• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Prototipe Sistem Kontroling dan Monitoring Pada Akuaponik Menggunakan Mikrokontroler

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rancang Bangun Prototipe Sistem Kontroling dan Monitoring Pada Akuaponik Menggunakan Mikrokontroler"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Tersedia online OJS pada : https://ojs.unm.ac.id/ptp

DOI : https://doi.org/10.26858/jptp.v7i2.20276 231

Rancang Bangun Prototipe Sistem Kontroling dan Monitoring Pada Akuaponik Menggunakan Mikrokontroler

The Design of The Aquaponic Control and Monitoring System Prototype Using Mikrokontroller

Abd. Wahab, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar. Email: wahab.njr23@gmail.com

Muhammad Rais, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar. Email: m.rais@unm.ac.id

Fathahillah, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar. Email: Fathahillah@unm.ac.id

Jamaluddin, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar. Email: mamal_ptm@yahoo.co.id

Khaidir Rahman, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar. Email: khaidir.rahman@unm.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses perancangan sistem kerja yang efektif dan efisien pada prototipe sistem kontroling dan monitoring akuaponik menggunakan mikrokontroler wemos d1 mini. Bentuk penelitian ini adalah rancang bangun dengan model pengembangan prototipe. Data penelitian diperoleh dari hasil pengujian setiap komponen sensor alat dengan cara melakukan uji coba terhadap alat yang telah berhasil dibuat. Sistem kontrol dan monitoring akuaponik ini menggunakan mikrokontroler untuk memonitor dan mengontrol sistem kerja dari alat ini. Dalam pengujian ini prototipe sistem kontrol dan monitoring akuaponik akan menampilkan hasil pembacaan kondisi akuaponik di aplikasi blynk dan secara otomatis akan mengontrol apabila terdapat kondisi yang tidak sesuai secara realtime. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prototipe sistem kontroling dan monitoring akuaponik menggunakan mikrokontroler wemos d1 mini dapat memudahkan masyarakat untuk mengontrol dan memonitoring akuaponik, dan berdasarkan pada hasil pengujian prototipe sistem monitoring dan kontroling akuaponik ini dapat bekerja dan berjalan dengan baik dalam memonitoring suhu air, kelembaban area tanaman, pH akuarium dan TDS larutan nutrisi juga dapat mengontol kipas, pompa dan lampu.

Kata Kunci : mikrokontroler, prototipe, akuaponik.

ABSTRACT

This study aims to determine the process of designing an effective and efficient working system on a prototype of aquaponics control and monitoring system using the Wemos d1 mini microcontroller. The form of this research is a design with a prototype development model.

Research data obtained from the results of testing each component of the sensor tool by testing

the tool that has been successfully made. This aquaponics control and monitoring system uses

a microcontroller to monitor and control the working system of this tool. In this test the

aquaponics control and monitoring system prototype will display the results of reading

aquaponics conditions in the blynk application and will automatically control if there are

inappropriate conditions in real time. The data analysis technique used is descriptive data

analysis technique. The results of this study indicate that the prototype of aquaponics

(2)

232

monitoring and control system using the wemos d1 mini microcontroller can make it easier for the public to control and monitor aquaponics, and based on the results of testing the aquaponics monitoring and control system prototype can work and run well in monitoring water temperature, area humidity. plants, aquarium pH and nutrient solution TDS can also control fans, pumps and lights.

Keywords : microcontrollers, prototypes, aquaponics.

PENDAHULUAN

Meningkatnya jumlah penduduk dan pesatnya pembangunan di kota-kota menyebabkan semakin sempitnya lahan yang dapat digunakan untuk kegiatan pertanian. Ramah lingkungan merupakan konsep yang sedang berkembang di dunia.

Pola hidup ramah lingkungan terutama berkaitan dengan produk makanan dengan cara yang lebih bersahabat dengan bumi.

Lahan perkotaan yang sempit, rutinitas orang perkotaan yang padat serta pemukiman vertikal yang mulai banyak diminati memungkinkan orang perkotaan untuk cenderung tidak menyalurkan hobi dan kegemaran dengan bercocok tanam dan memelihara ikan. Keputusan untuk melakukan kegiatan bercocok tanam di perkotaan menjadi suatu kegiatan yang merepotkan karena harus mengontrol tanaman dan ikan setiap hari. Inti dari sistem teknologi ini adalah penyediaan air yang optimum untuk masing-masing komoditas dengan memanfaatkan sistem resirkulasi (Hidayat, 2011).

Sistem akuaponik dapat dijadikan alternatif pemecahan masalah pertanian di perkotaan yang mengalami keterbatasan lahan. Pertanian dengan sistem akuaponik dapat dilakukan oleh siapa saja yang sudah mengerti prinsip dasar pertanian pada umumnya, keberhasilan pertanian dengan sistem akuaponik juga tidak terlepas dari sistem kontrol dan monitoring dalam perawatannya, hal ini yang membuat banyak orang malas dan cenderung mengurungkan niat untuk bertani. Akuaponik dapat

diterapkan dalam skala besar maupun skala kecil untuk rumahan (Sani, 2016).

Meksipun cara pertanian dengan sistem akuaponik ini dapat digunakan sebagai altenatif. Namun, muncul permasalan baru dimasyarakat yaitu tidak memiliki banyak waktu untuk mengontrol bahkan merawat tanaman yang ada di halaman rumah sekalipun, ini disebabkan karena banyaknya pekerjaan yang banyak menyita waktu yang membuat masyarakat kota sulit untuk mengontrol kondisi akuaponik.

Dalam industri pertanian saat ini

sistem akuaponik dijadikan sebagai salah

satu cara bertani yang modern dimana

sistem ini dapat diterapkan dalam skala

industri ataupun skala rumahan. Untuk skala

industri akauponik ini mampu untuk

dijadikan sebagai sumber ketersediaan

pangan secara komersial dan untuk menjaga

ketahanan pangan, sedangkan untuk skala

rumahan akuaponik ini dijadikan sebagai

sumber pangan skala rumahan, selain itu

dalam skala rumahan sistem akuaponik ini

bisa menjadi hobi yang baru terutama bagi

mereka yang menyukai berkebun dan

memelihara ikan, akuaponik ini juga dapat

menambah nilai estetika di rumah karena

dapat didesain dalam berbagai bentuk yang

menarik baik untuk yang indoor ataupu

outdoor yang membuat rumah semakin

terlihat hijau. Akuaponik hemat energi,

mencegah keluarnya limbah ke lingkungan,

menghasilkan pupuk organik untuk tanaman

(lebih baik dari bahan kimia), menggunakan

kembali air limbah melalui biofiltrasi dan

menjamin produksi bahan makanan melalui

(3)

233

multi-kultur, membuat akuaponik pantas

dikatakan salah satu model panutan untuk green technology (Wahap et al. 2010).

Apabila dibandingkan dengan budidaya konvensional berbasis tanah, terdapat beberapa keunggulan akuaponik, diantaranya adalah tidak memerlukan pupuk serta pestisida, dan hemat dalam penggunaan air, dapat dilakukan pada lahan non pertanian, produktivitas tinggi, menghasilkan dua produk sekaligus yakni tanaman dan ikan, produk yang dihasilkan terkategori organik dan bebas cemaran kimia dan biologi, efisien tenaga kerja serta dapat dilakukan oleh setiap orang pada berbagai lapisan umur (Somerville et al., 2014). Konsep pertanian akuaponik yaitu dengan menanam tanaman pada pot-pot kecil kemudian diletakkan pada wadah tertentu agar dapat dialirkan kembali ke kolam yang diletakkan di bawahnya.

Teknologi akuaponik merupakan gabungan teknologi akuakultur dengan teknologi hidroponik dalam satu sistem untuk mengoptimalkan fungsi air dan ruang sebagai media pemeliharaan. Prinsip dasar yang bermanfaat bagi budidaya perairan adalah sisa pakan dan kotoran ikan yang berpotensi memperburuk kualitas air, akan dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman air (Nugraha, 2012).

Dengan menggabungkan sistem hidroponik, maka sisa metabolisme ikan dapat dimanfaatkan oleh tanaman sebagai nutrisi yang kemudian air mengalami proses penyaringan sehingga sirkulasi air bersih kembali ke sistem akuakultur (Sagita et.al., 2014). Sistem akuaponik merupakan metode budidaya gabungan antara perikanan dengan tanaman dalam satu wadah. Budidaya ikan merupakan usaha utama hasil sayuran usaha sampingan atau tambahan (Saparinto dan Susiana, 2014). Menurut Munajat dan Budiana (2003), air merupakan media yang

paling vital bagi ikan, kenyamanan hidup ikan sangat tergantung pada kualitas air.

Kualitas air yang buruk akan mempengaruhi metabolisme tubuh ikan

Dalam CMS (2011) dinyatakan bahwa akuaponik adalah kombinasi menarik antara akuakultur dan hidroponik yang mampu mendaur ulang nutrisi, dengan menggunakan sebagian kecil air daur ulang hingga memungkinkan pertumbuhan ikan dan tanaman secara terpadu. Sistem ini memerlukan campur tangan teknologi sederhana dan tepat guna. Pada prinsipnya ada dua komponen utama akuaponik yaitu akuakultur dan hidroponik, dimana pada akuakultur ini dilakakukan pengontrolan terhadap kualitas air meliputi kadar pH, suhu air, kadar nutrisi, sirkulasi air juga pakan ikan, sedangkan untuk hidroponik dilakukan pengontrolan terhadap suhu, kelembaban dan kebutuhan cahaya pada tanaman, dan larutan nutrisi yang dibutuhkan tanaman, namun pada penerapannya cara pengontrolan terhadap kedua komponen akuaponik ini yang biasa dilakukan masih terbilang biasa, hal inilah yang membuat sistem akuaponik ini masih kurang diterapkan karena menyita waktu yang banyak. Selama ini pengkondisian lingkungan masih dilakukan secara manual untuk mengukur suhu, kadar air, dan memberi pakan ikan. Tentu hal ini akan menjadi masalah tersendiri bagi masyarakat.

Di saat sekarang ini dimana kita juga

sedang dihadapkan pada suatu wabah atau

penyakit yaitu adanya virus covid 19 atau

yang kita kenal sebagai virus corona yang

memberikan banyak dampak negatif

dikehidupan masyarakat yang kita semua

telah merasakan dampaknya mulai dari

sektor pariwisata, transportasi, pendidikan

ekonomi hingga pada sektor pertanian dan

untuk memutus rantai penyebaran virus ini

maka dilakukanlah sistem lockdown atau

(4)

234

social distancing yang mengharuskan semua kegiatan bekerja, belajar, dan beribadah harus dilakukan di rumah, hal ini tentu menimbulkan banyak dampak negatif salah satunya yaitu ketersediaan pangan.

Masyarakat juga saat ini tidak bisa lepas dari penggunaan laptop atau smartphone dimana sebagian besar kegiatan harus dilakukan secara online, adapun perkembangan teknologi saat ini yang terus berkembang terutama dalam penggunaan mikrokontroler yang dimana biasanya kita dengar bahwa teknologi ini hanya diterapkan dalam dunia robot kini dapat diterapkan dalam bidang pertanian untuk dijadikan sebuah sistem yang dapat digunakan untuk mengontrol dan memonitoring akuaponik berbasis aplikasi pada perangkat smartphone atau laptop, ini mampu menjadi solusi yang baik untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Tujuan dibuatnya sistem adalah untuk memudahkan perawatan sistem akuaponik sehingga masyarakat perkotaan tertarik untuk bertani dengan mengoptimalisasi penggunaan smartphone atau laptop serta penerapan mikrokontroler pada bidang pertanian sebagai teknologi yang populer saat ini. Seiring kemajuan teknologi terdapat solusi untuk permasalahan tersebut yaitu dengan memanfaatkan mikrokontroler dan sensor yang berfungsi untuk memantau kondisi lingkungan pada akuaponik secara otomatis.

Menurut Malik (2009), mikrokontroler merupakan alat elektronika digital yang mempunyai masukan dan keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan dihapus dangan cara khusus, cara kerja mikrokontroler sebenarnya membaca dan menulis data.

Berdasarkan persoalan di atas dan melihat dari aspek teknologi tepat guna, sistem kontrol dan monitoring pada

akuaponik menggunakan mikrokontroler wemos d1 mini ini merupakan teknologi yang cocok dengan kebutuhan masyarakat terutama bagi mereka yang menyukai akuaponik namun memiliki waktu yang kurang untuk mengontrol dan memonitoring tanaman dan budidaya ikannya. Maka dicoba untuk merancang prototipe sistem kontroling dan monitoring pada akuaponik menggunakan mikrokontroler wemos d1 mini.

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian rancang bangun yang menggunakan model prototipe. Pada penelitian ini dilakukan perancangan dan pengujian terhadap kinerja dari alat untuk mengetahui apakah sistem yang telah dibuat dapat bekerja sesuai yang diharapkan yaitu untuk mengontrol dan memonitoring akuaponik.

Gambar Desain Produk

Gambar 1. Alat Keterangan

1) Akuarium 2) Sensor Suhu Air

3) Rangka 4) Bak nutrisi

5) Sesor Ph 6) Pompa air

7) Sensor TDS 8) Soil moisture

9) Motor servo 10) Hidropnik

(5)

235

11) Motor servo 12) Sensor DHT11

13) Lampu 14) Kotak kontrol 15) LCD 16) Tandon

Prosedur Rancang Bangun

Prosedur rancang bangun yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b. Membuat rangka sesuai dengan bentuk dan ukuran

c. Membuat instalasi hidroponik pada rangka

d. Membuat akuarium dan bak nutrisi e. Menempatkan akuarium, bak nutrisi, dan

tendon air pada rangka

f. Membuat rangakain sistem kontrol g. Memasang sensor Ph, sensor Soil

Moisture, sensor TDS , senor DHT11, servo pakan ikan, kipas, lampu, dan pompa

h. Memasang instalasi pipa

i. Membuat dan memasang sistem control Evaluasi Prototipe

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kinerja dari prototipe, evaluasi yang dilakukan yaitu dengan melakukan uji coba fungsional dan uji coba produk akhir.

Uji coba fungsional

Uji coba fungsional dilakukan dengan menguji setiap komponen sensor yang ada.

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Aktifkan kontrol agar sistem kontrol beserta perangkat lainnya dalam kondisi siap dengan tegangan kerja untuk sistem kontrol yaitu 5v.

c. Buka aplikasi sistem kontrol dan monitoring pada blynk, secara otomatis sistem ini akan menampilkan data dari hasil pembacaan sensor.

d. Sensor suhu DHT11, dan sensor suhu air akan menampilkan suhu dalam °C, dan kelembaban dalam %, sensor TDS (Total Dissolved Solids) akan menmpilkan jumlah larutan terlarut dalam PPM (Parts Per Million), sensor Soil Moisture akan menampilkan kondisi apakah kering atau basa, sensor ph akan menampilkan ph air yang terbaca antara 1 sampai dengan 14.

e. Sensor Soil Moisture .

Pada pengujian sensor soil moisture, sensor ini akan dicelupkan kedalam air, setelah itu kita megamati kondisi yang ditampilkan apakah dalam kondisi kering atau basah.

f. Sensor DHT11

Pengujian sensor DHT11 dilakukan dengan mengukur suhu ruangan yang menggunakan AC pada lima kondisi suhu yaitu pada suhu 23 °C , 25 °C, dan 27 °C. Suhu ruangan terlebih dahulu dibiarkan pada suhu yang ditentukan selama 3 menit sebelum dilakukan perbandingan.

Nilai error diperoleh dengan menggunakan persamaan (1).

g. Sensor TDS

Proses pengujian sensor TDS dilakukan dengan membandingkan TDS meter dengan sensor TDS, dimana keduanya sama-sama diletakkan dalam wadah yang berisi lima jenis air yang berbeda yaitu menggunakan larutan air AC, air RO, air PDAM, dan air sumur, dan air kolam ikan.

Nilai error diperoleh dengan menggu- nakan persamaan (1).

h. Sensor Suhu Air

Untuk menguji besar akurasi yang

terbaca pada sensor, digunakan suatu

alat yang disebut TDS meter yang

umumnya digunakan dalam pengukuran

suhu dan besar nutrisi terlarut di dalam

(6)

236

air. Perlakuan antara sensor suhu dan TDS meter pada pengujian ini dilakukan secara bersamaan dengan meletakkan dalam wadah yang berisi lima jenis air yang berbeda yaitu menggunakan larutan air AC, air RO, air PDAM, dan air sumur, dan air kolam ikan.

Nilai error diperoleh dengan menggunakan persamaan (1).

i. Sensor pH

Pada pengujian sensor pH dilakukan dengan merendam sensor pH menggunakan dua larutan pH yang berbeda yaitu pada pH 4 dan pH 7.

Nilai error diperoleh dengan menggunakan persamaan (1).

j. Apabila uji fungsional alat telah dilakukan maka selanjutnya adalah uji coba produk.

Nilai error diperoleh dari perhitungan sebagai berikut :

% Error =

(𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 × 100

(1) Uji coba produk

Uji coba produk dilakukan untuk mengetahui kinerja alat yang sudah terpasang sistem kontrol dan monitoring.

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Aktifkan kontrol agar sistem kontrol beserta perangkat lainnya dalam kondisi siap dengan tegangan kerja untuk system control yaitu 5v.

c. Membuka aplikasi sistem kontrol dan monitoring pada aplikasi Blynk di smartphone atau laptop, secara otomatis sistem ini akan menampilkan data dari hasil pembacaan sensor.

d. Sensor DHT11 akan menampilkan suhu dan kelembaban, apabila suhu =>31 °C maka kipas akan menyala dan akan mati

apabila suhu sudah turun di bawah 31

°C.

e. Sensor pH akan menampilkan pH air akuarium dan akan di tampilkan di aplikasi blynk, sementara untuk pengontrolannya dilakukan secara manual dengan menambahkan laturan pH.

f. Sensor suhu air akan menampilakan suhu air akuarium, apabila suhu air =>

30 °C maka kipas akuarium akan menyala dan akan mati apabila suhu air dibawah 30 °C.

g. Sensor Soil Moisture, apabila sensor mendeteksi kondisi dalam keadaan kering maka pompa yang ada di tandon akan mengalirkan air ke akuarium, dan apabila kondisi yang terbaca basah maka otomatis pompa tandon akan berhenti megalirkan air ke dalam akuarium.

h. Sensor TDS akan menampilkan jumlah partikel terlarut dalam air dan akan di tampilkan di aplikasi blynk dan untuk pengontrolannya dilakukan secara manual yaitu dengan menambahkan larutan nutrisi ke bak nutrisi.

i. Blynk akan mengontrol motor servo untuk memberi pakan ikan, menyalahkan dan mematikan lampu untuk memberikan pencahayaan pada tanaman. Pemberian pakan ikan dilakukan pada jam 6 pagi dan jam 4 sore, motor servo akan berputar selama 10 detik yang membuat pakan akan jatuh ke akuarium. Sementara itu, pencahayaan tanaman dilakukan pada jam 7 pagi sampai jam 5 sore.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif.

Data yang diperoleh ditabulasikan ke dalam

(7)

237

bentuk tabel kemudian akan menjadi acuan

dalam membuat deskripsi mengenai uji kinerja alat. Pengujian pada penelitian ini hanya terbatas pada uji alat sehingga data yang disajikan dalam penelitian ini adalah bentuk rasio yang diperoleh dari hasil uji coba.

Hasil dan Pembahasan Hasil Perancangan Alat

Prototipe sistem kontroling dan monitoring akuaponik menggunakan mikrokontroler wemos d1 mini telah dibuat berdasarkan desain gambar produk yang telah direncankan. Dari desain gambar tesebut, prototipe sistem kontroling dan monitoring akuaponik dibuat mulai dari membuat komponen utama dan membuat sistem kontrol dari alat kemudian dirakit menjadi satu kesatuan yang membentuk seperti desain alat yang telah direncanakan.

Gambar 2. Alat yang dihasilkan Hasil Uji Coba Fungsional

Uji coba yang dilakukan pada sistem kontrol dan monitoring akuaponik ini mendapatkan hasil sebagai berikut :

Uji coba sensor suhu air DS18B20

Sensor suhu yang digunakan pada penelitian ini memberikan nilai suhu dengan keluaran nilai digital. Untuk menguji besar

akurasi yang terbaca pada sensor, digunakan suatu alat yang disebut TDS meter yang umumnya digunakan dalam pengukuran suhu dan besar nutrisi terlarut di dalam air.

Perlakuan antara sensor suhu dan TDS meter pada pengujian ini dilakukan secara bersamaan dengan meletakan kedua alat tersebut pada 5 wadah yang berisi 5 jenis air yang berbeda yaitu, air PDAM, air RO, air AC, air kolam ikan, dan air sumur.

Tabel 1. Hasil pengujian sensor suhu air DS18B20

Jenis Air

Sensor Suhu DS1B20

TDS

Meter Selisih Eror (%)

PDAM 30 30,75 0,75 2,4

RO 29 29,75 0,75 2,5

AC 28 28,30 0,30 1,07

Kolam

ikan 35 35,20 0,20 0,5

Sumur 31 31,06 0,06 0,1

Rata-rata 6,49

Hasil dari pengujian antara sensor suhu dan TDS meter yang diperlihatkan pada tabel 1, hasil pengujian TDS meter menunjukan besar nilai 30°C sedangkan hasil pembacaan sensor menunjukan besar 30,75°C dengan rata-rata nilai eror sebesar 2,4%. Rata-rata nilai error dari pengujian sensor suhu dengan TDS meter sebanyak lima kali sebesar 6,49%

Pengujian Sensor TDS

Proses pengujian larutan nutrisi

dilakukan dengan membandingkan TDS

meter terhadap sensor larutan nutrisi,

dimana keduanya direndamkan ke dalam 5

wadah yang berisi air yang berbeda yaitu, air

PDAM, air RO, air AC, air kolam ikan, dan

air sumur, selanjutnya melakukan proses

pengukuran oleh sensor TDS dan TDS

meter untuk mendapatkan besar nutrisi atau

nilai PPM yang ada.

(8)

238

Tabel 2. Hasil pengujian sensor TDS

Jenis Air

Sensor TDS

TDS

Meter Selisih Eror (%)

PDAM 52 50 2 4

RO 5 4 1 25

AC 20 18 2 11,11

Kolam

ikan 220 218 2 0,9

Sumur 264 261 3 1,14

Rata-rata 8,70

Hasil dari pengujian antara sensor TDS dan TDS meter yang diperlihatkan pada Tabel 2, hasil pengujian TDS meter menunjukan besar nilai 50 PPM sedangkan hasil pembacaan sensor menunjukan besar 52 PPM dengan rata-rata nilai eror sebesar 4

%. rata-rata nilai error dari pengujian sensor TDS dengan TDS meter sebanyak lima kali sebesar 8,40 %.

1. Hasil pengujian sensor DHT11

Sensor DHT11 dapat melakukan pengukuran suhu ruangan pada rentang 0 - 50 ⁰C dengan tingkat keakurasian ±1 ⁰C yang memiliki waktu respon 6 – 30 detik.

Demikian juga dengan pengukuran kelembaban yang memiliki akurasi ±5%RH dengan waktu respon 6 – 15 detik dan rentang pengukuran 30 - 90%RH pada suhu 0 ⁰C, 20 - 90%RH pada suhu 25 ⁰C, dan 20 - 80%RH pada suhu 50 ⁰C. Pengujian sensor DHT11 dilakukan pada tiga kondisi suhu yang berberda di dalam ruang berAC yaitu pada suhu 23 ⁰C, suhu 25 ⁰C, dan suhu 27 ⁰C yang masing-masing kondisi suhu dibiarkan dulu selama 3 menit sebelum melakukan pengukuran dengan menggunakan sensor

Tabel 3. Hasil pengujian sensor DHT11

Suhu AC DHT11 Selisih Eror (%)

23 23,54 0,54 2,34

25 25,42 0,42 1,68

27 27,28 0,28 1

Rata-rata 1,67

Hasil dari pengujian DHT11 yang dilakukan dildalam ruangan berAC pada

tiga kondisi suhu yang berbeda yang diperlihatkan pada tabel 3, hasil pengujian DHT11 menunjukan besar nilai 23,54 °C pada kondisi suhu ruangan yaitu 23 °C dengan rata-rata nilai eror sebesar 2,34 %.

Rata-rata nilai error dari pengujian sensor sensor DHT11 sebanyak lima kali sebesar 1,67 %.

2. Hasil pengujian sensor pH

Pengujian sensor pH dilakukan dengan menggunakan sensor pH yang di celupkan kedalam 2 cairan ph yang berbeda yaitu cairan pH 4, dan pH 7. Sensor pH dicelupkan kedalam pH 4 kemudian dilihat nilainya dan dibersihkan dengan tisu sebelum di masukkan ke dalam pH 7

Tabel 4. Hasil pengujian sensor pH

Cairan pH Sensor

pH Selisih Eror (%)

4 3,98 0,02 0,5

7 6,90 0,10 1,42

Rata-rata 0,96

Hasil dari pengujian sensor pH yang dilakukan dengan meredam sensor ke dalam dua cairan pH yang berbeda yang diperlihatkan pada tabel 4, hasil pengujian sensor pH menunjukan besar nilai 3,98 di dalam cairan pH 4 dengan rata-rata nilai error sebesar 0,5 %. Rata-rata nilai error dari pengujian sensor sensor pH sebanyak dua kali sebesar 0,96 %

3. Pengujian pemberi pakan ikan.

Dari pengujian yang dilakukan servo

dapat berputar searah jarum jam sebesar 180

derajat secara otomatis dan setelah 5 detik

motor servo akan kembali keposisi awal

begitu juga dengan waktu kedua yang di

tentukan. Pengujian ini dilakukan untuk

memastikan motor servo dapat berputar

secara otomatis.

(9)

239

Uji Coba Produk

Uji coba produk dilakuakn untuk menguji kinerja

1. Aktifkan kontrol agar sistem kontrol beserta perangkat lainnya dalam kondisi siap dengan tegangan kerja untuk sistem kontrol yaitu 0035v.

2. Membuka aplikasi sistem kontrol dan monitoring pada aplikasi blynk di smartphone atau laptop, secara otomatis sistem ini akan menampilkan data dari hasil pembacaan sensor.

3. Pada saat suhu 30 °C atau suhu diatasnya secara otomatis kipas akan menyala dan akan berhenti berputar pada saat suhu dibawah 30 °C.

4. Dari uji coba yang dilakukan sensor pH dapat membaca kondisi pH air di dalam akuarium dan menampilkannya di LCD dan aplikasi blynk.

5. Dari hasil uji coba sensor suhu air dapat membaca kondisi suhu akuarium dan telah menampilkannya di LCD dan aplikasi blynk. Pada saat suhu air akuarium 30 °C atau diatasnya otomatis aerator akan menyala dan akan mati kembali saat suhu dibawah 30 °C.

6. Dari hasil uji coba yang dilakukan pompa di tandon telah berhasil mengalirkan air ke akuarium pada saat soil moisture membaca kondisi kering di akuarium dan telah berhenti kembali pada saat kondisi terbaca basah

7. Dari hasil uji coba yang dilakukan sensor TDS berhasil membaca nutrisi yang ada di dalam bak nutrisi dan menampilkannya di LCD dan aplikasi blynk.

8. Pemberian pakan ikan dilakukan pada jam 6 pagi dan jam 4 sore, motor servo akan berputar 180 derajat yang membuat pakan akan jatuh ke akuarium dan pada saat sudah 10 detik akan kembali ke

posisi semula. Sementara itu, pencahayaan tanaman dilakukan pada jam 07:00 sampai jam 17: 00.

Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian rancang bangun prototipe sistem kontroling dan monitoring akuaponik menggunakan wemos d1 mini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sistem kontrol dan monitoring akuaponik ini dapat membantu memudahkan bagi masyartakat perkotaan yang memiliki ketertarikan dalam pertanian namun memiliki waktu dan lahan yang sempit, karena alat ini dilengkapi dengan sistem kontrol dan monitoring yang yang berbasis IOT. Jadi sistem akuponik ini dapat dikontrol dan dimonitoring secara realtime kapan dan dimana saja apabila tersambung dengan koneksi internet.

2. Dari hasil pengujian yang dilakukan, semua sensor dan aktuator yang digunakan dapat bekerja dengan baik dalam membaca data. Sensor TDS, DHT11, sensor suhu air dan sensor pH hasil pengukurnnya berhasil di tampilkan di LCD dan blynk.. Untuk DHT11 pengotrolannya berhasil dilakukan karena aktuator kipas berjalan sesuai dengan kondisi yang ditetapkan, sensor suhu berhasil mengontrol aerator pada suhu yang ditetapkan, sensor soil moisture dapat juga mengaktifkan pompa air tandon pada kondisi yang ditetapkan.

Untuk pemberi pakan ikan dan

pencahayaan tanaman dapat berjalan

dengan lancar secara otomatis pada

waktu yang telah ditetapkan.

(10)

240

Daftar Pustaka

CMS. (2011). Aquaponik, CMS Made Simple, Aquaponik Deustche Welle Indonesia, 2009. Pertanian Aquapo- nik Modern, Sains Teknologi

Hidayat, A. (2010). Mengulas Teknik Aquaponik. Icon Agry. Diakses tanggal 28 Juni 2019 https://zonaikan.

wordpress.com/2009/09/19/teknik- akuaponik/

Malik, M.I., & Juwana, M.U. (2009). Aneka Proyek Mikrokontroler PIC16F84A.

Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Munajat, A., & Budiana, N. S. (2003).

Pestisida Nabati Untuk Penyakit Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta, 88.

Nugroho, R. A., Pambudi, L. T., Chilmawati, D., & Haditomo, A. H. C.

(2012). Aplikasi teknologi aquaponic pada budidaya ikan air tawar untuk optimalisasi kapasitas produk- si.Saintek Perikanan: Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology, 8(1), 46-51.

Sagita, A., Wicaksana, S. N., Primasaputri, N. R., Prakoso, K., Afifah, F. N., Nugraha, A., & Dan, S. H. (2014).

Pengembangan teknologi akuakultur biofilter-akuaponik (Integrating fish and plant culture) sebagai upaya mewujudkan rumah tangga Tahan Pangan. Prosiding hasil-hasil penelitian dan kelautan tahun ke IV.

Universitas Diponegoro.

Sani, B. (2016). Asyiknya akuaponik untuk hobi & bisnis. Kata Pena.

Saparinto, C., & Susiana, R. (2014).

Panduan lengkap budidaya ikan dan sayuran dengan sistem akuaponik.

Yogyakarta : Lily Publisher.

Somerville, C., Cohen, M., Pantanella, E., Stankus, A., & Lovatelli, A. (2014).

Small-scale aquaponic food production: integrated fish and plant farming. FAO Fisheries and

Aquaculture Technical Paper, (589), I.

Wahap, N., Estim, A., Kian, A. Y. S., Senoo,

S., & Mustafa, S. (2010). Producing

organic fish and mint in an aquaponic

system. Borneo Marine Research

Institue, Sabah, Malaysia, 29-33.

Gambar

Gambar Desain Produk
Gambar 2. Alat yang dihasilkan  Hasil Uji Coba Fungsional

Referensi

Dokumen terkait

Profesi akuntan harus mendorong pembuatan visi pasar modal dalam perekonomian Indonesia Baru dengan jumlah emiten pasar modal sekurang-kurangnya 300% dari posisi

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi,

Kemudian variabel terkontrolnya adalah solenoid valve, yang mana solenoid valve ini berfungsi untuk menutup air yang masuk menuju prototipe mesin reverse osmosis

d) Hitung juga berapa nilai void ratio (e) dari lempung tersebut untuk kondisi penurunan ultimit pada soal no.c di atas. e) Apabila penurunan ultimit tersebut dianggap telah

Tanah yang dikelompokan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh

Sedangkan bagi ayah/bapak alami (genetik), meskipun anak tersebut secara biologis merupakan anak yang berasal dari spermanya, namun secara yuridis formal

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis induktif kualitatif dengan titik tolak teori-teori dalam tipo-morfologi arsitektur serta teori arsitektur vernakular

Kewajiban sistem moneter yang terdiri dari uang tunai (kartal dan logam) pada masyarakat, tidak termasuk uang yang berada dalam kas bank maupun kas negara, ditambah dengan uang