta telah dilengkapi peta kerjanya.

2.5.2 Kesesuaian peta kerja dalam rencana jangka pendek dengan rencana jangka panjang.

Baik Terdapat dokumen dan peta kerja sesuai RKT 2018, RKT 2020 dan RKT 2021 /RKUPHHK HA periode 2016-2025 yang disahkan oleh pejabat yang berwenang yang menggambarkan areal yang boleh ditebang / dipanen / dimanfaatkan / ditanam / dipelihara beserta areal yang ditetapkan sebagai kawasan lindung.

2.5.3 Implementasi peta kerja berupa penandaan batas blok tebangan / dipanen / dimanfaatkan / ditanam / dipelihara beserta areal yang ditetapkan sebagai kawasan lindung (untuk konservasi / buffer zone / pelestarian plasma nutfah / religi / budaya / sarana prasarana, dan penelitian dan pengembangan).

Sedang Terdapat implementasi peta kerja berupa penandaan pada sebagian (minimal 50%) batas blok tebangan / dipanen / dimanfaatkan / ditanam / dipelihara beserta areal yang ditetapkan sebagai kawasan lindung.

(9)

QC : 13/09/2016 Halaman 8 2.5.4 Kesesuaian lokasi, luas, jenis, dan

volume panen dengan rencana kerja jangka pendek serta minimum produksi pemanfaatan hutan.

Sedang Realisasi Pemanenan RKT 2018 dan 2020 = 6,67%, Realisasi pemanenan per kelompok jenis untuk RKT 2018 = 6,60 % untuk Merbau dan 0,47% untuk Rimba Campuran, sedangkan untuk RKT 2020, = 11,56 % untuk Merbau, jenis lain tidak ada realisasi.

Lokasi penebangan sesuai dengan yang disahkan dan tidak melebihi dari luas yang direncanakan.

2.6.1 Kondisi kesehatan finansial. Sedang Auditor Independen dalam Laporan Keuangan tersebut memberikan Opini Wajar Dengan Pengecualian, dengan Likuiditas tahun 2018 (202,84 %) tahun 2019 (2.826,30 %,) Nilai solvabilitas tahun 2018 (102,94 %) tahun 2019 (155,97 %) Rentabilitas tahun 2018 (- 6,75 %) dan tahun 2019 (-6,94 %) (Rentabilitas negatif).

2.6.2 Realisasi alokasi dana yang cukup berdasarkan laporan penatausahaan keuangan yang dibuat sesuai dengan Pedoman

Pelaporan Keuangan

Pemanfaatan Hutan Produksi (yang telah di audit oleh akuntan publik).

Sedang Alokasi dana yang direalisasikan untuk kegiatan pengelolaan hutan pada tahun 2019 adalah sebesar 61,69% (60-79%) dari kebutuhan kelola hutan yang seharusnya.

2.6.3 Realisasi alokasi dana yang

proporsional. Sedang Perbedaan alokasi dana antara masing masing kegiatan adalah 49,07 % - 0,92 % = 48,15 %.

Alokasi dana selama 2019 untuk seluruh bidang kegiatan tidak proporsional (perbedaan >20 - 50 %).

2.6.4 Realisasi pendanaan yang lancar. Sedang Realisasi pendanaan PT WGU untuk kegiatan teknis kehutanan selama 2019 berjalan lancar tetapi kegiatan kelola berjalan tidak sesuai dengan tata waktu.

2.6.5 Modal yang ditanamkan (kembali)

ke hutan. Sedang PT WGU telah merealisasikan modal yang ditanamkan kembali ke hutan sebesar Rp.

722.451.000,- dari yang direncanakan sebesar Rp. 1.171.183.884 atau sebesar 61,69 %.

2.6.6 Realisasi kegiatan fisik

penanaman/pembinaan hutan. Buruk PT WGU telah merealisasikan pelaksanaan kegiatan pembinaan hutan \ dan persentase tanaman yang hidup 49,23 % .

Ekologi

3.1 Keberadaan, kemantapan dan kondisi kawasan dilindungi pada setiap tipe hutan.

3.1.1 Luasan kawasan dilindungi. Baik Luas Kawasan lindung sesuai dengan dokumen perencanaan RKU dan AMDAL dan seluruhnya sesuai dengan kondisi biofisiknya.

3.1.2 Penataan kawasan dilindungi (persentase yang telah ditandai, tanda batas dikenali).

Sedang Realiasi kegiatan penataan batas kawasan lindung sempadan sungai, KPPN, dan DPSL yang dapat dikenali dilapangan sebesar 58%

yang telah di tanda batas yang seharusnya.

(10)

QC : 13/09/2016 Halaman 9 3.1.3 Kondisi penutupan kawasan

dilindungi. Baik Berdasar data citra landsat 7+ETM Band 542 Path 106 Row 61 liputan tanggal 29 Mei 2021 kondisi penutupan lahan Kawasan lindung sebesar 98% yang berhutan.

3.1.4 Pengakuan para pihak terhadap

kawasan lindung. Sedang Secara de jure auditee telah melakukan sosialiasi Kawasan lindung di Sebagian desa yang memilik dampak terhadap Kawasan lindung dan secara de facto tidak ditemukan jenis gangguan hutan di Kawasan lindung, maka secara de jure dan de facto pengakuan Kawasan lindung oleh para pihak sebesar 50%.

3.1.5 Laporan pengelolaan kawasan lindung hasil tata ruang areal / land scaping sesuai RKL / RPL dan / atau tata ruang yang ada di dalam RKU.

Sedang Kegiatan pengelolaan yang terdapat laporan kegiatan pemantauan kondisi penutupan lahan, patroli, pemasangan papa nama/informasi, dan sosialisasi, maka sebagian besar kawasan lindung ada pengelolaan dan laporanya.

3.2.1 Ketersediaan prosedur perlindungan yang sesuai dengan jenis-jenis gangguan yang ada.

Sedang Tersedia prosedur tetapi tidak mencakup seluruh jenis gangguan yang ada sepeti belum tersedia standar prosedur keamanan (minimal 50%).

3.2.2 Sarana prasarana perlindungan

gangguan hutan. Sedang Jenis, jumlah dan fungsi sarana prasarana sesuai dengan ketentuan (minimal 50%).

3.2.3 SDM Perlindungan hutan. Sedang Tersedia SDM perlindungan hutan dengan jumlah dan kualifikasi personil sesuai dengan ketentuan (minimal 50%).

3.2.4 Implementasi perlindungan gangguan hutan (preemptif / preventif / represif).

Sedang Kegiatan perlindungan diimplementasikan melalui tindakan tertentu (preemptif / preventif / represif) tetapi belum mempertimbangkan jenis-jenis gangguan yang ada, seperti jenis gangguan dari Separatisme.

3.3.1 Ketersediaan prosedur pengelolaan dan pemantauan dampak terhadap tanah dan air.

Baik Tersedia prosedur pengelolaan yang mencakup seluruh dampak terhadap tanah dan air akibat pemanfaatan hutan.

3.3.2 Sarana pengelolaan dan pemantauan dampak terhadap tanah dan air.

Sedang Jumlah sarana pengelolaan dan pemantauan sesuai dengan ketentuan (AMDAL) tetapi jumlah sarana pengelolaan dan pemantauan tidak sesuai (kurang dari 50%) dengan ketentuan dokumen perencanaan lingkungan (AMDAL, dll.) tetapi berfungsi dengan baik.

3.3.3 SDM pengelolaan dan pemantauan dampak terhadap tanah dan air.

Sedang Berdasarkan struktur organisasi PT WGU tahun 2020, Auditee memiliki 2 personil bidang lingkungan, namun yang memiliki kualifikasi sesuai dengan ketentuan sebesar 50%.

3.3.4 Rencana dan implementasi pengelolaan dampak terhadap tanah dan air (teknis sipil dan vegetatif).

Sedang Terdapat dokumen, dan ada implementasi kegiatan pengelolaan dampak terhadap tanah dan air sebesar 61% dan kegiatan belum sesuai dengan tata waktu yang ditetapkan.

3.3.5 Rencana dan implementasi pemantauan dampak terhadap tanah dan air.

Sedang Terdapat dokumen, dan ada implementasi kegiatan pengelolaan dampak terhadap tanah dan air (minimal 50%).

3.3.6 Dampak terhadap tanah dan air. Sedang Tidak terdapat indikasi terjadi dampak besar dan penting terhadap tanah dan air, namun data yang diimplementasikan berupa visual

(11)

QC : 13/09/2016 Halaman 10 secara indikatif terhadap kualitas air sungai sehingga perluh dilakukan pemantauan sesuai dengan standar yang ada.

3.4.1 Ketersediaan prosedur identifikasi flora dan fauna yang dilindungi dan/atau langka, jarang, terancam punah dan endemik mengacu pada perundangan yang berlaku.

Sedang Auditee telah memiliki prosedur identifikasi flora dan fauna yang telah sesuai dengan peraturan yang berlaku dengan telah melakukan revisi prosedur pada taggal Febuari 2021.

3.4.2 Implementasi kegiatan

identifikasi. Sedang Terdapat implementasi identifikasi flora dan fauna tetapi tidak mencakup seluruh jenis yang dilindungi dan/atau langka, jarang, terancam punah dan endemik yang terdapat di areal pemegang izin (minimal 50%).

3.5.1 Ketersediaan prosedur pengelolaan flora yang dilindungi mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku.

Sedang Tersedia prosedur pengelolaan flora tetapi tidak mencakup seluruh jenis yang dilindungi dan/atau langka, jarang, terancam punah dan endemik yang terdapat di areal pemegang izin (minimal 50%).

3.5.2 Implementasi kegiatan pengelolaan flora sesuai dengan yang direncanakan.

Sedang Terdapat implementasi pengelolaan flora tetapi tidak mencakup seluruh jenis yang dilindungi dan/atau langka, jarang, terancam punah dan endemik yang terdapat di areal pemegang izin (minimal 50%).

3.5.3 Kondisi spesies flora dilindungi dan/atau jarang, langka dan terancam punah dan endemik.

Baik Berdasarkan data kegiatan perlindungan dan pengaman hutan tahun 2021 tidak ada gangguan terhadap kondisi seluruh species flora dilindungi dan/atau jarang, langka dan terancam punah dan endemik yang terdapat di areal pemegang izin.

3.6.1 Ketersediaan prosedur pengelolaan fauna yang dilindungi mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku, dan tercakup kegiatan perencanaan, pelaksana, kegiatan, dan pemantauan).

Sedang Tersedia prosedur pengelolaan fauna untuk sebagian jenis yang dilindungi dan/atau langka, jarang, terancam punah dan endemik yang terdapat di areal pemegang izin (minimal 50%).

3.6.2 Realisasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan fauna sesuai dengan yang direncanakan.

Sedang Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup seluruh jenis yang dilindungi dan/atau langka, jarang, terancam punah dan endemik yang terdapat di areal pemegang izin (minimal 50%).

3.6.3 Kondisi spesies fauna dilindungi dan/atau jarang, langka dan terancam punah dan endemik.

Sedang Terdapat gangguan tetapi ada upaya penanggulangan gangguan oleh pemegang izin seperti dijelaskan pada verifier 3.6.2 dan 3.2.4 Sosial

4.1 Kejelasan deliniasi kawasan operasional perusahaan/pemegang izin dengan kawasan masyarakat hukum adat dan/atau masyarakat setempat.

4.1.1 Ketersediaan dokumen/laporan mengenai pola penguasaan dan pemanfaatan SDA/SDH setempat, identifikasi hak-hak dasar masyarakat hukum adat dan/atau

Sedang Auditee telah memiliki dokumen/laporan mengenai pola penguasaan dan pemanfaatan SDA/SDH setempat, identifikasi hak-hak dasar masyarakat hukum adat dan/atau masyarakat setempat, dan rencana pemanfaatan SDH oleh

(12)

QC : 13/09/2016 Halaman 11 masyarakat setempat, dan

rencana pemanfaatan SDH oleh pemegang izin.

pemegang izin, berupa:

1) Laporan Monitoring Pemanfaatan HHBK PT WGU Tahun 2018-2021.

2) Profil dan Identifikasi Hak-Hak Dasar Masyarakat disekitar PT WGU.

3) Revisi RKUPHHK-HA Periode Tahun 2017 s/d 2026 PT WGU.

4) RKTUPHHK-HA Tahun 2018-Tahun 2021 PT WGU.

5) Rencana Operasional Kelola Sosial PT WGU Tahun RKT 2018-2021.

Auditee telah memiliki dokumen hasil identifikasi dan monitoring namun belum diuraikan secara lengkap

4.1.2 Tersedia mekanisme pembuatan batas/rekonstruksi batas kawasan secara parsitipatif dan penyelesaian konflik batas kawasan.

Sedang Auditee telah memiliki mekanisme penataan batas/ rekonstruksi batas kawasan secara partisipatif, berupa:

1) SOP Pembuatan Batas Partisipatif (SOP 001/I/PS/8/1/21) disahkan oleh Direktur Jeffry Engel Letsoin tertanggal 30 Juli 2021.

2) SOP Pembuatan Resolusi Konflik (SOP 002/I/PS/8/1/21) disahkan oleh Direktur Jeffry Engel Letsoin tertanggal 30 Juli 2021.

Kedua dokumen tersebut belum disosialisasikan tapi diketahui oleh parapihak.

4.1.3 Tersedia mekanisme pengakuan hak-hak dasar masyarakat hukum adat dan masyarakat setempat dalam perencanaan pemanfataan SDH.

Baik Auditee telah memiliki mekanisme mengenai pengakuan hak-hak dasar masyarakat hukum adat dan masyarakat setempat dalam perencanaan pemanfataan SDH, yang legal, lengkap dan jelas, berupa:

1) SOP Bina Desa Hutan (SOP 010/I/PS/8/1/21) disahkan oleh Direktur Jeffry Engel Letsoin tertanggal 30 Juli 2021.

2) SOP Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Hutan (SOP 003/I/PS/8/1/21) disahkan oleh Direktur Jeffry Engel Letsoin tertanggal 30 Juli 2021.

SOP Perjanjian dan Kesepakatan Bersama Masyarakat (SOP 004/I/PS/8/1/21) disahkan oleh Direktur Jeffry Engel Letsoin tertanggal 30 Juli 2021.

4.1.4 Terdapat batas yang memisahkan secara tegas antara kawasan/areal kerja unit manajemen dengan kawasan kehidupan masyarakat.

Sedang Auditee telah memiliki bukti luas areal kerja berupa SK Menhut. Sementara, kegiatan tata batas baru dilaksanakan untuk sebagian areal kerja dan masyarakat setempat belum memahami secara pasti tentang batas areal kerja Auditee.

Realisasi penataan batas areal kerja PT WGU dengan batas persekutuan dan atau pemegang izin lain belum temu gelang.

(13)

QC : 13/09/2016 Halaman 12 4.1.5 Terdapat persetujuan para pihak

atas luas dan batas areal kerja IUPHHK/ KPH.

Sedang Auditee telah memperoleh persetujuan atas luas dan batas areal kerja dari para pihak dan masih terdapat konflik yang dibuktikan dengan:

1) Dokumen Revisi RKUPHHK-HA PT WGU periode 2017 s/d 2026 berbasis IHMB dan telah disahkan dengan keputusan Menteri LHK nomor SK. 5477/MenLHK- PHPL/UHP/HPL.1/10/2016.

2) Laporan TBT tentang Laporan Hasil Penataan Batas Areal Kerja IUPHHK-HA PT WGU.

3) Berita Acara Identifikasi sosial dan identifikasi Penggunaan Lahan masyarakat yang berada dalam kawasan PT WGU.

Pada areal kerja WGU masih terdapat konflik dengan masyarakat.

4.2.1 Ketersediaan dokumen yang menyangkut tanggung jawab sosial pemegang izin sesuai dengan peraturan perundangan yang relevan/ berlaku.

Baik PT WGU telah memiliki dokumen yang lengkap menyangkut tanggung jawab sosial sesuai dengan peraturan perundangan yang relevan yang dijabarkan pada dokumen Revisi RKUPHHK-HA Tahun 2017 s/d 2026 (Tahun 2016), RKTUPHHK-HA 2018 dan 2021, dan Rencana Operasional Kelola Sosial Tahun 2018 dan 2021.

4.2.2 PT BLM telah memiliki dokumen yang lengkap menyangkut tanggung jawab sosial pemegang izin sesuai dengan peraturan perundangan yang relevan.

Baik Auditee telah memiliki acuan mekanisme yang lengkap dan legal terkait pemenuhan kewajiban sosial terhadap masyarakat yang mengacu pada dokumen SOP yang berlaku di lingkup kerja perusahaan, yang legal, lengkap dan jelas, berupa:

1) SOP Bina Desa Hutan (SOP 010/I/PS/8/1/21) disahkan oleh Direktur Jeffry Engel Letsoin tertanggal 30 Juli 2021.

2) SOP Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Hutan (SOP 003/I/PS/8/1/21) disahkan oleh Direktur Jeffry Engel Letsoin tertanggal 30 Juli 2021.

3) SOP Perjanjian dan Kesepakatan Bersama Masyarakat (SOP 004/I/PS/8/1/21) disahkan oleh Direktur Jeffry Engel Letsoin tertanggal 30 Juli 2021.

4.2.3 Kegiatan sosialisasi kepada masyarakat mengenai hak dan kewajiban pemegang izin terhadap masyarakat dalam mengelola SDH.

Sedang Auditee telah memiliki sebagian bukti tentang pelaksanaan kegiatan sosialisasi mengenai hak dan kewajibannya terhadap masyarakat dalam mengelola SDH, berupa:

1) Laporan Pelaksanaan sosialisasi PT. WGU kepada masyarakat dan karyawan dengan

(14)

QC : 13/09/2016 Halaman 13 sebagian kelengkapan dokumen yang tersedia seperti daftar hadir, foto dan berita acara.

2) Papan pengumuman, himbauan dan larangan di lokasi yang strategis.

4.2.4 Realisasi pemenuhan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat/ implementasi hak- hak dasar masyarakat hukum adat dan masyarakat setempat dalam pengelolaan SDH.

Sedang Auditee telah memiliki sebagian bukti realisasi pemenuhan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat. Nilai rata-rata realisasi pemenuhan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat kurang dari 100% yaitu sebesar 70%.

4.2.5 Ketersediaan laporan/dokumen terkait pelaksanaan tanggung jawab sosial pemegang izin termasuk ganti rugi.

Sedang PT WGU telah melakukan Sebagian kelengkapan pendokumentasian terkait laporan/dokumen hasil pelaksanaan tanggung jawab sosial selama periode RKTUPHHK-HA 2018 – 2021, berupa:

1) Laporan Program PMDH/CSR.

2) Pembayaran fee kayu/kompensasi 3) Laporan Penyerapan Tenaga Kerja Lokal.

4.3.1 Ketersediaan data dan informasi masyarakat hukum adat dan/atau masyarakat setempat yang terlibat, tergantung, terpengaruh oleh aktivitas pengelolaan SDH.

Sedang Auditee telah memiliki data dan informasi tentang masyarakat hukum adat dan/ atau masyarakat setempat yang terlibat, tergantung, terpengaruh oleh aktivitas pengelolaan SDH, berupa:

1) Laporan Kelola sosial dan profil desan binaan (kurang Sesuai).

2) Laporan Identifikasi pemanfaatan hak-hak tradisional dalam kawasan Konsensi PT WGU (kurang Sesuai).

3) Dokumen Rencana Kelola Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

Nilai persentase rata-rata ketersediaan sumber data dan informasi aktifitas kegiatan masyarakat sebesar 83.57%.

4.3.2 Ketersediaan mekanisme peningkatan peran serta dan aktivitas ekonomi masyarakat hukum adat dan/atau masyarakat setempat.

Baik Auditee memiliki mekanisme yang legal, lengkap dan jelas mengenai peningkatan peran serta dan aktivitas ekonomi masyarakat, berupa:

1) SOP Perjanjian dan Kesepakatan Bersama Masyarakat (SOP 004/I/PS/8/1/21) disahkan oleh Direktur Jeffry Engel Letsoin tertanggal 30 Juli 2021 (WGU/PL/000-27).

2) SOP Identifikasi Hak Tradisional Masyarakat (SOP 009/I/PS/8/1/21) disahkan oleh Direktur Jeffry Engel Letsoin

(15)

QC : 13/09/2016 Halaman 14 tertanggal 30 Juli 2021 (WGU/PL/000-29).

4.3.3 Keberadaan dokumen rencana pemegang izin mengenai kegiatan peningkatan peran serta dan aktivitas ekonomi masyarakat.

Sedang Auditee telah memiliki dokumen rencana pemegang izin mengenai kegiatan peningkatan peran serta dan aktivitas ekonomi masyarakat, yang lengkap dan jelas, berupa:

1) Dokumen Revisi RKUPHHK-HA Berbasis IHMB Periode Tahun 2017 s/d 2026.

2) Dokumen RKT PT WGU Tahun 2018-2021.

3) Dokumen RO PMDH dan Proposal masyarakat PT WGU tahun 2018-2021 (Kurang lengkap.

4.3.4 Implementasi kegiatan peningkatan peran serta dan aktivitas ekonomi masyarakat hukum adat dan atau masyarakat setempat oleh pemegang izin yang tepat sasaran.

Sedang Auditee telah memiliki sebagian bukti (49.32%) implementasi kegiatan peran serta dan aktivitas ekonomi masyarakat hukum adat dan/atau masyarakat setempat oleh pemegang izin, berupa:

1) Laporan Bantuan Sosial Peningkatan Ekonomi.

2) Laporan Pembayaran Kompensasi.

3) Laporan Penggunaan/Keterlibatan Tenaga Kerja Lokal.

4.3.5 Keberadaan dokumen/laporan mengenai pelaksanaan distribusi manfaat kepada para pihak.

Sedang Auditee telah memiliki Sebagian bukti dokumen/Laporan mengenai pelaksanaan distribusi manfaat kepada para pihak dan terdokumentasi, berupa:

1) Dokumen Laporan PMDH/CSR tahun 2020- 2021.

2) BAP Pembayaran Fee/Kompensasi dan penyerahan bantuan tahun 2018-2021.

3) Bukti Pembayaran PBB tahun 2018-2021.

4) Bukti Pembayaran PSDH dan DR tahun 2018-2021.

4.4.1 Tersedianya mekanisme resolusi

konflik. Baik PT WGU telah memiliki mekanisme resolusi konflik yang lengkap dan jelas sesuai Perdirjen PHPL P.5/PHPL/UHP.1/2/2016 yang dijadikan referensi atau acuan serta SOP tersebut disahkan Perusahaan.

4.4.2 Tersedia peta konflik. Sedang PT WGU telah memiliki dokumen Peta Area Konflik dan Laporan Pemetaan Potensi dan Resolusi Konflik. Dalam dokumen peta tidak tersedia tanggal pengesahan pada peta. Peta potensi konflik masih belum dilengkapi seperti : (1) Pencantuman 5 level rank hasil analisis indikator pada legenda peta; (2) Pewarnaan peta belum dibuat sesuai level potensi konflik.

4.4.3 Adanya kelembagaan resolusi

konflik yang didukung oleh para Sedang PT WGU belum memiliki kelembagaan resolusi konflik yang dilengkapi dengan uraian tugas

(16)

QC : 13/09/2016 Halaman 15

pihak. dan tanggung jawab masing-masing personil

dalam kelembagaan resolusi konflik, namun belum melibatkan para pihak (wakil masyarakat). Sedangkan terkait pengalokasian dana anggaran penanganan konflik, perusahaan mengambil pada alokasi anggaran operasional Camp.

4.4.4 Ketersediaan dokumen proses penyelesaian konflik yang pernah terjadi.

Sedang Dokumen/laporan penanganan konflik masih pada tahap kegiatan identifikasi, sosialisasi.

Auditee belum melaporkan kepada pihak terkait Dinas Kehutanan Provinsi melalui Laporan Pemetaan Potensi Konflik Semester I Tahun 2021.

4.5.1 Adanya hubungan industrial. Sedang Auditee telah merealisasikan sebagian besar (66,67%) hubungan industrial dengan seluruh karyawan yang dibuktikan dengan:

1) Peraturan Perusahaan PT. WGU.

2) Organisasi Perusahaan.

3) Serikat Pekerja/ Surat Pernyataan Bebas Berserikat.

4) Perjanjian Kerja /SPK.

5) Jaminan Kesejahteraan.

6) Dokumen Wajib Lapor.

Organisasi Perusahaan PT WGU yaitu APHI secara legalitas sudah habis masa berlakunya.

PT WGU belum memiliki dokumen bipartite/tripartite.

4.5.2 Adanya rencana dan realisasi pengembangan kompetensi tenaga kerja.

Sedang PT WGU telah merealisasikan sebagian besar peningkatan kompetensi tenaga kerjanya selama periode RKTUPHHK-HA Tahun 2018 - 2021 sebesar 60%.

4.5.3 Dokumen standar jenjang karir

dan implementasinya. Sedang Auditee telah memiliki dokumen standar jenjang karir berupa:

1) Peraturan Perusahaan PT WGU periode 2018-2021

2) Dokumen SOP Pengembangan Karir.

3) Surat Keputusan Direktur Utama PT WGU tentang Standard Jenjang Karir.

Dokumen standar jenjang karir tersebut telah diimplementasikan sebagian dibuktikan dengan data kenaikan level karyawan dan pernyataan kepala HRD. Pada Komposisi SDM masih terdapat tumpang tindih jabatan.

4.5.4 Adanya Dokumen tunjangan kesejahteraan karyawan dan implementasinya.

Sedang Audite menyediakan tunjangan kesejahteraan karyawan dan telah diimplementasikan sebagian dibuktikan dengan sarana-prasarana dan fasilitas pelayanan karyawan yang ada di Camp tidak berfungsi efektif terutama sarana operasional kantor dan komunikasi atau internet.

Keterangan : N/A (Not applicable/Tidak diterapkan)

(17)

QC : 13/09/2016 Halaman 16 E. Resume Hasil Verifikasi LK

Prinsip/Kriteria/Indikator/Verifier Nilai Ringkasan Justifikasi 1 Kepastian areal IUPHHK-HA, IUPHHK-HT, IUPHHK-RE, dan Hak Pengelolaan.

1.1 Areal unit manajemen hutan terletak di kawasan hutan produksi.

1.1.1 Pemegang izin mampu menunjukkan keabsahan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dan izin lain yang berada dalam kawasan hutan yang dikelola IUPHHK.

a Dokumen legal terkait perizinan

usaha (SK IUPHHK). Memenuhi 1. Tersedia kelengkapan dan keabsahan SK IUPHHK PT Wanagalang Utama (PT WGU) sesuai Surat Keputusan Kepala BKPM Nomor: 6/1/IUPHHK-HA/PMDN/2015, tanggal 13 Juli 2015 tentang Pemberian Perpanjangan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam atas nama PT Wanagalang Utama atas areal Hutan Produksi seluas ± 132.850 hektar di di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat, dengan jangka waktu izin usaha selama 30 tahun sejak tanggal 22 Oktober 2012.

2. Berdasarkan fungsi hutannya, areal kerja IUPHHK-HA PT Wanagalang Utama dari seluas ± 132.850 hektar tersebut, terbagi menjadi kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas ± 116.750 hektar, dan kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas ± 16.100 hektar.

b Bukti pemenuhan kewajiban Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu. (IIUPHHK).

Memenuhi Auditee telah melunasi kewajiban pembayaran IHPH/IIUPHHK sesuai dengan Surat Perintah Pembayaran –Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam (SPP- IIUPHHK HA) yang diterbitkan Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor : S.134/VI-BIKPHH/2015, tanggal 20 Maret 2015, sebesar Rp.

16.090.312.500,- (enam belas milyar sembilan puluh juta tiga ratus duabelas ribu lima ratus rupiah) untuk luas areal pembayaran IIUPH = 132.850 Hektar dengan Jangka waktu IUPH 30 tahun.

c Penggunaan kawasan yang sah di

luar kegiatan IUPHHK (jika ada). NA Verifier ini Tidak Diterapkan / Not Applicable.

2 Memenuhi sistem dan prosedur penebangan yang sah.

2.1 Pemegang izin memiliki rencana penebangan pada areal tebangan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang.

2.1.1 RKUPHHK / RPKH dan Rencana Kerja Tahunan (RKT / Bagan Kerja / RTT) disahkan oleh yang berwenang.

a Dokumen RKUPHHK / RPKH, RKT / Bagan Kerja / RTT beserta lampirannya yang telah disahkan

Memenuhi 1. Tersedia lengkap dokumen RKUPHHK-HA Berbasis IHMB an. PT Wanagalang Utama Periode 2017-2026 sesuai Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

(18)

QC : 13/09/2016 Halaman 17 oleh pejabat yang berwenang,

meliputi :

- Dokumen RKUPHHK / RPKH &

lampirannya yang disusun berdasarkan IHMB / risalah hutan dan dilaksanakan oleh Ganis PHPL Timber Cruising dan / atau Canhut.

- Dokumen RKT / RTT yang disusun berdasarkan RKU / RPKH dan disahkan oleh pejabat yang berwenang atau yang disahkan secara self approval

- Peta rencana penataan areal kerja yang dibuat oleh Ganis PHPL Canhut.

cq. Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor: SK.5477/MenLHK- PHPL/UHP/HPL.1/ 10/2016 tanggal 20 Oktober 2016.

2. Tersedia dokumen RKTUPHHK-HA PT Wanagalang Utama Tahun 2020 yang disahkan oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat melalui SK Nomor:

KEP-522.2/54/DISHUT-PB/Rev.SK.RKT- 20/V/2020, tanggal 13 Mei 2020. Dengan Target seluas 2.340,41 Ha, Volume tebang di Blok TPTI = 54.327,67 m3 dan tebangan PWH 1.735,14 m3. Sedangkan dokumen RKTUPHHK-HA PT Wanagalang Utama Tahun 2021 disahkan oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat melalui SK Nomor: 522.2/63/DISHUT- PB/SK.RKT-21/IV/2021 tanggal 19 April 2021. Dengan Target seluas 2.574,00 Ha, Volume tebang di Blok TPTI = 17.571,01 m3 dan tebangan PWH 5.484,91 m3.

3. Letak lokasi tebang dan Jatah tebang tahunan maksimal (Etat Luas dan Etat Volume) RKTUPHHK HA Tahun 2020 dan 2021, telah mengacu dan sesuai dengan RKUPHHK-HA Periode 2017-2026 yang telah disahkan.

b Peta areal yang tidak boleh ditebang pada RKT / Bagan Kerja / RTT dan bukti implementasinya di lapangan.

Memenuhi Tersedia peta lokasi areal yang tidak boleh ditebang pada RKTUPHHK-HA tahun 2020 dan 2021 dengan bukti implementasi keberadaannya di lapangan diketahui berdasarkan data/ dokumentasi berupa papan nama lokasi, pal / tanda batas, jalur rintisan batas dan beberapa papan himbuan / larangan terkait pengelolaan kawasan lindung sempadan sungai.

c Penandaan lokasi blok tebangan / blok RKT / petak RTT yang jelas di peta dan terbukti di lapangan.

Memenuhi 1. Tersedia Peta Kerja RKTUPHHK-HA PT Wanagalang Utama tahun 2020 dan 2021, Skala 1: 50.000 yang telah disahkan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat.

2. Lokasi Rencana Blok / Petak tebangan RKTUPHHK-HA tahun 2020 dan 2021 telah disahkan (dicap / stempel basah) Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat.

3. Posisi/lokasi blok/petak tebangan RKTUPHHK-HA tahun 2020 dan 2021 di lapangan sudah sesuai dengan peta yang telah disahkan, dan bukti-bukti penandaan blok/petak di lapangan terlihat jelas.

2.2 Adanya rencana kerja yang sah.

(19)

QC : 13/09/2016 Halaman 18 2.2.1 Pemegang izin mempunyai rencana kerja yang sah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

a Dokumen Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) (bisa dalam proses) dengan lampiran-lampirannya.

Memenuhi 1. Tersedia lengkap dokumen RKUPHHK-HA Berbasis IHMB PT Wanagalang Utama Periode 2017-2026 yang telah disahkan melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : SK.5477/MenLHK-

PHPL/UHP/HPL.1/10/2016 tanggal 20 Oktober 2016.

2. Proses penyusunan dan pengesahaan RKUPHHK-HA PT Wanagalang Utama Periode 2017-2026 telah sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku.

b Kesesuaian lokasi dan volume pemanfaatan kayu hutan alam pada areal penyiapan lahan yang diizinkan untuk pembangunan hutan tanaman industri.

NA Verifier ini Tidak Diterapkan / Not Applicable.

3 Keabsahan perdagangan atau pemindahtanganan kayu bulat.

3.1 Pemegang izin menjamin bahwa semua kayu yang diangkut dari Tempat Penimbunan Kayu (TPK) hutan ke TPK Antara dan dari TPK Antara ke industri primer hasil hutan (IPHH) / pasar, mempunyai identitas fisik dan dokumen yang sah.

3.1.1 Seluruh kayu bulat yang ditebang / dipanen atau yang dipanen / dimanfaatkan telah di–LHP- kan.

3.1.1 Dokumen LHP yang telah disahkan

oleh pejabat yang berwenang. Memenuhi 1. Tersedia lengkap dokumen LHP Auditee selama periode bulan September 2020 s/d Agustus 2021 berdasarkan realisasi pembuatan LHP tercatat seluruhnya adalah sebanyak 10 set = 12.174,06 M3, yang dibuat melalui aplikasi SIPUHH dan disahkan/ditandatangani oleh petugas pembuat LHP (P2LHP) Muhammad Armin / Nomor Register : 04210010359 sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Uji petik antara dokumen LHP dengan fisik kayu bulat menunjukkan bahwa fisik kayu yang diuji/diukur seluruhnya terdapat kesesuaian ukuran.

3. Nomor batang di LHP dapat ditemukan/dilacak balak sampai di petak tebangan.

3.1.2 Seluruh kayu yang diangkut keluar areal izin dilindungi dengan surat keterangan sahnya hasil hutan.

3.1.2 Surat keterangan sahnya hasil hutan dan lampirannya dari : - TPK hutan ke TPK Antara.

- TPK hutan ke industri primer dan/ atau penampung kayu terdaftar.

- TPK Antara ke industri primer hasil hutan dan / atau

Memenuhi 1. Kayu yang diangkut pada periode bulan September 2020 s/d Agustus 2021 dari TPK hutan ke TPK Antara sebanyak 9.288,12 m3 telah dilindungi dengan 156 set surat keterangan sahnya hasil hutan kayu (SKSHHK), dan untuk kayu yang diangkut dari TPK Antara ke Tujuan Pembeli/Industri sebanyak 14.679,59 m3

(20)

QC : 13/09/2016 Halaman 19 penampung kayu terdaftar. telah dilindungi dengan 4 set surat keterangan sahnya hasil hutan kayu (SKSHHK) sesuai ketentuan yang berlaku.

2. Di TPK Antara seluruh dokumen SKSHHK dari TPK Hutan yang telah diterima dan diverifikasi (melalui aplikasi SIPUHH) oleh P3KB diberi penandaan sebagai arsip SKSHHK yang DIMATIKAN / TELAH DIGUNAKAN.

3. Hasil uji petik persediaan kayu di TPK Hutan dan TPK Antara yang tercantum dalam LMKB masing-masing TPK telah sesuai dengan dokumen pendukungnya (LHP dan SKSHH terkait) pada periode yang sama.

3.1.3 Pembuktian asal usul kayu bulat (KB) dari pemegang IUPHHK-HA.

a Tanda-tanda PUHH / barcode pada kayu bulat dari pemegang IUPHHK- HA bisa dilacak balak.

Memenuhi Hasil uji petik terkait kesesuaian fisik kayu dan tanda-tanda PUHH dengan dokumen PUHH kayu bulat di lapangan menunjukkan bahwa tanda-tanda PUHH / barcode pada kayu bulat dari pemegang IUPHHK-HA bisa dilacak balak dan telah sesuai dengan dokumen.

b Identitas kayu diterapkan secara

konsisten oleh pemegang izin. Memenuhi Auditee telah memiliki SOP/Pedoman Penatausahaan Hasil Hutan kayu sebagai sistem yang dapat diimplementasikan secara konsisten untuk pelaksanaan kegiatan tata usaha kayunya sesuai aturan yang berlaku (SIPUHH).

3.1.4 Pemegang izin mampu membuktikan adanya catatan angkutan kayu ke luar TPK 3.1.4 Arsip SKSKB dan dilampiri Daftar

Hasil Hutan (DHH) untuk hutan alam, dan arsip FAKB dan lampirannya untuk hutan tanaman.

Memenuhi 1. Tersedia arsip dokumen SKSHHK dari TPK Hutan ke TPK Antara dan dari TPK Antara ke Tujuan Pembeli/Industri periode bulan September 2020 s/d Agustus 2021 berserta lampiran (Daftar Kayu) yang lengkap dan sah.

2. Dokumen SKSHHK dari TPK Hutan ke TPK Antara dan dari TPK Antara ke Tujuan Pembeli/Industri periode bulan September 2020 s/d Agustus 2021 diterbitkan dan dicetak melalui aplikasi SIPUHH dan ditandatangani oleh petugas berwenang an. Ir. Freddy Serang / No. Register : 04210010247.

3.2 Pemegang izin telah melunasi kewajiban pungutan pemerintah yang terkait dengan kayu.

3.2.1 Pemegang izin menunjukkan bukti pelunasan Dana Reboisasi (DR) dan atau Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH).

a Dokumen SPP (Surat Perintah Pembayaran) DR dan / atau PSDH telah diterbitkan.

Memenuhi Tersedia Dokumen SPP (menurut kelompok jenis, volume dan tarif) untuk tagihan PSDH sebesar Rp 2.249.074.340,- dan tagihan DR sebesar USD 194.600,89 sesuai dengan LHP yang disahkan selama Periode Bulan September 2020 s.d Agustus 2021.

(21)

QC : 13/09/2016 Halaman 20 b Bukti Setor DR dan / atau PSDH. Memenuhi Kewajiban pembayaran PSDH sebesar Rp 2.249.074.340,- dan DR sebesar USD 194.600,89 telah dibayarkan lunas oleh Auditee sesuai dengan dokumen tagihan PNBP / SPP yang diterbitkan pada periode bulan September 2020 s.d Agustus 2021.

c Kesesuaian tarif DR dan PSDH atas kayu hutan alam (termasuk hasil kegiatan penyiapan lahan untuk pembangunan hutan tanaman) dan kesesuaian tarif PSDH untuk kayu hutan tanaman.

Memenuhi Bukti pembayaran kewajiban PSDH dan DR untuk periode bulan September 2020 s/d Agustus 2021 telah sesuai dengan persyaratan ukuran serta telah dibayar lunas oleh Auditee sesuai tarif PSDH dan DR yang berlaku.

3.3 Pengangkutan dan perdagangan antar pulau.

3.3.1 Pemegang izin yang mengirim kayu bulat antar pulau memiliki pengakuan sebagai Pedagang Kayu Antar Pulau Terdaftar (PKAPT).

3.3.1 Dokumen PKAPT. NA Verifier ini Tidak Diterapkan / Not Applicable.

3.3.2 Pengangkutan kayu bulat yang menggunakan kapal harus kapal yang berbendera Indonesia dan memiliki izin yang sah.

3.3.2 Dokumen yang menunjukkan

identitas kapal. Memenuhi Kapal pengangkut kayu bulat keluar TPK Auditee pada periode bulan September 2020 s/d Agustus 2021 adalah kapal yang telah Berbendera Kebangsaan Indonesia.

3.4 Pemenuhan penggunaan Tanda V-Legal 3.4.1 Implementasi Tanda V-Legal

3.4.1 Tanda V-Legal yang dibubuhkan

sesuai ketentuan. Memenuhi Seluruh kayu bulat Auditee dan doukumen SKSHHK beserta lampirannya pada periode bulan September 2020 s/d Agustus 2021 telah menggunakan Tanda V-Legal sesuai ketentuan yang berlaku.

4 Pemenuhan aspek lingkungan dan sosial yang terkait dengan penebangan.

4.1 Pemegang izin telah memiliki dokumen lingkungan (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) / Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (DPPL) / Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)) dan melaksanakan kewajiban yang dipersyaratkan dalam dokumen lingkungan tersebut.

4.1.1 Pemegang izin telah memiliki dokumen lingkungan yang telah disahkan sesuai peraturan yang berlaku meliputi seluruh areal kerjanya.

4.1.1 Dokumen AMDAL / DPPL / UKL-UPL

/ RKL-RPL. Memenuhi Auditee telah memiliki dokumen AMDAL yang telah disahkan oleh Komisi Pusat AMDAL melalui Surat Keputusan Nomor: 1938/DJ- UI/PH/92 tanggal 25 Juni 1992, untuk seluruh areal kerjanya sesuai dengan SK IUPHHK-HA seluas 132.850 hektar dan penyusunannya telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4.1.2 Pemegang izin memiliki laporan pelaksanaan RKL dan RPL yang menunjukkan penerapan tindakan untuk mengatasi dampak lingkungan dan menyediakan manfaat sosial.

a Dokumen RKL dan RPL. Memenuhi Auditee telah memiliki dokumen RKL dan RPL yang disusun mengacu pada dokumen AMDAL

(22)

QC : 13/09/2016 Halaman 21 yang telah disahkan oleh Komisi Pusat AMDAL melalui Surat Keputusan Nomor: 1938/DJ- UI/PH/92 tanggal 25 Juni 1992.

b Bukti pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan dampak penting aspek fisik, kimia, biologi dan sosial.

Memenuhi Tersedia bukti pelaksanaan berupa laporan dan hasil kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dilaksanakan oleh Auditee mengacu kepada dokumen RKL-RPL yang disahkan, dan pelaksanaan kegiatan dilapangan sebagian besar telah sesuai dengan rencana dan dampak penting aspek fisik, kimia, biologi dan sosial.

5 Pemenuhan terhadap peraturan ketenaga kerjaan

5.1 Pemenuhan ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

5.1.1 Prosedur dan Implementasi K3.

a Pedoman / prosedur K3. Memenuhi Tersedia pedoman / prosedur K3 dan personel yang ditunjuk untuk bertanggungjawab dalam implementasi pedoman K3 (beserta surat penunjukannya).

b Ketersediaan peralatan K3. Memenuhi Tersedia peralatan K3 sesuai ketetuan, kondisinya berfungsi dengan baik dan telah di distribusikan ke setiap unit kerja di lapangan.

c Catatan kecelakaan kerja. Memenuhi Terdapat catatan setiap kejadian kecelakaan kerja secara lengkap dan upaya menekan tingkat kecelakaan kerja dalam bentuk program K3.

5.2 Pemenuhan hak-hak tenaga kerja.

5.2.1 Kebebasan berserikat bagi pekerja.

5.2.1 Serikat pekerja atau kebijakan perusahaan (auditee) yang membolehkan untuk membentuk atau terlibat dalam kegiatan serikat pekerja.

Memenuhi 1. Terdapat serikat pekerja atau Terdapat pernyataan tertulis mengenai kebijakan perusahaan yang membolehkan karyawan untuk membentuk atau terlibat dalam kegiatan serikat pekerja.

2. Hasil wawancara dapat menyimpulkan bahwa terdapat kebebasan berserikat bagi pekerja

5.2.2 Adanya Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) atau Peraturan Perusahaan (PP) yang mengatur hak-hak pekerja.

5.2.2 Ketersediaan Dokumen KKB atau

PP. Memenuhi Tersedia dokumen PP yang mengatur hak-hak pekerja serta PP tersebut oleh Auditee telah didaftarkan ke instansi yang berwenang.

5.2.3 Tidak mempekerjakan anak di bawah umur (diluar ketentuan).

5.2.3 Pekerja yang masih di bawah umur.

Memenuhi Auditee tidak mempekerjakan tenaga kerja yang masih di bawah umur.

Keterangan : N/A (Not applicable/Tidak diterapkan)

(23)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian kualitas susu kambing PE post thawing yang ditinjau dari waktu reduktase dan angka katalase dapatdilihat pada tabel berikut:.. Tabel 1.Waktu reduktase

Antonius Sitepu mengenai Studi Hubungan internasional menjelaskan, untuk memahami sifat kajian dalam hubungan internaional maka Karl Deutsch membagi subtansi

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin melihat bagaimana pengaruh jangka panjang dan jangka pendek dari variabel Gross Domestic Product (GDP) negara mitra dagang dan

GSA Unit Sungai Telakai telah memiliki RKUPHHK-HA yang disahkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan No.SK.58/BUHA-2/2014 tentang Persetujuan Rencana Kerja Usaha

Memenuhi  Dokumen legal terkait perizinan usaha (SK IUPHHK-HA) PT TRISETIA INTIGA berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.113/Menhut-II/2006 tentang

Memenuhi Tersedia dokumen Revisi RKUPHHK-HTI Berbasis IHMB yang disetujui dan disahkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.14/VI-BUHT/2013 tentang Persetujuan

Memenuhi PT Meranti Sakti Indonesia telah memiliki kelengkapan dokumen RKUPHHK-HA periode 2009 s/d 2018 dan telah mendapat persetujuan dari instansi yang berwenang sesuai

Memenuhi PT AWP mempunyai dokumen Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam Pada Hutan Produksi Berbasis IHMB Periode Tahun 2012 s/d 2021.. Dokumen