• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENCEGAHAN NARKOLEMA DALAM PANDANGAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UPAYA PENCEGAHAN NARKOLEMA DALAM PANDANGAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Dra. Nanik Suprihyatin, M.Pd.

(Staf Pengajar Prodi. Psikologi Pendidikan dan Bimbingan IKIP PGRI Wates)

ABSTRAK

Permasalahan Narkolema (Narkoba lewat mata) atau pornografi masih menjadi permasalahan yang pelik sampai saat ini. Kecanduan pornografi dapat menyebabkan kerusakan moral yang memicu permasalahan kekerasan seksual. Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk pencegahan pornografi, seperti yang dijelaskan oleh Azimah Soebagijo dan Mark B. Kastleman yaitu fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan dan fungsi pemeliharaan serta fungsi pengembangan. Membantu individu memahami potensi dirinya, membantu individu untuk memecahkan masalah, membantu individu menciptakan situasi dan kondisi menunjang proses pemulihan, membantu individu mengembangkan fitrah dirinya sebagai khalifah Allah dan hidup Bahagia duni dan akhirat.

Kata kunci: Narkolema, Bimbingan Konseling Islam

Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman kian hari semakin bertambah pesat, perubahan tersebut ditandai dengan penggunaan teknologi yang semakin canggih sehingga memudahkan seseorang untuk melakukan aktivitas. Salah satu teknologi yang memiliki perkembangan sangat pesat adalah teknologi informasi dan komunikasi lewat internet. Kemudian mengakses internet membuat penyebaran informasi menjadi lebih mudah dan luas. Disadari atau tidak, internet telah membawa perubahan besar dalam kehidupan, yang membawa dampak positif dan dampak negatif. Dampak negatif adalah situs pornografi atau narkolema.

Merebaknya situs pornografi (narkolema) merusak generasi muda baik secara fisik maupun psikis. Salah satu kerusakan yang paling serius adalah kerusakan pada bagian otak, khususnya pada Pre Frontal Korteks (PFC) yang berfungsi untuk mengendalikan diri, memusatkan konsentrasi, berpikir kritis, membentuk kepribadian, dan berperilaku sosial (Chatib, 2012). Apabila PFC rusak, dapat menyebabkan seseorang cenderung krisis moral.

Pada tahun 2019 Indonesia menemukan sekitar 50% anak remaja kecanduan pornografi pernah melakukan kekerasan seksual kepada anak lain (Kartika Raharja, 2019).

Kondisi ini diperparah dengan kenyataan masyarakat Indonesia yang menduduki peringkat nomor dua negara pengakses situs pornografi di dunia pada tahun 2017 lalu. Realitanya masih banyak orang yang masih menggap remeh tentang pornografi, padahal jika dibiarkan dampak yang ditimbulkan dapat menyebabkan kejahatan seksual. Sosok yang paling rentan dalam menghadapi bahaya pornografi adalah anak-anak dan remaja. Sebab anak-anak mudah meniru apa yang telah mereka lihat, baca, atau dengar. Anak-anak dan remaja yang terpapar pornografi memiliki memori gambar yang terukir seumur hidup dalam ingatannya (Kastleman, 2015). Bahaya pornografi dapat memicu pelecehan seksual anak-anak dan mengajarkan inses. Hal tersebut terjadi karena anak-anak adalah peniru yang ulung. Jika anak-anak sudah sering terpapar pornografi maka anak-anak akan lebih rentan melakukan pelecehan seksual kepada orang lain.

(2)

Jika pornografi semakin bertambah subur dan dibiarkan, kasus penyimpangan dan kekerasan seksual (pemerkosaan, inses, aborsi, seks bebas, HIV/AIDS) akan terus ada.

Beberapa upaya pencegahan pornografi yang dapat dilakukan oleh orang tua, seperti:

pendidikan agama, pendidikan seks, komunikasi, menumbuhkan sifat asertif. Setiap manusia yang lahir di bumi, dilahirkan untuk menjadi khalifah lengkap dengan karunia fitrah iman yang membuat kecenderungan manusia kedalam hal-hal yang baik (Sutoyo, 2013). Ini memiliki arti, pada dasarnya manusia mempunyai sikap dan perilaku yang baik, dan ketika fitrah tersebut tidak berkembang karena adanya permasalahan seperti kecanduan pornografi yang membuat perilaku manusia tidak baik, maka perlu adanya upaya bantuan untuk mengembangkan fitrah agar manusia mampu menyadari kembali akan eksistensinya sebagai khalifah di bumi. Upaya bantuan tersebut adalah Bimbingan Konseling Islam, dengan cara memberdayakan iman, akal, kemauan yang dikaruniakan Allah SWT (Sutoyo, 2013). Melalui Bimbingan Konseling Islam maka individu diharapkan berkembang sesuai dengan fitrahnya yang cenderung pada kebaikan.

Hakekat Narkolema

Narkoba lewat mata (Narkolema) atau yang lebih kita kenal dengan pornografi tersusun dari dua kata yaitu pornos yang berarti melanggar kesusilaan atau cabul dan grafi yang berarti tulisan, gambar, patung, atau barang pada umumnya yang menggambarkan sesuatu yang menyinggung rasa susila dari orang yang membaca atau melihatnya.

Pornografi merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani pornographia, yang bermakna tulisan, atau gambar tentang pelacur (Subagijo, 2008). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pornografi adalah: 1) Penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi. 2) Bahan bacaan yang dengan sengaja dan semena-mena dirancang untuk membangkitkan nafsu birahi di seks.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pornografi adalah sesuatu yang bertujuan untuk membangkitkan hasrat seksual yang bisa disajikan melalui berbagai macam media.

Tahap Efek Narkolema

Menurut Dr Victor Cline dalam Chatib, 2012 menyebutkan ada lima efek pornografi yaitu: pertama shock (terkejut dan jijik). Reaksi awal seseorang ketika melihat materi pornografi adalah jijik, malu, merasa bersalah, terkejut. Akan tetapi gabungan perasaan tersebut akan memunculkan reaksi penasaran. Kedua yaitu adiksi (kecanduan) yaitu pecandu akan merasa ketagihan dan terus menerus menonton media yang berbau pornografi. Ketiga yaitu eskalasi (peningkatan), pecandu akan cenderung tidak terkendali dan lebih menyimpang, sehingga pelaku akan mencari materi pornografi yang lebih daripada sebelumnya sehingga “kepornoan” menjadi lebih meningkat. Keempat yaitu desentifikasi (penumpukan kepekaan) pada tahap ini, materi yang tabu, amoral, mengejutkan, pelan- pelan akan menjadi sesuatu yang biasa. Pengguna pornografi bahkan cenderung berubah lebih tidak sensitif terhadap korban kekerasan seksual yang terjadi di sekitarnya. Kelima yaitu Act out (berbuat), efek puncak atau tindakan yaitu melakukan hubungan seks setelah terekspos materi-materi pornografi. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi reaksi yang terjadi didalam tubuh yang pada awalnya merasa jijik dan menyebabkan ketagihan hingga akhirnya menjadi kecanduan yang membuat individu cenderung ingin

(3)

Ketika seseorang mengakses situs pornografi, maka terdapat berbagai macam respon didalam tubuhnya yang pada awalnya merasa jijik dan menyebabkan ketagihan.

Individu yang mempunyai sikap positif terhadap pornografi tidak akan menyukai media pornografi. Ia beranggapan bahwa media tersebut berbahaya dan akan membawa dampak perilaku yang tidak baik. Sikap yang buruk cenderung mendekati, menyenangi, dan mengharapkan hal-hal yang buruk. Individu yang mempunyai sikap negatif terhadap media pornografi beranggapan bahwa pornografi dapat memberikan manfaat yang baik, sehingga individu mempunyai perasaan suka terhadap pornografi.

Faktor Penyebab Narkolema

Kementerian Pendidikan (2017) menyebutkan faktor-faktor penyebab terjadinya pornografi antara lain: penasaran dan coba-coba mengakses situs pornografi, dalam pikiran bertanya-tanya bagaimana gambar atau situs yang berbau pornografi, terpengaruh teman sebaya atau lingkungannya. Pornografi akan menjadi salah satu obrolan yang seringkali hadir, jika seseorang tidak mempunyai fondasi yang kuat dan suatu saat berada pada lingkungan yang buruk, gampang terpengaruh oleh lingkungan tersebut, pola asuh yang keliru, pola asuh yang menekankan pada kecenderungan menyudutkan dan mengendalikan sang anak dapat menyebabkan anak menjadi jenuh, tertekan dan pemarah, tidak adil kedua orang tuanya menjadi bibit anak dengan mudah mengakses pornografi. Tidak sengaja terkena pornografi ketika mengakses pornografi, adanya iklan-iklan yang berada di laman internet, dan menjamurnya konten-konten yang disajikan tidak menutup kemungkinan pornografi hadir sebagai laman-laman yang tiba-tiba muncul, dan seseorang dapat melihat dengan begitu jelasnya dengan tidak ada unsur kesengajaan.

Pengawasan dari orang tua yang kurang, dapat mempercepat anak mengalami kejadian pornografi. Pengawasan orang tua merupakan faktor yang mempengaruhi anak kecanduan dengan pornografi. Remaja yang diawasi orang tuanya akan menunda bahkan menghindari pornografi, sedangkan pada remaja tanpa pengawasan orang tua akan merasa bebas untuk mengakses pornografi dan bahkan melakukan hubungan seksual pada usia lebih dini.

Sebaiknya individu khususnya remaja dapat mengatur waktu aktivitas keseharian dirinya agar waktu luang terisi dengan aktivitas yang positif. Sebaliknya jika waktu luangnya digunakan untuk hal-hal yang kurang baik maka gampang sekali individu mengakses pornografi.

Ciri-Ciri Kecanduan Narkolema

Dalam modul penyuluhan sosial tentang pencegahan pengaruh pornografi menyebutkan ciri-ciri seseorang pecandu pornografi antara lain: bila ditegur dan dibatasi penggunaan laptopnya akan marah, melawan, berkata kasar bahkan keji, mulai impulsive, berbohong, jorok, malu tidak pada tempatnya, sulit berkonsentrasi, jika berbicara menghindari kontak mata, sering menyalahkan orang lain, secara emosional menutup diri, prestasi akademik menurun, bermain dengan kelompok tertentu saja, hilang empati sering tampak gugup apabila ada yang mengajaknya komunikasi, menjadi pemalas, sulit bergaul, sering menyendiri dan menutup diri, melupakan kebiasaan baiknya. Para pecandu pornografi mengalami penurunan psikis dan sulit terdeteksi secara fisik.

(4)

Berdasarkan ciri-ciri yang disebutkan diatas, dapat dibuat kesimpulan bahwa remaja yang sering melihat tayangan pornografi sering tampak gugup apabila ada yang mengajaknya komunikasi dan menghindari kontak mata, tidak mempunyai gairah aktivitas sehingga prestasinya menurun, remaja menjadi pemalas, enggan belajar dan sulit bergaul, enggan melepas handphone, bila ditegur dan dibatasi penggunaannya pelaku akan marah, suka menyendiri dan menutup diri dengan orang lain dan melupakan kebiasaan baiknya.

Disini peran keluarga, guru seharusnya lebih waspada dan ajaklah berkomunikasi lebih sering, ajaklah beribadah dan mendekatkan diri pada Allah SWT.

Dampak Kecanduan Narkolema

Mark B. Kastleman (2015) menyebutkan kecanduan pornografi bisa lebih berbahaya dibandingkan dengan kecanduan narkoba dengan penjelasan sebagai berikut: Pengaruh kokain bisa dihilangkan, sedangkan pengaruh pornografi tidak. Terjadi proses kimia dalam otak seseorang yang sedang melihat gambar porno yang sama dengan orang yang sedang menghisap kokain. Pornografi lebih jahat karena sekali terekam dalam otak, imaji tersebut akan merekam dalam otak selamanya. Kerusakan otak pada pecandu pornografi terjadi di lima titik yaitu orbit frontal, mid frontal, insula hippocampus temporal, cilingate, nucleus accumbent patumen, dan cerebellum. Jadi dapat disimpulkan bahwa dampak kecanduan pornografi sangat berbahaya, dapat menyebabkan kerusakan otak, menurunkan kecerdasan, cenderung krisis moral.

Dari penjelasan dampak kecanduan pornografi yang disebutkan para ahli, penulis berpendapat bahwa pornografi merupakan suatu tindakan yang berbahaya dan berdampak buruk terhadap perkembangan individu. Terlebih jika pornografi dikonsumsi oleh anak dibawah umur, dampak buruk pornografi sudah pasti akan berdampak buruk terhadap proses perkembangan anak, sebab banyaknya media informasi yang tidak terbendung cenderung menjerumuskan anak pada permasalahan seksual dan tingkah laku seksual yang tidak bertanggung jawab dan menyimpang. Informasi tentang seks biasanya dipenuhi anak dengan cara mencari tahu sendiri, dan pada akhirnya mencoba melakukan masturbasi, onani, bercumbu rayu dan berhubungan seksual.

Bimbingan Konseling Islam

Bimbingan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinyu, sistematis pada individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan Allah SWT sehingga mencapai kebahagiaan di dunia dan di akherat (Anwar, 2019). Dengan menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam tuntunan Al Qur’an dan Hadits, dengan cara memberdayakan iman, akal, kemauan yang dikaruniakan Allah SWT (Sutoyo, 2013). Adapun tujuan memberikan Bimbingan Konseling Islam untuk membantu klien agar tidak menghadapi masalah, jika terlanjur bermasalah peran Bimbingan Konseling Islam adalah mengatasi masalah yang dihadapi. Apabila klien berhasil disembuhkan, peran Bimbingan Konseling Islam memelihara kesegaran jiwanya dan mengembangkan potensi dirinya agar tidak menjadi sumber masalah bagi dirinya dan bagi orang lain, Ahmad Mubarok (dalam Basit, 2017).

Sebagai layanan pada klien, Bimbingan Konseling Islam memiliki beberapa fungsi antara lain agar klien memahami dirinya sendiri (potensi dan lingkungannya) sehingga dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin serta menyesuaikan dengan

(5)

lingkungannya, klien dapat mengantisipasi, mencegah dan menghindarkan diri dari perbuatan yang membahayakan diringa (Anwar, 2019).

Azas Bimbingan Konseling Islam perlu dilaksanakan agar proses konseling dapat terlaksana dengan efektif dan efisien menurut (Tho’iim, 2019) membantu mengenal, memahami, menghayati fitrahnya sehingga segala aspek gerak tangkah laku dan tindakannya sesuai dengan fitrahnya, dilakukan semata-mata karena Allah SWT, ikhas, rela tanpa paksaan. Memperlakukan individu sebagai makhluk jasmaniah dan rohaniah serta tidak memandangnya sebagai makhluk biologis semata atau makhluk rohaniah semata.

Islam menghendaki keselarasan, keharmonisan, keseimbangan, keserasian dalam segala hal. Dalam ranah konseling, konselor dan konseli mempunyai derajat yang sama. Setiap manusia mempunyai sifat mulia dan sifat lemah. Sifat-sifat baik itulah yang akan dikembangkan dalam proses konseling.

Metode konseling Islam digunakan untuk memberi petunjuk agar lebih efektif, dapat dilakukan dengan metode nondirektif yaitu konselor meyakini bahwa konseli memiliki kemampuan menyelesaikan masalahnya sendiri sehingga konseli dibebaskan untuk menyatakan perasaannya sampai terjadi proses perubahan dalam dirinya sendiri. Sedangkan metode direktif dilakukan oleh konselor dengan memberikan bantuan secara penuh sampai akhirnya klien memahami dirinya sendiri. Dan yang lebih bersifat dua arah yaitu metode elektical. Pada metode elektical, konselor fleksibel berperan aktif (dominan) dan babak selanjutnya konseli lebih aktif (Rozikan, 2017)

Upaya Pencegahan Narkolema

Beberapa upaya pencegahan narkolema antara lain menjaga komunikasi perihal pembahasan seksual, dengan mengajarkan intimasi seksual yang suci. Seksualitas merupakan sesuatu yang suci, karena yang berharga dari Sang Pencipta, sehingga harus dikendalikan dan dijaga untuk saat, tempat dan orang yang tepat. Apabila anak-anak, remaja dihadapkan pada konten pornografi, bisa bersikap lebih bijak untuk tidak membuka situs tersebut (Kastleman, 2015).

Menjaga keluarga sangat dibutuhkan agar kebutuhan batin, pemberian kasih sayang, menjaga keharmonisan keluarga dengan menciptkan suasana yang positif, sehingga berkumpul dengan keluarga menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh keluarga. (Kastleman, 2015). Menjaga produktivitas dengan pola hidup yang produktif individu akan lebih fokus menggali potensi-potensi yang dimiliki sehingga terhindar dari perbuatan yang sia-sia seperti mengakses pornografi.

Pemberian nilai agama secara mendalam seseorang jika mempunyai atau menganut nilai-nilai keagamaan, ia akan paham betul batasan-batasan mana saja yang tidak akan ia lakukan. Apapun agamanya, norma dan nilai yang ia pegang, seseorang akan berusaha untuk menaatinya dan menghindari yang dilarang. Aspek yang perlu diperhatikan dalam mendidik pribadi anak adalah akidah, ibadah, akhlaq (Mulyadi, 2016).

Pemberian pendidikan seks merupakan aspek yang penting dalam mencegah pornografi. Pemberian pendidikan seks ditanamkan supaya anak dapat melindungi dirinya dengan mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan (Ratnasari, 2016). Apabila anak mendapatkan pendidikan seks yang ideal dari orang tuanya dapat mencegah perilaku seksual yang menyimpang.

(6)

Membangun komunikasi terbuka. Keluarga merupakan pintu pendidikan bagi anak.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan anak, salah satu gerbangnya berasal dari orang tua yang senantiasa membuka komunikasi dengan anak secara baik, agar anak mampu membuka hati dan pikirannya, percaya terhadap keluarganya jika ada pertanyaan- pertanyaan perihal seks.

Membutuhkan sikap asertif. Dengan menumbuhkan sikap asertif pada anak diharapkan anak dapat bersikap tegas dan kritis terhadap isi media informasi yang buruk, sehingga anak berani bersuara terhadap segala bentuk pelanggaran pornografi dan penyimpangan seksual. (Soebagijo, 2008). Dengan menumbuhkan sikap asertif pada anak, sebaiknya orang tua tidak meremehkan kemampuan seorang anak sejak kecil agar jika sudah bisa berpikir, ia tidak akan malu atau minder saat harus bersikap asertif.

Analisis Upaya Pencegahan Narkolema dalam Perspektif Bimbingan Konseling Islam

Sejatinya manusia memiliki keterbatasan pengetahuan dalam banyak hal. Oleh karena itu manusia membutuhkan peran agama untuk memberikan pencerahan dan membantu mengatasi problema yang terkadang tidak dapat dipahami. Peran agama dapat dianalogika sebagai “Tali kekang” dari gejolak hawa nafsu yang (angkara murka) dan tali kekang dari ucap dan perilaku (yang keji dan biadab). Tali kekang diibaratkan sebagai kontrol dari hawa nafsu dan perilaku keji. Dapat disimpulkan bahwa agama bertindak sebagai kendali dalam mengontrol diri. Islam melarang segala sesuatu perbuatan zina bahkan untuk sekedar mendekatinya. Termasuk pornografi karena mempunyai efek yang bisa membuat kecanduan.

Bimbingan Konseling Islam hadir untuk mengatasi permasalahan, membawa individu dengan mengembangkan iman, akal dan kemampuan yang dikaruniai oleh Allah SWT yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits, untuk menjaga fitrah yang dikaruniakan oleh Allah SWT, perlu adanya upaya pencegahan. Hal ini dapat dilihat dari: Perspektif Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam yang menjelaskan bahwa tujuan Bimbingan Konseling Islam adalah agar fitrah Allah SWT pada manusia dapat berkembang dan berfungsi dengan baik sehingga individu dapat menjadi pribadi yang mampu mengaktualisasikan apa yang diimani dan sepantasnya patuh terhadap apa yang Allah SWT perintahkan dengan menjauhi zina seperti pornografi agar selamat dunia dan akhirat.

Agama berperan penting dalam menahan godaan, maksiat sehingga harus ditaati untuk mencapai tujuan pencegahan pornografi. Allah SWT melarang segala bentuk perbuatan zina termasuk pornografi. Karena mempunyai mudharat yaitu merusak otak Pre Frontal Cortek yang berfungsi mengatur fungsi kognitif dan emosi.

Simpulan

Setiap manusia terlahir dalam keadaan suci, fitrah dan memiliki kecenderungan dalam kebaikan. Ketika manusia mempunyai sifat yan menyimpang, maka berarti fungsi fitrah ada yang mengalami penurunan, sehingga perlu adanya penembangan fitrah melalui pemberdayaan iman dan akal.

Islam memandang makhluk ciptaan Allah SWT yang harus selalu tunduk dan patuh pada segala aturannya. Islam memandang pornografi sebagai perbuatan zina termasuk pada

(7)

pemahaman yaitu anak diajak untuk mengenali dirinya sendiri sehingga dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Fungsi pencegahan dengan menjaga dan mencegah timbulnya masalah dalam dirinya. Fungsi pengentasan diberikan agar anak dapat menyelesaikan permasalahannya yang sedang dialami. Sebagai fungsi pemeliharaan, anak dijaga supaya tidak mengulangi kesalahan yang sama dengan pornografi. Selanjutnya sebagai fungsi pengembangan, anak dibantu untuk memelihara situasi dan kondisi yang sudah baik agar tetap terjaga dengan baik.

Upaya pencegahan pornografi dalam perspektif bimbingan dan konseling Islam terdapat keterkaitan karena berfungsi sebagai pedeoman pencegahan dan proses pemulihan pornografi supaya kembali lagi fitrahnya sebagai khalifah Allah SWT.

Daftar Pustaka

Anwar, M.F. (2019). Landasan Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta: Deepublish.

Basit, A. (2017). Konseling Islam. Jakarta: Kencana.

Chatib, M. (2012). Orangtuanya Manusia. Bandung: Penerbit Kaifa.

Kastleman, M. B. (2015). The Drug of The New Millenium. Bekasi: Yayasan Kita dan Buah Hati.

Modul Penyuluhan Sosial Tentang Pencegahan Pengaruh Pornografi. (2015). Jakarta: Pusat Penyuluhan Sosial Kementerian Sosial RI.

Mulyadi. (2016). Agama dan Pengaruhnya dalam Kehidupan. Jurnal. Tarbiyah Al-Awlad.

Vol.VI. Pendidikan, K. (2017, November). Mendampingi Anak Menghadapi Bahaya Pornografi. Jakarta: Kementerian Pendidikan.

Rozikan, M. (2017). Transformasi Dakwah Melalui Konseling Islami. Jurnal Interdisciplinary Journal of Communication. Vol.2.

Ratnasari, R. F. (2016). Pentingnya Pendidikan Seks Untuk Anak Usia Dini. Jurnal Tarbawi Khatulistiwa. Vol.2, No.02. 14 Soebagijo, A. (2008). Pornografi Dilarang Tapi Dicari.

Depok: Gema Insani.

Sutoyo, A. (2013). Bimbingan dan Konseling Islam (Teori dan Praktik). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tho’iin, R. (2019). Upaya Penegakan Disiplin Santri Pondok Pesantren Assalam Bangilan Tuban (Perspektif Bimbingan dan Konseling Islam). Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Bimbingan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama

Maka, dari pengertian bimbingan, konseling dan Islamdi atas, peneliti menyimpulkan bahwa pengertian Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian layanan bantuan

Bimbingan konseling Islam merupakan proses pemberian bantuan terhadap individu yang memiliki masalah, yang mana masalah-masalah dalam bidang garapan bimbingan

Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis terhadap layanan bimbingan dan konseling Islami yang

Bimbingan Konseling Islami). Pada intinya penyusun skripsi ini menjelaskan bahwa jika dikaji pendapat H. Ali Akbar tentang upaya mencegah free sex yaitu melalui

Rohani manusia memiliki unsur daya kemampuan piker, merasakan dan menghayati dan kehendak atau hawa nafsu, serta juga akal. Bimbingan konseling Islam menyadari keadaan

Jurnal Bimbingan Konseling 5 2 2016 Jurnal Bimbingan Konseling http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI ISLAM

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi studi lanjut yang melandasi sarjana program studi Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah IAIN