• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dan setiap makhluk sosial pasti membutuhkan individu lainnya atau makhluk sosial lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Josef Boumans, 2000).

Kebutuhan manusia sendiri ada berbagai macam jenisnya, salah satunya sendiri yaitu berbentuk komunikasi. Komunikasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam kehidupan, dari sejak lahir kita sudah melakukan komunikasi, dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Pengertian komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pesan yang disampaikan oleh seorang komunikator terhadap komunikan. Komunikasi sebagai upaya sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap (Onong Uchjana, 1993). Didalam komunikasi tak lepas dari suatu hubungan, ketika dua individu atau lebih bertemu dan disitu terdapat proses komunikasi didalamnya bisa dikatakan sebagai proses sebuah hubungan. Hubungan akan terjadi ketika proses komunikasi berlangsung. Setiap manusia pasti memiliki keterkaitan hubungan antara satu dengan yang lain, terlebih lagi hubungan itu terdapat didalam suatu komunitas atau kelompok.

Komunikasi memegang peran penting dalam sebuah hubungan, seperti hubungan didalam lembaga, perusahaan, organisasi atupun komunitas (Onong Uchjana, 2002). Kegiatan komunikasi secara sederhana tidak hanya sekedar menyampaikan pesan informasi tetapi juga mengandung unsur persuasif agar orang lain bersedia menerima suatu pemahanan dan pengaruh maupun melakukan suatu perintah, rayuan dan sebagainya. Didalam komunitas sangatlah penting proses komunikasi kelompok yang efektif, karena dapat menimbulkan feedback yang baik dalam komunitas tersebut. Komunitas adalah sekelompok orang yang

(2)

2 saling perduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi pribadi yang erat antara para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values (Kertajaya, 2008).

Dengan kata lain, komunitas merupakan sebuah kelompok sosial yang berasal dari beberapa organisme yang saling berinteraksi didalam daerah tertentu dan saling berbagi lingkungan. Komunitas ada biasanya karena memiliki ketertarikan dan habitat yang sama (Kertajaya, 2008).

Komunitas juga bisa disebut sebagai sebuah kelompok yang menunjukan adanya kesamaan citra sosial sebagai ciri khas keanggotaannya, misalnya seperti: kesamaan profesi, kesamaan tempat tinggal, kesamaan kegemaran/hobi (Kertajaya, 2008). Dari berbagai kesamaan tersebut terbentuklah sebuah komunitas yang memiliki visi dan tujuan yang disepakati oleh setiap anggota yang memiliki berbagai banyak kesamaan. Saat ini perkembangan komunitas semakin banyak seiring perkembangan jaman, salah satunya adalah komunitas seni. Terdapat beberapa komunitas seni di Indonesia seperti, komunitas painting, komunitas pena hitam, komunitas typografi, dan komunitas seni melukis atau hand lettering.

Seni pada dasarnya merupakan suatu bahasa komunikasi yang disampaikan melalui suatu media. Seniman sebagai sumber komunikasi, sedangkan karya seni sebagai media komunikasi dan pengamat atau masyarakat sebagai penerima (Soedarso, 1990). Oleh karena itu, suatu karya seni memiliki beberapa fungsi, bukan saja bersifat pribadi tetapi juga bersifat sosial. Seni merupakan usaha manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang menyenangkan dalam arti bentuk yang dapat membingkai perasaan keindahan dan perasaan keindahan itu dapat terpuaskan apabila dapat menangkap harmoni atau satu kesatuan dari bentuk yang disajikan (Kartika, 2004).

Seni melukis merupakan salah satu bagian dari cabang seni, menulis dengan tangan merupakan kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara.

(3)

3 Menulis biasa di lakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil. Di era tahun 80 sampai 90’an masyarakat masih mengenal sahabat pena yang merupakan kegiatan surat menyurat antar sahabat yang jaraknya cukup jauh, dan masih banyak lagi kegiatan tulis menulis yang populer saat itu. Belajar menulis ini pun sudah di ajarkan sejak dibangku sekolah dasar, dan bahkan kebiasaan ini masih terus di terapkan hingga SMP dan SMA. Meskipun saat ini perkembangan teknologi sangat pesat dan begitu banyak membantu masyarakat, bukan berarti menulis tangan ditinggalkan begitu saja, menulis tangan juga memiliki nilai kearifan dan seni tersendiri. Selain itu masyarakat juga harus menyadari bahwa teknologi menulis yang berkembang saat ini tidak lepas dari peran menulis tangan yang sudah ada sejak zaman dahulu.

Selain itu kegiatan menulis tangan juga bisa dikreasikan atau diapresiasikan kedalam bentuk seni maupun bisa dijadikan bisnis, seperti hand lettering.

Hand lettering adalah pengembangan dari typografi yang dijadikan karya seni dan dibuat secara manual dengan menggunakan tangan. Selain itu, hand lettering juga bisa menjadi cara sederhana untuk berkomunikasi dan menyampaikan informasi dalam bentuk ekspresi seni yang tidak terbatas (Danton, 2003). Karya-karya hasil dari hand lettering tersebut banyak yang sudah diciptakan oleh para seniman-seniman ternama di Indonesia bahkan di dunia. Didalam hand lettering, banyak media yang bisa digunakan seperti pensil, kapur, drawing pen, bolpoin, spidol, cat air, cat semprot, dan masih banyak lagi. Bahkan karya seni hand lettering ini diminati oleh banyak orang, tidak cuma dari bentuk karyanya yang bagus tetapi juga kata-kata yang digunakan kadang juga dengan kata-kata mutiara yang mempunyai arti tersendiri bagi yang melihatnya (Caroline dan Self, 2007). Komunitas hand lettering sudah mulai berkembang dan komunitasnya tersebar di 38 kota di Indonesia. Membuat hand lettering itu sendiri kadang tidak bisa dipastikan mulai dari bentuk dan kata-kata apa yang akan disampaikan tetapi kadang inspirasi itu muncul disaat tak

(4)

4 terduga, diwaktu sedang mengobrol dengan orang, melihat televisi atau dijalan dan dimana saja inspirasi itu bisa muncul untuk membuat hand lettering yang akhirnya menjadi sebuah karya yang indah.

Kota Salatiga merupakan salah satu kota di Indonesia yang mempunyai komunitas hand lettering yang bernama Salatypega. Hand lettering diperkenalkan oleh komunitas Salatypega melalui media sosial yaitu instagram, dan facebook. Komunitas Salatypega terbentuk pada tanggal 11 Maret 2016 dan dibentuk oleh 3 orang yaitu, Adityarizals, Hamid Nugroho, dan Ilham Romadhona. Komunitas ini diketuai oleh Adityarizals, mereka bertiga membentuk Salatypega karena mereka bertiga sama-sama memiliki kecintaan pada seni hand lettering, dan berkeinginan membuat sebuah komunitas yang bisa menjadi wadah bagi banyak orang untuk berkarya terutama di media hand lettering. Mereka membentuk komunitas ini saat mereka bertiga berkumpul di salah satu angkringan di Jalan Diponegoro, Salatiga. Tahun pertama, komunitas Salatypega bernama Belmen Salatiga, belmen adalah singkatan dari belajar menulis, lalu ditahun kedua berganti nama menjadi Salatypega.

Salatypega terdiri dari gabungan dua suku kata, yaitu Salatiga dan type.

Type dari bahasa Inggris berarti menulis. Jadi, Salatypega berarti Salatiga Menulis. Sampai saat ini komunitas tersebut sudah memiliki anggota yang terdiri dari, pelajar, mahasiswa, karyawan, ibu rumah tangga, dan mereka masih berkumpul bersama setiap hari Jumat dengan berbagai kegiatannya.

Didalam komunitas Salatypega, setiap anggotanya berkumpul, berbagi cerita, serta berdiskusi tentang seni hand lettering. Walaupun sekarang sudah sangat banyak sekali seni digital, mereka tetap menganggap seni menulis atau hand lettering memiliki sebuah nilai yang sangat tinggi dan tidak dapat dipandang sebelah mata oleh siapapun.

Maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh groupthink dalam pembentukan identitas kelompok pada komunitas hand lettering Salatypega.

(5)

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian bagaimana pengaruh groupthink terhadap pembentukan identitas kelompok pada komunitas hand lettering Salatypega?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian dari rumusan masalah diatas, maka penulis memiliki tujuan menggambarkan pengaruh groupthink terhadap pembentukan identitas kelompok pada komunitas hand lettering Salatypega.

1.4 Manfaat Penelitian

- Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan dan menjadi masukan dalam temuan ilmiah tentang teori groupthink dan bisa dijadikan jurnal yang memperkaya wawasan pembaca.

- Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberi wawasan kepada masyarakat tentang bagaimana pengaruh groupthink terhadap pembentukan identitas kelompok pada komunitas hand lettering Salatypega.

(6)

6

1.5 Definisi Konseptual

Definisi konsep merupakan batasan terhadap masalah-masalah variabel, yang dijadikan pedoman dalam penelitian, sehingga tujuan dan arahnya tidak menyimpang. Menurut Kerlinger konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan mengeneralisasikan hal-hal khusus (Rahkmat, 1999:

12). Untuk menghindari penyimpangan dan memberi arah dalam menafsirkan konsep-konsep yang ada, maka dalam penelitian ini definisi konseptual sebagai berikut:

a. Groupthink

Groupthink merupakan proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif, dimana anggota-anggota berusaha mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya tidak efektif lagi (West dan Turner, 2008: 274). Groupthink timbul ketika anggota kelompok menjadi begitu terdorong untuk mencari persetujuan sehingga norma menuju konsensus mengesampingkan realistis atas tindakan alternatif dan penuh ekspresi dan pandangan-pandangan menyimpang, minoritas, dan yang tidak popular (Robbins dan Judge, 2008: 386). Adapun indikator empiris dari groupthink, yaitu:

- Kohesivitas kelompok, meliputi kekompakan dan kerjasama yang terjadi antar anggota didalam komunitas hand lettering Salatypega.

- Faktor struktural, meliputi faktor-faktor dari setiap individu yang tergabung didalam komunitas hand lettering Salatypega.

- Tekanan internal dan eksternal, meliputi tiap individu, seperti harga diri, kemampuan mengatasi masalah, regulasi emosi, dukungan dari keluarga, teman, dan masyarakat disekitar.

(7)

7 b. Identitas Kelompok

Teori ini dikemukakan oleh Horowitz (1985). Dalam teori ini, Horowitz menggunakan ciri-ciri etnik untuk menentukan identitas berbagai kelompok (suku, bangsa, keluarga, perusahaan, organisasi, partai politik, dan sebagainya). Adapun indikator empiris dari identitas kelompok, yaitu:

- Bahasa, meliputi gaya bahasa yang digunakan oleh setiap anggota atau individu didalam komunitas hand lettering Salatypega.

- Budaya atau kebiasaan, meliputi hal-hal yang biasa dilakukan oleh anggota didalam komunitas hand lettering Salatypega.

c. Hand Lettering Salatypega

Merupakan sebuah komunitas di Kota Salatiga yang dibentuk oleh 3 orang yang sangat mencintai seni menulis atau hand lettering dengan tujuan memberikan wawasan tentang hand lettering dan juga menjadi wadah untuk berdiskusi, bertukar ilmu tentang hand lettering, dan memperkenalkan seni hand lettering kepada seluruh masyarakat di Kota Salatiga.

1.6 Batasan Penelitian

Dalam setiap penulisan ilmiah, perlu ditetapkan adanya pokok- pokok pembahasan, pokok pembahasan memiliki fungsi sebagai pencegah timbulnya kerancuan pengertian dan kekaburan wilayah penelitian.

Koentjaraningrat (1990) mengatakan bahwa “dalam setiap penelitian diperlukan adanya ruang lingkup. Hal ini penting supaya penulis tidak terjerumus dalam sekian banyak data yang ia teliti”.

(8)

8 Dalam penelitian ini ruang lingkup sangat penting agar penelitian dan peneliti sendiri tidak terjebak ke dalam persoalan yang lebih luas sehingga tidak ada batasan-batasannya.

Pada penelitian ini, peneliti memberi batasan pada pengaruh groupthink terhadap pembentukan identitas kelompok pada komunitas hand lettering Salatypega. Dalam arti bahwa peneliti mengamati dan menggambarkan bagaimana groupthink bisa terjadi, apa saja yang mereka diskusikan, dan identitas kelompok bisa terbentuk.

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi penelitian ini dimasa yang akan datang disarankan agar Hotel Grand Duta Syariah Palembang dapat membedakan fungsi penjualan dan fungsi kas agar tidak

Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana, 2010: 22) mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain: (1) hasil belajar intelektual

[r]

[r]

- Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang.. Undang-Undang

Membawa Dokumen Penawaran Asli dan Foto copy sesuai dengan yang telah diunggah. dalam

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu book-tax differences sebagai variabel dependen dan variabel

Dalam konteks kompetisi India dan China, upaya reduksi kompetisi yang dapat dilakukan adalah, menciptakan kerjasama pertahanan guna mewujudkan stabilitas kawasan