• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENURUNAN SKALA NYERI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RUANG PEDIATRIK MELALUI TERAPI BERMAIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENURUNAN SKALA NYERI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RUANG PEDIATRIK MELALUI TERAPI BERMAIN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENURUNAN SKALA NYERI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RUANG PEDIATRIK MELALUI TERAPI BERMAIN

Grace Solely Houghty 1, Shinta Marina J. P. Sihaloho2, Janet Elaine Weeda 3 Faculty of Nursing and Allied Health Sciences UPH 1,2,3

e-mail: gracesolely@yahoo.com

ABSTRAK

Kebutuhan bermain anak dirumah sakit sering diabaikan karena banyak tenaga kesehatan berpikir bahwa tujuan utama rumah sakit adalah menyelamatkan jiwa. Terapi bermain dapat digunakan sebagai salah satu terapi distraksi untuk menurunkan skala nyeri pada anak. Di Siloam Hospital Lippo Village, nyeri merupakan salah satu dari lima tanda vital. Dari 20 responden di Siloam Hospital Lippo Village, rata-rata pasien mengalami nyeri sedang sekitar empat sampai dengan lima kali saat dirawat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh terapi bermain terhadap skala nyeri pada anak usia prasekolah di ruang Pediatrik Siloam Hospital Lippo Village. Prosedur terapi bermain diberikan sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan kognitif anak. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif quasi eksperimen dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling sesuai kriteria inklusi dengan jumlah 14 responden pada anak usia prasekolah di ruang Pediatrik Siloam Hospital Lippo Village yaitu 7 kelompok kontrol dan 7 kelompok perlakuan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengobservasi skala nyeri anak dengan menggunakan FLACC (Face, Leg, Activity, Cry and Consolability) pain scale sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain baik pada kelompok kontrol maupun perlakuan. Uji statistik yang dilakukan dengan uji t test independen. Dari hasil penelitian didapatkan nilai p = < 0,001, α = 0.005 sehingga secara statistik dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Ada pengaruh terapi bermain terhadap skala nyeri pada anak usia prasekolah di ruang Pediatrik Siloam Hospital Lippo Village.

Kata kunci: anak pra sekolah, , FLACC pain scale, terapi bermain

ABSTRACT

Children’s play needs when hospitalization are often ignored because the hospital thought that the main purpose of the hospital is saving lives and many parents wanted their children to take a rest when hospitalized.

Play therapy can be used as a distraction therapy to reduce pain scale in children. Pain scale in Siloam Hospital Lippo Village is one of the five vital signs. Among 20 patients in Siloam Hospital Lippo Village complain had a medium pain about four or five times when hospitalized. The purpose of this study was to identify the effect of play therapy on the pain scale in preschool aged children in Pediatric room Siloam Hospital Lippo Village. Play therapy procedures provided in accordance with the age and level of child cognitive development. This study uses quantitative research methods with quasi experimental cross sectional design. Sampling was conducted with a purposive sampling technique in accordance with inclusion criteria and took 14 respondents in preschool aged children in Pediatric room Siloam Hospital Lippo Village which 7 respondents as control group and 7 respondents as experiment group. Data collected by observing the child's pain scale by using FLACC (Face, Leg, Activity, Cry and Consolability) pain scale before and after the play therapy in control and experiment group. The statistical test performed by Independent t Test. The result of this research showed that the p value = < 0.001, α = 0.005 .It is proved that there is an effect of play therapy on decreasing pain scale in preschool children in the Pediatric Room Siloam Hospital Lippo Village.

Keywords: FLACC pain scale, play therapy, preschool children

(2)

2

PENDAHULUAN

Nyeri merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama pada anak-anak layaknya orang dewasa (Hasanpour et all, 2006). Nyeri merupakan salah satu dari lima tanda vital. Manajemen nyeri yang efektif bukan saja memiliki nilai – nilai yang berkaitan dengan hak pasien untuk tidak merasakan nyeri tetapi juga memiliki keuntungan medis dan ekonomis seperti lama rawat inap yang lebih pendek karena waktu pemulihan yang lebih cepat. Oleh karena itu, perawat harus mampu untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien.

Terapi bermain adalah respon modalitas sesuai dengan perkembangan anak untuk mencegah dan memecahkan masalah psikososial serta untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal (Bratton et al, 2005).

Menurut Goymour, Stephenson, Goodenough, dan Bolton (2000) salah satu cara yang penting untuk mempersiapkan anak terhadap prosedur medis yang menyebabkan nyeri adalah terapi bermain.

Siloam Hospital Lippo Village (SHLV) telah memiliki fasilitas ruang bermain dan sarana alat permainan, tetapi pelaksanaan program terapi bermain kurang maksimal.

Terapi bermain yang dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai dengan Oktober 2010

dilakukan hanya pada 36 pasien. Dari hasil wawancara dengan perawat bahwa faktor utama tidak maksimalnya program terapi bermain adalah karena keterbatasan jumlah tenaga perawat dan tidak kooperatifnya orangtua.

Data yang didapatkan peneliti dari audit efektivitas nyeri di SHLV dari dua puluh pasien, rata-rata pasien anak usia pra sekolah mengeluh nyeri sedang, yaitu nyeri dengan skala nyeri dengan rentang 4- 6 pada bulan Mei 2010 sekitar empat sampai dengan lima kali pada masa rawat inap. Bulan Juni 2010 keluhan nyeri sedang dua sampai dengan tiga kali dan bulan juli 2010 keluhan satu kali dalam masa perawatan. Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang penurunan skala nyeri pada anak usia prasekolah di ruang Pediatrik SHLV melalui terapi bermain.

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap skala nyeri pada anak usia prasekolah di ruang Pediatrik SHLV . Hipotesa penelitian adalah ada perbedaan skala nyeri antara kelompok kontrol dan intervensi melalui terapi bermain di ruangan Pediatrik SHLV. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai pentingnya

(3)

3 bermain bagi anak walaupun dalam masa

perawatan di rumah sakit yang akan meningkatkan asuhan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit.

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif Quasy Experimental dengan pre dan post design. Rancangan ini berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimental.

Pemilihan kedua kelompok ini tidak menggunakan teknik acak. Kelompok eksperimental diberi intervensi sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok diawali dengan pre-tes, dan setelah pemberian intervensi diadakan pengukuran kembali (post-tes) (Nursalam, 2004).

Pertimbangan etis penelitian ini adalah dengan meminta ijin kepada orang tua anak. Orangtua terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan serta dampak intervensi sebelum dilaksanakan penelitian. Orang tua diinformasikan bahwa partisipasi mereka adalah sukarela dan setiap data yang diberikan bersifat anonymity yaitu nama responden tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan data. Orang tua yang setuju akan menandatangani lembar persetujuan

(informed consent). Responden memiliki hak untuk mengundurkan diri atau tidak menjawab pertanyaan – pertanyaan dalam penelitian. Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden.

Variabel dependen penelitian ini adalah skala nyeri sedangkan variabel independen adalah terapi bermain. Populasi penelitian adalah anak usia pra sekolah yang dirawat di ruang pediatrik SHLV. Penentuan sampel adalah dengan purposive sampling dengan kriteria inklusi adalah anak usia prasekolah yang sedang dirawat di ruang Pediatrik SHLV, anak yang telah mendapat persetujuan dari orangtuanya untuk menjadi responden, pasien dalam keadaan sadar, pasien yang mengalami nyeri dengan diagnosa post operasi appendiktomi maupun appendiktomi perforasi, pasien 24 jam post operasi dan pasien yang memiliki analgetik propyretic suppositoria, pasien yang dapat berkomunikasi dengan baik. Kriteria eksklusi adalah anak yang mengalami spesial need yaitu autism dan ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder).

Sampel penelitian berjumlah 14 anak, dengan 7 responden untuk kelompok kontrol dan 7 responden untuk kelompok intervensi. Penelitian ini menggunakan instrumen terapi bermain yang dikembangkan dari Supartini (2004), terapi bermain di sesuaikan dengan usia anak pra

(4)

4 sekolah. Terapi bermain dibagi menjadi:

Social affective play, Sense pleasure play, Skill play, dan Dramatic role play.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur skala nyeri menggunakan FLACC pain scale (face, leg, activity, cry, consolability). FLACC pain scale adalah instrumen pengkajian nyeri untuk anak dengan rentang usia 2 bulan sampai dengan 10 tahun (Jaques, 2009). FLACC adalah alat pengkajian dengan lima kategori dan setiap kategori memiliki skala 0-2 dan hasil keseluruhan antara 0-10.

Anak diobservasi selama 2-5 menit mencakup aktivitas tubuh, gerakan kaki, wajah dan tangisan serta kenyamanan anak sesuai dengan skala nyeri.

Penelitian ini melakukan uji kesetaraan atau homogenitas antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Polit &

Beck, 2009). Uji kesetaraan pada penelitian ini menggunakan uji Chi- Square. Uji Chi-Square dilakukan untuk melihat kesetaraan karakteristik responden yaitu: umur, jenis kelamin dan diagnose medis. Uji Chi-Square digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel katagorik dengan variabel katagorik (Hastono, 2007). Analisis untuk perbedaan skala nyeri antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan uji t independen karena data berdistribusi normal.

HASIL

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia, Jenis kelamin, Diagnose Medis Dan Skala Nyeri

Tabel 1 menunjukkan bahwa usia paling banyak pada kelompok kontrol adalah 4.5

– 5.5 tahun dan 5.5 – 6 tahun sebanyak 3 responden (42.9%). Pada kelompok

Data Demografi Kontrol Intervensi Total

n % n % n

Usia

3.5 – 4.5 tahun 4.5 – 5.5 tahun 5.5 – 6 tahun Total

1 3 3 7

14.2%

42.9%

42.9%

100%

3 3 1 7

42.9%

42.9%

14.2%

100%

4 6 4 14 Jenis Kelamin

Laki – laki Perempuan Total

3 4 7

42.9%

57.1%

100%

4 3 7

57.1%

42.9%

100%

7 7 14 Diagnosa medis

Appendektomi

Appendektomi perforasi Total

5 2 7

71.6%

28.4%

100%

5 2 7

71.6%

28.4%

100%

10 4 14

(5)

5 intervensi usia 3.5 – 4.5 tahun dan 4.5 –

5.5 tahun sebanyak 3 responden (42.9%).

Pada kelompok kontrol jenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu 4 responden (57.1%) sedangankan pada kelompok intervensi jenis kelamin paling banyak

adalah laki – laki sebanyak 4 responden (57.1%). Diagnosa medis paling banyak adalah appendektomi untuk kelompok kontrol dan kelompok intervensi sebanyak 5 orang (71.6%).

Tabel 2 Perbedaan Skala Nyeri Pasien Sebelum dan Sesudah Intervensi Pada Kelompok Kontrol Dan kelompok intervensi Melalui Terapi Bermain

Kontrol Intervensi p value

n % n %

Sebelum Intervensi

< 0.001 Skala nyeri

Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat

2 4 1

28.6%

57.2%

14.2%

3 3 1

42.9%

42.9%

14.2%

Total 7 100% 7 100%

Sesudah Intervensi Skala nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat

3 3 1

42.9%

42.9%

14.2%

5 1 1

71.6%

14.2%

14.2%

Total 7 100% 7 100%

Tabel 2 menunjukkan nilai p sebesar <

0.001, dari hasil uji statistik menunjukkan perbedaan skala nyeri yang signifikan

antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi melalui terapi bermain.

PEMBAHASAN

Nyeri adalah suatu gejala yang terlihat pada anak yang dapat disebabkan oleh suatu tekanan, injuri atau kekurangan oksigen ke jaringan tubuh, nyeri juga dapat terjadi karena adanya masalah kesehatan atau penyakit atau diakibatkan karena suatu pengobatan (Ross, 2004).

Bermain adalah sarana ekspresi bagi anak dimana pada saat anak mengalami tahap perkembangannya, anak dapat belajar

menggali dan mengkomunikasikan perasaan dan kebutuhannya. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan. Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial, dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan,

(6)

6 melakukan apa yang dapat dilakukannya,

dan mengenal waktu, jarak serta suara.

(Hockenberry & Wilson, 2007).

Bermain merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stres pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Campbell & Glasper, 1995 dalam Supartini, 2004). Terapi bermain adalah intervensi yang efektif untuk membantu anak menggali perasaan dan mengekspresikan dirinya serta membantu anak untuk mengerti pengalaman yang telah mereka alami (Play Therapy Careers, 2004).

Fokus dari terapi bermain adalah untuk menolong anak untuk melepaskan emosi, perasaan dan masalah anak (Potts and Mandleco, 2002). Terapi bermain digunakan anak untuk meningkatkan koping terhadap nyeri dan menggunakan permainan untuk menghambat nyeri.

Contohnya, menggambar akan dapat membantu anak untuk menjelaskan nyeri yang dirasakan dengan seperti perasaan sakit tanpa mengatakan bahwa mereka merasakan nyeri (Potts & Mandleco, 2002).

Pada dasarnya, fungsi bermain bagi anak adalah untuk mendapatkan kesenangan bagi dirinya sehingga tdak merasa bosan.

Fungsi bermain adalah untuk merangsang perkembangan sensorik motorik, perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan kreatifitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan terapi sebagai bermain (Soetjiningsih, 1995).

Hasil penelitian yang dilakukan Li, Lopez

& Lee (2007) menunjukkan bahwa anak yang menerima intervensi terapi bermain memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah pada periode sebelum dan sesudah operasi daripada anak yang hanya menerima informasi di rumah sakit.

Li, Lopez, & Lee (2007) menyatakan bahwa pada anak yang telah menerima persiapan permainan teraupetik memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah, emosi yang negatif, penurunan denyut jantung dan tekanan darah daripada anak yang hanya menerima persiapan informasi.

Hasil penelitian yang dilakukan Azevedor, Santos, Justino, Miranda & Simpson (2008) menunjukkan dengan adanya terapi bermain dapat menurunkan tingkat stress pada anak karena adanya hospitalisasi dan dapat membantu anak saat pelaksanaan prosedur medis.

Penelitian Li, Lopez, & Lee (2007) menyatakan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol pada kecemasan

(7)

7 anak dan kurang signifikan pada nyeri

postoperatif. Terapi bermain efektif pada saat preoperasi untuk mengatasi rasa cemas anak dibandingkan dengan manajemen postoperasi. Penelitian Gariepy & Howe (2003) menunjukkan hasil adanya hubungan antara terapi bermain dengan tingkat stress yang dialami anak selama hospitalisasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Wikstrom (2005) hasil menunjukkan bahwa terapi bermain dengan metode mengekspresikan seni dengan cara menggambar dan mewarnai dapat menurunkan kecemasan dan rasa putus asa serta dapat menjadi sarana komunikasi bagi anak untuk mengekspresikan perasaan anak. Terapi bermain juga dapat digunakan untuk mempersiapkan anak yang mengalami nyeri akibat prosedur medis.

Penelitian oleh Sinha, Christophe, Fenn &

Reeves (2006) menunjukkan hasil berbeda bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap skala nyeri pada kelompok kontrol dan perlakuan pada anak umur kurang dari 10 tahun. Penelitian yang dilakukan Hendon & Bohon (2007) menyatakan bahwa terapi musik memiliki pengaruh yang lebih dominan dan lebih banyak memberikan kesenangan daripada terapi bermain pada anak di rumah sakit.

Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai

persepsi responden mengenai nyeri.

Hockenberry & Wilson (2007) menjelaskan bahwa reaksi anak terhadap nyeri dipengaruhi oleh tingkat perkembangan usia, pengalaman nyeri sebelumnya dan pengalaman dirawat di Rumah Sakit, sistem dukungan (support system) yang tersedia, keseriusan penyakit, dan keterampilan koping dalam mengatasi nyeri. Berdasarkan uraian diatas dapat dinyatakan bahwa terapi bermain merupaka komponen penting dalam mempersiapkan anak untuk operasi Li, Lopez, & Lee (2007).

KESIMPULAN

Skala nyeri anak usia prasekolah di SHLV sebelum dilakukan terapi bermain pada kelompok kontrol dan perlakuan menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami nyeri sedang. Skala nyeri anak usia prasekolah di SHLV sesudah dilakukan terapi bermain pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa presentasi nyeri ringan dan berat sama, sementara pada kelompok perlakuan mayoritas responden mengalami nyeri ringan. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi, sehingga dapat dilihat adanya pengaruh terapi bermain terhadap skala nyeri pada anak usia prasekolah di ruang Pediatrik SHLV.

(8)

8 Pihak SHLV dapat mengimplementasikan

kembali program terapi bermain di ruang Pediatrik SHLV. Perawat dapat memberikan terapi bermain sebagai teknik distraksi untuk menurunkan skala nyeri pada anak usia prasekolah guna

meningkatkan asuhan keperawatan.

Peneliti selanjutnya, dapat meneliti perbedaan efektifitas terapi bermain yang diberikan secara kelompok atau individual dengan melakukan terapi bermain di ruang bermain atau di tempat tidur pasien.

REFERENSI

Azevedor, D. M., Santos, J. J. S., Justino, M .A. R., Miranda, F.A.N., & Simpson, A. (2008).

Playing as Theraupetic Instrument: Opinion of Companios. Revista Electronica de

Efermagem, 10 (1), 137-144. Retrieved from

http://www.fen.ufg.br/revista/v10/n1/v10n1a12.html.

Bratton, S., Ray, D., Rhine, T., & Jones, L. (2005). The efficacy of play therapy with children: A Meta-analytic Review of the Outcome Research. Professional Psychology:

Research and Practice, 36(4), 376-390.

Gariepy,N., & Howe, N. (2003). The Theraupetic Power of Play: Examining the Play of Young Children with Leukimia. Child, Health, Care & Development, 29(6), 523-537.

Goymour, K., Stephenson, C., Goodenough, B., & Bolton, C., (2000). The Role of Play Therapy in Pediatric Emergency. Australian Emergency Nursing Journal, 3(2). 10-12.

Hasanpour, M., Tootoonchi, M., & Yadegarfar, G. (2006). The Effect of Two Nonpharmacologic Pain Management Methods for Intramuscular Injection Pain in Children. Acute Pain 8, 7-12.

Hastono, S. P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Hendon, C., & Bohon, L.M. (2007). Hospitalized Children’s Mood Differences During Play and Music Therapy. Journal Compilation Blackwell Publishing Ltd. Advanced Online Publication. doi:10.1111/j.1365-2214-2007-00746.x.

Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2007). Wong's essentials of pediatric nursing (6th ed.). St.

Louis, MO: Mosby/Elsevier.

Jaques, E. (2009). FLACC Scale Pain Assessment Tool. Diambil dari http://pain.about.com/od/testingdiagnosis/ig/pain-scales/Flacc-Scale.htm. Tanggal 16 Maret 2010.

Li, H. C. W., & Lopez, V. (2007). Effectiveness and Appropriateness of Therapeutic Play Intervention in Preparing Children for Surgery: A Randomized Controlled Trial Study.

JSPN, 13(2), 63-73

Li, H. C. W., Lopez, V., & Lee, T. L. I. (2007). Effects of Perioperative Therapeutic Play on Outcomes of School-Age Children Undergoing Day Surgery. Research in Nursing and Health, 30, 320-332.

Nursalam. (2004) Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis. Jakarta: Salemba Medika.

(9)

9 Play Therapy Carriers. (2004). What Is Play Therapy. Retrieved from

http://www.playtherapycareers.org.uk/whatisplaytherapy.htm tanggal 6 Mei 2010.

Polit, D. L, & Beck, C. T. (2006). Essentials of Nursing Research (6th ed.). United State of America, USA: Lippincoltt Williams and Wilkins.

Potts, N., & Mandleco, B. (2002). Pediatric Nursing Caring for Children and Their Families.

United States of America. USA: Delmar Learning.

Ross, E. L. (2004). Hot Topics Pain Management. United States of America, USA: Manley and Belfus

Sinha, M., Christopher, N.C., Fenn, R., & Reeves L. (2006). Evaluation of Nonpharmacologic Methods of Pain and Anxiety Management for Laceration Repair in the Pediatric Emergency Department. Pediatrics Nurse. Vol. 117 (4), pp. 1162-8.

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Supartini. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Wikstrom, B. M. (2005). Communicating Via Expressive Arts: The Natural Medium of Self Expression for Hospitalized Children. Pediatric Nursing,31(6).

Gambar

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia, Jenis kelamin, Diagnose Medis Dan  Skala Nyeri
Tabel 2 Perbedaan Skala Nyeri Pasien Sebelum dan Sesudah Intervensi  Pada Kelompok Kontrol Dan  kelompok intervensi Melalui Terapi Bermain

Referensi

Dokumen terkait

Teks dalam acara “mamongoti bagas” dalam masyarakat Batak Toba memiliki makna secara keseluruhan pembentukan hubungan sosial yang baru, bahwa ada warga baru di

Orang tua hendaknya memperhatikan benar perawatan diri anak retardasi mental, sehubungan dengan fungsi peran anak dalam merawat diri kurang. Orang tua perlu mengetahui bahwa anak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses adsorpsi metylen blue dengan menggunakan PAC dan GAC dari bahan biji buah Binjai.. Hasil adsorpsi akan

Berdirinya Kecamatan Muara Bangkahulu dan Universitas Bengkulu tahun 1982 menjadi kutub pertumbuhan ( growth pole ) penduduk dan pembangunan fisik yang relatif lebih cepat

Oleh karena itu, berdasarkan grafik yang ada pada gambar 4.3, dapat disimpulkan bahwa kondisi stabilitas arah sepeda motor yang paling baik adalah ketika sepeda motor berbelok

cabang Bekasi yang berasal dari rumah sakit ataupun klinik untuk diproses lebih lanjut (1.0), kemudian PT Taspen (Persero) cabang Bekasi akan melanjutkan proses

Di hari ketigapuluh ini tugas penulis adalah melakukan integrasi atau hosting website yang sudah penulis develop ke dalam domain yang sudah dimiliki oleh