MEDAN RENT OFFICE
(GREEN ARCHITECTURE)
LAPORAN PERANCANGAN
TGA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR
SEMESTER A TAHUN AJARAN 2010/2011
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh : MISRIA SIREGAR
060406058
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULT AS TEKNIK
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah menjadi sumber kekuatan, inspirasi dan ridhaNya selama berlangsungnya pengerjaan tugas akhir ini.
Tugas akhir ini mengambil judul: Medan Rent Office . Tugas akhir ini merupakan syarat yang diwajibkan bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.
Pada kesempatan ini, dengan tulus dan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan sebesar-besarnya kepada pembimbing tugas akhir Bapak Ir. Samsul Bahri, MT dan kepada Bapak Hajar Suwantoro, ST, MT sebagai pembimbing tugas akhir, atas kesediaannya membimbing, brain storming , motivasi , pengarahan dan waktu beliau kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Rasa hormat dan terima kasih yang sama juga penulis tujukan kepada:
1. Bapak Ir. Dwi Lindarto H., MT., Ketua Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3. Orang tua saya yang tercinta, (Alm) Ir. Amudi Siregar dan Mama Hj.Syarifah Hanum Lubis atas segala doa, dukungan, kesabaran dan segala pengorbanannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Uak tersayang, Hj.Chairani Lubis atas kesabaran, pengorbanan, rasa sayang dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama ini. 5. Kakak tersayang, Leli Meirani Siregar, Spd dan Syafrida Siregar, AM
Keb sebagai teladan bagi penulis dan motivator dalam menyelesaikan Tugas Akhir penulis.
6. Yang tersayang Muhammad Hafiz, untuk semua support, sharing, motivasi dan inspirasi yang telah diberikan kepada penulis selama menyelesaikan Tugas Akhir ini.
8. Kepada Semua teman - teman stambuk 2006, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, terutama kepada Nur Kumala Sari (2006), Fitri Yulianingsih (2006), Elsha Putri Sandani (2006), Agus Diana Sari (2006), Sri Meliani (2006), Sri Lestari (2006), Dini Maharani (2006), Elbi Sepriadi (2006), Yayat Wihadi (2006), atas bantuan baik tenaga maupun pikiran dan telah membantu si penulis dalam diskusi dan bertukar pikiran.
9. Adik – adik stambuk 2007-2010, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Terima kasih
Kiranya Allah SWT memberikan dan melimpahkan kasih dan anugerah-Nya bagi mereka atas segala yang telah diperbuat untuk penulis.
Penulis sungguh menyadari bahwa tugas akhir ini mungkin masih mempunyai banyak kekurangan. Karena itu penulis membuka diri terhadap kritikan dan saran bagi penyempurnaan tugas akhir ini. Dan, akhirnya penulis berharap tulisan ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.
Medan, Desember 2010 Hormat saya,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... x
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ... 3
1.3 Perumusan Masalah ... 3
1.4 Metode Pendekatan ... 4
1.5 Pendekatan Prinsip ... 4
1.6 Lingkup dan Batasan ... 4
1.7 Kerangka Berfikir ... 6
1.8 Sistematika Penulisan Laporan ... 7
II. TINJAUAN UMUM ... 8
2.1 Tinjauan Umum Kota Medan ... 8
2.1.1 Keadaan Geografis Dan Demografis Kota Medan ... ... 8 2.1.2 Perkembangan Kota Medan Secara Umum ... 10
2.1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan ... 11
2.1.4 Perkembangan Keuangan Persewaan/Perusahaan Jasa Medan ... 12
2.2 Tinjauan Fungsi Dan Struktur Bangunan ... 14
2.2.1 Tinjauan kantor ... ... 14 2.2.1.1 Klasifikasi gedung perkantoran... 14
2.2.1.2 Klasifikasi sistem sewa ... 16
2.2.2 Wadah Perkantoran ... 17
III. TINJAUAN KHUSUS ... 19
3.1 Tipologi Kantor... 19
3.2 Konteks Lingkungan Non Fisik ... 19
3.2.1 Demografi ... 19
IV. ELABORASI TEMA ... 26
4.2 Interpretasi Tema ... 27
A. Robert Dan Brenda Vale ... 27
B. Heinz Frick ... 28
4.3 Interpretasi Tema Dalam Lingkungan Binaan ... 30
a. Skala ... 30
b. Warna ... 30
c. Tekstur ... 31
d. Bentuk ... 31
4.4 Studi Banding ... 37
V. ANALISA ... 51
5.1 Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan ... 51 5.1.1 . Analisa Lokasi Tapak Dalam Skala Kota dan Region ... 51 5.2 Analisa Sirkulasi ... 51
5.4 Analisa View ... 58
5.5 Analisa Vegetasi dan Matahari ... 60
5.6 Analisa Kebisingan ... 61
5.7 Analisa Fungsional ... 69
VI. KONSEP PERANCANGAN ... 86
6.1 Konsep Utilitas ... 99
6.2 Konsep Pengkondisian Udara ... 100
6.3 Konsep Pencapaian... 102
6.4 Konsep Penzoningan ... 102
6.5 Konsep Struktur ... 103
6.6 Konsep Sistem Elektrikal ... 103
6.7 Konsep Fitur Green Arsitektur ... 104
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Kota Medan Sumatera Utara... 1
Gambar 3.1 Tipologi Gedung Perkantoran... 25
Gambar 4.1 Konsep Pada Bangunan ... 33
Gambar 4.2 Denah Edit Tower ... 34
Gambar 4.3 Potongan... 37
Gambar 4.4 Potongan... 38 Gambar 4.5 Potongan... 38
Gambar 4.6 Perspektif ... 39
Gambar 4.7 Potongan... 40
Gambar 4.8 Eksterior ... 41
Gambar 4.9 Eksterior Penampung Air Hujan ... 43
Gambar 4.10 The Cong Qing Tower Cina ... 42
Gambar 4.11 The Cong Qing Tower Cina ... 43
Gambar 4.12 Tampak Bangunan ... 44
Gambar 4.15 Denah Ground ... 44
Gambar 4.17 Oporto Vodafone ... 45
Gambar 4.18 Eksterior ... 46
Gambar 4.20 Interior ... 46
Gambar 4.21 Vodafone... 46
Gambar 4.22 Site Plan... 47
Gambar 4.23 Potongan... 48
Gambar 4.24 Denah ... 49
Gambar 4.25 Denah ... 50
Gambar 4.26 Denah ... 50
Gambar 5.1 Lokasi Dalam Skala Kota Dan Region ... 51
Gambar 5.2 Kondisi Eksisting Site ... ……….. 63 Gambar 5.3 Peta Tata Guna Lahan ... 64
Gambar 5.4 Peta Tata Guna Lahan ... 64
Gambar 5.5 Peta Tata Guna Lahan ... 66
Gambar 5.6 Sarana Dan Prasarana... 67
Gambar 5.7 Sky Line ... 68
Gambar 6.1 Potongan Roof Garden ... 86
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2009 ... 19
Tabel 2.2 Luas Gedung Perkantoran Kota Medan ... 13
Tabel 2.3 Keuangan , Persewaan Dan Jasa Perusahaan Dan PdrB ... 14
Tabel 2.4 Angka Prediksi Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 1996-2006 ... 18
Tabel 3.1 Pertumbuhan Penduduk Kota Medan Tahun 2001-2005 ... 19
Tabel 3.2 Proyeksi Jumlah Penduduk Mebidang Tahun 2006-2036 ... 21
Tabel 4.3 Faktor Pertimbangan Sebagai Acuan Green Building... 33
Tabel 4.5 Perhitungan Energi ... 40
Tabel 5.1 Keadaan Jalan Eksisting Sekitar Site ... 52
Tabel 5.2 Keadaan Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki ... 53
Tabel 5.4 Kegiatan Lalu Lintas Untuk 6 Hari Kerja Pada Kawasan ... 57
DAFTAR DIAGRAM
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang termasuk ke dalam ketegori negara yang berkembang. Luas wilayahnya terbentang luas sepanjang 3.977 mil di antar perairannya 3.257.483 km². Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: luas 132.107 km², 539.460 km², km².
Gambar 1.1 : Peta Kota Medan Sumatera Utara
Sumatera utara adalah salah satu provinsi yang terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur . Dimana luas daratan mencapai 71.680 km². Medan merupakan salah satu kota yang berada di pulau Sumatera dan merupakan ibu kota dari propinsi Sumatera Utara. Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km2) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang relatif besar.
Medan sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia juga sebagai Ibu Kota Propinsi Sumatera Utara dapat merasakan dan sedang mempersiapkan diri untuk mengahadapi era globalisasi tersebut. Indonesia dan Propinsi Sumatera Utara khususnya Kerjasama Indonesia - Malaysia - Thailand - Growth Triangle ( IMT-GT ),
Gambar 1.1. Peta Kota Medan Sumatera Utara
berharap melalui kerjasama ekonomi sub regional IMT-GT akan mempercepat pertumbuhan ekonomi, memperlancar arus perdagangan, investasi, pariwisata dan jasa, serta membuka peluang pemanfaaatan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia di kawasan ini secara optimal.1
Saat ini kota Medan sedang mengarahkan pembangunannya menuju kota arah bisnis. Melalui program dan kebijakan pemerintah dengan berbagai hal yang akan Dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang sangat baik dan pembangunan-pembangunan di kota Medan serta program dan kebijakan pemerintah daerah kota Medan sekarang ini.
Sejalan dengan hal tersebut, dibutuhkan suatu wadah yang diharapkan dapat menjadi tempat dimana aktifitas bisnis dapat terakomodasi dengan baik, salah satu wadah tersebut adalah Central Bisnis District (CBD). Di dalam CBD ini terdapat berbagai sarana dan prasarana kegiatan bisnis yang integratif, di samping juga ruang-ruang wadah kegiatan umum yang menjadi tempat aktivitas.
Kota Medan merupakan kota terbesar posisi strategis sebagai pintu gerbang utama Indonesia di wilayah barat, kota Medan diharapkan mampu menstimulasi, ,mengakomodasi dan mengantisipasi berbagai peluang dan tantangan sebuah kota metropolitan. Dinamika ini bergerak menuju kota-kota metropolitan, terutama pada gedung-gedung perkantoran tempat sebagian besar kegiatan perekonomian. Di pusat kota Jakarta, barisan gedung perkantoran yang besar dan bertingkat banyak, di dalamnya setiap hari terjadi transaksi dan berbagai jenis pekerjaan lainnya dalam jumlah yang besar, tetap dan berkembang. Medan sebagai kota metropolitan sudah mulai mengalami hal tersebut. Dapat dilihat dari perkembangan gedung-gedung perkantoran yang ada dan yang direncanakan akan dibangun. Setiap harinya terjadi transaksi dan aktivitas bisnis yang juga mengalami perkembangan. Karena itu perlu disikapi dengan penambahan lahan atau wadah untuk melakukan aktivitas yang semakin berkembang.
Di kota Medan terdapat beberapa bangunan tinggi yang berfungsi sebagai gedung perkantoran. Gedung tinggi merupakan salah satu ciri kawasan pusat bisnis.. Medan sebagai salah satu pusat bisnis sudah mulai menampilkan citranya. Hal ini juga didukung oleh pembangunan-pembangunan pusat perbelanjaan dan perkantoran yang semakin marak sekarang ini di kota Medan. Pembangunan ini tentunya sejalan dan berkembang cukup signifikan. Hal ini tentunya di picu oleh permintaan dan kebutuhan yang semakin bergerak naik menuju ke tingkatan yang lebih tinggi.
1
dicapai, kota Medan sudah mulai menemukan citranya sebagai kawasan pusat bisnis. Didukung lagi oleh kebijakan pemerintah yang membentuk Kantor Penanaman Modal Daerah Kota Medan dan membentuk sebuah wadah kemitraan antara Pemko, masyarakat dan dunia usaha yang berfungsi sebagai forum komunikasi, fasilitator, mediator, kegiatan bisnis dan investasi usaha swasta dan asing.
1.2 Maksud Dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuandari proyek ini antara lain:
1. Menyediakan suatu wadah kemitraan bisnis di kota Medan
2. Menciptakan fasilitas dan wadah kemitraan yang baru untuk perusahaan yang bergabung dalam Medan Mitra Bisnis.
3. Meningkatkan perekonomian melalui sektor usaha bisnis maupun sektor perdagangan di kota medan
4. Mendukung program pemerintah dalam meningkatkan hubungan dengan investor guna mendorong perkembangan dan pembangunan kota.
5. Memberikan tampilan yang berbeda pada citra bangunan yang direncanakan, serta memberikan citra yang positif dan ramah lingkungan pada bangunan tinggi khususnya bangunan dengan fungsi perkantoran.
6. Memberikan sumbangan yang positif dengan meningkatkan kwalitas lingkungan yang sehat melalui bangunan yang direncanakan.
1.3 Rumusan Permasalahan
Merencanakan sebuah bangunan tinggi dengan fungsi perkantoran di kota medan secara umum mempunyai standar-standar perencanaan yang perlu diperhatikan. Berdasarkan data – data yang diperoleh maka di dapatlah beberapa rumusan permasalahan yakni:
1. Penentuan alur kegiatan pengguna bangunan harus sesuai dengan fungsi dan aktivitas.
2. Program ruang yang memenuhi standard,kriteria, dan persyaratan ruang publik sebagai suatu wadah yang mengakomodir kemitraan bisnis dan usaha di kota Medan
3. Perancangan sirkulasi yang harus jelas antara pengguna bangunan baik konsumen dan produsen maupun karyawan /pekerja
5. Pengaturan gubahan massa dan komposisi bangunan yang efisien dan efektif , memiliki kekhasan sehingga bangunan dapat di jadikan sebagai icon kota Sumatera Utara.
6. Penerapan Konsep-konsep Arsitektur Ekologis dan interpretasinya terhadap bangunan dan lingkungan.
1.4 METODE PENDEKATAN
Untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang akan dihadapi dalam proses perencanaan dan perancangan Bangunan Medan Office Center dilakukan berbagai pendekatan desain yakni:
a) Mencari studi banding dalam memperoleh data-data dan gambaran akan sirkulasi,alur kegiatan,dan program ruang sebuah bangunan fungsi perkantoran
b) Memperoleh data-data dari departemen yang berwenang tentang perkembangan kegiatan usaha dan perekonomian di kota Medan
c) Studi berbagai sumber pustaka yang berkaitan dengan standar-standar arsitektur dalam perencanaan sebuah bangunan tinggi dengan fungsi perkantoran.
1.5 PENDEKATAN PRINSIP
Untuk memperoleh pemecahan masalah diatas maka prinsip-prinsip arsitektural yang digunakan antara lain:
a) Prinsip perancangan bangunan tinggi fungsi perkantoran berdasarkan pengembangan dari bangunan – bangunan publik yang sejenis.
b) Prinsip psikologi/attitude dan ekonomi konsumen.
Data-data yang dibutuhkan tersebut didapatkan melalui: a) Studi ke perpustakaan
b) Survey lapangan
c) Wawancara dengan pihak pemerintah serat pihak lainnya yang masih memiliki keterkaitan terhadap bangunan tinggi dengan fungsi perkantoran.
Proyek ini bersifat fiktif. Dimana kriteria program ruang didapat dari studi literatur untuk standar,studi banding,dan studi lapangan, untuk pengamatan kebutuhan ruang dan perilaku pengguna.
1.7 KERANGKA BERPIKIR Analisa masalah Konsep desain Kriteria desain Pengembangan ide Hasil perancangan TOR dari Klien
Kondisi objektif:
Pengolahan tapak
sehingga sirkulasi
dan alur kegiatan
jelas
Tujuan:
Menyediakan suatu wadah yang
mengakomodir sektor usaha bisnis dii
kota Medan serta Memberikan
tampilan yang berbeda pada citra
bangunan yang direncanakan, serta
memberikan citra yang positif dan
ramah lingkungan pada bangunan
tinggi khususnya bangunan dengan
fungsi perkantoran. Pemilihan tema: Arsitektur ekologis Tinjauan empiris: Wawancara Pengamatan Survey lapangan Studi banding Rumusan Masalah:
Perancangan Medan
Office Center dengan
fungsi kantor sewa untuk
dapat secara arsitektural
yang dapat memberi
kenyamanan, sehingga
dapat mengoptimalkan
akses pasar terhadap
1.8 SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang kasus proyek, maksud dan tujuan, rumusan permasalahan, metode pendekatan, pendekatan prinsip, lingkup batasan, kerangka berpikir, dan sistematika penulisan laporan.
BAB II DESKRIPSI PROYEK
Berisikan deskripsi proyek; terminologi judul; tinjauan teoritis; tinjauan konteks lingkungan yang terdiri atas konteks lingkungan fisik dan non fisik; tinjauan kelayakan proyek; pemilihan lokasi proyek; dan studi banding fungsi sejenis.
BAB III ELABORASI TEMA
Berisikan tentang pengertian dari Integrasi Ruang Luar dan Ruang Dalam, bagaimana menginterpretasikan tema tersebut ke dalam desain, analisis penentuan tema, dan studi banding tema sejenis.
BAB IV ANALISA PERANCANGAN
Berisikan tentang analisa makro yang berkaitan dengan lingkungan dan analisa mikro yang berkaitan dengan tapak dan bangunan, analisa area pelayanan dan jumlah daya tampung, analisa pemakai, analisa besaran ruang, analisa fasilitas dan kebutuhan ruang, organisasi ruang dan alur sirkulasi kegiatan dari lokasi proyek pusat kerajinan dan souvenir.
BAB V KONSEP PERANCANGAN
Berisikan konsep-konsep dasar yang membahas tentang aspek-aspek arsitektur lansekap terhadap desain, konsep perancangan tapak, konsep perancangan arsitektur.
BAB VI HASIL PERANCANGAN
Berisikan gambar-gambar hasil akhir dari perancangan, yang meliputi site plan, ground plan, tampak, potongan, sketsa maupun lampiran lain yang turut memperjelas gambar hasil rancangan tersebut dan foto-foto maket.
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Tinjauan Umum Kota Medan
2.1.1 Keadaan Geografis Dan Demografis Kota Medan
Provinsi Sumatera Utara dengan Medan sebagai ibukotanya menjadikan kota Medan tergolong sebagai kota ketiga terbesar di Indonesia .Secara geografis kota Medan terletak pada 3º 30’ -3º 43’ Lintang Utara dan
98º 35’-98º 44’ Bujur Timur. Kota Medan memiliki luas wilayah mencapai
26.510 ha. Atau dengan kata lain wilayahnya mencapai 3.6 % dari seluruh wilayah Sumatera Utara.Secara topografi kota Medan tergolong pada daratan yang cenderung miring ke utara dan berad pada ketinggian 2,5 -37,5 m di atas permukaan laut. Kota Medan secara keseluruhan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang. Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka yang di ketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia.
Secara geografis kota Medan sangat di dukung oleh daerah – daerah yang sangat kaya akan sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo Dan Binjai. kondisi ini menjadikan kota medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerja sama yang sejajar dan saling menguntungkan denagn daerah – daerah lain di sekitarnya.di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur selat malaka, kota medan memilki posisi yang strategis sebagai pintu masuk atau gerbang kegiatan perdagngana barang dan jasa., baik itu perdangan domestik maupun perdagnagan luar negeri(ekspor-impor). Posisi geografis kota medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah terbanguan belawan dan pusat kota Medan saat ini.
Kepadatan Penduduk
Kecamatan Jumlah Penduduk Luas Wilayah (km²) KepadatanMedan Tuntungan 70 073 20,68 3 388
Medan Johor 116 220 14,58 7 971
Medan Amplas 115 156 11,19 10 291
Medan Denai 139 939 9,05 15 463
Medan Area 109 253 5,52 19 792
MedanKota 84 292 5,27 15 995
Medan Maimun 57 859 2,98 19 416
Medan Polonia 53 427 9,01 5 930
Medan Baru 44 216 5,84 7 571
Medan Selayang 85 678 12,81 6 688
Medan Sunggal 110 667 15,44 7 168
MedanHelvetia 145 376 13,16 11 047
Medan Petisah 68 120 6,82 9 988
Medan Barat 79 098 5,33 14 840
Medan Timur 113 874 7,76 14 675
Medan Perjuangan 105 702 4,09 25 844
Medan Tembung 141 786 7,99 17 745
Medan Deli 150 076 20,84 7 201
Medan Labuhan 106 922 36,67 2 916
Medan Marelan 126 619 23,82 5 316
Medan Belawan 96 700 26,25 3 684
Medan 2 121 053 265,1 8 001
Tabel : tingkat kepadatan penduduk pada tahun 2009
Sumber : BPS Kota Medan
berasal dari kelompok umur 0-19 tahun dan 20-39 tahun.( masing – masing 41 % dan 37,8 % dari jumlah total penduduk)
Dilihat dari struktur umur penduduk kota Medan dihuni lebih kurang 1.359.447 jiwa yang berusia produktif (15-19 tahun) dan jumlah ini diperkirakan meningkat mencapai 1.395.432 jiwa pada tahun 2010.Dengan demikian kota Medan secara relatif memiliki tenaga kerja yang cukup yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan baik jasa, perdagangan maupun industru manufaktur.
Petumbuhan tenaga kerja di kota medan cukup tinggi sebagai akibat dari naiknya pertumbuhan penduduk dan mobilitas urbanisasi pendududk dari pedesaan ke perkotaan dengan berbagai kepentingan misalnya untuk mencari pekerjaan. Selama kurun waktu tahun 2002-2006 pertumbuhan rata – rata tenaga kerja yang belum ditempatkan tahun sebelumnya sebesar 46,50 % per tahun yang terdaftar naik 57,62 % pertahun , tenaga kerja yang telah di tempatkan naik sebesar 244,42 % pertahunnya dan yang belum di tempatkan naik 32,20 % pertahun.
2.1.2 Perkembangan Kota Medan Secara Umum
PP no 47 tahun 1997 , telah menetapkan kota medan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu sebagai pusat yang mendorong kawasab sekitarnya sebagai pintu gerbang nasional dan internasional, sebagai simpul transportasi nasional, sebagai simpul distribusi dan kolektor untuk barang dan jasa dan pusat jasa pemerintahan.
Terkait denagan pengembangan kota meddan yang merupakan bagian wilayah MEBIDANG, maka salah satu kawasan tertentu dalam lingkup nasional yang penataan ruangnya di prioritaskan dan termasuk juga dalam kawasan segitiga pertumbuhan Indonesia , Malaysia Thailand Grouth Tringle (IMT – GT).
Sejak tahun 1862, terihat adanya dua kutub pertumbuhan fisik kota medan,yaitu pertumbuhan pelabuhan laut belawan dan pusat kota medan sekarang yang menjadi pusat perkantoran dan perdagangan kota1 . kota Medan terlibat dengan konsep pengembangan kota metropolitanisasi dengan kota dan kabupaten yang ada di sekitarnyayang dikenal dengan sebutan
mebidang (Medan,Binjai, Deli Serdang). Kota medan menjadi kota inti sedangkan kota Binjai dan Kabupaten Deli Serdang merupakan kota satelit.
ekonomi di kedua koridor medan – binjai dan lubuk pakam dikembangkan sebagai kota mandiri dan penyeimbang perkembangan kota Medan. Pada tahun 1990 , wilayah mebidang telah di deliniasi meliputi kota Medan kota Binjai dan 11 kecamatan di kabupaten Deli Serdang yang luas totalnya mencapai lebih kurang 1.200 km2 dengan jumlah penduduk 3,3 juta jiwa (tahun 2001).
Dalam pengembangan wilayah mebidang maka pengelolaan kota memerlukan kerja sama daerah sebagaimana tertuang dalam UU 32 tahun 2004 yaitu :
1. Beberapa daerah dapat mengadakan kerja sama antar daerah yang diatur dengan keputusan bersama.
2. Daerah dapat membentuk Badan Kerja sama Antra Daerah.
Berdasarkan perkembangan ketentuan yang ditetapkan dalam RUTRK di atas . Maka lokasi yang tepat untuk mendirikan gedung kantor sewa yang bersifat komersil adalah di daerah pusat kota yang diorientasikan menjadi daerah pusat bisnis. (CBD) di D dan perkantoran pada B dan WPP-E.
Pembangunan kota Medan saat ini relatif melambat. Namun prospek bisnis kantor sewa kedepannya masih menguntungkan , walaupun dewasa ini persaingan semakin ketat dengan berminculannya sejumlah gedung kantor baru. Meski persaingan semaki ketat . bisnis sewa perkantoran masih menjanjikan, karena selain pertumbuhan ekonomi semakin membaik kota Medan juga masih menjadi incaran para investor untuk menanamkan modal ataupun berinvestasi. Seperti yang dikutip dari ketua umum Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan dan Perkantoran Sumatera Utara (AP4SU), Paulus Tamie
2.1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan
Rp.6.265.000,00 dan pada tahun 1993 yang hanya Rp.2.402.000,00. angka – angka tersebut menunjukkan peningkatan kesejahteraan masyarakat kota Medan.
Sebagai pusat kegiatan ekonomi dan daerah transit di provinsi sumatera utara , tuntutan akan penyediaan berbagai sarana dan prasarana terutama di pusat kota tentunya sangat tinggi.Hal tersebut terlihat dari pemanfaatan ruang dan lahan di wilayah kota yang digunakan untuk kegiatan – kegiatan yang bersifat komersil seperti pusat perbelanjaan, restoran, pasar swlayan, toko, kios, dan kegiatan rumah tangga. Disamping pemanfaatn lahan untuk peruntukan komersil juga ada tersedia pemanfaatan lahan untuk kegiatan – kegiatan industri besar dengan sumber pembiayaan dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Potensi yang besar sebagai pusat pertumbuhan dan perdagangan regional dan internasional ini juga di perkuat oleh letak strategis kewilayahan kota medan. Kota Medan berfungsi sebagai pintu gerbang ekspor Sumatera Utara . Alasan ini pulalah yang memunculkan perjanjian – perjanjian regional atau dalam bentuk kerjasama lainnya seperti kerja sama Sejori /IMT GT, sister city dan berbagai kerja sama lainnya.
2.1.4 Perkembangan Keuangan Persewaan Dan Perusahaan Jasa Kota Medan Produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Medan menunjukkan angka yang terus meningkat baik atas dasar harga berlaku, maupun atas harga konstan tahun 1994-2003. dari kesembilan sektor dan sub sektor pada PDRB Kota Medan, sektor keuangan juga mengalami peningkatan terutama pada beberapa tahun terakhir ini.
NAMA GEDUNG FUNGSI GEDUNG KETERANGAN JUMLAH LANTAI
LUAS / LANTAI (m)
JUMLAH
B&G TOWER DISEWAKAN SEBAGIAN BESAR 13 2400 31200
BANK SUMUT DISEWAKAN SEBAGIAN BESAR 8 2400 19200
WISMA BII DISEWAKAN SEBAGIAN BESAR 8 2000 16000
UNILAND DISEWAKAN SEBAGIAN BESAR 6 2400 14400
BCA DISEWAKAN SEBAGIAN BESAR 8 1200 9600
HSBC DISEWAKAN SEBAGIAN BESAR 6 900 5400
MESTIKA DISEWAKAN SEBAGIAN BESAR 8 900 7200
MANDIRI (JL.IMAM
BONJOL) DISEWAKAN SEBAGIAN BESAR 6 2400 14400
MANDIRI (JL.Z. ARIFIN) DISEWAKAN SEBAGIAN BESAR 6 1800 10800
BANK DANAMON DISEWAKAN SEBAGIAN BESAR 9 1050 9450
CITY BANK DISEWAKAN SEBAGIAN BESAR 6 450 2700
PT.INDOSAT DISEWAKAN SEBAGIAN BESAR 7 900 6300
GRAHA NIAGA DISEWAKAN SEBAGIAN BESAR 6 750 4500
Tabel : Luas Gedung Perkantoran Kota Medan
Sumber : Survey Dan Literatur Luas Perkantoran Kota Medan
Tahun Atas Dasar Harga Konstan
Sub Sektor Keuangan
Sektor
Keuangan PDRB Perbanka n Non Bank Jasa Perumaha n Sewa Bangunan 1999
PDRB atas sektor (juta rupiah) 466.851,18
57.914,9
7 14.055,43
169.188,5 6 708.010,1 4 5.003.957,9 7 Laju pertumbuhan PDRB (persen) -1742 2,71 57,45 5,12 -10.56 3,52 Indeks perkembangan PDRB
(persen)
92,95 119,50 187,66 124,27 101,97 114,19
2000
PDRB atas sektor (juta rupiah) 462.573,31
41.142,6
7 21.006,69
193.248,6 6 717.971,3 3 5.274.101,2 1 Laju pertumbuhan PDRB (persen) -0.9 -28.96 49,46 12,89 1,41 5,40 Indeks perkembangan PDRB
(persen)
92,10 84,89 280,47 141,95 103,40 120,35
2001
PDRB atas sektor (juta rupiah) 471.185,89
41.654,7
8 23.715,29
226.716,3 3 763.272,2 9 5.549.453,2 0 Laju pertumbuhan PDRB (persen) 1,86 1,24 12,89 17,32 6,31 2,22 Indeks perkembangan PDRB
(persen)
93,81 85,95 316,63 166,53 109,92 126,63
2002
PDRB atas sektor (juta rupiah) 473.569,31
43.256,9
9 26.428,58
275.314,7 8 818.568,6 6 5.799.222,0 7 Laju pertumbuhan PDRB (persen) 0,51 3,85 11,44 21,44 7,24 4,50 Indeks perkembangan PDRB
(persen)
94,29 89,26 352,85 202,23 117,89 132,33
2003
PDRB atas sektor (juta rupiah) 474.467,99
54.113,8
8 28.682,09
304.833,6 7 862.097,6 3 6.107.457,2 3 Laju pertumbuhan PDRB (persen) 0,19 25,10 8,53 10,72 5,32 5,32 Indeks perkembangan PDRB
(persen)
94,47 111,66 382,94 223,91 124,16 138,37
2004 PDRB atas sektor (juta rupiah)
459.512,76 54.540,3
0 36.699,88 345980,12
878.865,8 1
6.400.126,5 8 Laju pertumbuhan PDRB (persen) -315 0,79 27,95 13.5 1,94 4,79 2005 PDRB atas sektor (juta rupiah)
445.028,92 54.970,0
7 46.958,97
392.680,5 2 895.941,7 8 6.706.820,6 5 Laju pertumbuhan PDRB (persen) -315 0,79 27,95 13.5 1,94 4,79 2006 PDRB atas sektor (juta rupiah)
431.001,61 55.403,2
4 60.085,88
445.684,5 3 913.358,8 9 7.028.211,4 9 Laju pertumbuhan PDRB (persen) -315 0,79 27,95 13.5 1,94 4,79 2007 PDRB atas sektor (juta rupiah)
417.416,43 55.839,8
2 76.882,28
505.843,0 3 931.114,5 9 7.365.003,3 9 Laju pertumbuhan PDRB (persen) -315 0,79 27,95 13.5 1,94 4,79 2008 PDRB atas sektor (juta rupiah)
404.259,47 56.279,8
3 98.373,95
574.121,7 2 949.215,4 6 7.717.934,3 5 Laju pertumbuhan PDRB (persen) -315 0,79 27,95 13.5 1,94 4,79 2009 PDRB atas sektor (juta rupiah)
391.517,21 56.723,3
2 125.873,41
Tabel : Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan dan PDRB
Sumber : Perhitungan Pendapatan Regional kota Medan tahun 2003,BPS Medan dan Olah Data
Sektor perekonomian kota Medan di dominasi oleh 4 lapangan usaha utama yaitu :
1. Industri Pegolahan (14.28 %) 2. Perdagangan , Hotel dan Restoran (28,10 %) 3. Pengangkutan dan Telekomunikasi (19,38 %) 4. Keuangan, Persewaan dan jasa (14,42 %)
Keempat sektor ini memberikan kontribusi sekitar 76,18 % terhadap perekonomian daerah.
Terhitung luas gedung perkantoran yang disewakan sampai tahun 2008 sekitar 158.650, dan akan bertambah setiap tahunnya. Hal ini menimbang atas dasar usaha pemerintah yang membentuk kerja sama kalangan bisnis dan lapisan masyarakat yang tentunya akan menambah jumlah investor dan mambuka usaha di kota medan, sektor keuangan yang di sebut dengan sektor finansial, merupakan darah dari perekonomian secara keseluruhan, karena secara umum kegiatan utamanya berhubungan dengan kegiatan pengelolaan keuangan yang berupa penarikan dana dari masyarakat maupun menyalurkan kembali kepada masyarakat.
2.2 Tinjauan Fungsi Dan Struktur Bangunan 2.2.1
Kantor administrasi pemerintah Tinjauan Kantor
2.2.1.1 Klasifikasi Gedung Perkantoran
Menurut KADIN ( Kamar Dagang Dan Industri) , gedungperkantoran di bagi atas beberapa kategori, yaitu berdasarkan :
1. Tujuan usaha lingkungan bersama
Kantor ini merupakan salah satu jenis kantor di bawah tanggung jawab pemerintah . sama halnya dengan pengorganisasian dan pengaturan kantor dinas ( struktur biro, manajemen pelayanan, teknologi biro).
Kantor administrasi perusahaan Kantor administrasi sosial 2. Kepemilikan
Milik swasta 3.Sifat Bangunan
Kantor bersifat komersil
Bangunan kantor ini adalah bangunan kantor yang disewakan untuk mendapatkan atau memperoleh keuntungan yang bersifat meteri.
Klasifikasi kantor sewa dibedakan atas: Faktor jumlah lantai
Faktor fasilitas perkantoran
Sistem pemanfaatan kantor sewa di lakukan antara lain dengan: Strata title
Strata title adalah sistem dimana hak milik untuk setiap lantai bangunan.
Leasing
Leasing adalah sistem sewa Pemakaian bangunan kantor
Kantor untuk milik badan usaha sejenis Kantor untuk berbagai bidang usaha Hirarki
Kantor induk / pusat Kantor cabang Kantor perwakilan
Sedangkan menurut l. Manesh dan r. Cunliffe, kantor dapat di bagi atas 4 jenis yaitu :
1. Commercial Office
commercial office adalah jenis perkantoran yang digolongkan kepada perkantoran umum ( yang disewakan), perusahaan dagang ( trading company) , asuransi dan transportasi.
2. Industrial Office
Industrial Office adalah jenis perkantoran yang terikat, harus mempunyai hubungan fisik dengan pabriknya
3. Profesional Office
Profesional Office adalah jenis perkantoran yang tidak dipakai dalam jangka waktu yang lama/ panjang dan merupakan jenis perkantoran dengan jumlah modal yang digunakan relatif kecil
5. Institutional / Govermental Office adalah jenis perkantoran yang bersifat usaha yang teratur dalam bentuk lembaga yang berpedoman pokok untuk hidup lama dan kokoh .
Biasanya jenis ini penggunaanya diperuntukkan untuk jangka waktu yang lama
Di lihat dari jenis – jenis kantor yang tertera di atas maka pada proyek ini di pilihlah jenis kommersial office sebagai fungsi utama proyek.
2.2.1.2 Klasifikasi Sistem Sewa
Sistem sewa perkantoran pada umumnya terbagi menjadi 2 jenis berdasarkan perhitungan luasan yang di sewa, yaitu :
1. Net system
Net system adalah sistem sewa per meter persegi di perhitungkan atas dasar luasan lantai bersih ( tidak termasuk di dalamnya koridor ataupun cummon space). Biasanya harga sewa per meter persegi lebih tinggi 2. Gross system
Gross system adalah sistem sewa per meter persegi di perhitungkan atas dasar luas lantai kotor sehingga luasan lantai yang digunakan untuk kantor lebih kecil dari jumlah luasan yang di sewa pada awalnya karena penyewa di kenakan beban biaya untuk koridor ataupun cummon space. Harga sea per meter persegi lebih rendah. Hal ini menyebabkan penyewa lebih baik menyewa per lantai agar penyewa tidak rugi.
Berdasarkan dari data klasifikasi yang diperoleh di atas maka sutu kombinasi antar kedua system tersebut sebagai acuan sistem sewa dalam proyek bangunan perkantoran ini. Sistem yang digunakan adadalah semi- gross system . Semi- Gross System ini relatif cukup lazm digunakan di Indonesia. Dimana sistem ini artinya penyewa di kenakan beban sewa secara akumulasi luasan lantai yang di gunakan ditambahkan dengan luasan cummon space seperti lobby, area parkir, dan lain- lainnya yang tentunya telah di bagi sama rata biaya penyewaanya dengan para penyewa lainnya.
Wadah Perkantoran • Kompleks Perkantoran
Kompleks perkantoran merupakan bangunan perkantoran yang terpadu : seperti kantor pemerintah, perkantoran umum, pusat perbelanjaan, klub eksekutif, hotel, hunian, pusat rekreasi dan lain sebagainya.Wadah tersebut terbentuk seiring dengan perkembangan kota yang mencakup perkembangan kebutuhan manusia yang semakin hari semakin bertumbuh. Ini dinilai dari perkembangan ekonomi dan lahan yang semakin sempit. Pertimbangan akan lahan yang semakin sempit dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, aktivitas bekerja, tempat tinggal istirahat dan berekreasi.
• Gedung perkantoran
Gedung perkantoran merupakan bangunan perkantoran tunggal yang direncanakan dan dirancanga sesuai dengan fungsi dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung. Bangunan tersebut dibedakan berdasarkan jumlah lantai, yang saat ini dapt dibagi 3 yaitu:
Tahun Penduduk Laki - laki
Penduduk Perempuan Total Penduduk Jumlah Tenaga Kerja Pengangguran Terbuka Jumlah Pekerja Bidang Jasa
9 6 942427 952888 1895315 1246357 136850137 118 1109507 159991 9 7 943594 955434 1899028 1248799 137118 1111681 160304 9 8 944379 956688 1901067 1250140 137265 1112875 160477 9 9 944891 957609 1902500 1251082 137369 1113713 160597 0 0 945847 958426 1094273 1252248 137497 1114751 160747 0 1 960477 966043 1926520 1266877 139103 1127774 162625 0 2 979106 984776 1963882 1291447 141801 1149646 165779 0 3 990216 1003386 1993602 1310991 143947 1167044 168288 0 4 995968 1010174 2006142 1319237 144852 1174385 169346 0 5 1012040 1024145 2036185 1338993 147021 1191972 171882 0 6 1027607 1039681 2067288 1359446 149267 1210179 174508 0 7 1036595 1048775 2085370 1371337 150573 1220764 176034 0 8 1045662 1057949 2103610 1383332 151890 1231442 177574 0 9 1054808 1067203 2122010 1395431 153218 1242213 179127 1 0 1064034 1076538 2140571 1407637 154559 1253078 180694 1 1 1073341 1085954 2159294 1419949 155910 1264039 182274 1 2 1082729 1095453 2178181 1432369 157274 1275095 183869 1 3 1092199 1105035 2197233 1444898 158650 1286248 185477 1 4 1101752 1114701 2216452 1457536 160037 1297499 187099 1 5 1111389 1124451 2235839 1470285 161437 1308848 188736 1 6 1121110 1134286 2255396 1488146 162849 1320297 190387 1 7 1130916 1144207 2275124 1496119 164274 1331845 192052 1 8 1140808 1154215 2295024 1509205 165711 1343494 193732 1 9 1150787 1164311 2315098 1522406 167160 1355246 195426
Tabel angka prediksi rata- rata laju pertumbuhan penduduk tahun 1996 – 2006
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
3.1. Tipologi Kantor
Dalam rancangan suatu bangunan dengan fungsi perkantoran terdapat beberapa tipologi. Tipologi ini dapat menjadi landasan penghimpunan ciri dan fisik bagaimanan bangunan kantor di bangun.
Hubungan antar organisasi ruang dan konsepsi ruang berdasarkan suatu studi du USA . maka klarifikasi dan kriteria adalah sebagai berikut :
• Perkantoran dengan ruang besar
Tipologi ini cocok untuk kolompok besar denagn tingkat kerja sama yang tinngi , yang berkepentingan, berkinerja canggih , sesuai untuk kesibukan rutin dengan tuntutan daya daya konsentrasi yang rendah. Penggunaan ruang yang besar di pandang dari sosiologi cenderung
3.2 Konteks Lingkungan Non Fisik
1.2.1 Demografi
TABEL 3.1 PERTUMBUHAN PENDUDUK KOTA MEDAN TAHUN 2001-2005
No Tahun
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Pertumbuhan Penduduk (per tahun)
1 2001 1,926,520
2001-2002 0.019
2 2002 1,963,855
2002-2003 0.015
3 2003 1,933,602
2003-2004 0.006
4 2004 2,006,142
2004-2005 0.015
5 2005 2,036,185
Pertumbuhan
Rata-rata 1.395%
Untuk memproyeksikan jumlah penduduk di Kota Medan 30 tahun kedepan, menggunakan rumus Eksponensial yang dipakai pada tahun 2016 dan 2026, tetapi untuk tahun 2036 proyeksi penduduk menggunakan rumus Double Eksponensial dengan memperhatikan penduduk berdasarkan kapasitas daya tampung atau penduduk optimum dan nantinya diatur dengan kebijakan pengaturan bangunan termasuk jumlah lantai bangunan. Untuk proyeksi penduduk Kota Binjai dan Deli Serdang dilakukan dengan menggunakan rumus eksponensial karena dianggap masih banyak tersedianya lahan kosong dan kemungkinan adanya arus migrasi.
Perhitungan dengan Eksponensial menggunakan rumus matematis sebagai berikut:
Ekponen : Pn = Po (1+ r )n
Dimana :
Pn = Jumlah Penduduk Tahun Ke – n Po = Jumlah Penduduk Awal
r = Pertumbuhan Penduduk n = Jumlah tahun
Sedangkan perhitungan dengan Doble Eksponensial menggunakan rumus matematis sebagai berikut:
Doble Eksponensial : Pn = P~ abn
Dimana :
Pn = Jumlah Penduduk Tahun Ke – n
P~ = Penduduk Optimum/penduduk berdasarkan daya tampung
a = perbandingan antara pertemuan awal kurva tahun grafik eksponensial dengan jumlah penduduk optimum (dalam hal ini tahun 2026)
b = konstanta pertumbuhan yang mendekati angka 1
n = tahun yang dicari dari pertemuan kurva aeksponensial dan doubel eksponensial.
diperkirakan terjadi penambahan sebanyak 2.370.083 jiwa, dan 10 tahun berikutnya (tahun 2016) bertambah 2.723.620 jiwa dan pada 10 tahun berikutnya (Tahun 2036) penduduk Kota Medan bertambah sebesar 3.098.167 jiwa.
Tabel proyeksi jumlah penduduk Kawasan Mebidang tahun 2006 - 2036 TABEL 3.2 PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK MEBIDANG TAHUN 2006-2036
No Kota/Kabupaten Luas (Ha) Jumlah Penduduk Tahun Proyeksi
2006 2016 2026 2036
1 Medan 26510 2.064.488 2.370.083 2.723.620 3.098.167
2 Binjai 9023 264.889 775.691 2.271.505 2.504.190
3 Deli Serdang 128235 1.377.065 1.668.207 2.020.902 2.227.917
Jumlah 154,745 2,064,488 2,370,083 2,723,620 3,128,264
BAB IV ELABORASI TEMA
4.1. PENGERTIAN TEMA
Tema yang akan diterapkan pada ini adalah Green Architecture.
Green Architercture merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris yang terdiri dari 2 suku kata yakni :
• Green
• Architecture.
Green dan Menurut kamus an English-Indonesian Dictionary, green memiliki arti hijau sedangkan architecture diartikan sebagai kb. Ilmu bangunan, arsitektur.2
Pengertian Architecture
Architecture berasal dari bahasa Latin ’Architecture’ dan bahasa Yunani yaitu ’arkhi’ yang berarti ketua dan ’tekton’ yang berarti pembangun, tukang kayu, orang yang memimpin pembangunan.
- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia :
Arsitektur :seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dsb ; metode dan gaya rancangan suatu bangunan.
- Menurut James C. Snyder, Anthony J. Catanesse, dalam buku Pengantar Arsitektur, bahwa:
Arsitektur : lingkungan buatan yang mempunyai bermacam – macam kegunaan melindungi manusia dan kegiatan – kegiatannya serta hak miliknya dari elemen, dari musuh, dan dari kekuatan – kekuatan adikodrati, membuat tempat, menciptakan suatu kawasan aman yang berpenduduk dalam dunia fana dan cukup berbahaya, menekankan sosial dan menonjolkan status.
Dan dalam terjemahan bahasa Indonesia itu sendiri, pengertian arsitektur adalah seni merancang bangunan, gaya bangunan.3
Dalam pemahaman lain, green dianggap sesuatu yang sejuk, sesuatu yang berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan, sesuatu yang dapat menyegarkan (fresh), dan sesuatu yang berhubungan dengan alam.
Sehingga, Arsitektur hijau, secara sederhana mempunyai pengertian bangunan atau lingkungan binaan yang dapat mengurangi atau dapat melakukan efisiensi sumber daya material, air dan energi. Dalam pengertian yang lebih luas, adalah bangunan atau lingkungan binaan yang:
1. efisien dalam penggunaan energi, air dan segala sumber daya yang ada.
2. mampu menjaga keselamatan, keamanan dan kesehatan penghuninya dalam mengembangkan produktivitas penghuninya,
mampu mengurangi sampah, polusi dan kerusakan lingkungan
4.2.INTERPRETASI TEMA
Terdapatnya beberapa pendekatan desain yang dilakukan oleh berbagai kelompok arsitek dan konsultan dalam memasyarakatkan Green Architecture berdengan aplikasi yang berbeda-beda sesuai lingkungan dan keahlian masing-masing. Beberapa contoh diantaranya adalah sebagai berikut :
A. Robert dan Brenda Vale
Terdapat 6 prinsip Green Architecture yang diajukan oleh Brenda dan Robert Vale yang dapat dijadikan sebagai acuan, yaitu :
1.Konservasi energi •Bangunan seharusnya meminimalkan penggunaan kebutuhan akan energi.
•Perlindungan sumber daya alam.
•Pendayagunaan alam sebagai sumber energi bagi keperluan studi dan rekreasi.
•Memanfaatkan limbah sebaik-baiknya seperti dengan manjadikan limbah sebagai sumber energi biogas atau pupuk.
•Penentuan lokasi yang paling tepat guna dengan cara pemilihan sumber daya alam yang sesuai dengan kebutuhan dari fungsi bangunan atau proyek. 1.Bekerja sama dengan iklim •Bangunan bekerja sama dengan iklim dan sumber
energi alam.
•Memanfaatkan energi yang tersedia di alam seperti matahari, angin, hujan, dan air.
1.Meminimalisasi sumber-sumber daya baru
•Penggunaan material daur ulang.
•Penggunaan material yang dapat diperbaharui. •Merancang bangunan dari sisa bangunan yang sebelumnya.
•Penggunaan material yang ramah lingkungan.
1.Menghargai pemakai
•Green Architecture menyadari bahwa pengguna atau pemakai dari bangunan harus diperhatikan
kebutuhannya. Untuk itu dilakukan pendekatan yang memperhatikan kenyamanan penggunanya namun selaras dengan prinsip Green Architecture yang lainnya.
1. Menghargai site
•Seminimal mungkin merubah tapak. Misalnya dengan mempertahankan kontur tanah. Tidak mengambil jalan pintas dengan cara cut dan fill site dalam pembangunan
di tapak. Memberi pori-pori bagi tanah agar tetap memiliki aliran udara.
1. Holistik •Seluruh prinsip-prinsip Green Architecture digabungkan dalam suatu pendekatan holistik pada lingkungan yang
dibangun.
B. Heinz Frick
Heinz Frick (1999) memberikan empat kriteria arah pembangunan secara
Green Architecture, yaitu:
1. Pembangunan berwawasan lingkungan menuntut adanya proses yang melestarikan lingkungan alam dan peredarannya, sehingga menghemat energi. 2. Pembangunan biologis (baubiologie) yang memperhatikan kesehatan penghuni
dan menganggap rumah sebagai kullit ketiga manusia.
3. Pembangunan psikospiritual, berkaitan dengan jiwa manusia, rasa dan karsa, serta susunan organisme manusia yang mengerti arsitektur sebagai pengalaman kesadaran.
4. Pembangunan organik yang bobot arsitekturalnya terletak pada fungsi
Masih menurut Frick, 1997, pola perencanaan green arsitektur selalu memanfaatkan alam , sebagai berikut:
1. Menghemat sumber energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan mengirit penggunaan energi.
2. Memelihara sumber lingkungan(udara, tanah, air). 3. Memelihara dan memperbaiki peredaran alam.
4. Mengurangi ketergantungan pada sistem pusat energi (listrik, air) dan limbah (air, limbah dan sampah).
5. Penghuni ikut serta secara aktif dalam perencanaan pembangunan dan pemeliharaan perumahan.
6. Tempat kerja dan pemukiman terdekat.
7. Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri kebutuhan sehari-hari. 8. Penggunaan teknologi sederhana.
9. Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan maupun yang digunakan pada saat pembangunan harus seminimal mungkin.
10. Kulit (dinding dan atap)sebuah gedung harus sesuai dengan tugasnya harus melindungi dirinya dari sinar panas, angin dan hujan.
11. Bangunan sebaiknya diarahkan beorientasi timur barat dengan bagian utara selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan.
12. Dinding bangunan harus memberikan perlindungan terhadap panas, daya serap panas dn tebalnya dinding harus sesuai dengan kebutuhan iklim ruang dalamnya.
13. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa menghemat banyak energi.
14. Bangunan sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menggunakan penyegaran udara secara alamiah dan memanfaatkan angin sepoi-ssepoi untuk membuat ruang menjadi sejuk.
15. Semua gedung harus bisa mengadakan regenrasi dari segala bahan bangunan, bahan limbah, dan mudah dipelihara.
3.2.9. INTERPRETASI BANGUNAN DALAM LINGKUNGAN BINAAN
Elemen-elemen desain yang berpengaruh terhadap kesan yang diinginkan adalah skala, bentuk, warna, dan tekstur. Adapun pengertian dari masing-masing elemen ini adalah:
• Dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau ruang dengan suatu elemen tertentu.
• Untuk menciptakan suasana perkantoran dan perbelanjaan maka skala yang digunakan adalah berkisar antara skala perkotaan dan skala intim.
• Skala intim dapat memberikan suasana akrab dan dekat dengan lingkungannya. Hal ini diterapkan pada sarana rekreasi yang akan dirancang pada gedung multiuse ini. Sedangkan skala perkotaan membuat manusia merasa memiliki atau kerasan pada lingkungan tersebut.
• Jika D = jarak, dan H = tinggi, maka: o Skala intim : 1<D/H<2 o Skala perkotaan : D/H = 1-2
Menurut teori Camillo di dalam buku Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap dijelaskan bahwa ukuran suatu plaza minimal sama dengan tinggi bangunan utama dengan plaza, sedangkan maksimum sebaiknya dua kali tingginya. Bila D/H=1, maka interaksi bangunan terlalu kuat sehinga ruang luarnya tidak terasa sebagai plaza. Dan bila D/H=2, maka perasaan terlingkup (enclosed) suatu plaza tidak ada.
Sedangkan menurut Yoshinobu Ashihara juga di dalam buku yang sama menyebutkan bahwa perbandingan antara tinggi bangunan dan jarak antar bangunan adalah sbb:
D/H=1, ruang terasa seimbang
D/H<1, ruang terlalu sempit sehingga terasa tertekan D/H>1, ruang terasa agak besar
D/H>4, pengaruh ruang sudah tidak terasa.
b. Warna
• Menurut A. R. G. Isaag dalam Approach to Architectural Design bahwa warna dalam kaitannya dengan suatu desain adalah unutk menekankan atau memperjelas karakter suatu objek, memberikan aksen pada bentuk dan bahannya.
• Menurut buku Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap dijelaskan bahwa warna adalah salah satu elemen yang dapat mengekspresikan suatu objek disamping bahan, bentuk, tekstur, dan garis. Dan warna dapat menimbulkan kesan yang diinginkan oleh si pencipta dan mempunyai efek psikologis.
Di dalam buku Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap dijelaskan bahwa:
• Tekstur adalah titik-titik kasar atau halus yang tidak teratur pada suatu permukaan. Titik- titik ini dapat berbeda dalam ukuran, warna, bentuk, atau sifat dan karakternya.
• Fungsi tekstur dapat memberikan kesan pada persepsi manusia melalui penglihatan visual dapat menghilangkan kesan monoton.
d. Bentuk
• Bentuk yang teratur, yaitu bentuk geometris, kotak, kubus, kerucut, piramida, dsb.
• Bentuk yang lengkung umumnya bentuk-bentuk alam.
• Bentuk yang tidak teratur
• Bentuk kubus atau persegi, baik dua dimensi atau tiga dimensi memberikan kesan statis,stabil, formal, mengarah kepada sifat monoton dan massif (solid).
• Bentuk bulat atau bola, memberikan kesan tuntas, labil (bergerak).
• Bentuk segitiga yang meruncing : kesan aktif, energik, tajam, serta mengarah.
3.2.1 USGBC , U.S : Green Building Council
Beberapa faktor pertimbangan sebagai acuan ‘Green Building’ menurut LEED-NC (Leadership in Energy and environmental design-New Contruction) Kategori green building kriteria konsep
Lokasi yang sustainable Menyediakan sirkulasi bukan kendaraan ( pedestrian)
Menyediakan plaza
Melestarikan open space Menyediakan Taman – taman
Mengatur pemanfaatan air hujan
Pengadaan Ground water tank dan pompa
Mengurangi efek panas pada lingkungan
hari)
Penyimpanan air Mengurangi penggunaan air minum untuk irigasi dan penggunaan air bangunan dan pengaturan selokan Efisiensi energy dan
proteksi terhadap atmosfer
Mengurangi penggunaan energy, menggunakan mesin pendingin yang minim akan bahan kimia yang berbahaya
Menghasilkan energy yang dapat diperbaharui pada site
Adanya penyimpanan energi
Penggunaan “green power” dalam proyek
Material yang tahan lama Menggunakan sumber yang mampu untuk di daur ulang Mengurangi sampah hasil konstruksi
Menggunakan material hasil daur ulang
Menggunakan material regional
Kualitas lingkungan dalam Memperbaiki kualitas udara dalam ruangan
Meningkatkan ventilasi udara dari luar
Mengatur kualitas air selama proses konstruksi Menggunakan bahan – bahan kimia non-toxic
kenyamanan suhu dan menyediakan penerangan dan view keluar
Dengan konsep:
Konsep pada bangunan :
Konsep pada pemakaian material :
Table 3.1. Faktor pertimbangan sebagai acuan ‘Green Building’ menurut LEED-N
[image:42.595.97.475.173.511.2]Sumber: Jerry Yudelson. Green Building revolution. PDF, Ch.2 (17)
Dari Beberapa Prinsip Green arsitektur yang dikemukakan oleh beberapa pakar, yang pmaka prinsip yang diterapkan pada bangunan adalah prinsip green arsitektur dari
A. Robert dan Brenda Vale
Prinsip yang dikemukakan oleh Robert meliputi 3 hal yang kemudian diaplikasikan terhadap bangunan . adapun prinsip – prinsip tersebut adalah :
Penerapan Tema ke dalam bangunan :
Aplikasi Fungsi Bekerja sama
dengan iklim
Proteksi terhadap bagian luar bangunan
Penggunaan
shading dan over hang
Dapat melindungi fasad luar bangunan dari panas yang berlebihan dengan membentuk bayangan tetapi tetap dapat menyalurkan cahaya alami ke dalam ruangan.
Double fasad Double fasad berfungsi sama dengan penggunaan shading, namun juga dapat memperindah fasad bangunan bila didesign dengan baik.
Material with low Embodied
Energy
Seperti bamboo yang
Proteksi terhadap Vertical Untuk mengurangi panas yang Diagram 3.1. Konsep pada pemakaian material
Sumber:
The Cycle of Material from : The Ecology of Building
ruang dalam Greenery pada fasad
masuk ke dalam ruangan.
Roof garden tidak hanya menyegarkan mata, tetapi juga membantu merendahkan temperatur dan memperbaiki kualitas udara dalam ruangan.
Natural Ventilation design
Untuk sirkulasi udara (cross ventilation) secara alami.
Cool Pain for Facades
Untuk mengurangi radiasi sinar matahari masuk ke dalam bangunan. Konservasi energi Efisiensi terhadap energi listrik
Solar panel Menggunakan solar panel yang menangkap cahaya matahari pada siang hari. Upaya penyediaan sumber energi sendiri adalah untuk menghemat pemanfaatan energi listrik dari PLN.
Efesiensi terhadap energy cahaya (lampu) Penggunaan cahaya matahari alami
Pemanfaatan cahaya alami pada siang hari, selain mengurangi pemakaian energi tetapi juga mengurangi biaya pengeluaran listrik.
Penggunaan
lampu hemat energy : TL 5
(philips)
Dapat menyediakan penerangan yang cukup besar dengan penggunaan energi yang sedikit.
Penzoningan cahaya
Sehingga dapat memaksimalkan energi cahaya alami
Efisiensi AC High efesiensi Water Cooled Chillers
Penggunaan Ac dengan system Chillers.
Water Efficiency
Efficiency pada ground pada area site, untuk mencegah banjir.
Reservoir Tempat penyimpanan air hujan yang kemudian dapat dimanfaatkan dalam bangunan Sensor operated
automatic flushing system
Dapat mengatur jumlah air yang keluar dan mencegah terjadinya pemakaian yang berlebihan. dengan adanya sensor, maka air akan berhenti dengan sendirinya bila tidak digunakan.
Efisiensi air ke dalam bangunan
Dual Flush Water Closet
Pemanfaatan air pembuangan untuk closet yang lebih efisien.
Rain water Harvesting tank
Tempat penampungan air hujan untuk dialirkan ke tanaman
Efisiensi air ke luar bangunan
Rainwater Harvesting Tank
Tank penyimpanan air untuk penyiraman tanaman
Inclusion of Filter to Cooling Tower System
Pemanfaatan air hujan untuk cooling tower (AC)
STUDI BANDING
STUDI BANDING TEMA SEJENIS
1. Editt Tower
Luasan :
Total Area Bruto : 6,033 m2 Total Area Netto : 3,567.16 m2 Total Area yang ditanami vegetasi: 3,841.34 m2
Denah :
Jenis-jenis tanaman yang ditumbuhi :
1. Licuala Palms 2. Ixora Superking
3. Ixora Superking & Pandanus Pygmeus
4. Philo dendrons 5. Eugenia 6. Livistonia Palms 7. Bougalnvillea 8. Bougalnvillea
9. Pandanus Pygmeus &
Hymenocallia
10. Eugenia Grandis 11. Philodendrons
12. Hymenocallia (tropical shrub)
Gambar. Denah Editt Tower
Gambar Potongan
Faktor yang mempengaruhi pemilihan vegetasi adalah :
1. Kedalaman tanaman yang ditanam
2. Kualitas pencahayaan 3. Tingkat pemeliharaan 4. Akses
EDITT Tower merupakan sebuah bangunan tinggi multi fungsi dengan pendekatan ekologis, sebagai bangunan untuk pameran yang bergabung dengan auditorium, retail, dan fungsi perkantoran, tetapi bangunan tersebut memiliki potensial metamorfosis menjadi tower dimana semua area adalah perkantoran, ataupun sebagai fungsi apartemen.
Salah satu fungsi dari lansekap secara vertikal adalah untuk mendinginkan fasad . Vegetasi dari tiap level lantai bergerak spiral ke atas sebagai kontinuitas terhadap ekosistem yang menyediakan berbagai spesies, menyebabkan suatu ekosistem yang lebih berbeda dan lebih stabil. Dipilih spesies yang berbeda dari yang sudah ada di level jalan. Persentasi dari “vegetasi“ tersebut dapat mewakili
karakteristik lansekap area.
Sistem Pengumpulan air
• Meliputi penampungan air hujan di atap
• Terdapat sebuah sistem yang membuat pengumpulan air tersebut jatuh (seperti kulit kerang) pada fasad bangunan
• Sistem daur ulang air kotor yang jatuh pada sisi-sisi bangunan dengan menggunakan proses penyaringan
melalui tanah pada lansekap vertikal tersebut.
Bangunan dapat menyediakan 55% dari penggunaan air
terhadap bangunan (pada saat musim hujan)
Total area bruto= 6,032 m2
Kebutuhan air = 20 gallon/hari/10 m2 area bruto + 10%
kehilangan (wastage )
•
Total kebutuhan = (6,032 ÷ 10 x 110%) x 20 galon
= 13,270 per galon/hari
= 60.3 m3 per hari x 365 hari
= 22,019 m3 per tahun
• Air yang disaring dikumpul di tangki penyimpanan di basement , dan di pompa ke tangki
• penyimpanan di
lantai atas untuk penggunaan kembali
• Air hasil daur ulang digunakan untuk irigasi tanaman dan penyiraman toilet. Air utama digunakan untuk minum .
Loose-fit
Pada umumnya , bangunan memiliki masa hidup 100 – 150 tahun dan akan berubah fungsi dari waktu ke waktu. Desain bangunan ini mengadopsi Loose-fit untuk memfasilitasi perubahan fungsi di masa depan. Fitur yang digunakan seperti:
1. Skycourts ( bisa dikonversi menjadi kantor pada masa depan )
2. Partisi / sekat yang dapat dipindahkan 3. Lantai yang dapat dipindahkan
Desain yang fleksibel (pada awalnya sebuah bangunan expo yang serba guna, pada masa depan mungkin bisa digunakan sebagai kantor dengan area nettonya sebesar 9,288 m² pada 75% efisiensi atau sebagai apartemen)
Penggunaan Energy
Upaya yang dilakukan untuk utilisasi energi sehingga membuat EDITT Tower tetap sejuk, diantaranya :
• Menggunakan sistem yang dikenal dengan nama “Hyvent” dimana ventilasi alami mencapai maksimum, dan disediakan AC ketika dibutuhkan.
• Membuat pembayangan oleh matahari terhadap kaca jendela • Penangkap air hujan yang berbentuk seperti kulit kerang • Panel photovoltaic
• Mengumpulkan air
• Pantulan cahaya matahari pada langit-langit Penggunaan Energy Matahari
Pendaur Ulangan material dan Penggunaan Kembali
• sistem pengolahan limbah dibuat secara built-in pada bangunan
Material daur ulang perkiraan yang dapat dikumpulkan per tahun
Kertas / karton = 41.5 metric-tonnes Kaca / keramik = 7.0 metric-tonnes Metal = 7.0 metric-tonnes
• Cara kerja sistemnya sebagai berikut :
1. Material yang bisa didaurulang dipisahkan pada tiap-tiap lantai
2. jatuh kebawah menujuh pemisah material yang terletak di basement,
3. kemudian akan dibawa ke tempat lain oleh sistem
Drop-Down ini kepada landasan
waste-separators
4. Kemudian di tempat lain oleh penyimpan sampah
[image:49.595.134.459.71.212.2]untuk didaur ulang. Tabel Perhitungan Energi
[image:49.595.105.544.268.599.2]Ventilasi Alami
Gambar Exterior
• Pengar bangun radika sebag berada Bertujuan u alami, dan m sekitar bang
Gambar Exterior : Sistem penampung
2. Chong Qing Tower , China
Chong Qing Tower didesain untuk mengakomodasi kantor pusat dari perusahaan Jian She Industry Corporation Ltd di Chong Qing , China. Pada podium dari bangunan ini terdapat sebuah exhibition hall yang luas. Eco – cell didesain pada ramp di bagian podium sehingga membentuk spiral yang ditanami tanaman dimulai dari lantai basemen sampai ke atap dari podium untuk mentransferkan cahaya dan angin ke bagian dalam dari podium. Terdapat juga sebuah kolam yang dinamakan bio-swale untuk menampung air hujan , terdapat juga solar thermal collector dan panel photovoltaic.
Hampir pada keseluruhan site tertutup oleh tanaman dari level tanah sampai ke level atas gedung. Hal ini mendukung sekali konsep bangunan ecoskycrapers. Air hujan yang telah di daur ulang dimanfaatkan untuk kloset , penyiraman taman atap , landscape dan lain – lain.
Gambar 3.13 The Chong Qing Tower , China
3.
One 40 William Building
Bangunan ini membutuhkan biaya pembangunan sebesar $220m
Bangunan ini juga merupakan bagian revitalisasi kawasan sekitar yang terletak pada
pusat kota bersejarah yang dibangun di atas New William Street Train Station.
Bangunan memiliki ruang bassement sebagai area parkir kendaraan, dengan dilengkapi
dengan fungsi area retail sebesar 6,500sqm dan 35,000sqm sebagai area office pada
lantai atas.
Bangunan ini merupakan gabungan dari fungsi kantor (sebagai fungsi utama:
tower) pada lantai 5-lantai 19. Sedangkan Area retail, area makan dan entertain berada
pada 2 lantai dibawahnya, sedangkan area parkir terletak di bawah tanah bertingkat 2.
Keterangan Luas Lantai :
Gambar 3.3. Tampak bangunan Gambar 3.4. Perspektif
[image:53.595.96.539.276.590.2]Level 11
945sqm
Level 12-13
1,877sqm
Level 14-15
1,081sqm
Level 16-19
1,352sqm
Bentuk Bangunan dan Orientasi :
Mengurangi penggunaan energi dari lingkungan, dengan pencapaian orientasi
kantor ke arah barat timur.
Bangunan kantor yang didisain untuk saling melindungi (saling memberi
shading) antara bangunan yang satu san bangunan yang lain, sehingga dapat
memanfaatkan cahaya matahari alami tanpa menimbulkan efek panas dan silau
hingga dapat menghemat energy sampai 80%.
48% pada sisi bangunan disebelah utara ialah penggunaan shading secara alami.
Pengembangan Bangunan
Menggunakan single glazed facade, sehingga meradiasikan panas kesekeliling
pada malam hari.
External Shading
STUDY BANDING FUNGSI SEJENIS
Vodafone (Oporto vodafone and call center for stoke)
Oporto Vodafone, merupakan
[image:54.595.230.396.500.699.2]hasil karya arsitek Barbosa & guimaraes di Portugal yangs dibangun pada tahun 2006-2009 selama kurang lebih 3 tahun. Bangunan ini di beri nama Vodafone Building, proyek ini dilapisi dengan concrete shell dengan jendela yang angular. Sang Arsitek
bermaksud untuk menciptakan bangunan yang mempunyai sense akan pergerakan
Berikut merefleksikan
sikap dan Philosophy
dari Vodafone :
Eksterior of Vodafone,,
Interior of Vodafone ,,
[image:56.595.90.539.99.811.2]Lokasi
Pada dasarnya, mereka berharap bangunan ini dapat mengadopsi image yang dinamis dan memiliki suatu bentuk yang mencerminkan suatu pergerakan, sehingga bentuk bangunan yang dihasilkan terlihat tidak teratur.
Dan adanya peletakan cermin pada dinding yang memantulkan bayangan suatu benda yang dapat bergerak menambah image, bahwa bangunan ini dinamis.
Mereka berharap bangunan ini dapat mengadopsi image yang dinamis dan memiliki suatu bentuk yang mencerminkan suatu pergerakan, sehingga bentuk bangunan yang dihasilkan terlihat tidak teratur. Dan adanya peletakan cermin pada dinding yang memantulkan bayangan suatu benda yang dapat bergerak menambah image, bahwa bangunan ini dinamis.
[image:57.595.352.594.487.723.2]Konsep formal dari desain ini yakni dari penggunaan materialnya yang terbuat dari beton, yang sengaja dibuat dengan bentukan bebas dan tidak beraturan, yang selain berfungsi sebagai struktur tetapi juga sebagai penampilan eksterior, dengan bentuk yang unik.
Gambar Kerja
Site Pla
Pada lantai dasar, menuju auditorium, terdapat toko yang menghadap Boavista Avenue, selain itu juga terdapat cafetaria dan akses menuju kantor.
Pada lantai4 terdapat area kantor yang terbuka dengan accessible terrace.
Potongan
Ruang pada bagian bawah tanah, yakni pada lantai -3 dan -2, merupakan fasilitas area parkir. Sedangkan pada lantai -1 sebagai tempat area technical dan ruang training.
BAB V
ANALISA
5.1. Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan
5.1.1. Analisa Lokasi Tapak dalam Skala Kota dan Region
[image:61.595.113.294.516.808.2]L
Gambar 5.1.2. Lokasi tapak dalam skala kota dan region
Sumber ; Hasil Olah Data Primer
Analisa Sirkulasi.
Sirkulasi Kenderaan .
Gambar 5.1.1. Lokasi dalam skala kota dan region
Sumber ; Hasil Olah Data Primer
Lokasi proyek Medan Rent Office Center Ini ini terletak di Kota Medan yang merupakan ibukota Propinsi sumatera utara tepatnya pada daerah pusat WPP D, yang berada pada daerah pengembangan kawasan perdagangan dan perkantoran .terletak di kecamatan Medan Petisah.
Gambar 5 .1.1 Analisa Sirkulasi Sekitar Site
A
C
B
Keterangan
Jalan dengan kepadatan Tinggi
Jalan dengan kepadatan Sedang
Gambar 5 .1.2 analisa sirkulasi sekitar site
A. Jln Diponegoro B. Jln T.Zainul Arifin C. Jln T.Daud
Jalan Diponegoro
merupakan jalur dengan
tingkat kepadatan yang
sedang. Jalan ini hanya
memiliki satu arah
pergerakan kendaraan
dengan lebar jalan ± 20 m.
kepadatan terjadi pada
saat-saat tertentu.
Jalan T.Zainul Arifin
merupakan jalur dengan tingkat
kepadatan yang tinggi. Jalan ini
memiliki 2 lajur pergerakan
kendaraan dengan lebar jalan ±
18 m. kepadatan terjadi pada
saat-saat tertentu.
Jalan T.Daud merupakan jalur
dengan tingkat kepadatan yang
rendah. Jalan ini memiliki satu
lajur pergerakan kendaraan
dengan lebar jalan ± 6 m.
kepadatan terjadi pada saat-saat
tertentu.
Tabel 5.1 Keadaan Jalan Eksisting Sekitar Site
Sirkulasi Pejalan Kaki .
Tanggapan:
•
Jalan Diponegoro, T.Zainul Arifin dijadikan sebagai akses utama kenderaan menuju
kedalam site. Hal ini disebabkan karena pada jalur ini merupakan jalur arteri primer.
SITE
A
[image:65.595.190.390.634.795.2]Gambar 5.1.3 Analisa Sirkulasi Kaki
Keterangan
Jalur Pedestrian pada Jln Diponegoro intensitas yang sedang , kebanyakan dilalui oleh pelajar ,para pegawai dan mayarakat yang akan mengunjungi SOGO. Pedestrian cukup baik denagn lebar 1,5 m , dan hanya beberapa cenderung terhalangi oleh papan iklan , maupun pohon .
Jalur Pedestrian pada Jln T.Zainul Arifin memiliki intensitas yang cukup tinggi, akan tetapi pedestrian kurang terawat dengan baik, dengan lebar pedestrian 1.2 m
[image:66.595.93.526.87.459.2]Jalur Pedestrian pada Jln T.Daud banyak di penuhi oleh pedagang – pedangan yang menjual minuman dan sejenis tempat tongkrongan (ngopi-ngopi)
Tabel 5.2 Keterangan Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki
IV.2.2. Analisa Pencapaian.
Tanggapan:
• Jalur Pedestrian pada Jln Perintis Kemerdekaan diperlebar agar dapat menampung pejalan kaki
yang berpotensial dari bangunan sekitar menuju bangunan pada site.
• Jalur Pedestrian pada Jln Timor , dan Jln Kemuning disediakan agar lebih terdefinisi dengan
jelas.
Gambar 5.1.4 Analisa Pencapaian Ke Site
SITE
Pencapaian menuju lokasi proyek dapat dicapai dengan beberapa moda transportasi yang ada di kota
Medan baik melalui angkutan pribadai maupun angkutan umum.
Lokasi site terhadap pusat Kota Medan yang berada di Lapangan Merdeka hanya dapat ditempuh ± 5
menit dengan kendaraan, dan sekitar ± 20 menit dengan berjalan kaki. Sirkulasi pada jalur di lokasi
umumnya memiliki satu arah dan memiliki jalur alternative untuk maneuver sehingga ada kemudahan
Keterangan
Pencapaian yang diakses melalaui Jalan Imam Bonjol. Jalur ini merupakan jalur 1 arah
Pencapaian yang diakses melalui Jalan Palang Merah. Jalur ini merupakan jalur 2 arah
Pencapaian yang diakses melalaui Jalan H.Zainul Arifin. Jalur ini merupakan jalur 1 arah
Pencapaian yang dapat diakses melalui Jalan Diponegoro. Jalur ini merupakan jalur 1 arah
[image:68.595.91.530.70