• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dianalisa dan dibahas mengenai model bisnis dan proses operasional PT RedWood Interior, menganalisis pengelolaan sumber daya manusia dari sisi planning, organizing, actuating, controlling pada PT RedWood Interior di wilayah Surabaya, menganalisis cara pengukuran tingkat dan pengembangan produktivitas karyawan pada PT RedWood Interior Surabaya.

4.1 Deskripsi Model Bisnis dan Proses Operasional PT RedWood Interior

Untuk sub bab ini akan dibahas mengenai model bisnis inti dan proses operasional pada PT RedWood Interior. Hasil data di dapat dari hasil wawancara dengan Bapak Edy Santoso selaku pemilik PT RedWood Interior, dan turut dilengkapi serta oleh Bapak Djoen selaku pengawas PT RedWood Interior.

Model bisnis merupakan suatu model yang menjelaskan tentang bagaimana suatu perusahaan bergerak dalam mencapai keuntungan. Bisnis utama yang dijalankan oleh PT RedWood Interior adalah produksi dan penjualan produk furniture. Model bisnis yang dijalankan oleh perusahaan ialah B2C (business to customer) yaitu dengan melakukan penjualan furniture langsung ke tangan konsumen, seperti pedagang eceran dan pembeli yang untuk digunakan sendiri, dan penjualan furniture lewat showroom. Barang yang dijual berupa kursi, meja, lemari, sofa, buffet, tempat tidur, dan sebagainya.

Proses operasional perusahaan merupakan alur proses kegiatan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan secara bertahap, yang dimulai dari bisnis utamanya. Proses operasional yang dijalankan PT RedWood Interior, yaitu melakukan proses produksi furniture, kemudian menjualnya dalam bentuk furniture jadi.

4.1.1 Model bisnis pada PT RedWood Interior

PT RedWood Interior pada awalnya didirikan pada tahun 2001. Dari awal kegiatan utama PT RedWood Interior bergerak di bidang Industri Furniture/Mebel yang terletak di Surabaya, Jawa Timur. Pada tahun 2000,

(2)

perusahaan sudah membangun Gudang beserta infrastrukturnya sebagai sarana penyimpanan dan produksinya, dan kegiatan komersialnya dimulai pada akhir tahun 2001 tepatnya pada bulan November 2001.

Gambar 4.1 Model bisnis PT RedWood Interior Sumber: Hasil wawancara pada PT RedWood Interior

(Mei 2012, diolah kembali)

Perusahaan memusatkan perhatian pada bisnis utamanya yaitu, produksi furniture, dan penjualan furniture di Surabaya. Sebelum dilakukan produksi, perusahaan melakukan order bahan baku terlebih dahulu. Bahan baku diorder langsung dari berbagai daerah namun lebih dominan dari Kalimantan. Produksi Furniture pada PT RedWood Interior menggunakan bahan baku kayu. Kayu ini kemudian diproses mulai dari barang mentah menjadi produk furniture jadi.

Setelah menjadi produk furniture, perusahaan kemudian menjual produknya tersebut ke konsumen. Produk yang dihasilkan pada tahun 2009 rata-rata 80-100

Perusahaan PT RedWood Interior Berdidri Tahun 2001

Produksi Furniture

B2C (Business to customer)

Menjual kursi, meja, lemari, buffet, dan lain-

lain

Menjual langsung ke tangan konsumen.

Misalnya, pengusaha furniture, reseller

Menjual lewat media pemasaran. Misalnya, lewat toko atau pameran

(3)

unit per bulan. Tahun 2010, produk yang dihasilkan 100-120 unit per bulan. Pada tahun 2011, produk yang dihasilkan 120-150 unit per bulan.

Setelah menghasilkan produk furniture, perusahaan melanjutkan bisnisnya ialah dengan menjual barang hasil produksinya sendiri. Perusahaan memiliki pelanggan tetap dalam penjualan furniturenya. Perusahaan memfokuskan penjualan hasil produksinya langsung pada konsumennya atau B2C (business to customer). Dalam penjualan produk furniture, perusahaan menggunakan 2 model yaitu menjual produk langsung ke konsumen, dan menjual komunitas. Dalam penjualan langsung, perusahaan menjual langsung produk furniturenya kepada konsumen tanpa media perantara, misalnya pengusaha furniture, dan atau reseller. Dalam penjualan komunitas, perusahaan menjual produk furniturenya kepada konsumen dengan memanfaatkan tempat pemasaran, misalnya toko furniture, dan atau pameran.

Gambar 4.2 Model penjualan langsung

(Sumber: Hasil wawancara pada PT RedWood Interior yang diolah)

Gambar 4.3 Model penjualan lewat media pemasaran

(Sumber: Hasil wawancara pada PT RedWood Interior yang diolah)

Upaya yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan volume penjualan furniture kayu dilakukan antara lain melalui pameran atau workshop. Cara ini membantu perusahaan agar produknya dapat lebih dikenal dan diminati oleh konsumen yang lebih luas.

Penjualan furniture cukup membawa hasil yang baik, karena pada saat perusahaan memfokuskan pada penjualan furniture, pesaing di bidang penjualan furniture masih kecil untuk daerah Surabaya dan sekitarnya. Apalagi disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang sangat membutuhkan furniture untuk mengganti dan melengkapi kebutuhan di rumah. Oleh sebab itu, ketika melakukan penjualan furniture perusahaan merasa nyaman dengan kondisi dan situasi yang

Pabrik Konsumen

Konsumen Showroom

Pabrik

(4)

ada dan berniat untuk melebarkan bisnisnya sampai kepada membuka toko-toko lainnya sebagai cabangnya, dan tidak hanya memusatkan kepada pusatnya saja.

Sejalan berkembangnya jumlah penduduk yang semakin meningkat dan secara tidak langsung kebutuhan pun ikut meningkat. Kebutuhan untuk membeli furniture meningkat, dikarenakan penduduk di Surabaya menginginkan sesuatu yang baru untuk mengisi kebutuhan di rumahnya. Apalagi ketika mau memasuki hari raya ataupun tahun baru, penjualan terus meningkat seiring dengan keinginan masyarakat yang ingin mendesign rumahnya dengan furniture-furniture yang baru maupun hanya sekedar melengkapi saja isi rumahnya agar bisa merayakan hari raya dengan nyaman. Semua ini tentunya membawa dampak yang baik bagi perusahaan, karena secara tidak langsung ini membawa keuntungan untuk perusahaan dalam penjualan. Sampai sekarang, bisnis yang dijalankan PT RedWood Interior belum berubah. Perusahaan masih menjalankan bisnis utamanya yaitu produksi dan penjualan produk furniture.

.

4.1.2 Proses Operasional pada PT RedWood Interior

Proses operasional pada PT RedWood Interior dimulai dari aktivitas bisnis utamanya yaitu melakukan proses produksi dan penjualan produk furniture.

Dalam kegiatan produksi, perusahaan melakukan persiapan pada bagian-bagian yang nantinya akan digunakan dan membantu selama proses produksi.

Perusahaan menyiapkan fasilitas produksi, kemudian mempersiapkan peralatan produksi yang akan digunakan, menyiapkan bahan baku, menyiapkan bahan pelengkap, menyiapkan tenaga kerja yang disesuaikan dengan keahlian di masing-masing bidangnya, teknologi penunjang, serta pada akhirnya melakukan proses produksinya.

(5)

Berikut ini adalah tahap-tahap dalam kegiatan produksi furniture yang merupakan bisnis utama PT RedWood Interior.

Gambar 4.4 Proses Input sampai Output pada proses produksi furniture di PT RedWood Interior

Sumber: Hasil wawancara pada PT RedWood Interior yang diolah

Proses produksi ini berjalan karena dikontrol langsung oleh pengawas Bapak Djoen setiap hari dalam jam kerja yang sudah disediakan. Perusahaan menyediakan segala perlengkapan dan peralatan dasar mulai dari bahan baku kayu, dan peralatan produksinya seperti mesin bor, gergaji, pisau, dan peralatan lainnya. Setelah perlengkapan dan peralatan sudah tersedia dengan lengkap, maka para pekerja bagian produksi yang akan mulai melakukan proses produksinya.

Pengoperasian peralatannya bisa dengan manual, bisa juga dengan menggunakan tenaga listrik. Pekerjaan dilakukan selama 8 jam setiap hari yang dimulai pada jam 08.00-17.00. Jika para pekerja membutuhkan waktu tambahan untuk lembur, maka jam lembur bisa diambil setelah jam kerja operasi biasanya yaitu mulai jam 17.00-20.00. Selama ada pekerja yang lembur, pengawas juga ikut lembur selama waktu yang diambil untuk lembur. Ini sudah menjadi kebijakan perusahaan.

Karena dalam jam lembur, harus ada juga yang ikut mengawasi dan mengontrol semua kegiatan produksi dengan baik.

Bahan Baku &

Bahan pelengkap Pemotongan Kayu

Penghalusan komponen produk

Perakitan komponen produk

Pengamplasan Pewarnaan &

Finishing Desain Furniture

Produk Furniture Jadi (lemari, meja, kursi, buffet, dan sebagainya) Bahan baku: kayu jati, kayu mahoni Bahan pelengkap: rangka besi, cermin, kaca, kunci, bahan jok, tarikan pintu, engsel, asesoris

(6)

a. Fasilitas produksi

Fasilitas produksi yang dipakai oleh PT RedWood Interior pada saat ini, antara lain:

1. Gudang bahan baku

Bahan baku berupa kayu (kayu jati dan kayu mahoni) dengan beragam ukuran yang tempatnya terlindung dari hujan.

2. Ruang produksi

Ruang produksi terdiri dari ruang pengerjaan, ruang pewarnaan, serta ruang finishing. Ruang pengerjaan kayu terpisah dari ruang pewarnaan dan ruang finishing, karena debu dari serbuk gergaji dapat mengganggu kualitas hasil kerja pewarnaan dan finishing.

3. Tempat penyimpanan hasil produksi

Tempat penyimpanan hasil produksi berfungsi sebagai toko, dan sebagai tempat pajangan produk.

b. Peralatan produksi

Peralatan yang digunakan oleh PT RedWood Interior saat ini dikelompokkan ke dalam peralatan mekanis dengan bantuan tenaga listrik, dan peralatan manual, yaitu:

1. Peralatan mekanis dengan menggunakan tenaga listrik antara lain, mesin bor, mesin serut, mesin amplas, mesin gergaji, obeng listrik, kompresor untuk pewarnaan, dan finishing politur.

2. Peralatan manual terdiri dari gergaji manual, palu, tang, tatah atau pahat, tatah ukir, pisau raut, mistar, meteran, serta peralatan politur, cat, dan sebagainya.

Penggunaan peralatan ini menggunakan ketrampilan serta keahlian pekerja produksi, baik dari segi pengoperasian alat maupun kemampuan mengukir, memotong sesuai bentuk dengan ketelitian yang tinggi secara manual.

(7)

c. Bahan baku

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan berbagai jenis produk furniture antara lain, kayu jati, kayu mahoni. Berikut merupakan gambar proses produksi.

Gambar 4.5 Flow Chart Proses produksi, mulai bahan baku sampai menjadi produk jadi pada PT RedWood Interior

Sumber: Hasil wawancara pada PT RedWood Interior yang diolah d. Bahan pelengkap

Bahan pelengkap yang digunakan dalam berbagai jenis furniture antara lain: rangka besi, cermin, kaca, kunci, bahan jok, tarikan pintu, engsel, asesoris, dan sebagainya. Sedangkan bahan pembantu yang digunakan terdiri dari paku, sekrup, amplas, dempul, bahan melamin, thiner, spiritus, bahan politur seperti pewarna, lem, serta cat.

e. Tenaga kerja

Tenaga kerja yang terlibat dari awal melakukan produksi sampai sekarang pada PT RedWood Interior terdiri dari tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung adalah pekerja produksi yang memiliki keahlian dalam kategori tukang kayu, tukang politur untuk pekerjaan finishing, serta tukang amplas. Sedangkan tenaga manajemen, administrasi dan penjualan serta sopir sebagai kelompok tenaga kerja tidak langsung.

Mulai

Supplier (pemasok bahan baku)

Bahan baku:

Kayu Jati, dan Kayu Mahoni

Lemari, kursi, meja, tempat tidur,

Design, pemotongan, penghalusan, perakitan, pengampelasan, pewarnaan dan finishing Proses Produksi

Produk Jadi Gudang Penyimpanan

(8)

Pada lokasi penelitian diperoleh informasi bahwa umumnya perusahaan furniture bersama tenaga kerjanya menerapkan 7–8 jam kerja per hari. Pada saat permintaan pesanan meningkat pengusaha furniture dapat menambah tenaga kerja produksi. Penambahan ini relatif mudah diusahakan baik karena tersedianya tenaga kerja dan sistem pengupahan yang dilakukan secara harian atau borongan. Penambahan tenaga kerja diperhitungkan atas dasar jumlah jam kerja atau jumlah hari kerja untuk dijadikan sebagai patokan dalam menghitung jumlah tenaga kerja terampil yang dibutuhkan guna menyelesaikan seluruh produk yang akan diproduksi. Permintaan produk biasanya meningkat pada saat menjelang hari raya ataupun tahun baru.

Tingkat keterampilan tenaga kerja sangat menentukan kualitas produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, kreatifitas perancang dan keahlian pekerja merupakan asset penting bagi kelangsungan usaha furniture, mengingat produk yang diproduksi lebih mengedepankan nilai seni.

f. Teknologi

Teknologi produksi yang digunakan dari mulai berproduksi sampai saat ini di PT RedWood Interior ialah gabungan antara teknologi sederhana dengan teknologi semi modern. Teknologi sederhana terlihat dari penggunaan peralatan yang dikerjakan secara manual dengan tenaga manusia. Teknologi semi modern tercermin dalam penggunaan peralatan yang digerakkan dengan mesin listrik, meskipun masih dalam kendali pekerja bukan komputer.

Pekerjaan dalam industri ini mengandalkan gabungan antara keterampilan tangan pekerja baik dalam menggunakan peralatan sederhana/manual maupun dalam mengoperasikan peralatan semi modern.

(9)

g. Proses produksi

Proses produksi furniture pada PT RedWood Interior secara umum digambarkan melalui berikut ini:

Gambar 4.6 Flow Chart Proses Operasional Produksi Furniture PT RedWood Interior

Sumber: Hasil wawancara pada PT RedWood Interior yang diolah

Proses produksi pada usaha furniture ini menggunakan teknologi proses sederhana secara manual untuk pekerjaan kecil dan rinci. Pada pekerjaan yang lebih berat sudah menggunakan teknologi proses semi modern, yaitu dalam proses pemotongan, penyerutan dan penghalusan untuk bidang- bidang yang lebih luas. Proses pembuatan furniture merupakan gabungan proses mekanik (pemotongan, pengeboran dan pemolaan) dan pengerjaan seni (pembentukan akhir sesuai contoh model). Furniture yang dihasilkan merupakan produk yang mempunyai kandungan seni menurut model dan fungsi produk yang dikehendaki.

Proses pembuatan dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu pemotongan kayu gelondongan menjadi bentuk kaso, papan dan balok yang dilakukan di tempat penjual kayu. Selanjutnya bahan tersebut dilakukan pemotongan sesuai dengan ukuran produk, pembentukan model-model produk dengan mesin bubut, pengukiran bentukan produk jadi, pengampelasan, pewarnaan dan finishing.

Pewarnaan umumnya memanfaatkan warna alami kayu jati yang sangat digemari oleh konsumen. Penguatan warna sesuai selera konsumen, biasanya cenderung kepada warna terang, kuning sampai kecoklatan, atau

Bahan Baku &

Bahan pelengkap

Pemotongan Kayu

Penghalusan komponen produk

Perakitan komponen produk

Pengampelasan Pewarnaan &

Finishing Desain Furniture

Produk Furniture Jadi (lemari, meja, kursi, buffet, dan sebagainya) Bahan baku: kayu jati, kayu mahoni Bahan pelengkap: rangka besi, cermin, kaca, kunci, bahan jok, tarikan pintu, engsel, asesoris

(10)

warna agak gelap, yaitu coklat sampai kehitaman. Tetapi beberapa konsumen juga ada yang menginginkan warna lain seperti warna keemasan atau perak.

Bahan pelarut warna dan perekat warna dapat dipilih antara politur dan melamine.

4.2 Pengelolaan Sumber Daya Manusia staffing, training, development, kompensasi, 3K (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dan Employee Relathionship di PT RedWood Interior

Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan Bapak Edy Santoso selaku pemiliki PT RedWood Interior, dan dilengkapi oleh wawancara dengan bapak Djoen sebagai pengawas PT RedWood Interior.

Gambar 4.7 Flow chart Perencanaan SDM di PT RedWood Interior Sumber: Hasil wawancara pada PT RedWood Interior yang diolah

Perencanaan Sumber Daya Manusia

Analisis Pekerjaan yang mau di isi

Analisis kualifikasi jabatan Analisis Kebutuhan

terhadap pekerjaan yang mau di isi

SDM bagian Produksi PT RedWood Interior

Designer, Pengawas, Tenaga Kerja proses

produksi

Designer 1 orang, manajer produksi 1 orang, tenaga kerja

proses produksi. Info lewat pengumuman di kantor, lewat

iklan di Koran, langsung ke bagian SDM perusahaan.

Seleksi SDM

Pelatihan dan Pengembangan

CV, Tes Wawancara, Tes Psikologi, Tes Keahlian Staffing

(11)

Dalam sub bab ini, dilakukan staffing yang meliputi seperti halnya perencanaan tenaga SDM bagian produksi PT RedWood Interior, kegiatan analisis jabatan pada bagian produksi. Selanjutnya, tahap berikut yang dilakukan perusahaan adalah perencanaan kebutuhan terhadap pekerjaan yang akan di isi baik jumlahnya maupun keahliannya berdasarkan jumlah produksi yang ditargetkan. Setelah melakukan analisis kebutuhan, perusahaan melakukan analisis kualifikasi jabatan yang infonya dilihat lewat kertas pengumuman yang di tempel di perusahaan, lewat iklan di Koran, dan langsung ke bagian SDM perusahaan. Kemudian, calon tenaga kerja yang akan di rekrut membawa CV, dan dilakukan tes wawancara, tes psikologi, dan tes keahlian setelah itu karyawan pada PT ReedWood Interior melakukan pelatihan dan pengembangan guna meningkatkan kinerja karyawan.

Berikut ini adalah hasil analisis deskriptif dari pengelolaan SDM PT RedWood Interior

4.2.1 Staffing pada PT RedWood Interior

PT RedWood Interior melakukan perencanaan staffing, agar bisa mencapai tujuannya, yaitu untuk mendapatkan karyawan yang berkualitas, jujur, disiplin, cakap dengan penempatan yang benar, terampil, yang memiliki gairah dalam bekerja, yang dapat bekerja sama, yang dinamis dan kreatif, yang inovatif, loyal, dan yang dapat bekerja secara mandiri dan.

Setiap tahun, jumlah pekerja yang dibutuhkan perusahaan semakin bertambah, secara otomatis jumlah pekerja yang akan direkrut juga pasti ikut meningkat. Hal ini seperti yang diungkapkan bapak Edy Santoso yang menyebutkan bahwa “Sesuai kebutuhan, misalnya kalau ada proyek perusahaan kekurangan tenaga kerja, baru melakukan perekrutan misalnya saat ada karyawan yang keluar dan dirasa kebutuhan akan karyawan kurang baru perusahaan merekrut”

Kalau pada tahun 2010 jumlah yang karyawan 456 orang. Pada tahun 2011, jumlah pekerja yang bisa mencapai lebih dari 465 orang. Ada penambahan jumlah tenaga kerja yang direkrut dari tahun sebelumnya, yaitu tahun 2010.

Menurut manajer HRD PT RedWood Interior, sebelum melakukan proses

(12)

rekrutmen, yang terlebih dahulu dilakukan adalah melakukan analisis jabatan dan kebutuhan untuk setiap jabatan yang akan dilakukan perekrutan serta melihat jumlah karyawan yang keluar dari perusaaan. Dalam hal ini, jabatan-jabatan yang diperlukan perusahaan untuk menambah kapasitas tenaga kerjanya antara lain, designer, dan tenaga kerja bagian produksi khususnya bagian perakitan dan finishing yang membutuhkan tenaga kerja.

Sesuai kebijakan perusahaan, setiap jabatan memiliki kriteria kualifikasi yang disesuaikan tugasnya, dan tingkat jenjang kariernya. Untuk jabatan designer, adalah Pria, pendidikan minimal S1, pengalaman kerja minimal 2 tahun, menguasai bidang furniture, menguasai AutoCad dan sketsa tangan, mempunyai pengetahuan yang baik dalam bidang konstruksi dan material, menguasai Microsoft office, bisa berbahasa inggris, kratif dan inovatif, rajin dan bertanggung jawab, jujur, mampu bekerja secara mandiri dan kelompok. Untuk jabatan tenaga kerja bagian produksi, kualifikasi yang dibutuhkan adalah pria, pendidikan minimal SMK, mempunyai pengalaman kerja 1 tahun, dapat membaca gambar design atau detail unit furniture, memiliki kemampuan mengoperasikan mesin produksi, bisa berbahasa inggris, rajin dan bertanggung jawab, jujur, mampu bekerja secara mandiri dan kelompok.

Kualifikasi rekrutmen disesuaikan dengan perekrutan sebelumnya yang terjadi pada bulan juli tahun 2011. Kualifikasi perekrutan dapat dilihat di departemen SDM PT RedWood Interior, lewat iklan di Koran, ataupun tempelan kertas pengumuman di perusahaan. Untuk mendapatkan informasi perekrutan yang lebih lengkap, langsung saja ke departemen SDM PT RedWood Interior, karena disana akan dijelaskan langsung kriteria yang dibutuhkan dan syarat- syaratnya.

Dalam perekrutan, perusahaan menjelaskan kebutuhan dan kualifikasi tenaga kerja yang akan di rekrut di luar perusahaan, misalnya lewat media iklan di Koran.

Frekuensi waktu perekrutan dilakukan setiap bulan sekali ataupun ditentukan dengan kebutuhan perusahaan. Menurut pimpinan perusahaan, ini semua ditentukan dari karyawan yang berhenti dan posisi yang kosong. Jika

(13)

dalam belum ada karyawan yang keluar ataupun posisi yang kosong, maka belum akan dilakukan rekrutmen.

Dalam melakukan proses perekrutan ini, perusahaan sering mengalami kendala dalam melakukan proses. Kendala dalam perekrutan yang biasanya dihadapi perusahaan adalah sulitnya untuk mendapatkan tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan dalam jumlah yang ditentukan.

Dalam melakukan seleksi, penilaian seleksi yang dilakukan perusahaan adalah dengan melihat kinerja karyawan selama 3 bulan, seleksi selama 3 bulan tersebut diperlukan untuk tenaga kerja yang ada dalam proses penyimpanan di gudang, dan sebagian pada proses produksi dan akan diawasi langsung oleh bagian pengawas dan sekiranya karyawan tidak dapat beradaptasi dengan perusahaan maka akan diberhentikan

Dalam melakukan proses seleksi, perusahaan terkadang memiliki kendala yang menghambat kelancaran dan kredibilitas hasil yang diharapkan. Kendala yang dihadapi seperti halnya karyawan diseleksi tidak dapat langsung bekerja dengan baik pada perusahaan.

4.2.2 Training pada PT RedWood Interior

Pelaksanaan training pada PT RedWood Interior dilakukan untuk karyawan baru. Menurut pimpinan perusahaan, pelatihan dilakukan kepada karyawan baru selama 3 bulan, Selama 3 bulan itu dikasih training dasar-dasarnya sampai pada ke tahap setting dan kemudian dibagi ke dalam tahap proses. Bapak Edy juga menjelaskan bahwa “Pertama diajari dahulu tahap-tahapnya seperti apa kemudian selama 3 bulan pasti karyawan baru sudah bisa mandiri”

Pelaksanaan training ini, dilakukan mulai dari tahap dasar hingga tahap setting, berhasil tidaknya pelatihan yang dilakukan karyawan dapat dilihat dari waktu karyawan setting setelannya sudah betul atau tidak lalu ada komplain atau tidak dari klien dan terutama harus sesuai jadwal kerja dan sesuai dengan design.

Hal tersebut juga dijelaskan oleh Bapak Edy yang menyebutkan bahwa “Selama 3 bulan itu dikasih training dasar-dasarnya sampai pada ke tahap setting dan kemudian dibagi ke dalam tahap proses”. Hambatan yang terjadi pada saat training karyawan baru adalah saat karyawan baru yang direkrut tidak bisa sama

(14)

sekali mengenai produksi furniture sehingga membutuhkan pelatihan yang lebih serius.

Training juga dilakukan untuk memperbaiki serta meningkatkan kinerja karyawan pada bagian produksi. Menurut pimpinan perusahaan, training dilakukan saat ada jenis atau design produk baru dimana karyawan membutuhkan pembelajaran lagi guna untuk dapat mengerjakan produk tersebut. Hal tersebut dijelaskan oleh bapak Edy yang mengatakan “Pelatihan karyawan dalam perusahaan dilakukan jika ada produk baru atau design baru yang akan diproduksi oleh perusahaan sehingga diperlukan adanya pelatihan lebih lanjut mengenai kemampuan karyawan”

Pelatih yang dipilih perusahaan adalah bapak Djoen selaku manajer produksi sekarang, dan bapak yudi yang merupakan karyawan serba bisa dalam pengoperasian mesin produksi. Pelaksanaan training ini, selalu dilakukan di ruang serba guna perusahaan, dengan menggunakan metode on the job training yaitu kegiatan pengenalan prosedur produksi produk design baru, dan bimbingan khusus dari manajer produksi mengenai proses produksi dan peralatannya. Setelah menjalani masa pengembangan yang berlangsung, maka karyawan yang dilatih diadakan percobaan selama 3 bulan untuk melihat perkembangan kinerjanya sebelum dan sesudah diberikan pelatihan (training). Menurut pimpinan PT.

RedWood Interior, selama masa percobaan atau kontrak karyawan harus dapat menghasilkan produk baru tersebut.

4.2.3 Development PT RedWood Interior

Pelaksanaan development pada pada karyawan produksi belum dilakukan di PT RedWood Interior hal tersebut dikarenakan pimpinan perusahaan merasa bahwa kinerja dari karyawan PT RedWood Interior sudah baik dan belum merasa perlu untuk melakukan proses development.

4.2.4 Kompensasi pada PT RedWood Interior

Karyawan memiliki tanggung jawab untuk setiap tugas yang diberikan perusahaan. Setelah melakukan dan menyelesaikan kewajibannya tersebut, perusahaan harus memberikan kompensasi kepada karyawan dalam bentuk upah.

Ini merupakan suatu kewajiban perusahaan untuk membayar hasil kerja dari

(15)

karyawan, dan hak dari karyawan untuk menerima pembayaran dari hasil kerja keras yang telah dilakukan.

PT RedWood Interior memberikan kompensasi kepada karyawannya dalam bentuk upah, bonus dan tunjangan lain untuk menjamin kepuasan karyawannya. Pemberian upah disesuaikan dengan jenjang karier dari masing- masing karyawan perusahaan. Tunjangan yang diberikan perusahaan yaitu tunjangan kesehatan. Bentuk tunjangan ini diberikan kepada karyawan sebagai bentuk rasa kepedulian perusahaan terhadap karyawannya. Hal ini juga dijelaskan oleh Bapak Edy yang menjelaskan bahwa “Sesuai dari hasil kerjanya kalau hasil kerjanuya baik perusahaan tidak sungkan memberikan tambahan bonus kepada karyawan”

Selain dalam bentuk upah, perusahaan juga memberikan reward kepada karyawannya, jika karyawan tersebut berhasil melebihi target produksi ataupun penjualan yang telah ditetapkan perusahaan. Dalam pemberian reward, perusahaan memberikannya dalam bentuk bonus upah. Ini merupakan bonus untuk karyawan yang berhasil melebihi pencapaian target. Dengan menerapkan sistem reward ini, hal ini sangat memicu karyawan untuk saling unggul dalam bersaing pencapaian target. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Bapak Edy mengenai pemberian reward ” Iya berdasarkan target yang dicapai apabila karyawan mampu memberikan target yang lebih kepada perusahaan maka akan diberikan reward”

Pemberian kompensasi yang dilakukan perusahaan sudah efektif, karena pemberiannya disesuaikan dengan jenjang karier pada perusahaan, kemudian adanya pemberian tunjangan sosial, dan pemberian reward jika melebihi target.

4.2.5 3K (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

PT RedWood Interior memiliki tanggung jawab terhadap keselamatan dan kesehatan kerja karyawan selama bekerja dalam perusahaan, bentuk tanggung jawab perusahaan PT RedWood Interior adalah dengan menyediakan berbagai alat keselamatan dan kesehatan kerja karyawan seperti halnya adanya masker kesehatan serta sarung tangan untuk karyawan bagian produksi, perusahaan juga menyediakan sarana dan prasaran sperti halnya kotak P3K jikalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti halnya kecelakaan kerja atau ada karyawan yang sakit.

(16)

Namun dalam prakteknya menurut pimpinan perusahaan, karyawan sendiri yang mengabaikan keselamatan dan kesehatan kerja seperti halnya bekerja tanpa sarung tangan atau alas kaki yang layak sehingga perusahaan PT RedWood Interior terkadang harus menegur karyawan yang bertindak tidak disiplin tersebut.

Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan yang Bapak Edy yang menyebutkan

“Kendalanya dari kelalaian karyawan kadang susah dikasih tahu ada alat kesehatan tapi tidak dipakai”

4.2.6 Employee Relationship

Hubungan baik yang terjadi antara karyawan dengan perusahaan sangatlah penting terutama bagi perusahaan, karyawan yang merasa dirinya memiliki hubungan yang baik dengan perusahaan PT RedWood Interior seperti halnya perusahaan memperhatikan keinginan dan keluhan karyawan akan berdampak pada semangat kerja karyawan dan akan berdampak pada produktivitas karyawan. Bapak Edy juga menjelaskan bahwa ” Selalu mendengar keluhan dari karyawan misalnya karyawan kurang apa perusahaan selalu berupaya membantu, belum ada serikat kerja”

Namun terkadang perusahaan memiliki kendala dalam membangun hubungan baik dengan karyawan karena setiap karyawan memiliki watak yang berbeda-beda sehingga keluhan dan kebutuhan antara karyawan satu dengan yang lainnya tidak sama hal tersebut yang membuat perusahaan harus bijaksana dalam membuat sebuah keputusan atau kebijakan. Bapak Edy juga menjelaskan bahwa ” Tiap orang punya watak yang berbeda-beda kadang ada orang yang bisa diatur dan kadang ada orang yang susah diatur”

4.3 Analisa cara pengukuran, tingkat, dan perkembangan produktivitas pada PT RedWood Interior

Untuk sub bab ini akan dibahas mengenai cara pengukuran, tingkat, serta perkembangan produktivitas pada perusahaan yang didapatkan dari data primer yang diolah dengan wawancara kepada pimpinan PT RedWood Interior. Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan deskriptif. Produktivitas yang

(17)

dibahas antara lain dari cara pengukuran, tingkat produktivitas, serta perkembangan produktivitas. Berikut ini adalah hasil analisis deskriptif dari pengolahan produktivitas PT RedWood Interior.

Pengukuran produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang penting di semua tingkatan ekonomi karena mempunyai sifat evaluatif dan pengembangan. Indikator produktivitas kerja menjadi sangat penting, karena sebagai pengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam meningkatkan produktivitas kerja yang dihasilkan oleh karyawan.

Sejauh ini produktivitas yang dihasilkan oleh karyawan PT RedWood Interior cukup baik. Ini dapat dilihat dari hasil produksi yang meningkat dari tahun 2010 ke tahun 2011, serta kepuasan pelanggan meningkat. Kepuasan pelanggan meningkat dilihat dari produk yang dihasilkan begitu diminati sehingga perusahaan berusaha meningkatkan terus hasil produksinya agar bisa menjangkau kebutuhan pelanggan yang relative besar per tahunnya.

Perkembangan produktivitas PT RedWood Interior tidak hanya dilihat dari hasil produksi yang dicapai dalam 2 tahun sebelumnya, tapi bisa diliat dari berbagai data yang disiapkan oleh perusahaan, seperti yang terlihat pada tabel- tabel pengolahan data berikut ini:

4.3.1 Cara pengukuran produktivitas pada PT RedWood Interior

Sub bab ini akan membahas tentang cara pengukuran produktivitas di bagian produksi yang digunakan perusahaan lewat hasil wawancara dengan pimpinan perusahaan.

Sesuai hasil wawancara yang peneliti dapat, PT RedWood Interior sebelumnya belum pernah melakukan pengukuran produktivitas di bagian produksi. Perusahaan hanya mengumpulkan data dan terus meningkatkan produksi dari tahun ke tahun yang disesuaikan dengan permintaan yang semakin besar.

Sesuai kondisi PT RedWood Interior yang belum melakukan pengukuran produktivitas, maka peneliti yang akan mengukurkan produktivitas produksinya dengan menggunakan model pengukuran produktivitas parsial. Sebelum melakukan pengukuran produktivitas, awalnya peneliti meminta data-data

(18)

penunjang untuk melakukan pengukuran selama proses wawancara. Data yang diberikan perusahaan lewat hasil wawancara dengan narasumber, antara lain data hasil produksi, data hasil produksi baik, data hasil produksi cacat, data jumlah tenaga kerja, data jumlah absensi tenaga kerja. Kelima data ini, semua berasal dari bagian produksi perusahaan, dan datanya mulai tahun 2010 dan tahun 2011.

Peneliti menggunakan cara pengukuran produktivitas parsial, dimana outputnya dibandingkan dengan inputnya. Jika dalam rumus, bentuknya seperti ini:

Produktivitas Parsial = Input Output

(4.1.)

Untuk mengetahui tingkat dan perkembangan produktivitas bagian produksi, peneliti menghitungnya dengan cara:

Tingkat Perkembangan Produktivitas = 100%

2010 tahun tas Produktivi

2010 tahun tas Produktivi 2011

tahun tas Produktivi

x

Semua data produksi diolah dengan menggunakan rumus di atas yang digunakan peneliti. Sebelum menghitung produktivitas, awalnya peneliti mengolah data hasil wawancara dengan menjumlahkan data selama 1 tahun.

Setelah semua selesai di jumlahkan, maka peneliti langsung menghitung perbandingan antara output dan inputnya, dan kemudian mencari tingkat dan perkembangannya dalam persentase.

4.3.2 Tingkat dan perkembangan produktivitas pada PT RedWood Interior

Tingkat dan perkembangan produktivitas pada PT RedWood Interior terlihat dari beberapa perbandingan output dan input yang diolah dari hasil wawancara dengan nara sumber dan informan bagian produksi di PT RedWood Interior. Tingkat dan perkembangan produktivitas PT RedWood Interior ditinjau dari pengolahan beberapa data tahun 2010 dan tahun 2011 dari hasil wawancara, antara lain:

a. Data hasil produksi furniture keseluruhan b. Data hasil produksi furniture baik

c. Data jumlah tenaga kerja bagian produksi

(19)

1. Tingkat dan perkembangan produktivitas yang dievaluasi melalui pencapaian hasil produksi tahun 2010 sampai 2011.

Tabel 4.1 Tingkat dan Pertumbuhan produktivitas yang di evaluasi melalui pencapaian hasil produksi pada tahun 2010 sampai 2011

Tahun 2010 2011

Total 3.568 unit 3.758 unit

Produktivitas

5%

Sumber: Hasil wawancara pada PT RedWood Interior

Berdasarkan tabel perbandingan hasil produksi dan jumlah tenaga kerja, dilihat dari pencapaian hasil produksi pada tahun 2010 ke tahun 2011, perusahaan mengalami kenaikan tingkat produktivitas hasil produksi yang tidak terlalu besar. Pada tahun 2010 hasil produksi yang dicapai sebesar 3568 unit. Pada tahun 2011 hasil produksi yang dicapai sebesar 3758 unit, dimana ada kenaikan 190 unit dari tahun sebelumnya.

2. Tingkat dan perkembangan produktivitas yang di evaluasi melalui pencapaian hasil produksi dan jumlah tenaga kerja pada tahun 2010 sampai 2011.

Tabel 4.2 Tingkat dan Pertumbuhan produktivitas yang di evaluasi melalui pencapaian hasil produksi dan jumlah tenaga kerja

pada tahun 2010 sampai 2011 Tahun

Produksi Tahun

2010

Tenaga Kerja

2010

Produksi Tahun

2011

Tenaga Kerja

2011 TOTAL 3.568

unit

456 orang 3758 unit 465 orang Produktivitas

7,8 unit/orang 8,08 unit/orang Persentase kenaikan

Produktivitas 3,5 %

Sumber: Hasil wawancara pada PT RedWood Interior

Berdasarkan tabel perbandingan hasil produksi dan jumlah tenaga kerja, dilihat dari pencapaian hasil produksi pada tahun 2010 ke tahun 2011, perusahaan mengalami kenaikan tingkat produktivitas hasil produksi yang tidak terlalu besar. Pada tahun 2010 hasil produksi yang dicapai sebesar 3568 unit dengan pencapaian produktivitas yaitu 7,8 unit/orang. Pada tahun 2011

(20)

hasil produksi yang dicapai sebesar 3758 unit, dimana ada kenaikan 190 unit dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 pencapaian produktivitas mengalami kenaikan sebesar 8,06 unit/orang dengan selisih sebesar 0,26unit/orang dari tahun sebelumnya.

Perbandingan tahun 2010 dengan tahun 2011 cukup membawa dampak positif bagi perusahaan. Peningkatan ini bisa terjadi dikarenakan terdapat faktor yang mempengaruhi yaitu, faktor tenaga kerja yang bekerja dengan produktif sesuai dengan jam kerja yang ada, sehingga hasil produksi yang dihasilkan bisa membawa peningkatan. Selain itu juga, faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas pada hasil produksi yaitu dengan kekompakan tim dalam pengerjaan maupun secara individual yang bisa bertanggung jawab penuh terhadap tugas yang diberikan.

Dengan peningkatan produktivitas yang tidak terlalu tinggi, namun ini bisa memacu perusahaan untuk mengembangkan serta mengelola tenaga kerjanya untuk bekerja lebih efektif dan efisien lagi sehingga bisa membawa peningkatan produktivitas yang lebih tinggi lagi. Situasi dan kondisi ini akan memberikan dukungan kepada perusahaan untuk bisa lebih efektif dan efisien lagi dalam mencapai tujuannya.

(21)

3. Tingkat dan perkembangan produktivitas yang di evaluasi melalui pencapaian hasil produk baik dengan tenaga kerja pada tahun 2010 sampai 2011

Tabel 4.3. Tingkat dan Pertumbuhan produktivitas yang di evaluasi melalui pencapaian hasil produk baik dengan tenaga kerja

pada tahun 2010 sampai 2011

Tahun

Produk Baik 2010 (per unit)

Tenaga Kerja

2010 (per orang)

Produk Baik 2011 (per unit)

Tenaga Kerja

2011 (per orang) TOTAL 3547 unit 456 orang 3725 unit 465 orang Produktivitas 7,78 unit/orang 8,01 unit/orang Persentase kenaikan

produktivitas 2,9%

Sumber: Hasil wawancara pada PT. Red Wood Interior yang diolah

Berdasarkan tabel perbandingan hasil produksi pada produk baik dengan jumlah tenaga kerja yang dicapai, dilihat dari pencapaian produk baik pada tahun 2010 ke tahun 2011, perusahaan mengalami kenaikan tingkat produktivitas produk. Pada tahun 2010 hasil yang dicapai sebesar 3568 unit dengan jumlah tenaga kerja sebesar 456 orang, menghasilkan produktivitas yaitu 7,78 unit/orang. Pada tahun ini, ada kenaikan jumlah tenaga kerja sebesar 9 orang dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 pencapaian produktivitas mengalami kenaikan sebesar 3725 unit dengan selisih sebesar 178 unit dari tahun sebelumnya

Perbandingan hasil produk baik dengan jumlah tenaga kerja yang dicapai dari tahun 2010 dengan tahun 2011, membawa dampak yang positif bagi perusahaan. Keseriusan perusahaan dan tenaga kerja untuk memperbaiki pencapaian hasil produksi terlihat jelas perbandingannya. hal ini juga meningkatkan produktivitasnya dari tahun 2010 ke tahun 2011, dimana selisih perbedaan sebesar 178 unit dari tahun sebelumnya, dengan prosentase peningkatan sebesar 2,9%

Pengelolaan sumber daya manusia pada tahap ini, cukup efektif dan efisien. Hal ini bisa terlihat dari pencapaian hasil produk baik yang meningkat

(22)

cukup besar, meskipun disertai juga dengan penambahan kapasitas tenaga kerja. Pencapaian produk baik yang dihasilkan bisa menutupi penambahan kapasitas tenaga kerja. Meskipun tenaga kerja bertambah, namun mereka berusaha bekerja secara optimal sehingga pencapaian hasil produksi meningkat lebih banyak dari sebelumnya. Pada kondisi ini, tenaga kerja berusaha bekerja lebih efektif untuk memperbaiki produksi terendahnya, dan juga lebih efisien terhadap material yang dipakai, dan waktu operasional proses produksinya.

4.3.3. Analisa Hasil Produksi pada PT RedWood Interior

Berdasarkan hasil data wawancara yang diolah, hasil produksi PT RedWood Interior mengalami kenaikan hasil produksi dari tahun 2010 sebesar 3568 unit, dan di tahun 2010 naik sebesar 3758. Hasil produksi ini cukup membawa kenaikan produktivitas. Dimana tingkat produktivitasnya diukur dengan membandingkan jumlah hasil produksinya dengan jumlah tenaga kerja yang dimiliki, dan hasil produktivitasnya meningkat sebesar 3,3%.

Produksi yang dilakukan perusahaan hanya pada produk furniturenya.

Produk utama yang menjadi target produksi seperti, meja makan, buffet, meja rias, kursi makan, tempat tidur, lemari pakaian, lemari buku, meja belajar, kursi tamu.

Kursi, meja, dan lemari merupakan produk yang dihasilkan secara rutin dengan jumlah yang paling dominan. Semua produk ini diproduksi langsung oleh PT RedWood Interior dengan menggunakan 16-17 orang tenaga kerja yang bekerja secara berkelompok. Produk utama awalnya semua diproduksi terlebih dahulu, kemudian dikelompokkan menjadi satu bagian atau satu set. Misalnya, meja makan + kursi makan jadi satu set meja makan, tempat tidur + lemari pakaian + meja rias jadi satu set, meja belajar + kursi jadi satu set, kursi tamu + meja jadi satu set, dan lainnya yang bisa dijual satuan. Harga untuk perabot furniture yang sudah dikelompokkan menjadi satu bagian, berbeda dengan harga yang dibeli secara satuan. Untuk furniture yang satu set, harganya jadi lebih murah dibandingkan beli secara satuan.

Produk yang dipakai untuk membuat furniture, pada umumnya bahan mentahnya dari kayu, baik itu kayu jati, maupun kayu mahoni. Bahan baku ini di

(23)

kirim dari luar Surabaya. Biasanya bahan baku ini dikirim dari Kalimantan.

Dalam tahap proses produksi, tentunya memiliki material-material kecil yang tersisa dari hasil produksinya. Sisa material dari hasil produksi biasanya seperti sisa kayu dan serbuk-serbuk kayu dari hasil gergaji. Sisa produksi ini dimanfaatkan lagi perusahaan agar bisa lebih efisien lagi dengan material produksinya, misalnya sisa kayu dan serbuk gergaji itu bisa dijadikan bahan bakar untuk mesin oven. Hal ini cukup produktif, karena selain tidak membuang-buang sisa materialnya, ini juga bisa dimanfaatkan ketika sedang melakukan pengeringan kayu pada saat terjadi hujan.

1. Jenis dan Mutu Produk

Jenis produk yang di produksi oleh PT RedWood Interior sangat beragam.

Secara umum produk yang dapat dihasilkan oleh perusahaan meliputi kursi, meja, lemari, bufet, lemari jam, meja rias, dan sebagainya. Kursi, lemari dan meja merupakan produk yang dihasilkan secara rutin dengan jumlah paling dominan.

Pengendalian mutu bahan dan produk yang akan dihasilkan dilakukan sejak penyiapan bahan baku hingga pengiriman barang. Bagian-bagian yang mendapat pengawasan dan pengujian adalah ukuran, ketepatan dimensi (mendatar dan vertical serta lekukan), kehalusan hasil serutan dan pengampelasan, kehalusan dan kerataan warna pengecatan, finishing serta ketepatan bentuk menurut contoh model. Kualitas produk juga ditentukan oleh tingkat kualitas bahan baku kayu.

Tingkat kualitas bahan kayu dapat diidentifikasi dari umur kayu, tingkat kekeringan kayu, keseragaman warna kayu, kekerasan kayu serta jumlah cacat dalam tiap satuan luas permukaan kayu.

2. Produksi Optimum

Produksi furniture optimum yang dianalisis dalam penelitian ini khususnya pada PT RedWood Interior adalah furniture bahan baku kayu dengan siklus bahan baku sebanyak 1 kali dalam sebulan dengan jumlah siklus bahan baku sebanyak 3 m3 kayu mahoni dan 6 m3 kayu jati untuk tahun 2010.

Sedangkan pada tahun 2011, jumlah siklus bahan baku bertambah menjadi 4 m3 kayu mahoni dan 8 m3 kayu jati. Penghitungan bahan baku dengan jumlah per siklus 1 m3 kayu mahoni dan 2 m3 kayu jati bisa menghasilkan produksi secara rata-rata, yaitu 11 kursi tamu, 8 lemari pakaian, 11 kursi makan, 5 tempat tidur,

(24)

dan 7 meja rias. Jenis-jenis produk ini diambil sebagai referensi karena jumlah permintaan akan jenis tersebut relatif tinggi. Sedangkan komposisi jumlahnya mencerminkan komposisi rata-rata volume penjualan yang ada berdasarkan informasi dari narasumber di lokasi penelitian.

Ketersediaan fasilitas, peralatan produksi, dan jumlah tenaga kerja, mulai dari tukang kayu, tukang finishing dan tukang amplas menjadi penentu kapasitas produksi dalam satu kali siklus usaha. Sejauh ini perusahaan tidak merasa kesulitan dalam menjalankan usaha karena pada saat pesanan meningkat dalam jumlah tertentu, masih dimungkinkan untuk menambah pekerja lepas.

4.3.3 Analisa Tenaga Kerja pada PT RedWood Interior

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, tenaga kerja yang terlibat dalam perusahaan furniture terdiri dari tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung adalah pekerja produksi yang memiliki keahlian dalam kategori tukang kayu, tukang politur untuk pekerjaan finishing, serta tukang amplas. Sedangkan tenaga manajemen, administrasi dan penjualan serta sopir sebagai kelompok tenaga kerja tidak langsung.

Pada lokasi penelitian diperoleh informasi bahwa umumnya pengusaha furniture bersama tenaga kerjanya menerapkan 7–8 jam kerja per hari. Selain itu, pengerjaan dilakukan secara berkelompok dengan kapasitas 16 orang sampai 17 orang. Dalam 1 kelompok ini dibagi juga ke dalam kelompok kecil mengikuti proses produksi yang dilakukan.

Dalam tahap proses produksi, terdapat 7 rantai proses pengerjaan sampai kepada produk jadinya. Mulai dari proses desain model yang dilakukan oleh 1 orang saja. Pada tahap design, biasanya bisa menghasilkan 3-4 desain dalam sehari. Desain yang ada, tidak semuanya dipakai. Desain yang diambil, terkadang mengikuti model furniture terbaru, mengikuti pesanan pembeli, ataupun yang banyak disukai oleh pembeli atau yang laku di pasaran. Desain atau model yang kurang disenangi, biasanya tidak digunakan dalam produksi.

Proses yang dilakukan setelah desain adalah pemotongan kayu sesuai bentuk dan ukuran produk yang akan dihasilkan. Dalam tahap proses ini, dilakukan oleh 3 orang dengan fisik-fisik yang kuat, dan ahli dalam memotong.

(25)

Pada proses pemotongan, perusahaan memiliki target dalam menghasilkan potongan kayu yang sudah dalam bentuk jadi. Strategi yang dilakukan, yaitu untuk setiap kelompok yang berhasil mencapai target, akan diberikan reward yang berupa bonus uang tunai. Hal ini sangat memicu para karyawan untuk lebih berusaha mencapai target.

Proses produksi yang dilakukan setelah pemotongan adalah proses penyerutan dan penghalusan. Dalam proses ini biasanya dikerjakan oleh 3 orang.

Pada kelompok ini, tingkat kesulitannya sama dengan waktu proses pemotongan.

Perbedaannya, kalau pemotongan harus sesuai bentuk dan ukuran yang pas, kalau penghalusan, semua bagian-bagian pada kayu yang dari hasil pemotongan harus di serut dan dihaluskan secara merata. Penghalusan ini juga cukup memakan waktu.

Pada tahap proses pemotongan dan penghalusan, tenaga kerja dibantu dengan mesin-mesin produksi dengan menggunakan tenaga listrik, karena pekerjaannya cukup berat untuk dilakukan secara manual. Pada kelompok penghalusan, perusahaan tidak memberikan target yang tetap karena banyak atau sedikitnya produk yang selesai dihaluskan, semua bahannnya, jumlahnya, berpatokan dari proses pemotongan. Pada proses ini, perusahaan menilai kecepatan dalam melakukan proses, tapi menghasilkan produk baik bukan produk cacat.

Perusahaan juga menerapkan target pada proses penghalusan.

Proses berikut merupakan proses perakitan komponen produk. Dimana di dalamnya termasuk pembentukan model dan pengukiran. Dalam proses perakitan komponen, dikerjakan oleh 4 orang. Dalam proses ini, cukup memakan waktu dalam prosesnya, dan juga membutuhkan ketelitian tingkat tinggi dalam pembentukan model dan pengukiran. Pada proses ini, tenaga kerja yang dibutuhkan harus bisa terampil dan teliti, serta ahli dalam membentuk model dan mengukirnya.

Sesudah melakukan proses perakitan, proses berikut yang dilakukan perusahaan adalah proses pengampelasan. Dalam proses ini, perusahaan mempekerjakan tenaga kerjanya berjumlah 3 orang.

Proses produksi yang terakhir adalah melakukan pewarnaan dan finishing. Dalam proses pewarnaan dan finishing, tenaga kerja yang dipekerjakan berjumlah 3-4 orang. Karena tingkat kesulitannya cukup tinggi, maka akan

(26)

membutuhkan tenaga kerja yang banyak agar bisa efektif untuk mencapai hasil produksi maksimal.

Pengelolaan sumber daya manusia pada PT RedWood Interior terlihat cukup efektif dan efisien. Terlihat dalam pencapaian hasil produksi, meskipun terjadi penambahan kapasitas tenaga kerja tapi mereka mampu bekerja dengan waktu yang produktif, dan juga tentunya keahlian yang dimiliki bisa menghasilkan produksi yang lebih baik. Selain mampu bekerja dengan waktu yang produktif, kekompakan tim dalam pengerjaan juga menjadi faktor keberhasilan dalam proses produksi furniture. Jika pengerjaan dilakukan dengan secara berkelompok dan adanya kerja sama yang baik dalam pembagian tugas, pasti pekerjaan bisa menghasilkan produksi lebih maksimal dan akan lebih efektif untuk pencapaian tujuannya.

Pencapaian hasil produksi yang maksimal, membawa perusahaan untuk lebih termotivasi dalam pencapaian tujuan lebih efektif dan efisien lagi.

Pencapaian hasil produksi yang optimal, tidak lepas dari peran pekerjanya yang efektif dalam pengerjaannya, baik itu dalam segi pencapaian hasil produksi yang optimal, pencapaian target, dan sebagainya. Selain bekerja secara efektif, pekerjanya juga bekerja dengan lebih efisien dalam memanfaatkan waktu kerja dengan sebaik-baiknya agar mampu mencapai target, dan efisien dalam pemakaian material. Efisien dalam pemakaian material bahan baku misalkan, pekerjanya memanfaatkan sisa-sisa material bahan baku menjadi barang yang bisa dipakai dan bermanfaat tanpa membuangnya begitu saja dan dijadikan tumpukan sampah. Dalam hal pengelolaan material bahan baku, sesuai dengan kondisi yang ada di perusahaan sisa-sisa kayu dan serbuk gergaji yang nantinya menjadi sampah, dijadikan bahan bakar oleh pekerjanya dalam pemakaian mesin oven untuk proses pengeringan kayu. Hal ini cukup efisien bagi produksinya, karena membantu perusahaan mengurangi penumpukan sampah, dan membantu pengeringan kayu secara manual selama musim hujan.

Dalam pengelolaan hasil produksi, ada juga yang membawa hasil tidak efektif yaitu pengelolaan produk cacat. Kenaikan produk cacat dalam hasil produksi sangat membawa dampak yang negatif untuk perusahaan, karena secara

(27)

tidak langsung produk cacatnya bukan menjadi pemasukan, tapi hanya menjadi pengeluaran. Dengan bertambahnya produk cacat, ini membuat perusahaan tidak efisien dalam biaya, dan tidak efektif dalam pengerjaan sehingga tidak menambah produk baik dalam hasil produksi, tapi hanya menambah produk cacat dalam hasil produksi. Kenaikan ini juga disebabkan oleh faktor beberapa tenaga kerja yang bekerja tidak efektif. Terjadinya peningkatan produk cacat ini, karena pekerjanya tidak memanfaatkan waktu dengan baik dalam bekerja, dan hanya mementingkan kecepatan penghasilan dan kapasitas jumlah yang dihasilkan.

Faktor pengelolaan tenaga kerja lain yang juga dapat meepengaruhi terhadap hasil produksi yaitu, absensi tenaga kerja. Semakin bertambah jumlah pekerjanya semakin bertambah pula absensi pekerjanya. Ini membuat tidak efektif dalam pengelolaan proses produksi. Menjadi tidak efektif karena, harusnya bisa memproduksi dengan hasil yang maksimal, tapi pada akhirnya tidak bisa karena waktu pengerjaan menjadi bertambah. Selain itu juga, bisa menjadi masalah dalam kelompok pengerjaan, karena untuk mencapai target ada anggota kelompok yang harus bekerja double, sehingga pekerjaannya tersebut tidak menghasilkan produk yang baik karena fokus pekerjaan terbagi dua bagian. Karena faktor absensi tenaga kerja juga, maka menuntut pekerjanya untuk bekerja lembur agar bisa menyelesaikan tugasnya. Bekerja lembur juga bisa menjadi efektif dan bisa tidak efektif. Bisa efektif, jika pekerjanya bekerja dengan baik selama jam lembur, dan memanfaatkan jam lemburnya untuk menebus pekerjaannya yang sudah tertunda di jam kerja biasa. Tapi bisa juga menjadi tidak efektif, jika pekerjanya hanya terus mengandalkan jam lembur untuk menyelesaikan tugasnya, sedangkan pada jam kerja biasa, dia bekerja tapi pelan dan agak santai. Ini akan menjadi tidak efektif dan efisien juga.

Tujuan akhir yang ingin dikembangkan perusahaan setelah melihat hasil produktivitasnya yang rata-rata meningkat dan membawa hasil yang baik bagi perusahaan, yaitu perusahaan memutuskan ingin meningkatkan daya saingnya. Meningkatkan daya saing tidak hanya di wilayah Jawa Timur, tapi juga di luar wilayah Jawa Timur.

Perusahaan dalam upaya untuk mengurangi tingkat absensi dan turnover dapat dilakukan dengan cara menurunkan target yang di tetapkan

(28)

perusahaan selama ini agar karyawan bekerja tidak merasa tertekan dengan adanya penetapan target tersebut. Perusahaan dapat juga melakukan dengan cara mengajak diskusi karyawan yang sering absen dan menanyakan alasan kenapa karyawan tidak masuk kerja, jika dirasa perusahaan dapat membantu karyawan tersebut, perusahaan diharapkan membantu karyawan tersebut semisal karyawan yang tidak masuk karena sering sakit dan tidak memiliki biaya untuk berobat, perusahaan dapat membantu dengan memberikan biaya berobat kepada karyawan, selain itu untuk karyawan yang sering absen tanpa alasan, perusahaan dapat memberikan peringatan kepada karyawan tersebut dengan cara memberikan teguran baik lisan maupun tertulis dan jika memang karyawan tersebut masih tetap dengan kebiasaanya absen tanpa alasan yang jelas perusahaan dapat memberhentikannya.

Selain itu untuk mengurangi tingkat turnover yang terjadi pada perusahaan, PT Red Wood Interior dapat melakukan pendekatan kepada karyawan agar karyawan merasa diperhatikan, karyawan yang diperhatikan akan merasa hasil kerjanya dihargai oleh perusahaan, perusahaan juga dapat lebih memperhatikan kesejahteraan karyawan dengan cara meningkatkan kompensasi yang diberikan kepada karyawan, karyawan yang merasa kesejahteraannya diperhatikan diharapkan tidak akan berpikir untuk mencari pekerjaan yang lain.

4.4. Perumusan Model Pengelolaan Sumber Daya Manusia PT RedWood Interior Dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas Karyawan Pada PT Redwood Interior

4.4.1. Staffing pada PT RedWood Interior

Frekuensi waktu perekrutan PT RedWood Interior dilakukan setiap bulan sekali ataupun ditentukan dengan kebutuhan perusahaan. Menurut pimpinan perusahaan, ini semua ditentukan dari karyawan yang berhenti dan posisi yang kosong. Jika belum ada karyawan yang keluar ataupun posisi yang kosong, maka belum akan dilakukan rekrutmen. Dalam melakukan proses perekrutan ini,

(29)

perusahaan sering mengalami kendala dalam melakukan proses. Kendala dalam perekrutan yang biasanya dihadapi perusahaan adalah sulitnya untuk mendapatkan tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan dalam jumlah yang ditentukan. Dalam melakukan seleksi, penilaian seleksi yang dilakukan perusahaan adalah dengan melihat kinerja karyawan selama 3 bulan, seleksi selama 3 bulan tersebut diperlukan untuk tenaga kerja yang ada dalam proses penyimpanan di gudang, dan sebagian pada proses produksi dan akan diawasi langsung oleh bagian pengawas dan sekiranya karyawan tidak dapat beradaptasi dengan perusahaan maka akan diberhentikan.

PT Red Wood Interior mungkin bisa memangkas proses seleksi dari tiga bulan menjadi hanya satu bulan karena proses seleksi selama 3 bulan dapat menggangu aktivitas pekerjaan yang dilakukan karyawan lainnya karena karyawan tersebut belum mahir dalam melakukan tugas yang diberikan perusahaan dan tugas yang diberikan perusahaan saling berhubungan antara divisi satu dengan divisi lainnya, sekirannya karyawan baru tersebut memang tidak bisa sama sekali dan tidak sesuai dengan yang diharapkan maka perusahaan dapat dengan segera mencari karyawan pengganti lainnya dan tidak mengganggu aktivitas kerja karyawan lainnya

4.4.2. Training pada PT RedWood Interior

Pelaksanaan training pada PT RedWood Interior dilakukan untuk karyawan baru. Menurut pimpinan perusahaan, pelatihan dilakukan kepada karyawan baru selama 3 bulan, Selama 3 bulan itu dikasih training dasar-dasarnya sampai pada ke tahap setting dan kemudian dibagi ke dalam tahap proses. Bapak Edy juga menjelaskan bahwa “Pertama diajari dahulu tahap-tahapnya seperti apa kemudian selama 3 bulan pasti karyawan baru sudah bisa mandiri”

Pelaksanaan training ini, dilakukan mulai dari tahap dasar hingga tahap setting, berhasil tidaknya pelatihan yang dilakukan karyawan dapat dilihat dari waktu karyawan setting setelannya sudah betul atau tidak lalu ada komplain atau tidak dari klien dan terutama harus sesuai jadwal kerja sesuai dengan design. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Bapak Edy yang menyebutkan bahwa “Selama 3 bulan itu dikasih training dasar-dasarnya sampai pada ke tahap setting dan

(30)

kemudian dibagi ke dalam tahap proses”. Hambatan yang terjadi pada saat training karyawan baru adalah saat karyawan baru yang direkrut tidak bisa sama sekali mengenai produksi furniture sehingga membutuhkan pelatihan yang lebih serius.

PT RedWood Interior dalam melakukan training kepada karyawan yang tidak bisa sama sekali sebaiknya tidak perlu sampai hingga 3 bulan, PT Red Wood Interior dapat melakukan analisis kemampuan dan hasil training karyawan setiap bulannya, bila dirasa selama proses training karyawan tidak menunjukan peningkatan kinerja yang siginfikan, perusahaan dapat memberikan jam tambahan training untuk karyawan tidak menunjukan peningkatan kinerja yang signifikan atau memberhentikan karyawan yang tidak bisa sama sekali selama proses training.

Pelaksanaan training juga dilakukan di ruang serba guna perusahaan, dengan menggunakan metode on the job training yaitu kegiatan pengenalan prosedur produksi produk design baru, dan bimbingan khusus dari manajer produksi mengenai proses produksi dan peralatannya. Setelah menjalani masa pengembangan yang berlangsung, maka karyawan yang dilatih diadakan percobaan selama 3 bulan untuk melihat perkembangan kinerjanya sebelum dan sesudah pengembangan. Menurut manajer HRD, selama masa percobaan karyawan harus menghasilkan dapat menghasilkan produk baru tersebut.

Hambatan yang sering terjadi adalah masih ada kesalahan baik dari ukuran, detail model ataupun detail warna. Namun perusahaan memaklumi hal tersebut karena perusahaan mengetahui bahwa tidak hanya satu produk yang dikerjakan dan itu pun produk baru. PT RedWood Interior telah merumuskan pengelolaan training dalam jangka waktu yang lama dan proses yang berulang-ulang agar karyawan tidak melakukan kesalahan walaupun itu detail kecil.

4.4.3. Development PT RedWood Interior

Pelaksanaan development pada PT RedWood Interior belum dilakukan karena pimpinan perusahaan merasa kinerja karyawan PT RedWood Interior sudah baik dan belum perlu untuk dilakukan pengembangan. Namun peneliti merumuskan model pengelolaan Development yang cocok untuk digunakan PT

(31)

RedWood Interior adalah melalui pengembangan manajemen dimana PT RedWood Interior dapat lebih menekankan kepada keterampilan pengambilan keputusan, pengetahuan tentang jenis dan bagaimana pekerjaannya, kemudian mengenai pengetahuan organisasional. Serta Development juga dapat melalui pengembangan organisasi, disini perusahaan lebih menekankan karyawan untuk lebih dapat yakin terhadap kemampuannya dan kerja sama antar karyawan dapat ditingkatkan agar tugas dan pekerjaan yang diberikan perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik serta memberikan dukungan kepada karyawan.

4.4.4. Kompensasi pada PT RedWood Interior

Karyawan memiliki tanggung jawab untuk setiap tugas yang diberikan perusahaan. Setelah melakukan dan menyelesaikan kewajibannya tersebut, perusahaan harus memberikan kompensasi kepada karyawan dalam bentuk upah.

Ini merupakan suatu kewajiban perusahaan untuk membayar hasil kerja dari karyawan, dan hak dari karyawan untuk menerima pembayaran dari hasil kerja keras yang telah dilakukan.

PT RedWood Interior memberikan kompensasi kepada karyawannya dalam bentuk upah, bonus dan tunjangan lain untuk menjamin kepuasan karyawannya. Pemberian upah disesuaikan dengan jenjang karier dari masing- masing karyawan perusahaan. Tunjangan yang diberikan perusahaan yaitu tunjangan kesehatan. Bentuk tunjangan ini diberikan kepada karyawan sebagai bentuk rasa kepedulian perusahaan terhadap karyawannya. Hal ini juga dijelaskan oleh Bapak Edy yang menjelaskan bahwa “Sesuai dari hasil kerjanya, kalau hasil kerjanya baik perusahaan tidak sungkan memberikan tambahan bonus kepada karyawan”

Selain dalam bentuk upah, perusahaan juga memberikan reward kepada karyawannya, jika karyawan tersebut berhasil melebihi target produksi ataupun penjualan yang telah ditetapkan perusahaan. Dalam pemberian reward, perusahaan memberikannya dalam bentuk bonus upah. Ini merupakan bonus untuk karyawan yang berhasil melebihi pencapaian target. Dengan menerapkan sistem reward ini, hal ini sangat memicu karyawan untuk saling unggul dalam bersaing pencapaian target. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Bapak Edy mengenai

(32)

pemberian reward ” Iya berdasarkan target yang dicapai apabila karyawan mampu memberikan target yang lebih kepada perusahaan maka akan diberikan reward”

Pemberian kompensasi yang dilakukan perusahaan sudah efektif, karena pemberiannya disesuaikan dengan jenjang karier pada perusahaan, kemudian adanya pemberian tunjangan sosial, dan pemberian reward jika melebihi target.

Sebelumnya karyawan tidak mengetahui perincian bonus atau reward yang diterima namun saat ini PT RedWood Interior telah memberikan perincian bonus kepada karyawan agar karyawan merasa lebih bersemangat dalam bekerja.

4.4.5. 3K (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

PT RedWood Interior memiliki tanggung jawab terhadap keselamatan dan kesehatan kerja karyawan selama bekerja dalam perusahaan, bentuk tanggung jawab perusahaan PT RedWood Interior adalah dengan menyediakan berbagai alat keselamatan dan kesehatan kerja karyawan seperti halnya adanya masker kesehatan serta sarung tangan untuk karyawan bagian produksi, perusahaan juga menyediakan sarana dan prasaran sperti halnya kotak P3K jikalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti halnya kecelakaan kerja atau ada karyawan yang sakit.

Namun dalam prakteknya menurut pimpinan perusahaan, karyawan sendiri yang mengabaikan keselamatan dan kesehatan kerja seperti halnya bekerja tanpa sarung tangan atau alas kaki yang layak sehingga perusahaan PT RedWood Interior terkadang harus menegur karyawan yang bertindak tidak disiplin tersebut.

Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan yang Bapak Edy yang menyebutkan

“Kendalanya dari kelalaian karyawan kadang susah dikasih tau ada alat kesehatan tapi tidak dipakai”

PT RedWood Interior saat ini telah memberikan peraturan ketat terhadap penggunaan peralatan 3K (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), karyawan yang tidak menggunakan salah satu item 3K (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) pada lingkungan kerja maka akan mendapatkan surat peringatan.

(33)

4.4.6. Employee Relationship

Hubungan baik yang terjadi antara karyawan dengan perusahaan sangatlah penting terutama bagi perusahaan, karyawan yang merasa dirinya memiliki hubungan yang baik dengan perusahaan PT RedWood Interior seperti halnya perusahaan memperhatikan keinginan dan keluhan karyawan akan berdampak pada semangat kerja karyawan dan akan berdampak pada produktivitas karyawan. Bapak Edy juga menjelaskan bahwa ” Selalu mendengar keluhan dari karyawan misalnya karyawan kurang apa perusahaan selalu berupaya membantu, belum ada serikat kerja”

Namun terkadang perusahaan memiliki kendala dalam membangun hubungan baik dengan karyawan karena setiap karyawan memiliki watak yang berbeda-beda sehingga keluhan dan kebutuhan antara karyawan satu dengan yang lainnya tidak sama hal tersebut yang membuat perusahaan harus bijaksana dalam membuat sebuah keputusan atau kebijakan. Bapak Edy juga menjelaskan bahwa ” Tiap orang punya watak yang berbeda-beda kadang ada orang yang bisa diatur dan kadang ada orang yang susah diatur”.

PT RedWood Interior saat ini guna menjaga hubungan baik dengan karyawan mengadakan brifing sebelum melakukan aktifitas pekerjaan dan sesudah melakukan aktifitas pekerjaan,gunanya diadakan brifing tersebut guna mendengarkan laporan pekerjaan dan masukan dari karyawan mengenai pekerjaan yang dikerjakan, dari brifing tersebut perusahaan dapat tahu apa yang menjadi keluhan karyawan selama melakukan aktifitas pekerjaan.

Gambar

Gambar 4.1 Model bisnis PT RedWood Interior  Sumber: Hasil wawancara pada PT RedWood Interior
Gambar 4.4 Proses Input sampai Output pada proses produksi furniture di PT  RedWood Interior
Gambar 4.5 Flow Chart Proses produksi, mulai bahan baku sampai menjadi  produk jadi pada PT RedWood Interior
Gambar 4.6 Flow Chart Proses Operasional Produksi Furniture         PT RedWood Interior
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dengan potensinya, kawasan ini tepat sebagai kawasan rekreasi alam, rekreasi olah raga, maupun rekreasi

Dari data yang diperoleh dari berbagai pus- taka dan literatur, maka diperoleh analisis yang terdiri dari proses input suara, akuisisi, verifika- si, output data suara,

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu Perbedaan Model Problem Based Learning dan Problem Posing Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Sekolah Dasar Pada

Indikator yang kedua berupa kenyamanan tempat bermain anak. Kenyamanan tempat bermain anak terbagi menjadi 3 kelompok kategori yaitu nyaman, cukup nyaman, dan tidak

Nilai ini lebih besar tinggi dari batas 5% yang digunakan sebagai tingkat keyakinan pada penelitian bahkan angka tersebut lebih besar dari tingkat keyakinan 10%, maka bisa dikatakan

Operasi plastik merupakan suatu tindakan yang merubah bentuk ciptaan Allah SWT yang dapat diartikan oleh beberapa faktor yaitu kecelakaan, cacat dari lahir,

Pemeliharaan Kerangka Tata Kelola Tujuan dari EDM01 adalah menganalisa dan mengartikulasikan persyaratan untuk tata kelola enterprise TI, serta pilah struktur,

Usaha yang dilakukan oleh KPBS untuk menanggulangi pencemaran yang ditimbulkan oleh PMT yaitu : 1) penanggulangan pencemaran udara, 2) membayar kompensasi untuk tanah yang dilalui