• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM

MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK

TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus

Oleh :

IRFAH NAHARIZ ZAM’AH NIM. 0901561

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

(2)

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM

MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK

TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG

Oleh

IRFAH NAHARIZ ZAM’AH 0901561

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhisalah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© IRFAH NAHARIZ ZAM’AH 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

IRFAH NAHARIZ ZAM’AH 0901561

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK

TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG SKRIPSI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Dr. Hj. Tati Hernawati, M.Pd NIP. 19630208 198703 2 001

Pembimbing II

Dr. Budi Susetyo, M.Pd NIP. 19580907 198703 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

v

IRfah Nahariz Zam’ah, 2014

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIAKASIH ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 4

C. Batasan Masalah... 4

D. Rumusan Masalah... 4

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1. Tujuan Penelitian... 5

2. Manfaat Penelitian... 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep dasar ketunarunguan ... 1. Pengertian anak tunarungu... 6

2. Klasifikasi anak tunarungu... 7

3. Karakteristik tunarungu... 8

4. Dapak ketunarunguan ... 9

B. Pendekatan Multisensori... 10

1. Pengertian Pendekatan Multisensori... 10

2. Tujuan Pendekatan Multisensori... 12

C. Konsep dasar kosakata... 12

1. Pengertian Kata... 13

2. Jenis Kata... 14

(5)

vi

IRfah Nahariz Zam’ah, 2014

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK

TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kriteria Indeks Reliabilitas... 37

Tabel 4.1. Hasil Baseline -1... 43

Tabel 4.2. Hasil Intervensi... 44

Tabel 4.3. Hasil Baseline -2... 46

Tabel 4.4. Data keseluruhan aspek mengucapkan kata... 47

Tabel 4.5. Panjang Kondisi... 49

Tabel 4.6. Data estimasi kecenderungan arah... 50

Tabel 4.7. Data kecenderungan stabilitas... 52

Tabel 4.8. Jejak data subjek... 53

Tabel 4.9. Level stabilitas dan rentang subjek... 53

Tabel 4.10. Data level perubahan subjek... 53

Tabel 4.11. Data jumlah variabel yang di ubah... 55

Tabel 4.12. Data kecenderungan arah dan efeknya... 56

Tabel 4.13. Data perubahan kecenderungan stabilitas subjek... 56

Tabel 4.14. Data Overlap... 61

Tabel 4.15. Rangkuman hasil analisis visual antar kondisi... 61

Tabel 4.16. Hasil Baseline-1 (A-1) Aspek menunjukkan gambar... 63

Tabel 4.17. Hasil Intervensi... 65

Tabel 4.18. Rekapitulasi presentase data keseluruhan aspek menunjukan gambar.. 67

Tabel 4.19. Panjang Kondisi aspek peningkatan perbendaharaan kata... 69

Tabel 4.20. Data estimasi kecenderungan arah... 70

(6)

vii

IRfah Nahariz Zam’ah, 2014

Tabel 4.22. Jejak data subjek... 73

Tabel 4.23. Level Stabilitas dan rentang Subjek... 73

Tabel 4.24. Data level perubahan subjek... 73

Tabel 4.25. Data jumlah variabl yang diubah... 75

Tabel 4.26. Data kecenderungan arah dan efeknya... 76

Tabel 4.27. Data perubahan kecenderungan stabilitas subjek... 76

Tabel 4.28. Data perubahan level subjek... 77

Tabel 4.29. Data Overlap... 81

Tabel 4.30. Rangkuman hasil analisis visual... 81

Tabel 4.31. Hasil Baseline1 (A-1) Aspek menuliskan kata... 83

Tabel 4.32. Hasil Intervensi (B) Aspek menuliskan kata... 83

Tabel 4.33. Hasil Baseline 2 (A-2) Aspek menuliskan kata... 86

Tabel 4.34. Rekapitulasi presentase data keseluruhan... 87

Tabel 4.35. Panjang Kondisi... 89

Tabel 4.36. Data estimasi kecenderungan arah Subjek JR... 89

Tabel 4.37. Data Kecenderungan Stabilitas... 92

Tabel 4.38. Jejak data Subjek... 92

Tabel 4.39. Level Stabilitas dan Rentang Subjek... 93

Tabel 4.40. Data Level Perubahan Subjek... 93

Tabel 4.41. Data Jumlah Variabel Yang diubah... 95

Tabel 4.42. Data Kecendrungan arah dan Efeknya... 95

Tabel 4.43. Data Perubahan dan kecenderungan stabilitas subjek... 96

Tabel 4.44. Data perubahan Level Subjek... 97

(7)

viii

IRfah Nahariz Zam’ah, 2014

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK

TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.46. Data Rangkuman hasil analisis visual antar kondisi... 100

DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1. Hasil Baseline-1 (A-1) Aspek Mengucapkan Kata... 43

Grafik 4.2. Hasil Intervensi (B) Aspek mengucapkan kata... 45

Grafik 4.3. Hasil Baseline-2 (A-2) Aspek mengucapkan kata... 47

Grafik 4.4. Rekapitulasi Presentase dan keseluruhan aspek mengucapkan kata... 48

Grafik 4.5. Estimasi kecenderungan arah... 50

Grafik 4.6. Estimasi kecenderungan arah fase intervensi (B)... 59

Grafik 4.7. Estimasi kecenderungan arah fase baseline-2 (A-2)... 60

Grafik 4.8. Kecendrungan stabilitas fase baseline -1 (A-1)... 62

Grafik 4.9. Kecenderungan stabilitas fase intervensi (B)... 64

Grafik 4.10. Kecenderungan stabilitas fase baseline-2 (A-2)... 68

Grafik 4.11.Overlap kondisi baseline -1(A-1) dengan intervensi (B)... 70

Grafik 4.12. Overlap kondisi intervensi (B) dengan Baseline-2 (A-2)... 79

Grafik 4.13. Mean Level kemampuan peningkatan perbendaharaan kata... 80

Grafik 4.15. Hasil Baseline -1(A-1) Aspek menuliskan kata... 83

Grafik 4.16. Hasil intervensi (B) Aspek menuliskan kata... 85

Grafik 4.17. Hasil Baseline-2 (A2) Aspek menuliskan kata... 87

Grafik 4.18. Rekapitulasi preentase data keseluruhan aspek... 88

Grafik 4.19. overlap kondisi baseline-1 (A-1) dengan intervensi (B)... 98

(8)

ix

IRfah Nahariz Zam’ah, 2014

(9)

i

IRfah Nahariz Zam’ah, 2014

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PenggunaanPendekatan Multisensori dalam Meningkatkan Perbendaharaan kata pada Anak Tunarungu kelas II di SD PANDU Bandung

Oleh : Irfah Nahariz Zam’ah (0901561)

Permasalahan utama anak tunarungu adalah ketidakmampuannya untuk mendengar sehingga menyebabkan perkembangan kemampuan berbahasa mereka terlambat. Sementara itu, kemampuan berbahasa ditunjang oleh kuantitas dan kualitas kosakata.Dalam kasus ini anak tunarungu yang berinisial JR siswa kelas II SD yang memiliki sisa pendengaran memliki kuantitas dan kualitas kosakata yang sangat sedikit, JR mampu membaca kata akan tetapi tidak faham dengan apa yang ia baca, hal ini berdampak kepada kemampuan berbahasa dan berkomunikasinya.Salahsatupenanganan yang dapat membantu anak tunarungu dalam meningkatkan Perbendaharaan kata adalah dengan menggunakan pendekatan multisensori.Hal itu melatarbelakangi peneliti melakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh penggunaan pendekatan multisensori terhadap peningkatan perbendaharaaan kata pada anak tunarungu. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen denganmenggunakan pendekatan Single Subject Reserch dengan desain penelitan A-B-A. Hasil penelitian dari subjek JR dapat digambarkan bahwa telah terjadi peningkatan mean level pada aspek mengucapkan kata yaitu dari 20% pada kondisi baseline -1 (A-1) berubah menjadi 93,75% pada kondisi intervensi (B), dan meningkat lagi sehingga menjadi 100% dalam kondisi baseline-2 (A-2). Lalu pada aspek menunjukkan gambar yaitu 50% pada kondisi baseline-1, lalu meningkat menjadi 93,75% pada kondisi intervensi (B) dan meningkat kembali menjadi 100% pada kondisi baseline-2 (A-2) dan terakhir pada aspek menuliskan kata yaitu dari 30% pada baseline -1 menjadi 88,75% dalam kondisi intervensi (B) dan 100% dalam kondisi baseline-2 (A-2) yang artinya terdapat peningkatan dengan menggunakan pendekatan multisensori pada siswa tunarungu di kelas II SD PANDU Bandung.

Kata Kunci : Anak Tunarungu, pendekatan multisensori, Peningkatan

(10)

ii

IRfah Nahariz Zam’ah, 2014

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA Application of Multisensory Approach In Improving Deaf Children’s

Vocabulary In Second Grade of Pandu Elementary School Bandung. By: Irfah Nahariz Zam’ah

The main problem of children with hearing impairment is inability to hear, therefore causing late development of their language skills. Meanwhile, pproficiency supported by the quantity and quality of vocabulary. In this case, the deaf child's initials JR who have residual hearing have the little quantity and quality of the vocabulary, JR be able to read the words but don’t understand what he read. Of course this is very impact on language and communication. One of the treatments that can help deaf children in increasing vocabulary object is to use multisensory approach. Thats why the researcher conducted this study, aimed to determine the extent of the influence of the use of multisensory approaches to increase the vocabulary of children with hearing impairment. The method used an experimental method using a Single Subject Research approach with ABA as a research design. The results of the study can be described that there has been improvement in the pronunciation of the word from 20% at baseline condition -1 (A-1) turn out to be 93.75% in the intervention condition (B), and increase becomes 100% in the baseline condition-2 (A-2). Then the ability to show an image that is 50% in the baseline condition-1, then increased to 93.75% in the intervention condition (B) and increased to 100% in the baseline condition-2 (A-2) and for the last the ability to write the word, from 30% at baseline -1 to 88.75%. In the intervention condition (B) and 100% in the baseline condition-2 (A-2) it means that there is increased using a multisensory approach to deaf students in the second class at Pandu Elementary School Bandung.

(11)

1

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya manusia adalah individu yang tumbuh dan berkembang di

dalam lingkungan sosial,artinya individu yang tidak bisa bertahan hidup secara

sendiri. Untuk proses sosialisasi tersebut manusia memerlukan proses interaksi

dan komunikasi dengan individu lainnya.Interaksi dan komunikasi pada

umumnya menggunakan media. Media yang digunakan berupa simbol atau

tanda-tanda yang disebut sebagai bahasa. Penggunaan bahasa dapat membuat

manusia bersosialisi,berinteraksi serta berkomunikasi dengan manusia lainnya.

Menurut Bloom & Lakey dalam Sadja‟ah ( 2008:7 ) mengemukakan bahwa:

„bahasa merupakan suatu kode dimana gagasan/ide tentang dunia atau lingkungan sekitar diwakili oleh seperangkat simbol yang sudah disepakati

bersama guna untuk mengadakan sebuah komunikasi‟.Dari pernyataan tersebut

dapat menunjukan bahwa Interaksi dan komunikasi dapat terlaksana apabila

bahasa atau simbol yang digunakan dapat dimengerti,difahami,dan disepakati

oleh kedua belah pihak sebagai pelaku interaksi.

Proses komunikasi ini sering dikaitkan dengan proes berbahasa bahkan sering

disebut juga berbahasa adalah berkomunikasi,dari sini terlihat sangat jelas

bahwasanya bahasa merupakan alat yang efektif,efisien dan dinamis untuk

berkomunikasi.Proses perolehan bahasa terdiri dari proses perolehan bahasa

pada anak dengar dan proses perolehan bahasa pada anak tunarungu. Perolehan

bahasa pada anak dengar dimulai dengan proses menangkap informasi,

memahami, serta mengekspresikan fikiran.Proses menangkap informasi yang

bersifat verbal dipengaruhi oleh berfungsinya organ pendengaran.

Bunyi bahasa dibentuk dari hasil peniruan dan rekaman, suara yang masuk ke

dalam indera pendengaran sehingga inormasi yang di dengar akan dijadikan

(12)

2

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA

ke dalam indera pendengaran dan disimpan di dalam memori maka semakin

banyak pula kosakata dalam berbahasa.

H.G.Tarigan (2011:2) mengemukakan bahwa ”keterampilan berbahasa

seseorang bergantung kepada kualitas dan kuantitas kosakata yang dimilikinya

semakin banyak kosakata yang kita miliki, semakin besar pula kemungkinan kita

terampil berbahasa”.

Permasalah utama anak tunarungu dalam pemerolehan bahasa adalah

mengakses bunyi – bunyi bahasa dan suara, hal ini dikarenakan keterbatasan

fungsi pendengaran yang mengakibatkan ketidaksempurnaan menerima bunyi

bahasa yang mereka alami. Bunyi bahasa yang diterima secara tidak sempurna

akan berdampak kepada ketidakmampuan untuk memahami lambang dan bahasa

dalam menerima informasi. Menurut Mufti Salim (1983:8) menjelaskan bahwa:

Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya sehingga mengalami hambatan-hambatan dalam perkembangan bahasanya. Sehingga Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak.

Andreas Dwijosumarto dalam Sutjihati (1996:74) mengemukakan bahwa

„seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf) dan

kurang dengar (hard of hearing)‟. Sesuai penjelasan beberapa pendapat tersebut

bahwasanya anak tunarungu dalam berkomunikasi dengan masyarakat

mengalami kesulitan karena kehilangan atau kekurangan kemampuan

mendengar baik sebagian maupun seluruh alat pendengaran sehingga dia

mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Terhambatnya

perkembangan bahasa pada anak tunarungu tersebut bisa mengakibatkan anak

tunarungu memiliki hambatan komunikasi yang berbentuk bahasa lisan sehingga

dalam mengekspresikan perasaan, pikiran, dan kehendaknya mereka mengalami

kendala.

Ketidakmampuan anak tunarungu dalam berkomunikasi secara lisan terjadi

(13)

3

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diucapkan orang lain kemudian menirukan bunyi bahasa yang didengarnya.

Akibatnya anak tunarugu mengalami keterbatasan kosa kata sehingga

mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya.

Berdasarkan hasil study pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada

Bulan Maret sampai dengan Bulan Mei 2014 melalui pengamatan sehari-hari di

kelas IIb SD Pandu Bandung terdapat siswa tunarungu yang berinisial JR. JR

sudah mampu membaca kata akan tetapi JR tidak mengetahui makna dari

kata-kata tersebut. Setelah dilakukan asesmen dalam proses pembelajaran ketika JR

diperintahkan untuk mengambil salah satu benda yang disebutkan oleh peneliti

diantara banyak benda yang ada diatas meja ternyata JR tidak mampu

melakukannya. Selain itu,JR lebih cendrung mengenal fungsi dari suatu benda

dari pada nama benda itu sendiri. Dilihat dari kasus tersebut, anak tidak

mengetahui nama benda akan tetapi lebih mengetahui fungsi dan kegunaan

benda yang ditunjukkan oleh orang lain kepadanya. Hal tersebut sangatlah jelas

bahwasanya JR mengalami hambatan dalam penguasaan kata, bahkan dalam

memahami kata sederhanapun JR mengalami kesulitan untuk memahaminya.

Kondisi tersebut diakibatkan adanya hambatan pendengaran pada JR sehingga

dalam mencerna informasi dari luar JR hanya mengandalkan faktor visualnya

saja. Selain itu, dalam proses pembelajaran dikelas guru hanya menggunakan

metode pembelajaran yang umumnya digunakan pada anak normal seperti

metode ceramah, metode tanya jawab, metode drill, dan lain sebagainya. Dalam

pembelajaran guru belum menerapkan metode atau pendekatan yang disesuaikan

dengan kebutuhan JR, sepertri contohnya pendekatan multisensori, kondisi

tersebut dikarenakan semua siswa terkecuali JR dikelas IIb tersebut tidak

memiliki hambatan pendengaran.

Upaya untuk mengatasi permasalahan diatas, peneliti mencoba untuk

melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran tersebut dengan cara

menerapkan pendekatan multisensori untuk meningkatkan Perbendaharaan kata

(14)

4

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA

Atas dasar inilah, maka peneliti ingin melakukan penelitian yang bermaksud

untuk membuktikan bahwa melalui pendekatan multisensori dapat meningkatkan

Perbendaharaan kata pada siswa tunarungu di SD pandu Bandung.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan di atas, terdapat

beberapa identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu :

a. Metode pengajaran guru yang masih mengutamakan metode ceramah

menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam meningkatkan

perbendaharaan kata

b. Sarana dan prasarana yang belum sesuai dengan kebutuhan siswa tunarungu

sehingga kurang teroptimalisasinya kemampuan siswa tunarungu dalam

meningkatkan Perbendaharaan Kata

c. Dibutuhkannya pendekatan multisensori yang diadaptasikan bagi anak

tunarungu untuk meningkatkan perbendaharaan kata pada siswa tunarungu.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah maka banyak faktor yang dapat

mempengaruhi kemampuan siswa tunarungu dalam meningkatkankosakata

benda, adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Pendekatan multisensori sebagai pendekatan pembelajaran dalam meningkatkan Perbendaharaan kata pada siswa tunarungu”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, dapat

dikemukakan rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Apakah penggunaan

pendekatan multisesori dapat meningkatkan perbendaharaan kata pada siswa

(15)

5

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Pelaksanaan peneitian ini berupaya untuk menerapkan pendekatan

pendekatan multisensori dalam meningkatkan Perbendaharaan pada anak

tunarungu. Sehingga pada akhirnya penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh gambaran tentang pengaruh penggunaan pendekatan

multisensori dalam meningkatkan perbendaharaan kata pada anak tunarungu.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat/kegunaan secara praktis maupun

teoritis yaitu:

a. Secara Praktis

Dapat digunakan sebagai bahan pengayaan bagi para pendidik dalam

meningkatkan kosakata pada siswa tunarungu dengan pendekatan

multisensori.

b. Secara Teoritis

Memberikan sumbangsih pemikiran dan pengenalan mengenai Pendekatan

Multisensori sebagai salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang

dapat dipakai untuk meningkatkan kosakata khususnya kosakata benda

(16)

22

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan subjek penelitian 1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD PANDU Bandung yang berada di Jalan Pandu

No. 06 Bandung. Penelitian ini dilakukan di luar kegiatan belajar, agar tercipta

suasana yang santai

2. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu seorang siswa Tunarungu berjenis kelamin

Laki-laki.

Nama : JR

Kelas : 2 di SD PANDU Bandung

Tempat tanggal lahir : Bandung 11 Juni 2006

Alamat : Jl. Babakan Jeruk VI No.12 Bandung

Agama : Kristen

Anak ke- dari : 2 dari 2 bersaudara

JR tergolong siswa tunarungu yang memiliki tingkat kehilangan pendengaran

rendah, akan tetapi proses komunikasi JR dengan lingkungan sekitarnya sangat

terhambat karena kemampuan dia dalam menguasai kosakata sangat terbatas hal

tersebut menyebabkan ia kesulitan untuk mengemukakan keinginannya dan

mengekspresikan apa yang ia rasakan.Dalam bidang akademik, JR tergolong

siswa yang terlambat dalam menangkap pembelajaran hal tersebut jelas karena

dampak ketunarungun dari JR dan keterbatasannya dalam menguasai dan

memahami kosakata, serta mempunyai rasa yang tidak percaya diri.

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain A-B-A penelitian

dilakukan dengan cara mengumpulkan data subjek baik sebelum mendapatkan

(17)

23

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

intervensi) dan sampai akhirnya mendapatkan data evaluasi akhir (kondisi

baseline 2).

Melalui desain A-B-A peneliti akan mendapatkan data-data dari hasil

observasi melalui tes lisan dan tes tertulis ,yaitu menyebutkan, menunjukkan dan

menuliskan kosakata benda.

Adapun desain A-B-A secara visual adalah sebagai berikut :

Berikut adalah penjabaran desain A-B-A mulai dari bseline 1, intervensi dan

baseline 2

1. Baseline I (A-1)

A-1 adalah lambang dari garis datar (baseline dasar). Baseline merupakan

suatu kondisi kemampuan awal subjek dalam mengetahui kemampaun

kosakata subjek sebelum diberikan perlakuan atau intervensi. Pelaksanaan

pengukuran pada baseline 1 ini dilakukan sebanyak empat sesi sampai trend

dan level data cenderung stabil. Setiap harinya dilakukan satu kali sesi. Dimana

setiap sesi dilakukan satu hari dengan periode waktu selama 30 menit.

2. Intervensi (B)

Intervensi adalah untuk data perlakuan atau intervensi,kondisi kemampuan

subjek dalam menguasai kosakata. Permasalahannya dalam menguasai

kosakata benda selama intervensi. Pada tahap ini subjek diberikan perlakuan

(18)

24

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

Pelaksanaan intervensi dilakukan sebanyak delapan sesi dengan periode waktu

sebanyak 90 menit.

3. Baseline 2 (A-2)

A-2 merupakan pengulangan kondisi baseline sebagai evaluasi bagaimana

hasil intervensi yang diberikan berpengaruh kepada subjek. Pelaksanaan

baseline 2 sebanyak empat sesi dengan periode waktu selama 30 menit.

“Desain A-B-A ini menunjukkan adanya sebab akibat antara variabel terikat

dan variabel bebas” Sunanto (2006:44). Seiring dengan pendapat tersebut maka

peneliti menggunakan desain penelitian A-B-A yang terdiri dari tiga tahapan

pengukuran yaitu sebelum diberikan intervensi baseline -1 (A-1), pada saat

diberikan intervensi (B),dan setelah diberikan intervensi baseline -2 (A-2).

Dengan desain A-B-A diharapkan akan memberikan petunjuk bahwa adanya

hubungan sebab dan akibat antara viariabel bebas (pendekatan multisensori)

dan variabel terikat (peningkatan kosakata benda pada anak tunarungu ).

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar pengaruh intervensi

(perlakuan) sebelum dan sesudah diberikan intervensi terhadap peningkatan

kosakata pada anak tunarungu dengan menggunakan pendekatan multisensori.

C. Metode Penelitian

Sugiyono (2011:3) mengungkapkan bahwa “secara umum metode penelitian

diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu.” Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh daa

mnegenai pengaruh penggunaan pendekatan multisensori terhadap peningkatan

kosakata benda pada anak tunarungu kelas II SD.

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian eksperimen, menurut

Sugiyono (2011). “ metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang

digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam

kondisi yang terkendalikan”.Metode eksperimen dalam penelitian ini digunakan dengan tujuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan melihat hasil

atau akibat dari suatu perlakuan dalam menggunakan pendekatan multisensori

(19)

25

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen

dengan menggunakan rancangan Single Subject Research (SSR). SSR yaitu

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suatu

perlakuan yang diberikan kepada subyek secara berulang-ulang. Sunanto, J.Et al

(2006:41) mengemukakan bahwa:

Pada desain subjek tunggal pengukuran variabel terikat atau perilaku sasaran (target behaviour) dilakukan berulang-ulang dengan periode waktu tertentu misalnya perminggu, perhari, atau perjam. Perbandingan tidak dilakukan antar individu maupun kelompok tetapi perbandingan pada subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda.

Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa Single Subject Research (SSR)

merupakan bagian yang integral dari analisis tingkah laku.SSR mengacu pada

strategi penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan

tingkahlaku subjek secara perseorangan. Melalui seleksi yang akurat dan

pemanfaatan pola desain kelmpok yang sama hal ini memungkinkan untuk

meperlihatkan hubungan fungsional antara perlakuan dari perubahan tingkah

laku.

Penggunaan metode eksperimen dengan rancangan Single Subject Research

(SSR) pada penelitian ini, dipilih oleh peneliti dengan alasan metode ini yang

dirasa cocok untuk mengetahui pengaruh perlakuan yaitu dengan menggunakan

pendekatan multisensori terhadap permasalahan penguasaan kosakata pada anak

tunarungu.

D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Penelitian

Langkah-langkah persiapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Melakukan studi pendahuluan di SD PANDU Bandung

b. Menetapkan subyek dan permasalahan yang akan diteliti

c. Mengurus surat perizinan, meliputi:

1) Pengajuan surat ketetapan dosen pembimbing yang diajukan pada Dekan

(20)

26

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

2) Permohonan izin penelitian dari Dekan FIP kepada Rektor UPI melalui

Direktur Direktorat Akademik.

3) Permohonan izin penelitian dari Rektor UPI kepada Kepala Badan

Kesbangpol Linmasda (Kesatuan Bangsa dan Politik).

4) Permohonan izin penelitian dari Kepala Badan Kesbangpol Linmasda

kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

5) Setelah mendapatkan surat izin penelitian dari Dinas Pendidikan Provinsi

Jawa Barat, surat tersebut diberikan kepada Kepala Sekolah SD PANDU

Bandung untuk meminta izin melaksanakan penelitian.

d. Menyusun instrumen penelitian mengenai peningkatan kosakata benda

pada anak tunarungu yang meliputi aspek menyebutkan kata,

maenunjukan gambar sesuai kata benda dan menuliskan kata benda

dengan tepat. untuk digunakan pada siswa tunarungu. Instrumen penelitian

ini meliputi kisi-kisi instrumen, pembuatan butir soal, dan pembuatan

program intervensi.

e. Melakukan uji coba instrumen penelitian, uji coba instrumen ini meliputi

uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan pada satu orang dosen

PKh dan satu orang guru SLB.

f. Menganalisis hasil uji coba instrumen.

2. Pelaksanaan Penelitian

A. Pelaksanaan Baseline -1 (A-1)

Tahap baseline, adalah tahapan yang melihat kemampuan awal subjek,

sehingga akan terlihat kemampuan penguasaan kosakata benda pada anak

tunarungu ketika sebelum diberikan intervensi atau perlakuan.pengukuran pada

fase baseline diberikan empat sesi sampai trand dan level data cenderung stabil.

Setiap harinya dilakukan satu kali sesi. Dimana setiap sesi dengan periode

waktu selama 30 menit. Siswa diminta untuk mengisi lembar kerja tanpa diberi

perlakuan apapun. Tes yang diberikan berbentuk perintah yaitu siswa diminta

untuk menyebutkan kosakata,menunjukkan gambar sesuai kosakata,dan

(21)

27

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Pelaksanaan Intervensi (B)

Fase intervensi adalah konsisi dimana peneliti memberikan perlakuan

terhadap kemampuan dalam meningkatkan kosakata benda,Perlakuan diberikan

dengan menggunakan pendekatan multisensori sebanyak 8 sesi dengan durasi

waktu selama 90 menit.pada tahapan intervensi ini perlakuan yang diberikan

adalah sebagai berikut :

1) Peneliti duduk saling berhadapan dengan anak

2) Peneliti memperlihatkan beberapa kartu bergambar

3) Peneliti mengeluarkan kertas dan crayon

4) Peneliti menuliskan suku kata dan kata pada kertas, peneliti mengucapkan

suku kata dan kata, kemudian anak diperintahkan untuk mengulang

berkali-kali.

5) Peneliti mengucapkan bunyi suku kata dan kata, sambil bertanya suku kata

apa dan kata apa yang dibunyikan. Tahap ini dilakukan tanpa

menunjukkan tulisan suku kata dan kata pada subjek penelitian

6) Anak menelusuri setiap suku kata dan kata yang telah ditunjukkan oleh

peneliti.

7) Anak diperintahkan untuk menuliskan kata – kata yang telah disebutkan.

Setelah kegiatan intervensi selesai dilakukan dengan menggunakan

pendkatan multisensori, kemudian evaluasi dilakukan dengan memberikan

lembar kerja kemudian hasilnya dimasukan kedalam format data hasil

intervensi (B).

c. Pelaksanaan Baseline -2 (A-2)

Prosedur pelaksanaan baseline-2 (A-2) yaitu pengulangan kondisi baseline

sebagai evaluasi sejauhmana intervensi yang dilakukan berpengaruh terhadap

subjek dalam meningkatkan kosakata. Peneliti melakukan tes kembali seperti

pada baseline-1 (A-1) sebanyak empat kali sesi dengan menggunakan format

tes dan prosedur pelaksanan tes yang sama.Tahap baseline-2 ini dapat

dijadikan sebagai perbandingan untuk mengetahui sejauhmana intervensi yang

dilakukan berpengaruh terhadap siswa.

(22)

28

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

E. Variabel Penelitian

1. Definisi Konsep Variaabel a. Pendekatan Multisensori

Menurut Sugiyono (2011:61) variabel bebas adalah “merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat).” Pada penelitian dengan subjek tunggal variabel

bebas disebut juga dengan intervensi, variabel bebas atau intervensi pada

penelitian ini yaitu pendekatan multisensori.

Pendekatan merupakan suatu perantara atau pengantar pada proses

pembelajaran sehingga penyampaian materi akan lebih menarik serta mudah

untuk tersampaikan.pendekatan multisensori merupakan sebuah pendekatan

yang memfusikan seluruh indera sensori (indera penangkap) dalam

memperoleh kesan – kesan melalu perabaan, visual, perasaan, kinestetik dan

pendengaran (Tarmansyah, 1995:143). Pada dasarnya pendekaan ini sangat

baik digunakan dalam belajar membaca, khususnya membaca permulaan. Akan

tetapi pendekatan ini dapat juga digunakan dalam meningkatkan kosakata dan

komunikasi pada anak tunarungu baik yang didengar maupun yang diucapkan

oranglain sebelumnya. Pendekatan multisensori ini dilakukan berdasarkan

prinsip pengamatan terhadap berbagai indera – indera secara terpadu yang

dimiliki oleh seseorang. Semua indera yang ada pada anak dapat dimanfaatkan

untuk mendapatkan umpan balik (feed back) terhadap ucapannya sendiri.

Indera tersebut adalah penglihatan, pendengaran, perasaan dan perabaan.

b. Peningkatan Perbendaharan kata

“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas.”(Sugiyono, 2011:61).Variabel terikat merupakan target behaviour. Target behaviour pada penelitian ini adalah

meningkatkan kosakata benda.

Setiap kata merupakan satu konsep, maka perkembangan kosakata adalah

perkembangan konseptual atau perkembangan pengertian. Dengan kata lain,

setiap pemahaman kosakata baru kedalam pengalaman mampu meningkatkan

(23)

29

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memperluas cakrawala pandangan hidup para siswa. Berkaitan dengan anak

Tunarungu, peningkatan jumah kosakata berarti meningkatkan kemampuan

bicara dan intelegensi. Kata sebagai salahsatu unsur bahasa memegang

peranan yang sangat penting dalam kegiatan komunikasi. Komunikasi yang

dilakukan seeorang akan mengalami hambatan jika tidak menguasai sejumlah

kosakata. Penguasaan kosakata merupakan aspek yang paling menentukan

akan keterampilan berbahasa seseorang, jika seseorang menguasai banyak

kosakata, maka ia akan mudah dalam menyampaikan pikirannya. Peningkatan

perbendaharaan kata yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kata benda yang

terdiri dari huruf – huruf bilabial (p, b, m, w) dan dental (l, d, t) seperti bata ,

dadu, lele, padi, batu, labu dan lain sebagainya.

2. Definisi Operasional Variabel a. Varibel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah penggunaan pendekatan

multisensori.definisi pendekatan operasional variabel dri pendekatan

multisensori adalah pendekatan yang melibatkan seluruh alat indera untuk

menerima informasi baik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan,

penciuman maupun kinestetik.penggunaan multisensori pada penelitian ini

menggunakan tiga pengindaraan sampai lebih. Langkah-langkah

operasionalnya adalah sebagai berikut :

1. Anak diminta untuk melihat kartu yang berisi gambar dan nama dari

gambar benda tersebut yang terbuat dari kertas karton/duplek berukuran 10

x 3cm

2. Peneliti mengucapkan nama benda tersebut

3. Anak menirukan ucapan peneliti degan menyebutkan nama kata benda

tersebut

4. Anak diminta untuk menulis diudara kata yang terdapat pada kartu kata

5. Selanjutnya anak diminta untuk menelusuri setiap huruf yang terdapat

(24)

30

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

b. Varibel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sebagai target behaviour. Target

behaviour dalam penelitian ini adalah meningkatkan peerbendaharaan kata

pada anak tunarungu,sehingga anak tunarungu memiliki kemampuan untuk

berkomunikasi dan mengungkapkan pikirannya di dalam kehidupan sehari–

harinya.

Kata yang dimaksud dalam penilitian disini yaitu kata benda, dimana kata

benda tersebut terdri dari huruf –huruf billabial dan dental (P B M W , D T L)

bertambahnya perbendaharaan kata pada anak tunarungu.

Kriteria penilaian peningkatan perbendaharaan kata dalam penelitian ini dapat

diukur dari kemampuan anak dalam mengucapkan, menunjukkan dan

menuliskan kata benda dengan benar. Adapun alat ukur yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu tes yang berisi butir soal mengenai peningkaatan kosakata

benda pada anak tunarungu. Aspek-aspek peningkatan kosakata tersebut

diantaranya : mengucapkan kata benda dengan tepat,menunjukkan gambar

sesuai dengan kata benda, menuliskan kata benda dengan tepat. kemampuan

mengucapkan kata disini anak mampu mengucapan kata sesuai dengan

kemampuan artikulasi anak tunarungu tersebut. Dari segi pelaksanaan tes

ini,cara yang digunakan adalah tes lisan, tulisan serta tes perbuatan . “Tes lisan

merupakan tes yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara lisan sedangkan

tes tulisan merupakan tes yang dalam pelaksanaannya butir-butir pertanyaan

yang diajukan dibuat dalam bentuk tulisan atau tertulis kemudian peserta tes

dalam memberikan jawaban juga melalui tulisan sedangkan tes perbuatan

merupakan tes yang menuntut peserta untuk melakukan sesuatu sesuai dengan

butir-butir tes yang ada. ” ( Susetyo 2011 : 5).

Teknik penilainnya dengan menggunakan persentase,dimana skor mentah

(jumlah soal benar yang dikerjakan oleh anak) dibagi dengan jumlah

(25)

31

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan suatu alat pengumpul data yang digunakan dalam

suatu penelitian, diasumsikan dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan

penelitian dan hipotesis. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan

untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiono,

2008:148). Sebuah instrumen tentunya harus memiliki kriteria yang baik agar

instrumen tersebut bisa digunakan dengan layak. Menurut (Sevilla,1988)

kriteria instrumen yang baik adalah sebagai berikut :

a.Validitas

Validitas adalah ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti

sebenarnya yang diukur. Suatu instrumen akan dikatakan valid apabila

memiliki kemampuan mengukur apa yang seharusnya diukur.

b.Reliabilitas

Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau akurasi yang

ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Reabilitas menunjukkan

konsistensi dan stabilitas suatu skor dari suatu instrumen pengukur.

c.Obyektivitas

Obyektifitas adalah derajat pengukuran instrumen bebas dari pendapat

penilaian dari subyektif,bebas dari bias, dan peraaan orang-orang yang

menggunakan tes.

d.Sensitivitas

Sensitivitas adalah sebagai kemampuan suatu instrumen untuk melakukan

diskriminasi yang diperlukan untuk masalah penelitian. (biasanya terpenuhi

bila derajat validitas dan reabilitas instrumen tinggi)

e.Fisibilitas

Berkaitan dengan aspek – aspek keterampilan, penggunaaan sumberdaya,

dan waktu.

Instrumen dalam penelitian ini merupakan alat yang dapat mengumpulkan

data yang bertujuan untuk mengukur kemampuan memaknai kata, meliputi

(26)

32

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

Adapun tes yang diberikan berupa tes lisan,tulisan dan perbuatan. Berikut ini

adalah langkah-langkah yang dilakukan selama menyusun instrumen penelitian

1) Membuat Kisi- Kisi instrumen

Kisi- kisi dalam penelitian ini sebagai dasar pengembangan instrumen dan

disesuaikan dengan kemampuan awal anak. Pembuatan kisi- kisi bertujuan

agar materi yang akan disampaikan sesuai dengan kurikulum yang ada. Pada

penelitian ini bidang studi yang diambil adalah Bahasa Indonesia kelas II

(27)

33

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

benda yang

lapangan.Penyusunan insrumen disesuaikan dengan kisi –kisi yaitu

berdasarkan pada kemampuan awal anak.Adapun instrumen tes yang diberikan

terlampir

3) Kriteria Penilaian

Untuk mengolah hasil tes kriteria penilainnya adalah sebagai berikut :

NO Aspek Penilaian Kriteria Bobot Jumlah soal

1 Mengucapkan kata benda Apabila

(28)

34

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

salah

3 Menuliskan kata benda Apabila

jawaban

benar

1

10

Apabila

jawaban

salah

0

Jumlah soal : 30

Skor maksimal : 50

Semua aspek dihitung dengan cara : Nilai = � � ℎ�

� � � � ℎ� x 100 %

4) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Penyusunan RPP ini bertujuan sebagai pegangan dalam pembelajaran

didalam kelas. Penyusunan RPP disesuaikan dengan SKKD mata pelajaran

Bahasa Indonesia kelas II SDLB bagian B (tunarungu). Adapun RPP yang

digunakan terlampir.

G. Uji coba Instrumen

Uji coba instrumen bertujuan untuk mencari validitas dan reliabilitas dari

instrumen yang nanti akan digunakan dalam penelitian. Sehingga akan

diketahui apakah alat pengumpul data tersebut sudah layak untuk digunakan

atau mesti diperbaiki.

1. Validitas

Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat dengan tepat

mengukur apa yang hemdak diukur. Dengan kata lain validitas adalah ukuran

ketetapan dalam mengukur data,sehingga terjadi penyimpangan ketika data

(29)

35

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Susetyo (2011: 89) validitas pengukuran dibagi tiga jenis yaitu ;

validitas isi (content validity),validitas yang berkaitan dengan kriteria (criterion

related validity), dan validitas konstruk (construct validity). Dalam penelitian

ini uji validitas yang digunakan untuk mengetahui validitas instrumen yaitu

dengan menggunakan uji validitas isi (content validity) berupa

expert-judgment dengan teknik penilaian oleh para ahli. Format penilaian yang

digunakan yaitu dengan menggunakan format dikotomi dengan tanda ceklish (

√ ) .

Penilaian validitas instrumen dilakukan oleh 1 orang dosen ahli dan 2 orang

guru du SLB B Cicendo.Adapun tiga ahli yang melakukan penilaian validitas

adalah :

NO NAMA AHLI JABATAN INSTANSI

1 Drs.Endang Rusyani,M.Pd Dosen Pkh UPI

2 Neni Satriani,S.Pd Guru SLB Negeri

Cicendo

3 Yeyet Ruyati,S.Pd Guru SLB Negeri

Cicedo

Instrumen yang telah di judgment kemudian dihitung dengan rumus :

P = f / N x 100%

Keterangan :

P = Presentase

f = Jumlah cocok menurut penilai

(30)

36

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

2. Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur

dalam penggunaannya,atau dalam kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil

yang konsisten apabila digunakan berkali kali pada waktu yang

berbeda.Instrumen yang baik tidak hanya yang telah diakui kevalidannya,

tetapi harus teruji kereabilitasannya pula. “ suatu perangkat ukur yang dapat

dipercaya adalah alat ukur yang hasilnya tidak berubah atau hasilnya relatif

sama jika dilakukan pengetesan secara berulang – ulang dan alat ukur yang

demikian dinamakan dengan reliabel .” Susetyo (2011:105).

Untuk mengetahui reliabel atau tidaknya instrumen yang telah dibuat oleh

peneliti, maka peneliti melakukan uji reliabilitas instrumen kepada siswa yang

memiliki hambatan yang sama pada kemampuan penguasaan kosakata.

Pengujian reabilitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan internal

consistency, dengan cara mencobakan instrumen sebanyak satu kali

pengukuran.

Data kemampuan siswa pada aspekkemampuan menyebutkan kosakata ,

menunjukkan kosakata dan menuliskan kosakata pengujiannya dihitung dan di

analisis dengan meggunakan rumus Kuder Richardson (KR). Susetyo (2011 :

116) mengemukakan bahwa “ Kuder Richardson menggunakan perhitungan

secara langsung kepada butir tes,dan tidak membagi butir tes pada perangkat

ukur menjadi dua bagian .” rumus yang digunakan pada pengujian reliabilitas ini adalah rumus KR 20, yaitu sebagai berikut:

ρkr20=

�−1 (1- ∑pq

2 )

Keterangan :

P = proporsi jawaban benar pada jawaban tertentu

Q = proporsi jawaban salah pada butir tertentu

K = jumlah butir tes

(31)

37

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2 = varians skor tes

ρkr20 = koefisien reliabilitas

Dari beberapa literatur disebutkan bahwa kriteria indeks reliabilitas adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.1

Kriteria Indeks Reliabilitas

No Interval Kriteria

1 < 0,200 Sangat rendah

2 0,200-0,399 Rendah

3 0,400-0,599 Cukup

4 0,600-0,799 Tinggi

5 0,800-1,000 Sangat tinggi

H. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kuantitatif. Data yang

terkumpul akan menghitung adanya pengaruh dari perlakuan yang diberikan

peneliti sebelum dan esuadah menggunakan pendekatan multisensori dalam

meningkatkan kosakata benda pada anak tunarungu.Data yang terkumpul akan

menunjukkan ada tidaknya peningkatan kosakata benda pada anak tunarungu

tersebut.

Teknik pengumpulan data menggunakan alat yaitu berbentuk tes. Melalui

tes akan diketahui sejauh mana peningkatan kosakata benda pada anak

tunarungu. Tes yang diberikan sebanyak data yang diperoleh untuk mencapai

kestabilan, baik itu pada fase baseline-1, intervensi, dan fase baseline-2.

Penilaian dilihat pada ssetiap jawaban yang benar dan salah akan disesuaikan

dengan kriteria yang telah ditentukan pada setiap tes.

Perhitungannya dapat dihitung dengan cara :

�� � � ℎ

(32)

38

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

I. Analisis Data

Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan perhitungan yang

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis statistik

deskriptif. Dimana tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran secara jelas

pengaruh atau efek intervensi terhadap perilaku yang akan dirubah dalam

jangka waktu tertentu. Bentuk penyajian data diolah menggunakan grafik,

sebagaimana yang diungkap oleh Sunanto (2006: 29) “dalam proses analisis

data penelitian di bidang modifikasi perilaku dengan subjek tunggal banyak

mempresentasikan data ke dalam grafik, khususnya grafik garis”. Adapun tujuan pembuatan grafik menurut Sunanto (2006: 29) memiliki dua tujuan

utama yaitu,

1. Untuk membantu mengorganisasi data sepanjang proses pengumpulan data yang nantinya akan mempermudah untuk mengevaluasi, dan

2. Untuk memberikan rangkuman data kuantitatif serta mendeskripsikan target behavior yang akan membatu dalam proses menganalisis hubungan antara variabel bebas dan terikat.

Proses analisis dengan visual grafik diharapkan dapat lebih menggambarkan

kemampuan membaca permulaan huruf awas pada anak low vision. Menurut

Sunanto (2006: 30) terdapat beberapa komponen penting dalam grafik antara

lain sebagai berikut :

1. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk waktu (misalnya, sesi, hari dan tanggal)

2. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya persen, frekuensi dan durasi)

3. Titik Awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal skala

4. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya, 0%, 25%, 50%, dan 75%)

5. Lebel Kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperiman, misalnya baseline atau intervensi.

6. Garis Perubahan Kondisi, yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus-putus.

(33)

39

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tersebut

yaitu:

1. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1 (A-1) dari setiap subjek

pada tiap sesi.

2. Menskor hasil penilaian pada kondisi intervensi (B) dari subjek pada tiap

sesi.

3. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2 (A-2) dari setiap subjek

pada setiap sesi.

4. Membuat tabel penelitian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi

baseline-1 (A-1), kondisi intervensi (B), dan baseline-2 (A-2).

5. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1 (A-1), skor intervensi

(B) dan baseline-2 (A-2).

6. Membuat analisis data bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara

langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.

7. Membuat analisis dalam kondisi dan antar kondisi.

Langkah penganalisaan dalam kondisi dan antar kondisi. Analisis perubahan

dalam kondisi adalah analisis data dalam suatu kondisi, misalnya kondisi

baseline atau kondisi intervensi. Adapun komponen yang akan dianalisis dalm

kondisi ini meliputi :

1. Panjang Kondisi

Panjang kondisi menunnjukan banyaknya data dan sesi yang ada pada

suatu kondisi atau fase.

2. Kecenderungan Arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua

data dalam kondisi dimmana banyaknya data yang berrada di atas dan di

bawah garis tersebut sama banyak.

3. Tingkat Stabilitas (level stability)

Menunjukan hogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kestabilan dapat

dihitung dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada

(34)

40

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

4. Tingkat Perubahan (level change)

Tingkat perubahan menunnjukan besarannya perubahan antara dua data.

Tingkat perubahan data ini dapat dihitung untuk data dalam suatu kondisi

maupun data anatar kondisi.

5. Jejak data

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu

kondisi. Perubahan satu data ke data berikutnya dapat terrjadi tiga

kemungkinan, yaitu menaik, menurrun, dan mendatar.

6. Rentang

Rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi merupakan jarak

anatara data pertama dengan dat terkhir. Rentang ini memberikan

informasi sebagaimana yang diberikan pada analisis tentang tingkat

perubahan (level change)

Adapun analisis antarkondisi meliputi komponen sebagai berikut:

1. Variabel yang diubah

Dalam analisis data analisis data anatar kondisi sebaiknya variable terikat

atau perilaku sasaran difokuskan pada satu perilaku. Artinya analisis

ditekankan padda efek atau pengaruh ntervensi teerhadap perilaku

sasaran.

2. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya

Dalam analisis data anatar kondisi, perunbahan kecenderungan arah

grafik antara kondisi baseline dan intervensi menunjukan makna

perubahan prilaku sasaran (target behavior) yang disebabkan oleh

intervensi.

3. Perubahan stabilitas dan efeknya

Stabilitas data menunjukan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan

data. Data dikatakan stabil apabila data tersebut menunjukan arah

(mendatar, menaik, atau menurun) secara konsisten.

4. Perubahan level data

Perubahan level data menunjukan seberapa besar data berubah.

(35)

41

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

antara kondisi ditunjukan selisih antara data terakhir pada kondisi

baseline dan data pertama pada kondisi intervensi. Nilai selisih ini

menggambarkan seberapa besar terjadi perubahan perilaku akibat sebagai

pengaruh dari intervensi.

5. Data yang tumpang tindih (overlap)

Data tumpang tindih antara dua kondisi adalah terjadinnya data yang

sama pada kedua kondisi tersebut. Data yang tumpang tindih

menunjukan tidak adanya perubahan peada kedua kondisi dan semakin

banyak data yang tumpang tindih semakin menguatkan duhgaan tidak

(36)

104

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa pendekatan

multisensori dapat meningkatkan kosakata benda pada siswa tunarungu yaitu JR.

Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan perbandingan antara sebelum dan

sesudah diberikan intervensi / perlakuan dengan menggunakan pendekatan

multisensori, kosakata benda pada siswa meningkat, setelah diberikan intervensi

dengan menggunakan pendekatan multisensori. Hal ini ditunjukkan dengan

meningkatnya hasil mean level dari setiap fase baik fase baseline -1 , intervensi,

dan fase baseline- 2 pada masing – masing aspek yaitu diantaranya aspek

mengucapkan kata, menunjukkan gambar benda dan menuliskan kata benda.

Pertanyaan pada rumusan masalah pada bab 1 dan hasilnya dijawab

berdasarkan hasil perhitungan pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa

pendekatan multisensori dapat meningkatkan Perbendaharaan kata pada anak

tunarungu.

B. Saran

Hasil kesimpulan penelitian ini, maka penelti mengajukan saran yaitu kepada:

1. Pihak Guru

Dengan melihat keberhasian penggunaan pendekatan multisensori dalam

meningkatkan perbendaharaan kata pada anak tunarungu yang sebelumnya telah

dilakukan oleh peneliti merekomendasikan agar guru dapat memanfaatan dan

menggunakan pendekatan multisensori dalam meningkatkanperbendaharaan kata

pada anak tunarungu.Cara penerapan pendekatan multisensori ini

mengoptimalkan seluruh indera (visual, auditory,kinestetic dan tactil).sehingga

subjek akan mudah mengingat setiap kata benda yang diberikan kepada subjek

(37)

105

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Bagi Peneliti Selanjutya

Diharapkan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat digunakan

sebagai rujukan bagi peneliti selanjutnya, dengan karakteristik subjek yang sama

ataupun beragam.peneliti selanjutnya dapat mengembangkan pendekatan ini dan

menambah beragam kosakata yang akan dikembangkan dalam

penelitiannya,sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih baik dan dapat

(38)

106

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, Dudung. (1999). Pedoman Guru Pengajaran Wicara untuk Anak

Tunarungu. Jakarta : Depdikbud.

Abidin, Yunus. (2012). Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar Bahasa Indonesia SDLB-B. Jakarta : Tidak diterbitkan.

Bunawan, Lani. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta : Yayasan Santi Rama.

Clark, Anne. (2003). Senior Australian Agriculture. Australia : Pascal Press.

Djardjowidjojo, Soenjono. (2012). Psiko-Liguistik : Pengantar Pemahaman

Bahasa Manusia. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Keraf, G.(1984).Tata Bahasa Indonesia.Jakarta: Nusa indah

Pettersson, Rune. (2002). Information Design : An Introduction. Amerika : Library of Congress Cataloging-in-Publication Data.

Pranindita. (2013). Kemampuan pemahaman kosakata siswa tunarungu dengan hambatan majemuk di SLB BC Pambudi Dharma 2 Cimahi

Skripsi : Tidak diterbitkan.

Rahim, Farida. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Bandung : Bumi Aksara.

Sadja’ah, E. (2003). Layanan dan Latihan artikulasi anak Tunarungu. Bandung :

San Grafika.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sunanto, J et al, (2006).Penelitian dengan subjek tunggal.Bandung: UPI Press

Susetyo, B. (2012). Statistika untuk Analisis Data Penelitian Dilengkapi Cara

Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Excel. Bandung : Refika

(39)

107

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Somantri, Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Somad, P. Dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta : DEPDIKBUD DIRJEN DIKTI.

Tarigan, Henry. (2008). Membaca : Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Penerbit Angkasa.

(40)

64

Irfah Nahariz Zam’ah, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Amuda, H. (2011). Pedoman Media Pembelajaran Tunanetra. Bandung: Bidang Pendidikan Luar Basa, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, Jakarta: PT. Garamedia Pustaka Utama.

Dewan Bimbingan Skripsi. (2011). Pedoman Penulisan dan Makalah Untuk

Mahasiswa S1. Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UPI.

Efendi, M. (2008). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hosni, I. (2007). Layanan Terpadu Low vision dalam Mendukung Inklusi (Model

Pusat Layanan Terpadu Low vision YPWG Kerjasama Dengan Dinas Pendidikan Jawa Barat Dan Rs Mata Cicendo). Disampaikan Pada Konferensi

Nasional Pendidikan Tunanetra I Jaringan ICEVI Indonesia Kerjasama Dengan Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Depdiknas, 24 – 27 Juli 2007, Batam.

---. (tanpa tahun). Keterampilan Dasar Dalam Penanganan Penyandang Low

vision [Powerpoint slides]. Tidak diterbitkan, Jurusan Pendidikan Luar Biasa,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia.

http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FIP/Jur._Pend._Luar_Biasa/Irham _Hosni

---.(tanpa tahun) Membaca dan Menulis bagi Anak Low vision [Powerpoint slides]. Tidak diterbitkan, A0451, Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia.

http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FIP/Jur._Pend._Luar_Biasa/Irham _Hosni

Jumhawan, N. (2009). Efektifitas Penggunaan Huruf Timbul Dalam Meningkatkan

Kemampuan Belajar Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan Di SLB Roja Katapang Kabupaten Bandung(Skripsi, Universitas Pendidikan

Indonesia, 2009, Tidak diterbitkan).

Muhammad, J.K.A. (2008). Special Education For Special Children: Panduan

Pendidikan Khusus Anak-anak dengan Ketuanaan dan learning Disabilities.

Bandung: Hikmah (PT. Mizan Publika)

(41)

65

Nawawi, A. (tanpa tahun). Low vision [Hand Out]. Tidak Diterbitkan, Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Nawawi, A., Irham H., dan Didi T. (2010). Pendidikan Anak Tunanetra 1 [Hand Out]. Tidak Diterbitkan, LB151, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Nestor. (2011, Juli 07). Layanan Low visio1n Pertuni. Diffa, p. 4.

Purwanto, N.M. dan Alim, D. (1997). Metodelogi Pengajaran Bahasa Indonesia di

Sekolah Dasar. Jakarta: PT Rosda Karya.

Purwanto. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif unuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta. Pusaka Pelajar.

Raharja, D. (2010). Ketunanetraan [Hand Out]. Diakses dari File Dosen, Jurusan Pendidikan Luar Bisa, Universitas Pendidikan Indonesia Online:

http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FIP/Jur._Pend._Luar_Biasa/Djadj a_Raharja

Rahim, F. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Rani, A.F. (2010). Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Metode

Struktur Analisis Sintesis (SAS) Dalam Entuk Animasi Terhadap Anak Tunarungu (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2010, tidak

diterbitkan)

Sessiani, L. (2007). Pengaruh Metode Multisensori Dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Taman Kanak-Kanak.

Semarang: Fakultas Psikologi, Universitas Diponogro.

Soendari, T. Maman A., dan Muhdar M. (2008). Pengajaran Asesemen Anak

Berkebutuhan Khusus[Modul]. Tidak Diterbitkan, Jurusan Pendidikan Luar

Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Somandayo, S. (2011). Strategi Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama

Sugiono. (2013). Metode penelititan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunanto, D. (2005). Mengembangkan Potensi Anak Berkelainan Penglihatan. Jakarta: Departemen Pendidikan nasional.

(42)

66

Sunanto, D., Koji, T., dan Hideo, N. (2005). Pengantar Penelitian Dengan Subjek

Tunggal. CRICED University of Tsukuba.

Susilana, R. dan Cepi R. (2008). Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan,

Pemanfaatan dan Penelitian. Bandung: Jurusan Kurtekpend UPI.

Syaripuddin, S. (2007). Pengembangan Fungsi Penglihatan. Disampaikan pada Kegiatan Sosialisasi Pendidikan Inklusi Kerjasama Antara Direktorat Jendral Manajmen Pendidkan Dasar Dan Menengah Dengan Inter National Council For Education Of People With Visual Impairment, 24-28 Juli 2007, Batam.

Tampubolon. (1993). Mengembangkan Minat Dan Kebiasaan Membaca Pada Anak. Bandung: Angkasa.

---. (1998). Mengembangkan Minat Dan Kebiasaan Membaca Pada Anak. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H.G. (2005). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

---. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarsidi, D. (2011). Definisi Tunanetra. [online]. Tersedia:

http://d-tarsidi.blogspot.com04/2011/10/definisi-tunanetra.htmldiakses 04 Oktober 2011

---. (2009). Pendidikan Anak Tunanetra 1 (Kompilasi Materi Perkuliahan) [Hand Out]. Tidak Diterbitkan, Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Tarsidi, D., AhmadN., dan Irham H. (2010). Pendidikan Anak Tunanetra 1 [Handout]. Tidak Diterbitkan, LB151, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI PRESS

---. (2011). Petunjuk Teknis Pencegahan Plagiat Universitas Pendidikan

Indonesia. Bandung: UPI PRESS

Yusuf, M. (2005). Pendidikan Bagi Anak Dengan Problema Belajar (Konsep dan

Penerapannya di Sekolah Maupun di Rumah). Jakarta: Departemen

Gambar

gambar kata
Tabel 3.1

Referensi

Dokumen terkait

semata-mata pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa sekalipun secara formal berlaku resmi dalam kehidupan pemerintahan tetapi secara substansial UUD 1945 tidak lagi berfungsi

a) Kebijakan dividen yang diproksikan dengan variabel Dividend Payout Ratio (DPR) secara parsial memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap nilai

Pada bagian Dasar Hukum disebutkan bahwa UU tersebut di antaranya mengacu kepada Pasal 27 jo 38 UUD Sementara 1950. Dalam satu kesatuan kedua pasal itu beserta penjelasan

field trip dibatasi pada lima aspek. Menuliskan isi karangan berdasarkan hasil pengalaman. Membuat kalimat sesuai struktur kalimat. Menulis karangan dengan menggunakan tanda baca

Adapun eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah eksperimen mengenai “metode field trip dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi pada peserta didik

Keteng-keteng adalah salah satu alat musik tradisional karo yang masuk dalam klasifikasi alat musik idiochord, yang terbuat dari bambu, bunyi keteng- keteng

Dalam mengkaji fungsi keteng-keteng pada masyarakat Karo maka penulis juga melakukan pendekatan dengan sepuluh fungsi musik yang dikemukakan oleh Alan P.Merriam

Maka dari itu, penelitian ini hendak mengkaji adakah pengaruh iklim organisasi terhadap efektivitas kerja pegawai pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (BPMD)