i
L A P O R A N A K H I R
Daftar Isi
Daftar Isi ... i
Daftar Gambar ... iv
Daftar Tabel ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan ... 3
1.3 Maksud ... 3
1.4 Manfaat ... 3
1.5 Dasar Hukum ... 4
1.6 Ruang Lingkup Pekerjaan ... 5
1.6.1 Ruang lingkup kegiatan ... 5
1.6.2 Ruang lingkup wilayah ... 7
1.7 Kedudukan dokumen RP2KPKP dalam kerangka pembangunan kota ... 8
1.8 Sistematika penyajian ... 11
BAB II KAJIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN PERKOTAAN ... 13
2.1. Isu Strategis Pembangunan Permukiman Perkotaan ... 13
2.1.1 Pengembangan IPA dan jaringan pipa serta meningkatkan kualitas air bersih ... 13
2.1.2 Air Limbah ... 14
2.1.3 Persampahan ... 15
2.1.4 Drainase ... 15
2.2 Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan ... 17
2.2.1 Amanat Undang-Undang No.1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman ... 18
ii
L A P O R A N A K H I R
2.2.2 Amanat Undang-Undang No.9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah ... 20
2.2.3 PP No.14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman ... 22
2.2.4 Amanat RPJMN 2015-2019 ... 24
2.2.5 PERMEN PU NO.1/PRT/M/2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang ... 24
2.2.6 PERMEN PUPR NO.2/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ... 29
BAB III PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KOTA ... 61
3.1. Sebaran permukiman kumuh, peta deliniasi kawasan kumuh, lokasi beserta luasannya hasil verifikasi ... 61
3.1.1 Sebaran kumuh ... 62
3.1.2 Peta deliniasi kawasan kumuh, lokasi beserta luasannya hasil verifikasi ... 65
3.2.1 Profil kawasan permukiman kumuh kota hasil verifikasi ... 74
3.2.2 Gambaran kelembagaan lokal (BKM/KSM) ... 82
BAB IV IDENTIFIKASI KEKUMUHAN DAN KEBUTUHAN PENANGANAN ... 84
4.1. Kriteria dan Indikator penilaian penentuan klasifikasi dan skala prioritas penanganan .... 84
4.2 Perumusan kebutuhan penanganan berdasarkan isu dan permasalahan permukiman kumuh ... 94
4.3. Pola kontribusi program penanganan permukiman kumuh perkotaan sesuai cakupan skala kawasan dan skala lingkungan ... 96
4.3.1 Pola kontribusi program penanganan permukiman kumuh perkotaan sesuai cakupan skala kawasan ... 96
4.3.2 Pola kontribusi program penanganan permukiman kumuh perkotaan sesuai cakupan skala lingkungan ... 99
BAB V KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH ... 104
5.1 Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh sampai
dengan pencapaian kota bebas kumuh dalam skala kota ... 104
iii
L A P O R A N A K H I R
5.2. Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kawasan ... 114 BAB VI PROGRAM DAN KEGIATAN PENANGANAN KUMUH PERKOTAAN ... 119
6.1 Kebutuhan program penanganan kawasan permukiman kumuh prioritas sesuai dengan
konsep, strategi dan indikator kekumuhan ... 119
6.2 Program dan kegiatan penanganan kumuh terkait pencegahan tumbuhnya permukiman
kumuh baru permukiman kumuh... 119
6.3 Dasar pertimbangan pentapan Kawasan Pembangunan Tahap 1 ... 119
6.4 Program Penanganan Kawasan Pembangunan Tahap 1 ... 120
BAB VII RENCANA AKSI PROGRAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN
... 122
iv
L A P O R A N A K H I R
Daftar Gambar
Gambar I. 1 Skema Kedudukan RP2KPKP dalam Kerangka Perencanaan Pembangunan Error!
Bookmark not defined.
Daftar Tabel
Tabel I. 1 Tabel Ruang lingkup kegiatan ... Error! Bookmark not defined.
Tabel II. 1 Kebijakan pembangunan pemukiman perkotaan yang ditinjau ... Error! Bookmark not
defined.
1
L A P O R A N A K H I R
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintah Indonesia dalam memenuhi target MDG’s telah berupaya keras menangani perumahan dan permukiman kumuh perkotaan, bahkan zero kumuh sudah secara jelas ditargetkan pada RPJMN 2015-2019 tepatnya di tahun 2019. Pencanangan zero kumuh 2019 telah diikuti dengan arah kebijakan dan strategi yang fokus serta alokasi anggaran yang memadai diawali di tahun pertama implementasi RPJMD 2015-2019. Langkah awal dalam mengejar target zero kumuh 2019 sebenarnya telah dimulai oleh Kementerian Pekerjaan Umum melalui Ditjen Cipta Karya sejak tahun 2014 dengan menyusun road map penanganan kumuh serta pemutahiran data kumuh yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan kementerian/lembaga yang terkait serta pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
Menjamurnya kawasan (perumahan dan permukiman) kumuh di kota-kota di Indonesia pada umumnya diakibatkan oleh laju urbanisasi yang tinggi dimana kehidupan perkotaan menjadi magnet yang cukup kuat bagi masyarakat perdesaan yang kurang beruntung karena sempitnya lapangan kerja di daerahnya. Bermukim di kawasan kumuh perkotaan bukan merupakan pilihan melainkan suatu keterpaksaan bagi kaum migran tak terampil yang harus menerima keadaan lingkungan permukiman yang tidak layak dan berada dibawah standar pelayanan minimal seperti rendahnya mutu pelayanan air minum, drainase, limbah, sampah serta masalah-masalah lain seperti kepadatan dan ketidak teraturan letak bangunan yang berdampak ganda baik yang berkaitan dengan fisik misalnya bahaya kebakaran maupun dampak sosial seperti tingkat kriminal yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
Tidak semua kawasan-kawasan kumuh dihuni oleh kaum pendatang, dan tidak juga seluruh penghuninya adalah kaum papa bahkan dibeberapa kawasan kumuh ilegal (squatters area) ternyata dikuasai oleh ”land lord” yang mamanfaatkan lahan sebagai tempat usaha kontrakan rumah petak, dan ada pula komunitas yang punya alasan tertentu bertahan di kondisi lingkungan yang tidak layak, ragam permasalahan inilah yang harus ditemu kenali khususnya oleh pemerintah kabupaten sendiri.
Dilihat dari segi pemanfaatan ruang permukiman, permukiman kumuh diartikan sebagai
area permukiman yang tidak layak huni dengan kondisi bangunan yang tidak teratur, memiliki
2
L A P O R A N A K H I R
tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dengan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Penggunaan ruang para permukiman kumuh tersebut seringkali tidak berada pada suatu ruang yang tidak sesuai dengan fungsi aslinya sehingga berubah menjadi fungsi pemukiman, seperti munculnya kantung-kantung permukiman pada daerah sempadan untuk kebutuhan ruang terbuka hijau atau lahan-lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya (squatters). Keadaan demikian yang menunjukkan bahwa penghuninya kurang mampu untuk membeli dan menyewa rumah di daerah perkotaan dengan hargalahan/bangunan yang tinggi, sedangkan lahan kosong di daerah perkotaan sudah tidak ada. Permukiman tersebut muncul dengan sarana dan prasarana kurang memadai, kondisi rumah yang kurang baik dengan kepadatan yang tinggi serta mengancam kondisi kesehatan, keselamatan dan kenyamanan penghuni. Oleh karena itu permukiman yang berada di kawasan SUTET, sempadan sungai, sempadan danau merupakan permukiman Kumuh.
Permasalahan permukiman kumuh perkotaan sering kali menjadi salah satu isu utama yang cukup polemik, sehingga seperti tidak pernah terkejar oleh upaya penanganan yang dari waktu ke waktu sudah dilakukan. Masalah yang sarat muatan sosial, budaya, ekonomi dan politik dengan serta merta mengancam kawasan-kawasan permukiman perkotaan yang nyaris menjadi laten dan hampir tak selesai ditangani dalam beberapa dekade. Secara khusus dampak permukiman kumuh juga akan menimbulkan paradigma buruk terhadap penyelengaraan pemerintah, dengan memberikan citra negatif akan ketidakberdayaan dan ketidakmampuan pemerintah dalam pengaturan pelayanan kehidupan hidup dan penghiodupan warganya. Dilain sisi di bidang tatanan sosial budaya kemasyarakatan, komunitas yang bermukim di lingkungan permukiman kumuh secara ekonomi pada umumnya termasuk golongan masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah, yang seringkali menjadi alasan penyebab terjadinya degradasi kedisiplinan dan ketidaktertiban dalam berbagai tatanan sosial masyarakat.
Penanganan permukiman kumuh diawali dengan identifikasi lokasi permukiman kumuh dan
penetapan lokasi permukiman kumuh tersebut melalui Keputusan Bupati. Melalui identifikasi
tersebut, penanganan dilakukan sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman khusunya pasal 7 dan 8 yang menjelaskan berbagai hal
tentang pemeliharaan dan perbaikan kawasan permukiman, serta pencegahan dan peningkatan
kualitas perumahan dan kawasan permukiman kumuh dengan tiga pola penanganan yaitu
pemugaran, peremajaan dan permukiman kembali. Tahapan penanganan kawasan kumuh
3
L A P O R A N A K H I R
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 mengamanatkan agar pemerintah kabupaten melakukan: (i) Menyusun Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP), (ii) Menyusun Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP), (iii) Penetapan kawasan permuhanan/permukiman kumuh di wilayahnya masing-masing. Untuk mencegah menjadi kumuh kembali, dilakukan pengelolaan setelah penanganan sehingga permukiman kumuh tidak mengalami penurunan kualitas permukiman.
1.2 Permasalahan
Pelaksanaan zero kumuh dimulai tahun 2015 dan target nol persen harus dicapai pada 2019, sehingga waktu penyelesaian tinggal 3 (tiga) tahun dengan ragam persoalah yang belum sepenuhya terdeteksi secara baik diantaranya penetapan deliniasi kawasan.
Secara random telah dilakukan verifikasi terhadap kawasan permumahan/permukiman kumuh yang telah ditetapkan melalui Keputusan Bupati, ditemukan kondisi-kondisi yang perlu justifikasi maupun analisis lanjut yaitu: (i) dalam suatu deliniasi tidak keseluruhan kawasan berkategori kumuh melainkan hanya berupa spot-spot kumuh, (ii) kawasan yang tidak memenuhi kriteria kumuh karena masih tergolong layak huni hanya perlu beautifikasi (iii) kawasan kumuh yang masuk dalam kategori kumuh yang berada diatas lahan yang bukan peruntukannya (squatters area), (iv) kawasan kumuh yang secara spatial menurut arahan tata ruang di luar kawasan perkotaan.
1.3 Maksud
Pelaksanaan pekerjaan ini dimaksudkan untuk menghasilkan dokumen rencana penyelenggaraan pembangunan kawasan permukiman perkotaan yang difokuskan pada pola pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam mengimplementasikan program dan kegiatan yang terpadu dan bersinergi yang pada gilirannya dapat dilaksanakan sendiri oleh pemeintah kabupaten secara mandiri dan berkelanjutan.
1.4 Manfaat
Tujuan pekerjaan penyusunan RP2KPKP kumuh ini adalah:
4
L A P O R A N A K H I R
1) memantapkan pemahaman pemerintah kabupaten tentang kebijakan dan strategi penanganan kawasan kumuh perkotaan dalam mencapai target zero kumuh (100-0-100) pada tahun 2019,
2) agar pemerintah kabupaten dapat sepenuhnya menjadi pemrakarsa utama dalam penyusunan RP2KPKP yang difokuskan pada penanganan permukiman kumuh perkotaan.
3) agar pemerintah kabupaten punya komitmen tinggi serta konsisten di dalam implementasi program dan kegiatan yang telah ditetapkan serta menjaga keberlanjutannya.
1.5 Dasar Hukum
1) AMANAT UNDANG-UNDANG NO.1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
2) AMANAT UNDANG-UNDANG NO.9 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH 3) AMANAT RPJMN 2015-2019
4) PP NO.14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
5) PERPRES NO.62 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN MEDAN, BINJAI, DELI SERDANG, DAN KARO
6) PERPRES NO.81 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU TOBA DAN SEKITARNYA
7) PERMEN PU NO.1/PRT/M/2014 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG PERMEN PUPR NO.2/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PE
8) RMUKIMAN KUMUH
9) AMANAT RPJMD KABUPATEN KARO 2016-2021
10) PERBUP NO.050/279/BAPPEDA/2015 TENTANG PENETAPAN LOKASI PERUMAHAN
KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DI KABUPATEN KARO
5
L A P O R A N A K H I R
1.6 Ruang Lingkup Pekerjaan 1.6.1 Ruang lingkup kegiatan
Ruang lingkup kegiatan penyusunan dokumen RP2KPKP ini mencakup 6 tahap yaitu:
tahap Persiapan, Tahap survei, Tahap Kajian, Tahap Focus Group Discussion (FGD), Tahap Pembahasan/Koordinasi Tingkat Provinsi, Tahap Penyusunan Laporan
Lingkup kegiatan Capaian Kegiatan
1. Tahap Persiapan
Melakukan diskusi Mendapatkan data sekunder serta pemahaman terhadap maksud kegiatan dalam KAK
Menyusun rencana kerja tim Pembagian peran tiap tenaga ahli dalam melibatkan partisipasi aktif kelompok swadaya masyarakat.
Menyusun desain survei Menentukan penanganan permukiman kumuh perkotaan di Kabupaten.
Menyiapkan format-format kegiatan Terakomodasinya tahapan perencanaan dalam menunjang penyusunan profil kawasan mencakup fungsi dan deliniasi struktur ruang kawasan permukiman perkotaan dalam skala kota dan kawasan yang disepakati.
Menyiapkan data profil kawasan kumuh dan dokumen pendukung lainnya
Dihasilkan data profil kawasan kumuh dan dokumen pendukung lainnya yang mengacu kepada SK Penetapan kawasan kumuh disertai detil data statistik yang diperlukan pada masing-masing indikator
2. Tahap survei
Melakukan studi literatur berkaitan dengan penanganan permukman kumuh perkotaan di kabupaten.
Menemukan penanganan permukman kumuh perkotaan di kabupaten melalui studi literatur dan pendalaman terhadap teori, kebijakan, dan lesson learned
Mengumpulkan data-data primer maupun sekunder
Menemukan isu strategis, potensi dan permasalahan mengenai penanganan permukiman kumuh perkotaan.
Melibatkan partisipasi aktif Kelompok Swadaya Masyarakat
Terlaksananya survei/pemetaan swadaya/ survei kampung sendiri di permukiman kumuh dan pengisian format yang telah dilaksanakan pada tahap persiapan.
Melakukan verifikasi lokasi permukiman kumuh sesuai SK Penetapan Kawasan Kumuh
Verifiakasi dan penyusunan SK bagi lokasi permukiman kumuh, deliniasi kawasan dan cakupan pelayanan infrastruktur pada lokasi permukiman kumuh.
Mempertajam profil kawasan kumuh Dihasilkan profil kawasan kumuh melalui survey kebutuahn yang detil (by name, by address) dengan pemetaan sebaran kebutuhan pelayanan infrastruktur menurut indikator kekumuhan.
Melakukan wawancara dengan beberapa narsumber utama
Perolehan informasi tentang penanganan permukiman kumuh perkotan di Kabupaten.
Melakukan koordinasi dengan kelembagaan masyarakat setempat
Adanya koordinasi dengan kelembagaan masyarakat setempat yang akan terlibat dalam proses penyelenggaraan pembangunan kawasan permukiman (fasilitator KOTAKU/kelembagaan
6
L A P O R A N A K H I R masyarakat lainnya)
Melakukan pengukuran lapangan lengkap Dihasilkan pengukuran lapangan lengkap atas kondisi batas lahan pembanguna, kondisi lansekap, kondisi topografi dan keteknikan lainnya yang berpengaruh terhadap desain kawasan DED untuk pelaksanaan fisik.
3. Tahap Kajian
Melakukan analisis dan pemetaan Hasil analisis dan pemetaan terhadap isu strategis kawasan, potensi, permasalahan dan tantangan dalam kaitannya dengan pembangunan permukiman perkotaan.
Melakukan overview terhadap dokumen- dokumen terkait
Hasil overview terhadap dokumen-dokumen perencanaan dan pengaturan/studi yang terkait seperti Rencana tata ruang , SPPIP dan RPKPP, Perencanaan teknis sektoral dalam lingkup kegiatan keciptakaryaan, kebijakan daerah dalam penanganan kumuh serta SK Bupati tentang Kawasan Kumuh Kabupaten.
Melakukan kajian Hasil kajian terhadap konsep, strategi penanganan permukiman kumuh di kawasan terpilih, keterkaitan antar kawasan, serta penetapan sasaran output dan outcome.
Melakukan analisis yang melibatkan partisipasi aktif Kelompok Swadaya Masyakat
Perumuskan metode penanganan permukiman kumuh perkotaan yang paling tepat dan implementatif sesuai dengan kebutuhan sektor keterpaduan pelaksanan program, serta dampak yang ditimbulkan dari dilaksanakannya/indikasi implementasi program penanganan kumuh.
melakukan penetapan kawasan kumuh prioritas Penetapan kawasan kumuh prioritas berdasarkan kriteria, indikator, parameter serta pembobotan sesuai dengan buku panduan.
menyusun Pra-Desain Kawasan Masterplan kawasan perencanaan, konsep rancangan dan detail desain, pra-rancangan arsitektur, pra-rancangan penghijauan dan tata ruang luar, pra-rancangan struktur, pra-rancangan sistem mekanikal dan elektrikal, denah, tampak, potongan, jaringan utilitas dan rencana perhitungan konstruksi/sipil untuk fasilitas prioritas.
Melakukan analisa dan pendampingan terhadap kebijakan pemerintah kabupaten
Hasil analisa dan pendampingan terhadap kebijakan pemerintah kabupaten terkait penanganan kumuh (ditunjang data spasial, numeri/statistik, dan kondisi sosial, ekonomi, fisik lapangan) 4. Tahap Focus Group Discussion (FGD)
Pelaksanaan FGD dilakukan minimal 3 (tiga) kali selama masa pelaksanaan kegiatan
pemahaman yang berkaitan dengan kebijakan penetapan kawasan prioritas kumuh, kesadaran terhadap lingkungan kumuh, dukungan infrastruktur keciptakaryaan, stategi dan pola penanganan permukiman kumuh, penyusunan kertas kelompok swadaya masyarakat, dan metode dokumentasi kegaitan
Rencana rinci pola penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan (pencegahan/pemugaran/peremajaan/permukiman kembali) beserta strategi keterpaduan sektor keciptakaryaan
Daftar rencana komponen infrastruktur yang dibutuhkan untuk penanganan permukiman kumuh untuk jangka waktu tahun 2017-2019)
Tata cara pengendalian tahapan pelaksanaan dan pembiayaan tiap tahun
Peta perencanaan penanganan permukimah kumuh skala 1:5000 dan 1:1000 untuk jangka waktu tahun 2017-2019
Pengukuran dan survey investigasi terhadap kondisi lapangan dan perencanaan
7
L A P O R A N A K H I R komponen infrastruktur dalam upaya meningkatkan kualitas kawasan permukiman
Desain kawasan dan desain teknis komponen infrastruktur di kawasan prioritas (dilengkapi gambar, RAB, dan RKS); gambar disajikan secara detail dalam skala 1:50, 1:20; 1:10
Desain kawasan, meliputi: Masterplan kawasan perencanaan, konsep rancangan dan detail desain, rancangan arsitektur, rancangan penghijauan dan tata ruang luar, rancangan struktur, rancangan sistem mekanikan dan elektrikal, denah, tampak, potongan, jaringan utulitas dan rencana perhitungan konstruksi/sipil untuk fasilitas prioritas
Kepastian readiness criteria (kepasitan lahan, desain, kondisi fisik, kondisi sosial, kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah kabupaten) terpenuhi dan dapat ditindaklanjuti dalam waktu dekat
5. Tahap Pembahasan/Koordinasi Tingkat Provinsi
pembahasan/koordinasi tingkat provinsi Kepastian kualitas proses dan substansi yang telah dan dalam proses penyusunan sesuai dengan metodologi pelaksanaan. Tim tenaga ahli bersama dengan tim teknis pemerintah kabupaten akan melakukan pembahasan/koordinasi terkait kemajuan pencapaian kegiatan maupun hasil pelaksanaan penyusunan pekerjaan ini.
6. Tahap Penyusunan Laporan
Tahap Penyusunan Laporan Laporan hasil diskusi pembahasan dalam tahapan kegiatan penyusunan Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Lapran Draft Akhir dan Laporan Akhir.