PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM
MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK
TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus
Oleh :
IRFAH NAHARIZ ZAM’AH NIM. 0901561
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM
MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK
TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG
Oleh
IRFAH NAHARIZ ZAM’AH 0901561
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhisalah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© IRFAH NAHARIZ ZAM’AH 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
IRFAH NAHARIZ ZAM’AH 0901561
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK
TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG SKRIPSI
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I
Dr. Hj. Tati Hernawati, M.Pd NIP. 19630208 198703 2 001
Pembimbing II
Dr. Budi Susetyo, M.Pd NIP. 19580907 198703 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
v
IRfah Nahariz Zam’ah, 2014
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR... ii
UCAPAN TERIAKASIH ... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR BAGAN ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GRAFIK ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah... 4
C. Batasan Masalah... 4
D. Rumusan Masalah... 4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1. Tujuan Penelitian... 5
2. Manfaat Penelitian... 5
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep dasar ketunarunguan ... 1. Pengertian anak tunarungu... 6
2. Klasifikasi anak tunarungu... 7
3. Karakteristik tunarungu... 8
4. Dapak ketunarunguan ... 9
B. Pendekatan Multisensori... 10
1. Pengertian Pendekatan Multisensori... 10
2. Tujuan Pendekatan Multisensori... 12
C. Konsep dasar kosakata... 12
1. Pengertian Kata... 13
2. Jenis Kata... 14
vi
IRfah Nahariz Zam’ah, 2014
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK
TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Kriteria Indeks Reliabilitas... 37
Tabel 4.1. Hasil Baseline -1... 43
Tabel 4.2. Hasil Intervensi... 44
Tabel 4.3. Hasil Baseline -2... 46
Tabel 4.4. Data keseluruhan aspek mengucapkan kata... 47
Tabel 4.5. Panjang Kondisi... 49
Tabel 4.6. Data estimasi kecenderungan arah... 50
Tabel 4.7. Data kecenderungan stabilitas... 52
Tabel 4.8. Jejak data subjek... 53
Tabel 4.9. Level stabilitas dan rentang subjek... 53
Tabel 4.10. Data level perubahan subjek... 53
Tabel 4.11. Data jumlah variabel yang di ubah... 55
Tabel 4.12. Data kecenderungan arah dan efeknya... 56
Tabel 4.13. Data perubahan kecenderungan stabilitas subjek... 56
Tabel 4.14. Data Overlap... 61
Tabel 4.15. Rangkuman hasil analisis visual antar kondisi... 61
Tabel 4.16. Hasil Baseline-1 (A-1) Aspek menunjukkan gambar... 63
Tabel 4.17. Hasil Intervensi... 65
Tabel 4.18. Rekapitulasi presentase data keseluruhan aspek menunjukan gambar.. 67
Tabel 4.19. Panjang Kondisi aspek peningkatan perbendaharaan kata... 69
Tabel 4.20. Data estimasi kecenderungan arah... 70
vii
IRfah Nahariz Zam’ah, 2014
Tabel 4.22. Jejak data subjek... 73
Tabel 4.23. Level Stabilitas dan rentang Subjek... 73
Tabel 4.24. Data level perubahan subjek... 73
Tabel 4.25. Data jumlah variabl yang diubah... 75
Tabel 4.26. Data kecenderungan arah dan efeknya... 76
Tabel 4.27. Data perubahan kecenderungan stabilitas subjek... 76
Tabel 4.28. Data perubahan level subjek... 77
Tabel 4.29. Data Overlap... 81
Tabel 4.30. Rangkuman hasil analisis visual... 81
Tabel 4.31. Hasil Baseline1 (A-1) Aspek menuliskan kata... 83
Tabel 4.32. Hasil Intervensi (B) Aspek menuliskan kata... 83
Tabel 4.33. Hasil Baseline 2 (A-2) Aspek menuliskan kata... 86
Tabel 4.34. Rekapitulasi presentase data keseluruhan... 87
Tabel 4.35. Panjang Kondisi... 89
Tabel 4.36. Data estimasi kecenderungan arah Subjek JR... 89
Tabel 4.37. Data Kecenderungan Stabilitas... 92
Tabel 4.38. Jejak data Subjek... 92
Tabel 4.39. Level Stabilitas dan Rentang Subjek... 93
Tabel 4.40. Data Level Perubahan Subjek... 93
Tabel 4.41. Data Jumlah Variabel Yang diubah... 95
Tabel 4.42. Data Kecendrungan arah dan Efeknya... 95
Tabel 4.43. Data Perubahan dan kecenderungan stabilitas subjek... 96
Tabel 4.44. Data perubahan Level Subjek... 97
viii
IRfah Nahariz Zam’ah, 2014
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK
TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.46. Data Rangkuman hasil analisis visual antar kondisi... 100
DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1. Hasil Baseline-1 (A-1) Aspek Mengucapkan Kata... 43
Grafik 4.2. Hasil Intervensi (B) Aspek mengucapkan kata... 45
Grafik 4.3. Hasil Baseline-2 (A-2) Aspek mengucapkan kata... 47
Grafik 4.4. Rekapitulasi Presentase dan keseluruhan aspek mengucapkan kata... 48
Grafik 4.5. Estimasi kecenderungan arah... 50
Grafik 4.6. Estimasi kecenderungan arah fase intervensi (B)... 59
Grafik 4.7. Estimasi kecenderungan arah fase baseline-2 (A-2)... 60
Grafik 4.8. Kecendrungan stabilitas fase baseline -1 (A-1)... 62
Grafik 4.9. Kecenderungan stabilitas fase intervensi (B)... 64
Grafik 4.10. Kecenderungan stabilitas fase baseline-2 (A-2)... 68
Grafik 4.11.Overlap kondisi baseline -1(A-1) dengan intervensi (B)... 70
Grafik 4.12. Overlap kondisi intervensi (B) dengan Baseline-2 (A-2)... 79
Grafik 4.13. Mean Level kemampuan peningkatan perbendaharaan kata... 80
Grafik 4.15. Hasil Baseline -1(A-1) Aspek menuliskan kata... 83
Grafik 4.16. Hasil intervensi (B) Aspek menuliskan kata... 85
Grafik 4.17. Hasil Baseline-2 (A2) Aspek menuliskan kata... 87
Grafik 4.18. Rekapitulasi preentase data keseluruhan aspek... 88
Grafik 4.19. overlap kondisi baseline-1 (A-1) dengan intervensi (B)... 98
ix
IRfah Nahariz Zam’ah, 2014
i
IRfah Nahariz Zam’ah, 2014
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
PenggunaanPendekatan Multisensori dalam Meningkatkan Perbendaharaan kata pada Anak Tunarungu kelas II di SD PANDU Bandung
Oleh : Irfah Nahariz Zam’ah (0901561)
Permasalahan utama anak tunarungu adalah ketidakmampuannya untuk mendengar sehingga menyebabkan perkembangan kemampuan berbahasa mereka terlambat. Sementara itu, kemampuan berbahasa ditunjang oleh kuantitas dan kualitas kosakata.Dalam kasus ini anak tunarungu yang berinisial JR siswa kelas II SD yang memiliki sisa pendengaran memliki kuantitas dan kualitas kosakata yang sangat sedikit, JR mampu membaca kata akan tetapi tidak faham dengan apa yang ia baca, hal ini berdampak kepada kemampuan berbahasa dan berkomunikasinya.Salahsatupenanganan yang dapat membantu anak tunarungu dalam meningkatkan Perbendaharaan kata adalah dengan menggunakan pendekatan multisensori.Hal itu melatarbelakangi peneliti melakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh penggunaan pendekatan multisensori terhadap peningkatan perbendaharaaan kata pada anak tunarungu. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen denganmenggunakan pendekatan Single Subject Reserch dengan desain penelitan A-B-A. Hasil penelitian dari subjek JR dapat digambarkan bahwa telah terjadi peningkatan mean level pada aspek mengucapkan kata yaitu dari 20% pada kondisi baseline -1 (A-1) berubah menjadi 93,75% pada kondisi intervensi (B), dan meningkat lagi sehingga menjadi 100% dalam kondisi baseline-2 (A-2). Lalu pada aspek menunjukkan gambar yaitu 50% pada kondisi baseline-1, lalu meningkat menjadi 93,75% pada kondisi intervensi (B) dan meningkat kembali menjadi 100% pada kondisi baseline-2 (A-2) dan terakhir pada aspek menuliskan kata yaitu dari 30% pada baseline -1 menjadi 88,75% dalam kondisi intervensi (B) dan 100% dalam kondisi baseline-2 (A-2) yang artinya terdapat peningkatan dengan menggunakan pendekatan multisensori pada siswa tunarungu di kelas II SD PANDU Bandung.
Kata Kunci : Anak Tunarungu, pendekatan multisensori, Peningkatan
ii
IRfah Nahariz Zam’ah, 2014
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA Application of Multisensory Approach In Improving Deaf Children’s
Vocabulary In Second Grade of Pandu Elementary School Bandung. By: Irfah Nahariz Zam’ah
The main problem of children with hearing impairment is inability to hear, therefore causing late development of their language skills. Meanwhile, pproficiency supported by the quantity and quality of vocabulary. In this case, the deaf child's initials JR who have residual hearing have the little quantity and quality of the vocabulary, JR be able to read the words but don’t understand what he read. Of course this is very impact on language and communication. One of the treatments that can help deaf children in increasing vocabulary object is to use multisensory approach. Thats why the researcher conducted this study, aimed to determine the extent of the influence of the use of multisensory approaches to increase the vocabulary of children with hearing impairment. The method used an experimental method using a Single Subject Research approach with ABA as a research design. The results of the study can be described that there has been improvement in the pronunciation of the word from 20% at baseline condition -1 (A-1) turn out to be 93.75% in the intervention condition (B), and increase becomes 100% in the baseline condition-2 (A-2). Then the ability to show an image that is 50% in the baseline condition-1, then increased to 93.75% in the intervention condition (B) and increased to 100% in the baseline condition-2 (A-2) and for the last the ability to write the word, from 30% at baseline -1 to 88.75%. In the intervention condition (B) and 100% in the baseline condition-2 (A-2) it means that there is increased using a multisensory approach to deaf students in the second class at Pandu Elementary School Bandung.
1
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya manusia adalah individu yang tumbuh dan berkembang di
dalam lingkungan sosial,artinya individu yang tidak bisa bertahan hidup secara
sendiri. Untuk proses sosialisasi tersebut manusia memerlukan proses interaksi
dan komunikasi dengan individu lainnya.Interaksi dan komunikasi pada
umumnya menggunakan media. Media yang digunakan berupa simbol atau
tanda-tanda yang disebut sebagai bahasa. Penggunaan bahasa dapat membuat
manusia bersosialisi,berinteraksi serta berkomunikasi dengan manusia lainnya.
Menurut Bloom & Lakey dalam Sadja‟ah ( 2008:7 ) mengemukakan bahwa:
„bahasa merupakan suatu kode dimana gagasan/ide tentang dunia atau lingkungan sekitar diwakili oleh seperangkat simbol yang sudah disepakati
bersama guna untuk mengadakan sebuah komunikasi‟.Dari pernyataan tersebut
dapat menunjukan bahwa Interaksi dan komunikasi dapat terlaksana apabila
bahasa atau simbol yang digunakan dapat dimengerti,difahami,dan disepakati
oleh kedua belah pihak sebagai pelaku interaksi.
Proses komunikasi ini sering dikaitkan dengan proes berbahasa bahkan sering
disebut juga berbahasa adalah berkomunikasi,dari sini terlihat sangat jelas
bahwasanya bahasa merupakan alat yang efektif,efisien dan dinamis untuk
berkomunikasi.Proses perolehan bahasa terdiri dari proses perolehan bahasa
pada anak dengar dan proses perolehan bahasa pada anak tunarungu. Perolehan
bahasa pada anak dengar dimulai dengan proses menangkap informasi,
memahami, serta mengekspresikan fikiran.Proses menangkap informasi yang
bersifat verbal dipengaruhi oleh berfungsinya organ pendengaran.
Bunyi bahasa dibentuk dari hasil peniruan dan rekaman, suara yang masuk ke
dalam indera pendengaran sehingga inormasi yang di dengar akan dijadikan
2
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA
ke dalam indera pendengaran dan disimpan di dalam memori maka semakin
banyak pula kosakata dalam berbahasa.
H.G.Tarigan (2011:2) mengemukakan bahwa ”keterampilan berbahasa
seseorang bergantung kepada kualitas dan kuantitas kosakata yang dimilikinya
semakin banyak kosakata yang kita miliki, semakin besar pula kemungkinan kita
terampil berbahasa”.
Permasalah utama anak tunarungu dalam pemerolehan bahasa adalah
mengakses bunyi – bunyi bahasa dan suara, hal ini dikarenakan keterbatasan
fungsi pendengaran yang mengakibatkan ketidaksempurnaan menerima bunyi
bahasa yang mereka alami. Bunyi bahasa yang diterima secara tidak sempurna
akan berdampak kepada ketidakmampuan untuk memahami lambang dan bahasa
dalam menerima informasi. Menurut Mufti Salim (1983:8) menjelaskan bahwa:
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya sehingga mengalami hambatan-hambatan dalam perkembangan bahasanya. Sehingga Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak.
Andreas Dwijosumarto dalam Sutjihati (1996:74) mengemukakan bahwa
„seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf) dan
kurang dengar (hard of hearing)‟. Sesuai penjelasan beberapa pendapat tersebut
bahwasanya anak tunarungu dalam berkomunikasi dengan masyarakat
mengalami kesulitan karena kehilangan atau kekurangan kemampuan
mendengar baik sebagian maupun seluruh alat pendengaran sehingga dia
mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Terhambatnya
perkembangan bahasa pada anak tunarungu tersebut bisa mengakibatkan anak
tunarungu memiliki hambatan komunikasi yang berbentuk bahasa lisan sehingga
dalam mengekspresikan perasaan, pikiran, dan kehendaknya mereka mengalami
kendala.
Ketidakmampuan anak tunarungu dalam berkomunikasi secara lisan terjadi
3
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diucapkan orang lain kemudian menirukan bunyi bahasa yang didengarnya.
Akibatnya anak tunarugu mengalami keterbatasan kosa kata sehingga
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya.
Berdasarkan hasil study pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada
Bulan Maret sampai dengan Bulan Mei 2014 melalui pengamatan sehari-hari di
kelas IIb SD Pandu Bandung terdapat siswa tunarungu yang berinisial JR. JR
sudah mampu membaca kata akan tetapi JR tidak mengetahui makna dari
kata-kata tersebut. Setelah dilakukan asesmen dalam proses pembelajaran ketika JR
diperintahkan untuk mengambil salah satu benda yang disebutkan oleh peneliti
diantara banyak benda yang ada diatas meja ternyata JR tidak mampu
melakukannya. Selain itu,JR lebih cendrung mengenal fungsi dari suatu benda
dari pada nama benda itu sendiri. Dilihat dari kasus tersebut, anak tidak
mengetahui nama benda akan tetapi lebih mengetahui fungsi dan kegunaan
benda yang ditunjukkan oleh orang lain kepadanya. Hal tersebut sangatlah jelas
bahwasanya JR mengalami hambatan dalam penguasaan kata, bahkan dalam
memahami kata sederhanapun JR mengalami kesulitan untuk memahaminya.
Kondisi tersebut diakibatkan adanya hambatan pendengaran pada JR sehingga
dalam mencerna informasi dari luar JR hanya mengandalkan faktor visualnya
saja. Selain itu, dalam proses pembelajaran dikelas guru hanya menggunakan
metode pembelajaran yang umumnya digunakan pada anak normal seperti
metode ceramah, metode tanya jawab, metode drill, dan lain sebagainya. Dalam
pembelajaran guru belum menerapkan metode atau pendekatan yang disesuaikan
dengan kebutuhan JR, sepertri contohnya pendekatan multisensori, kondisi
tersebut dikarenakan semua siswa terkecuali JR dikelas IIb tersebut tidak
memiliki hambatan pendengaran.
Upaya untuk mengatasi permasalahan diatas, peneliti mencoba untuk
melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran tersebut dengan cara
menerapkan pendekatan multisensori untuk meningkatkan Perbendaharaan kata
4
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA
Atas dasar inilah, maka peneliti ingin melakukan penelitian yang bermaksud
untuk membuktikan bahwa melalui pendekatan multisensori dapat meningkatkan
Perbendaharaan kata pada siswa tunarungu di SD pandu Bandung.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan di atas, terdapat
beberapa identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu :
a. Metode pengajaran guru yang masih mengutamakan metode ceramah
menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam meningkatkan
perbendaharaan kata
b. Sarana dan prasarana yang belum sesuai dengan kebutuhan siswa tunarungu
sehingga kurang teroptimalisasinya kemampuan siswa tunarungu dalam
meningkatkan Perbendaharaan Kata
c. Dibutuhkannya pendekatan multisensori yang diadaptasikan bagi anak
tunarungu untuk meningkatkan perbendaharaan kata pada siswa tunarungu.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kemampuan siswa tunarungu dalam meningkatkankosakata
benda, adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
“Pendekatan multisensori sebagai pendekatan pembelajaran dalam meningkatkan Perbendaharaan kata pada siswa tunarungu”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, dapat
dikemukakan rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Apakah penggunaan
pendekatan multisesori dapat meningkatkan perbendaharaan kata pada siswa
5
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Pelaksanaan peneitian ini berupaya untuk menerapkan pendekatan
pendekatan multisensori dalam meningkatkan Perbendaharaan pada anak
tunarungu. Sehingga pada akhirnya penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang pengaruh penggunaan pendekatan
multisensori dalam meningkatkan perbendaharaan kata pada anak tunarungu.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat/kegunaan secara praktis maupun
teoritis yaitu:
a. Secara Praktis
Dapat digunakan sebagai bahan pengayaan bagi para pendidik dalam
meningkatkan kosakata pada siswa tunarungu dengan pendekatan
multisensori.
b. Secara Teoritis
Memberikan sumbangsih pemikiran dan pengenalan mengenai Pendekatan
Multisensori sebagai salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang
dapat dipakai untuk meningkatkan kosakata khususnya kosakata benda
22
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan subjek penelitian 1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD PANDU Bandung yang berada di Jalan Pandu
No. 06 Bandung. Penelitian ini dilakukan di luar kegiatan belajar, agar tercipta
suasana yang santai
2. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini yaitu seorang siswa Tunarungu berjenis kelamin
Laki-laki.
Nama : JR
Kelas : 2 di SD PANDU Bandung
Tempat tanggal lahir : Bandung 11 Juni 2006
Alamat : Jl. Babakan Jeruk VI No.12 Bandung
Agama : Kristen
Anak ke- dari : 2 dari 2 bersaudara
JR tergolong siswa tunarungu yang memiliki tingkat kehilangan pendengaran
rendah, akan tetapi proses komunikasi JR dengan lingkungan sekitarnya sangat
terhambat karena kemampuan dia dalam menguasai kosakata sangat terbatas hal
tersebut menyebabkan ia kesulitan untuk mengemukakan keinginannya dan
mengekspresikan apa yang ia rasakan.Dalam bidang akademik, JR tergolong
siswa yang terlambat dalam menangkap pembelajaran hal tersebut jelas karena
dampak ketunarungun dari JR dan keterbatasannya dalam menguasai dan
memahami kosakata, serta mempunyai rasa yang tidak percaya diri.
B. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain A-B-A penelitian
dilakukan dengan cara mengumpulkan data subjek baik sebelum mendapatkan
23
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
intervensi) dan sampai akhirnya mendapatkan data evaluasi akhir (kondisi
baseline 2).
Melalui desain A-B-A peneliti akan mendapatkan data-data dari hasil
observasi melalui tes lisan dan tes tertulis ,yaitu menyebutkan, menunjukkan dan
menuliskan kosakata benda.
Adapun desain A-B-A secara visual adalah sebagai berikut :
Berikut adalah penjabaran desain A-B-A mulai dari bseline 1, intervensi dan
baseline 2
1. Baseline I (A-1)
A-1 adalah lambang dari garis datar (baseline dasar). Baseline merupakan
suatu kondisi kemampuan awal subjek dalam mengetahui kemampaun
kosakata subjek sebelum diberikan perlakuan atau intervensi. Pelaksanaan
pengukuran pada baseline 1 ini dilakukan sebanyak empat sesi sampai trend
dan level data cenderung stabil. Setiap harinya dilakukan satu kali sesi. Dimana
setiap sesi dilakukan satu hari dengan periode waktu selama 30 menit.
2. Intervensi (B)
Intervensi adalah untuk data perlakuan atau intervensi,kondisi kemampuan
subjek dalam menguasai kosakata. Permasalahannya dalam menguasai
kosakata benda selama intervensi. Pada tahap ini subjek diberikan perlakuan
24
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
Pelaksanaan intervensi dilakukan sebanyak delapan sesi dengan periode waktu
sebanyak 90 menit.
3. Baseline 2 (A-2)
A-2 merupakan pengulangan kondisi baseline sebagai evaluasi bagaimana
hasil intervensi yang diberikan berpengaruh kepada subjek. Pelaksanaan
baseline 2 sebanyak empat sesi dengan periode waktu selama 30 menit.
“Desain A-B-A ini menunjukkan adanya sebab akibat antara variabel terikat
dan variabel bebas” Sunanto (2006:44). Seiring dengan pendapat tersebut maka
peneliti menggunakan desain penelitian A-B-A yang terdiri dari tiga tahapan
pengukuran yaitu sebelum diberikan intervensi baseline -1 (A-1), pada saat
diberikan intervensi (B),dan setelah diberikan intervensi baseline -2 (A-2).
Dengan desain A-B-A diharapkan akan memberikan petunjuk bahwa adanya
hubungan sebab dan akibat antara viariabel bebas (pendekatan multisensori)
dan variabel terikat (peningkatan kosakata benda pada anak tunarungu ).
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar pengaruh intervensi
(perlakuan) sebelum dan sesudah diberikan intervensi terhadap peningkatan
kosakata pada anak tunarungu dengan menggunakan pendekatan multisensori.
C. Metode Penelitian
Sugiyono (2011:3) mengungkapkan bahwa “secara umum metode penelitian
diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu.” Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh daa
mnegenai pengaruh penggunaan pendekatan multisensori terhadap peningkatan
kosakata benda pada anak tunarungu kelas II SD.
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian eksperimen, menurut
Sugiyono (2011). “ metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendalikan”.Metode eksperimen dalam penelitian ini digunakan dengan tujuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan melihat hasil
atau akibat dari suatu perlakuan dalam menggunakan pendekatan multisensori
25
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen
dengan menggunakan rancangan Single Subject Research (SSR). SSR yaitu
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suatu
perlakuan yang diberikan kepada subyek secara berulang-ulang. Sunanto, J.Et al
(2006:41) mengemukakan bahwa:
Pada desain subjek tunggal pengukuran variabel terikat atau perilaku sasaran (target behaviour) dilakukan berulang-ulang dengan periode waktu tertentu misalnya perminggu, perhari, atau perjam. Perbandingan tidak dilakukan antar individu maupun kelompok tetapi perbandingan pada subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda.
Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa Single Subject Research (SSR)
merupakan bagian yang integral dari analisis tingkah laku.SSR mengacu pada
strategi penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan
tingkahlaku subjek secara perseorangan. Melalui seleksi yang akurat dan
pemanfaatan pola desain kelmpok yang sama hal ini memungkinkan untuk
meperlihatkan hubungan fungsional antara perlakuan dari perubahan tingkah
laku.
Penggunaan metode eksperimen dengan rancangan Single Subject Research
(SSR) pada penelitian ini, dipilih oleh peneliti dengan alasan metode ini yang
dirasa cocok untuk mengetahui pengaruh perlakuan yaitu dengan menggunakan
pendekatan multisensori terhadap permasalahan penguasaan kosakata pada anak
tunarungu.
D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Penelitian
Langkah-langkah persiapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Melakukan studi pendahuluan di SD PANDU Bandung
b. Menetapkan subyek dan permasalahan yang akan diteliti
c. Mengurus surat perizinan, meliputi:
1) Pengajuan surat ketetapan dosen pembimbing yang diajukan pada Dekan
26
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
2) Permohonan izin penelitian dari Dekan FIP kepada Rektor UPI melalui
Direktur Direktorat Akademik.
3) Permohonan izin penelitian dari Rektor UPI kepada Kepala Badan
Kesbangpol Linmasda (Kesatuan Bangsa dan Politik).
4) Permohonan izin penelitian dari Kepala Badan Kesbangpol Linmasda
kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
5) Setelah mendapatkan surat izin penelitian dari Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat, surat tersebut diberikan kepada Kepala Sekolah SD PANDU
Bandung untuk meminta izin melaksanakan penelitian.
d. Menyusun instrumen penelitian mengenai peningkatan kosakata benda
pada anak tunarungu yang meliputi aspek menyebutkan kata,
maenunjukan gambar sesuai kata benda dan menuliskan kata benda
dengan tepat. untuk digunakan pada siswa tunarungu. Instrumen penelitian
ini meliputi kisi-kisi instrumen, pembuatan butir soal, dan pembuatan
program intervensi.
e. Melakukan uji coba instrumen penelitian, uji coba instrumen ini meliputi
uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan pada satu orang dosen
PKh dan satu orang guru SLB.
f. Menganalisis hasil uji coba instrumen.
2. Pelaksanaan Penelitian
A. Pelaksanaan Baseline -1 (A-1)
Tahap baseline, adalah tahapan yang melihat kemampuan awal subjek,
sehingga akan terlihat kemampuan penguasaan kosakata benda pada anak
tunarungu ketika sebelum diberikan intervensi atau perlakuan.pengukuran pada
fase baseline diberikan empat sesi sampai trand dan level data cenderung stabil.
Setiap harinya dilakukan satu kali sesi. Dimana setiap sesi dengan periode
waktu selama 30 menit. Siswa diminta untuk mengisi lembar kerja tanpa diberi
perlakuan apapun. Tes yang diberikan berbentuk perintah yaitu siswa diminta
untuk menyebutkan kosakata,menunjukkan gambar sesuai kosakata,dan
27
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Pelaksanaan Intervensi (B)
Fase intervensi adalah konsisi dimana peneliti memberikan perlakuan
terhadap kemampuan dalam meningkatkan kosakata benda,Perlakuan diberikan
dengan menggunakan pendekatan multisensori sebanyak 8 sesi dengan durasi
waktu selama 90 menit.pada tahapan intervensi ini perlakuan yang diberikan
adalah sebagai berikut :
1) Peneliti duduk saling berhadapan dengan anak
2) Peneliti memperlihatkan beberapa kartu bergambar
3) Peneliti mengeluarkan kertas dan crayon
4) Peneliti menuliskan suku kata dan kata pada kertas, peneliti mengucapkan
suku kata dan kata, kemudian anak diperintahkan untuk mengulang
berkali-kali.
5) Peneliti mengucapkan bunyi suku kata dan kata, sambil bertanya suku kata
apa dan kata apa yang dibunyikan. Tahap ini dilakukan tanpa
menunjukkan tulisan suku kata dan kata pada subjek penelitian
6) Anak menelusuri setiap suku kata dan kata yang telah ditunjukkan oleh
peneliti.
7) Anak diperintahkan untuk menuliskan kata – kata yang telah disebutkan.
Setelah kegiatan intervensi selesai dilakukan dengan menggunakan
pendkatan multisensori, kemudian evaluasi dilakukan dengan memberikan
lembar kerja kemudian hasilnya dimasukan kedalam format data hasil
intervensi (B).
c. Pelaksanaan Baseline -2 (A-2)
Prosedur pelaksanaan baseline-2 (A-2) yaitu pengulangan kondisi baseline
sebagai evaluasi sejauhmana intervensi yang dilakukan berpengaruh terhadap
subjek dalam meningkatkan kosakata. Peneliti melakukan tes kembali seperti
pada baseline-1 (A-1) sebanyak empat kali sesi dengan menggunakan format
tes dan prosedur pelaksanan tes yang sama.Tahap baseline-2 ini dapat
dijadikan sebagai perbandingan untuk mengetahui sejauhmana intervensi yang
dilakukan berpengaruh terhadap siswa.
28
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
E. Variabel Penelitian
1. Definisi Konsep Variaabel a. Pendekatan Multisensori
Menurut Sugiyono (2011:61) variabel bebas adalah “merupakan variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat).” Pada penelitian dengan subjek tunggal variabel
bebas disebut juga dengan intervensi, variabel bebas atau intervensi pada
penelitian ini yaitu pendekatan multisensori.
Pendekatan merupakan suatu perantara atau pengantar pada proses
pembelajaran sehingga penyampaian materi akan lebih menarik serta mudah
untuk tersampaikan.pendekatan multisensori merupakan sebuah pendekatan
yang memfusikan seluruh indera sensori (indera penangkap) dalam
memperoleh kesan – kesan melalu perabaan, visual, perasaan, kinestetik dan
pendengaran (Tarmansyah, 1995:143). Pada dasarnya pendekaan ini sangat
baik digunakan dalam belajar membaca, khususnya membaca permulaan. Akan
tetapi pendekatan ini dapat juga digunakan dalam meningkatkan kosakata dan
komunikasi pada anak tunarungu baik yang didengar maupun yang diucapkan
oranglain sebelumnya. Pendekatan multisensori ini dilakukan berdasarkan
prinsip pengamatan terhadap berbagai indera – indera secara terpadu yang
dimiliki oleh seseorang. Semua indera yang ada pada anak dapat dimanfaatkan
untuk mendapatkan umpan balik (feed back) terhadap ucapannya sendiri.
Indera tersebut adalah penglihatan, pendengaran, perasaan dan perabaan.
b. Peningkatan Perbendaharan kata
“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas.”(Sugiyono, 2011:61).Variabel terikat merupakan target behaviour. Target behaviour pada penelitian ini adalah
meningkatkan kosakata benda.
Setiap kata merupakan satu konsep, maka perkembangan kosakata adalah
perkembangan konseptual atau perkembangan pengertian. Dengan kata lain,
setiap pemahaman kosakata baru kedalam pengalaman mampu meningkatkan
29
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memperluas cakrawala pandangan hidup para siswa. Berkaitan dengan anak
Tunarungu, peningkatan jumah kosakata berarti meningkatkan kemampuan
bicara dan intelegensi. Kata sebagai salahsatu unsur bahasa memegang
peranan yang sangat penting dalam kegiatan komunikasi. Komunikasi yang
dilakukan seeorang akan mengalami hambatan jika tidak menguasai sejumlah
kosakata. Penguasaan kosakata merupakan aspek yang paling menentukan
akan keterampilan berbahasa seseorang, jika seseorang menguasai banyak
kosakata, maka ia akan mudah dalam menyampaikan pikirannya. Peningkatan
perbendaharaan kata yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kata benda yang
terdiri dari huruf – huruf bilabial (p, b, m, w) dan dental (l, d, t) seperti bata ,
dadu, lele, padi, batu, labu dan lain sebagainya.
2. Definisi Operasional Variabel a. Varibel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah penggunaan pendekatan
multisensori.definisi pendekatan operasional variabel dri pendekatan
multisensori adalah pendekatan yang melibatkan seluruh alat indera untuk
menerima informasi baik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan,
penciuman maupun kinestetik.penggunaan multisensori pada penelitian ini
menggunakan tiga pengindaraan sampai lebih. Langkah-langkah
operasionalnya adalah sebagai berikut :
1. Anak diminta untuk melihat kartu yang berisi gambar dan nama dari
gambar benda tersebut yang terbuat dari kertas karton/duplek berukuran 10
x 3cm
2. Peneliti mengucapkan nama benda tersebut
3. Anak menirukan ucapan peneliti degan menyebutkan nama kata benda
tersebut
4. Anak diminta untuk menulis diudara kata yang terdapat pada kartu kata
5. Selanjutnya anak diminta untuk menelusuri setiap huruf yang terdapat
30
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
b. Varibel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sebagai target behaviour. Target
behaviour dalam penelitian ini adalah meningkatkan peerbendaharaan kata
pada anak tunarungu,sehingga anak tunarungu memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi dan mengungkapkan pikirannya di dalam kehidupan sehari–
harinya.
Kata yang dimaksud dalam penilitian disini yaitu kata benda, dimana kata
benda tersebut terdri dari huruf –huruf billabial dan dental (P B M W , D T L)
bertambahnya perbendaharaan kata pada anak tunarungu.
Kriteria penilaian peningkatan perbendaharaan kata dalam penelitian ini dapat
diukur dari kemampuan anak dalam mengucapkan, menunjukkan dan
menuliskan kata benda dengan benar. Adapun alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu tes yang berisi butir soal mengenai peningkaatan kosakata
benda pada anak tunarungu. Aspek-aspek peningkatan kosakata tersebut
diantaranya : mengucapkan kata benda dengan tepat,menunjukkan gambar
sesuai dengan kata benda, menuliskan kata benda dengan tepat. kemampuan
mengucapkan kata disini anak mampu mengucapan kata sesuai dengan
kemampuan artikulasi anak tunarungu tersebut. Dari segi pelaksanaan tes
ini,cara yang digunakan adalah tes lisan, tulisan serta tes perbuatan . “Tes lisan
merupakan tes yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara lisan sedangkan
tes tulisan merupakan tes yang dalam pelaksanaannya butir-butir pertanyaan
yang diajukan dibuat dalam bentuk tulisan atau tertulis kemudian peserta tes
dalam memberikan jawaban juga melalui tulisan sedangkan tes perbuatan
merupakan tes yang menuntut peserta untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
butir-butir tes yang ada. ” ( Susetyo 2011 : 5).
Teknik penilainnya dengan menggunakan persentase,dimana skor mentah
(jumlah soal benar yang dikerjakan oleh anak) dibagi dengan jumlah
31
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan suatu alat pengumpul data yang digunakan dalam
suatu penelitian, diasumsikan dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan
penelitian dan hipotesis. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiono,
2008:148). Sebuah instrumen tentunya harus memiliki kriteria yang baik agar
instrumen tersebut bisa digunakan dengan layak. Menurut (Sevilla,1988)
kriteria instrumen yang baik adalah sebagai berikut :
a.Validitas
Validitas adalah ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti
sebenarnya yang diukur. Suatu instrumen akan dikatakan valid apabila
memiliki kemampuan mengukur apa yang seharusnya diukur.
b.Reliabilitas
Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau akurasi yang
ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Reabilitas menunjukkan
konsistensi dan stabilitas suatu skor dari suatu instrumen pengukur.
c.Obyektivitas
Obyektifitas adalah derajat pengukuran instrumen bebas dari pendapat
penilaian dari subyektif,bebas dari bias, dan peraaan orang-orang yang
menggunakan tes.
d.Sensitivitas
Sensitivitas adalah sebagai kemampuan suatu instrumen untuk melakukan
diskriminasi yang diperlukan untuk masalah penelitian. (biasanya terpenuhi
bila derajat validitas dan reabilitas instrumen tinggi)
e.Fisibilitas
Berkaitan dengan aspek – aspek keterampilan, penggunaaan sumberdaya,
dan waktu.
Instrumen dalam penelitian ini merupakan alat yang dapat mengumpulkan
data yang bertujuan untuk mengukur kemampuan memaknai kata, meliputi
32
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
Adapun tes yang diberikan berupa tes lisan,tulisan dan perbuatan. Berikut ini
adalah langkah-langkah yang dilakukan selama menyusun instrumen penelitian
1) Membuat Kisi- Kisi instrumen
Kisi- kisi dalam penelitian ini sebagai dasar pengembangan instrumen dan
disesuaikan dengan kemampuan awal anak. Pembuatan kisi- kisi bertujuan
agar materi yang akan disampaikan sesuai dengan kurikulum yang ada. Pada
penelitian ini bidang studi yang diambil adalah Bahasa Indonesia kelas II
33
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
benda yang
lapangan.Penyusunan insrumen disesuaikan dengan kisi –kisi yaitu
berdasarkan pada kemampuan awal anak.Adapun instrumen tes yang diberikan
terlampir
3) Kriteria Penilaian
Untuk mengolah hasil tes kriteria penilainnya adalah sebagai berikut :
NO Aspek Penilaian Kriteria Bobot Jumlah soal
1 Mengucapkan kata benda Apabila
34
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
salah
3 Menuliskan kata benda Apabila
jawaban
benar
1
10
Apabila
jawaban
salah
0
Jumlah soal : 30
Skor maksimal : 50
Semua aspek dihitung dengan cara : Nilai = � � ℎ�
� � � � ℎ� x 100 %
4) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Penyusunan RPP ini bertujuan sebagai pegangan dalam pembelajaran
didalam kelas. Penyusunan RPP disesuaikan dengan SKKD mata pelajaran
Bahasa Indonesia kelas II SDLB bagian B (tunarungu). Adapun RPP yang
digunakan terlampir.
G. Uji coba Instrumen
Uji coba instrumen bertujuan untuk mencari validitas dan reliabilitas dari
instrumen yang nanti akan digunakan dalam penelitian. Sehingga akan
diketahui apakah alat pengumpul data tersebut sudah layak untuk digunakan
atau mesti diperbaiki.
1. Validitas
Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat dengan tepat
mengukur apa yang hemdak diukur. Dengan kata lain validitas adalah ukuran
ketetapan dalam mengukur data,sehingga terjadi penyimpangan ketika data
35
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Susetyo (2011: 89) validitas pengukuran dibagi tiga jenis yaitu ;
validitas isi (content validity),validitas yang berkaitan dengan kriteria (criterion
related validity), dan validitas konstruk (construct validity). Dalam penelitian
ini uji validitas yang digunakan untuk mengetahui validitas instrumen yaitu
dengan menggunakan uji validitas isi (content validity) berupa
expert-judgment dengan teknik penilaian oleh para ahli. Format penilaian yang
digunakan yaitu dengan menggunakan format dikotomi dengan tanda ceklish (
√ ) .
Penilaian validitas instrumen dilakukan oleh 1 orang dosen ahli dan 2 orang
guru du SLB B Cicendo.Adapun tiga ahli yang melakukan penilaian validitas
adalah :
NO NAMA AHLI JABATAN INSTANSI
1 Drs.Endang Rusyani,M.Pd Dosen Pkh UPI
2 Neni Satriani,S.Pd Guru SLB Negeri
Cicendo
3 Yeyet Ruyati,S.Pd Guru SLB Negeri
Cicedo
Instrumen yang telah di judgment kemudian dihitung dengan rumus :
P = f / N x 100%
Keterangan :
P = Presentase
f = Jumlah cocok menurut penilai
36
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
2. Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur
dalam penggunaannya,atau dalam kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil
yang konsisten apabila digunakan berkali kali pada waktu yang
berbeda.Instrumen yang baik tidak hanya yang telah diakui kevalidannya,
tetapi harus teruji kereabilitasannya pula. “ suatu perangkat ukur yang dapat
dipercaya adalah alat ukur yang hasilnya tidak berubah atau hasilnya relatif
sama jika dilakukan pengetesan secara berulang – ulang dan alat ukur yang
demikian dinamakan dengan reliabel .” Susetyo (2011:105).
Untuk mengetahui reliabel atau tidaknya instrumen yang telah dibuat oleh
peneliti, maka peneliti melakukan uji reliabilitas instrumen kepada siswa yang
memiliki hambatan yang sama pada kemampuan penguasaan kosakata.
Pengujian reabilitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan internal
consistency, dengan cara mencobakan instrumen sebanyak satu kali
pengukuran.
Data kemampuan siswa pada aspekkemampuan menyebutkan kosakata ,
menunjukkan kosakata dan menuliskan kosakata pengujiannya dihitung dan di
analisis dengan meggunakan rumus Kuder Richardson (KR). Susetyo (2011 :
116) mengemukakan bahwa “ Kuder Richardson menggunakan perhitungan
secara langsung kepada butir tes,dan tidak membagi butir tes pada perangkat
ukur menjadi dua bagian .” rumus yang digunakan pada pengujian reliabilitas ini adalah rumus KR 20, yaitu sebagai berikut:
ρkr20=
�−1 (1- ∑pq
2 )
Keterangan :
P = proporsi jawaban benar pada jawaban tertentu
Q = proporsi jawaban salah pada butir tertentu
K = jumlah butir tes
37
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2 = varians skor tes
ρkr20 = koefisien reliabilitas
Dari beberapa literatur disebutkan bahwa kriteria indeks reliabilitas adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.1
Kriteria Indeks Reliabilitas
No Interval Kriteria
1 < 0,200 Sangat rendah
2 0,200-0,399 Rendah
3 0,400-0,599 Cukup
4 0,600-0,799 Tinggi
5 0,800-1,000 Sangat tinggi
H. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kuantitatif. Data yang
terkumpul akan menghitung adanya pengaruh dari perlakuan yang diberikan
peneliti sebelum dan esuadah menggunakan pendekatan multisensori dalam
meningkatkan kosakata benda pada anak tunarungu.Data yang terkumpul akan
menunjukkan ada tidaknya peningkatan kosakata benda pada anak tunarungu
tersebut.
Teknik pengumpulan data menggunakan alat yaitu berbentuk tes. Melalui
tes akan diketahui sejauh mana peningkatan kosakata benda pada anak
tunarungu. Tes yang diberikan sebanyak data yang diperoleh untuk mencapai
kestabilan, baik itu pada fase baseline-1, intervensi, dan fase baseline-2.
Penilaian dilihat pada ssetiap jawaban yang benar dan salah akan disesuaikan
dengan kriteria yang telah ditentukan pada setiap tes.
Perhitungannya dapat dihitung dengan cara :
�� � � ℎ
38
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
I. Analisis Data
Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan perhitungan yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis statistik
deskriptif. Dimana tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran secara jelas
pengaruh atau efek intervensi terhadap perilaku yang akan dirubah dalam
jangka waktu tertentu. Bentuk penyajian data diolah menggunakan grafik,
sebagaimana yang diungkap oleh Sunanto (2006: 29) “dalam proses analisis
data penelitian di bidang modifikasi perilaku dengan subjek tunggal banyak
mempresentasikan data ke dalam grafik, khususnya grafik garis”. Adapun tujuan pembuatan grafik menurut Sunanto (2006: 29) memiliki dua tujuan
utama yaitu,
1. Untuk membantu mengorganisasi data sepanjang proses pengumpulan data yang nantinya akan mempermudah untuk mengevaluasi, dan
2. Untuk memberikan rangkuman data kuantitatif serta mendeskripsikan target behavior yang akan membatu dalam proses menganalisis hubungan antara variabel bebas dan terikat.
Proses analisis dengan visual grafik diharapkan dapat lebih menggambarkan
kemampuan membaca permulaan huruf awas pada anak low vision. Menurut
Sunanto (2006: 30) terdapat beberapa komponen penting dalam grafik antara
lain sebagai berikut :
1. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk waktu (misalnya, sesi, hari dan tanggal)
2. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya persen, frekuensi dan durasi)
3. Titik Awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal skala
4. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya, 0%, 25%, 50%, dan 75%)
5. Lebel Kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperiman, misalnya baseline atau intervensi.
6. Garis Perubahan Kondisi, yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus-putus.
39
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tersebut
yaitu:
1. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1 (A-1) dari setiap subjek
pada tiap sesi.
2. Menskor hasil penilaian pada kondisi intervensi (B) dari subjek pada tiap
sesi.
3. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2 (A-2) dari setiap subjek
pada setiap sesi.
4. Membuat tabel penelitian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi
baseline-1 (A-1), kondisi intervensi (B), dan baseline-2 (A-2).
5. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1 (A-1), skor intervensi
(B) dan baseline-2 (A-2).
6. Membuat analisis data bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara
langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.
7. Membuat analisis dalam kondisi dan antar kondisi.
Langkah penganalisaan dalam kondisi dan antar kondisi. Analisis perubahan
dalam kondisi adalah analisis data dalam suatu kondisi, misalnya kondisi
baseline atau kondisi intervensi. Adapun komponen yang akan dianalisis dalm
kondisi ini meliputi :
1. Panjang Kondisi
Panjang kondisi menunnjukan banyaknya data dan sesi yang ada pada
suatu kondisi atau fase.
2. Kecenderungan Arah
Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua
data dalam kondisi dimmana banyaknya data yang berrada di atas dan di
bawah garis tersebut sama banyak.
3. Tingkat Stabilitas (level stability)
Menunjukan hogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kestabilan dapat
dihitung dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada
40
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
4. Tingkat Perubahan (level change)
Tingkat perubahan menunnjukan besarannya perubahan antara dua data.
Tingkat perubahan data ini dapat dihitung untuk data dalam suatu kondisi
maupun data anatar kondisi.
5. Jejak data
Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu
kondisi. Perubahan satu data ke data berikutnya dapat terrjadi tiga
kemungkinan, yaitu menaik, menurrun, dan mendatar.
6. Rentang
Rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi merupakan jarak
anatara data pertama dengan dat terkhir. Rentang ini memberikan
informasi sebagaimana yang diberikan pada analisis tentang tingkat
perubahan (level change)
Adapun analisis antarkondisi meliputi komponen sebagai berikut:
1. Variabel yang diubah
Dalam analisis data analisis data anatar kondisi sebaiknya variable terikat
atau perilaku sasaran difokuskan pada satu perilaku. Artinya analisis
ditekankan padda efek atau pengaruh ntervensi teerhadap perilaku
sasaran.
2. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya
Dalam analisis data anatar kondisi, perunbahan kecenderungan arah
grafik antara kondisi baseline dan intervensi menunjukan makna
perubahan prilaku sasaran (target behavior) yang disebabkan oleh
intervensi.
3. Perubahan stabilitas dan efeknya
Stabilitas data menunjukan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan
data. Data dikatakan stabil apabila data tersebut menunjukan arah
(mendatar, menaik, atau menurun) secara konsisten.
4. Perubahan level data
Perubahan level data menunjukan seberapa besar data berubah.
41
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
antara kondisi ditunjukan selisih antara data terakhir pada kondisi
baseline dan data pertama pada kondisi intervensi. Nilai selisih ini
menggambarkan seberapa besar terjadi perubahan perilaku akibat sebagai
pengaruh dari intervensi.
5. Data yang tumpang tindih (overlap)
Data tumpang tindih antara dua kondisi adalah terjadinnya data yang
sama pada kedua kondisi tersebut. Data yang tumpang tindih
menunjukan tidak adanya perubahan peada kedua kondisi dan semakin
banyak data yang tumpang tindih semakin menguatkan duhgaan tidak
104
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa pendekatan
multisensori dapat meningkatkan kosakata benda pada siswa tunarungu yaitu JR.
Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan perbandingan antara sebelum dan
sesudah diberikan intervensi / perlakuan dengan menggunakan pendekatan
multisensori, kosakata benda pada siswa meningkat, setelah diberikan intervensi
dengan menggunakan pendekatan multisensori. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya hasil mean level dari setiap fase baik fase baseline -1 , intervensi,
dan fase baseline- 2 pada masing – masing aspek yaitu diantaranya aspek
mengucapkan kata, menunjukkan gambar benda dan menuliskan kata benda.
Pertanyaan pada rumusan masalah pada bab 1 dan hasilnya dijawab
berdasarkan hasil perhitungan pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa
pendekatan multisensori dapat meningkatkan Perbendaharaan kata pada anak
tunarungu.
B. Saran
Hasil kesimpulan penelitian ini, maka penelti mengajukan saran yaitu kepada:
1. Pihak Guru
Dengan melihat keberhasian penggunaan pendekatan multisensori dalam
meningkatkan perbendaharaan kata pada anak tunarungu yang sebelumnya telah
dilakukan oleh peneliti merekomendasikan agar guru dapat memanfaatan dan
menggunakan pendekatan multisensori dalam meningkatkanperbendaharaan kata
pada anak tunarungu.Cara penerapan pendekatan multisensori ini
mengoptimalkan seluruh indera (visual, auditory,kinestetic dan tactil).sehingga
subjek akan mudah mengingat setiap kata benda yang diberikan kepada subjek
105
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Bagi Peneliti Selanjutya
Diharapkan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat digunakan
sebagai rujukan bagi peneliti selanjutnya, dengan karakteristik subjek yang sama
ataupun beragam.peneliti selanjutnya dapat mengembangkan pendekatan ini dan
menambah beragam kosakata yang akan dikembangkan dalam
penelitiannya,sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih baik dan dapat
106
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, Dudung. (1999). Pedoman Guru Pengajaran Wicara untuk Anak
Tunarungu. Jakarta : Depdikbud.
Abidin, Yunus. (2012). Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar Bahasa Indonesia SDLB-B. Jakarta : Tidak diterbitkan.
Bunawan, Lani. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta : Yayasan Santi Rama.
Clark, Anne. (2003). Senior Australian Agriculture. Australia : Pascal Press.
Djardjowidjojo, Soenjono. (2012). Psiko-Liguistik : Pengantar Pemahaman
Bahasa Manusia. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Keraf, G.(1984).Tata Bahasa Indonesia.Jakarta: Nusa indah
Pettersson, Rune. (2002). Information Design : An Introduction. Amerika : Library of Congress Cataloging-in-Publication Data.
Pranindita. (2013). Kemampuan pemahaman kosakata siswa tunarungu dengan hambatan majemuk di SLB BC Pambudi Dharma 2 Cimahi
Skripsi : Tidak diterbitkan.
Rahim, Farida. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Bandung : Bumi Aksara.
Sadja’ah, E. (2003). Layanan dan Latihan artikulasi anak Tunarungu. Bandung :
San Grafika.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sunanto, J et al, (2006).Penelitian dengan subjek tunggal.Bandung: UPI Press
Susetyo, B. (2012). Statistika untuk Analisis Data Penelitian Dilengkapi Cara
Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Excel. Bandung : Refika
107
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS II DI SD PANDU BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Somantri, Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.
Somad, P. Dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta : DEPDIKBUD DIRJEN DIKTI.
Tarigan, Henry. (2008). Membaca : Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Penerbit Angkasa.
64
Irfah Nahariz Zam’ah, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Amuda, H. (2011). Pedoman Media Pembelajaran Tunanetra. Bandung: Bidang Pendidikan Luar Basa, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, Jakarta: PT. Garamedia Pustaka Utama.
Dewan Bimbingan Skripsi. (2011). Pedoman Penulisan dan Makalah Untuk
Mahasiswa S1. Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UPI.
Efendi, M. (2008). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hosni, I. (2007). Layanan Terpadu Low vision dalam Mendukung Inklusi (Model
Pusat Layanan Terpadu Low vision YPWG Kerjasama Dengan Dinas Pendidikan Jawa Barat Dan Rs Mata Cicendo). Disampaikan Pada Konferensi
Nasional Pendidikan Tunanetra I Jaringan ICEVI Indonesia Kerjasama Dengan Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Depdiknas, 24 – 27 Juli 2007, Batam.
---. (tanpa tahun). Keterampilan Dasar Dalam Penanganan Penyandang Low
vision [Powerpoint slides]. Tidak diterbitkan, Jurusan Pendidikan Luar Biasa,
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia.
http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FIP/Jur._Pend._Luar_Biasa/Irham _Hosni
---.(tanpa tahun) Membaca dan Menulis bagi Anak Low vision [Powerpoint slides]. Tidak diterbitkan, A0451, Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia.
http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FIP/Jur._Pend._Luar_Biasa/Irham _Hosni
Jumhawan, N. (2009). Efektifitas Penggunaan Huruf Timbul Dalam Meningkatkan
Kemampuan Belajar Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan Di SLB Roja Katapang Kabupaten Bandung(Skripsi, Universitas Pendidikan
Indonesia, 2009, Tidak diterbitkan).
Muhammad, J.K.A. (2008). Special Education For Special Children: Panduan
Pendidikan Khusus Anak-anak dengan Ketuanaan dan learning Disabilities.
Bandung: Hikmah (PT. Mizan Publika)
65
Nawawi, A. (tanpa tahun). Low vision [Hand Out]. Tidak Diterbitkan, Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Nawawi, A., Irham H., dan Didi T. (2010). Pendidikan Anak Tunanetra 1 [Hand Out]. Tidak Diterbitkan, LB151, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Nestor. (2011, Juli 07). Layanan Low visio1n Pertuni. Diffa, p. 4.
Purwanto, N.M. dan Alim, D. (1997). Metodelogi Pengajaran Bahasa Indonesia di
Sekolah Dasar. Jakarta: PT Rosda Karya.
Purwanto. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif unuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta. Pusaka Pelajar.
Raharja, D. (2010). Ketunanetraan [Hand Out]. Diakses dari File Dosen, Jurusan Pendidikan Luar Bisa, Universitas Pendidikan Indonesia Online:
http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FIP/Jur._Pend._Luar_Biasa/Djadj a_Raharja
Rahim, F. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Rani, A.F. (2010). Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Metode
Struktur Analisis Sintesis (SAS) Dalam Entuk Animasi Terhadap Anak Tunarungu (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2010, tidak
diterbitkan)
Sessiani, L. (2007). Pengaruh Metode Multisensori Dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Taman Kanak-Kanak.
Semarang: Fakultas Psikologi, Universitas Diponogro.
Soendari, T. Maman A., dan Muhdar M. (2008). Pengajaran Asesemen Anak
Berkebutuhan Khusus[Modul]. Tidak Diterbitkan, Jurusan Pendidikan Luar
Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Somandayo, S. (2011). Strategi Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama
Sugiono. (2013). Metode penelititan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunanto, D. (2005). Mengembangkan Potensi Anak Berkelainan Penglihatan. Jakarta: Departemen Pendidikan nasional.
66
Sunanto, D., Koji, T., dan Hideo, N. (2005). Pengantar Penelitian Dengan Subjek
Tunggal. CRICED University of Tsukuba.
Susilana, R. dan Cepi R. (2008). Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan,
Pemanfaatan dan Penelitian. Bandung: Jurusan Kurtekpend UPI.
Syaripuddin, S. (2007). Pengembangan Fungsi Penglihatan. Disampaikan pada Kegiatan Sosialisasi Pendidikan Inklusi Kerjasama Antara Direktorat Jendral Manajmen Pendidkan Dasar Dan Menengah Dengan Inter National Council For Education Of People With Visual Impairment, 24-28 Juli 2007, Batam.
Tampubolon. (1993). Mengembangkan Minat Dan Kebiasaan Membaca Pada Anak. Bandung: Angkasa.
---. (1998). Mengembangkan Minat Dan Kebiasaan Membaca Pada Anak. Bandung: Angkasa.
Tarigan, H.G. (2005). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
---. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarsidi, D. (2011). Definisi Tunanetra. [online]. Tersedia:
http://d-tarsidi.blogspot.com04/2011/10/definisi-tunanetra.htmldiakses 04 Oktober 2011
---. (2009). Pendidikan Anak Tunanetra 1 (Kompilasi Materi Perkuliahan) [Hand Out]. Tidak Diterbitkan, Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Tarsidi, D., AhmadN., dan Irham H. (2010). Pendidikan Anak Tunanetra 1 [Handout]. Tidak Diterbitkan, LB151, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional
Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI PRESS
---. (2011). Petunjuk Teknis Pencegahan Plagiat Universitas Pendidikan
Indonesia. Bandung: UPI PRESS
Yusuf, M. (2005). Pendidikan Bagi Anak Dengan Problema Belajar (Konsep dan
Penerapannya di Sekolah Maupun di Rumah). Jakarta: Departemen