Abstrak - Ethanol merupakan alkohol yang ramah lingkungan dan paling sering digunakan dalam kehidupan sehari – hari.
Ethanol umumnya digunakan sebagai pelarut, campuran minuman dan bahan aditif bahan bakar dengan tingkat kemurnian tertentu. Metode adsorpsi adalah metode yang sederhana untuk pemurnian ethanol. Pada penelitian ini telah dilakukan pembuatan adsorben dan karakterisasi dari lumpur lapindo sebagai media pemurni ethanol. Pembuatan yang dimaksud adalah aktivasi lumpur lapindo dengan cara pemanasan pada suhu 200°C,300°C,400°C dan 600°C serta pencucian dengan menggunakan 3M HCl 35% hal ini bertujuan untuk meningkatkan daya adsorpsi yang nantinya akan dibandingkan dengan zeolit alam. Sedangkan karakterisasi dilakukan pada lumpur lapindo tanpa aktivasi dan lumpur lapindo yang telah diaktivasi dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik dari lumpur lapindo agar dapat dimanfaatkan sebagai adsorben. Dari penelitian ini didapatkan bahwa lumpur lapindo mengandung mineral alam berupa kaolinit-montmorilonit dengan kandungan Fe2O3 yang sangat tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai adsorben yang baik. Selain itu daya adsorbs dari lumpur lapindo pada pemanasan 200°C memiliki nilai yang sangat baik dibandingkan dengan Zeolit Alam.
Kata Kunci: Etanol,Lumpur Lapindo, Zeolit Alam, Adsorben, Aktivasi, Karakterisasi, Daya Adsorbsi, Kaolinit- Montmorilonit.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ethanol merupakan alkohol yang ramah lingkungan dan umumnya digunakan sebagai pelarut, campuran minuman dan bahan aditif bahan bakar dengan tingkat kemurnian tertentu. Metode adsorpsi adalah metode yang sederhana untuk pemurnian ethanol. Adsorpsi (penyerapan) adalah suatu proses pemisahan dimana komponen dari suatu fase fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap (adsorben).[1] Material yang cocok digunakan dalam proses adsorpsi adalah material berpori seperti zeolit alam. Selain zeolit alam material berpori lain yang dapat digunakan sebagai adsorben adalah lumpur lapindo. Proses penyerapan yang terjadi pada Lumpur Lapindo hampir sama dengan proses penyerapan yang terjadi pada material berpori lainnya yaitu dengan cara adsorpsi. Dengan kata lain lumpur lapindo dapat digunakan sebagai pemurni ethanol.
B. Tujuan
a. Untuk mengetahui karakterisasi dasar Lumpur Lapindo dan pemanfaatannya sebagai adsorben
b. Untuk membandingkan kemampuan adsorben dari Lumpur Lapindo dengan adsorben Zeolit Alam komersil dalam memurnikan Ethanol.
C. Pendekatan Sistem
Tanpa mengurangi tujuan,maka penelitian ini didekati dengan pendekatan sisitem. Dimana variasi dan karakterisasi dititik beratkan pada aktivasi fisis berupa perbedaan suhu.
Aktivasi adalah proses yang dilakukan agar dapat diperoleh luas permukaan pori serta membuang senyawa pengotor dari material berpori.[3] Suhu yang digunakan adalah 200°C, 300°C, 400°C, dan 600°C. karakterisasi dilakukan dengan menggunakan XRD, DSC,XRF dan SEM Sedangkan asam yang digunakan pada aktivasi kimia adalah HCl dengan konsentrasi yang sama. Pemilihan HCl dimaksudkan karena HCl dikenal sebagai asam yang mampu melarutkan senyawa bersifat anorganik, membersihkan permukaan pori, membuang senyawa pengotor, dan mengatur kembali letak atom yang dapat dipertukarkan.[3] Sedangkan perbandingan antara adsorben lumpur lapindo dengan zeolit alam dalam pemurnian ethanol dilakukan dengan mengambil data penambahan massa setelah perendaman, daya adsorpsi, intensitas laser HeNe setelah melalui filtrat hasil perendaman, dan pH filtrat hasil perendaman. Ethanol yang digunakan adalah ethanol teknis 97%.
II. DASAR TEORI
A. Dasar IPTEK Bahan
Konsep dasar IPTEK bahan merupakan dasar dari segala ilmu yang berhubungan dengan material atau bahan. Konsep ini menjelaskan keterkaitan antara pemrosesan, struktur, dan sifat atau perilaku suatu material.
Material yang diberikan suatu pemrosesan atau perlakuan akan mengakibatkan perubahan struktur dari material tersebut. Akibat adanya perubahan struktur, maka sifat material tersebut juga akan berubah. Gambar 2.1 adalah gambaran secara skematis mengenai konsep dasar IPTEK bahan.
Gambar 1 Skema konsep dasar IPTEK bahan.
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ADSORBEN DARI LUMPUR LAPINDO UNTUK PEMURNIAN ETHANOL
Feby Arista: Ir. Agung Budiono. M.Eng, Dr-Ing. Doty Dewi Risanti.ST.MT
Department of Engineering Physics, Faculty of Industrial Technology ITS Surabaya Indonesia 60111, email: a.name@ep.its.ac.id
Struktur
Sifat dan Perilaku
Pemrosesan
B. Senyawa Silikat
Unsur yang paling melimpah di kulit bumi adalah oksigen (46,6%) dan silikon (27,7%).[4] Senyawa gabungan dari kedua unsur ini disebut silikat, dan kombinasi silikat dengan unsur lainnya merupakan mineral yang paling banyak di bumi, yaitu mineral silikat. Senyawa silikat pada umumnya tidak larut dalam air ataupun asam, namun dapat rusak oleh kation logam alkali yang sangat reaktif seperti NaOH.[4]
Lumpur lapindo adalah salah satu contoh senyawa silikat yang berasal dari alam. Hasil analisis XRD dalam lumpur lapindo teridentifikasi adanya mineral kaolinit-monmorinolit, illite, palygorskite, halite dan kuarsa[5] Kelompok Montmorilonit paling banyak menarik perhatian karena montmorilonit memiliki kemampuan untuk mengembang bila berada dalam air atau larutan organic serta memiliki kapasitas penukar ion yang tinggi sehingga mampu mengakomodasikan kation antar lapisannya dalam jumlah besar (Ogawa, 1992).
C. Zeolit
Zeolit adalah satu dari senyawa-senyawa aluminosilikat yang mempunyai mikropori. Zeolit merupakan mineral hasil tambang yang bersifat lunak dan mudah kering. Warna dari zeolit adalah putih keabu-abuan, putih kehijau-hijauan, atau putih kekuning-kuningan Zeolit mempunyai struktur berongga biasanya rongga ini diisi oleh air serta kation yang bisa dipertukarkan dan memiliki ukuran pori tertentu. Oleh karena itu zeolit dapat dimanfaatkan sebagai penyaring molekuler, senyawa penukar ion, sebagai filter dan katalis.[3]
Struktur pembangun utama dari unit zeolit adalah kation yang berkoordinasi dengan oksigen membentuk struktur tetrahedral. Tetrahedral - tetrahedral ini saling berikatan pada oksigennya. Susunan-susunan tetrahedral inilah yang menentukan struktur kristal dan spesifikasi zeolit. zeolit tersusun berdasarkan struktur tetrahedral TO4, dimana T adalah atom aluminium atau atom silicon.
Gambar 2 Kerangka Utama Zeolit[6]
Bentuk jaringan 3-dimensi merupakan hasil dari penggabungan keempat sudut tetrahedral yang Rumus empiris dari zeolit adalah sebagai berikut (Mumpton, 1999)[4]:
M2/nO. Al2O3. x SiO2. y H2O (2.1)[4]
Keterangan :
M : unsur logam alkali dan alkali tanah n : muatan pada unsur
x : bilangan dari 2 hingga 10 y : bilangan dari 2 hingga 7
D. Sifat Zeolit
Zeolit mempunyai sifat-sifat umum antara lain berbentuk kristal yang agak lunak, air kristalnya mudah dilepaskan dengan pemanasan dan mudah menyerap air
kembali dari udara. mudah melakukan pertukaran ion-ion alkali dengan ion-ion lainnya (pertukaran ion), adsorpsi dan katalis.
E. Kegunaan Zeolit
Penggunaan zeolit cukup banyak, misalnya untuk industri kertas, karet, plastik, agregat ringan, semen puzolan, pupuk, pencegah polusi, pembuatan gas asam, tapal gigi, mineral penunjuk eksplorasi, pembuatan batubara, pemurnian gas alam, industri oksigen, industri petrokimia, sebagai makanan ternak dan lain-lain. Mengingat mineral zeolit terutama yang mempunyai arti ekonomi umumnya dijumpai di dalam batuan sedimen piroklastik maka diharapkan di Indonesia terdapat banyak mineral tersebut. Seperti diketahui sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari batuan gunung api, termasuk batuan piroklastik berbutir halus (tuf) yang merupakan sumber mineral zeolit.
F. Adsorpsi
Adsorpsi (penyerapan) adalah suatu proses pemisahan dimana komponen dari suatu fase fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap (adsorben)[1]. Adsorben adalah merupakan suatu media penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa silikat. Proses adsorpsi tergantung pada sifat zat padat yang mengadsorpsi, sifat atom/molekul yang diserap, konsentrasi, temperatur dan lain-lain.
G. Proses Adsorpsi Ethanol
Dalam keadaan normal maka ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh molekul air bebas yang membentuk bulatan di sekitas kation. Bila kristal tersebut dipanaskan selama beberapa jam, biasanya pada temperatur 250-900°C, maka kristal zeolit yang bersangkutan berfungsi menyerap gas atau cairan. Daya serap (adsorbansi) zeolit tergantung dari jumlah ruang hampa dan luas permukaan. Biasanya mineral zeolit mempunyai luas permukaan beberapa ratus meter persegi untuk setiap gram berat. Beberapa jenis mineral zeolit mampu menyerap gas sebanyak 30% dari beratnya dalam keadaan kering. Pengeringan zeolit biasanya dilakukan dalam ruang hampa dengan menggunakan gas atau udara kering nitrogen atau methana dengan maksud mengurangi tekanan uap ari terhadap zeolit itu sendiri. Air dalam Ethanol dapat teradsorpsi karena gaya tarik dari permukaan membran zeolit lebih besar dari pada gaya tarik yang menahan air tersebut untuk tetap larut dalam Ethanol. Dengan memanfaatkan sifat fisik dan kimia zeolit tersebut yaitu sifat hidrofilik dan ukuran pori <
0.44 nm sehingga air dalam Ethanol dapat diserap secara sempurna dan pada akhirnya kemurniannya meningkat.
Adsorpsi tersebut merupakan fenomena permukaan yang terjadi pada saat molekul adsorbate tertarik dan menempel pada permukaan dari adsorbent. Gaya tarik tersebut disebabkan oleh gugus-gugus hidroksil yang berada di permukaan pori dari membran zeolit.
III METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan
Bahan
• Lumpur lapindo pada titik 7 km dari pusat semburan
• Zeolit alam komersil
• Ethanol
• HCl
• Akuades
Alat
• Ayakan 120 Mesh
• Mortar porselen
• Magnetic Stirer
• Timbangan Digital
• Oven dan furnace
• pH meter
• Kompaksi
• XRD
• XRF
• SEM
• DSC
B. Penentuan Variabel
Memurnikan Ethanol dibutuhkan penentuan variabel terlebih dahulu. Diagram variabel penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3. Variabel yang dipelajari dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sampel yang digunakan adalah Lumpur Lapindo
2. Material pembanding yang digunakan adalah Zeolit Alam komersil yang dapat diperoleh dipasaran
3. Variabel bebas adalah Suhu Aktivasi Fisis (200°C, 300°C, 400°C, dan 600°C )
4. Variabel kontrol adalah aktivasi kimiawi, waktu pengadukan, suhu drying. Dimana dalam hal ini aktivasi adalah proses yang dilakukan agar dapat memperoleh luas permukaan pori serta membuang senyawa pengotor dari zeolit.
Gambar 3 Diagram Penentuan Variabel
C. Metodologi penelitian
Preparasi adalah tahapan awal yang dilakukan untuk mengolah lumpur lapindo dan zeolit alam untuk proses selanjutnya.pada tahapan ini lumpur lapindo dikeringkan dengan menggunakan panas matahari selama kurang lebih lima hari. Setelah kering lumpur lapindo digerus. Untuk mendapatkan ukuran butir yang kurang lebih sama digunakan test siever ( pengayak) dengan ukuran 120 mesh atau 125 mikro meter. Variasi hanya dilakukan pada aktivasi fisis yaitu suhu 200°C, 300°C, 400°C, dan 600°C. Pemanasan dilakukan pada tungku berbentuk segi empat dan tertutup agar tidak terjadi pertukaran udara dari dan ke dalam tungku.
Pembakaran dilakukan selama 1 jam. Proses aktivasi kimia dilakukan dengan cara mencampur serbuk yang telah diaktifkan secara fisis kedalam 3M HCl 35% sebanyak 100 ml kemudian diaduk selama 15 menit setelah itu dicuci dengan akuades sampai netral. Kompaksi digunakan untuk membentuk sampel. Setelah dicetak, sampel dikeringkan dengan oven pada suhu 80°C selama 18 jam.
Karakterisasi dilakukan pada Lumpur Lapindo yang belum diaktivasi maupun yang telah diaktifkan. Karakterisasi XRD, XRF, SEM, dan DSC dilakukan pada lumpur lapindo yang belum diaktifkan. Sedangkan untuk lumpur lapindo yang telah diaktifkan secara fisis dikarakterisasi dengan XRD.
Untuk mendapatkan data kemampuan adsorpsi dari lumpur lapindo dengan zeolit alam maka dilakukan uji perubahan berat, perubahan pH dan perubahan intensitas laser HeNe.
Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan dan Karakterisasi Adsorben
Serbuk LP dan ZA 120 mesh
LP siap pakai Zeolit alam
Serbuk LP dan ZA
Di tumbuk dengan mortar
Diayak sebesar 120 mesh
LP tanpa aktivasi
LP dan ZA 200O C
LP dan ZA 300O C
LP dan ZA 400O C
LP dan ZA 600O C LP
kering LP
Dikeringkan dengan panas matahari
Dihaluskan dengan mortar
Dipanasi selama 1 jam dengan oven
Karakterisasi XRD,XRF,S
EM dsc LP dan ZA pada suhu
200,300,400,dan 600 yang telah aktif kimiawi
LP dan ZA kering
LP dan ZA tablet
LP dan ZA tablet kering
Di oven selama 18 jam suhu 80 OC
proses
Variabel kontrol Variabel terikat
Karakteristi dan daya adsorpsi
Gambar 5. Diagram Pengujian Adsorben
IV Hasil dan Pembahasan A. Karakterisasi Lumpur Lapindo
Berikut ini adalah gambar elektron sekunder SEM dari lumpur lapindo setelah digerus dan diayak sebesar 120 mesh atau 125 micrometer.
Gambar 6. Gambar SEM dari Lumpur Lapindo Pada hasil SEM terlihat bahwa terjadi penggumpalan (aglomerasi) pada butiran serbuk lumpur lapindo.
Penggumpalan yang terjadi disebabkan sifat kohesif antara partikel yang dimiliki oleh lumpur lapindo. [8]
Gambar 7 Hasil Analisa XRD dari Lumpur Lapindo Analisa ini dilakukan pada 2Ө dengan rentang 15° - 45°.
Pada gambar 7 ditunjukkan puncak – puncak mineral alam.
Puncak – puncak tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok. Kelompok tersebut menunjukkan mineral
yang terkandung dalam Lumpur Lapindo yaitu kelompok Montmorilonit,Kaolinit,Quartz, dan Palygorskit
Selain dilakukan analisa XRD lumpur lapindo juga dianalisa dengan menggunakan XRF untuk mengetahui kandungan unsur dan senyawa yang dikandung oleh lumpur lapindo. Pada tabel 1 ditunjukkan persentase senyawa yang terkandung dalam lumpur lapindo. Tampak bahwa senyawa yang terbanyak adalah SiO2 diikuti Fe2O3. mineral montmorilonit yang didalamnya terkandung senyawa Fe2O3
akan memiliki sifat adsorpsi yang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengukuran kemampuan lumpur lapindo dalam pemurnian ethanol.
Tabel 1 Komposisi Senyawa yang Terkandung dalam Lumpur Lapindo
Oksida Konsentrasi (%)
Al2O3 14
SiO2 44.8
K2O 3.11
CaO 5.24
TiO2 2.09
MnO 0.46
Fe2O3 30.2
Gambar 8. Hasil Analisa DSC dari Lumpur Lapindo Pengaruh suhu terhadap sampel dapat ditunjukkan pada gambar 8 yang merupakan hasil analisa dari Differential Scanning Calorimetry (DSC). Pada hasil analisa ini terdapat tiga bagian yang diberi lingkaran berwarna merah,linkaran pertama menunjukkan terjadi penguapan air sekitar suhu 80°C. Lingkaran kedua menunjukkan semua air yang terkandung dalam sampel telah menguap pada suhu ± 200°C.
[8] Sedangkan lingkaran ketiga menunjukkan terjadi penguapan air kimia pada suhu ±360°C.
B. Pembuatan Adsorben
Pada proses pemanasan terjadi perubahan secara fisik yang dapat diamati langsung yaitu perubahan warna pada sampel.. Hal ini dapat dilihat pada gambar 9 dibawah ini.
sampe l
Di rendam pada 5M etanol 97% sebanyak 100 ml selama 15 menit kemudian disaring
ditimban g
sampe
l filtrat
dat
dat dat
ditimba ng
pH diukur
Diukur Intensit as laser HeNe yang lewat filtrat
Gambar 9. Hasil Pembuatan Adsorben Lumpur Lapindo
Tampak terjadinya Perubahan warna yang sangat signifikan yaitu dari warna hitam kehijauan pada suhu 200°C menjadi kemerah – merahan pada suhu 600°C. Perubahan warna mulai terjadi pada saat pembakaran diatas suhu 200°C.
Pengaruh pemanasan dapat pula dilihat pada gambar 4.5 yang merupakan hasil analisa XRD.
Gambar 10. Hasil Analisa XRD pada Suhu 200°C, 300°C, 400°C dan 600°C (A) terjadi pergeseran (B) terjadi penghilangan puncak
Pada hasil analisa XRD untuk keempat suhu tersebut tampak adanya perubahan jika dibandingkan dengan hasil XRD dari lumpur yang belum diaktivasi. Dimana trjadi pergeseran puncak akibat aktivasi berupa pemanasan.
Pergeseran tersebut terjadi pada beberapa puncak yaitu tampak pada gambar 10 lingkaran A mengalami pergeseran dan
lingkaran B menuunjukkan terjadinya penghilangan puncak hal ini diakibatkan terjadinya reaksi kimia yaitu:
a. Sekitar 500°C - 600°C Kaolin mengalami rekasi endotermis dengan hilangnya air kimia sehingga membentuk metakaolin
b. Quartz mengalami reaksi endothermis pada suhu sekitar 565°C ditandai dengan perubahan fasa dari alfa menjadi beta
c. montmorilonit pada suhu 100°C - 250°C mengalami reaksi endotermis berupa penguapan air pada pori – pori sedangkan pada suhu 600°C - 700°C mengalami reaksi endotermis berupa penguapan air kimia.
C. Pengujian
Hasil uji pemurnian ethanol dengan menggunakan pH dan laser HeNe dapat dilihat pada gamabr 11 dan 12. Dengan massa yang sama didapatkan nilai Perubahan pH yang tidak signifikan. Namun dapat diketahui bahwa nilai pH yang hampir mendekati pH etanol murni adalah pH dari hasil fitrat lumpur yang telah dipanaskan pada suhu 200°C. Selain itu suhu pemanasan yang baik adalah 200°C untuk kedua jenis material. Begitu juga pada gambar 12.
Gambar 11. Perbandingan pH filtrat akhir dari Proses Pemurnian Etanol oleh Adsorben Lumpur Lapindo dengan Adsorben Zeolit Alam Perubahan warna akibat pemanasan
600°C 400°C 300°C 200°C
Gambar 12. Perbandingan Intensitas Laser HeNe yang Ditembakkan pada Filtrat Akhir dari Proses Pemurnian Etanol oleh Adsorben Lumpur Lapindo dengan Adsorben Zeolit Alam
Untuk daya adsorpsi yang dimiliki oleh lumpur lapindo dan zeolit alam komersil dapat dilihat pada gambar 13.
Adsorpsi tertinggi dimiliki oleh lumpur lapindo pada suhu pembakaran 200°C dengan nilai sebesar 0.88. Hal ini serupa dengan hasil uji sebelumnya berupa Perubahan pH dan intensitas HeNe pada filtrat sampel yang diuji.
Gambar13.Perbandingan Daya Adsorpsi dari AdsorbenLumpur Lapindo dengan Adsorben Zeolit Alam
V. KESIMPULANDANSARAN A. Kesimpulan
Pada penelitian tugas akhir ini telah dilakukan variasi pada suhu aktivasi fisis. Berdasarkan data yang diperoleh dan analisa untuk menjawab permasalahan dari tugas akhir ini maka dapat disimpulkan bahwa:
• Lumpur lapindo memiliki dua karakterisasi yaitu karakterisasi secara fisika maupun kimia.
Secara fisik lumpur lapindo bersifat kohesif, dan adhesif serta secara kimia lumpur lapindo mengandung mineral berupa palygorskit, kaolinit, kaolinit- montmorilonit, dan quart dan senyawa logam Fe2O3 yang banyak. Dimana mineral montmorilonit dengan kandungan Fe2O3 yang tinggi akan memiliki sifat adsorpsi yang baik.
• Kemampuan adsorpsi yang paling baik dimiliki oleh lumpur lapindo dengan pemanasan pada suhu 200°C
B. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya agar didapatkan hasil yang lebih baik adalah sebagai berikut:
• Dilakukan analisa BET untuk sampel agar diketahui nilai porositas dari sampel
C. DAFTARPUSTAKA
[1] Prawira,M.H. 2008. Penurunan Kadar Minyak pada Limbah Bengkel dengan Menggunakan Reaktor Pemisah Minyak dan Karbon Aktif serta Zeolit sebagai Media Adsorben.Yogyakarta:JurusanTeknik Lingkungan.Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan.Universitas Islam Indonesia [2] jalil,A.A,dkk. Mei 2010. adsorption of methyl orange from
aqueous solution onto calcined lapindo volcanic mud.
Journal of Hazardous Materials 181:755–762
[3] Srihapsari.D. 2006. Penggunaan Zeoit Alam yang Telah Diaktivasi dengan Larutan HCl untuk Penyerap Logam – Logam Penyebab Kesadahan Air. Semarang: Jurusan Kimia.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Universitas Negeri Semarang.
[4] Al Anshori.J. 2009. Siklisasi Intramolekuler Sitronelal Dikatalisis Zeolit dan Bahan Mesoporus. Bandung:
Jurusan Kimia.Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.Universitas Padjadjaran.
[5] Gunradi.R.dkk. penelitian endapan lumpur di daerah porong kabupaten sidoarjo provinsi jawa timur. Kelompok program penelitian konservasi.
[6] Rakhmatullah,D.K.A.dkk. 2007. Pembuatan Adsorben dari Zeolit Alam dengan Karakteristik Adsorption Properties untuk Kemurnian Bioethanol. Bandung: Teknik Fisika.Fakultas Teknologi Industri.Institut Teknologi Bandung
[7] LPPM. 2009. Penanggulangan Lumpur Lapindo.Surabaya:
ITS.
[8] Lumingkewas.S. sept2009.Konversi Ca-Bentonit Menjadi Na-Bentonit Menggunakan Teknik Pertukaran Ion.Agritek vol.17 no 15: ISSN. 0852 - 5426.
Biodata Penulis:
Nama Feby Arista
TTL. : Pasuruan, 04 Februari 1990 Riwayat Pendidikan:
SDN.Krampyangan I Pasuruan (1995 – 1997) SDN Bartim I Pamekasan (1997-2001) SMP N 3 Pamekasan (2001-2004) SMA N 3 Pamekasan (2004-2007) Teknik Fisika FTI ITS (2007- Sekarang)