• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Gaya Belajar Matematika Siswa Kelas VII di SMP Negeri 14 Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Identifikasi Gaya Belajar Matematika Siswa Kelas VII di SMP Negeri 14 Malang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Identifikasi Gaya Belajar Matematika Siswa Kelas VII di SMP Negeri 14 Malang

Yudha Agustama dan Makbul Muksar Email : yudha091@gmail.com

Universitas Negeri Malang

Abstrak: Penelitian ini difokuskan untuk mendeskripsikan gaya belajar siswa dalam menyelesaikan masalah matematik yang selanjutnya disebut gaya belajar matematika. Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan wawancara, observasi, dan pendokumentasian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum gaya belajar siswa dalam menyelesaikan masalah matematik menggunakan kombinasi tiga gaya belajar, yaitu: visual, auditorial, dan kinestetik yang masing-masing siswa mempunyai kecenderungan tipe gaya belajar tersendiri. Tetapi, pada tahap-tahap tertentu ada siswa yang menggunakan kombinasi dua gaya belajar.

Kata Kunci: gaya belajar, masalah matematik, kecerdasan majemuk

Guru di Indonesia khususnya guru matematika berdasarkan pengalaman peneliti, adalah sosok guru yang menjadi “atensi” bagi siswa, maksudnya adalah menjadi pusat perhatian karena sifatnya yang dikatakan banyak siswa sebagai “guru killer”. Sebutan ini diberikan oleh siswa karena guru yang mengajarkan bidang studi ini terkesan selalu serius. Tidak sedikit siswa mengatakan matematika adalah pelajaran yang susah untuk dicerna otak, karena sifat dari pelajaran matematika itu sendiri yang memiliki objek kajian yang abstrak, (Soedjadi, 2000: 13).

Gaya belajar adalah cara termudah bagi seseorang untuk belajar dan bagaimana mereka memahami suatu hal (pelajaran). Gaya belajar dari siswa bisa diamati dari kecerdasan majemuk yang mereka miliki dan setiap siswa memiliki kecerdasan masing- masing yang lebih dominan. Gardner menyatakan ada tujuh kecerdasan yaitu

kecerdasan linguistik, matematik (matematis-logis), spasial (visual-spasial), musikal, kinestetik (jasmaniah-kinestetis), interpersonal, dan intrapersonal. Pada setiap jenis kecerdasan yang dominan dimiliki oleh siswa terdapat ciri bagaimana mereka

melakukan pembelajaran dan ciri tersebut dapat dijadikan salah satu modal bagi peneliti

untuk mengetahui gaya dalam setiap mereka melakukan pembelajaran atau biasa disebut

(2)

gaya belajar. Yunsirno (2010: 114) ada tiga tipe belajar yang dikenal (berdasarkan modalitas belajar) yaitu : Visual, Auditorial, dan kinestetik.

Mengetahui gaya belajar dari setiap siswa apabila dapat dipahami oleh setiap guru sebagai suatu hal yang sangat penting, tentunya akan banyak berpengaruh pada proses pembelajaran yang ada di kelas. Menurut, Bobby de Potter mengetahui gaya belajar yang berbeda ini telah membantu para guru dimana pun untuk dapat mendekati semua atau hampir semua murid hanya dengan menyampaikan informasi dengan gaya yang berbeda-beda. Namun masalahnya hal ini tidak dapat langsung dideteksi oleh guru, karena melihat gaya belajar siswa tidak bisa dilakukan hanya dengan melihat pembelajaran ketika di kelas saja, butuh keuletan dan kedisiplinan untuk

mengetahuinya. Boleh jadi siswa yang pendiam di kelas, pada kegiatan

extrakurikulernya sangat aktif, dengan itu diperlukan untuk mencermati bagaimana kegiatan pembelajaran siswa baik di kelas maupun di luar kelas. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, Tri pusat pendidikan meliputi, pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, pendidikan masyarakat. Sebagai seorang guru sangat tepat bila dapat mencermati gaya belajar muridnya pada tiga pusat pendidikan tersebut.

Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk untuk mendeskripsikan dan menganalisis gaya belajar matematika siswa kelas VII di SMP Negeri 14 Malang.

Kemudian landasan teori yang digunakan diantaranya, 8 kecerdasan majemuk menurut Gardner dalam Armstrong, serta penjelasan cara termudah dalam mengajar masing- masing gaya belajar kemudian penjelasan mengenai gaya belajar beserta ciri-cirinya ditinjau dari modalitasnya.

METODE

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka rancangan

penelitian yang digunakan melalui pendekatan deskriptif kualitatif. Menurut bidangnya tergolong kedalam penelitian akademik, berdasarkan tujuan termasuk penelitian

terapan, berdasarkan metode masuk kedalam golongan metode survey, berdasarkan tingkat ekplanasi termasuk ke dalam tipe deskriptif, berdasarkan Waktu Digolongkan kedalam cross sectional.

Prosedur dalam penelitian untuk mengidentifikasi gaya belajar matematika

siswa, dijabarkan sebagai berikut: 1) Peneliti Berkunjung ke lokasi penelitian untuk

(3)

menyamakan persepsi dalam melakukan penelitian dengan pihak sekolah, 2)

Mengetahui gambaran umum tentang pengalaman belajar siswa, 3) Dua kelas VII yang terpilih sebagai target penelitian, seluruh siswa dalam kelas tersebut diberikan soal terstruktur (materi himpunan), 4) Siswa mengerjakan soal tersebut secara individu sesuai dengan waktu yang ditentukan, selama proses pengerjaan soal, keadaan yang ada pada saat itu direkam (dengan camcorder). 5) Menganalisis hasil rekaman kemudian peneliti mengelompokkan siswa sesuai jenis kesalahannya, 6) Masing-masing kelompok diambil 2 orang untuk diwawancarai, pelaksanaan wawancara dilaksanakan secara terstruktur yaitu pertanyaan yang diberikan mengacu pada metode pemecahan masalah Polya, serta saat proses wawancara berlangsung, peneliti merekam (dengan camcorder), 7) Seluruh data yang didapatkan dari subjek penelitian, peneliti analisis dengan acuan lembar observasi untuk mengidentifikasikan gaya belajar matematika secara deskriptif kualitatif. Kemudian mengenai analisis data secara ringkas dapat disaksikan pada gambar berikut ini;

Reduksi

Mendeskripsi gaya belajar

Analisis gaya belajar dan membuat kesimpulan

Data

Hasil Observasi

Hasil dokumentasi Hasil

Wawancara &

angket

Hasil Pelacakan

data Hasil analisa

penyelesaian

soal

(4)

Gaya Belajar Matematika kelompok pertama

Visual (12) Audio (10) Kinestetik (7)

Gaya Belajar Matematika kelompok kedua

Visual (13) Audio (4) Kinestetik (7)

HASIL

Secara garis besar pemaparan meliputi, bagaimana proses perijinan untuk memulai penelitian, proses pemilihan subjek, hingga proses inti yaitu wawancara dengan subjek penelitian. Hasil penelitian dalam upaya menemukan gaya belajar siswa dalam menyelesaikan masalah matematik atau peneliti menyebutnya gaya belajar matematik dideskripsikan secara kualitatif. Kemudian, pada penelitian ini diambil sebanyak 5 kelompok, yang peneliti pilih berdasarkan cara mereka dalam memecahkan masalah matematik dan karakteristik kesalahannya pada soal. Kemudian dua siswa dalam kelompok tersebut dipilih secara acak, berdasarkan nilai tesnya, satu siswa golongan atas (nilai tes diatas rata-rata kelompoknya) dan satu siswa dari golongan bawah (nilai tes kurang dari atau sama dengan rata-rata kelompoknya). Masing-masing golongan dapat ditentukan berdasarkan dengan hasil tes dari instrumen lembar soal.

Gaya belajar yang dianalisis dalam bab ini, difokuskan pada bagaimana siswa

menyelesaikan masalah matematik sesuai tahapan Polya. Berikut temuan peneliti

mengenai kecenderungan gaya belajar pada setiap kelompok, yang disajikan dalam

diagram lingkaran;

(5)

Gaya Belajar Matematika kelompok keempat

Visual (4) Audio (9) Kinestetik (10)

Gaya Belajar Matematika kelompok ketiga

Visual (8) Audio (13) Kinestetik (4)

Gaya Belajar Matematika kelompok kelima

Visual (18) Audio (9) Kinestetik (5)

Dari masing-masing chart menunjukkan kecenderungan gaya belajar matematik pada masing-masing kelompok. Kelompok pertama, kedua, dan kelima cenderung visual , kelompok ketiga cenderung audio, serta kelompok keempat cenderung kinestetik (selisih satu indikator dengan audio).

PEMBAHASAN

 Gaya Belajar Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematik

Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah, secara umum bertujuan untuk membekali siswa dengan ilmu melalui guru. Proses transfer ilmu tersebut dapat berjalan secara maksimal apabila disesuaikan dengan gaya belajar dari masing-masing siswa.

Ghufron (2012: 9) menyatakan bahwa dengan mengajarkan bahan yang sama, metode yang sama, serta cara penilaian yang sama kepada semua siswa dianggap akan

menghasilkan hasil yang sama pula adalah hal yang kurang tepat, sebab meski semua

diperlakukan sama namun mesti dingat bahwa yang melakukan belajar adalah individu-

(6)

Gaya Belajar Siswa

Kinestetik Auditorial Visual

individu itu sendiri sedangkan kepribadian, abilitas (kecakapan), emosional, dan minat siswa tetap berbeda.

Gaya belajar menurut modalitas seseorang, dibagi menjadi tiga, yang biasa kita kenal adalah tipe visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik, Deporter (2004). Dryden (2003: 129-131), menuliskan dalam bukunya, bahwa sedikitnya ada tiga gaya utama belajar:

1. Pelajar Haptik, dari kata Yunani yang berarti bergerak bersama, sering disebut juga pelajar kinestetik

2. Pelajar visual, yang belajar paling baik ketika mereka melihat gambar- gambar yang mereka pelajari

3. Pelajar auditorial, yang belajar paling baik melalui suara

Terdapat data yang menunjukkan gaya belajar siswa yang dikumpulkan oleh SDS (Specific Diagnostic Studies) dari 5300 siswa kelas 5 -12, berikut datanya disajikan dalam diagram lingkaran;

Dari diagram di atas dapat dicermati bahwa kombinasi tiga gaya belajar dari siswa yang di publish oleh sebuah lembaga diagnostik cukup berimbang, antara kombinasi tiga gaya belajar (visual-audio-kinestetik). Bisa diartikan setiap siswa memilki ketiga gaya belajar tersebut, tanpa suatu kecenderungan gaya belajar. Maka dari itu mengetahui gaya belajar dari siswa menjadi sangat penting untuk diketahui bagi tenaga pendidik/

guru. Pada pembahasan kali ini, peneliti berfokus pada bagaimana gaya belajar siswa

dalam menyelesaikan masalah matematik.

(7)

Berikut chart yang menggambarkan gaya belajar matematika masing-masing kelompok berdasarkan kecenderungan modalitas gaya belajar;

Kecenderungan pada satu gaya belajar pada beberapa kelompok

merupakan improvisasi dari temuan SDS, maksudnya adalah kombinasi dari tiga gaya belajar yang ditunjukkan SDS tidak bertentangan dengan gaya belajar yang cenderung pada satu gaya belajar. Kecenderungan gaya belajar tersebut, tetap mengkombinasikan tiga gaya belajar hanya saja terfokus pada salah satu gaya belajar.

Kecenderungan Visual Kecenderungan Auditorial

Kecenderungan

Kinestetik

(8)

 Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar Matematik

Pada dasarnya kita semua bisa belajar, tetapi kita tidak belajar dengan gaya/ cara yang serupa. Dimana belajar adalah suatu pendekatan atau metode, seperti ungkapan pepatah dalam (Ghufron, 2012: 135), tidak ada satu pendekatan yang sesuai dengan semua orang, jika pengajaran dirancang dan diterapkan dengan memperhatikan perbedaan gaya belajar, pelajar akan mampu meningkatkan konsentrasi, ketika proses belajar dan pelajar juga akan mendapatkan materi yang lebih banyak serta

mempertahankan lebih banyak materi- materi yang sukar.

Setiap individu atau siswa tentunya mempunyai gaya belajar masing-masing sesuai dengan situasi yang dihadapi, sehingga memungkinkan setiap siswa mempunyai banyak gaya belajar/ kombinasi gaya belajar tergantung dengan situasinya. Hal ini juga akan berdampak pada pendidiknya yaitu guru itu sendiri. Di sini guru juga harus mengerti pengajaran yang baik untuk masing-masing siswa sehingga guru harus mengetahui dan memahami karakter masing-masing siswa. Untuk itu ada pentingnya guru mengetahui gaya belajar anak didiknya. Groat (1198) dalam Ghufron, 2012 menyatakan ada beberapa alasan mengapa pemahaman pengajar terhadap gaya belajar pelajar, perlu diperhatikan dalam proses pengajaran, yaitu;

1. Membuat proses belajar mengajar dialogis. Sampai saat ini sekolah sering kali tidak menyadari dengan menganggap murid seperti bejana kosong di mana tugas pengajar mengisi mereka dengan pengetahuan.

2. Memahami pelajar lebih berbeda. Secara aksioma sebenarnya telah

menunjukkan bahwa siswa mempunyai perbedaan di dalam berbagai hal, tidak hanya dari jenis kelamin dan etnis, tetapi juga dalam hal usia, bangsa, latar belakang budaya dan sebagainya. Keanekaragaman ini dapat mempengaruhi kelas dan juga menentukan di dalam banyak cara, termasuk keanekaragaman gaya dalam belajar.

3. Berkomunikasi melalui pesan. Jika kita (guru) ingin apa yang disampaikan benar-benar bisa diterima, kita harus mengkolaborasikan berbagai pendekatan sehingga akan menjadi semacam orkestra materi yang enak disampaikan, terutama sesuai dengan gaya-gaya belajar yang dimiliki pelajar.

4. Membuat proses pengajaran lebih banyak memberi penghargaan. Di dalam hal

ini, sekolah mengambil peran penting dalam meluncurkan inovasi-inovasi yang

(9)

substantif di dalam bidang-bidang mereka. Itu adalah perjuangan untuk mempertimbangkan siswa yang belajar sesuai gaya-gaya yang mereka miliki, kita bisa mampu menuai kepuasan sama dari pencerahan proses pengajaran.

5. Memastikan masa depan dari disiplin-disiplin yang dimiliki pelajar. Satu asumsi yang tak perlu dipersoalkan lagi di dalam karir konseling adalah bahwa semua keinginan individu menjadi akan lebih baik bila disesuaikan dengan beberapa tugas, area-area pokok, dan karier-karier yang telah mereka miliki, seperti kesesuaian fungsi kepribadian, bakat, gaya-gaya teori dan seterusnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Secara umum, siswa memilki kecenderungan tertinggi dalam menyelesaikan masalah matematik dengan menggunakan gaya visual. Dalam setiap kecenderungan gaya belajar yang sama, siswa juga memiliki aktivitas atau perilaku yang belum tentu sama. Oleh karena itu dalam menyelesaikan masalah matematik, setiap siswa memilki perilaku belajar yang berbeda-beda. Dengan demikian, jika siswa dalam menyelesaikan masalah matematik ketika dilayani sesuai dengan gaya belajar yang didasarkan, maka hal tersebut akan mampu meningkatkan gairah belajar siswa dan pemahaman materi.

Hal ini akan mengakibatkan siswa dapat menyelesaiakn masalah matematik dengan maksimal. Selain itu, siswa menjadi sadar akan kemampuannya untuk menyelesaikan masalah matematik, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan refleksi untuk memacu semangat belajarnya.

Saran yang diajukan sehubungan dengan hasil yang diperoleh pada penelitian

ini diantaranya adalah sebagai berikut; 1) Bagi guru, hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa siswa memilki kecenderungan gaya belajar yang berbeda-beda. Hal ini berarti

guru diharapkan sebelum memberikan soal atau masalah kepada siswa, sebaiknya guru

mengidentifikasikan gaya belajar setiap siswa, agar proses siswa dalam menyelesaikan

masalah matematik dapat diketahui hasilnya. Selanjutnya, guru memberi perlakuan

yang berbeda dengan menyesuaikan gaya belajar yang digunakan siswa dalam

menyelesaikan masalah matematik. 2) Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat menjadi

bahan refleksi atas gaya belajar yang digunakan selama ini. Siswa diharapkan dapat

menemu-kenali sejak dini gaya belajar yang efektif digunakan dalam menyelesaiakan

masalah matematik. Dengan demikian, siswa dapat menyelesaikan masalah matematik

(10)

sampai tuntas sesuai dengan tahapan-tahapan penyelesaian masalah. 3) Bagi peneliti selanjutnya, fokus penelitian ini adalah mengungkapkan dan menganalisis gaya belajar siswa dalam menyelesaikan masalah matematik, oleh karena itu, masih terbuka peluang penelitian lanjutan diantaranya, a) penelitian gaya belajar siswa ditinjau dari gaya belajar model lain, seperti model Dunn & Dunn, model David Kolb, dan sebagainya, b) penelitian gaya mengajar guru ditinjau dari gaya belajar siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Armstrong, T. 1999. Seven Kinds of Smart: Identifiying and Developing Your Multiple Intelligences. Terjemahan oleh T.Hermaya (Seven Kinds of Smart:

Menemukan dan meningkatkan Kecerdasan Anda berdasarkan Teori Multiple Intelligences). 2002. Jakarta: Gramedia.

Deporter, bobby dan Mike Hernacki.2008. Quantum Learning. Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Dryden, gordon dan Jeannete Vos. 2003. Revolusi Cara Belajar. The Learning Revolution. Bandung: Kaifa.

Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawati. 2012. Gaya Belajar Kajian Teoritik. Yogyakarta:

Pustaka Belajar.

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstansi keadaan masa kini menuju harapan masa depan. Depdiknas.

Yunsirno. 2010. Keajaiban Belajar. Pontianak: Bina Insan Center

Malang, 13 Mei 2013

Penulis, Dosen Pembimbing,

Yudha Agustama Dr. Makbul Muksar, S.Pd, M.Si

NIM 209311419792 NIP 196811031992031002

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang ... Identifikasi Masalah ... Pembatasan Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Tujuan Umum ... Manfaat Penelitian ...

Berdasarkan penjelasan di atas, secara terminologis organisasi profesi pustakawan mempunyai arti sebagai kelompok kerja yang terdiri dari para profesional yang ahli

Menulis artikel menjadi kebiasaan di kalangan akademisi yang dipacu melalui berbagai aktivitas penguatan sumber daya penulisan sebagai kepatuhan untuk melaksanakan

Tujuan utama yang di harapkan dari penerapan metode TQT tersebut secara umum adalah peserta didik mampu menghapal Al-Quran sekaligus memhami makna apa yang

The SPSS syntax file (igrowup.sps) calculates z-scores for the nine anthropometric indicators, weight-for-age, length/height-for-age, weight-for- length, weight-for-height, body

Panjang maksimum tiap segitiga sama sisi yang dapat masuk ke dalam lingkaran dengan diameter 2 8 cm adalah.. Luas daerah yang diarsir pada gambar

Diantara contoh prinsip kebebasan yang diatur dalam syari’at Islam antara lain penghapusan perbudakan sesama manusia, penghormatan atas tiap muslim, pemeliharaan atas hak-hak

• Jumlah telpon masuk pada nomor darurat 119 pada suatu kota diketahui berdistribusi Poisson dengan rata-rata 10 telpon per jam.. Cari peluang suatu hari tertentu pemakaian